Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KMB

2C Keperawatan

Di susun Oleh:

 DWI ALIYA MUIS


 NABILAH DEJANA
 PUTRI MELATI
 ROSALINDA
 TUTI ULWIYAH
 YANAH

Kelompok 2

JL . Cut Mutia Raya No.88 A- Kel. Sepanjang jaya-Bekasi

Telp. (021) 82431375, Fax. (021) 82431374

Website : http//www.stikesmedistra-indonesia.ac.id, email : stikesmi@yahoo.co.id


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salam serta salawat tak lupa
pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar muhammad SAW, seorang nabi yang
telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang
kita rasakan seperti saat-saat sekarang ini. Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada ibu
dosen yang telah ikut serta dalam pembuatan makalah menjelaskan megenai” GULA
DARAH SEWAKTU (GDS)”

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, namun
demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber
informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, 6 Maret 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu kedokteran , gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah . Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit
sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan
biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila
konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh,
pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian
sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.

Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena
pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam
pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak
glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula
darah.

Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel-sel, di mana masing-masing sel membutuhkan
energi untuk kehidupannya. Energi tersebut berasal dari makanan, terutama zat karbohidrat.
Yang termasuk karbohidrat antara lain glukosa (gula tebu), fruktosa (gula buah), maltosa,
sukrosa, laktosa, dan tepung (starch). Karbohidrat diurai menjadi glukosa, sebagian menjadi
galaktosa dan fruktosa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Glukosa Darah ?

2. Bagaimana metabolisme glukosa darah ?

3. Bagaimana absorbsi gula darah ?

4. Apa itu glikolosis ?

5. Penyakit apa yang berhubungan dengan glukosa darah ?

6. Apa saja macam-macam pemeriksaan glukosa darah ?

7. Bagaimana metode pemeriksaan glukosa darah ?


C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui definisi dari glukosa darah

2. Untuk mengetahui bagaimana proses metabolisme glukosa darah

3. Untuk mengetahui bagaimana absorbs glukosa darah

4. Untuk mengetahui apa itu glikolisis

5. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang berhubungan dengan glukosa darah

6. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan glukosa darah.

7. Untuk mengetahui bagaimana metode pemeriksaan glukosa darah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. GDS (Gula darah Sewaktu)

1. DEFINISI

Pengertian Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama
energi untuk sel-sel tubuh. Glukosa (kadar gula darah), suatu gula monosakarida, karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan
prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam
glikoprotein dan proteoglikan ( Murray R. K. et al., 2003).

Di dalam darah kita didapati zat gula. Gula ini gunanya untuk dibakar agar
mendapatkan kalori atau energy. Sebagian gula yang ada dalam darah adalah hasil
penyerapan dari usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam
jaringan. Gula yang ada di usus bisa berasal dari gula yang kita makan atau bisa juga hasil
pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi, jagung, kentang, roti, dan lain-lain
(Djojodibroto, 2001).

Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat dalam
makanan. Gugus/molekul gula dalam karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal
(monosakarida) misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk yang terdiri dari
disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida (amilum, selulosa, glikogen).

Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5-5,5 mmol/L. (James, Baker, & Swain,
2008). Dalam keadaan normal, kadar gula dalam darah saat berpuasa berkisar antara 80 mg
%-120 mg%, sedangkan satu jam sesudah makan akan mencapai 170 mg%, dan dua jam
sesudah makan akan turun hingga mencapai 140 mg% (Lanywati, 2001).

2. METABOLISME GLUKOSA DARAH

Metabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk
hidup. Proses yang lengkap dan komplit sangat terkoordinatif melibatkan banyak enzim di
dalamnya, sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi. Adapun metabolisme yang terjadi
dalam tubuh yang mempengaruhi kadar gula darah, yaitu :

a. Metabolisme karbohidrat

Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian besar intake makanan sehari-hari, dan
sebagian besar karbohidrat akan diubah menjadi lemak. Fungsi dari karbohidrat dalam
metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energi untuk
proses-proses metabolisme lainnya. ( William F. Ganong, 2009 ). Karbohidrat dalam
makanan terutama adalah polimer-polimer hexosa, dan yang penting adalah glukosa, laktosa,
fruktosa dan galaktosa Kebanyakan monosakarida dalam tubuh berada dalam bentuk D-
isomer. Hasil yang utama dari metabolisme karbohidrat yang terdapat dalam darah adalah
glukosa. ( William F. Ganong, 2010 ). Glukosa yang dihasilkan begitu masuk dalam sel akan
mengalami fosforilasi membentuk glukosa-6-fosfat, yang dibantu oleh enzim hexokinase,
sebagai katalisator. Hati memiliki enzim yang disebut glukokinase, yang lebih spesifik
terhadap glukosa, dan seperti halnya hexokinase, akan meningkat kadarnya oleh insulin, dan
berkurang pada saat kelaparan dan diabetes. Glukosa-6-fosfat dapat berpolimerisasi
membentuk glikogen, sebagai bentuk glukosa yang dapat disimpan, terdapat dalam hampir
semua jaringan tubuh, tetapi terutama dalam hati dan otot rangka. ( William F. Ganong,
2010 )

b. Metabolisme gula darah

Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran darah masuk
ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O
atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya.
Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon insulin, jika hormon
insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam
sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar gula darah ini meninggi hingga
melebihi ambang ginjal, maka glukosa darah akan keluar bersama urin ( glukosuria ).
( Depkes RI, 2008 )

Beberapa jaringan di dalam tubuh, misalnya otak dan sel darah merah, bergantung
pada glukosa untuk memperoleh energi. Dalam jangka panjang, sebagian besar jaringan juga
memerlukan glukosa untuk fungsi lain misalnya membentuk gugus ribose pada nukleotida
atau bagian karbohidrat pada glikoprotein. Oleh karena itu, agar dapat bertahan hidup
manusia harus memiliki mekanisme untuk memelihara kadar gula darah.

a) Sumber glukosa darah

Setelah makan, karbohidrat dalam makanan berfungsi sebagai sumber utama glukosa
darah. Sewaktu kadar glukosa darah kembali ke rentang puasa dalam 2 jam setelah makan,
glikogenolisis dirangsang dan mulai memasok glukosa ke darah. Kemudian, glukosa juga
dihasilkan melalui glukoneogenesis. Selama puasa 12 jam, sumber utama glukosa adalah
glikogenolisis. Namun setelah puasa sekitar 16 jam, glikogenolisis dan glukoneogenesis
memiliki peran yang sama dalam memelihara glukosa darah. Tiga puluh jam setelah makan,
simpanan glikogen di dalam hati habis. Akibatnya, glukoneogenesis adalah satu – satunya
sumber glukosa darah. Mekanisme tersebut yang menyebabkan lemak digunakan sebagai
bahan bakar utama dan yang memungkinkan kadar glukosa darah dipertahankan selama masa
kekurangan makanan menyebabkan protein tubuh dapat dipertahankan. Karena itu, manusia
dapat bertahan hidup tanpa mendapat makanan dalam jangka waktu alam, sering melebihi
satu bulan bahkan lebih.

b) Kadar glukosa darah dalam keadaan kenyang

Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar glukosa darah adalah konsentrasi
glukosa darah itu sendiri, dan hormone terutama insulin dan glucagon. Ketika makan terjadi
peningkatan kadar glukosa darah yang kemudian meransang sel B pankreas untuk
meningkatkan sekresi insulin. Asam amino tertentu, terutama arginin dan leusin, juga
merangsang pengeluaran insulin dari pancreas. Kadar glukagon yang diskresikan sel A
pankreas, dalam darah mungkin meningkat atau menurun, bergantung pada isi makanan.
Kadar glukagon menurun sebagai respons terhadap makanan tinggi karbohidrat, tetapi kadar
glucagon meningkat sebagai respons terhadap makan makanan tinggi protein.

Setelah makan makanan campuran khusus yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak,
kadar glucagon relatif tetap sedangkan kadar insulin meningkat.

c) Kadar glukosa darah pada keadaan puasa

Selama puasa, kadar glukosa darah menurun, insulin menurun dan kadar glucagon
meningkat. Perubahan hormone – hormone ini menyebabkan hati menguraikan glikogen
(glikogenolisis) dan membentuk glukosa melalui proses glukoneogenesis sehingga kadar
glukosa darah dapat dipertahankan.

Kadar glukosa darah pada berbagai tahapan puasa

Glukosa (mg/dL)

Glukosa, 700 g/hari: 100

Puasa 12 jam: 80

Kelaparan 3 hari: 70

Kelaparan 5-6 minggu :65

d) Kadar glukosa darah selama puasa jangka panjang (kelaparan)

Selama puasa jangka panjang terjadi sejumlah perubahan dalam pemakaian bahan
bakar yang menyebabkan jaringan lebih sedikit menggunakan glukosa dibandingkan dalam
keadaan puasa singkat dan lebih banyak menggunakan bahan bakar yang berasal dari
triasilgliserol adipose (yaitu, asam lemak dan turunannya, badan keton). Oleh karena itu
kadar glukosa darah tidak turun secara drastis. Sebenarnya bahkan setelah kelaparan 5-6
minggu, kadar glukosa darah tetap dalam rentang 65 mg/dL.
Regulasi glukosa darah dapat berasal dari :

1. Karbohidrat makanan,

2. Lemak dan protein makanan ataupun yang ada dalam darah sendiri

3. Glikogen yang disimpan dalam otot tubuh

Karbohidrat dari makanan (ubi2an, biji2 an, buah2 an) setelah sampai diusus akan
dicerna dan terurai menjadi glukosa dan derivate lainnya. Glukosa yang ada dalam rongga
usus oleh jonjot2 mukosa usus akan diserap dan dibawa oleh darah keseluruh bagian tubuh.
Kalau tubuh memerlukan enerji untuk gerak, berpikir dan lainya, maka yang mula2
digunakan sebagai sumber enerji adalah glukosa darah. Glukosa darah akan diproses oleh
insulin yang dihasilkan pancreas menjadi kalori (untuk enerji), air (H2O) dan CO2. Kalau
tubuh tidak memerlukan enerji maka glukosa darah oleh glucagon akan diubah dan
disimpansebagai glikogen otot . Kalau kadar glukosa darah tidak mencukupi maka glikogen
otot oleh glucagon akan diubah menjadi glucose. Sumber lain untuk mencatu glucose darah
adalahlemak tubuh , protein tubuh melalui proses glukoneogenesis menjadi glucose.

Ada beberapa factor yang mengatur kadar glucose tidak melaui ambang batas:

1. INSULIN yang dihasilkan PANKREAS tubuh. Insulin mengubah glucose darah


menjadi enerji

2. GLUKAGON yang dihasilkan PANKREAS; apabila kadar glucose berlebih akan diubah
menjadi glikogen, atau sebaliknya apabial kadar glucose darah rendah akan mengubah
glikogen menjadi glucose

3. Proses glukoneogenesis yang akan mengubah Lemak dan protein tubuh menjadi
glucose darah apabila kadar glucose darah rendah

3. ABSORBSI GLUKOSA DARAH

Tubuh setelah mendapat intake makanan yang mengandung gula akan melakukan
proses pencernaan, dan absorbsi akan berlangsung terutama di dalam duodenum dan jejunum
proksimal, setelah absorbsi akan terjadi peningkatan kadar gula darah untuk sementara waktu
dan akhirnya kembali pada kadar semula baseline. ( Sylvia Anderson Price, 2008 ). Besarnya
kadar gula yang diabsorbsi sekitar 1 gram/kg BB tiap jam. Kecepatan absorbsi gula di dalam
usus halus konstan tidak tergantung pada jumlah gula yang ada atau kadar dimana gula
berada. Untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam memetabolisme karbohidrat dapat
ditentukan dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). ( Sylvia Anderson Price, 2009 )

4. PENGERTIAN GLIKOLISIS

Glikolisis adalah proses penguraian molekul glukosa yang memiliki enam atom
karbon, secara enzimatik untuk menghasilkan dua molekul piruvat yang memiliki tiga atom
karbon. Glikolisis dapat terjadi di luar tubuh setelah sampel darah dikeluarkan dari dalam
tubuh, bila tanpa zat penghambat glikolisis maka komponen yang ada dalam sampel darah
seperti eritrosit, lekosit, dan juga kontaminasi bakteri dapat menyebabkan kadar glukosa
darah menurun. Glikolisis juga dapat terjadi karena pengaruh suhu dan lama penyimpanan.
( Henry, 2011 )

5. PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN GLUKOSA DARAH

1. Hiperglikemia

· karena penyakit kelenjar tiroid/gondok. Pada pembesaran kelenjar tiroid/gondok maka


akan terjadi peningkatan kadar glucose darah. Kenaikan kadar glucose darah disebabkan
hiper aktifitas dari hormone yang dikeluarkan kel gondok (tiroksin)

· Hiperglikemi karena kelainan kelenjar otak (hipofise, hipotalamus)

· Hiperglikemi karena kekurangan, kelemahan aktifitas hormone insulin yang diproduksi


dan dikeluarkan oleh pancreas> Kelainan in disebut Diabetes Mellitus.

2. Hipoglikemia

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa
darah berada dibawah normal , yang terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang
dimakan , aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Syndrome hipoglikemia ditandai
dengan gejala klinis antara lain : penderita merasa pusing , lemas , gemetar , pandangan
menjadi kabur dan gelap , berkeringat dingin , detak jantung meningkat dan terkadang sampai
hilang kesadaran ( syok hipoglikemia ).

6. METODE PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

a. Metode Kimia atau Reduksi

Prinsip : Proses kondensasi dengan akromatik amin dan asam asetat glacial pada suasana
panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau yang kemudian diukur secara fotometris.
Beberapa kelemahan / kekurangannya adalah metode kimia ini memerlukan langkah
pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan lebih
besar. Selain itu reagen pada metode ortho-toluidin bersifat korosif.

b.Metode Enzimatik

1. Metode Glukose Oksidase ( GOD-PAP )

Prinsip : enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonalakton
dan hydrogen peroksida.

Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi
pertama spesifik untuk glukosa, khususnya B-D glukosa, sedangkan reaksi kedua tidak
spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan hasil pemeriksaan lebih rendah.
Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan glutation menghambat reaksi karena zat-zat ini akan
berkompetisi dengan kromogen bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil
pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan dari metode glukosa oksidase adalah karena
murahnya reagen dan hasil yang cukup memadai.

2. Metode Heksokinase

Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk
glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat dehidrogenase akan
mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide adnine dinueleotide phosphate
(NAPP+)

c. Reagen Kering (Gluco DR)

Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakanuntuk mengukur
kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening pemeriksaan kadar glukosa darah.
Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler atau darah vena, tidak dapat menggunakan
sampel berupa plasma atau serum darah.

Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada teknologi
biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai bagian yang dapat
menarik darah utuh dari lokasi pengambilan / tetesan darah kedalam zona reaksi. Glukosa
oksidase dalam zona reaksi kemudian akan mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas
arus electron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam sampel
darah.

Pemeriksaan gula darah atau tes glukosa darah adalah tes yang bertujuan untuk
mengukur jumlah glukosa (gula) dalam darah. Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk
memeriksa diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional, di mana kadar gula darah
seseorang meningkat. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan gula darah juga dapat digunakan
untuk menguji hipoglikemia, ketika kadar gula darah terlalu rendah.

Pada orang dengan diabetes tipe 1, dokter mungkin akan menyarankan untuk
melakukan tes gula darah sebanyak 4-8 kali dalam sehari. Tes ini bisa dilakukan sendiri pada
waktu sebelum makan besar atau makan selingan, sebelum dan sesudah olahraga, dan
sebelum tidur. Pemeriksaan gula darah juga dibutuhkan saat Anda sakit, saat Anda mengubah
rutinitas harian Anda, atau jika Anda baru memulai pengobatan baru.

Pada diabetes tipe 2, pemeriksaan gula darah disarankan untuk dilakukan sebanyak
dua kali atau lebih dalam sehari, tergantung dari jenis dan jumlah insulin yang Anda
perlukan. Anda dapat melakukan pemeriksaan gula darah pada waktu sebelum makan atau
sebelum tidur. Jika Anda penderita diabetes tipe 2 yang tidak memerlukan obat insulin, Anda
tidak perlu menguji gula darah Anda setiap hari.

Berbagai macam pemeriksaan gula darah

Biasanya tes gula darah dilakukan sendiri di rumah dengan alat yang mudah
digunakan. Tes gula darah yang dimaksud pada penjelasan di atas (yang dilakukan beberapa
kali dalam sehari oleh penderita diabetes) adalah tes gula darah sewaktu (GDS), yang bisa
dilakukan di rumah kapan saja. Namun, lebih dari itu, ternyata masih banyak lagi tes yang
dapat dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah.

1. Tes kadar gula darah sewaktu (GDS)

Tes ini bisa Anda lakukan kapan saja dan di mana saja, sehingga biasa dilakukan oleh
orang dengan diabetes. Tes ini mengukur kadar gula darah terlepas dari kapan terakhir Anda
makan. Tes GDS dilakukan secara acak dalam satu hari karena kadar glukosa darah bisa saja
berubah setiap waktu pada orang dengan diabetes. Berbeda dengan orang sehat yang biasa
mempunyai kadar gula darah yang tidak banyak berubah dalam satu hari. Jika pada orang
sehat dilakukan tes gula darah sewaktu dan hasilnya menunjukkan hasil yang bervariasi,
mungkin orang tersebut sedang mengalami masalah pada gula darahnya.

2. Tes gula darah 2 jam post-prandial (GD2PP)

Tes gula darah ini dilakukan 2 jam setelah Anda makan. Tes ini berguna untuk
mengetahui apakah seseorang dengan diabetes sudah tepat dengan pola makannya. Jika
hasilnya tinggi, kemungkinan makanan Anda yang Anda makan sebelumnya mengandung
jumlah gula atau karbohidrat yang banyak, dan sebaliknya. Tes ini mungkin kurang tepat
untuk mendiagnosis apakah Anda menderita diabetes atau tidak.

3. Tes gula darah puasa (GDP)

Tes gula darah ini dilakukan setelah Anda berpuasa selama 8 jam. Biasanya Anda
disarankan untuk melakukan puasa pada malam hari dan pagi harinya Anda melakukan tes
GDP ini. Tes GDP sering digunakan sebagai tes pertama untuk mengetahui apakah Anda
menderita prediabetes atau diabetes.

4. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)

Ini merupakan serangkaian tes yang dilakukan setelah Anda minum cairan manis
yang mengandung gula. Tes ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis diabetes yang terjadi
selama kehamilan (diabetes gestasional). Tes ini juga bisa dilakukan setelah hamil jika wanita
memiliki kadar gula darah tinggi selama kehamilan. TTGO juga bisa digunakan untuk
mendiagnosis prediabetes atau diabetes pada orang sehat.

5. Hemoglobin A1c (HbA1c) atau glikohemoglobin

Tes ini mengukur seberapa banyak glukosa (gula) yang menempel pada sel darah
merah. Tes HbA1c biasanya dilakukan pada penderita diabetes untuk mengetahui seberapa
baik ia dapat mengontrol penyakitnya dalam dua sampai tiga bulan terakhir. Dari hasil tes
tersebut, dokter juga dapat menentukan apakah obat diabetes Anda perlu diganti. Hasil tes
HbA1c juga dapat memberi tahu berapa kadar rata-rata gula darah Anda. Tes HbA1c juga
dapat digunakan pada orang sehat untuk mendiagnosis apakah ia menderita diabetes atau
tidak.

Apa saja yang bisa mempengaruhi hasil tes gula darah?


Beberapa kondisi tertentu dapat mempengaruhi hasil tes gula darah Anda, seperti
anemia, asam urat, kondisi lingkungan yang panas atau lembap, atau jika Anda sedang berada
di dataran tinggi. Jika hasil dari tes gula darah yang Anda lakukan sendiri terlihat tidak biasa,
Anda bisa mengkalibrasi alat Anda atau memeriksa strip tes Anda. Mungkin juga karena
prosedur yang Anda lakukan kurang tepat, sehingga bisa mempengaruhi hasil tes.

Biasanya orang dengan diabetes akan memiliki kadar gula darah normal sebesar 70-
130 mg/dl sebelum makan dan kurang dari 180 mg/dl setelah makan. Namun, angka ini bisa
berbeda untuk setiap individu dan bisa saja berubah sepanjang hari.

Kadar gula darah dapat diperiksa melalui beberapa tes, antara lain:

 Gula darah puasa (GDP)

Melakukan cek kadar gula darah puasa ini, biasanya dilakukan setelah Anda berpuasa
selama setidaknya 8 jam. Meski demikian, Anda masih tetap diperbolehkan untuk
mengonsumsi air putih. Biasanya tes untuk mengetahui kadar gula normal atau tidak, serta
memeriksa apakah Anda mengalami prediabetes dan diabetes.

Berikut ini merupakan kriteria kadar gula normal dari hasil yang ditunjukkan oleh tes GDP:

Normal (tidak menderita diabetes) : di bawah 108 mg/dl

Prediabetes : 108-125 mg/dl

Diabetes : di atas 125 mg/dl

 Gula darah 2 jam postprandial (GD2PP)

Tes ini dilakukan 2 jam setelah Anda makan terakhir. Biasanya tes ini dilakukan
untuk melihat apakah orang dengan diabetes mengonsumsi makanan yang tepat, sehingga
tidak berdampak buruk pada insulin dalam tubuh. Kadar insulin yang terlalu tinggi dalam
tubuh pada orang diabetes dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah dan syaraf.

Berikut ini merupakan kriteria kadar gula normal dari hasil yang ditunjukkan oleh tes
GD2PP:

Normal (tidak menderita diabetes) : di bawah 140 mg/dl

Prediabetes : 140-199 mg/dl

Diabetes : 200 mg/dl atau lebih

 Gula darah sewaktu (GDS)

Tes ini bisa dilakukan kapan saja, bisa dilakukan secara acak sepanjang hari. Tes secara
acak ini berguna karena kadar glukosa pada orang sehat menunjukkan angka yang tidak jauh
berbeda sepanjang hari. Jika hasil GDS pada orang sehat menunjukkan hasil yang sangat
bervariasi tiap waktu (bisa lebih dari 200 mg/hari), dapat diartikan bahwa orang tersebut
sedang bermasalah dengan gula darahnya.

Berikut ini merupakan kriteria kadar gula normal dari hasil yang ditunjukkan oleh tes GDS:

Normal (tidak menderita diabetes) : di bawah 200 mg/dl

Diabetes : di atas 200 mg/dl

Namun, sebenarnya kadar gula normal atau tidak di dalam darah, bisa berubah sepanjang
waktu, seperti sebelum makan dan setelah makan. Berikut ini merupakan kisaran normal
kadar gula darah Anda di tiap waktunya.

Setelah tidak makan selama 8 jam (puasa): kurang dari 100 mg/dl

Sebelum makan: 70-130 mg/dl

Setelah makan (1-2 jam): kurang dari 180 mg/dl

Sebelum tidur : 100-140 mg/dl

Hemoglobin A1c (HbA1c)

Tes ini dilakukan untuk mengukur seberapa banyak glukosa (gula) yang menempel
dalam sel darah merah. Tes ini digunakan untuk mendiagnosis diabetes dan juga dapat
menunjukkan sudah seberapa baik orang dengan diabetes dapat mengontrol penyakit
diabetesnya selama 2-3 bulan terakhir. Hasil tes A1c dapat digunakan untuk memperkirakan
kadar gula darah rata-rata.

Kriteria hasil tes HbA1c akan ditunjukkan seperti berikut ini:

Normal (tidak menderita diabetes) : di bawah 42 mmol/mol (6%)

Prediabetes : 42-47 mmol/mol (6-6,4%)

Diabetes : 48 mmol/mol (6,5%) atau lebih

Penyebab gula darah naik

 Dehidrasi

Kadar gula sewaktu Anda mengalami dehidrasi pasti akan melonjak naik. Dehidrasi
ternyata dapat berbahaya untuk penderita diabetes melitus. Pada orang normal dan sehat,
mengalami dehidrasi dapat meningkatkan kadar gula darah normal dalam tubuh.

Hal ini karena aliran darah dalam tubuh kekurangan cairan dan lebih mengental. Hubungan
ini juga dapat terjadi sebaliknya, ketika gula darah meningkat maka tubuh akan
mengeluarkan urin lebih banyak, oleh karena itu dehidrasi terjadi.

Biasakan diri Anda untuk mengonsumsi air mineral, bukan lagi 8 gelas per hari
namun meminum air mineral sesuai dengan kebutuhannya agar terdehidrasi dengan baik.
Semakin tinggi aktivitas fisik yang dilakukan, maka semakin banyak kebutuhan air yang
dibutuhkan tubuh

 Fenomena fajar

Kondisi gula darah sewaktu fajar atau di pagi hari bisa meningkat. Ini disebut sebagai
fenomena fajar atau dawn phenomenon, di mana tubuh mengalami peningkatan sejumlah
hormon yang dapat meningkatkan gula darah secara drastis.

Kejadian ini biasa terjadi pada pukul 2 hingga 8 pagi, di mana tubuh mengeluarkan
hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epineprin, yang dapat
meningkatkan resistensi insulin sehingga kadar gula darah sewaktu pagi bisa naik.

Pada orang yang mengalami diabetes, insulin yang sudah ada sebelumnya tidak bekerja
dengan baik, kemudian terjadi fenomena fajar yang membuat kerja insulin semakin
terhambat. Hal inilah yang dapat menyebabkan peningkatan gula darah sangat tinggi. Oleh
karena penderita diabetes disarankan untuk tidak mengonsumsi makan malam terlalu larut
dan melakukan aktivitas fisik setelah makan malam.

 Kurang tidur

Penderita diabetes sering dianjurkan untuk tidur cukup. Pasalnya, gula darah sewaktu
orang diabetes kurang tidur, akan meningkat dan bisa menimbulkan stres. membatasi tidur
penderita diabetes melitus tipe satu hanya 4 jam dalam semalam, dan hasilnya diketahui
bahwa sensitivitas insulin mereka menurun 14% hingga 21%.

Jam tidur yang kurang juga akan meningkatkan stress pada tubuh dan berakibat pada kadar
gula darah naik. Para ahli menyatakan bahwa ketika tidur terjadi penurunan hormon kortisol
dan aktivitas sistem saraf yang dapat menjaga regulasi kadar gula darah dalam tubuh.

 Suhu ekstrem

Suhu dingin atau panas yang ekstrem memang akan membuat penderita diabetes
mengalami kenaikan kadar gula dalam. Ini disebabkan karena suhu lingkungan yang ekstrem
dapat mengganggu sistem pada kadar gula darah.

Misalnya, bila orang diabetes merasakan panas, ia akan sulit berkeringat layaknya orang
sehat yang kepanasan. Maka terkadang, suhu tubuh yang tidak normal ini bisa menyebabkan
kadar gula darah normal di dalam tubuhnya jadi meningkat. Selain itu, suhu yang ekstrem
bisa menyebabkan komplikasi pada tubuh orang diabetes.

 Terlalu banyak mengonsumsi kafein


Kopi, teh, dan coklat, adalah sekian banyak sumber kafein yang akrab sehari-hari
dikonsumsi masyarakat. Namun, tahukah Anda, meskipun orang diabetes tidak pakai gula
saat minum teh atau kopi, kadar gula darahnya tetap bisa naik?

Ya, menurut penelitian dari Duke University pada tahun 2008, menemukan bahwa
penderita diabetes melitus tipe 2 yang memiliki kebiasaan mengonsumsi kopi atau teh yang
mengandung 500 miligram kafein, dapat meningkatkan 7,5 persen kadar gula darah. Ada
baiknya penderita diabetes mengurangi dan menghindari konsumsi kafein untuk mencegah
lonjakan kadar gula dalam darahnya.

Bagaimana mencegah kadar gula darah normal naik?

1. Olahraga dan buat badan tetap bergerak

American Diabetes Association merekomendasikan agar tiap orang, telebih pasien


diabetes, tetap aktif bergerak dan olahraga. Olahraga selama 30 menit, seperti aerobik atau
hanya sekadar jogging, bisa menurunkan kadar gula darah dan menjaga kadar gula darah
normal.

Olahraga juga bisa membantu tubuh Anda menjadi lebih peka terhadap insulin. Bila Anda
berolahraga, kadar kolesterol total dan trigliserid dalam tubuh pun akan berkurang. Di mana
ini juga bisa meningkatkan kolesterol HDL ‘kolesterol baik’.

2. Jaga pola dan asupan makan pasien diabetes

Pasieen diabetes harus tahu dan selalu memilih makanan sehat, karena ini sudah
menjadi bagian perawatan diabetes Anda. Awalnya mungkin akan terasa sulit karena harus
mengubah kebiasaan makan. Lakukanlah secara bertahap, ubahlah kebiasaan makan yang
paling mudah untuk Anda.

Bila Anda berhasil melakukan ini, teruskan sampai Anda memiliki kebiasaan makan
makanan bergizi. Memang, awalnya akan sulit dilakukan, tapi Anda bisa meminta dolter atau
ahli gizi untuk membantu Anda merubah pola makan sehari-hari.Pola makan sehat ini akan
membantu Anda menjaga gula darah normal.

Untuk menjaga asupan pola makan tetap sehat, dan Anda tidak harus tersiksa menahan diet
sehat ini, ada beberapa tips yang bisa Anda ikuti. Lakukan tips berikut untuk membantu
merencanakan pola makan sehat:

3. Pilih menu makanan yang sehat dan sesuai dengan kondisi tubuh

Selalu sertakan sumber karbohidrat sehat dalam menu makan harian Anda seperti
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang polong, dan makanan olahan susu rendah lemak.
Makanan ini banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat makanan. Menjadi pasien
diabetes bukan berarti Anda harus total menghindari makanan berkabohidrat, Anda hanya
harus memilih sumber karbohidrat yang sehat.
4.Jauhi gula dan ganti dengan pemanis buatan yang aman

Pemanis yang rendah kalori, biasanya mengandung kromium untuk meningkatkan


fungsi insulin dalam tubuh, sehingga membantu Anda dalam mengontrol gula darah. Hindari
semua jenis minuman manis termasuk soda, jus buah, minuman olahraga, dan yang lainnya.

Jika Anda ingin makanan manis, makanlah dengan porsi kecil. Gula darah sewaktu Anda
terlalu banyak makan makanan manis bisa meningkat dan malah memperburuk kondisi
diabetes Anda.

5. Jangan melewatkan sarapan

Tahukah Anda, bahwa gula darah sewaktu Anda meninggalkan sarapan, kadarnya
akan meningkat naik? Ya, gula darah bisa meningkat jika Anda secara dramatis mengubah
waktu dan jumlah yang Anda makan, akan lebih sulit bagi Anda untuk mengendalikan kadar
gula darah. Maka dari itu, patuhi jadwal sarapan, makan siang, dan makan malam.

Ini berfungsi jika sewaktu-waktu gula darah Anda meningkat, akan lebih mudah untuk
melihat apa yang memengaruhi gula darah Anda. Anggaplah waktu makan adalah obat yang
bisa menjaga gula darah normal.

6. Jaga suasana hati dan kelola stres

Dokter dan para ahli kesehatan sudah lama menganjurkan orang dengan diabetes untuk selalu
menghindari stress. Pasalnya, hormon yang akan muncul ketika stres adalah adrenalin dan
kortisol, yang mana kedua hormon ini juga berfungsi untuk meningkatkan gula darah untuk
meningkatkan energi dalam tubuh.

Tanpa Anda sadari, stres yang Anda alami ini bisa menguras energi dan tenaga yang ada di
dalam tubuh yang seharusnya dipakai untuk beraktivitas. Oleh karena itu tidak jarang orang
yang mengalami stres juga sering kali merasa cepat lelah.
JOOB SHET

“ PEMERIKSAAN GULA DARAH ”

Pengertian

Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang.

Macam- macam pemeriksaan gula darah:

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤ 200 mg/dl.

Persiapan Alat Gambar


1. Glukometer

2. Kapas Alkohol

3. Hand scone

4. Stik GDA

5. Lanset
6. Bengkok

7. Sketsel

Persiapan Lingkungan
Menjaga privace klien.
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien.
2. Mencuci tangan.

3. Pasang sketsel.

4. Memakai handscone

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin.


6. Dekatkan alat di samping pasien.

7. Pastikan alat bisa digunakan.


8. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
9. Menusukkan lanset di jari tangan pasien.

10. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik


GDA.

11. Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.

12. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.

13. Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca.

14. Membereskan dan mencici alat.


15. Mencuci tangan.

B. ABI (Ankle Brachial Index)

1. Pengertian
Ankle Brachial Index (ABI) merupakan prosedur pemeriksaan diagnostik sirkulasi
ekstremitas bawah untuk mendeteksi kemungkinan adanya peripheral artery disease
(PAD) dengan cara membandingkan tekanan darah sistolik tertinggi dari kedua
pergelangan kaki dan lengan (Braynt &Nix, 2006:262).

2. Manfaat
Pemeriksaan non invasif ini digunakan untuk menskirining pasien yang mengalami
insufisiensi arteri untuk mengetahui status sirkulasi ekstremitas bawah dan resiko luka
vaskuler serta mengidentifikasi tindakan lebih lanjut. Pemeriksaan ini dianjurkan pada
penderita diabetes melitus tipe 2 terutama yang memiliki faktor resiko seperti, merokok,
obesitas, dan tingginya kadar trigliserida dalam darah berdasarkan hasil laboratorium
(Braynt &Nix, 2006).

3. Prosedur pelaksanaan (Braynt & Nix, 2006)

1) Letakkan pasien pada posisi supinasi kurang lebih selama 10 menit sebelum
pemeriksaan dilaksanakan.

2) Ukur tekanan darah bagian ekstrimitas atas atau lengan atas dengan memasang
manset tensi meter pada lengan pasien diarea brachial, lakukan hal yang sama
pada lengan yang lain.

3) Catat hasil pengukuran tekanan sistol brachial tertinggi dari kedua lengan.

4) Kemudian mengukur tekanan sistol pada kaki (ankle) dengan memasang


manset dikaki bagian bawah 2,5 cm diatas mata kaki (meleolus), lakukan hal
yang sama pada kaki yang lain.

5) Catat hasil pengukuran tekanan sistol ankle tertinggi dari kedua kaki

4. Interpretasi

1) Batas Normal

ABI dengan nilai lebih dari 0,9 dinilai sebagai nilai normal atau terbebas
dari keadaan PAD karena darah masih bersirkulasi dengan baik tanpa adanya
obstruksi yang bermakna pada pembuluh perifer, sehingga kebutuhan nutrisi dan
oksigen pada ekstremitas bawah dapat terpenuhi dengan baik (Smeltzer & Bare,
2008).

Penderita diabetes melitus yang tergolong usia pertengahan/middleage (45–49


tahun), keadaan pembuluh darah relatif masih baik, namun perlu pemantauan
untuk mengantisipasi terjadinya PAD (Mansjoer, 2007).

2) Ischemia ringan

ABI dalam rentang 0,6 sampai 0,8 merupakan border line perfusion / batasan
perfusi / iskemia ringna. Gejala primer PAD berupa nyeri pada pantat / betis ketika
berjalan (klaudikasio intermiten) mulai terasa (Smeltzer & Bare, 2008). Rasa nyeri
timbul karena adanya oklusi pembuluh darah yang mengakibatkan ketidak
mampuan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi terutama pada
ekstremitas bawah saat metabolisme meningkat. Oklusi yang terjadi masih dalam
rentang sedang, sehingga untuk mengatasinya dapat dilakukan terapi fisikseperti
senam kaki (Braynt & Nix, 2006).
Proses penuaan yang mengakibatkan perubahan dinding pembuluh darah
sehingga mempengaruhi transportasi oksigen dan nutrisi kejaringan. Lapisan
intima menebal sebagai akibat proliferasi seluler dan fibrosis. Serabut dilapisan
media mengalami kalsifikasi, tipis dan terpotong, serta kolagen yang menumpuk
dilapisan intima dan media. Perubahan tersebut menyebabkan kekakuan pembuluh
darah, yang mengakibatkan peningkatan tekanan pembuluh perifer, ganguan aliran
darah, dan peningkatan kerja ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2008).

Prevalensi PAD pada penderita diabetes melitus tipe 2 dilaporkan terjadi


sebesar 20,5% pada usia 40 - 59 tahun, 48,3% pada usia 60 - 69 tahun, dan 31,2%
pada usia 70-79 tahun (Jaff, 2004 dalam Chaniago, 2007).

3) Iskemia Berat

Kondisi iskemia berat dengan interpretasi ABI sebesar < 0,5 terjadi akibat
buruknya perfusi perifer karena oklusi yang mulai memanjang sehingga denyut
jantung dan tekanan arteri menurun. Keadaan ini menyebabkan hipoksia jaringan
sehingga mengakibatkan iskemia pada kaki dan bila terdapat luka, maka
penyembuhan luka sulit kecuali dilakukan revaskularisasi (Sudoyo, 2007).

Iskemia berat dapat diklasifikasikan dengan “6P”, yaitu: pulselessness, pain,


pallor, poikilothermy (coldness), parastesia, paralysis (Lysen, 2006 dalam
Chaniago, 2007).

4) Iskemia kiritis

Nilai ABI < 0,4 mengartikan bahwa telah terjadi iskemia pada kaki yang kiritis.
Hal ini merupakan kondisi klimaks dari iskemia berat yang dimanifestasikan dengan
terjadinya aulserasi dan gangren. Gangren yang terjadi menunjukkan adanya kematian
jaringan atau nekrosis. Gangren dibedakan menjadi 2 yaitu gangren kering yang
disebabkan berhenti totalnya aliran darah dengan nekrosis pada seluruh bagian dangan
ganggren basah jika obstruksinya tidak total sehingga daerah nekrosis bercampur baur
dengan daerah edema / peradangan (Price & Wilson, 2006).

Interpretasi Nilai Ankle Brachial Index (ABI) (WOCN Society, 2002 dalam Bryant
&Nix, 2006)

 NilaiABI Interprestasi

o ABI > 0,9– 1,3 Batas normal

o ABI < 0,6 – 0,8 Borderlineperfusion/ perbatasan perfusi

o ABI < 0,5 Iskemia berat


o ABI < 0,4 Iskemia kaki kiritis

Penelitian serupa pernah dilakukan Ayu tahun 2009 mengenai gambaran


sirkulasi darah pada kaki penderita diabetes melitus. Subjek penelitian diambil dari
penderita diabetes melitus tipe 2 usia lanjut di Puskesmas II Denpasar Barat Provinsi
Bali sebanyak 40 orang yang diambil dengan cara consecutive sampling.Variabel
yang diambil adalah nilai ABI responden dari hasil pengukuran tekanan darah sistolik
pada arteri brachialis, arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis pada kedua
ekstremitas. Analisis data dengan analisis univariat, didapatkan hasil : ABI border line
(65%), ABI normal (35%), dan tidak ada responden dengan ABI iskemia berat
maupun iskemia kaki kiritis (Ayu, 2009).

5) Faktor yang mempengaruhi nilai ABI

Beberapa faktor resiko yang dapat dimodifikasi yang telah lama dihubungkan
dengan proses artherosklerosis pada koroner ternyata juga memberikan kontribusi
terhadap kejadian artherosklerosis pada sirkulasi perifer. Faktor – faktor resiko yang
mempengaruhi ABI antara lain sebagai berikut :

a. Merokok

Data yang diambil dari studi observasional membuktikan peningkatan resiko


PAD sebesar dua hingga tiga kali lipat pada perokok. Merokok bisa merusak dan
mengencangkan pembuluh darah, meningkatkan kadar kolesterol dan
meningkatkan tekanan darah, merokok juga tidak memungkinkan oksigen yang
cukup untuk mencapai jaringan tubuh. Merokok bahkan terbukti meningkatkan
resiko terkena PAD lebih besar dari penyakit jantung koroner (PJK).

b. Diabetes mellitus

Pasien dengan diabetes melitus sering memiliki obstruksi PAD yang luas
dan berat serta kecenderungan yang tinggi untuk mengalami kalsifikasi arteri
terutama di daerah distal seperti arteri peroneal dan tibialis. Resiko PAD
meningkat dua hingga empat kali pada penderita diabetes melitus dengan
kecenderungan amputasi yang lebih tinggi.

c. Hipertensi
Hipertensi merusak arteri dalam dengan cara yang sama seperti asap rokok,
arteri dirancang untuk memompa darah pada tekanan tertentu jika tekanan berlebihan,
dinding arteri akan rusak.

d. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia
merupakan faktor resiko yang utama, perubahan gaya hidup masyarakat erat
hubungannya dengan peningkatan kadar lipid. Penurunan kadar kolesterol sebesar
1% akan menurunkan resiko.

JOB SHEET

“pemeriksaan ABI”

STIKes Medistra Indonesia

Jalan cut mutia raya no. 88A, sepanjang jaya, rawalumbu,


sepanjang jaya, kota Bekasi, jawa barat, 17113
Standar operasional prosedur
pengertian Ankle brachial index adalah test non invasive untuk mengukur rasio
tekanan darah sistolik kaki (ankle) tertinggi dengan tekanan darah sistolik
lengan (brakhial) tertinggi.

tujuan Dilakukan pada pasien yang mengalami luka pada kaki/leg ulser yang
tidak kunjung sembuh (lebih dari 12 minggu) pasien datang dengan ulkus
kambuhan pasien dengan luka yang semakin memburuk sebelum
dilakukan blande pemeriksaan rutin tiga bulanan ulkus yang semakin
meluas

petugas Perawat
peralatan 1. Simple held vasculer
doppler ultrasound
probe

2. Jely

3. Tensimeter

4. Stetoskop

5. Tissue
6. Buku dan alat tulis

Prosedur A. Tahap orientasi


pelaksanaan 1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri/menanyakan nama pasien
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
B. Tahap kerja
1. Mencuci tangan
2. Anjurkan pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi
dengan posisi jantung.

3. Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan probe


vascular doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis atau
arteri posterior tibialisdengan sudut 45 derajat
4. Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20
mmHg diatas tekanan darah sistolik palpasi
5. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi
oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah sistholic
brachialis
6. Ulangi pada lengan yang lain
7. Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan
probe vascular doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis
atau arteri posterior tibialis dengan sudut 45 derajat
8. Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20
mmHg diatas tekanan darah sistolik palpasi
9. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi
oleh probe vasculer doppler ultrasound hasilnya merupakan
tekanan darah sistolik ankle
10. Ulangi pada kaki yang lain
11. Pilih tekanan darah sistolik brakhialis tertinggi (diantara lengan
kanan dan kiri) dan tekanan darah sistolik ankle tertinggi (nadi
dorsalis pedis atau posterior tibialis diantara kaki dan kaki kiri)
12. Menjelaskan hasil pemeriksaan ABI
13. Mencuci tangan
C. Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil pengkajian
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan
4. Merapikan alat
5. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

A. DIABETIC (DIABETES MELITUS)

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran


air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan
simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.
Sebenarnya Diabetes merupakan penyakit keturunan atau bawaan Gen. Bila orang tua
kita menderita Diabetes kemungkinan besar kita akan menderita Diabetes juga. Jadi dengan
melihat garis keturunan kita harus waspada karena tidak 100 persen muncul penyakit itu,
kemungkinan kita sebagai pembawa sifat/gen kemungkinan yang kena anak kita dst. Gejala
atau symptom Diabetes Mellitus, atau Kencing Manis antara lain; Obesitas/Kegemukan,
sering kencing/polyuria, banyak berkeringat, berat badan menurun drastis, selalu merasa
lapar dan haus/polydipsia, lesu, dan kalau luka sulit sembuh.

B. Tipe – Tipe Diabetes Melitus


Berdasarkan penyebab dasarnya, para pakar kesehatan telah membagi penyakit diabetes ini
menjadi tiga tipe.

 Diabetes Melitus tipe 1


Tipe diabetes ini umumnya menyerang anak hingga remaja. Oleh karena itulah
jenis atau tipe diabetes mellitus ini di namakan juga dengan sebutan juvenile diabetes.
Adapan penyebab dasar dari tipe diabetes 1 ini adalah karena adanya kerusakan atau
kesalahan genetik pada sel pankreas sehingga sistem imun terganggu dan tidak bisa
menghasilkan hormon insulin.
Penderita diabetes tipe 1 ini sangat tergantung dengan insulin dari luar. Untuk
kelangsungan hidupnya, penderita harus mendapatkan suntikan hormon insulin secara
rutin dan terjadwal. Oleh karena itulah tipe 1 ini juga dinamakan dengan Insuline
Dependent Diabetic Mellitus atau IDDM.
Diabetes melitus tipe 1 ini seringnya muncul secara mendadak dengan gejala : tiba-
tiba sering cepat merasa haus, sering buang air kecil (sering ngompol pada anak),
badan menjadi kurus secara drastis dan lemah. Jika insulin tidak segera diberikan,
penderita bisa tiba-tiba tidak sadarkan diri atau koma diabetik.
 Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan oleh kurang mampunya tubuh didalam
merespon hormon insulin sehingga tubuh tidak mampu memanfaatkan insulin yang
dihasilkan oleh organ pankreas. Boleh jadi jadi pankreas telah memproduksi insulin
secara normal namun hormon yang dihasilkan tidak bisa dimanfaatkan oleh tubuh
secara efektif. Tubuh bersifat resisten terhadap hormon insulin.
Ketidakmampuan tubuh dalam memanfaatkan hormon insulin seringnya
dikarenakan sel-sel tubuh bersaing berat dangan sel-sel lemak dalam tubuh. Hormon
insulin banyak dihisap oleh sel-sel lemak yang menumpuk dalam tubuh. Oleh karena
itulah, tipe 2 ini lebih banyak menimpa pada orang-orang yang memiliki pola hidup
dan pola makan yang jelek sehingga terjadi penimbunan lemak atau kegemukan.
Kegemukan seringnya mengganggu sistem kerja pankreas dan metabolisme
terganggu. Kegemukan pada anak harus mendapatkan perhatian yang serius dari para
orang, jangan sampai terlambat sehingga menjadi derita di masa tuanya.
Diabetes tipe 2 inilah yang banyak menimpa para penderita penyakit diabetes. Bahkan
prosentasenya bisa sampai 90% dari keseluruhan penderita diabetes melitus

Berbeda dari tipe 1 yang muncul tiba-tiba, diabetes tipe 2 memiliki


perkembangan yang sangat lambat sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah sering-
seringlah Anda memeriksakan kadar gula Anda untuk bisa mendeteksi sedari dini.
Gejala diabetes melitus tipe 2 sering kali tidak  terasa. Namun Anda perlu waspada.
Tubuh yang mengalami resistensi terhadap hormon insulin akan memaksa organ
pankreas untuk memproduksi insuline sebanyak-sebanyaknya untuk dapat
menggempur resistensi insulin tersebut dan memberi kesempatan gula untuk masuk
de dalam sel tubuh.
Kondisi ini memerlukan perbaikan secepatnya. Kalau tIdak, pankreas akan bekerja
ekstra keras yang menyebabkan dia kelelahan dan akhirnya bisa rusak. Dengan
rusaknya pankreas maka bisa Anda bayangkan sendiri akibatnya. Sangat mengerikan ,
tubuh sudah resisten ditambah lagi insulin sudah tidak bisa diproduksi lagi karena
organ yang bertanggung jawab sudah KO.

 Diabetes Melitus Tipe 3


Tipe diabetes ini merupakan gabungan dari diabetes tipe 1 dan tipe 2. Hal ini
terjadi ketika penderita diabetes melitus 1 secara terus menerus disuntik insulin, ada
sebagian penderita menjadi resisten terhadap hormon dari luar tersebut sehingga dia
menderita tipe 2 sekaligus.
Diabetes melitus tipe 3 juga bisa terjadi karena penderita diabetes melitus tipe 2
mengkonsumsi obat-obatan yang merangsang produksi insuline lebih banyak
sehingga pankreas menjadi lelah, lemas, dan akhirnya ambruk. Jangka panjangnya
pankreas menjadi rusak sehingga produksi menjadi sangat sedikit atau terhenti sama
sekali. Maka jadilah tipe diabetes gabungan yaitu tipe 2 dan 1 yang dinamakan
diabetes melitus tipe 3

C. Penyebab Diabetus Melitus

 Penyebab Diabetes Melitus Tipe 1


Seperti yang kita jelaskan pada artikel sebelumnya tentang tipe diabetes 1, kita tahu
bahwa diabetes tipe 1 ini terjadi karena ketidakmampuan organ pankreas didalam
memproduksi hormon insulin. Ketidakmampuan produksi insulin ini umumnya terjadi
karena adanya kerusakan pada organ pankreas.

Lalu apa penyebab rusaknya organ pankreas ini?. Ada beberapa penyebab, diantaranaya:

1. Karena faktor genetik


Yaitu organ pankreas rusak karena sistem imun tubuh sendiri secara spesifik
menyerang dan merusak sel-sel pankreas. Terjadi kesalahan pesan dari sistem imun
yang terjadi secara genetik atau faktor turunan. Jadi bila ada keluarga inti Anda
terkena diabetes maka, ada kemungkinan untuk Anda berpotensi teridap penyakit
diabetes. Namun perlu Anda ketahui bahwa terangsangnya faktor genetik sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Jadi selama Anda bisa mengendalikan faktor
lingkungan, insya Allah Anda tidak perlu terlalu khawatir. Banyak-banyaklah Anda
berdo’a kepada Allah untuk dijauhkan dari penyakit kronis ini.
2. Infeksi Virus Tertentu
Adanya infeksi virus tertentu pada pankreas sangat berpotensi untuk rusaknya sel-sel
pankreas. Akibatnya produksi insulin menjadi sangat terbatas atau bahkan tidak ada
sama sekali.

 Penyebab Penyakit Diabetes Tipe 2


Berdasarkan penjelasan pada artikel sebelumnya tentang tipe diabetes, kita
mengetahui bahwa diabetes melitus tipe 2 terjadi sebagai akibat dari tidak mampunya
tubuh untuk memanfaatkan hormon insulin karena telah terjadi resistensi tubuh
terhadap hormon tersebut. Organ pankreas pada penderita diabetes tipe 2 ini masih
berfungsi normal didalam memproduksi hormon insulin namun hormon yang
dihasilkan tidak bisa dimanfaatkan oleh tubuh sehingga gula tidak bisa masuk ke
dalam sel dan menumpuk dalam darah.

Diabetes tipe 2 ini umumnya terjadi pada kalangan dewasa tidak seperti tipe 1
yang kebanyakannya terjadi pada anak-anak dan remaja. Lalu apa penyebab diabetes
melitus tipe 2 ini ?.Para pakar kesehatan telah bayak menerangkan bahwa penyeba
diabetes tipe 2 ini karena kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan.

1. Faktor Genetik Atau Turunan


Banyak penderita diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga
mengidap penyakit diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang
berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, hipertensi,
atau obesitas. Untuk faktor genetik memang sangat sulit untuk dihilangkan.
Yang bisa kita lakukan adalah dengan kita mengendalikan faktor lingkungan
sebagai faktor perangsang untuk bangkitnya faktor genetik.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi untuk seseorang berpotensial
terserang penyakit diabetes adalah pola makan dan pola hidup yang jelek. Pola
makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung lemak dan
kalori tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan resiko diabetes.
Adapan pola  hidup jelek adalah pola hidup yang tidak teratur dan penuh
tekanan kejiwaan seperti stres yang berkepanjangan, perasaan khawatir dan
takut yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai spiritual diyakini sebagai faktor
terbesar untuk seseorang gampang terserang penyakit berat baik diabetes
maupun penyakit berat lainnya. Di samping itu aktifitas fising yang rendah juga
berpotensi untuk seseorang terjangkit penyakit diabetes.
Akan lebih dahsyat lagi ketika semua faktor lingkungan ini bertemu dangan
faktor genetik. Anda tentu bisa membayangkan bukan?.

 Penyebab Diabetes Melitus Tipe 3


Karena tipe ini merupakan gabungan dari tipe 1 dan tipe 3 maka penjelasan
akan penyebabnya pun tidak jauh dari penjelasan akan penyebab diabetes tipe 1 dan 2.

D. Komplikasi Diabtes Melitus


Diabetes tipe 1 dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berbahaya, antara lain:
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula darah yang terlalu rendah. Komplikasi ini
dipicu oleh suntik insulin yang terlalu banyak. Selain itu, hipoglikemia juga dapat
disebabkan oleh kurangnya asupan karbohidrat atau olahraga yang terlalu berlebihan.
b) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula yang terlalu tinggi. Kondisi ini dapat terjadi
akibat porsi makan yang terlalu banyak atau kurangnya dosis insulin. Hiperglikemia
yang dibiarkan tidak tertangani bisa memicu komplikasi serius ketoasidosis diabetik,
suatu kondisi di mana tubuh bukan mengolah karbohidrat, melainkan lemak sebagai
sumber energi utama.
c) Penyakit jantung dan pembuluh darah
Diabetes yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,
serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke.

d) Kerusakan saraf (neuropati)


Diabetes dapat merusak dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi nutrisi
pada saraf, terutama pada saraf di kaki. Kondisi tersebut akan memicu rasa nyeri,
sensasi terbakar, atau mati rasa di ujung jari kaki. Kerusakan saraf juga dapat terjadi
di saluran pencernaan, dan menyebabkan penderita mengalami mual, muntah, diare
atau malah sembelit. Penderita yang mengalami kerusakan saraf disarankan untuk
memeriksa kondisi kakinya tiap hari. Segera ke dokter bila ada luka yang melepuh
atau tidak kunjung sembuh. Luka yang tidak tertangani akan memicu infeksi serius,
sehingga perlu dilakukan tindakan amputasi.
e) Kerusakan ginjal (nefropati)
Kadar gula tinggi dapat merusak sistem penyaringan pada ginjal. Bila kerusakan
cukup parah, penderita dapat mengalami gagal ginjal, atau bahkan perlu menjalani
cuci darah (dialisis) atau transplantasi ginjal.
f) Kerusakan mata
Diabetes dapat meningkatkan risiko katarak dan glaukoma. Di samping itu, penyakit
ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina (retinopati
diabetik) yang bisa memicu kebutaan.
g) Komplikasi kehamilan. Gula darah tinggi meningkatkan risiko komplikasi berbahaya
pada ibu hamil, seperti ketoasidosis diabetik, retinopati diabetik, dan preeklamsia.
Janin yang dikandung juga berisiko mengalami keguguran atau kelainan saat lahir.
h) Disfungsi seksual
i) Pada pria penderita diabetes, terutama yang merokok, kerusakan saraf dan pembuluh
darah dapat memicu disfungsi ereksi. Sedangkan pada penderita diabetes wanita,
disfungsi seksual yang terjadi dapat meliputi vagina kering, sulit meraih orgasme,
atau nyeri saat berhubungan intim.

E. Luka Pada Diabetes

Penyebab luka diabetes memiliki waktu lebih lama untuk sembuh adalah karena
tingginya kadar gula darah. Kadar glukosa (gula darah) yang tinggi menyebabkan
memburuknya sirkulasi darah. Kemudian, sirkulasi darah yang buruk menghambat aliran
darah ke kulit yang dibutuhkan untuk mengobati luka.

Akibatnya, luka pada seseorang yang mengalami diabetes tetap terbuka, basah, dan
susah disembuhkan hingga berbulan-bulan. Luka yang terbuka akan berisiko tinggi
terserang infeksi jamur, infeksi bakteri, atau timbul gangren.
Luka diabetes jangan pernah diabaikan meski kecil sekalipun karena bisa
menimbulkan masalah beberapa hal berikut ini:

 Mati rasa pada sebagian anggota tubuh. Salah satu komplikasi diabetes adalah
kerusakan saraf. Jika hal ini terjadi, maka ada kemungkinan penderita mengalami
mati rasa sehingga tidak merasakan sakit saat bagian tubuhnya terluka. Penderita baru
tersadar ketika luka sudah memburuk dan mengalami infeksi.
 Penyempitan pembuluh darah arteri. Luka diabetes akan lebih berisiko diderita oleh
mereka yang mengalami penyempitan arteri di kaki. Penyempitan arteri dapat
menghambat suplai darah ke bagian tubuh yang terluka. Hal ini dapat menyebabkan
infeksi luka yang parah dan mempersulit proses penyembuhan.
 Lemahnya imunitas tubuh. Pasien diabetes berpotensi memiliki kekebalan tubuh yang
tidak seoptimal orang sehat pada umumnya. Melemahnya sistem kekebalan tubuh
alami ini dapat menyebabkan infeksi pada luka yang kecil sekalipun

F. Penyebab Luka Diabets Susah Hilang


Ada beberapa faktor yang menyebabkan luka diabetes susah hilang dan malah
akan bertambah parah kalau dibiarkan begitu saja. Simak faktor-faktornya di bawah
ini.

1. Sirkulasi darah terhambat


Naiknya kadar gula dalam darah bisa mengakibatkan berbagai komplikasi.
Salah satunya adalah dinding pembuluh darah arteri mengeras dan menyempit.
Karena itu, aliran darah dari jantung menuju seluruh bagian tubuh Anda jadi
terhambat. Padahal, bagian tubuh Anda yang luka sangat memerlukan oksigen dan
nutrisi yang terkandung dalam darah agar sembuh. Karena bagian yang luka tak
mendapat asupan oksigen dan nutrisi yang cukup, sel-sel tubuh pun semakin sulit
memperbaiki kerusakan jaringan dan saraf. Maka, luka diabetes Anda jadi tak
kunjung sembuh atau malah tambah parah.

2. Neuropati (kerusakan saraf)


Salah satu komplikasi diabetes yaitu neuropati. Neuropati adalah kondisi di
mana Anda sudah tak bisa merasakan sakit, perih, atau nyeri di bagian yang luka.
Ini karena saraf-saraf di tubuh Anda sudah rusak oleh tingginya kadar gula darah.
Akibatnya, saraf-saraf Anda tak mampu mengirimkan sinyal rasa sakit menuju
otak. Karena tak merasakan sakit atau sensasi apapun di daerah yang luka, Anda
mungkin tak sadar bila lukanya jadi tambah parah. Maka, Anda bisa saja terlambat
menangani luka sebelum jadi borok dan terinfeksi.

3. Kekebalan tubuh lemah


Menurut seorang dokter penyakit dalam asal Amerika Serikat, dr. Asquel
Getaneh, tingginya kadar gula dalam darah pengidap kencing manis membuat sel-
sel yang bertugas untuk menjaga kekebalan tubuh (imun) melemah. Karena itu,
luka sedikit saja bisa jadi infeksi parah yang sulit diobati. Ketika sudah luka atau
jadi borok pun sel-sel imun tak bisa memperbaiki kerusakannya dengan cepat.

G. Mencegah Munculnya Luka Baru pada Penderita Diabetes


Beberapa tindakan pencegahan luka pada penderita diabetes, meliputi:

 Potong kuku Anda dengan hati-hati


Jika Anda menderita penyakit diabetes maka berhati-hatilah dalam memotong kuku,
terlebih bagi Anda yang sudah pernah mengalami luka di kaki sebelumnya. Cara
merawat luka diabetes ini bertujuan mencegah cedera yang mungkin bisa terjadi saat
Anda memotong kuku. Bila Anda kesulitan dalam memotong kuku, jangan sungkan
untuk meminta bantuan kepada orang lain.
 Rutin periksa kaki Anda setiap hari
Penderita diabetes biasanya akan mengalami mati rasa pada bagian kakinya. Setelah
beraktivitas maupun menggunakan sepatu, sebaiknya selalu periksa kaki dan telapak
kaki Anda. Hal ini dilakukan guna menghindari luka kecil, kemerahan, dan bengkak
yang tidak Anda sadari. Selain itu, biasakan juga untuk mencuci kaki dan segera
keringkan agar kaki selalu dalam keadaan bersih.
 Kenakan alas kaki yang nyaman
Guna mencegah munculnya luka pada kaki, Anda disarankan untuk selalu
mengenakan alas kaki ketika berada di dalam ataupun di luar ruangan. Selain itu,
pilihlah alas kaki yang nyaman dan memiliki bantalan untuk tumit. Hindari pula
mengenakan alas kaki yang terlalu ketat dan keras karena hanya akan membuat kaki
Anda terluka.
 Jangan merokok
Bila Anda memiliki riwayat penyakit diabetes, maka disarankan untuk berhenti
merokok. Rokok membuat sirkulasi darah menjadi terhambat dan mengurangi jumlah
oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, luka yang Anda miliki akan bertambah parah
dan proses penyembuhannya pun menjadi lebih lambat.
 Rutin periksa ke dokter
Jangan lupa untuk rutin memeriksakan kaki dan anggota tubuh lainnya ke dokter
untuk merawat luka diabetes. Dokter dapat memeriksa adanya tanda-tanda awal
kerusakan saraf, sirkulasi darah yang buruk, atau luka yang terinfeksi, sehingga
penanganan awal dapat diberikan
H. Mencegah Amputasi Kaki Pada Penderita Diabetes
a) Periksalah kaki setiap hari
Perhatikanlah setiap permukaan kedua kaki terutama pada bagian jari kaki. Berikut
beberapa tanda yang harus segera ditangani untuk menghindari luka:

1. Kulit tampak pecah-pecah, kemerahan, disertai rasa panas – kemungkinan


tanda infeksi jamur pada kulit, segera konsultasikan dengan dokter untuk
pengobatan lebih lanjut.
2. Kuku kaki terlihat kuning kecoklatan dan rapuh – hal ini dapat disebabkan
oleh infeksi jamur dan bisa diobati dengan menggunakan obat pil anti jamur.
Pengobatan infeksi jamur pada kuku juga dilakukan dengan membuang jaringan
kuku yang terinfeksi.
3. Kuku jari kaki tumbuh ke arah bawah – merupakan pertumbuhan kuku yang
abnormal dapat mengenai jari kaki. Jika hal ini terjadi, potonglah kuku secara
perlahan sehabis mandi saat kuku tidak terlalu keras untuk menghindari luka pada
jari kaki.
4. Penumpukan kulit pada telapak dan area kaki dekat tulang – merupakan
pertanda kapalan. Penumpukan ditandai dengan adanya kulit yang mengeras akibat
tekanan di wilayah yang terdapat kapalan. Jangan memotong kulit tersebut dengan
benda tajam. Gunakanlah batu apung untuk menghilangkan lapisan kulit tersebut.
Pengobatan juga bisa dilakukan dengan menggunakan obat salep untuk
menghaluskan kulit yang keras.
5. Jari kaki yang bengkok ke dalam – gunakanlah alas yang memiliki permukaan
yang luas di ujung kaki. Dalam beberapa kasus membutuhkan operasi untuk
kembali meluruskan jari kaki.
6. Luka lecet disertai gelembung berisi cairan – diakibat gesekan dan tekanan pada
kaki secara terus menerus. Hindari memecahkan gelembung cairan tersebut dan
gunakanlah salep anti bakteri untuk menghindari infeksi.
7. Ulserasi atau luka terbuka – selalu berikan pertolongan pertama jika terjadi luka
pada kaki. Hindari tekanan secara langsung pada luka tersebut. Tidak dianjurkan
berolahraga jika memiliki luka terbuka pada kaki.

b) Bersihkan semua luka


Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari infeksi dan masuknya kuman dari
permukaan.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membersihkan luka:

 Bersihkan luka dengan membuang jaringan kulit yang sudah mati dan daerah
kulit yang terdapat kapalan.
 Jika luka berupa ulserasi, sebaiknya ditutup dengan kasa untuk menghindari
kontaminasi. Kasa dengan bahan aktif akan mempercepat pertumbuhan kulit agar
sehingga mempercepat penyembuhan.
 Dalam masa penyembuhan, kemungkinan terdapat abses atau penumpukan nanah
di sekitar luka, maka dianjurkan konsumsi obat antibiotik untuk mengurangi
permukaan abses. Jika perlu, lakukan penyedotan nanah untuk mencegah infeksi
berlanjut.
 Cuci dengan air hangat, jangan air panas.
 Hindari membasahi kaki terlalu lama karena luka yang lembap membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk pulih.

c) Hindari tekanan pada kaki


Hindari tekanan secara langsung pada kaki penderita diabetes yang mengalami
ulserasi atau kapalan. Gunakan kursi roda dan tongkat penyangga saat berjalan untuk
menghindari tekanan pada kaki. Jika perlu, gunakan total contact cast (TCC) yang
berbentuk seperti perban untuk melapisi kaki dari telapak hingga lutut agar luka pada
kaki kaki terhindar dari tekanan.

d) Gunakanlah alas kaki yang sesuai

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alas kaki untuk
penderita diabetic foot:

 Jangan pernah meninggalkan rumah dengan tidak menggunakan alas kaki.


 Gunakan alas kaki dengan lapisan sol yang tebal dan dapat melindungi kaki dari
kondisi cuaca lembap dan dingin.
 Hindari pemakaian high heels dan sepatu dengan ujung yang runcing serta terlalu
ketat sehingga menekan permukaan kaki.
 Jangan menggunakan sandal dengan ujung yang terbuka.
 Gantilah kaus kaki Anda sehari sekali dan pilihlah kaus kaki yang longgar/tidak
ketat.

e) Mengendalikan infeksi

Infeksi pada kaki penderita diabetes biasanya disebabkan oleh berbagai


kuman. Konsumsi antibiotik dapat menghindari infeksi berkelanjutan. Agar
pengendalian infeksi ini efektif, konsultasikan ke dokter Anda untuk menggunakan
antibiotik yang dapat mengatasi kuman dengan gram positif dan gram negatif. Infeksi
ringan hingga berat dapat diatasi dengan beberapa antibiotik seperti cephalexin,
amoxicillin, moxifloxacin, atau clindamycin.

Selalu kendalikan kadar gula darah untuk meminimalisir perkembangan


neuropati pada kaki dan mencegah gangren. Selalu awasi perubahan fisik pada kaki
dan lakukan penanganan segera. Minimalisir risiko infeksi dengan menjaga
kebersihan kaki dalam keadaan kering dan hangat.

I. Cara Merawat Luka pada Pendrita Diabets


Guna mencegah risiko luka yang semakin parah, maka lakukanlah beberapa
cara merawat luka diabetes, berikut ini.

 Bersihkan luka
Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk merawat luka diabetes adalah
membersihkan luka dengan segera. Anda bisa membersihkan luka dengan
menggunakan air mengalir dan sabun. Setelah itu, keringkan dan oleskan salep
antibiotik yang direkomendasikan dokter agar luka terbebas dari kuman. Jangan
lupa untuk rutin mengganti pembalut luka agar tidak kondisi luka terjaga
kebersihannya.
 Kurangi tekanan pada luka
Hindari memberikan tekanan pada daerah luka, misalnya dengan tidak
mengenakan pakaian ketat. Berkurangnya tekanan memungkinkan luka tidak
bertambah parah dan lebih cepat sembuh. Jika luka terdapat di telapak kaki,
sebaiknya gunakan bantalan yang empuk atau alas kaki khusus agar tidak
memperberat kerusakan akibat luka diabetes.
 Kontrol kadar gula darah
Kadar gula darah yang tidak terkendali akan mempersulit proses penyembuhan
luka. Karena itu, penting untuk terus mengontrol kadar gula darah dengan pola
makan sehat untuk diabetes, olahraga, obat antidiabetes, hingga suntikan insulin
jika diperlukan. Anda dapat berkonsultasi ke dokter lebih lanjut untuk mengontrol
kadar gula darah.
 Perhatikan tanda-tanda infeksi
Infeksi pada luka diebetes terjadi bukan tanpa gejala. Gejala-gejalanya bisa berupa
timbul demam, rasa sakit, kemerahan, pembengkakan atau terasa hangat di sekitar
luka. Selain tanda-tanda di atas, infeksi juga bisa ditandai dengan luka yang berair,
bernanah, disertai bau tidak sedap. Semakin cepat mengenali gejala, semakin dini
pula cara merawat luka diabetes bisa dilakukan.
 Penuhi asupan makanan
Untuk mempercepat proses penyembuhan luka, Anda juga dianjurkan untuk
memerhatikan asupan nutrisi harian. Salah satu nutrisi penting yang harus dipenuhi
sehari-sehari untuk merawat luka diabetes adalah protein. Protein diketahui dapat
membantu memperbaiki jaringan kulit dan jaringan tubuh lainnya yang mengalami
kerusakan. Kebutuhan kalori, lemak, serat, vitamin dan mineral, seperti zinc dan
vitamin C, juga penting untuk tercukupi.
 Hubungi dokter
Jika luka diabetes tidak membaik dalam waktu 48 jam, maka disarankan untuk
segera menghubungi dokter. Jika hal ini tidak segera dilakukan, maka luka akan
bertambah parah sehingga sulit untuk ditangani
JOB SHEET
PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETIKUM
1. Pengertian
Ulkus diabetikum adalah luka yang muncul dan berkembang akibat gangguan saraf
tepi, kerusakan struktur tulang kaki, serta penebalan dan penyempitan pembuluh darah yang
sering terjadi pada penderita diabetes. Ulkus diabetikum memerlukan terapi dan penanganan
khusus. Jika terjadi infeksi pada ulkus diabetikum, dapat membuatnya semakin parah.

2. Tujuan
 mencegah komplikasi akibat luka ulkus diabetikum dengan menerapkan teknik
aseptik pada tiap perawatan luka, selain itu perawat harus mampu menjadi educator
bagi pasien, dan memberi asuhan keperawatan secara holistik.
 Mempercepat penyembuhan.
 Mencegah gangguan rasa nyaman bagi yang bersangkutan maupun bagi pasien lain
terutama bila luka nekrose dan berbau.

GAMBAR
PERSIAPAN PETUGAS
a. Pastikan pasien yang akan dilakukan tindakan
b. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
c. Identifikasi kebutuhan perawatan luka sesuai kebutuhan
d. Cuci tangan sesuai prosedur (lihat SOP cuci tangan)
e. Gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan
PERSIAPAN PASIEN
a. Pastikan pasien bersedia dilakukan perawatan luka
b. Siapkan lingkungan pasien
c. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan perawatan
PERSIAPAN ALAT
a. kom kecil 2 buah

b. pinset anatomi

c. Pinset Chirurgis
d. Gunting Jaringan

e. Arteri Klem

f. Handscun bersih 1 pasang dalam kom

g. Handscun steril 1 buah dalam kemasan

h. Kasa steril sesuai kebutuhan

i. Perban sesuai ukuran yang dibutuhkan

j. Plaster sesuai kebutuhan

k. Gunting verban 1 buah

l. Cairan pencuci luka sesuai rekomendasi (NaCl 0,9 %)


m. Cairan antiseptik yang direkomendasikan

n. H2O2 3% untuk luka yang mempunyai undermining


(berrongga)

o. Growth factor (amnion, oxoferin, dll) sesuai rekomendasi

p. Kantong sampah medik (kuning)

q. Perlak dengan pengalas

r. Bengkok 2 buah (satu berisi larutan desinfektan dan satu


lagi berisi pinset anatomi bersih)

s. Spuit tanpa jarum (ukuran sesuai kebutuhan)

PELAKSANAAN
1. Lakukan salam terapeutik (senyum, sapa, perkenalkan diri
dan pastikan identitas pasien yang akan dilakukan
perawatan luka)

2. Jelaskan tujuan perawatan luka dan langkah-langkah yang


akan dilakukan

3. Lakukan kontrak waktu sekitar 20-30 menit (sesuai kondisi


luka)

4. Minta kerja sama pasien, Jaga privasi (gunakan sampiran)


pasien
5. Dekatkan alat pada pasien
6. Cuci tangan dan gunakan APD sesuai kebutuhan
7. Letakkan bengkok didekat luka pasien
8. Pasang perlak dan pengalas dibawah lokasi luka
9. Pasang handsun bersih dan buka balutan dengan pinset
anatomi bersih, jika balutan kering basahi dengan NaCl
0,9%
10. Masukkan bekas balutan luka kedalam bengkok dengan
melipat kearah dalam
11. Masukkan pinset yang telah digunakan kedalam bengkok
berisi larutan desinfektaN
12. Lepaskan handscun kotor
13. Buka set perawatan luka, masukkan kassa steril dan cairan
yang akan digunakan
14. Pasang handscun steril
15. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9% dengan satu arah atau
secara sirkuler (dari dalam ke luar)
16. Untuk luka kotor yang beronggadan berpus, bersihkan
dengan H2O2 3% secara irigasi (tidak dilakukan pada luka
yang sudah memerah/granulasi)
17. Angkat/gunting jaringan yang sudah nekrotik sampai batas
jaringan yang sehat sehingga darah sedikit merembes dari
tepi luka
18. Lakukan penekanan, bila perlu pada daerah pinggir/sekitar
luka untuk mengeluarkan eksudat/pus
19. Luka dibersihkan dengan H2O2 3%, bilas kembali dengan
NaCl 0,9%
20. Bersihkan derah sekitar luka (buka daerah luka) dengan
kassa steril yang diberi antiseptik
21. Untuk merangsang pertumbuhan jaringan, sebelum luka
ditutup dapat tambahkan growth factor (amnion, oxoferin,
dll)
22. Tutup luka dengan kassa + NaCl 0,9% (kassa lembab, tidak
basah) sesuai dengan ukuran luka
23. Kassa lembab hanya untuk daerah luka
24. Tambahkan kassa kering satu lapis diatas kassa lembab
25. Balut luka dengan verban dan tambahkan balutan elastis
jika diperlukan
26. Komunikasikan dengan pasien bahwa perawatan luka
telah selesai dilakukan dan jelaskan kondisi luka
27. Anjurkan menjaga kebersihan sekitar luka
28. Bersihkan dan rapikan alat-alat yang sudah digunakan
29. Lepaskan APD, perawat mencuci tangan
30. Dokumentasikan perawatan luka secara lengkap (kondisi
luka: luas luka, warna, bau, eksudat)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Didalam darah terdapat zat glukosa, glukosa ini gunanya untuk dibakar agar
mendapatkan kalori atau energi. Sebagian glukosa yang ada dalam darah adalah hasil
penyerapan dari usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam
jaringan. Glukosa yang ada di usus bisa berasal dari glukosa yang kita makan atau bisa juga
hasil pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi, jagung, kentang, roti atau dari
yang lain..

Glukosa, fruktosa dan galaktosa masuk melalui dinding usus halus kedalam aliran
darah. Fruktosa dan galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa. Glukosa
merupakan hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan sebagai
karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan, akan menjadi
lebih tinggi setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak ada makanan yang masuk
selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat dengan bebas keluar dan masuk ke dalam sel
dimana glukosa dapat digunakan semata-mata sebagai sumber energi. Glukosa disimpan
sebagai glikogen di dalam sel hati oleh insulin (suatu hormon yang disekresi oleh pankreas).
Glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa oleh aksi dariglukogen (hormon lain yang
disekresi oleh pankreas) dan adrenalin yaitu suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar
adrenalin.
DAFTAR PUSTAKA

Mark DB, Mark AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta : EGC; 2000. Pg 462-471

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC; 2006

3. F Pasaribu, P Sitorus, S Bahri - Journal of Pharmaceutics and …, 2012 - jurnal.usu.ac.id

4. U Witasari, S Rahmawaty, S Zulaekah - 2009 - publikasiilmiah.ums.ac.id

5. S Anani - Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2012 - ejournal-s1.undip.ac.id

Anda mungkin juga menyukai