Anda di halaman 1dari 17

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu
Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitability
dan Investment Opportunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas
sebagai variabel penguat. Penelitian ini menggunakan return on investment
(ROI) sebagai indikator dari profitabilitas, Fixed Assets sebagai proksi dari IOS
dan likuiditas sebagai variabel moderat diproksikan oleh current ratio di Bursa
Efek Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan di Indonesia yang
listing di BEJ dan membagikan deviden pada tahun 2002-2003. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa likuiditas dapat digunakan sebagai variabel penguat (variabel
moderator) karena memberikan hasil yang signifikan pada = 0.10 dalam
mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi dari kedua variabel
independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah
pembagian dividen perusahaan. Profitabilitas berpengaruh secara positif
sedangkan kesempatan investasi berpengaruh secara negatif.
Saragih (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Profitability
dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan
Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan Return on Equity
(ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sebagai indikator yang mewakili
profitabilitas dan Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Market to Book
Value of Equity (MVE/BE), Capital Addition to Book Value of Assets (CAP/BVA)
serta Property, Plant & Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA) sebagai

Universitas Sumatera Utara

indikator yang mewakili Investment Opportunity Set. Hasil uji secara simultan
atau secara serempak (Uji Statistik F) menunjukkan bahwa variabel ROE (Return
on Equity), NPM (Net Profit Margin), MVA/BVA (Market to Book Value of
Assets), dan Property, Plant & Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA)
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen
tunai. Sedangkan hasil uji secara individual atau secara parsial (Uji Statistik t)
menunjukkan bahwa hanya variabel Return on Equity (ROE) dan NPM (Net
Profit Margin) yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen
tunai sedangkan variabel bebas lain yaitu MVA/BVA (Market to Book Value of
Assets) dan Property, Plant & Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA)
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai.

B. Profitability (Profitabilitas)
1. Pengertian Profitability (Profitabilitas)
Pada umumnya profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri
(Sartono, 2001:120). Setiap perusahaan selalu berupaya agar memperoleh
tingkat profitabilitas yang tinggi.
2. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas terdiri dari 2 jenis rasio (Syamsuddin, 2000:63) yaitu:
a) Jika ditinjau berdasarkan hubungan antara laba dengan penjualan, rasio
profitabilitas dapat dibedakan atas:

Universitas Sumatera Utara

1) Gross Profit Margin


Rasio ini merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga
pokok penjualan bersih atau rasio antara penjualan kotor dengan
penjualan bersih.
Gross Profit Margin =

Laba Kotor
Penjualan

2) Operating Profit Margin


Rasio ini merupakan perbandingan antara laba operasi dengan penjualan.
Operating Profit Margin =

Laba Sebelum Pajak dan Bunga (EBIT)


Penjualan

3) Net Profit Margin


Margin laba bersih merupakan keuntungan penjualan setelah dikurangi
seluruh

biaya

dan pajak

penghasilan.

Rasio

ini

menunjukkan

perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan.


Net Profit Margin =

Laba Bersih
Penjualan

b) Berdasarkan hubungan antara laba dengan investasi, rasio profitabilitas


dapat dibedakan atas:
1) Return on Investment
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total
aktiva.
Retun on Investment =

Laba Bersih
Total Aktiva

Universitas Sumatera Utara

2) Return on Equity
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan
modal sendiri atau ekuitas pemilik.
Return on Equity =

Laba Bersih
Total Ekuitas

3) Return on Assets
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba usaha dengan total aset.
Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dengan menggunakan aset yang dimiliki.
Return on Assets =

Laba Bersih
Total Aktiva

C. Investment Opportunity Set (IOS)


1. Pengertian Investment Opportunity Set (IOS)
Investment Opportunity Set merupakan kombinasi antara aktiva yang
dimiliki dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan Net Present
Value (NPV) positif (Myers, 1977 dalam Saputro, 2003). Secara umum dapat
dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau
peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan
expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan
demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu
proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan,
misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

2. Proksi Investment Opportunity Set (IOS)


Beberapa proksi IOS telah digunakan dalam bidang akuntansi dan
keuangan untuk memahami pemikiran IOS. Proksi IOS dapat digolongkan
menjadi tiga jenis (Erlina, 2007:43) yaitu:
a. Proksi IOS berbasis pada harga (Price-Based Proxies)
Proksi ini menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan
sebagian dinyatakan dalam harga pasar saham. Proksi ini didasari pada
anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara
parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan yang tumbuh
akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva
yang dimiliki (asset in place) dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh.
Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan
dengan proksi pasar adalah sebagai berikut:
1) Market to Book Value Equity ( MVE/BVE)
Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran MVE/BVE mencerminkan
bahwa pasar menilai return atas investasi perusahaan pada masa depan
akan lebih besar dari return yang diharapkan ekuitasnya. Rasio
MVE/BVE dapat dihitung (Hartono, 1999 dalam Erlina 2007:44) dengan
cara berikut ini :
MVE/BVE =

Saham Beredar Harga Penutup


Jumlah Ekuitas

Universitas Sumatera Utara

2) Market to Book Value of Assets (MVA/BVA)


Rasio ini menjelaskan gabungan antara aset di tempat dengan
kesempatan investasi. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio MVA/BVA,
semakin tinggi kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan tersebut
yang berkaitan dengan aset di tempat. Rumus yang digunakan (Kallapur
dan Trombley, 1999 dalam Erlina, 2007:43) sebagai berikut:
MVA/BVA =

Jumlah Aset Jumlah Ekuiti + (Saham Beredar Harga Penutup Saham)


Jumlah Aset

3) Property, Plant, and Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA)


Rasio PPE/BVA digunakan dengan dasar pemikiran PPE/BVA bahwa
prospek pertumbuhan perusahaan tergambar dengan besarnya aset tetap
yang dimiliki oleh perusahaan. Rumus yang digunakan (Hartono, 1999
dalam Erlina, 2007:45) sebagai berikut:
PPE/BVA =

Nilai Buku Peralatan dan Mesin


Nilai Buku Aset

b. Proksi IOS berbasis pada investasi (Investment-Based Proxies)


Proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi
yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan.
Penelitian dan pembangunan (R & D) merupakan investasi, dan selanjutnya
akan menghasilkan kesempatan investasi untuk perusahaan. Rasio-rasio
yang sering digunakan oleh peneliti antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1) Capital Expenditure to Market Value of Assets (CEP/MVA)


Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar
investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada aset tetap maka akan
semakin tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio
CEP/MVA dapat dihitung dengan cara berikut ini:
CEP/MVA =

Nilai Buku Aset Tetap t Nilai Buku Aset Tetap

t -1

Jumlah Aset - Jumlah Ekuiti + (Saham Beredar Harga Penutup)

2) Capital Expenditure to Book Value Asset (CEP/BVA)


Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar
investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada aset tetap maka akan
semakin tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio
CEP/BVA dapat dihitung dengan cara berikut ini:
CEP/BVA =

Nilai Buku Aset Tetap t Nilai Buku Aset Tetap t - 1


Jumlah Aset

3) Capital Additions to Book Assets Value (CAP/BVA)


Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar
pertambahan modal yang dilakukan oleh perusahaan maka akan semakin
tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio CAP/BVA dapat
dihitung dengan cara berikut ini:
CAP/BVA =

Tambahan Modal dalam 1 Tahun


Nilai Buku Aset

Universitas Sumatera Utara

4) Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA)


Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar
pertambahan modal yang dilakukan oleh perusahaan maka akan semakin
tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rumus yang
digunakan sebagai berikut:
CAP/MVA =

Tambahan Modal dalam Satu Tahun


Total Aset

c. Proksi IOS berbasis pada varians (Variance-Measures Proxies)


Proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih
bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan
besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari
peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian
diantaranya:
1) Varriance of Total Return (VARRET)
Variance of total return merupakan variasi return yang diperoleh
investor. Semakin besar varians return, semakin besar penyebaran nilai
return dan semakin besar pula ketidakpastian atau risiko dari suatu
investasi. Rumus yang digunakan (Saputro, 2003:73) sebagai berikut:
( Harga Penutupan Saham Lembar Saham Beredar) + Dividen + Biaya Bunga

VARRET =

Total Aset Total Ekuitas + (Lembar Saham Beredar Harga Penutupan Saham)

Universitas Sumatera Utara

2) Beta assets (BETA)


Rasio ini dihitung dengan menggunakan (Saputro, 2003:74) rumus
sebagai berikut:
BETA =

Beta Saham (Lembar Saham Beredar Harga Penutupan Saham)


Total Aset - Total Ekuitas + (Lembar Saham Beredar Harga Penutupan Saham)

D. Dividen
Dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam
bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit (Dyckman et al, 2001:439). Pada
umumnya apabila pendapatan perusahaan stabil, maka untuk pembayaran dividen
juga akan stabil. Kebijaksanaan dividen perusahaan sangat penting karena alasanalasan (Tampubolon, 2004:183) sebagai berikut:
1. Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham dan akan menjadi
pemegang saham.
2. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital
budgeting perusahaan tersebut.
3. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi cash flow perusahaan.
4. Kebijaksanaan dividen dapat menurunkan nilai modal saham perusahaan
karena dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan
meningkatkan utang/modal (debt equity) rasio perusahaan.
Kebijakan pembagian dividen tergantung pada RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham). Dividen yang dibagikan perusahaan bisa tetap (tidak
mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan, (ada kenaikan dan
penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Salah satu informasi yang

Universitas Sumatera Utara

dipandang cukup penting bagi investor yaitu informasi tentang naik turunnya
dividen tunai yang dibagikan perusahaan karena informasi tersebut mengandung
muatan informasi yang berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan
diperoleh para investor atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan
(Jogiyanto, 2003:109).

1. Pengertian Dividen Kas


Dividen kas adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.
Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen,
karenanya merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian,
2003:380). Pembayaran dividen kas kepada pemegang saham perusahaan
diputuskan oleh direksi perusahaan. Dalam hal pembagian dividen kepada para
pemegang saham suatu perusahaan membutuhkan pertimbangan yang matang,
hal ini disebabkan pihak manajemen harus memikirkan kelangsungan hidup
dan pertumbuhan perusahaan (going concern principal).

2. Kebijakan Pembagian Dividen


Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah
modal guna pembiayaan di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara kas atau cash dividend
yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan
dividen tersebut (Sutrisno, 2000:323) adalah:
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil artinya dividen akan diberikan
secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang
diperoleh perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pembayaran dividen yang
stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan:
1) Dapat meningkatkan harga saham sebab dividen yang stabil diprediksi
memiliki risiko yang kecil.
2) Dapat memberikan kesan pada investor bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik di masa yang akan datang.
3) Akan menarik investor yang akan memanfaatkan dividen untuk
keperluan konsumsi sebab dividen selalu dibayarkan.
b. Kebijakan Dividen yang Meningkat
Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada
pemegang

saham dengan

jumlah

yang

selalu

meningkat

dengan

pertumbuhan yang stabil. Kebijakan ini sangat diharapkan oleh para


investor karena memberikan dampak positif dan memuaskan bagi
perusahaan tersebut.
c. Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba
yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, maka

Universitas Sumatera Utara

semakin besar dividen yang dibayarkan. Demikian pula sebaliknya, jika laba
kecil dividen yang dibayarkan juga kecil.
d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler Ditambah Ekstra
Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran
dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan
ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham (Sutrisno, 2000:304)
antara lain:
a) Posisi Solvabilitas Perusahaan
Perusahaan yang berada dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya
kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal
ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk
memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.
b) Posisi Likuiditas Perusahaan
Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, sehingga
perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas
yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan.
Perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend
payout ratio-nya kecil, sebab sebagian laba digunakan untuk menambah

Universitas Sumatera Utara

likuiditas. Perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik


cenderung memberikan dividen yang lebih besar.
c) Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang
Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang, yaitu
hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus
segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang
tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar,
semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi
jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Hutang
yang jatuh tempo berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif
mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over
hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar
laba ditahan yang akan memperkecil dividend payout ratio.
d) Rencana Perluasan
Perusahaan

yang

berkembang

ditandai

dengan

semakin

pesatnya

pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan,
semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar
kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana
dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang , menambah
modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa diperoleh dari
internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Semakin pesat
perluasan yang dilakukan perusahaan, semakin kecil dividend payout-nya

Universitas Sumatera Utara

e) Kesempatan Investasi
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi,
semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk
memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang
baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.
f) Stabilitas Pendapatan
Perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan
kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang
pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak
perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan
perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas
yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
g) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Pemilik perusahaan tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan
apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri. Kemungkinan
akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan
pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Perusahaan yang dibelanjai
dari hutang, resikonya cukup besar sehingga perusahaan cenderung tidak
membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

Universitas Sumatera Utara

4. Teori-teori Kebijakan Dividen


Ada beberapa teori yang mendasari kebijakan dividen (Keown et al, 2000
dalam Pradessya, 2006) antara lain:
a) Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap
nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini menyatakan bahwa nilai
suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk
menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, dengan kata lain nilai suatu
perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh
aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividen
dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan).
b) Bird In the Hand Theory
Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan merupakan hal yang
tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi
bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan
berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari dividen. Dividen
lebih bisa diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat
mengontrol dividen tetapi tidak dapat mendikte harga saham. Investor
kurang yakin akan menerima pendapatan dari perolehan modal daripada
dividen. Mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik
daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba
tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai dividen dimasa yang akan

Universitas Sumatera Utara

datang (it can fly away). Pandangan yang mengatakan dividen lebih pasti
daripada perolehan modal disebut bird in the hand theory (teori burung
ditangan).
c) Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham
Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham,
sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada
perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen dan perolehan modal.
Saham yang memungkinkan penundaan pajak (dividen rendah perolehan
modal tinggi) mungkin akan dijual pada harga premi yang relatif sama
terhadap saham yang telah dikenakan pajak. Dividen yang rendah akan
membantu investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan
return setelah pajak atas investasinya, sedangkan dividen yang tinggi akan
meningkatkan pembayaran pajak pendapatan investor akibatnya return
setelah pajak yang diperolehnya berkurang.
d) Teori Dividen Residu
Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen dibayar
dari modal yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi
keuangan. Perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara
langsung mempengaruhi keputusan dividen maka perusahaan harus
menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal
yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi.

Universitas Sumatera Utara

e) Teori Dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory)


Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan. Dividend signaling theory
merupakan suatu teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen
kas mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi
harga saham.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai