Anda di halaman 1dari 33

TUGAS DIAGNOSTIK KLINIK

GULA DARAH

Oleh
Nama Mahasiswa : Angelina Putri Prima Jessy
NIM

: 10334015

Dosen

: Dra. Refdanita, M.Si.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Makalah yang berjudul Gula Darah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Diagnostik Klinik. Garis besar makalah ini meliputi pendahuluan, tinjauan
pustaka, isi dan penutup. Pendahuluan berisi latar belakang dan tujuan penulisan makalah.
Tinjauan pustaka berisi teori tentang pengujian gula darah untuk diagnosa penyakit diabetes.
Penutup berisi tentang simpulan dari isi makalah.
Tak lupa pula penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Pepatah menyebutkan tak ada gading yang tak retak. Artinya tidak ada sesuatu di
dunia ini yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan pembuatan
makalah di masa yang akan datang.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu bagi para pembaca.
Semoga makalah ini dengan segala keterbatasan isinya dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Jakarta, Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II ISI ................................................................................................................................. 4
A. Definisi Glukosa Darah................................................................................................... 4
B. Cara Pemeriksaan Gula Darah ........................................................................................ 5
C. Tinjauan Klinis Glukosa ................................................................................................. 9
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 23
A. Kadar Glukosa Darah .................................................................................................... 23
B. Tekhnik dalam Pengujian Glukosa Darah .................................................................... 24
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 28
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 28
B. Saran ............................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 29

ii

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama
energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang
sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan
dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas.
Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi
tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati).
Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut
glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level
gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau
karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang
terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati
mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang
mengurangi level gula darah.
Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel-sel, di mana masing-masing sel
membutuhkan energi untuk kehidupannya. Energi tersebut berasal dari makanan,
terutama zat karbohidrat. Yang termasuk karbohidrat antara lain glukosa (gula tebu),
fruktosa (gula buah), maltosa, sukrosa, laktosa, dan tepung (starch). Karbohidrat diurai
menjadi glukosa, sebagian menjadi galaktosa dan fruktosa.
Ketika kita makan, zat makanan diserap dari saluran usus, masuk ke dalam
saluran pembuluh darah, bersama darah beredar ke seluruh tubuh. Glukosa yang ada di
dalam darah tidak dapat langsung masuk ke dalam sel. Ibaratnya kita akan masuk rumah,
ada komponen-komponen yang terlibat untuk itu, yaitu pintu, kunci pintu dan anak
kuncinya. Jadi, glukosa untuk dapat memasuki sel juga memerlukan anak kunci, kunci
dan pintu. Glukosa memerlukan pintu khusus dan anak kunci khusus. Anak kunci
1

tersebut adalah hormon insulin, yang diproduksi oleh sekelompok sel yang dinamakan
sel beta yang terdapat di dalam pankreas. Pankreas terletak di belakang lambung dan
usus duabelas jari.
Kunci yang pas bagi anak kunci insulin disebut reseptor insulin yang terdapat di
permukaan dinding sel. Saat insulin masuk ke reseptor insulin, terjadi proses kimiawi
yang menyebabkan terbukanya saluran (pintu) bagi glukosa, sehingga glukosa dapat
masuk ke dalam sel. Normalnya, jumlah anak kunci (insulin) dan lubang kuncinya
(reseptor insulin) tersedia cukup. Produksi insulin dan sensitivitas reseptor insulin juga
normal.
Setelah kita makan, glukosa di dalam darah meningkat. Kenaikan glukosa ini
terdeteksi oleh pankreas yang menanggapinya dengan memproduksi insulin dan
melepaskannya ke aliran darah. Insulin memberi fasilitas masuknya glukosa ke dalam
sel.
Sebagian glukosa yang diserap dari usus akan disimpan di dalam hati (liver).
Pada saat tubuh tidak mendapatkan makanan (puasa), hati akan melepaskan kembali
cadangan glukosa yang tersimpan.
Selain karbohidrat, bahan makanan yang lain seperti lemak dan protein juga dapat
diproses menghasilkan energi. Lemak tersimpan di dalam jaringan lemah tubuh. Lemak
dan protein dapat diubah menjadi karbohidrat oleh enzim di dalam hati. Insulin berperan
mencegah pengeluaran glukosa maupun produksi glukosa oleh hati. Insulin dibutuhkan
selalu tersedia dalam kadar rendah di dalam darah, untuk mempertahankan kadar glukosa
normal di dalam darah. Bila kondisi ini tidak terjadi, hati akan melepaskan glukosa ke
dalam peredaran darah sehingga kadar glukosa darah akan meningkat.
B. Tujuan
Adapun ada beberapa tujuan dibuatnya makalah Diagnostik Klinik ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu glukosa (gula).
2. Untuk mengetahui proses pemeriksaan glukosa dari pra analitik, analitik, sampai
proses pasca analitik.
3. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan klinis dari glukosa.

C. Batasan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah terkait dengan Gula Darah/Glukosa
Darah yaitu sebagai berikut :
1. Pengertian glukosa darah
2. Bagaiman proses pemeriksaan glukosa dari proses pra analitik, analitik, sampai pasca
analitik ?
3. Bagaimana tinjauan klinis dari glukosa ?

BAB II
ISI
A. Definisi Glukosa Darah
Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dihidrolisis atau diuraikan menjadi
sakarida lain yang lebih sederhana.Glukosa juga merupakan bentuk karbohidrat yang
beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Glukosa terdapat
dalam buah-buahan dan madu lebah serta dalam darah manusia.

Gambar 1. Struktur Glukosa


Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosamonosakarida yang
mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin
piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap
karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang
terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH.
Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang
proporsinya 0.0026% pada pH 7.
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama
energi untuk sel-sel tubuh.
Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang
hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya
berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.
Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh
gagalnya pengaturan gula darah.

Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis
gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa
yang diatur melalui insulin dan leptin.
B. Cara Pemeriksaan Gula Darah
Proses pemeriksaan glukosa meliputi :
1.

Pra Analitik

2.

Analitik

3.

Pasca Analitik

1. PRA ANALITIK
Pra analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang pengambilan, persiapan,
penyimpanan, dan pengiriman spesimen.
Persiapan pasien secara umum yaitu :
a. Pasien dianjurkan berpuasa 8-12 jam.
b. Obat yang dikonsumsi pasien
-

Untuk pemeriksaan sampel darah, pasien tidak boleh minum obat 4-24 jam.

Untuk spesimen urin, pasien tidak boleh minum obat 48-72 jam.

Untuk pengobatan yang tidak mungkin dihentikan diberi tanda khusus oleh
pekerja laboratorium.

c. Menghindari aktivitas fisik.


d. Memperhatikan efek postur, dianjurkan duduk dengan tenang 10 sampai 15 menit
kemudian spesimen diambil.
Persiapan pasien tes glukosa darah yaitu :
a. GDP (Gula Darah Puasa)
-

Pasien berpuasa 8-12 jam sebelum tes.

Semua obat dihentikan, bila ada obat yang harus diberi ditulis pada formulir
permintaan tes.
5

b. GD2PP
-

Dilakukan 2 jam setelah tes GDP.

Pasien dianjurkan makan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat


sebelum tes.

c. GDS (Gula Darah Sewaktu)


Pemeriksaan gula darah sewaktu dilakukan tanpa persiapan yang bertujuan untuk
melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah
makan.
Persiapan sampel tes glukosa darah yaitu :
-

Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari.

Sampel tes sering atau dikontrol DM : plasma vena, serum/darah kapiler.


Sampel tes diagnostik : plasma vena.

Sampel plasma stabil kurang dari 1 jam. Bila lebih dari 1 jam akan
mengakibatkan konsentrasi glukosa turun.

Sampel serum stabil kurang dari 2 jam.

2. ANALITIK
Analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut cara kerja pemeriksaan glukosa
darah meliputi metode tes glukosa, prinsip pemeriksaan, alat dan bahan serta cara
kerjanya.
Tes glukosa darah meliputi :
a. GDP (Gula Darah Puasa)
b. GD2PP (Gula Darah 2 Post Prandial)
c. GDS (Gula Darah Sewaktu)

Metode tes Glukosa Darah


GOD-PAP : Tes Enzimatik Photometric
Prinsip :
Penentuan glukosa setelah oksidasi enzimatik oleh oksidasi glukosa. Indikator
kalorimeteri merupakan quinoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan
fenol oleh hidrogen peroksida dibawah perlakuan katalik dari peroksidasi.

Glukosa + O2

asam glukonik + H2O2

H2O2 + 4-aminoantipyrine + fenol

Quinoneimin

Alat dan Bahan Tes Glukosa Darah


Alat :
-

Fotometer 5010 (semi automatik)

Mikropipet 1000 L, 10 L.

Tabung mikro

Stopwach

Rak tabung

Bahan :
-

Plasma vena (sampel)

Reagen glukosa

Cara Kerja :
-

Dipipet 1000 L reagen glukosa kemudian dimasukkan ke dalam tabung mikro.

Dipipet 10 L sampel lalu dimasukkan ke dalam tabung mikro yang telah terisi

dengan reagen glukosa lalu diletakkan tabung tersebut pada rak tabung kemudian
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC.
-

Dibuat program untuk tes glukosa dimana tes berjalan secara automatik.

Dibaca hasil yang diperoleh secara fotometrik.

HbA1C atau HbA1 Total


Untuk menentukan apakah gula darah penderita tersebut terkontrol atau tidak
terkontrol dalam waktu 3 bulan (120 hari sesuai dengan umur eritrosit)
HbA1C atau A1C adalah komponen utama dari hemoglobin glikat suatu bentuk ikatan
non enzimatik karbohidrat dengan hemoglobin.
Terbentuk dari glukosa yang terikat pada N valin ujung rantai beta molekul
hemoglobin pada keadaan hiperglikemia.
Pemeriksaan HbA1C merupakan evaluasi gula darah yang TIDAK BISA
BERBOHONG. Jika selama tiga bulan terakhir gula darah kita tidak terkontrol
walaupun dalam hasil laboratorium tampak baik maka hasil HbA1C akan tampak
7

tidak stabil. Tes hemoglobi A1c ini memudahkan anda untuk memantau gula darah .
tes ini juga memudahkan anda untuk melihat apakah pengobatan yang diambil
berhasil atau tidak. Karena sekecil apa pun dari pengobatan akan terlihat dari tes ini.

Penilaian HbA1C
a. seseorang prediabetes: HbA1C 5,7-6,4%
b. tidak diabetes

: HbA1C 5,5 %

c. diabetes

: HbA1C > 7%

Keterbatasan pemeriksaan HbA1C


a. Anemia
b. Hemoglobinopathi
c. Biaya

Keuntungan pemeriksaan HbA1C


i. Pasien tidak perlu puasa
ii. Kestabilan praanalitik tinggi
iii. Kurang fluktuasi hari ke hari selama sakit dan stres

Kendala pemeriksaan HbA1C:


Bila pasien diperiksa di laboratorium berbeda dan metode berbeda

3. PASCA ANALITIK
Pasca analitik adalah kegiatan akhir dari proses analisis suatu sampel. Kegiatan pasca
analitik meliputi pembacaan hasil.
Nilai Rujukan Pemeriksaan Glukosa Darah :

Tes

Rujukan

GDS

< 180 mg/dL

GDP

70-110 mg/dL

GD2PP

< 140 mg/dL

Interpretasi hasil pemeriksaan glukosa meliputi :


Gula darah normal (70-110 mg/dL)
Gula darah rendah (hipoglikemia, 40-50 mg/dL)
Gula darah tinggi (hiperglikemia, >130 mg/dL)

C. Tinjauan Klinis Glukosa


Penyakit yang ditimbulkan jika kadar glukosa darah meningkat adalah diabetes melitus
(DM). Sedangkan penyakit yang ditimbulkan jika kadar glukosa dalam darah menurun
adalah hipoglikemia.
1. Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara adekuat.
Penyebab
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon
yang tepat terhadap insulin.
Gejala
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.
Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air
kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Gejala
lainnya adalah pandangan kabur,pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama
melakukan olah raga.

Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus (DM) digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu :
1.

DM tipe 1
Pada kencing manis tipe 1, terjadi radang pada kelenjar pankreas, disebabkan
oleh berbagai hal, diantaranya virus. Terjadi kerusakan pada sel beta pankreas
melalui reaksi yang dinamakan sebagai reaksi autoimun, akibat kerusakan
tersebut pankreas gagal untuk menghasilkan hormone Insulin. Inilah alasan
mengapa Kencing manis tipe ini disebut sebagai Diabetes Melitus Tergantung
Insulin/Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Kasus Kencing manis tipe 1
biasa ditemukan pada penderita berusia muda.

2.

DM tipe 2
Pada kencing manis tipe 2, terjadi beberapa tahap sebagai berikut :
a.

Fase Pertama : bila kadar insulin normal maka kadar glukosa darah juga

normal. Pada awalnya, sel tubuh menjadi kurang peka terhadap insulin sehingga
dibutuhkan lebih banyak insulin untuk dapat memasukan glukosa kedalam sel.
Kondisi ini kemudian di kenal dengan sebutan Resistensi insulin. Akibatnya,
pankreas akan dipacu untuk bekerja lebih keras dalam mengeluarkan insulin.
Pada kondisi ini, kadar insulin dfalam darah akan mengalami peningkatan sampai
tiga kali lipat dari keadaan normal, disebut sebagai keadaan hiperinsulinemia.
b.

Fase Kedua : Pada fase ini, kadar insulin tinggi namun tidak selamanya

kadar glukosa darah ikut abnormal. Seiring dengan ketidakpekaan sel terhadap
insulin yang bertambah parah, sebagian orang akan berhasil untuk meningkatkan
produksi insulin sehingga kadar glukosa darah tetap normal. Namun, orang
dengan kelemahan pada pancreas akan mengalami keterbatasan dalam produksi
insulin, biasanya disebabkan karena faktor usia. Pancreas akan terlambat
mengeluarkan insulin saat makan, sehingga kadar glukosa darah setelah makan
akan meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai Toleransi Glukosa Terganggu
(TGT). Bila pancreas tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk menahan laju
produksi glukosa oleh hati, kadar glukosa darah pagi sebelum makan akan tinggi,
disebut dengan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). Kedua istilah ini
dikelompokkan untuk menggambarkan kondisi pre diabetes, atau suatu tahapan
sementara menuju terjadinya diabetes.

10

c.

Fase Ketiga : Pada fase ini, kadar glukosa darah hampir selalu tinggi

karena kondisi resistensi insulin yang semakin parah, atau produksi insulin
pancreas yang berkurang. Pada saat inilah, diagnose Kencing manis tipe 2 dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang laboratorium. Umumnya, keluhan
yang muncul tidak terlalu dihiraukan oleh pasien sampai terjadi komplikasi yang
lebih lanjut. Kencing manis tipe ini disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM). 90% kasus Kencing manis merupakan tipe ini.
3.

DM tipe lain
Tipe ini berhubungan dengan kelainan defek genetic pada sel beta pancreas,
defek genetic dari kerja insulin, penyakit eksokrin pancreas, kelainan
hohrmonal, obat-obatan, infeksi, sebab imunologi dan penyebab lain.

4.

DM Gestasional
Terjadi atau diketahui pada saat kehamilan. Disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan hormonal. Kencing manis tipe ini berisiko terhadap proses
persalinan sehingga disarankan penderitanya untuk melakukan persalinan seksio
sesaria untuk mencegah perdarahan bi;la harus bersalin per vaginam. Factor
yang mempengaruhi diantaranya adalah usia ibu hamil yang lebih dari 30 tahun,
kegemukan, adanya gula dalam air seni, riwayat kencing manis dalam keluarga,
riwayat keguguran berulang, dan sebagainya.

PENGGOLONGAN OBAT DIABETES :


1. SULFONYLUREA
Obat yang hanya dikonsumsi oleh penderita diabetes tipe 2 ini termasuk salah satu OAD
penurun gula darah yang paling banyak dikenal. Beberapa obat yang paling banyak
dikenal. Bebepara obat yang termasuk dalam kelompok sulfonyl urea antara lain
chlorpropamide, glibenclamide atau glyburide, gliclazide, glimepiride, glipizide, dan
gliquidone.

Cara kerja
Memicu sel-sel beta di penkreas untuk menghasilkan lebih banyak insulin. Obat ini
mudah diserap sehingga ia akan mencapai titik efektiitas tertinggi di saluran darah pada

11

2-4 jam setelah obat dimakan. Karena mudah diserap, ia juga akrab dengan metabolisme
di hati.
Aturan pakai : obat ini dikonsumsi sebelum makan. Tapi, setiap obat memiliki dosisnya
tersendiri. Chlorpropamide dikonsumsi sekali sehari dengan dosis per tablet 100-250 mg.
Glibenclamide atau glyburide dikonsumsi 1-2 kali sehari dengan dosis 2,5-5 mg.
Gliclazide

dikonsumsi dengan dosis 80 mg. Glimepiride dikonsumsi sekali sehari

dengan takaran 1,2,3, atau 4 mg. Gliquidone dikonsumsi 1-2 kali sehari dengan dosis 30
mg.
2. BIGUANIDE atau METFORMIN
Metformin juga merupakan glukosa dalam darah. Obat ini sangat cocok digunakan oleh
penderita diabetes yang bermasalah dengan kegemukan. Karena metformin tidak
menyebabkan kegemukan pada penderita diabetes.
Cara kerja
Metformin mengurangi resisten insulin dan menaikan kadar gula di sel-sel otot. Ia juga
mengurangi produksi glikosa baru di hati dan memperlambat penyerapan glukosa diet.
Obat ini sangat cocok untuk mereka yang terserang fasting hyperglicaemia. Ia
dikeluarkan dari tubuh melalui urin tanpa dipecahkan terlebih dahulu. Oleh sebab itu,
ginjal anda harus dalam kondisi yang baik mengingat metformin tidak larut. Metformin
juga menurunkan trigliserida dan kolesterol jahal (LDL) dalam tubuh.
Aturan Pakai
Obat ini tersedia dalam dosis per 500 mg , 850 mg, dan 2500 mg. Ia dikonsumsi setiap
kali sebelum makan. Ketika pertama kali mengkonsumsinya, memang tidak semua
pasien langsung merasakan efeknya. Tapi, selang beberapa kali mengonsumsi, efek
metformin mulai terasa. Efek mulai terasa setelah 2 jam, dengan masa efektivitas 8-12
jam.
3. ACARBOSE
Obat ini merupakan kelompok dari alphaglucosodase inhibitor. Biasanya dikonsumsi
untuk penderita diabetes tipe 2, tanpa perlu ditambah lagi dengan pemberian insulin.
Obat ini baru diberikan saat anda sama sekali tidak dapat mentolerasi obat diabetes jenis
apapun.

12

Cara kerja
Obat ini bekerja dengan menghalangi kinerja enzim di saluran pencernaan yang
memecahkan karbohidrat kompleks ke bentuk molekul-molekul yang lebih kecil, seperti
glikosa dan fruktosa sehingga keduanya bisa diserap. Dengan begitu, peningkatan
glukosa dengan sendirinya langsung mengalami penurunan setelah dimakan.
Aturan pakai
Dikonsumsi bersamaan dengan waktu makan untuk memperlambat penyerapan glukosa .
obat ini dapat anda makan 3 x sehari dengan dosos per tablet 50-100 mg. Dosis awal
biasanya 50 mg sekali sehari. Lalu dosis dpat ditingkatkan menjadi 50 mg tiga kali
sehari. Setelah 6-8 minggu dosis kembali ditingkatkan menjadi 100 mg tiga kali sehari .
peningkatan ini tergantung pada kadar glukosa anda.
4. GLITAZONE atau THIAZOLIDINE (TZD)
Obat ini dikenal dengan thiazolidine (TZD). Biasanya diberikan jika dokter merasa
pengobatan anda dengan menggunakan sulfonylurea dan metformin tidak berhasil.
Sangat cocok untuk penderita diabetes tipe 2 karena membuat jaringan tubuh lebih
sensitif terhadap insulin. Dua jenis yang umum diresepkan dokter adalah jenis
rosiglitazone dan pioglitazone. Obat ini juga dapat dikombinasikan dengan sulfonylurea
dan metformin.
Cara kerja :
Obat ini menimbulkan resistensi insulin, membuat perubahan pada sel otot dan sel lemak
yang mana keduanya tempat resistensi insulin berbeda. Dengan begitu, insulin otomatis
dapat bekerja dengan lebih baik sehingga glukosa dalam daraah mudah terangkat oleh
sel. Akhirnya, gula darah dalam tubuh pun dapat menurun. Obat ini tidak merubah fungsi
hati, sebaliknya justru membuat hati agar tidak banyak memproduksi glukosa. Bahkan,
dengan cara kerjanya ini, glitazone dapat menurunkan trigliserid dan kolesterol dalam
darah. Ia juga memberikan efek baik untuk jantung.
Aturan pakai :
Obat ini dapat dikonsumsi sekali sehari. Dosis yang biasa diberikan adalah 4-8 mg untuk
jenis rosiglitazone dan 15 mg atau 30 mg untuk jenis pioglitazone. Kedua jenis obat ini
sangat mudah diserap tubuh , sekitar 2 jam atau malah satu jam untuk jenis rosiglitazone
.

13

5. Meglitinide (prandial glucose regulator )


Meski memiliki cara kerja yang sama dengan sulfonylurea , tetapi susunan kimiawi antar
keduanya. Dua jenis obat dari kelompok ini yang dikenal umum adalah repaglinide dan
nateglinide. Obat ini tidak dapat dikombinasikan dengan jenis sulfonylurea, tetapi dapat
dikonsumsi bersama dengan jenis metformin.
Cara kerja
Obat ini menstimulasi sel-sel beta agar memproduksi insulin.
Aturan pakai
Obat ini harus dikonsumsi hampir bersamaan dengan waktu makan, biasanya sebelum
makan. Ia dikonsumsi dua hingga empat kali sehari. Dengan dosis 0.5 mg, 1 mg, 2 mg
untuk jenis repaglinide dan 120 mg untuk jenis nateglinide.

INSULIN
Pilihan terhadap insulin biasanya dilakukan pada keadaan keadaan khusus seperti
misalnya hamil, ketoasidosis, dan dalam keadaan stres akut seperti operasi atau tidak
respons dengan terapi oral. Akhir akhir ini insulin menjadi pendamping obat oral dalam
terapi kombinasi yang semakin sering dimulai lebih dini. Insulin yang diberikan secara
eksogen mempunyai bermacam pesifisitas cara kerja, dari kerja cepat, sedang maupun
lambat. Masing masingnya mempunyai tempat tersendiri ditinjau dari sudut efektifitas
dan efek sampingnya. Pada umumnya pemakaian insulin dengan khasiat kerja cepat lebih
disukai pada awal pengobatan, disaat masih mencari cari dosis yang cocok bagi penderita
tersebut untuk pengendalian DM. Namun untuk dosis maintenance, insulin kerja
sedang cukup efektif dan lebih aman. Belakangan, beberapa jenis insulin analog mulai
dari yang mempunyai kerja sangat cepat dan lambat telah dapat diperoleh dipasaran.
Pemahama terhadap cara kerja serta manfaat pemakaian masing masingnya perlu
dikuasai sebelum penggunaan.
Insulin (bahasa Latin insula, "pulau", karena diproduksi di Pulau-pulau Langerhans di
pankreas) adalah sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat.
Selain merupakan "efektor" utama dalam homeostasis karbohidrat, hormon ini juga
ambil bagian dalam metabolisme lemak (trigliserida) dan protein hormon ini bersifat

14

anabolik yang artinya meningkatkan penggunaan protein. Hormon tersebut juga


memengaruhi jaringan tubuh lainnya.
Insulin menyebabkan sel (biologi) pada otot dan adiposit menyerap glukosa dari sirkulasi
darah melalui transporter glukosa GLUT1 dan GLUT4[1] dan menyimpannya sebagai
glikogen di dalam hati dan otot sebagai sumber energi.
Kadar insulin yang rendah akan mengurangi penyerapan glukosa dan tubuh akan mulai
menggunakan lemak sebagai sumber energi.
Insulin digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus. Pasien dengan
diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen (disuntikkan ke bawah
kulit/subkutan) untuk keselamatannya karena kekurangan absolut hormon tersebut;
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki tingkat produksi insulin rendah atau
kebal insulin, dan kadang kala membutuhkan pengaturan insulin bila pengobatan lain
tidak cukup untuk mengatur kadar glukosa darah.
Penggunaan Insulin
Saat ini insulin dipergunakan untuk DM tipe 1 dan DM tipe 2 dengan berbagai macam
indikasi. Umumnya, terapi insulin diberikan pada pasien DM tipe 2 apabila pengobatan
dengan antidiabetik oral gagal. Pasien DMG juga diberi terapi dengan insulin, namun
biasanya glukosa darah akan kembali normal setelah melahirkan.
Fungsi Insulin
Insulin adalah hormon yang bertugas untuk menjaga kadar gula atau glukosa dalam
darah. Setiap sel dalam tubuh membutuhkan suplai glukosa yang berkesinambungan
untuk diproses menjadi energi. Sel tidak bisa secara langsung menyerap glukosa dari
makanan. Ketika Anda makan karbohidrat, tubuh Anda akan merubahnya menjadi
glukosa. Kemudian glukosa ini akan dibawa melalui aliran darah menuju sel-sel dalam
tubuh. Namun, karena molekul glukosa tidak bisa menembus dinding sel maka
dibutuhkan bantuan insulin untuk menjaga glukosa tetap berada dalam sel. Di dalam sel,
glukosa diubah menjadi lemak dan disimpan dalam bentuk sel-sel lemak.
Resistensi Insulin
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa insulin berfungsi membantu penyerapan glukosa
dalam sel. Jadi, setiap kali Anda makan makanan yang tinggi karbohidrat sederhana,
15

insulin Anda akan bekerja lebih ekstra. Jika hal ini terjadi terlalu sering, maka kadar
insulin dalam tubuh Anda akan terus meningkat. Hasilnya, respon sel-sel terhadap
insulin akan semakin menurun, sehingga ketika sel-sel tidak mendapatkan suplai glukosa
maka energi Anda akan cenderung menurun. Itulah sebabnya, orang yang mengalami
resitensi insulin sering mengalami kelelahan, penurunan energi dan melemahnya otot.
Cara Mengendalikan Resistensi Insulin
Resistensi insulin berhubungan dengan asupan karbohidrat Anda, terutama dengan
membatasi asupan karbohidrat sederhana, seperti makanan yang manis, yang dapat
meningkatkan pengeluaran insulin. Untuk menurunkan berat badan dan mencegah Anda
dari resistensi insulin, sebaiknya Anda mulai terapkan pola diet sehat dengan mengurangi
konsumsi karbohidrat sederhana dan menggantikannya dengan karbohidrat kompleks
seperti sayuran, buah-buahan, gandum dan biji-bijian, dan sebagainya.
Olahraga teratur setidaknya 30 menit/hari juga efektif untuk menjaga kadar gula darah
dan menurunkan berat badan Anda. Inti dari program diet yang efektif untuk
menurunkan berat badan dengan optimal adalah dengan mengatur pola makan serta
berlatih teratur.
Jenis insulin
Setiap jenis insulin bekerja pada kecepatan yang berbeda dan berlangsung untuk jangka
waktu yang berbeda.
1. Insulin Quick acting.
Contoh: Actrapid, Humulin R,Reguler Insulin (Crystal Zinc Insulin)
Bentuknya larutan jernih, efek puncak 2-4 jam setelah penyuntikan, durasi kerja
sampai 6 jam. Merupakan satu-satunya insulin yang dapat dipergunakan secara intra
vena. Bisa dicampur dengan insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang.
2. Insulin Short acting
3. Insulin Intermediate acting
Contoh: Insulatard, Monotard, Humulin N, NPH, Insulin Lente
Dengan menambah protamin (NPH / Neutral Protamin Hagedom) atau zinc (pada
insulin lente), maka bentuknya menjadi suspensi yang akan memperlambat absorpsi
sehingga efek menjadi lebih panjang. Bentuk NPH tidak imunogenik karena protamin

16

bukanlah protein.
4. Insulin NPH dan Regular insulin
5. Kerja panjang ( long acting)
Contoh: Insulin Glargine, Insulin Ultralente, PZI
Insulin bentuk ini diperlukan untuk tujuan mempertahankan insulin basal yang
konstan. Semua jenis insulin yang beredar saat ini sudah sangat murni, sebab apabila
tidak murni akan memicu imunogenitas, resistensi, lipoatrofi atau lipohipertrofi.

Cara pemberian insulin ada beberapa macam:


a) intra vena: bekerja sangat cepat yakni dalam 2-5 menit akan terjadi penurunan glukosa
darah,
b) intramuskuler: penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan, c) subkutan:
penyerapanya tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan, kedalaman, konsentrasi. Lokasi
abdomen lebih cepat dari paha maupun lengan. Jenis insulin human lebih cepat dari
insulin animal, insulin analog lebih cepat dari insulin human

Bagaimana cara menggunakan insulin pen?


Langkah 1 : Persiapkan insulin pen, lepaskan penutup insulin pen

Langkah 2 : Hilangkan kertas pembungkus dan tutup jarum

17

Tarik kertas pembungkus pada jarum pen.


B.Putar jarum insulin ke insulin pen.
C.Lepaskan penutup jarum luar.
D.Lepaskan penutup luar jarum agar jarum tampak. Buang penutup jarum ke tempat
samapah.
*Jarum pen ada berbagai macam ukuran.

Langkah 3 : Pertama insulin pen, pastiakan pen siap digunakan

A. Pertama hilangkan udara di dalam pen melalui jarum. Hal ini untuk mengatur
ketepatan pen dan jarum dalam mengatur dosis insulin. Putar tombol pemilih dosis pada
ujung pen untuk 1 atau 2 unit (pengaturan dosis dengan cara memutar tobol).
B. Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas. Tekan tombol dosis dengan benar sambil
mengamati keluarnya insulin. Ulangi, jika perlu, sampai insulin terlihat di ujung jarum.
Tombol pemutar harus kembali ke nol setelah insulin terlihat di dalam pen.

18

Langkah 4 : Aktifkan tombol dosis insulin (bisa diputar-putar sesuai keinginan).

Langkah

Pilih

lokasi

bagian

tubuh

yang

akan

disuntikan.

Pastikan posisi nyaman saat menyuntikkan insulin pen. Hindari menyuntik disekitar
pusar.

Langkah 6 : Suntikkan insulin

A. Genggam pen dengan 4 jari, latekkan ibu jari pada tombol dosis.
B. Cubit bagian kulit yang akan disuntik.
C. Segera suntikkan jarum pada sudut 90 derajat. Lepaskan cubitan.
D. Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti (klep
dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum di tempat selama 5-10 detik untuk
membantu mencegah insulin dari keluar dari tempat injeksi.
Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang terlihat memar atau tetesan darah, tetapi itu tidak
berbahaya. Bisa di usap dengan tissue atau kapas, tetapi jangan di pijat pada daerah
19

bekas suntikan.

Langkah 7 : Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya.

Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen. Tempatkan jarum
yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong). Buang ke tempat sampah
jangan dibuang ditempat pendaurulang sampah.
Bagian tubuh yang bisa dinjeksi insulin

Penyimpanan Insulin
Insulin harus disimpan di lemari es pada temperatur 2-8o C. Insulin vial Eli Lily yang
sudah dipakai dapat disimpan selama 6 bulan atau sampai 200 suntikan bila dimasukkan
dalam lemari es. Vial Novo Nordisk insulin yang sudah dibuka, dapat disimpan selama
90 hari bila dimasukkan lemari es.
Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15-20o C bila seluruh isi vial
akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian menunjukkan bahwa insulin yang disimpan
pada suhu kamar lebih dari 30 C akan lebih cepat kehilangan potensinya. Penderita
dianjurkan untuk memberi tanggal pada vial ketika pertama kali memakai dan sesudah
20

satu bulan bila masih tersisa sebaiknya tidak digunakan lagi.


Penfill dan pen yang disposable berbeda masa simpannya. Penfill regular dapat disimpan
pada temperatur kamar selama 30 hari sesudah tutupnya ditusuk. Penfill 30/70 dan NPH
dapat disimpan pada temperatur kamar selama 7 hari sesudah tutupnya ditusuk.
Untuk mengurangi terjadinya iritasi lokal pada daerah penyuntikan yang sering terjadi
bila insulin dingin disuntikkan, dianjurkan untuk mengguling-gulingkan alat suntik di
antara telapak tangan atau menempatkan botol insulin pada suhu kamar, sebelum
disuntikkan.
Pengobatan Kombinasi
Saat ini telah dikenal OHO yaitu golongan sekretagog yang berfungsi meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta dan non sekretagog yang bertujuan untuk meningkatkan
sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin. Golongan OHO sekretagog adalah golongan
sulfonilurea (glibenclamide) dan nonsulfonilurea yaitu repaglinide dan nateglinide.
Golongan non sekretagog seperti metformin, penyekat alfa gluosidase (akarbose), dan
thiazolidinediones.
Secara rasional kedua golongan obat sekretagog dan non sekretagog dapat dikombinasi
untuk memperoleh kontrol atau pengendalian glukosa darah yang optimal. Sehingga
komplikasi kronik dan kematian akibat DM dapat dicegah atau diturunkan.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa dengan pengobatan tunggal pada DM tipe 2
progresivitas penyakit akan berjalan terus. Berbagai studi banding menunjukkan
pemberian obat secara tunggal dengan glibenclamide atau dengan metformin tidak
menurunkan HbA1c ketarget yang diharapkan. Sebaliknya pemberian kombinasi antara
glibenclamide dengan metformin secara kombinasi menghasilkan kadar HbA1c sesuai
dengan diharapkan yaitu dibawah 7%.
Kombinasi pengobatan metformin dan sulfonilurea sama efektifnya dengan kombinasi
insulin dan sulfonilurea atau pengobatan tunggal dengan insulin .
Sesuai dengan anjuran FDA dimana algoritme pengobatan DM tipe 2 tergantung kadar
HbA1c dimana pengobatan kombinasi sudah langsung dapat dimulai bila kadar HbA1c
lebih besar 10% sedang bila kadar HbA1c antara 7-10% pengobatan dengan metformin

21

atau sulfonilurea sebagai obat tunggal tergantung indeks massa tubuh. Didalam algoritme
tersebut dianjurkan pula pemberian metformin bagi pasien yang mempunyai HbA1c
<7%.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
kandungan glukosa normal dalam darah. Hipoglikemia bisa terjadi jika penderita
kurang makan atau tidak makan pada waktunya atau melakukan olah raga yang terlalu
berat tanpa makan. Jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena
pengaruhnya adalah otak.
Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari glikogen
yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin), yang
cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan
gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa menyebabkan sakit
kepala.
Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi
berat,

menyebabkan

koma

dan

kadang

cedera

otak

Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan gula.


Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah :
Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba
Sakit kepala
Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba
Badan gemetaran
Berkeringat
Bingung
Penurunan kesadaran, koma.

22

menetap.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Hormon yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai


glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon,
dan somatostatin.
Insulin dihasilkan oleh sel-sel , mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini
mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa
dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot;
mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan
meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara
keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan
meningkatkan pemakaian glukosa.
Glukagon dihasilkan oleh sel-sel , meningkatkan sintesis protein dan
menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam
hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta,
menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga menghambat hormone
pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal.
Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang
merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah
lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi
atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.
Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan
yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau
tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila kadar
glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan
terakhir) sebesar 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126
mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) 200 mg/dl
biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.
23

Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis


glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada sampel
puasa. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa (mis. diabetes
mellitus, kegemukan, akromegali, penyakit hati yang parah, dsb.) mencerminkan
kelainan pada berbagai mekanisme pengendalian glukosa.
Uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk menguji respons penderita
terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah makan (sarapan pagi atau makan siang).
Untuk kasus-kasus hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia yang tak jelas,
biasanya dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). TTG oral dipengaruhi oleh
banyak variable fisiologik dan menjadi subjek dari bahan interpretasi diagnostik yang
berbeda-beda. Uji toleransi glukosa intravena jarang diindikasikan untuk tujuan
diagnosis.
B. Tekhnik dalam Pengujian Glukosa Darah
1.

Jenis spesimen
Dulu, pengukuran glukosa dilakukan dengan menggunakan sampel darah
lengkap (whole blood), tetapi hampir seluruh laboratorium melakukan pengukuran
kadar glukosa dengan sampel serum. Serum memiliki kadar air yang tinggi daripada
darah lengkap, sehingga serum dapat melarutkan lebih banyak glukosa. Untuk
mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh dengan 1,15 untuk
menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma.
Pengumpulan

darah

dalam

tabung

bekuan

untuk

analisis

serum

memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel oleh sel-sel darah


sampai terjadi pemisahan melalui pemusingan (sentrifugasi). Jumlah sel darah yang
tinggi dapat menyebabkan glikolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan
kadar glukosa. Untuk mencegah glikolisis tersebut, serum harus segera dipisahkan
dari sel-sel darah.
Suhu

lingkungan

tempat

darah

disimpan

sebelum

diperiksa

turut

mempengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu kamar, diperkirakan terjadi penurunan


kadar glukosa 1-2% per jam. Sedangkan pada suhu lemari pendingin, glukosa tetap
stabil selam beberapa jam di dalam darah. Penambahan natrium fluoride (NaF) pada

24

sampel darah dapat menghambat glikolisis sehingga kadar glukosa dapat


dipertahankan bahkan dalam suhu kamar.
2.

Pengumpulan spesimen
Pengambilan darah harus dilakukan pada lengan yang berlawanan dengan
lengan tempat pemasangan selang IV. Pengambilan darah pada lengan yang
terpasang selang IV dapat dilakukan asalkan aliran selang dihentikan paling tidak
selama 5 menit dan lengan diangkat untuk mengalirkan cairan infuse menjauhi venavena. Pencemaran 10% oleh cairan dextrose 5% (D5W) dapat meningkatkan kadar
glukosa dalam sampel sebesar 500 mg/dl atau lebih.
Darah arteri, vena, dan kapiler memiliki kadar glukosa yang setara pada
keadaan puasa, sedangkan setelah makan, kadar vena lebih rendah daripada arteri
atau kapiler.
Untuk uji glukosa darah puasa, penderita diminta berpuasa selama 10 jam
sejak malam sebelum diambil darah (misalnya mulai puasa jam 9 malam). Selama
berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh
merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Pagi hari setelah puasa
(misalnya jam jam 8 pagi), penderita diambil darah vena 3-5 ml dikumpulkan dalam
tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi
NaF). NaF digunakan untuk mencegah glikolisis yang dapat mempengaruhi hasil
laboratorium. Penderita diminta untuk makan dan minum seperti biasa, lalu puasa
lagi selama 2 jam. Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik
yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih.
Untuk uji glukosa post prandial, penderita diambil darah vena sebanyak 35 ml tepat dua jam setelah makan, dan dikumpulkan dalam tabung bertutup merah
(tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). Darah yang telah
diperoleh disentrifus, kemudian serum atau plasmanya dipisahkan dan diperiksa
kadar glukosa.
Untuk uji glukosa darah sewaktu atau acak/random, penderita tidak perlu
puasa dan pengambilan dapat dilakukan di sembarang waktu.

25

3.

Metodologi
Dahulu, glukosa diperiksa dengan memanfaatkan sifat mereduksi glukosa
yang non spesifik dalam suatu reaksi dengan bahan indikator yang memperoleh atau
berubah warna jika tereduksi. Karena banyak jenis pereduksi lain dalam darah yang
dapat bereaksi positif, maka dengan metode ini kadar glukosa bisa lebih tinggi 5-15
mg/dl.
Sekarang, pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih
spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase
atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan
bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung
berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari
serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu elektroda
pendeteksi oksigen. Chemistry analyzer (mesin penganalisis kimiawi) modern dapat
menghitung konsentrasi glukosa hanya dalam beberapa menit.
Di luar laboratorium, sekarang banyak tersedia berbagai merek monitor
glukosa pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari
tusukan di ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa
darah dan untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan dimana
hasil pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein serum; kadar
hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar glukosa darah, dan
sebaliknya (efek serupa juga berlaku untuk protein serum yang rendah atau tinggi).
Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala membandingkan hasil pengukuran
alatnya dengan pengukuran glukosa laboratorium klinik (baku emas) untuk
memperkirakan kemungkinan interferensi fisiologik serta fluktuasi fungsi alat
mereka.

Gambar 2. Glucose Meter


26

1) Siapkan peralatan yang Anda butuhkan, yaitu: glucometer, alkohol, kasa/kapas,


jarum penusuk (lancet) dan alat penusuk (lancing device) dan test strip.
2) Cuci dan keringkan kedua tangan Anda sebelum pengambilan sampel untuk
menghindari kontaminasi.
3) Masukkan jarum penusuk (lancet) di alatnya (lancing device). Pastikan bahwa
jarum yang Anda pakai masih baru dan steril. Jarum penusuk hanya
digunakan untuk sekali pakai.
4) Letakkan ujung jari Anda yang akan ditusuk. Sebaiknya menggunakan ujung jari
berbeda-beda agar tidak menimbulkan pengerasan kulit. Jempol dan kelingking
sebaiknya tidak digunakan untuk pengambilan sampel (gunakan jari tengah, jari
manis atau telunjuk).
5) Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kasa atau kapas beralkohol untuk
menghindari infeksi.
6) Tusukkan jarum ke ujung jari Anda. Lap darah pertama yang keluar dengan kapas
dan biarkan bulatan kecil darah terbentuk di ujung jari. Tekan dengan pelan jari
Anda untuk membantu mengeluarkan darah, tapi jangan terlalu kuat agar sampel
tidak bercampur dengan cairan otot sehingga mengacaukan hasil pengukuran.
7) Bila darah tidak cukup keluar, tusukkan jarum di jari kedua.
8) Masukkan test strip ke alat pengukur (glucose meter). Pastikan bahwa test strip
yang Anda gunakan belum kedaluwarsa. Setiap strip memiliki tanggal
kedaluwarsa sendiri yang bila terlewati akan membuat hasil pengukuran tidak
akurat.
9) Tempelkan ujung test strip ke bulatan darah sampai terbasahi merata bagian
untuk sampelnya. Jangan meneteskan darah ke strip dan jangan terlalu keras
menempelkan test strip. Bila sampel darah sudah memadai maka alat akan mulai
mengukur (waktu pengukuran terlihat di display dalam hitungan mundur).
10)

Tempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang tertusuk untuk

menghentikan perdarahan.
11)

Lihat hasil pengukuran di gluco meter Anda. Bila angka hasil pengukuran

sangat tinggi atau rendah, Anda mungkin perlu mengulangi pengukuran untuk
memastikan. Tingkat gula darah yang normal adalah:
a. 4 s.d. 7 mmol/l atau 72 s.d. 126 mg/dl (puasa)
b. kurang dari 10 mmol/l atau 180 mg/dl (90 menit setelah makan)
c. sekitar 8 mmol/l atau 144 mg/dl (malam hari)
27

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dihidrolisis atau diuraikan menjadi sakarida
lain yang lebih sederhana.Glukosa juga merupakan bentuk karbohidrat yang beredar
di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Glukosa terdapat dalam
buah-buahan dan madu lebah serta dalam darah manusia.
2. Pemeriksaan glukosa darah meliputi : pemeriksaan GDS, GD2PP dan GDP.
Di luar laboratorium, sekarang banyak tersedia berbagai merek monitor glukosa
pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari tusukan di
ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa darah dan
untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan dimana hasil
pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein serum; kadar
hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar glukosa darah, dan
sebaliknya (efek serupa juga berlaku untuk protein serum yang rendah atau tinggi).
Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala membandingkan hasil pengukuran
alatnya dengan pengukuran glukosa laboratorium klinik (baku emas) untuk
memperkirakan kemungkinan interferensi fisiologik serta fluktuasi fungsi alat
mereka.
3. Tinjauan klinis dari glukosa adalah jika kadar gula di dalam tubuh berlebih maka akan
menyebabkan penyakit diabetes melitus dan jika kadar gula dalam tubuh kurang dari
normal maka dapat menyebabkan hipoglikemia.

B. Saran
Adapun saran yang ingin diajukan pada penulisan makalah ini adalah agar kita semua
selalu menjaga kesehatan dan pola hidup kita dimana salah satunya menghindari kadar
glukosa yang berlebih dalam tubuh. Oleh karena itu sebaiknya mengkonsumsi makanan
yang mengandung cukup karbohidrat saja.

28

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2013. Gula Darah dalam wikipedia. http://wikipedia.com diakses 13 Oktober
2013 pukul 19.00 WIB.
Anonimus. 2013. Makalah Glukosa dalam google. http://google.com diakses 13 Oktober
2013 pukul 19.15 WIB.
Bashar, Yazhid. 2013. Pemeriksaan Glukosa Darah (Serum/Plasma) dalam google.
http://google.com diakses 13 Oktober 2013 pukul 20.00 WIB.

29

Anda mungkin juga menyukai