Laporan Fieldtrip Holcim Educational Forest Di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat
Laporan Fieldtrip Holcim Educational Forest Di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat
Oleh:
Eka Perdanawati Yunus
NIM. E451130131
PENDAHULUAN
Pasir silika memegang peranan yang cukup penting dalam industri semen instan.
Menurut Siagian (2012), pasir silika yang terletak Cibadak ini memiliki SiO2 sebanyak
97,88%, Al2O3 sebanyak 0,38%, Fe2O3 sebanyak 0,96%, CaO sebanyak 0,03%, MgO
kurang dari 0,01%, Na2O kurang dari 0,01%, dan K2O sebanyak 0,14%. Persentase silika
yang dimiliki sangat tinggi. Tak ayal luas pertambangan silika di Cibadak ini cukup
besar. Setelah mulai ditambang pada tahun 1970an dan selesai ditambang pada tahun
2010, wilayah bekas tambang pasir silika ini mulai direhabilitasi.
Lahan yang ditinggalkan dari pertambangan memiliki karakteristik yang sudah
berubah dari kondisi aslinya. Untuk merehabilitasinya diperlukan usaha yang lebih besar.
Oleh karena itu, pembuatan laporan fieldtrip ini ditujukan untuk mengamati dan
menganalisis kondisi reklamasi yang dilakukan di Holcim Educational Fores serta
memberikan saran terhadap kegiatan reklamasi yang telah dilakukan.
METODE
Waktu dan lokasi
Kegiatan fieldtrip ini dilakukan di Holcim Educational Forest (HEF) di Cibadak,
Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan dilakukan pada hari Sabtu, 7 Juni 2014.
Alat
Alat yang digunakan berupa alat tulis dan kamera.
Metode
Kegiatan dilakukan dengan mengamati keadaan langsung di lapangan serta
wawancara dengan pengelola HEF.
Pada lokasi lahan bekas tambang pasir silika, kondisi tapak ditemukan yang sudah
tidak memiliki tanah horizon O, A, B maupun C. Horizon yang ditemukan adalah horizon
R (Bedrock) seperti yang disajikan pada gambar 3a dan 3b. Pada lapisan bedrock ini juga
ditemukan lapisan batubara muda seperti yang ditunjukkan pada gambar 3c dan area
lingkaran berwarna merah gambar 3a. keberadaan batubara muda ini diduga
menunjukkan bahwa lokasi ini dulunya memiliki tanah yang subur.
a
Gambar 3 Horizon tanah yang ditinggalkan dari pertambangan pasir silika
Sebelum melakukan penanaman pada area ini, pengelola memberikan topsoil di atas
bedrock yang diambil dari lokasi lain. Namun, pada beberapa lokasi, topsoil ini belum
terkonservasi dengan baik sehingga terjadi erosi parit seperti yang ditunjukkan dengan
tanda panah berwarna merah pada gambar 4. Pada lokasi ini disarankan untuk
melakukan konservasi tanah terutama pada lahan miring dengan menanam tumbuhan
penutup tanah. Hal ini perlu dilakukan untuk melindungi topsoil yang sangat dibutuhkan
tanaman sebagai media pertumbuhan. Erosi juga perlu dihindari untuk melindungi badanbadan air dari pendangkalan dan pengkeruhan serta organisme akuatik yang ada di
dalamnya.
Sebagai tanaman pentup tanah (cover crop) reklamasi HEF, digunakan jenis
Centrosema pubescens (gambar 5), Calopogonium mucunoides (gambar 6a), dan Mucuna
sp. (gambar 6b). Penggunaan jenis-jenis legume cover crop ini sudah lumrah digunakan
dalam reklamasi. Namun, timbul masalah bahwa jenis cover crop tersebut merupakan
jenis eksotik yang bisa meng-invasive jenis lokal. Di lapangan juga ditemui Mucuna sp.
yang melilit pinus (gambar 6b) yang akan mengganggu pertumbuhan pinus tersebut. Oleh
karena itu disarankan untuk menggunakan jenis-jenis lokal sebagai cover crop. Disadari
bahwa pengembangan jenis cover crop lokal cukup sulit dilakukan, karena teknik
budidayanya belum dikuasai. Dari observasi yang dilakukan, ditemui beberapa jenis
cover crop lokal yang potensial untuk dikembangkan (gambar 6c).
Gambar 6 Calopogonium mucunoides (a), Mucuna sp. yang melilit pinus (b), dan jenis-jenis cover
crop lokal yang ditemukan tumbuh alami di lapangan
Tanaman utama yang digunakan pada area reklamasi HEF adalah Pinus merkusii
dengan jarak tanam 4 x 4 m (gambar 7a). Beberapa tanaman yang tumbuh diarea ini, baik
yang ditanam maupun tumbuh alami seperti Acacia mangium (gambar 7b), ketapang,
Jenis 1 (gambar 7c), Acacia auculiformis (gambar 7d), Nyawai (gambar 7e), Schima
walichii (gambar 7f), dan Ficus sp. (gambar 7g). Performa pertumbuhan Pinus dan
tanaman lainnya cukup bagus pada area reklamasi ini.
Gambar 7 Pinus merkusii (a), Acacia mangium (b), Jenis 1 (c), Acacia auculiformis (d),
Nyawai (e), Schima walichii (f), dan Ficus sp. (g)
dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu disarankan untuk menanam jenis
Trembesu (Fragraea fragrans), Bintaro (Cerbera manghas), dan Kayu Putih (Melaleuca
leucadendra) yang tahan terhadap pirit tinggi. Untuk tanaman yang tahan terhadap
almunium tinggi, disarankan untuk menanam jenis Sempur (Dillenia indica), Acacia
crasicarpa dan Acacia mangium.
Gambar 8 Pirit
Danau yang berada di dalam wilayah HEF memiliki daya tarik tersendiri. Namun
sayangnya performa tumbuhan yang berada di sekitarnya terlihat merana. Pada gambar 9
(ditandai dengan lingkaran merah), tumbuhan yang sudah cukup tinggi mati/gugur
daunnya. Disarankan untuk memfokuskan kegiatan reklamasi wilayah ini, karena
menyimpan potensi wisata yang sangat bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus A. 2007. Proses Pembuatan Semen pada PT. Holcim Indonesia Tbk [Internet].
Banten: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
[Diunduh pada 2014 Juni 18] Tersedia pada http://rieko.files.wordpress.com/
2007/12/proses-pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk.pdf.
Siagian R. 2012. Pasir Silika [internet]. [Diunduh pada 2014 Juni 18] Tersedia pada
http://materialtambang.blogspot.com/2012/10/pasir-silika.html.