Bioflok
Untuk efisiensi biaya dalam budidaya lele, telah dicoba dengan solusi budidaya dengan kombinasi sistem tertutup
dan bioflok. Budidaya lele dengan sistem air tertutup dan adopsi sistem bioflok sederhana tak hanya mampu
menekan biaya pakan, tetapi juga meningkatkan kepadatan tebar dan menurunkan biaya produksi benih.
Menurut Dwi Purnomo, Technical Service Area Banyumas PT Suri Tani Pemuka, kunci dari keberhasilan sistem ini
adalah kestabilan pH(keasaman) dan eksistensi bakteri pengurai bahan organik yang sekaligus membentuk flok.
Kalau memilih sistem bakteri, maka tidak lagi boleh ada plankton dalam air, juga sebaliknya. Sebab pembentukan
flok akan terganggu dengan adanya plankton dalam air, tuturnya.
Sayang, karena konstruksi kolam lele yang rata-rata tidak tertutup/tidak beratap maka pada musim hujan kemasukan
air hujan sehingga terjadi perubahan komposisi kimiawi maupun biologi air, plankton biasanya akan tumbuh.
Walaupun begitu, sistem ini tetap efektif asal persiapan air pada awal periode pemeliharaan sudah benar,
tegasnya.
Tingkat keamanan close system dan flok pada budidaya lele ini, kata Dwi Purnomo, akan sempurna jika benih yang
digunakan hasil pembenihan sendiri. Sebab benih merupakan faktor resiko terbesar pembawa penyakit ke dalam
kolam selain air. Bibit dari luar, apalagi dari pasar yang tidak jelas asal-usul dan riwayat manajemen pembenihannya
berisiko besar membawa penyakit,tandasnya.
Manajemen Air
Menurut Suminto, pelopor budidaya lele dumbo di Pokdakan dan UPR (Unit Perbenihan Rakyat) yang terletak di
Mandiraja, Banjarnegara, Jawa Tengah, agar air baru memenuhi syarat untuk budidaya sistem tertutup, harus
ditumbuhkan pakan alaminya.
Pakan alami berupa daphnia. Selain itu juga harus tumbuh bakteri yang nantinya saat budidaya berjalan akan
menghasilkan flok. Flok ini juga pakan alami, terangnya. Flok pada lele ini, meskipun belum serumit dan sebagus
pada budidaya udang, menurut pengalaman Suminto cukup untuk menurunkan FCR (konversi pakan) sebesar 0,2
bahkan
lebih.
Untuk petakan kolam 3x5x0,5 m3 Suminto memasukkan 10 kg kompos dalam karung ke dalam air kolam. Setelah
itu, air diberi larutan campuran probiotik 5 ml/m3 dan tetes tebu (molasses) 200 g/m3. Setelah itu air didiamkan
minimal selama 1 pekan, sampai timbul kutu air (daphnia). Daphnia menjadi pakan alami benih yang akan ditebar.
Populasi daphnia biasanya mencapai puncaknya pada umur 15 hari setelah air diolah. Mereka muncul begitu saja,
jelas pembudidaya yang mengantongi banyak sertifikat pelatihan dari Kemnterian Kelautan dan Perinanan ini.
Menurut Suminto, air bekas kolam yang telah dipakai pada budidaya periode sebelumnya, harus melalui perlakuan
yang hampir sama agar bisa dipergunakan kembali. Selain untuk menekan risiko akibat residu maupun patogen, juga
untuk memulihkan nutrisi alami dan keseimbangan mikroorganisme yang ada didalam air itu. Bedanya, kata Suminto,
pada air bekas ini tidak perlu diberi kompos lagi. Sedangkan dosis larutan probiotik dan molasses sama persis.
Suminto menyatakan, selain ditandai munculnya daphnia, air sudah jadi dan siap ditebari benih jika air kolam
warnanya hitam kecoklatan. Namun jika air diambil dengan gelas tetap terlihat jernih. Begitu ikan/benih ikan
dimasukkan ke kolam akan muncul kabluk (endapan halus) dari dasar kolam. Kabluk yang sebenarnya adalah tanda
flok mulai terbentuk ini akan terus teraduk sesuai dengan pergerakan aktif ikan. Maka kepadatan kolam dibuat lebih
tinggi agar flok ini terus teraduk, katanya.
Semakin bertambah umur penebaran air akan berubah menjadi coklat kekuningan, dan lama kelamaan akan menjadi
kemerahan. Itu tanda flok sudah jadi,tegas Minto. Teknis perlakuan air ini bisa untuk pembesaran benih maupun
pembesaran lele konsumsi.
Dwi Purnomo menyatakan, selanjutnya untuk menjaga populasi bakteri, dibuat tabung konservasi di dalam kolam.
Intinya supaya ada bagian dari kolam yang tidak terjamah ikan. Di situ akan jadi reservoir bakteri yang dibutuhkan
oleh sistem ini,terangnya. Tabung itu bisa dibuat dari gorong-gorong berdiameter 40 50 cm dengan panjang
melebihi tinggi air kolam. Tabung diletakkan vertikal dan ujung lubang bagian atas yang berada di atas permukaan
air ditutup.
(sumber: trobos)
Artikel Terkait
o
Budidaya Lele Dengan Sistem Tumpang Sari Untuk Siasati Lahan Sempit
In: Budidaya, Lele Tags: benih lele phyton, benih lele sangkuriang, budidaya lele bioflok, budidaya lele
efisien, budidaya lele tertutup, cara budidaya lele, jual benih lele, sistem budidaya lele, teknik budidaya lele, teknologi
bioflock
Pada saat telur ikan baru menetas, kebutuhan nutrisinya akan dipenuhi oleh kantung kuning
telur (egg yolcsacc) selama 2-3 hari. Setelah kuning telur tersebut habis, larva ikan mulai
membutuhkan
pakan
yang
sesuai
dengan
ukuran
tubuhnya.
Saat itulah pakan alami hidup diperlukan oleh larva ikan sebagai sumber nutrisinya. Kebutuhan
pakan alami hidup untuk larva ikan sangat spesifik karena selain kandungan gizi yang lengkap
dan mudah dicerna dalam usus benih ikan, ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai
dengan
lebar
bukaan
mulut
larva/benih
ikan.
Daphnia memiliki sifat yang selalu aktif bergerak akan merangsang larva ikan untuk
memangsanya. Pakan alami hidup ini merupakan pakan bagi benih ikan yang dapat
memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Selama ini para pembudidaya ikan sering mengganti pakan alami hidup untuk larva ikan seperti
Daphnia atau Artemia dengan memberikan kuning telur matang dan susu bubuk pada larva
ikan, namun kandungan lemak yang tinggi dalam telur dan susu akan menyebabkan kematian
larva dan benih ikan menjadi sangat tinggi (5060%), serta berakibat pula pada air kolam yang
cepat kotor, keruh dan berbau amis. Selain itu kandungan energi metabolis dalam kuning telur
sekitar 4.810 kkal/kg, hal ini terlalu tinggi bagi larva ikan sehingga menurunkan tingkat
konsumsinya.
Perkembangbiakan Daphnia sangat cepat, dimana reproduksinya dimulai pada umur lima hari,
dan selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan bereproduksi kembali dengan
jumlah anak sekitar 39 ekor dari 1 induk. Sehingga bila dikalikan dengan umur hidup Daphnia
34 hari, maka selama hidupnya jasad renik ini mampu menghasilkan anak kurang lebih 558
ekor.
Daphnia sangat ideal sebagai pakan alami untuk larva dan benih ikan lele, karena ukuran
tubuhnya yang sesuai dengan bukaan mulut larva dan benih ikan, memiliki kandungan gizi yang
baik, dan mudah dicerna dan diserap oleh alat pencernaan benih ikan yang masih belum
terbentuk
secara
sempurna.
Kandungan protein Daphnia adalah 42,65%, nilai ini mencukupi syarat untuk memenuhi
kebutuhan
protein
bagi
larva
dan
benih
ikan
lele.
----
Setiap orang yang datang belajar budidaya lele pada Farm milik Abah Nas di Bogor itu selalu
diberi oleh-oleh saat pulang ke daerah masing-masing berupa 1 (satu) botol Herbal Lele
tersebut. Penggunaan herbal itu sendiri kabarnya hanya sekali saja dilakukan pada saat
mempersiapkan air kolam hingga air berubah warnanya menjadi hijau sebelum benih ikan
ditebarkan. Selanjutnya untuk menghijaukan air kolam-kolam berikutnya cukup diberi pancingan
air
kolam
yang
sudah
hijau
karena
herbal
tersebut.
Apa sesungguhnya kandungan dari Herbal Lele yang dirahasiakan oleh si pembuatnya itu? Mas
Mohamad Sholihin dari Kota Bogor juga mengirimkan sample cairan Herbal Lele produksi Abah
Nas itu ke Kota Banda Aceh untuk di periksa juga oleh Prof Ibnu Sahidhir di Laboratorium Balai
Budidaya
Air
Payau
(BBAP)
Ujung
Batee,
Provinsi
Aceh.
Berikut hasil pemeriksaan sementara terhadap kandungan isi Herbal Lele itu :
1. Cairan Herbal Lele Abah Nasarudin ber-bau Asam Laknat.
2. Terdapat banyak Paramecium yang bergerak dengan menggetarkan silianya.
Paramecium adalah salah satu protista mirip hewan. Protista ini berukuran sekitar 50350 um. Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang
berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar (Makronukleus) yang
berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi.
Paramecium bereproduksi secara aseksual (membelah diri dengan cara transversal),
dan seksual (dengan konjugasi).
3. Terdapat banyak bakteri asam laktat (Lactic Acid Bacteria), adalah kelompok bakteri
gram-positif yang tidak membentuk spora dan dapat memfermentasikan karbohidrat
untuk menghasilkan asam laktat. Berdasarkan taksonomi, terdapat sekitar 20 genus
bakteri yang termasuk bakteri asam laktat. Beberapa bakteri asam laktat yang sering
digunakan dalam pengolahan produk pangan adalah Aerococcus, Bifidobacterium,
Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, Oenococcus,
Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus, dan Weissella.
Bakteri asam laktat dapat melindungi dari pencemaran bakteri patogen, meningkatkan
nutrisi, dan berpotensi memberikan dampa positif bagi kesehatan manusia.
Kehadiran bakteri asam laktat yang sangat banyak dan padat pada cairan Herbal Abah
Nas ini diduga dari hasil Fermentasi air seni dan kotoran hewan (kambing) beserta
buah-buahan, dedaunan atau akar pohon tertentu.
4. Terdapat unsur pelepah pohon pisang.
5. Cairan herbal terdapat banyak kotoran.
6. Kandungan herbal secara umum adalah amoniak hewan dan fosfat.
Kesimpulan sementara :
Isi herbal lele produksi Abah Nasarudin Bogor diduga terbuat dari hasil fermentasi air seni dan
kotoran hewan (diduga kambing) dengan buah-buahan/pohon/akar tumbuhan tertentu sehingga
menghasilkan banyak Paramecium dan bakteri asam laktat (Lactic Acid Bacteria).
Dibutuhkan waktu dan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui komposisi bahan yang
digunakan
untuk
produk
herbal
tersebut.
Penggunaan kotoran hewan sebagai pendukung budidaya ikan lele sebaiknya dihindari karena
dikhawatirkan dapat memicu kehadiran bakteri gram negatif seperti E-coli (Escherichia coli).
Kini negara-negara di Eropa sangat mewapadai penyebaran bakteri E-Coli ini, mereka bahkan
melarang mengimpor produk makanan dari sejumlah negara Asia yang dideteksi mengandung
bakteri
E-Coli.
Terlampir foto-foto hasil pemeriksaan Herbal Lele produksi Abah Nasarudin menggunakan
mikroskop digital milik Laboratorium BBAP Ujung Batee Aceh:
Terdapat banyak Paramecium dan bakteri asam laktat (Lactic Acid Bacteria) pada sample cairan
Herbal produksi Abah Nasaruddin Bogor
Terdapat banyak kotoran hewan (diduga potongan kotoran kambing) pada sample cairan
Herbal produksi Abah Nasaruddin Bogor
Terdapat banyak kotoran hewan (diduga potongan kotoran kambing) pada sample cairan
Herbal produksi Abah Nasaruddin Bogor
Ane selaku admin mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya Kepada Achmad
Jauhari Arie yang sudah mau meng-share hasil penelitian ini kepada kita semua.
Pagi ini masih mendung dan hujan, memang beberapa hari ini daerah saya mendung dan turun
hujan. Pagi ini saya ingin mengutarakan sesuatu yang sebenarnya sudah lama ingin saya
katakan. Tentang Hujan.
Dalam Budidaya Lele, baik sangkuriang maupun jenis lain. Hujan Adalah Anugrah Bukan
musibah. Air hujan sangat baik bagi lele (kecuali hujan salju, bisa pilek tuh lele). Kalaupun ada
masalah setelah hujan turun, masalahnya bukan pada air hujannya, tapi pada cara yang anda
lakukan dalam memperlakukan air kolam.
Saya rasa teknik apapun yang saat ini gunakan dirancang untuk mengolah/memperlakukan air
kolam dengan baik sehingga tidak akan ada masalah saat terjadi penambahan (baik akibat
hujan ataupun memang sengaja ditambahkan), pengurangan (penguapan). Jika pasca turun
hujan terjadi maslaah pada kolam, telaah pada cara yang anda gunakan. bukan lalu
menyalahkan hujan. anda mungkin bisa menambahkan pelindung/atap pada kolam. iya kalau
kolammnya cuma 100-200 meter, apa jadinya kalau kolam budidaya anda mencapar1-2 hektar?
berapa banyak biaya yang anda tanggung untuk membuat atap pada kolam seluas itu. apakan
akan sebanding dengan hasilnya? sementara harga lele? (anda tentu tau bagaimana harga lele
di pasaran).
Nah, teru lele saya koq suka menggantung setelah turun hujan? mungkin ada diantara rekanrekan yang mengajukan pertanyaan seperti ini. Ada beberapa penyebab yang menyebabkan
lele menggantung setelah ditimpa hujan.
1. Kolam diguyur Air hujan yang Lewat Atap
Ini yang sangat sering terjadi, biasanya bagi kita yang menygalami keterbatasan dana,
kita membuat kolam di dekat rumah. biasanya ada sebagian kolam yang tertutupi atap
rumah yang ketika hujan otomatis air hujan dari atap akan masuk ke kolam. Nah bisa
jadi Residu/racun yang ada pada atap ikut terbawa ke kolam.
2. Kolam Kurang Dalam
Jika kolam tidak memiliki kedalaman yang ideal, maka ketika hujan turun, getaran yang
ditimbulkan oleh hujan akan membuat lele stres. Karena lele sangat peka terhadap
getaran, (bahkan di beberapa daerah lele digunakan sebagai salah satu hewan yang
dapat memprediksi terjadinya gempa bumi). Gak percaya silahkan pake kalkulator anda
dan cari di google.
Lele akan merasa terganggu dengan getaran yang ditimbulkan, dan bukan karena
airnya. maka setelah hujan reda biasanya lele menggantung karena stress. biasanya
keadaan seperti ini tidak akan berlangsung lama, karena lele akan menyesuaikan
sendiri.
3. Lele Terlalu Padat
Kepadatan juga berpengaruh terhadap menggantungnya lele pasca turun hujan,
alasanyya kurang lebih sama dengan poin 2.
4. Tidak Sesuai dengan SOP/Panduan
Ini yang bisanya sangat sering terjadi. Biasanya (biasanya terjadi pada pemula seperti
saya) kita kurang teliti dalam menerapkan teknik budidaya. Atau karena bahan yang
harus disediakan tidak ada, jijik, atau alasan lainnya kita mengganti dengan bahan lain
atau bahkan tidak menggunakannnya. nah ini adalah kesalahan mendasar dalam
implementasi budidaya. (buat paa dibuat SOP kalau masih dilanggar)
5. Asal Tebar
Masih prilaku yang sering dilakukan oleh pemula biasanya, kita seringkali melihat
kondisi kolam berdasarkan kasat mata, asal liat air sudah hijau, main tebar aja, liat air
jernih, main pake aja, dll. makanya ketika terjadi hujan (terjadi perubahan komposisi air)
lele stress dan menggantung.
6. Campur-Campur
Nah ini biasanya dilakukan oleh para coba-cobaers (yang suka coba-coba), biasanya
kita menggabungkan beberapa teknik menjadi satu, ujung-ujungnya bukan untung
malah buntung. biasanya yang seperti ini jangankan ketika hujan turun, ketika tidak
turun hujan pun pasti banyak terjadi masalah
Nah, itu beberapa analisis saya, sekali lagi ini pendapat saya. Pendapat boleh beda, tapi
pengalaman andalah yang membuktikan. Jika anda mengalami masalah di kolam setelah hujan
turun,sementara banyak yang tidak masalah, berarti ada yang harus anda cek lagi pada kolam
anda dan bukan fokus pada air hujannya.
Semua terserah anda, andalah yang menentukan hehe
Judulnya Keren yah? hehe, ya abegitulah kurang lebih pesan yang ingin disampaikan si penulis
pada salah satu komunitas lele sangkuriang di facebook ini. Nama Groupnya
adalahFORUM APLESI (Asosiasi Pembudidaya Lele Seluruh Indonesia).
Gambar dari
www.facebook.com/groups/komunitaslelesangkuriang
Kembali ke pokok masalahnya. Kita tau bahwa harga pakan makin hari makin tinggi/mahal.
entah karena naiknya harga BBM atau apalah yang jelas kenaikan harga pakan ini
menyebabkan para pembudidaya "tercekik". Hal ini disebabkan harga lele yang tidak semudah
itu untuk naik.
Nah dari situlah saya rasa tips ini bisa digunakan untuk mengatasi harga pakan. Lho koq bisa?
ya dengan dibibis dengan larutan probiotik yang telah di fermentasikan seperti ini, pemberian
pakan bisa dukurangi tanpa harus mengorbankan pertumbuhan lele sangkuriang kita. Oke
langsung saja yah.
Cara Pembuatan:
Saya yakin siapapun peternak yang memulai budidaya Lele menggunakan Kolam Terpal, Pasti
pernah mengalami kebocoran pada kolam terpal. Yap entah itu karena ketusuk pisau, terkena
batu, ataupun penyebab lainnya. nah jika masalah ini terjadi, bisa membuat masalah yang
membuat pusing kepala. Karena hal ini akan menyebabkan masalah yang cukup ribet. sekecil
apapun terpal yang bocor sangat mempengaruhi aktivitas dalam menjaga volume air. apa lagi
yang bocor berada pada bagian bawah kolam.
Oke, tidak perlu terlalu khawatir, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan
masalah ini. Dari mulai menggunakan lakban, lem super, dan lainnya. Nah yang paling jitu
menurut saya adalah dengan menggunakan lem khusus yang biasa digunakan untuk
menambal ban. Lem ini bisa anda dapatkan di tambal ban terdekat. harganya pun cukup
murah. Oke berikut langkah-langkah yang harus dilakukan.
Bahan yang harus disiapkan :
1.
2.
3.
4.
Gunting
Lem Tambal Ban (Lem yang biasa digunakan untuk menambal ban)
otongan Terpal (Bisa diambil dari terpal yang sudah tidak terpakai)
Kertas Koran (atau bisa menggunakan kertas apa saja)
5. Setrika Pakaian
Caranya :
1. Bersihkan permukaan terpal yang akan ditambal menggunakan lap atau kain.
2. Sesuaikan potongan terpal yang akan dipakai untuk menambal dengan terpal yang
bocor
3. Lumuri potongan terpal dengan lem
4. Tempelkan potongan tersebut pada terpal yang bocor
5. Tutup tempelan tersebut dengan kertas koran
6. Setrika tambalan tersebut diatas kertas koran hingga kira-kira lemnya mengering
7. Setelah selesai, Bersihkan sisa koran dari terpal dengan cara menyiram dengan air
sehingga korannya basar agar mudah dibersihkan
Nah mudah-mudahan informasi ini bisa mengurangi masalah dalam budidaya kolam terpal
terutama kendala yang disebabkan oleh Kebocoran Terpal.
Bibit Lele
Banyak dari pembudidaya yang meremehkan tentang bibit lele yang akan di tebar. Kita kadang
sembarangan dalam hal memilih dan membeli bibit lele. Mereka menyediakan bibit lele dari 2
kondisi yaitu dari pembibitan dengan kolam tanah dan tanpa tanah (Kolam terpal atau tembok).
Banyak yang melakukan pembesaran lele di kolam terpal atau tembok yang tanpa tanah namun
bibit yang digunakan bibit lele dari kolam tanah.
Hmm, pendapat ini tentu saja kurang tepat, karena terdapat dua kondisi kolam yang berbeda
habitat dan kondisinya, yaitu dari kondisi kolam yang baik ke kondisi kolam yang lebih ekstrem.
Hasilnya pertumbuhan lele lambat, atau banyak lele yang terkena penyakit dan tentusaja
mengakibatkan hasil panen yang merosot tidak sesuai dengan keinginan.
Jadi intinya tidak semua bibit lele itu sama kualitasnya.
Pakan
Banyak pembudidaya dalam mengelola pembesaran lele menggunakan program pakan
sesukanya dengan menghiraukan prosedur yang ada. Sebagian dari pembdidaya ada yang
menggunakan pelet pabrikan standar namun hanya sebagian atau malah kurang dari 50%.
Mereka menambahkan pakan dengan daging, keong, makanan basi, ayam mati, tikus mati dan
limbah lainnya yang tidak sesuai untuk pakan lele. Sepintas kalau dilihat memang ekonomis
dari biaya pakan yang saat ini cukup mahal. Akan tetapi sebenarnya hal tersebut jusru akan
merugikan petani budidaya. Aanda bisa cek sendiri lele yang menggunakan pakan tambahan
tersebut diatas pasti mengalami kerugian total. Hasil panen pasti akan menurun secara drastis
misalnya yang harusnya menghasilkan 200 kg, tetapi dengan tambahan-tambahan yang kurang
tepat yang ada hanya 20 40 kg plus tambahan lele berukuran super besar 3 5 ekor. Hmmm,
apakah Benar atau tidak? silahkan di buktikan sendiri jika tidak percaya hehe. Setelah itu
biasanya pembudidaya akan bingung kenapa bisa terjadi. Padahal lele sudah kasih pakan
tambahan yang kalau dilihat Lebih bergizi dan berprotein(menurut perasaan kita).
Padat Tebar
Untuk jumlah padat tebar lele, sebagian besar petani budidaya lele jarang yang menghitung
berapa jumlah yang sesuai dengan kolam yang dipunyai. Tidak jarang untuk kolam dengan luas
kolam 3 x 5 meter pembudidaya menanam bibit lele lebih dari 10.000 ekor. Hasilnya tentu
banyak ikan yang tidak tumbuh. Lalu muncul pertanyaan kok lele saya tidak besar-besar ya?
Kemudian pada saat dipanen hasil panen mengecewakan.
Intinya, lele juga makhluk hidup yang membutuhkan ruang untuk hidup, jadi perhatikan dan
sesuaikan padat tebar dengan teknik yang dipakai.
Kolam
Pemilihan kolam yang dipakai untuk budidaya jarang sekali diperhatikan. Terkadang terlihat
sepele. Padahal justru itu sangat menentukan keberhasilan dan kelangsungan budidaya lele itu
sendiri. Banyak pembudidaya yang bangkrut atau rugi terus menerus karena salah memilih
jenis kolam. Ada beberapa jenis kolam yang bisa digunakan dalam budidaya lele. Diantaranya
adalah kolam batako (beton/tembok), kolam tanah, kolam terpal atau kolam Hibrida (perpaduan
dua kolam tersebut).
Areal Kolam
Yang dimaksud dengan areal kolam adalah tanah atau lahan yang akan digunakan untuk
budidaya lele. Kadang kita menggunakan areal luas yang seharusnya bisa menghasilkan 8 juta
10 juta rupiah Tetapi banyak yang hanya mendapatkan untung ratusan ribu bahkan merugi
yang akhirnya terbengkalai menjadi lahan yang tidak efektif.
Lele membutuhkan lahan terbuka yang terkena sinar matahari agar kualitas kolam (Air) dan lele
terjaga dengan baik