2C Keperawatan
Di susun Oleh:
Kelompok 2
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, namun
demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber
informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu kedokteran , gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah . Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit
sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan
biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila
konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh,
pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian
sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena
pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam
pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak
glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula
darah.
Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel-sel, di mana masing-masing sel membutuhkan
energi untuk kehidupannya. Energi tersebut berasal dari makanan, terutama zat karbohidrat.
Yang termasuk karbohidrat antara lain glukosa (gula tebu), fruktosa (gula buah), maltosa,
sukrosa, laktosa, dan tepung (starch). Karbohidrat diurai menjadi glukosa, sebagian menjadi
galaktosa dan fruktosa.
B. Rumusan Masalah
5. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang berhubungan dengan glukosa darah
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Pengertian Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama
energi untuk sel-sel tubuh. Glukosa (kadar gula darah), suatu gula monosakarida, karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan
prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam
glikoprotein dan proteoglikan ( Murray R. K. et al., 2003).
Di dalam darah kita didapati zat gula. Gula ini gunanya untuk dibakar agar
mendapatkan kalori atau energy. Sebagian gula yang ada dalam darah adalah hasil
penyerapan dari usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam
jaringan. Gula yang ada di usus bisa berasal dari gula yang kita makan atau bisa juga hasil
pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi, jagung, kentang, roti, dan lain-lain
(Djojodibroto, 2001).
Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat dalam
makanan. Gugus/molekul gula dalam karbohidrat dibagi menjadi gugus gula tunggal
(monosakarida) misalnya glukosa dan fruktosa, dan gugus gula majemuk yang terdiri dari
disakarida (sukrosa, laktosa) dan polisakarida (amilum, selulosa, glikogen).
Nilai normal glukosa dalam darah adalah 3,5-5,5 mmol/L. (James, Baker, & Swain,
2008). Dalam keadaan normal, kadar gula dalam darah saat berpuasa berkisar antara 80 mg
%-120 mg%, sedangkan satu jam sesudah makan akan mencapai 170 mg%, dan dua jam
sesudah makan akan turun hingga mencapai 140 mg% (Lanywati, 2001).
Metabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk
hidup. Proses yang lengkap dan komplit sangat terkoordinatif melibatkan banyak enzim di
dalamnya, sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi. Adapun metabolisme yang terjadi
dalam tubuh yang mempengaruhi kadar gula darah, yaitu :
a. Metabolisme karbohidrat
Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian besar intake makanan sehari-hari, dan
sebagian besar karbohidrat akan diubah menjadi lemak. Fungsi dari karbohidrat dalam
metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energi untuk
proses-proses metabolisme lainnya. ( William F. Ganong, 2009 ). Karbohidrat dalam
makanan terutama adalah polimer-polimer hexosa, dan yang penting adalah glukosa, laktosa,
fruktosa dan galaktosa Kebanyakan monosakarida dalam tubuh berada dalam bentuk D-
isomer. Hasil yang utama dari metabolisme karbohidrat yang terdapat dalam darah adalah
glukosa. ( William F. Ganong, 2010 ). Glukosa yang dihasilkan begitu masuk dalam sel akan
mengalami fosforilasi membentuk glukosa-6-fosfat, yang dibantu oleh enzim hexokinase,
sebagai katalisator. Hati memiliki enzim yang disebut glukokinase, yang lebih spesifik
terhadap glukosa, dan seperti halnya hexokinase, akan meningkat kadarnya oleh insulin, dan
berkurang pada saat kelaparan dan diabetes. Glukosa-6-fosfat dapat berpolimerisasi
membentuk glikogen, sebagai bentuk glukosa yang dapat disimpan, terdapat dalam hampir
semua jaringan tubuh, tetapi terutama dalam hati dan otot rangka. ( William F. Ganong,
2010 )
Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran darah masuk
ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O
atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya.
Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon insulin, jika hormon
insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam
sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar gula darah ini meninggi hingga
melebihi ambang ginjal, maka glukosa darah akan keluar bersama urin ( glukosuria ).
( Depkes RI, 2008 )
Beberapa jaringan di dalam tubuh, misalnya otak dan sel darah merah, bergantung
pada glukosa untuk memperoleh energi. Dalam jangka panjang, sebagian besar jaringan juga
memerlukan glukosa untuk fungsi lain misalnya membentuk gugus ribose pada nukleotida
atau bagian karbohidrat pada glikoprotein. Oleh karena itu, agar dapat bertahan hidup
manusia harus memiliki mekanisme untuk memelihara kadar gula darah.
Setelah makan, karbohidrat dalam makanan berfungsi sebagai sumber utama glukosa
darah. Sewaktu kadar glukosa darah kembali ke rentang puasa dalam 2 jam setelah makan,
glikogenolisis dirangsang dan mulai memasok glukosa ke darah. Kemudian, glukosa juga
dihasilkan melalui glukoneogenesis. Selama puasa 12 jam, sumber utama glukosa adalah
glikogenolisis. Namun setelah puasa sekitar 16 jam, glikogenolisis dan glukoneogenesis
memiliki peran yang sama dalam memelihara glukosa darah. Tiga puluh jam setelah makan,
simpanan glikogen di dalam hati habis. Akibatnya, glukoneogenesis adalah satu – satunya
sumber glukosa darah. Mekanisme tersebut yang menyebabkan lemak digunakan sebagai
bahan bakar utama dan yang memungkinkan kadar glukosa darah dipertahankan selama masa
kekurangan makanan menyebabkan protein tubuh dapat dipertahankan. Karena itu, manusia
dapat bertahan hidup tanpa mendapat makanan dalam jangka waktu alam, sering melebihi
satu bulan bahkan lebih.
Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar glukosa darah adalah konsentrasi
glukosa darah itu sendiri, dan hormone terutama insulin dan glucagon. Ketika makan terjadi
peningkatan kadar glukosa darah yang kemudian meransang sel B pankreas untuk
meningkatkan sekresi insulin. Asam amino tertentu, terutama arginin dan leusin, juga
merangsang pengeluaran insulin dari pancreas. Kadar glukagon yang diskresikan sel A
pankreas, dalam darah mungkin meningkat atau menurun, bergantung pada isi makanan.
Kadar glukagon menurun sebagai respons terhadap makanan tinggi karbohidrat, tetapi kadar
glucagon meningkat sebagai respons terhadap makan makanan tinggi protein.
Setelah makan makanan campuran khusus yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak,
kadar glucagon relatif tetap sedangkan kadar insulin meningkat.
Selama puasa, kadar glukosa darah menurun, insulin menurun dan kadar glucagon
meningkat. Perubahan hormone – hormone ini menyebabkan hati menguraikan glikogen
(glikogenolisis) dan membentuk glukosa melalui proses glukoneogenesis sehingga kadar
glukosa darah dapat dipertahankan.
Glukosa (mg/dL)
Puasa 12 jam: 80
Kelaparan 3 hari: 70
Selama puasa jangka panjang terjadi sejumlah perubahan dalam pemakaian bahan
bakar yang menyebabkan jaringan lebih sedikit menggunakan glukosa dibandingkan dalam
keadaan puasa singkat dan lebih banyak menggunakan bahan bakar yang berasal dari
triasilgliserol adipose (yaitu, asam lemak dan turunannya, badan keton). Oleh karena itu
kadar glukosa darah tidak turun secara drastis. Sebenarnya bahkan setelah kelaparan 5-6
minggu, kadar glukosa darah tetap dalam rentang 65 mg/dL.
Regulasi glukosa darah dapat berasal dari :
1. Karbohidrat makanan,
2. Lemak dan protein makanan ataupun yang ada dalam darah sendiri
Karbohidrat dari makanan (ubi2an, biji2 an, buah2 an) setelah sampai diusus akan
dicerna dan terurai menjadi glukosa dan derivate lainnya. Glukosa yang ada dalam rongga
usus oleh jonjot2 mukosa usus akan diserap dan dibawa oleh darah keseluruh bagian tubuh.
Kalau tubuh memerlukan enerji untuk gerak, berpikir dan lainya, maka yang mula2
digunakan sebagai sumber enerji adalah glukosa darah. Glukosa darah akan diproses oleh
insulin yang dihasilkan pancreas menjadi kalori (untuk enerji), air (H2O) dan CO2. Kalau
tubuh tidak memerlukan enerji maka glukosa darah oleh glucagon akan diubah dan
disimpansebagai glikogen otot . Kalau kadar glukosa darah tidak mencukupi maka glikogen
otot oleh glucagon akan diubah menjadi glucose. Sumber lain untuk mencatu glucose darah
adalahlemak tubuh , protein tubuh melalui proses glukoneogenesis menjadi glucose.
Ada beberapa factor yang mengatur kadar glucose tidak melaui ambang batas:
2. GLUKAGON yang dihasilkan PANKREAS; apabila kadar glucose berlebih akan diubah
menjadi glikogen, atau sebaliknya apabial kadar glucose darah rendah akan mengubah
glikogen menjadi glucose
3. Proses glukoneogenesis yang akan mengubah Lemak dan protein tubuh menjadi
glucose darah apabila kadar glucose darah rendah
Tubuh setelah mendapat intake makanan yang mengandung gula akan melakukan
proses pencernaan, dan absorbsi akan berlangsung terutama di dalam duodenum dan jejunum
proksimal, setelah absorbsi akan terjadi peningkatan kadar gula darah untuk sementara waktu
dan akhirnya kembali pada kadar semula baseline. ( Sylvia Anderson Price, 2008 ). Besarnya
kadar gula yang diabsorbsi sekitar 1 gram/kg BB tiap jam. Kecepatan absorbsi gula di dalam
usus halus konstan tidak tergantung pada jumlah gula yang ada atau kadar dimana gula
berada. Untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam memetabolisme karbohidrat dapat
ditentukan dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). ( Sylvia Anderson Price, 2009 )
4. PENGERTIAN GLIKOLISIS
Glikolisis adalah proses penguraian molekul glukosa yang memiliki enam atom
karbon, secara enzimatik untuk menghasilkan dua molekul piruvat yang memiliki tiga atom
karbon. Glikolisis dapat terjadi di luar tubuh setelah sampel darah dikeluarkan dari dalam
tubuh, bila tanpa zat penghambat glikolisis maka komponen yang ada dalam sampel darah
seperti eritrosit, lekosit, dan juga kontaminasi bakteri dapat menyebabkan kadar glukosa
darah menurun. Glikolisis juga dapat terjadi karena pengaruh suhu dan lama penyimpanan.
( Henry, 2011 )
1. Hiperglikemia
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa
darah berada dibawah normal , yang terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang
dimakan , aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Syndrome hipoglikemia ditandai
dengan gejala klinis antara lain : penderita merasa pusing , lemas , gemetar , pandangan
menjadi kabur dan gelap , berkeringat dingin , detak jantung meningkat dan terkadang sampai
hilang kesadaran ( syok hipoglikemia ).
Prinsip : Proses kondensasi dengan akromatik amin dan asam asetat glacial pada suasana
panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau yang kemudian diukur secara fotometris.
Beberapa kelemahan / kekurangannya adalah metode kimia ini memerlukan langkah
pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan lebih
besar. Selain itu reagen pada metode ortho-toluidin bersifat korosif.
b.Metode Enzimatik
Prinsip : enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonalakton
dan hydrogen peroksida.
Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi
pertama spesifik untuk glukosa, khususnya B-D glukosa, sedangkan reaksi kedua tidak
spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan hasil pemeriksaan lebih rendah.
Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan glutation menghambat reaksi karena zat-zat ini akan
berkompetisi dengan kromogen bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil
pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan dari metode glukosa oksidase adalah karena
murahnya reagen dan hasil yang cukup memadai.
2. Metode Heksokinase
Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk
glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat dehidrogenase akan
mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide adnine dinueleotide phosphate
(NAPP+)
Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakanuntuk mengukur
kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk screening pemeriksaan kadar glukosa darah.
Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler atau darah vena, tidak dapat menggunakan
sampel berupa plasma atau serum darah.
Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada teknologi
biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai bagian yang dapat
menarik darah utuh dari lokasi pengambilan / tetesan darah kedalam zona reaksi. Glukosa
oksidase dalam zona reaksi kemudian akan mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas
arus electron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam sampel
darah.
Pemeriksaan gula darah atau tes glukosa darah adalah tes yang bertujuan untuk
mengukur jumlah glukosa (gula) dalam darah. Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk
memeriksa diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional, di mana kadar gula darah
seseorang meningkat. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan gula darah juga dapat digunakan
untuk menguji hipoglikemia, ketika kadar gula darah terlalu rendah.
Pada orang dengan diabetes tipe 1, dokter mungkin akan menyarankan untuk
melakukan tes gula darah sebanyak 4-8 kali dalam sehari. Tes ini bisa dilakukan sendiri pada
waktu sebelum makan besar atau makan selingan, sebelum dan sesudah olahraga, dan
sebelum tidur. Pemeriksaan gula darah juga dibutuhkan saat Anda sakit, saat Anda mengubah
rutinitas harian Anda, atau jika Anda baru memulai pengobatan baru.
Pada diabetes tipe 2, pemeriksaan gula darah disarankan untuk dilakukan sebanyak
dua kali atau lebih dalam sehari, tergantung dari jenis dan jumlah insulin yang Anda
perlukan. Anda dapat melakukan pemeriksaan gula darah pada waktu sebelum makan atau
sebelum tidur. Jika Anda penderita diabetes tipe 2 yang tidak memerlukan obat insulin, Anda
tidak perlu menguji gula darah Anda setiap hari.
Biasanya tes gula darah dilakukan sendiri di rumah dengan alat yang mudah
digunakan. Tes gula darah yang dimaksud pada penjelasan di atas (yang dilakukan beberapa
kali dalam sehari oleh penderita diabetes) adalah tes gula darah sewaktu (GDS), yang bisa
dilakukan di rumah kapan saja. Namun, lebih dari itu, ternyata masih banyak lagi tes yang
dapat dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah.
Tes ini bisa Anda lakukan kapan saja dan di mana saja, sehingga biasa dilakukan oleh
orang dengan diabetes. Tes ini mengukur kadar gula darah terlepas dari kapan terakhir Anda
makan. Tes GDS dilakukan secara acak dalam satu hari karena kadar glukosa darah bisa saja
berubah setiap waktu pada orang dengan diabetes. Berbeda dengan orang sehat yang biasa
mempunyai kadar gula darah yang tidak banyak berubah dalam satu hari. Jika pada orang
sehat dilakukan tes gula darah sewaktu dan hasilnya menunjukkan hasil yang bervariasi,
mungkin orang tersebut sedang mengalami masalah pada gula darahnya.
Tes gula darah ini dilakukan 2 jam setelah Anda makan. Tes ini berguna untuk
mengetahui apakah seseorang dengan diabetes sudah tepat dengan pola makannya. Jika
hasilnya tinggi, kemungkinan makanan Anda yang Anda makan sebelumnya mengandung
jumlah gula atau karbohidrat yang banyak, dan sebaliknya. Tes ini mungkin kurang tepat
untuk mendiagnosis apakah Anda menderita diabetes atau tidak.
Tes gula darah ini dilakukan setelah Anda berpuasa selama 8 jam. Biasanya Anda
disarankan untuk melakukan puasa pada malam hari dan pagi harinya Anda melakukan tes
GDP ini. Tes GDP sering digunakan sebagai tes pertama untuk mengetahui apakah Anda
menderita prediabetes atau diabetes.
Ini merupakan serangkaian tes yang dilakukan setelah Anda minum cairan manis
yang mengandung gula. Tes ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis diabetes yang terjadi
selama kehamilan (diabetes gestasional). Tes ini juga bisa dilakukan setelah hamil jika wanita
memiliki kadar gula darah tinggi selama kehamilan. TTGO juga bisa digunakan untuk
mendiagnosis prediabetes atau diabetes pada orang sehat.
Tes ini mengukur seberapa banyak glukosa (gula) yang menempel pada sel darah
merah. Tes HbA1c biasanya dilakukan pada penderita diabetes untuk mengetahui seberapa
baik ia dapat mengontrol penyakitnya dalam dua sampai tiga bulan terakhir. Dari hasil tes
tersebut, dokter juga dapat menentukan apakah obat diabetes Anda perlu diganti. Hasil tes
HbA1c juga dapat memberi tahu berapa kadar rata-rata gula darah Anda. Tes HbA1c juga
dapat digunakan pada orang sehat untuk mendiagnosis apakah ia menderita diabetes atau
tidak.
Biasanya orang dengan diabetes akan memiliki kadar gula darah normal sebesar 70-
130 mg/dl sebelum makan dan kurang dari 180 mg/dl setelah makan. Namun, angka ini bisa
berbeda untuk setiap individu dan bisa saja berubah sepanjang hari.
Kadar gula darah dapat diperiksa melalui beberapa tes, antara lain:
Melakukan cek kadar gula darah puasa ini, biasanya dilakukan setelah Anda berpuasa
selama setidaknya 8 jam. Meski demikian, Anda masih tetap diperbolehkan untuk
mengonsumsi air putih. Biasanya tes untuk mengetahui kadar gula normal atau tidak, serta
memeriksa apakah Anda mengalami prediabetes dan diabetes.
Berikut ini merupakan kriteria kadar gula normal dari hasil yang ditunjukkan oleh tes GDP:
Tes ini dilakukan 2 jam setelah Anda makan terakhir. Biasanya tes ini dilakukan
untuk melihat apakah orang dengan diabetes mengonsumsi makanan yang tepat, sehingga
tidak berdampak buruk pada insulin dalam tubuh. Kadar insulin yang terlalu tinggi dalam
tubuh pada orang diabetes dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah dan syaraf.
Berikut ini merupakan kriteria kadar gula normal dari hasil yang ditunjukkan oleh tes
GD2PP:
Tes ini bisa dilakukan kapan saja, bisa dilakukan secara acak sepanjang hari. Tes secara
acak ini berguna karena kadar glukosa pada orang sehat menunjukkan angka yang tidak jauh
berbeda sepanjang hari. Jika hasil GDS pada orang sehat menunjukkan hasil yang sangat
bervariasi tiap waktu (bisa lebih dari 200 mg/hari), dapat diartikan bahwa orang tersebut
sedang bermasalah dengan gula darahnya.
Berikut ini merupakan kriteria kadar gula normal dari hasil yang ditunjukkan oleh tes GDS:
Namun, sebenarnya kadar gula normal atau tidak di dalam darah, bisa berubah sepanjang
waktu, seperti sebelum makan dan setelah makan. Berikut ini merupakan kisaran normal
kadar gula darah Anda di tiap waktunya.
Setelah tidak makan selama 8 jam (puasa): kurang dari 100 mg/dl
Tes ini dilakukan untuk mengukur seberapa banyak glukosa (gula) yang menempel
dalam sel darah merah. Tes ini digunakan untuk mendiagnosis diabetes dan juga dapat
menunjukkan sudah seberapa baik orang dengan diabetes dapat mengontrol penyakit
diabetesnya selama 2-3 bulan terakhir. Hasil tes A1c dapat digunakan untuk memperkirakan
kadar gula darah rata-rata.
Dehidrasi
Kadar gula sewaktu Anda mengalami dehidrasi pasti akan melonjak naik. Dehidrasi
ternyata dapat berbahaya untuk penderita diabetes melitus. Pada orang normal dan sehat,
mengalami dehidrasi dapat meningkatkan kadar gula darah normal dalam tubuh.
Hal ini karena aliran darah dalam tubuh kekurangan cairan dan lebih mengental. Hubungan
ini juga dapat terjadi sebaliknya, ketika gula darah meningkat maka tubuh akan
mengeluarkan urin lebih banyak, oleh karena itu dehidrasi terjadi.
Biasakan diri Anda untuk mengonsumsi air mineral, bukan lagi 8 gelas per hari
namun meminum air mineral sesuai dengan kebutuhannya agar terdehidrasi dengan baik.
Semakin tinggi aktivitas fisik yang dilakukan, maka semakin banyak kebutuhan air yang
dibutuhkan tubuh
Fenomena fajar
Kondisi gula darah sewaktu fajar atau di pagi hari bisa meningkat. Ini disebut sebagai
fenomena fajar atau dawn phenomenon, di mana tubuh mengalami peningkatan sejumlah
hormon yang dapat meningkatkan gula darah secara drastis.
Kejadian ini biasa terjadi pada pukul 2 hingga 8 pagi, di mana tubuh mengeluarkan
hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epineprin, yang dapat
meningkatkan resistensi insulin sehingga kadar gula darah sewaktu pagi bisa naik.
Pada orang yang mengalami diabetes, insulin yang sudah ada sebelumnya tidak bekerja
dengan baik, kemudian terjadi fenomena fajar yang membuat kerja insulin semakin
terhambat. Hal inilah yang dapat menyebabkan peningkatan gula darah sangat tinggi. Oleh
karena penderita diabetes disarankan untuk tidak mengonsumsi makan malam terlalu larut
dan melakukan aktivitas fisik setelah makan malam.
Kurang tidur
Penderita diabetes sering dianjurkan untuk tidur cukup. Pasalnya, gula darah sewaktu
orang diabetes kurang tidur, akan meningkat dan bisa menimbulkan stres. membatasi tidur
penderita diabetes melitus tipe satu hanya 4 jam dalam semalam, dan hasilnya diketahui
bahwa sensitivitas insulin mereka menurun 14% hingga 21%.
Jam tidur yang kurang juga akan meningkatkan stress pada tubuh dan berakibat pada kadar
gula darah naik. Para ahli menyatakan bahwa ketika tidur terjadi penurunan hormon kortisol
dan aktivitas sistem saraf yang dapat menjaga regulasi kadar gula darah dalam tubuh.
Suhu ekstrem
Suhu dingin atau panas yang ekstrem memang akan membuat penderita diabetes
mengalami kenaikan kadar gula dalam. Ini disebabkan karena suhu lingkungan yang ekstrem
dapat mengganggu sistem pada kadar gula darah.
Misalnya, bila orang diabetes merasakan panas, ia akan sulit berkeringat layaknya orang
sehat yang kepanasan. Maka terkadang, suhu tubuh yang tidak normal ini bisa menyebabkan
kadar gula darah normal di dalam tubuhnya jadi meningkat. Selain itu, suhu yang ekstrem
bisa menyebabkan komplikasi pada tubuh orang diabetes.
Ya, menurut penelitian dari Duke University pada tahun 2008, menemukan bahwa
penderita diabetes melitus tipe 2 yang memiliki kebiasaan mengonsumsi kopi atau teh yang
mengandung 500 miligram kafein, dapat meningkatkan 7,5 persen kadar gula darah. Ada
baiknya penderita diabetes mengurangi dan menghindari konsumsi kafein untuk mencegah
lonjakan kadar gula dalam darahnya.
Olahraga juga bisa membantu tubuh Anda menjadi lebih peka terhadap insulin. Bila Anda
berolahraga, kadar kolesterol total dan trigliserid dalam tubuh pun akan berkurang. Di mana
ini juga bisa meningkatkan kolesterol HDL ‘kolesterol baik’.
Pasieen diabetes harus tahu dan selalu memilih makanan sehat, karena ini sudah
menjadi bagian perawatan diabetes Anda. Awalnya mungkin akan terasa sulit karena harus
mengubah kebiasaan makan. Lakukanlah secara bertahap, ubahlah kebiasaan makan yang
paling mudah untuk Anda.
Bila Anda berhasil melakukan ini, teruskan sampai Anda memiliki kebiasaan makan
makanan bergizi. Memang, awalnya akan sulit dilakukan, tapi Anda bisa meminta dolter atau
ahli gizi untuk membantu Anda merubah pola makan sehari-hari.Pola makan sehat ini akan
membantu Anda menjaga gula darah normal.
Untuk menjaga asupan pola makan tetap sehat, dan Anda tidak harus tersiksa menahan diet
sehat ini, ada beberapa tips yang bisa Anda ikuti. Lakukan tips berikut untuk membantu
merencanakan pola makan sehat:
3. Pilih menu makanan yang sehat dan sesuai dengan kondisi tubuh
Selalu sertakan sumber karbohidrat sehat dalam menu makan harian Anda seperti
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang polong, dan makanan olahan susu rendah lemak.
Makanan ini banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat makanan. Menjadi pasien
diabetes bukan berarti Anda harus total menghindari makanan berkabohidrat, Anda hanya
harus memilih sumber karbohidrat yang sehat.
4.Jauhi gula dan ganti dengan pemanis buatan yang aman
Jika Anda ingin makanan manis, makanlah dengan porsi kecil. Gula darah sewaktu Anda
terlalu banyak makan makanan manis bisa meningkat dan malah memperburuk kondisi
diabetes Anda.
Tahukah Anda, bahwa gula darah sewaktu Anda meninggalkan sarapan, kadarnya
akan meningkat naik? Ya, gula darah bisa meningkat jika Anda secara dramatis mengubah
waktu dan jumlah yang Anda makan, akan lebih sulit bagi Anda untuk mengendalikan kadar
gula darah. Maka dari itu, patuhi jadwal sarapan, makan siang, dan makan malam.
Ini berfungsi jika sewaktu-waktu gula darah Anda meningkat, akan lebih mudah untuk
melihat apa yang memengaruhi gula darah Anda. Anggaplah waktu makan adalah obat yang
bisa menjaga gula darah normal.
Dokter dan para ahli kesehatan sudah lama menganjurkan orang dengan diabetes untuk selalu
menghindari stress. Pasalnya, hormon yang akan muncul ketika stres adalah adrenalin dan
kortisol, yang mana kedua hormon ini juga berfungsi untuk meningkatkan gula darah untuk
meningkatkan energi dalam tubuh.
Tanpa Anda sadari, stres yang Anda alami ini bisa menguras energi dan tenaga yang ada di
dalam tubuh yang seharusnya dipakai untuk beraktivitas. Oleh karena itu tidak jarang orang
yang mengalami stres juga sering kali merasa cepat lelah.
JOOB SHET
Pengertian
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang.
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤ 200 mg/dl.
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA
5. Lanset
6. Bengkok
7. Sketsel
Persiapan Lingkungan
Menjaga privace klien.
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien.
2. Mencuci tangan.
3. Pasang sketsel.
4. Memakai handscone
13. Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca.
1. Pengertian
Ankle Brachial Index (ABI) merupakan prosedur pemeriksaan diagnostik sirkulasi
ekstremitas bawah untuk mendeteksi kemungkinan adanya peripheral artery disease
(PAD) dengan cara membandingkan tekanan darah sistolik tertinggi dari kedua
pergelangan kaki dan lengan (Braynt &Nix, 2006:262).
2. Manfaat
Pemeriksaan non invasif ini digunakan untuk menskirining pasien yang mengalami
insufisiensi arteri untuk mengetahui status sirkulasi ekstremitas bawah dan resiko luka
vaskuler serta mengidentifikasi tindakan lebih lanjut. Pemeriksaan ini dianjurkan pada
penderita diabetes melitus tipe 2 terutama yang memiliki faktor resiko seperti, merokok,
obesitas, dan tingginya kadar trigliserida dalam darah berdasarkan hasil laboratorium
(Braynt &Nix, 2006).
1) Letakkan pasien pada posisi supinasi kurang lebih selama 10 menit sebelum
pemeriksaan dilaksanakan.
2) Ukur tekanan darah bagian ekstrimitas atas atau lengan atas dengan memasang
manset tensi meter pada lengan pasien diarea brachial, lakukan hal yang sama
pada lengan yang lain.
3) Catat hasil pengukuran tekanan sistol brachial tertinggi dari kedua lengan.
5) Catat hasil pengukuran tekanan sistol ankle tertinggi dari kedua kaki
4. Interpretasi
1) Batas Normal
ABI dengan nilai lebih dari 0,9 dinilai sebagai nilai normal atau terbebas
dari keadaan PAD karena darah masih bersirkulasi dengan baik tanpa adanya
obstruksi yang bermakna pada pembuluh perifer, sehingga kebutuhan nutrisi dan
oksigen pada ekstremitas bawah dapat terpenuhi dengan baik (Smeltzer & Bare,
2008).
2) Ischemia ringan
ABI dalam rentang 0,6 sampai 0,8 merupakan border line perfusion / batasan
perfusi / iskemia ringna. Gejala primer PAD berupa nyeri pada pantat / betis ketika
berjalan (klaudikasio intermiten) mulai terasa (Smeltzer & Bare, 2008). Rasa nyeri
timbul karena adanya oklusi pembuluh darah yang mengakibatkan ketidak
mampuan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi terutama pada
ekstremitas bawah saat metabolisme meningkat. Oklusi yang terjadi masih dalam
rentang sedang, sehingga untuk mengatasinya dapat dilakukan terapi fisikseperti
senam kaki (Braynt & Nix, 2006).
Proses penuaan yang mengakibatkan perubahan dinding pembuluh darah
sehingga mempengaruhi transportasi oksigen dan nutrisi kejaringan. Lapisan
intima menebal sebagai akibat proliferasi seluler dan fibrosis. Serabut dilapisan
media mengalami kalsifikasi, tipis dan terpotong, serta kolagen yang menumpuk
dilapisan intima dan media. Perubahan tersebut menyebabkan kekakuan pembuluh
darah, yang mengakibatkan peningkatan tekanan pembuluh perifer, ganguan aliran
darah, dan peningkatan kerja ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2008).
3) Iskemia Berat
Kondisi iskemia berat dengan interpretasi ABI sebesar < 0,5 terjadi akibat
buruknya perfusi perifer karena oklusi yang mulai memanjang sehingga denyut
jantung dan tekanan arteri menurun. Keadaan ini menyebabkan hipoksia jaringan
sehingga mengakibatkan iskemia pada kaki dan bila terdapat luka, maka
penyembuhan luka sulit kecuali dilakukan revaskularisasi (Sudoyo, 2007).
4) Iskemia kiritis
Nilai ABI < 0,4 mengartikan bahwa telah terjadi iskemia pada kaki yang kiritis.
Hal ini merupakan kondisi klimaks dari iskemia berat yang dimanifestasikan dengan
terjadinya aulserasi dan gangren. Gangren yang terjadi menunjukkan adanya kematian
jaringan atau nekrosis. Gangren dibedakan menjadi 2 yaitu gangren kering yang
disebabkan berhenti totalnya aliran darah dengan nekrosis pada seluruh bagian dangan
ganggren basah jika obstruksinya tidak total sehingga daerah nekrosis bercampur baur
dengan daerah edema / peradangan (Price & Wilson, 2006).
Interpretasi Nilai Ankle Brachial Index (ABI) (WOCN Society, 2002 dalam Bryant
&Nix, 2006)
NilaiABI Interprestasi
Beberapa faktor resiko yang dapat dimodifikasi yang telah lama dihubungkan
dengan proses artherosklerosis pada koroner ternyata juga memberikan kontribusi
terhadap kejadian artherosklerosis pada sirkulasi perifer. Faktor – faktor resiko yang
mempengaruhi ABI antara lain sebagai berikut :
a. Merokok
b. Diabetes mellitus
Pasien dengan diabetes melitus sering memiliki obstruksi PAD yang luas
dan berat serta kecenderungan yang tinggi untuk mengalami kalsifikasi arteri
terutama di daerah distal seperti arteri peroneal dan tibialis. Resiko PAD
meningkat dua hingga empat kali pada penderita diabetes melitus dengan
kecenderungan amputasi yang lebih tinggi.
c. Hipertensi
Hipertensi merusak arteri dalam dengan cara yang sama seperti asap rokok,
arteri dirancang untuk memompa darah pada tekanan tertentu jika tekanan berlebihan,
dinding arteri akan rusak.
d. Dislipidemia
JOB SHEET
“pemeriksaan ABI”
tujuan Dilakukan pada pasien yang mengalami luka pada kaki/leg ulser yang
tidak kunjung sembuh (lebih dari 12 minggu) pasien datang dengan ulkus
kambuhan pasien dengan luka yang semakin memburuk sebelum
dilakukan blande pemeriksaan rutin tiga bulanan ulkus yang semakin
meluas
petugas Perawat
peralatan 1. Simple held vasculer
doppler ultrasound
probe
2. Jely
3. Tensimeter
4. Stetoskop
5. Tissue
6. Buku dan alat tulis
Lalu apa penyebab rusaknya organ pankreas ini?. Ada beberapa penyebab, diantaranaya:
Diabetes tipe 2 ini umumnya terjadi pada kalangan dewasa tidak seperti tipe 1
yang kebanyakannya terjadi pada anak-anak dan remaja. Lalu apa penyebab diabetes
melitus tipe 2 ini ?.Para pakar kesehatan telah bayak menerangkan bahwa penyeba
diabetes tipe 2 ini karena kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan.
Penyebab luka diabetes memiliki waktu lebih lama untuk sembuh adalah karena
tingginya kadar gula darah. Kadar glukosa (gula darah) yang tinggi menyebabkan
memburuknya sirkulasi darah. Kemudian, sirkulasi darah yang buruk menghambat aliran
darah ke kulit yang dibutuhkan untuk mengobati luka.
Akibatnya, luka pada seseorang yang mengalami diabetes tetap terbuka, basah, dan
susah disembuhkan hingga berbulan-bulan. Luka yang terbuka akan berisiko tinggi
terserang infeksi jamur, infeksi bakteri, atau timbul gangren.
Luka diabetes jangan pernah diabaikan meski kecil sekalipun karena bisa
menimbulkan masalah beberapa hal berikut ini:
Mati rasa pada sebagian anggota tubuh. Salah satu komplikasi diabetes adalah
kerusakan saraf. Jika hal ini terjadi, maka ada kemungkinan penderita mengalami
mati rasa sehingga tidak merasakan sakit saat bagian tubuhnya terluka. Penderita baru
tersadar ketika luka sudah memburuk dan mengalami infeksi.
Penyempitan pembuluh darah arteri. Luka diabetes akan lebih berisiko diderita oleh
mereka yang mengalami penyempitan arteri di kaki. Penyempitan arteri dapat
menghambat suplai darah ke bagian tubuh yang terluka. Hal ini dapat menyebabkan
infeksi luka yang parah dan mempersulit proses penyembuhan.
Lemahnya imunitas tubuh. Pasien diabetes berpotensi memiliki kekebalan tubuh yang
tidak seoptimal orang sehat pada umumnya. Melemahnya sistem kekebalan tubuh
alami ini dapat menyebabkan infeksi pada luka yang kecil sekalipun
Bersihkan luka dengan membuang jaringan kulit yang sudah mati dan daerah
kulit yang terdapat kapalan.
Jika luka berupa ulserasi, sebaiknya ditutup dengan kasa untuk menghindari
kontaminasi. Kasa dengan bahan aktif akan mempercepat pertumbuhan kulit agar
sehingga mempercepat penyembuhan.
Dalam masa penyembuhan, kemungkinan terdapat abses atau penumpukan nanah
di sekitar luka, maka dianjurkan konsumsi obat antibiotik untuk mengurangi
permukaan abses. Jika perlu, lakukan penyedotan nanah untuk mencegah infeksi
berlanjut.
Cuci dengan air hangat, jangan air panas.
Hindari membasahi kaki terlalu lama karena luka yang lembap membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk pulih.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alas kaki untuk
penderita diabetic foot:
e) Mengendalikan infeksi
Bersihkan luka
Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk merawat luka diabetes adalah
membersihkan luka dengan segera. Anda bisa membersihkan luka dengan
menggunakan air mengalir dan sabun. Setelah itu, keringkan dan oleskan salep
antibiotik yang direkomendasikan dokter agar luka terbebas dari kuman. Jangan
lupa untuk rutin mengganti pembalut luka agar tidak kondisi luka terjaga
kebersihannya.
Kurangi tekanan pada luka
Hindari memberikan tekanan pada daerah luka, misalnya dengan tidak
mengenakan pakaian ketat. Berkurangnya tekanan memungkinkan luka tidak
bertambah parah dan lebih cepat sembuh. Jika luka terdapat di telapak kaki,
sebaiknya gunakan bantalan yang empuk atau alas kaki khusus agar tidak
memperberat kerusakan akibat luka diabetes.
Kontrol kadar gula darah
Kadar gula darah yang tidak terkendali akan mempersulit proses penyembuhan
luka. Karena itu, penting untuk terus mengontrol kadar gula darah dengan pola
makan sehat untuk diabetes, olahraga, obat antidiabetes, hingga suntikan insulin
jika diperlukan. Anda dapat berkonsultasi ke dokter lebih lanjut untuk mengontrol
kadar gula darah.
Perhatikan tanda-tanda infeksi
Infeksi pada luka diebetes terjadi bukan tanpa gejala. Gejala-gejalanya bisa berupa
timbul demam, rasa sakit, kemerahan, pembengkakan atau terasa hangat di sekitar
luka. Selain tanda-tanda di atas, infeksi juga bisa ditandai dengan luka yang berair,
bernanah, disertai bau tidak sedap. Semakin cepat mengenali gejala, semakin dini
pula cara merawat luka diabetes bisa dilakukan.
Penuhi asupan makanan
Untuk mempercepat proses penyembuhan luka, Anda juga dianjurkan untuk
memerhatikan asupan nutrisi harian. Salah satu nutrisi penting yang harus dipenuhi
sehari-sehari untuk merawat luka diabetes adalah protein. Protein diketahui dapat
membantu memperbaiki jaringan kulit dan jaringan tubuh lainnya yang mengalami
kerusakan. Kebutuhan kalori, lemak, serat, vitamin dan mineral, seperti zinc dan
vitamin C, juga penting untuk tercukupi.
Hubungi dokter
Jika luka diabetes tidak membaik dalam waktu 48 jam, maka disarankan untuk
segera menghubungi dokter. Jika hal ini tidak segera dilakukan, maka luka akan
bertambah parah sehingga sulit untuk ditangani
JOB SHEET
PERAWATAN LUKA ULKUS DIABETIKUM
1. Pengertian
Ulkus diabetikum adalah luka yang muncul dan berkembang akibat gangguan saraf
tepi, kerusakan struktur tulang kaki, serta penebalan dan penyempitan pembuluh darah yang
sering terjadi pada penderita diabetes. Ulkus diabetikum memerlukan terapi dan penanganan
khusus. Jika terjadi infeksi pada ulkus diabetikum, dapat membuatnya semakin parah.
2. Tujuan
mencegah komplikasi akibat luka ulkus diabetikum dengan menerapkan teknik
aseptik pada tiap perawatan luka, selain itu perawat harus mampu menjadi educator
bagi pasien, dan memberi asuhan keperawatan secara holistik.
Mempercepat penyembuhan.
Mencegah gangguan rasa nyaman bagi yang bersangkutan maupun bagi pasien lain
terutama bila luka nekrose dan berbau.
GAMBAR
PERSIAPAN PETUGAS
a. Pastikan pasien yang akan dilakukan tindakan
b. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
c. Identifikasi kebutuhan perawatan luka sesuai kebutuhan
d. Cuci tangan sesuai prosedur (lihat SOP cuci tangan)
e. Gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan
PERSIAPAN PASIEN
a. Pastikan pasien bersedia dilakukan perawatan luka
b. Siapkan lingkungan pasien
c. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan perawatan
PERSIAPAN ALAT
a. kom kecil 2 buah
b. pinset anatomi
c. Pinset Chirurgis
d. Gunting Jaringan
e. Arteri Klem
PELAKSANAAN
1. Lakukan salam terapeutik (senyum, sapa, perkenalkan diri
dan pastikan identitas pasien yang akan dilakukan
perawatan luka)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Didalam darah terdapat zat glukosa, glukosa ini gunanya untuk dibakar agar
mendapatkan kalori atau energi. Sebagian glukosa yang ada dalam darah adalah hasil
penyerapan dari usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam
jaringan. Glukosa yang ada di usus bisa berasal dari glukosa yang kita makan atau bisa juga
hasil pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi, jagung, kentang, roti atau dari
yang lain..
Glukosa, fruktosa dan galaktosa masuk melalui dinding usus halus kedalam aliran
darah. Fruktosa dan galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa. Glukosa
merupakan hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan sebagai
karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan, akan menjadi
lebih tinggi setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak ada makanan yang masuk
selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat dengan bebas keluar dan masuk ke dalam sel
dimana glukosa dapat digunakan semata-mata sebagai sumber energi. Glukosa disimpan
sebagai glikogen di dalam sel hati oleh insulin (suatu hormon yang disekresi oleh pankreas).
Glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa oleh aksi dariglukogen (hormon lain yang
disekresi oleh pankreas) dan adrenalin yaitu suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar
adrenalin.
DAFTAR PUSTAKA
Mark DB, Mark AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta : EGC; 2000. Pg 462-471
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC; 2006