URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitability
dan Investment Opportunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas
sebagai variabel penguat. Penelitian ini menggunakan return on investment
(ROI) sebagai indikator dari profitabilitas, Fixed Assets sebagai proksi dari IOS
dan likuiditas sebagai variabel moderat diproksikan oleh current ratio di Bursa
Efek Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan di Indonesia yang
listing di BEJ dan membagikan deviden pada tahun 2002-2003. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa likuiditas dapat digunakan sebagai variabel penguat (variabel
moderator) karena memberikan hasil yang signifikan pada = 0.10 dalam
mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi dari kedua variabel
independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah
pembagian dividen perusahaan. Profitabilitas berpengaruh secara positif
sedangkan kesempatan investasi berpengaruh secara negatif.
Saragih (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Profitability
dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan
Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan Return on Equity
(ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sebagai indikator yang mewakili
profitabilitas dan Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Market to Book
Value of Equity (MVE/BE), Capital Addition to Book Value of Assets (CAP/BVA)
serta Property, Plant & Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA) sebagai
indikator yang mewakili Investment Opportunity Set. Hasil uji secara simultan
atau secara serempak (Uji Statistik F) menunjukkan bahwa variabel ROE (Return
on Equity), NPM (Net Profit Margin), MVA/BVA (Market to Book Value of
Assets), dan Property, Plant & Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA)
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen
tunai. Sedangkan hasil uji secara individual atau secara parsial (Uji Statistik t)
menunjukkan bahwa hanya variabel Return on Equity (ROE) dan NPM (Net
Profit Margin) yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen
tunai sedangkan variabel bebas lain yaitu MVA/BVA (Market to Book Value of
Assets) dan Property, Plant & Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA)
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai.
B. Profitability (Profitabilitas)
1. Pengertian Profitability (Profitabilitas)
Pada umumnya profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri
(Sartono, 2001:120). Setiap perusahaan selalu berupaya agar memperoleh
tingkat profitabilitas yang tinggi.
2. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas terdiri dari 2 jenis rasio (Syamsuddin, 2000:63) yaitu:
a) Jika ditinjau berdasarkan hubungan antara laba dengan penjualan, rasio
profitabilitas dapat dibedakan atas:
Laba Kotor
Penjualan
biaya
dan pajak
penghasilan.
Rasio
ini
menunjukkan
Laba Bersih
Penjualan
Laba Bersih
Total Aktiva
2) Return on Equity
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan
modal sendiri atau ekuitas pemilik.
Return on Equity =
Laba Bersih
Total Ekuitas
3) Return on Assets
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba usaha dengan total aset.
Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dengan menggunakan aset yang dimiliki.
Return on Assets =
Laba Bersih
Total Aktiva
t -1
VARRET =
Total Aset Total Ekuitas + (Lembar Saham Beredar Harga Penutupan Saham)
D. Dividen
Dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam
bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit (Dyckman et al, 2001:439). Pada
umumnya apabila pendapatan perusahaan stabil, maka untuk pembayaran dividen
juga akan stabil. Kebijaksanaan dividen perusahaan sangat penting karena alasanalasan (Tampubolon, 2004:183) sebagai berikut:
1. Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham dan akan menjadi
pemegang saham.
2. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital
budgeting perusahaan tersebut.
3. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi cash flow perusahaan.
4. Kebijaksanaan dividen dapat menurunkan nilai modal saham perusahaan
karena dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan
meningkatkan utang/modal (debt equity) rasio perusahaan.
Kebijakan pembagian dividen tergantung pada RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham). Dividen yang dibagikan perusahaan bisa tetap (tidak
mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan, (ada kenaikan dan
penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Salah satu informasi yang
dipandang cukup penting bagi investor yaitu informasi tentang naik turunnya
dividen tunai yang dibagikan perusahaan karena informasi tersebut mengandung
muatan informasi yang berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan
diperoleh para investor atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan
(Jogiyanto, 2003:109).
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara kas atau cash dividend
yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan
dividen tersebut (Sutrisno, 2000:323) adalah:
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil artinya dividen akan diberikan
secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang
diperoleh perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pembayaran dividen yang
stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan:
1) Dapat meningkatkan harga saham sebab dividen yang stabil diprediksi
memiliki risiko yang kecil.
2) Dapat memberikan kesan pada investor bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik di masa yang akan datang.
3) Akan menarik investor yang akan memanfaatkan dividen untuk
keperluan konsumsi sebab dividen selalu dibayarkan.
b. Kebijakan Dividen yang Meningkat
Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada
pemegang
saham dengan
jumlah
yang
selalu
meningkat
dengan
semakin besar dividen yang dibayarkan. Demikian pula sebaliknya, jika laba
kecil dividen yang dibayarkan juga kecil.
d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler Ditambah Ekstra
Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran
dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan
ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
yang
berkembang
ditandai
dengan
semakin
pesatnya
pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan,
semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar
kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana
dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang , menambah
modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa diperoleh dari
internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Semakin pesat
perluasan yang dilakukan perusahaan, semakin kecil dividend payout-nya
e) Kesempatan Investasi
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi,
semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk
memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang
baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.
f) Stabilitas Pendapatan
Perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan
kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang
pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak
perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan
perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas
yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
g) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Pemilik perusahaan tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan
apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri. Kemungkinan
akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan
pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Perusahaan yang dibelanjai
dari hutang, resikonya cukup besar sehingga perusahaan cenderung tidak
membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.
datang (it can fly away). Pandangan yang mengatakan dividen lebih pasti
daripada perolehan modal disebut bird in the hand theory (teori burung
ditangan).
c) Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham
Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham,
sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada
perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen dan perolehan modal.
Saham yang memungkinkan penundaan pajak (dividen rendah perolehan
modal tinggi) mungkin akan dijual pada harga premi yang relatif sama
terhadap saham yang telah dikenakan pajak. Dividen yang rendah akan
membantu investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan
return setelah pajak atas investasinya, sedangkan dividen yang tinggi akan
meningkatkan pembayaran pajak pendapatan investor akibatnya return
setelah pajak yang diperolehnya berkurang.
d) Teori Dividen Residu
Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen dibayar
dari modal yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi
keuangan. Perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara
langsung mempengaruhi keputusan dividen maka perusahaan harus
menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal
yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi.