Pancasila Dan Uud Pak Hasan
Pancasila Dan Uud Pak Hasan
PPKn atau PKn merupakan program pendidikan yang memiliki misi untuk
mengembangkan nilai luhur dari moral yang berakar pada budaya dan keyakinan bangsa
Indonesia yang memungkinkan dapat diwujudkan dalam perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi guru SD maupun pendidik di jenjang lainnya PPKn atau PKn memiliki
dua sisi kegunaan, Pertama untuk dirinya sendiri sebagai warga negara diharapkan
menjadi sarana pemahaman, penghayatan, dan perwujudan nilai dan moral pancasila dan
UUD45 dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, sebagai guru/pendidik diharapkan menjadi media pendidikan yang
memungkinkan peserta didik secara sadar dan sistematis berupaya untuk mengerti,
menghayati dan menerapkan nilai dan moral Pancasila dan UUD45 seseuai dengan
perkembangan pribadi dan lingkungannya.
1. Kedudukan dan Fungsi Pancasila.
Kedudukan dan Fungsi Pancasila sebagai titik sentral pembahasan ini adalah
kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai
dengan kausa finalis pancasila yang dirumuskan oleh pembentuk negara pada hakekatnya
adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Namun hendaknya dipahami bahwa asal
mula pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia adalah digali dari unsur-unsur
yang berupa nilai-nilai yang terdapat pada bangsa Indonesia sendiri yang berupa
pandangan hidup bangsa Indonesia.
a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
Pandangan hidup adalah filsafat hidup seseorang yaitu kristalisasi nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya, ketepatan dan manfaatnya. Pandangan hidup yang terdiri atas
kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh
terhadap kehidupan bangsa itu sendiri. Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka
acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar
manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.
b. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dalam kedudukan ini sering, disebut sebagai Dasar filsafat atau
Dasar.Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari negara, ideologi negara atau
(Staatsidee). Dalam pengertian, ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma
untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pancasila
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
sumber
semangat
bagi
Undang-Undang Dasar
1945, bagi
kerakyatan yang
zaman,
ilmu
pengetahuan,
dan
teknologi
serta
dinamika
Nilai Praksis
1) Dimensi Idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang
bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Hakikat nilai-nilai Pancasila tersebut bersumber pada
filsafat Pancasila (nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam Pancasila).
2) Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan da1am suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam normanorma kenegaraan.
3) Dimensi Relistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain
memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila harus mampu
dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata (kongkrit) baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara.
2. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan pencipta seluruh alam. Yang Maha Esa,
berarti Yang Maha Tunggal, tiada sekutu dalam zat-Nya, sifat-Nya, dan
perbuatan-Nya. Zat Tuhan tidak terdiri atas zat-zat yang banyak lalu menjadi satu.
Sifat-Nya adalah sempurna dan perbuatan-Nya tiada dapat disamai oleh siapa
pun/apa pun. Tiada yang menyamai Tuhan, Dia Esa. Jadi. Ketuhanan Yang Maha
Esa, pencipta alam semesta.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang berbudaya
dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Karena potensi seperti yang
dimilikinya itu, manusia tinggi martabatnya. Dengan budi nuraninya, manusia
menyadari nilai-nilai dan norma-norma.
Adil berarti wajar, yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban
seseorang. Keputusan dan tindakan didasarkan pada objektifitas, tidak pada
subjektifitas. Di sinilah yang dimaksud dengan wajar/ sepadan.
Maksudnya, sikap hidup, keputusan, dan tindakan selalu berdasarkan pada
nilai-nilai
keluhuran
budi,
kesopanan,
dan
kesusilaan.
Adab
terutama
dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri sendiri, sesama
manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini
mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh
wilayah Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
/ Perwakilan
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
penggunaan
pikiran
atau
rasio
yang
sehat
dengan
selalu
sebagai
berikut :
Pasal 5 (1), pasal 7, pasal 9, pasal 13 (2), pasal
pembatasan
masa
kewenangan MPR, tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden secara
langsung oleh rakyat dan memunculkan lembaga-lembaga negara baru serta
pencantuman secara explisit peraturan mengenai pemilu.
Amandemen Keempat, dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2002 berhasil
menuntaskan perubahan-perubahan mengenai hal-hal yang belum disepakati
oleh kekuatan sosial politik yang ada di MPR pada sidang tahunan MPR RI
2001.
PEMBELAJARAN MATERI PANCASILA dan UUD 1945
Dalam kaitannya dengan materi pembelajaran Pancasila dan UUD 11945,
sejumlah model pembelajaran dapat dijadikan alternatif untuk dipergunakan dalam
proses pembelajaran PKn. Penggunaan berbagai model pembelajaran tersebut, tentu saja
harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, karakter/ kualifikasi butiran
materi pembelajaran, situasi dan lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan
kemampuan belajar siswa, waktu yang tersedia, dan kebutuhan siswa itu sendiri. Hal ini
mengandung arti bahwa Anda mengajar di kelas rendah (kelas 1-3) alangkah tepatnya
bila menggunakan metode yang berbeda dengan ketika Anda megajar di kelas-kelas
tinggi (kelas 4-6). Mengapa demikian? Karena tingkat perkembangan dan kemampuan
siswa kelas rendah berbeda dengan kelas tinggi.
Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu model VCT (Value
Clarification Technique/ Teknik pengungkapannilai). Menurut A. Kosasih Djahiri (1985),
model pembelajaran VCT meliputi
1) Metoda percontohan; 2) Analisis nilai; 3) VCT Daftar matrik yang meliputi, a) daftar
baik buruk, b) daftar tingkat urutan, c) daftar skala prioritas, d) daftar gejala kontinum, e)
daftar penilaian diri, f) daftar membaca perkiraan orang lain tentang diri kita, g) perisai
kepribadian diri; 4) VCT dengan kartu keyakinan; 5) VCT melalui teknik wawancara; 6)
Teknik yurisprudensi; dan 7) Teknik inkuiri nilai. Selain itu, dalam PKn dikenal pula
model Permainan seperti antara lain metode bermain peran (Role Playing). Metode atau
model pembelajaran tersebut di atas dianggap sangat cocok diterapkan dalam
pembelajaran PKn karena mata pelajaran PKn mengemban misi untuk membina, nilai,
moral, sikap dan perilaku siswa di samping membina kecerdasan (pengetahuan) siswa.
Mengapa perlu pembelajaran VCT? Pola pembelajaran VCT menurut A. Kosasih
Djahiri (1992) dianggap unggul untuk pembelajaran afektif karena: Pertama, mampu
membina dan mempribadikan (personalisasi) nilai-moral. Kedua, mampu mengklarifikasi
dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang disampaikan. Ketiga, mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa dan nilai moral dalam
kehidupan
nyata.
Keempat,
mampu
mengundang,
melibatkan,
membina
dan
pemerintahan negara, tetapi ada dalam setiap pergaulan manusia termasuk peraturan di
sekolah yang dikenal dengan Tata Tertib Sekolah. Oleh karena itu, Anda dapat mencari
pokok-pokok bahasan atau konsep-konsep mana yang tertera dalam GBPP PKn yang
relevan atau merupakan penyederhanaan dari materi UUD 1945 bagi siswa Sekolah
Dasar, seperti misalnya konsep ketertiban, kedisiplinan, kepatuhan, dan sebagainya
sesuai dengan tingkatan kelas siswa Anda.
Dalam kaitannya dengan materi Pancasila dan UUD 1945 salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat dipertimbangkan adalah VCT percontohan (untuk kelas rendah)
dan VCT Analisis Nilai untuk kelas-kelas tinggi. Mengapa untuk kelas rendah
menggunakan metode percontohan? Anda sebagai guru SD tentu lebih paham bagaiman
karakteristik siswa kelas 1-3 SD yang masih kesulitan memahami hal-hal yang bersifat
abstrak. Oleh karena itu, kajian materi yang abstrak tersebut perlu divisualisasikan
melaui contoh-contoh dalam bentuk gambar, foto, atau cerita.
Sebagai contoh, untuk menjelaskan arti Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila ke-1), perlu
pemberian contoh-contoh konkrit seperti gambar tempat ibadah beserta orang yang
sedang beribadah, gambar/foto contoh orang yang toleran terhadap pemeluk agama lain,
dan sebagainya. Demikian pula tentang pokok bahasan menghargai orang lain atau
persamaan derajat (Sila ke-2), Anda dapat menampilkan contoh-contoh orang yang
menghormati/menghargai orang lain dan sekaligus memberi contoh bagaimana cara
menghormati dan menghargai orang lain. Selain itu dapat pula Anda menampilakn
contoh langsung orang yang selalu menghormati/menghargai orang lain dan juga orang
yang tidak menghargai orang lain atau melalui cerita-cerita yang kontras nilai yang
merupakan realitas kehidupan di masyarakat.
TABRAK LARI
Suatu pagi Masan seorang tukang sayur yang biasa berkeliling di desa Malabar
menyebarang jalan raya tanpa memperhatikan rambu-rambu lalu lintas, tiba-tiba muncul
sebuah minibus dengan kecepatan tinggi dan menabrak tukang sayur tersebut. Kaki
Masan tergilas kendaraan itu dan mengalami patah kaki. Supir minibus yang bernama
Teddy sedang dalam keadaan mabuk dan melarikan diri tanpa memperhatikan Masan.
Masyarakat yang kebetulan mengetahui kejadian tersebut mengejar Teddy dan tertangkap
sekitar 3 kilometer dari tempat kejadian. Kemudian beberapa pemuda ramai-ramai
memukuli Teddy hingga pingsan dan beru mereka berhenti setelah datang anggota polisi
lalu lintas melindungi Teddy dan kelompok pemuda itu sendiri kabur.
Sedangkan Irwan dan Yandi siswa salah satu SMUN di daerah itu memberi
pertolongan kepada Masan dan membawanya ke Puskesmas terdekat. Istri Masan yang
sedang hamil tua yang datang ke Puskesmas beberapa jam setelah kejadian menangis
melihat suaminya terbaring tak berdaya. Padahal biaya hidup dan sekolah anaknya hanya
mengandalkan dari hasil jual sayuran yang tidak seberapa. Masan sendiri pasrah dan
akan memaafkan atas kelalaian Teddy.
Selain menggunakan ceritera, stimulus dapat juga menggunakan gambar-gambar
atau foto tentang pengalaman atau pelanggaran terhadap nilai-nilai Pancasila, seperti
gambar/foto masyarakat yang sedang membantu korban banjir/bencana alam, kerja bakti,
foto ketika pemilihan kepala desa , dan sebagainya. Ceritera dan gambar/foto tersebut
merupakan contoh-contoh perbuatan yang sesuai atau tidak sesuai dengan Pancasila yang
dijadikan stimulus oleh guru yang membahas materi Pancasila.
2. Kegiatan Pembelajaran (KBM)
Pertama, guru melontarkan stimulus dengan cara membaca ceritera (jika
stimulusnya berbentuk ceritera) atau menampilkan gambar/foto. Pembacaan atau
penampilan stimulus tersebut dapat dilakukan oleh Anda atau oleh siswa. Alangkah
baiknya jika ada variasi antara oleh guru dan siswa. Kedua, memberi kesempatan
beberapa saat kepada siswa untuk berdialog sendiri atau sesama teman sehubungan
dengan stimulus tadi. Ketiga, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan
guru, baik secara individual, kelompok maupun klasikal.
Berdasarkan ceritera/kejadian di atas Anda dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan berikut.
Bagaimana perasaan kalian terhadap kejadian
tersebut?
sesuai
Pancasila
dengan
nilai-nilai
sebagainya.
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan VCT analisis nilai hampir sama dengan VCT
percontohan sebagaimana yang telah Anda pelajari pada uraian diatas. Langkahlangkah tersebut sebagai berikut:
Pertama, setelah membuka pelajaran Anda menjelaskan kepada siswa bahwa
mereka akan ber-VCT.
Kedua, pelontaran/pembagian media stimulus oleh guru atau siswa berupa
ceritera atau gambar/foto. Ceritera tentang Tabrak Lari di atas dapat saja dijadikan
media stimulus (sebaiknya tidak diberi judul dahulu), dan langkah baiknya
dilengkapi lagi dan disesuaikan dan bagian tema atau konsep yang akan dibelajarkan.
Ketiga, guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan siswa terhadap ceritera
tersebut.
Keempat, melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik secara
individual, kelompok maupun klasikal. Pertanyaan yang diajukan hendaknya berisi
analisis siswa terhadap nilai-moral yang terdapat dalam ceritera itu.