Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIK

PENYEMPROTAN GULMA PADA TANAMAN KARET


(Hevea brasiliensis) Di AFDELING F DIVISI II PT. BRIDGESTONE

Oleh :

ALFRI WILBERTUS BARUS 01.04.18.039


AHMAD FAUZI SITUMEANG 01.04.18.004
JIHTI KHAIRINA F. SIMARMATA 01.08.18.053
SITI ROZAIMAH DALIMUNTHE 01.04.18.029

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang ini, yang
dilaksanakan dari tanggal 15 November sampai dengan 19 November 2021 di PT.
Bridgestone Divisi II afdeling F.

Selanjutnya tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan serta pelaksanaan praktik kerja lapangan ini.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan.


Untuk itu, Penulis sangat berharap adanya kritik, dan saran yang membangun
untuk perbaikan kedepannya. Besar harapan laporan ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya dan dapat diaplikasikan dalam bidang perkebunan.

Simalungun, 21 November 2021

Penyusun
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sejarah karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua
Amerika pada 1476. saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian
bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat melantun bila
dijatuhkan ketanah. Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput
yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun
dan dibulatkan seperti bola. Pada 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk
menyelidiki bahan tersebut. seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau
melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet,
diantaranya dari jenis Havea brasilienss yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil.
Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet utama, dan
sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di
dunia saat ini. Lima negara penghasil karet alam terbesar pada tahun 1993-2013
adalah Thailand, Indonesia, Malaysia, India, dan China (FAO 2014). Indonesia
sebagai negara yang memproduksi karet alam mempunyai lahan terluas di dunia.
Pada tahun 2012 Indonesia memiliki lahan seluas 3 506 juta hektar dengan total
produksi 3 012 juta ton karet kering.
Meningkatnya hasil produksi perkebunan sering kali melewati berbagai
kendala, diantaranya adanya tanaman yang tidak diinginkan yang tumbuh di
sekitar tanaman budidaya bahkan menempel pada tanaman itu sendiri atau sering
disebut gulma. Kerugian yang disebabkan adanya gulma ini ialah karena
terjadinya persaingan dalam perebutan hara serta cahaya matahari antara tanaman
budidaya dengan gulma (Setiawan dan Andoko 2005). Pengendalian gulma adalah
tindakan pengelolaan gulma dengan cara menekan keberadaan atau populasi
gulma hingga tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis. Istilah ke dua yaitu
pemberantaan gulma ialah upaya untuk menghilangkan atau memusnahkan
bagiannya dari suatau areal. Untuk tumbuh kembang suatu tanaman dibutuhkan
suatu lingkungan tumbuh yang baik. Lingkungan tumbuh tanaman ini adalah
kebutuhan atau persyaratan tumbuh tanaman agar tanaman memiliki
pertumbuhan, daya hidup serta daya produksi yang normal.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan magang ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teknik penyemprotan yang digunakan
2. Untuk mengetahui jenis gulma dominan yang dikendalikan
3. Untuk mengetahui obat yang digunakan untuk pengendalian

C. Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan magang adalah :
1. Bertambahnya pengetahuan dan keterampilan mahasiswa guna mendukung
lulusan sebagai asisten kebun yang handal, profesional dan berdaya saing.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengendalian gulma yang ada pada
tanaman karet.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama
melakukan praktik kerja lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)


Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa
jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional
adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Pohon karet para
pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan. Setelah percobaan berkali-kali
yang dilakukan oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia
Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan. Sekarang Asia
merupakan sumber karet alami.
Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1864 pada
masa penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.
Selanjutnya dilakukan pengembangan karet ke beberapa daerah sebagai tanaman
perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji
coba penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang
pertama kali diuji cobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica
atau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensis baru ditanam di Sumatera
bagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906.

B. Klasifikasi Tanaman Karet


Menurut Starsburgers (1964) sistematika tanaman karet adalah :
Divisi : Spermaztophyta,
Sub division : Angiospermae,
Class : Dicotyledoneae,
Sub class : Monoclamydae,
Ordo : Tricoccae,
Famili : Euphorbiaceae,
Genus : Hevea,
Species : Hevea brasiliensis Muell. Arg
C. Morfologi Tanaman Karet
Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.
Batang tanaman mengandung getah yang dinamakan lateks. Daun karet berwarna
hijau terdiri dari tangkai daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang
tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan ujungnya bergetah. Biasanya ada tiga anak
daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis,
memanjang dengan ujung meruncing. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.
Jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Akar
tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar tersebut mampu menopang batang
tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Anwar, 2006).

D. Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh disekitaran tanaman budidaya yang
kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil
yang bisa dicapai oleh tanaman produksi dan juga menjadi sarang hama dan
penyakit. Secara umum gulma berperan sebagai penganggu tanaman budidaya
untuk mendapatkan kebutuhan unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh
(Tjokrowardojo et al, 2010). Adapun gulma dominan yang ditemukan pada saat
melaksanakan magang ialah sebagai berikut :
1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
2. Senggani (Melastoma candidum)
3. Lulangan (Eleusine indica)
4. Balduan (Holcus lanatus)
III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Magang pada arel penyemprotan dilaksanakan selama seminggu pada
tanggal 15 November – 19 November 2021 pada PT. Bridgestone Divisi II
afdeling F.

B. Materi Kegiatan
1. Melaksanakan penghitungan dosis obat yang akan di gunakan
2. Melakukan pencampuran obat samurai dan duramin
3. Melaksanakan penyemprotan pada gulma

C. Prosedur Pelaksanaan
Pada kegiatan ini, mahasiswa dibantu dan dibimbing oleh pembimbing
eksternal untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan dilapangan. Berikut ini
cara pelaksanaannya.
1. Melaksanakan antrian pagi di blok Q29 atau R28
2. Setelah itu, ke kantor afdeling untuk melaksanakan pencampuran obat
samurai dan juga duramin.
3. Siapkan alat dan bahan untuk pencampuran obat.
4. Ambil samurai dan juga duramin sesuai dosis yang sudah ditetapkan lalu
tambahkan air juga sesuai dengan volume yang di tetapkan.
5. Setelah itu siapkan jerigen untuk melaksanakan pelangsiran ke blok yang
akan di semprot.
6. Siapkan pompa solo dan tuang obat kedalam pompa.
7. Lalu gendong pompa solo dan lakukan penyemprotan blanket secara
berpasangan.
8. Setelah itu laksanakan sesuai dengan target yang di tetapkan setiap
harinya, namun juga terjadi hujan pada pagi hari maka penyemprotan
ditunda dan dialihkan ke dongkel anak kayu.
IV. ISI DAN PEMBAHASAN

A. Alat Pelindung Diri (APD)


Adapun alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja pada saat
penyemprotan sebagai berikut :
1. Masker
2. Kaca mata
3. Topi
4. Sepatu bot
5. Sarung tangan

B. Rumput Dominan
Adapun rumput dominan yang ditemukan dilapakan yakni sebagai berikut :
1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

2. Senggani (Melastoma candidum)


3. Lulangan (Eleusine indica)

4. Balduan (Holcus lanatus)

C. Pencampuran obat Sesuai Dosis


Obat yang digunakan yaitu samurai dan juga duramin yang dimana dosis
yang digunakan harus dihitung menggunakan rumus yang sudah di tetapkan.
Dengan memenuhi dosis sesuai hasil dari perhitungan maka campuran dapat
aplikasikan.
Rumus Mencari Dosis Samurai dan Duramin
konsentrasi obat
ketetapan Volume air

Diketahui, Konsentrasi Samurai = 0,86%


Konsentrasi Duramin = 0,14%
Ketetapan = 100
Volume air = 200 liter
Perhitungan Samurai,
0,86
200 = 1,72 liter obat yang digunakan dalam satu drum.
100

Perhitungan Duramin,
0,14
200 = 0,28 liter obat yang digunakan dalam satu drum.
100
D. Penyemprotan
Waktu yang tepat di mulai penyemprotan yaitu pukul 07.15 – 11.30 WIB.
Pada penyemprotan memerlukan pekerja 25 orang untuk 25 hektar. Metode yang
pakai yakni blanket atau semprot keseluruhan, sekali jalan untuk satu gawangan
memerlukan dua orang pekerja agar penyemprotan merata. Lebar spraying 2,4 m
yang dimana rata-rata pekerja menggunakan nozel kuning saat penyemprotan.
Adapun rotasi penyemprotan pada rambung muda yaitu 1 bulan dan rambung tua
yaitu 4 bulan. Hasil dari penyemprotan bisa dilihat 4 – 5 hari kedepannya dengan
ciri-ciri gulma menguning.
PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporang praktik ini ialah :
1. Teknik yang digunakan pada saat penyemprotan yaitu blanket atau
penyemprotan secara keseluruhan.
2. Adapun gulma dominan yang ditemukan pada saat melaksanakan magang
ialah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), Senggani (Melastoma
candidum), Lulangan (Eleusine indica) dan Balduan (Holcus lanatus).
3. Obat yang digunakan yaitu samurai dan juga duramin.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai