Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL PBL

(PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH PADA STANDAR
KOMPETENSI MENERAPKAN BUDAYA HIDUP SEHAT
POKOK BAHASAN KESEHATAN HIV/AID DI KELAS XI
JURUSAN AKUNTANSI SEMESTER GANJIL DI SMK
NEGERI 31 JAKARTA
Uju Juhiwa

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode Problem


Based Learning, dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata
pelajaran Penjasor.
Penelitian dilakukan di SMK N 31 Jakarta pada siswa kelas XI, jumlah siswa yang
menjadi subjek penelitian sebanyak 38 orang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan model Stephen Kemmis
dan MC. Tanggart dengan empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan/tindakan (3) observasi (4) refleksi.
Penelitian ini dilakukan dengan 2 Siklus. Siklus pertama 2 kali pertemuan dengan
lama setiap pertemuan 2 jam pelajaran. Siklus kedua 2 kali pertemuan dengan
lama setiap pertemuan 2 jam pelajaran.
Pada siklus I tampak bahwa anak sudah belajar aktif sehingga hasil belajar yang
diperoleh cukup bagus. Ini dapat dibuktikan dari hasil pre test diperoleh nilai
rata-rata 72,41 sedangkan hasil nilai rata-rata post test adalah 74,69
Pada siklus II tampak anak belajar lebih aktif sehingga hasil belajar yang
diperoleh cukup bagus. Ini dapat dibuktikan dari hasil pre test diperoleh nilai
rata-rata 71,25 sedangkan hasil nilai rata-rata post test adalah 80,7.
Kata Kunci : Problem Base Learning , kemampuan pemecahan masalah

PENDAHULUAN
Selama ini pola pengajaran disekolah menggunakan metode ceramah.
Dimana guru menerangkan dan menuliskan mata pelajaran kepada siswa. Pola ini
cenderung menghasilkan siswa yang pasif, terlalu bergantung dan menunggu
suapan materi guru. Ironisnya, perubahan dunia yang begitu cepat menuntut siswa
_______________
1.

Uju Juhiwa, Guru Penjas SMK Negeri 31, Sejak 6 Oktober 2010 Ka.SMK Negeri 42 Jakarta.

untuk mampu secara mandiri mengolah berbagai informasi yang ada dan terus aktif
mengembangkan diri mereka terutama dalam pelajaran penjasorkes sering
dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan karena bayak menggunakan
hitugan

dan hafalan juga ketekunan dalam proses belajarnya, sehingga tidak

semua siswa menyukainya, bahkan prestasi siswa dibidang mata pelajaran


penjasorkes belum memuaskan.
Demikian halnya SMK N 31 Jakarta selama ini yang menggunakan pola
pengajaran ceramah juga tidak begitu efektif dalam pencapaian target seperti yang
ditetapkan dalam kurikulum, misalnya dari berbagai pengalaman pemberian tugas
pekerjaan rumah (PR) menunjukan kurangnya pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran yang telah disampaikan guru . Ulangan sebagai sarana mengukur tingkat
pemahaman atau penyerapan siswa terhadap pelajaran penjasorkes dengan
mengecewakan karena metode yang kurang menarik dari pola pengajaran ceramah.
Dalam pengalaman saya mengajar di SMK N 31 Jakarta, metode ceramah
juga sangat kurang kondusif untuk jumlah siswa yang banyak, saat guru
menerangkan terkadang siswa tidak mendengarkan apa yang disampaikan karena
tidak mendengar volume (suara kecil), juga dari hasil perolehan nilai ulangn ratarata kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan
sebelum proses berlajar mengajar dimulai, ini membuktikan kurangnya
pemahaman siwa terhadap mata pelajaran yang disampaikan
Disamping hal tersebut diatas seperti kurangnya kontrol orang tua terhadap
perkembangan belajar anaknya (progres report), orang tua cederung menyerahkan
kesuksesan belajar anak pada guru disekolah.
Di Indonesia kita pernah mengenal sistem belajar siswa aktif (CBSA) pada
tahun 80-90-an. Lalu awal Tahun 2000-an muncul konsep baru yaitu Kurkulum
Bebasis Kompetensi (KBK) atau dikenal dengan KBK 2004. Kemudian dengan
berkembangnya

sisem

pembelajran

didunia

pendidikan

dan

berubah

menyesuaikan perkembangan jaman, maka muncul suatu sistem pembelajaran


yang berbasis problem atau lebih dikenal dengan istilah Problem Based
learning(PBL).
Maka dengan adanya Problem Based learning diharapkan para tenaga
pengajar (guru) dapat memberikan rangsangan dan memfokuskan kepada siswanya
supaya aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk menemukan data yang konkret tentang manfaat Problem Based
2

learning, maka dirasakan perlu untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas


(PTK) tentang bagaimana pembelajaran Problem Based learning dikelas XI
Jurusan Akuntansi pada SMK N 31 Jakarta.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empirik tentang kemampuan
siswa SMK Negeri 31 Jakarta dalam memecahkan masalah dalam mata pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehastan melalui pemanfaatan problem based
learning.
Lokasi penelitian adalah SMK Negeri 31 Jakarta yang berlokasi dijalan Kramat
Jaya Baru Blok DII Johar Baru Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksankan dalam
jangka waktu 3 bulan terhitung bulan Agustus s.d. Oktober 2009.
Jadwal Kegiatan Penelitian Kelas di SMK N31 Jakarta
No Kegiatan
Agustus 2009 September 2009
Oktober 2009
1
Persiapan
X
2
Pelaksanaan
X
3
Pelaporan
X
1. Metode dan desain Intervensi Tindakan /Rancangan Siklus Penelitian
Racangan prosedur PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang dilaksanakan dalam
penelitian ini adalah metode spiral atau siklus dari Stephen Kemmis dan MC.
Tanggart dalam Hopkins. Karena dengan ditemukannya beberapa kendala dalam
proses pembelajaran, maka perencanaan dan pelaksanaan tidakan perbaikan masih
dapat dilanjutkan pada siklus selajutnya sampai target yang diinginkan tercapai.
2. Subjek atau Partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian
Subjek yang dikenal tindakan adalah seluruh siswa kelas XI jurusan Akuntansi
SMK Negeri 31 Jakarta sebanyak 38 sesuai dengan jumlah siswa yang dalam satu
kelas. Pada pelaksanaan siklus I dapat berjalan sesuai dengan prosedur namun
dalam siklus II, karena suatu hal ada beberapa siswa yang tidak masuk.
3.Peran dan Posisi Penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas
Peran dan posisi penelitian adalah sebagai perencanan dan pelaksanaan tindakan
yang terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, sekaligus menangani
permasalahan yang muncul dalam pembelajaran serta mencari solusi yang tepat
sebagai alternatif pemecahan masalah dengan mengembangkan problem PBL
dikelas berikutnya pada SMK Negeri 31 Jakarta Pusat.
3

4.Kriteria atau Ukuran Keberhasilan


Kriteria keberhasilan kemampuan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Siswa dikatakan berhasil atau mampu 80% atau lebih memperoleh nilai baik
(80,00) Ditetapkan 80% sebagai kriteria keberhasilan ini sesuai dengan teori
belajar tuntas (Mastery Learning) yang dikemukan oleh Bloom. Kemudian
dikembangkan oleh Block dan Yusuf. Bahwa hasil test diukur dengan cara
membandingkan keberhasilan yang distandarkan, sehingga pengajaran ersebut
dapat dilihat berhasil atau tidaknya, dan tingkat keberhasilan ditentukan 80. jika
menyoroti siswa (80% atau lebih) dapat menyelesaikan masalah sengan baik
berarti berhasil.
5.Tahapan Intervensi Tindakan
Langkah penelitian ini meliputi 4 tahap pada masing-masing siklus :

a.Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Membuat renacana pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan pada siklus I.
Rencana tindaan yang akan dilaksanakan adalah pembelajaran teori mata pelajaran
Penjasorkes pada pokok Bahasan/Standar Kompetensi: Budaya Hidup

Sehat

dengan materi Bahaya,Cara penularan dan Cara menghindari penularan HIV/AIDS


di kelas XI jurusan Akuntansi SMK Negeri 31 Jakarta. Indikator percapaian yang
dipilih adalah membuat ringkasan dari teks:
6.1. Memahami bahaya HIV/AIDS
6.2. Memahami cara penularan HIV/AIDS
6.3. Memahami cara menghindari penularan HIV/AIDS
2. Tahap Pelaksanaan
Membagi para siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa diberikan
materi tanpa berupa gambar untuk diamati dan kemudian mendiskusikan dengan
anggota kelompoknya masing-masing, setelah itu disimpulkan bersama dengan
guru. Tahap pelaksanaan dengan siklus 1 dilaksanakan 2 x pertemuan dengan lama
setiap pertemuan 2 x 45 menit . Tahap ini dilakukan pada hari kegiatan belajar
mengajar sesuai jadwal yang telah ditentukan .
3. Tahap Obsevasi
Tahap dimana peneliti mengadakan pengamatan saat pembelajaran berlangsung.

4. Tahap Refleksi
Tahap dimana peneliti mengadakan evaluasi bersama mitra berdasarkan hasil
analisis data dan kesimpulan. Kemudian mengiventariskan semua data yang dapat
menunjukan adanya peningkatan baik pada proses pembelajaran maupun hasil
meringkas isi membuat dan mencatat kendala-kedala untuk kemudian merumuskan
menjadi sebuah rekomendasi.

b. Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Membuat perencanaan pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II.
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan adalah pembelajaran olah raga pada
pokok bahasan menerapkan budaya hidup sehat , dengan Kompetensi Dasar
bahaya HIV/AIDS serta perubahan wujud yang dialaminya di kelas XI Akuntansi
Satu SMK Negeri 31 Jakarta. Indikator percapaian yang dipilih adalah membuat
ringkasan dari teks, membuat contoh-contoh dan bentuk penularan HIV/AIDS.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian
siswa diberikan tugas untuk mencari informasi untuk diamati dan kemudian
mendiskusikan dengan anggota kelompoknya masing-masing, setelah itu
disimpulkan bersama dengan guru. Tahap pelaksanaan dalam siklus II
dilaksanakan 2 x pertemuan dengan lama setiap pertemuan 2 x 45 menit pelajaran.
tahap ini dilakukan pada hari kegiatan belajar m,engajar sesuai dengan jadwal
mengajar di kelas XI Akuntansi satu .
3. Tahap Observasi
Peneliti mengadakan pengamatan saat pembelajaran berlangsung
4. Tahap Refleksi
Peneliti mengadakan evaluasi bersama dengan mitra atau kolaborasi teman sejawat
berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan. Kemudian mengiventariskan
semua data yang dapat menunjukan adanya peningkatan baik pada proses
pembelajaran maupun hasil meringkas isi membuat bagian-bagian bahaya,
penularan dan menghindari HIV/AIDS.dan mencatat kendala-kedala untuk
kemudian merumuskan menjadi sebuah rekomendasi.
Ada beberapa definisi dan interprestasi terhadap Problem Based Learning menurut

Duch (1995) : Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang
mendorong siswa untuk mengenal cara dan bekerja sama dalam kelompok untuk
penyelesaian masalah-masalah didunia nyata.
Dalam PBL, siswa dituntut untuk bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka
jalani, serta diarahan untuk tidak terlalu bergantung pada guru. PBL membentuk
siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karier
yang akan mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor
yang memandu siswa menjalani proses pendidikan. Dan ketika siswa lebih aktif
dalam menjalani proses belajar PBL, maka peran guru sebagai fasilitator atau tutor
akan berkurang kualitasnya.
Proses PBL dibentuk dari ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada
didunia pendidikan. Hal ini tersebut digunakan sebagai pendorong bagi siswa
untuk mengaplikasikan informasi yang didapat, sehingga nantinya dapat selalu
diingat dan diterapkan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi. Masalahmasalah yang didesain dalam PBL memberikan tantangan pada siswa untuk lebih
mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah
secara efektif
Apa yang dibutuhkan dalam problem based learning adalah permasalahan atau
tugas atau soal-soalyang tidak mempunyai struktur yang jelas sehingga siswa
terdorong untuk membuat sejumlah penyelesaian dan mengkajinya. Permasalahan
yag kurang berstruktur ini sebaiknya dirancang oleh guru, agar siswa termotivasi
dan kesempatan untuk secara bebas mencari informasi dari sumber. Permasalahan
yang kompleks dan ambigu sehingga siwa terdorong untuk menggunakan strategi
penyelesaianya an terampil untuk menguasainya. Permasalahan bermakna dan
hubungannya nyata siswa, sehingga siswa termotivasi untuk mengarahkan dirinya
sendiri dan menguji peahaman mereka dalam menyelesaikan tugas tersebut.
Metode pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan siswa menghadapi berbagai masalah baik masalah
pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahan sendiri atau
secara bersama-bersama. Orentasi pembelajarannya adalah investigasi atau
penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode pemecahan masalah :
a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
6

b. Berfikir dan bertindak kreatif


c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realitis
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat.
2. Proses belajar PBL
a. Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
b. Masing-masing kelompok menerima materi
c. Diskusi perkelompok
d. Melaporkan hasil diskusi kelompok oleh salah satu angota kelompok di depan
kelas
e. Pengambilan kesimpulan dari hasil diskusi bersama guru.
3. Penilaian PBL
Penilaian PBL dilakukan dari mulai proses diskusi berlangsung sampai
pengambilan kesimpulan, terutama dengan melihat hasil pre-test dan post-test.
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Pasa Mata Pelajaran Penjasorkes
1. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Olah raga merupakan mata pelajaran yang diberikan dua jam pelajaran setiap
minggunya ( 2 x 45 menit ) yang dilaksanakan dalam bentuk terori dan praktik
dengan perbandingan setiap bulannya satu kali setiap minggunya untuk teori di
dalam kelas dan 3 kali

setiap minggunya untuk praktik dilapangan, untuk

pelajaran pendidikan kesehatan dilaksanakan di kelas.


2. Materi Mata Pelajara Pendidikan Jasmani Olahraga

dan Kesehatan yang

diberikan secara teori yaitu pelajaran Kesehatan dengan Standar Kompetensi :


Menerapkan Budaya Hidup Sehat, dengan Kompetensi Dasar memahami bahaya
HIV/AIDS, Cara Penularan HIV/AIDS dan memahami cara menghindari
penularan HIV/AIDS
3. Test Hail Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan.
7

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap meteri yang
telah disamapaikan, maka perlu adanya evalusi berupa test, test tersebut berupa test
lisan dan tulisan
Test lisan dilakukan diawal pelajaran dimulai dan sela-sela pelajaran berlangsung,
dengan cara guru memberikan pertanyaan secara acak kepada siswanya.
Sedangkan test tulis dilakukan setelah pelajaran selesai.
Dalam metode dengan pembelajaran PBL bentuk test lisan dan tulisan berbeda
dengan metode pembelajaran sebelumnya. Test pembelajaran PBL banyak
mempergunakan gambar-gambar atau peraga lainnya yang lebih menarik dan
mudah dimengerti siswa, juga dengan cara diskusi kelompok sehingga siswa lebih
aktif.
C. Hambatan-hambatan dalam pengembangan Problem Based Learning
Beberapa hambatan dalam pengembangan Problem Based Learning di Indonesia
dan solusi serta cara mengatasinya meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.Secara umum PBL masih sulit diterima siswa karena belum terbiasa untuk
memecahkan masalah sendiri dengan pengetahuan yang dimiliki
2.Cara mengatasinya dibiasakan latihan PBL dengan sendirinya siswa akan
terbiasa memecahkan masalah
a. Pada umumnya siswa diberi soal latihan yang berbentuk pilihan ganda, sehingga
siswa menebak dalam menjawab
b. Kalaupun ada soal model lain terfokus pada isian sehingga cederung jawaban
singkat
c. Waktu yang diberikan kepada siswa tidak cukup untuk menghadapi soal-soal
yang diberikan, karena waktu pelaksanaan PBL sementara disesuaikan dengan
beban kurikulum.
d. Kurang terbiasanya guru dan siswa dalam penerapan PBL, karena masih terbawa
dengan kebiasaan metode konvensional.
Peneliti mengadakan pengamatan saat pembelajaran berlangsung
Tahap Refleksi
Peneliti mengadakan evaluasi bersama dengan mitra atau kolaborasi teman sejawat
berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan. Kemudian mengiventariskan
semua data yang dapat menunjukan adanya peningkatan baik pada proses
8

pembelajaran maupun hasil meringkas isi membuat bagian-bagian bahaya,


penularan dan menghindari HIV/AIDS.dan mencatat kendala-kedala untuk
kemudian merumuskan menjadi sebuah rekomendasi.
6. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan
Tingkat

keberhasilan

tindakan

ini

ditentukan

berdasarkan

pada

pertimbangan yang matang oleh peneliti. Oleh karena itu disamping perlu
ditunjang data yang cukup, juga meminta pertimbangan Kepala Sekolah
SMK Negeri 31 Jakarta. Ukuran keberhasilan rata-rata kelas 80% pada
setiap siklus. Setelah siklus selesai diharapkan siswa mampu memecahkan
masalah, sehingga cakrawala berfikir lebih luas dan terbuka sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan. Keterampilan memecahkan masalah dapat
dilakukan melalui latihan-latihan soal yang diberikan guru di SMK Negeri
31 Jakarta untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Data dan Sumber Data
a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan
dengan pemantauan tindakan yang diambil dari latihan-latihan soal
yang diberikan oleh guru disekolah maupun yang berbentuk tugas
Pekerjaan Rumah. Sumber data yang dikenai tindakan adalah peneliti
dan kepala sekolah.
b. Data peneliti yakni keterampila memecahkan masalah
Sumber data yang dikenai tindakan adalah seluruh siswa kelas XI
Jurusan Akuntansi satu tahun ajaran 2009/2010di

SMK Negeri 31

Jakarta sebanyak 38 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki: 7 orang dan
siswa perempuan 31 orang .
Instrumen Pengumpulan Data yang digunakan
Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa peneitian ini
merupakan

penelitian

Tindakan

Kelas

yang

dilaksanakan

untuk

meningkatkan Program Based Learning


Instrumen pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
Test Hasil Belajar (Terlampir)
Tehnik Pemeriksaan Keterpecayaan (Truworthiness)
9

a. Credibility
Kemampuan peneliti dalam mengumpulkan data dan menyusun
instrumen bedasarkan teori-teori yang terkait dalam penelitian
tindakan kelas berdasarkan teori-teori yang terkait dalam penelitian
tindakan kelas. Berdasarkan beberapa teori dalam bidang Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan , peneliti menyusun rumusan dalam
kajian yang lebih rinci untuk menemuan indikator yang tepat pada
setiap instrumen dengan cara melakukan pengecekan dan melakukan
perbadingan pada partisipan lain serta melakukan penyempurnaan.
b. Transferability
Hasil temuan dalam penelitan dapat digunakan dan diterapkan pada
situasi lain melalui pengumpulam data secara rinci sehingga
memungkinkan untuk diperbandingkan antara satu kontek dengan
konteks lain hal ini dilakukan sebagai bahan kajian untuk perbaikan
pada tindakan berikutnya dan memperkaya kemampuan peneliti
untuk lebih memahami lingkup penelitian. Untuk sekolah data yang
diperoleh sebagai bahan evaluasi dalam perbaikan kegiatan belajar
mengajar yang bermakna dan lebih baik.
c. Confirmability
Keabsahan data yang digunakan oleh peneliti sebelumnya telah
dikonfirmasikan kepada para ahli yang kompeten sehingga indikator
dalam instrumen yang tertuang memenuhi kriteria data yang valid,
indikator yang kurang tepat dalam mengukur maka peneliti akan
memperbaiki indikator tersebut berdasarkan informasi yang didapat
dari nara sumber yang tepat dan mewujudkan bahwa data yang
diperoleh adalah benar dan objektif yang menggambarkan apa
adanya.

HASIL PENELITIAN
Setelah proses pembelajaran selesai daspat diketahui hasil perolehan nilai
10

saaat sebelum pelaksanaan pembelajaran dan setelah pelaksanaan


pembelajaran menunjukan perbedaan yang cukup disini dapat dilihat dari
selisih hasil perbandingan pri test dan post test sebagai berikut
Hasil Perolehan Pre Test dan Post Test Siklus Satu
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Nama Siswa
Agung Ramadhan
Amalia Hidayah
Anggia Mareta Sari
Anisa
Anissa Rahmawati
Anissah
Ari Aryanti
Astrela Calosa
Ayu Novita Putri
Ayumeiari Pertiwi
Bunga Angsal Kennyo
Cintya Dwi Septiani
Deffi Nilamsari
Della Yani
Delly Yana
Devina Marthina Sari
Dewi Wulandari
Dimas Halim
Dini Rosila
Diyah Purnama Sari
Dwi Peny Landasari
Dwi Rianingsih
Dwi Suryani
Elfira Jayanti
Ertya Sukmawati
Evelyn Wydia Putri
Florensia Ade Setyowati
Griselda Terenta E
Hafizah Azzahra
Hendy Ismail
Ika Septiani
Imam Bachtiar
Ismail Lutvi
Khoyrul Latif Rabar
Lidyah Pasaribu
Lisya Eka Setiawati
M. Denta Ramadana
Marchika Ramadania
RATA-RATA
NILAI TERTINGGI
NILAI TERENDAH

Pre Test
70
70
68
80
62
72
64
79
81
87
76
70
74
72
72
66
72
72
76
0
70
72
72
70
71
68
70
76
74
71
76
74
64
70
76
68
80
71
72,41
87
62

Post Test
78
75
69
81
67
76
68
79
81
87
74
71
75
73
73
72
77
73
80
75
71
73
75
70
72
70
70
76
74
77
72
74
75
71
76
70
88
75
74,69
88
67

11

REFLKESI
1. Kendala-kendala
Selama melaksanakan pengamatan banyak menemui kendala
dimana hal ini dibuktikan pada saat siswa dianjurkan untuk membawa
seperangkat alat yang akan digunakan untuk pengamatan dan diskusi
dikelompoknya masih ada saja para siswa yang tertinggal tugasnya.
Guru harus lebih kreatif memberikan tugas pada siswa yang tidak
membawa tugasnya dengan tugas merekap usulan dan pendapat dari
teman satu kelompoknya.
2. Rekomendasi Pelaksanaan
Pihak sekolah segera melengkapi peralatan dan perlengkapan
untuk merealisasikan metode Problem Based Learning.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Melalui metode Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah mata pelajaran
Penjas, terlihat pada perbandingan siklus I hasil pretes
Diperoleh 72,40, sedangkan hasil post test rata-rata
Adalah 74,69, nilai terendah 62 post tests 67, dan nilai tertinggi
pretest 87 dan tertinggi post test 88.
2. Melaui metode Problem Based Laerning proses belajar belajar
mengajar menjadi lebih interaktif dan menyenangkan.
Saran - saran
1. Guru
Semoga guru diwilayah Kota Adaministrasi Jakarta Pusat
dapat meningkatkan kemampuan kompetensinya diri dalam
menjalankan tugas sehari-hari sebagai pengajar dan pendidik.

12

2. Kepala Sekolah
Supaya memperhatikan perannya sebagai suvervisor , yang
memposisikan dirinya untuk mejadi teladan dan menjadi
pembimbing guru-guru disekolah.
3. Peneliti Lain
Apabila menadapat kesempatan untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas semoga dapat terlaksana dengan hasil
yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Armai Arief, Prof.Dr, Pendidikan Humanistik, (2007), Ar-Ruzz Media Group,
Jogyakarta
Kresnohadi Ariyoto, (1977), Belajar Berdasarkan Masalah (Preoblem
Based Larning), Majalah Usahawan No. 5 tahun XXVI Mei
Mimin Haryarti, (2007) Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi:Teori dan
Praktik, Gaung Persada Press, Jakarta
Soekamto dan Winaputra (1996)

Teori

Belajar dan Model-model

Pembelajaran, Dirjen Pendidikan Tinggi, Jakarta, Depdikbud


Sujana,Nana (1990), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung,
PT Remaja Rosda Karya.
Suharsini Arikunto, Prof Suhardjono, Prof. Supardi, (2007) Penelitian
13

Tindakan Kelas,Bumi Aksara, Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai