Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MAKALAH

SUMBER DAYA ALAM PENGOLAHAN GETAH


POHON PINUS PADA TV

NAMA :Rio Hamzah B.ilham

NPM 11420109

KELAS :2IB03

DOSEN : Dr. ERMA TRIAWATI Ch, S.T., M.T.

TTD :

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan sekalian umatnya yang bertakwa.

Atas berkat rahmat serta inayah Allah jugalah penulis telah dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul :“PENGOLAHAN GETAH POHON PINUS PADA TV”.
Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Dr. Erma Triawati Ch, S.T., M.T. Universitas Gunadarma.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup


kemungkinan apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Dengan lapang dada
penulis menerima saran dan kritiknya demi untuk menambah wawasan.Semoga karya
ilmiah ini mendatangkan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi rekan-rekan semua
pada umumnya. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penyusun

Rio Hamzah B.Ilham


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................4
1.1. Latar Belakang................................................................4
1.2.Perumusan Masalah.........................................................7
1.3 Tujuan..............................................................................8

BAB II PEMBAHASAN...........................................................9
2.1 Pengertian dan Keadaan Sumber Getah Pohon Pinus.....9
2.2 Kegunaan Sumber Getah Pohon Pinus..........................11
2.3 Proses Pembuatan TV....................................................12
2.4 Pelestarian Sumber Getah Pohon Pinus.........................27

BAB III PENUTUP.................................................................28


3.1 Kesimpulan....................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..............................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pinus merkusii Jungh. et de Vriese merupakan jenis pinus yang tumbuh asli di
wilayah Indonesia dan pertama kali ditemukan dengan nama tusam di daerah Sipirok,
Tapanuli Selatan, oleh seorang ahli botani dari Jerman Dr. F. R. Junghuhn (Harahap,
2000). Tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae ini dapat tumbuh hingga
tingginya mencapai 20-40 m dengan diameter 100 cm. Pinus merkusii memiliki
pohon majemuk berbentuk jarum dengan panjang kurang lebih 10-20 cm (Steenis,
2003). Pinus merkusii merupakan tanaman berumah satu (monoecus), strobilus jantan
dan strobilus betina terdapat pada satu pohon tetapi letaknya pada bagian pohon yang
terpisah (Dorman, 1976). Strobilus jantannya berbentuk silindris dengan panjang
sekitar 2 cm, sedangkan strobilus betinanya berbentuk kerucut, ujung runcing,
bersisik, dan setiap bakal bijinya terdapat sayap (Steenis, 2003). Pinus merkusii
memiliki beragam manfaat.
Hampir seluruh bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan, antara lain
bagian batangnya dapat diambil getahnya. Getah tersebut diproses lebih lanjut
menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem dapat digunakan sebagai bahan
yang membuat sabun, resin, dan cat. Terpentin digunakan untuk bahan industri,
parfum, obat-obatan, dan disinfektan. Hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi,
korek api, pulp, dan kertas serat panjang. Bagian kulitnya dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar dan abunya digunakan untuk bahan campuran pupuk, karena
mengandung kalium. Pada beberapa daerah, Pinus merkusii sengaja ditanam untuk
konservasi lahan (Dahliani dan Hartoyo, 1997). Permintaan akan produk hasil Pinus
merkusii di Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Tingginya permintaan produk hasil Pinus merkusii tersebut dapat menjadi
ancaman bagi kelestarian tanaman ini, mengingat secara alami Pinus merkusii
memiliki daya regenerasi yang tergolong rendah. Secara umum, siklus reproduksi
Pinus, dimulai sejak pembentukan strobilus, memerlukan waktu kurang lebih tiga
tahun untuk menghasilkan gametofit jantan dan betina, polinasi, dan membentuk biji
dewasa dari bakal biji yang telah dibuahi (Campbell dkk., 2003). Pada Pinus merkusii
umumnya biji terbentuk dari tanaman berumur 10-15 tahun (Hidayat dan Hansen,
2002). Teknik perbanyakan (propagasi) tanaman secara vegetatif dapat dilakukan
sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas. Teknik perbanyakan
Pinus merkusii secara vegetatif konvensional telah dilakukan melalui stek (cuttings)
dan cangkok (air-layering), akan tetapi cara ini kurang praktis digunakan untuk
perbanyakan tanaman (Becwar dan Wann, 1986). Perbanyakan tanaman melalui
teknik stek dan cangkok menghasilkan sedikit keturunan. Selain itu, tanaman yang
dihasilkan umumnya mempunyai sistem perakaran yang kurang kuat (Dewi, 2016).
Teknik perbanyakan vegetatif lain yang dapat digunakan adalah teknik kultur
jaringan.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
memperbanyak jaringan tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro menjadi tanaman
yang sempurna. Dengan menggunakan teknik ini sejumlah tanaman baru yang identik
dengan induknya dapat diperoleh dalam waktu cepat dan dalam jumlah banyak serta
seragam. Oleh karena itu, teknik kultur jaringan ini sangat penting terutama dalam
membantu perbanyakan tanaman yang biasanya sangat lambat jika menggunakan
teknik perbanyakan konvensional (Santoso, 2010). Hartmann dkk. (1990)
menggunakan istilah yang lebih spesifik, yaitu mikropropagasi, terhadap pemanfaatan
teknik kultur jaringan dalam upaya perbanyakan tanaman. Salah satu teknik
mikropropagasi yang telah digunakan dalam budidaya tanaman Pinus adalah
embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik menjadi metode pilihan untuk
perbanyakan tanaman konifer karena tingkat produktivitasnya yang tinggi dan dapat
dilakukan secara terus-menerus (Percy et al., 2000).
Embriogenesis somatik merupakan suatu proses dimana sel-sel somatik
berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahapan perkembangan embrio yang
spesifik tanpa melalui fusi gamet (Williams dan Maheswara, 1986). Pembentukan
embrio somatik dapat secara langsung maupun tidak langsung. Embriogenesis
somatik tidak langsung adalah pembentukan embrio somatik atau jaringan
embriogenik melalui fase kalus. Embriogenesis somatik mempunyai beberapa tahap
spesifik, yaitu (1) induksi sel dan kalus embriogenik, (2) pematangan, (3)
perkecambahan, dan (4) hardening (aklimatisasi) (Purnamaningsih, 2002). Bagian
dari tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk induksi suatu kultur disebut
eksplan. Pemilihan eksplan yang tepat sangat penting untuk mencapai keberhasilan
induksi embriogenesis somatik. Hal ini penting karena berbagai jaringan tanaman
atau jaringan yang sama pada berbagai tahap perkembangan dapat berbeda dalam
respon mereka ketika dibiakkan secara in vitro (Roberts dkk., 1989).
Embrio zigotik muda memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap tahap
perkembangan. Kultur embriogenik muncul dari kelanjutan proses pembelahan
zigotik (Bozhkov dkk., 1997; Park dkk., 2006). Pada beberapa species Pinus, kultur
embriogenik diinduksi dari eksplan megagametofit yang mengandung embrio zigotik
muda pada tahap poliembrioni belahan (cleavage polyembryony) (Keinonen-Mettälä
dkk., 1996; Häggman dkk., 1999; Burg dkk., 2007; Lelu-Walter dkk., 2008). Embrio
somatik terbentuk dari diferensiasi kultur embriogenik (Jimenez, 2001). Gupta dan
Durzan (1987) pertama kali melaporkan dan menggambarkan "somatik
poliembroigenesis" dari sel-sel embrional (sel suspensor) embrio zigotik yang sedang
berkembang pada Pinus taeda. Smith dkk. (1985) pertama kali memperkenalkan
metode induksi embriogenesis somatik dengan mengkultur megagametofit utuh dari
Pinus radiata yang mengandung embrio zigotik yang sedang berkembang. Becwar
dan Pullman (1995) mengatakan bahwa metode induksi dengan ekstrusi embrio
zigotik yang belum matang melalui mikrofil dari megagametofit yang belum matang
segera menjadi metode yang disukai untuk menginduksi kultur embriogenik di Pinus
taeda dan spesies Pinus lainnya karena dianggap lebih mudah dan cepat.
Televisi merupakan media massa elektronik yang sangat dinikmati oleh
masyarakat dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap dan perilaku bagi
audiensnya yang berpengaruh positif dan negatif, serta program yang disajikan oleh
televisi adalah sebuah program yang dapat memberikan informasi yang cepat bagi
khalayak. Televisi komersial sejak 1920-an, pesawat televisi telah menjadi biasa di
rumah, bisnis dan institusi, terutama sebagai sumber hiburan dan berita. Sejak 1970-
an ketersediaan kaset video, laserdiscs, DVD dan lainnya telah mengakibatkan
televisi sering digunakan untuk melihat dicatat serta materi siaran. Dengan adanya
televisi maka kita bisa mengetahui suatu informasi dengan cepat.
Media televisi menjawab dengan model suara gambar bergerak dan mampu
menyentuh aspek psikologi manusia dimanapun dan kapanpun. (Kuswandi,2008:58).
Dari semua program acara televisi yang telah disajikan, tidak semua dari program
tersebut yang memiliki manfaat yang baik bagi khalayak. Disebabkan banyaknya
program siaran televisi yang tidak sesuai dengan kultural bangasa Indonesia, mulai
dari siaran-siaran televisi yang menyajikan wanita sebagai objek yang berpenampilan
sexy, cara bicara yang seronok, serta tingakah laku yang berlebihan. Penonton juga
salah satu pendukung dalam proses pembelajaran, dimana dengan menonton kita
dapat melihat dan merasakan langsung sajian yang telah ditayangkan di media
televisi. Dengan menonton juga dapat membentuk karakter seseorang menjadi apa
yang telah dilihat dari tayangan televisi, dapat memimbulkan respon yang berbeda-
beda tergantung dari individu masing-masing. Semakin maraknya industri
pertelevisian yang tanpa disadari dapat menciptakan persaingan secara ketat untuk
dapat memukau khalayak dengan sajian yang diberikan. Dengan demikian stasiun
televisi belomba untuk menciptakan karya-karya yang lebih menarik lagi agar
mendapatkan rating tertinggi dalam persaingan industri penyiaran ini.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka


perumusanmasalah dalam pembuatan perencanaan perawatan ini adalah :
a) Bagaimana pengertian dan keadaan sumber daya alam pohon pinus ?
b) Apa fungsi utama sumber daya pohon pinus?
c) Bagaimana langkah – langkah pembuatan TV?
d) Bagimanakah pelestarian sumber daya alam pohon pinus?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan perencanaan perawatan ini adalah
sebagai berikut:
a) Mengetahui keadaan sumber daya alam dari pohon pinus.
b) Mengetahui fungsi utama sumber daya pohon pinust.
c) Mengetahui langkah – langkah pembuatan TV.
d) Mengetahui pelestarian sumber daya alam pohon pinus.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Keadaan Sumber Getah Pohon Pinus

Pinus ini memiliki pohon majemuk berbentuk jarum dengan panjang kurang
lebih 10-20 cm (Steenis, 2003). Pinus merkusii merupakan tanaman berumah satu
(monoecus), strobilus jantan dan strobilus betina terdapat pada satu pohon tetapi
letaknya pada bagian pohon yang terpisah (Dorman, 1976). Strobilus jantannya
berbentuk silindris dengan panjang sekitar 2 cm, sedangkan strobilus betinanya
berbentuk kerucut, ujung runcing, bersisik, dan setiap bakal bijinya terdapat sayap
(Steenis, 2003). Pinus merkusii memiliki beragam manfaat. Hampir seluruh bagian
dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat diambil
getahnya. Getah tersebut diproses lebih lanjut menjadi gondorukem dan terpentin.
Gondorukem dapat digunakan sebagai bahan yang membuat sabun, resin, dan cat.
Terpentin digunakan untuk bahan industri, parfum, obat-obatan, dan disinfektan.
Hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi, korek api, pulp, dan kertas serat panjang.
Bagian kulitnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya digunakan
untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium. Pada beberapa daerah,
Pinus merkusii sengaja ditanam untuk konservasi lahan (Dahliani dan Hartoyo,
1997). Permintaan akan produk hasil Pinus merkusii di Indonesia terus meningkat
setiap tahun.
Tingginya permintaan produk hasil Pinus merkusii tersebut dapat menjadi
ancaman bagi kelestarian tanaman ini, mengingat secara alami Pinus merkusii
memiliki daya regenerasi yang tergolong rendah. Secara umum, siklus reproduksi
Pinus, dimulai sejak pembentukan strobilus, memerlukan waktu kurang lebih tiga
tahun untuk menghasilkan gametofit jantan dan betina, polinasi, dan membentuk biji
dewasa dari bakal biji yang telah dibuahi (Campbell dkk., 2003). Pada Pinus merkusii
umumnya biji terbentuk dari tanaman berumur 10-15 tahun (Hidayat dan Hansen,
2002). Teknik perbanyakan (propagasi) tanaman secara vegetatif dapat dilakukan
sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas. Teknik perbanyakan
Pinus merkusii secara vegetatif konvensional telah dilakukan melalui stek (cuttings)
dan cangkok (air-layering), akan tetapi cara ini kurang praktis digunakan untuk
perbanyakan tanaman (Becwar dan Wann, 1986). Perbanyakan tanaman melalui
teknik stek dan cangkok menghasilkan sedikit keturunan. Selain itu, tanaman yang
dihasilkan umumnya mempunyai sistem perakaran yang kurang kuat (Dewi, 2016).
Teknik perbanyakan vegetatif lain yang dapat digunakan adalah teknik kultur
jaringan.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
memperbanyak jaringan tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro menjadi tanaman
yang sempurna. Dengan menggunakan teknik ini sejumlah tanaman baru yang identik
dengan induknya dapat diperoleh dalam waktu cepat dan dalam jumlah banyak serta
seragam. Oleh karena itu, teknik kultur jaringan ini sangat penting terutama dalam
membantu perbanyakan tanaman yang biasanya sangat lambat jika menggunakan
teknik perbanyakan konvensional (Santoso, 2010). Hartmann dkk. (1990)
menggunakan istilah yang lebih spesifik, yaitu mikropropagasi, terhadap pemanfaatan
teknik kultur jaringan dalam upaya perbanyakan tanaman. Salah satu teknik
mikropropagasi yang telah digunakan dalam budidaya tanaman Pinus adalah
embriogenesis somatik. Embriogenesis somatik menjadi metode pilihan untuk
perbanyakan tanaman konifer karena tingkat produktivitasnya yang tinggi dan dapat
dilakukan secara terus-menerus (Percy et al., 2000).
Embriogenesis somatik merupakan suatu proses dimana sel-sel somatik
berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahapan perkembangan embrio yang
spesifik tanpa melalui fusi gamet (Williams dan Maheswara, 1986). Pembentukan
embrio somatik dapat secara langsung maupun tidak langsung. Embriogenesis
somatik langsung adalah pembentukan embrio somatik atau jaringan embriogenik
secara langsung dari eksplan tanpa melalui fase pembentukan kalus. Embriogenesis
somatik tidak langsung adalah pembentukan embrio somatik atau jaringan
embriogenik melalui fase kalus. Embriogenesis somatik mempunyai beberapa tahap
spesifik, yaitu (1) induksi sel dan kalus embriogenik, (2) pematangan, (3)
perkecambahan, dan (4) hardening (aklimatisasi) (Purnamaningsih, 2002). Bagian
dari tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk induksi suatu kultur disebut
eksplan. Pemilihan eksplan yang tepat sangat penting untuk mencapai keberhasilan
induksi embriogenesis somatik. Hal ini penting karena berbagai jaringan tanaman
atau jaringan yang sama pada berbagai tahap perkembangan dapat berbeda dalam
respon mereka ketika dibiakkan secara in vitro (Roberts dkk., 1989).

2.2 Kegunaan Sumber Getah Pohon Pinus


Di balik keindahan pohon pinus, mungkin jarang ada yang tahu kalau semua
bagiannya bermanfaat untuk kesehatan. Baik dalam bentuk teh atau minyak atsiri
(essential oil), manfaat pohon pinus cukup beragam, mulai dari menyehatkan mata
hingga menurunkan berat badan. Ekstrak dari pohon pinus dianggap mengandung
senyawa antioksidan, antiradang, serta antimikroba yang bisa menguntungkan
kesehatan. Mari kita kenali berbagai manfaat pohon pinus berikut ini.

1. Dapat digunakan untuk aromaterapi


Pohon pinus yang diolah menjadi minyak atsiri (essential oil) dapat digunakan
untuk aromaterapi. Sebab, bagian ini memiliki aroma yang dianggap bisa
menenangkan dan menyegarkan pikiran. Inilah alasan mengapa banyak produk
pewangi ruangan yang menggunakan aroma pinus. Selain itu, menghirup aroma
minyak atsiri yang diolah dari pohon pinus dipercaya dapat meredakan gejala pilek.

2. Mengatasi infeksi dan luka pada kulit


Beberapa orang percaya bahwa minyak atsiri pohon pinus dapat dioleskan ke
kulit sebagai antimikroba. Karena fungsi inilah, minyak ini dianggap mampu
mengatasi infeksi luka minor dan luka bakar. Namun, belum banyak penelitian yang
bisa membuktikan manfaat minyak pohon pinus ini. Sebaiknya Anda konsultasikan
terlebih dahulu dengan dokter sebelum mencobanya.

3. Meredakan peradangan
Minyak atsiri pohon pinus dinilai mengandung efek antiradang yang bisa
meredakan gejala peradangan pada kulit, seperti jerawat, eksim, hingga rosacea.
Selain itu, senyawa antiradang yang dikandung minyak ini juga dianggap ampuh
dalam meredakan nyeri akibat artritis dan nyeri otot. Sayangnya, belum banyak
penelitian yang bisa membuktikan manfaat pohon pinus dalam bentuk minyak atsiri
ini.

4. Berpotensi mengandung vitamin C yang tinggi


Meskipun belum ada cukup penelitian yang bisa membuktikannya, teh pohon
pinus dipercaya mengandung vitamin C 4-5 kali lebih banyak dibandingkan jus jeruk.
Bahkan, teh pohon pinus sering dijadikan obat alami skorbut (penyakit akibat
defisiensi vitamin C). Sebuah laporan dari The Encyclopedia of Folk Medicine
menyatakan, orang-orang Amerika zaman dahulu sudah menggunakan teh pohon
pinus sebagai obat alami skorbut. Selain itu, studi dari Korea Selatan juga
mengungkapkan kalau aktivitas antioksidan yang terkandung oleh teh pohon pinus
juga mirip seperti vitamin C.

5. Berpotensi menyehatkan mata


Selain vitamin C, teh pohon pinus juga dipercaya mengandung vitamin A.
Saat vitamin ini dikombinasikan dengan vitamin C, keduanya dapat menyehatkan
mata. Vitamin C dipercaya memberikan mata perlindungan dari polutan, sementara
vitamin A berperan penting untuk menjaga kesehatan kornea.

2.3 Proses Pembuatan TV

Ada dua jenis televisi yang populer. Gaya yang paling akrab bagi pemirsa

adalah televisi berbasis tabung yang terbuat dari tabung kaca yang diletakkan di

dalam kandang plastik. Gaya kedua adalah televisi layar datar atau definisi tinggi

yang terbuat dari kaca tipis dan kristal cair. Bagaimana Membuat TV Berbasis

Tabung? Televisi berbasis tabung dimulai dengan serangkaian bagian . Bahan-bahan


yang diperlukan meliputi: penutup plastik, sistem audio dan speaker, tabung gambar,

dan koleksi elektronik. Prosesnya dimulai dengan pembangunan kandang /perumahan

televisi. Cetakan injeksi digunakan untuk membentuk selubung plastik agar sesuai

dengan televisi. Setelah cetakan dibuat itu dipangkas, dibersihkan, dan diampelas

untuk memastikan ujung-ujungnya pas bersama.

Langkah selanjutnya adalah pembangunan tabung gambar. CRT (tabung sinar

katoda) terbuat dari kaca yang dibentuk dengan hati-hati untuk memiliki sedikit

lekukan. Kaca tersebut kemudian dilapisi dengan senyawa kimia khusus dan

kemudian ditutup dengan lapisan tipis aluminium yang memungkinkan elektron

melewatinya untuk mencegah cahaya memantul ke dalam tabung. Bagian suara dari

televisi biasanya diproduksi sebagai satu bagian. Elektronik yang diperlukan

terhubung bersama dan terpasang ke sepasang speaker yang pas di dalam casing.

Sistem audio biasanya khusus untuk merek dan dibuat oleh pabrikan. Akhirnya,

komponen elektronik saling menempel. Bagian-bagian ini biasanya merupakan

kombinasi dari rangkaian, keripik, dan kabel yang merupakan kebiasaan yang dibuat

oleh perusahaan. Bagian-bagian ini biasanya berbeda berdasarkan perusahaan dan

menentukan tingkat kualitas yang berbeda di televisi. Setelah semua bagian dibuat,

mereka dirakit di dalam casing, diuji untuk kontrol kualitas, dan dikemas untuk

pengiriman.

Bagaimana TV Layar Datar? Pertama, selembar kaca besar dibuat dipotong

menjadi ukuran layar televisi. Lembaran ini biasanya terbuat dari lembaran besar

yang dipotong menjadi beberapa bagian berbeda. Setelah kaca dipotong, dua panel
ditempatkan bersama. Di antara panel, ditambahkan gas khusus yang bereaksi

terhadap listrik. Tiga bagian berbeda dibuat, satu merah, satu hijau, dan satu biru.

Setiap warna bergabung untuk membentuk gambar di layar. Setelah gelas dan gas

ditempatkan bersama-sama, mereka dikirim ke mesin yang menambahkan bahan

kimia ke kaca. Bahan kimia ini digunakan untuk melindungi integritas kaca. Setelah

itu, papan sirkuit cetak kustom ditambahkan. Setiap sirkuit dirancang untuk mengirim

listrik ke piksel di layar. Setelah layar selesai, semua komponen tambahan

ditambahkan. Speaker, modul kontrol (untuk remote dan input), dan casing

ditempatkan bersama melengkapi perangkat televisi. Akhirnya, televisi melewati

proses pengujian untuk memastikan kualitasnya. Setelah itu dikemas dan dikirim ke

toko dan pelanggan.

Ini adalah karung yang berisi komponen untuk panel manufaktur yang berasal

dari Korea.

Di sini semua bahan-bahan dicairkan menjadi plastik panas lalu ditransfer ke

bagian Pencetakan bagian-bagian TV dengan menggunakan pipa.


Cetakan yang digunakan untuk membuat komponen TV.

Untuk setiap cetakan komponen menggunakan derek untuk menggunakannya.

Berat sebuah cetakan bisa mencapai beberapa ton.


Disinilah tempat cetakan dipasang ke sebuah mesin. Plastik panas dialirkan dan

di pompa kedalam modul untuk mencetak bagian TV.

Sebuah TV umumnya terdiri dari komponen penutup dan frame bagian depan.
Untuk membuat sebuah komponen hanya dibutuhkan waktu 2 menit.

Semua proses dilakukan secara otomatis, pekerja hanya mengawasi proses yang

sedang berlangsung
Secara berkala dilakukan pengecekan ulang.

Proses pembongkaran cetakan.


Cetakan detail telah siap.
Robot digunakan digunakan untuk memindahkan bagian TV ke proses

produksi berikutnya.
Plastik yang tersisa akan diproses ulang dan dapat digunakan untuk membuat

komponen internal TV.

Sebuah plastik panas yang tercecer.


Pada bagian ini seluruh komponen di beri cap, logo, dan perakitan.
Pada bagian ini, dilakuan pengecekan komponen yang tidak layak pasang.

Panel depan TV dilapisi film agar tidak tergores.

Palu adalah bagian penting di pabrik tersebut.

Panel telah siap dengan asesorisnya.


Pengiriman Panel ke bagian penyimpanan.

Setiap komponen disimpan di tempat penyimpanan khusus.


Setiap tempat penyimpanan memiliki roda, sehingga memudahkan dalam
pemindahan.

Robot digunakan untuk memindahkan komponen dari satu tempat ke tempat


yang lain,Robot tersebut mengenali jalur warna yang telah dipasang di lantai,
apa bila terjadi kesalahan baca, maka alarm akan berbunyi.

Pada bagian ini bagian sirkuit TV di produksi secara otomatis.


Tabel Kualitas inspeksi.
2.4 Pelestarian Sumber Daya Alam Pohon Pinus

Tidak bisa dihindarkan lagi bahwa pohon pinus memiliki peran penting bagi
setiap makhluk hidup. Salah satu manfaat pohon pinus bagi manusia adalah untuk
menghasilkan oksigen. Sehingga, tanaman selalu dibutuhkan dalam setiap aspek
kehidupan manusia ataupun hewan di planet ini. Namun, ada banyak faktor yang
menyebabkan jumlah tanaman semakin menurun. Salah satunya, yaitu faktor
pertumbuhan penduduk dan kota yang semakin berkembang. Sebagai makhluk hidup
yang paling sering menyalahgunakan fungsi pohon, ada baiknya kita mengetahui
manfaat menanam pohon pinus dan cara melestarikannya dengan benar. Cara
melestarikan pohon pinus :

1. Melakukan reboisasi

Sejak dulu kita telah dikenalkan dengan sistem reboisasi, yang berguna untuk
menjaga kelestarian tanaman dan pohon. Namun, saat ini ada banyak hutan
kehilangan pohon akibat penebangan liar yang dilakukan oleh orang-orang tidak
bertanggung jawab. Oleh sebab itu, Anda dapat mulai menerapkan sistem reboisasi,
yaitu menanam kembali hutan-hutan yang telah gundul. Cara ini memang menjadi
solusi terbaik untuk menjaga agar rantai ekosistem planet tercinta ini, tidak terputus.

2. Melakukan sistem tebang tanam

Sistem ini merupakan cara yang cukup mudah agar kebutuhan manusia akan
kayu tetap terpenuhi, yaitu dengan menanam pohon yang baru saat pohon lain
ditebang. Dengan demikian kelestarian hutan tetap terjaga dengan baik. Itulah
beberapa manfaat pohon bagi kehidupan dan cara melestarikannya. Menjaga
kelestarian pohon merupakan salah satu investasi terbaik yang dapat Anda lakukan
untuk menjamin masa depan cerah bagi seisi bumi. Anda juga dapat memberikan
dukungan atau sumbangsih melalui peringatan hari menanam pohon Indonesia, salah
satunya dengan mengenalkan dan menyebarkan manfaat menanam pohon ini kepada
masyarakat luas. Selain melestarikan masa depan, Anda juga perlu melindungi masa
depan. Langkah kecil yang bisa dimulai, adalah melakukan investasi untuk menjaga
keuangan tetap stabil di masa mendatang.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sumber daya manusia dalam hal ini sangat potensial untuk semuanya.
Pemberdayaan untuk masyarakat ini dapat memberikan dampak positif bagi
peningkatan kualitas dan pengetahuan bahkan bagi keluarganya yaitu berupa
kemandirian yang bisa menjadi sumber penghasilan rumah tangga. Makalah ini
terkait dengan pengolahan buah pinus sebagai bahan baku ban, adalah dengan
menggunakan metode , yaitu :
1) Melakukan pemberdayakn dan memberikan keterampilan dan pengetahuan
kepada warga untuk bisa memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar lingkungan
rumah untuk memenuhi kebutuhan vitamin, mineral dan serat (sayuran) rumah
tangga melalui pengolahan buah pinus untuk bisa dikelola sebagai
pengembangan usaha
2) Sebagai upaya untuk menghemat pengeluaran rumah tangga dan menciptakan
peluang usaha.
3) Bahan baku untuk membuat TV adalah getah pinus alam dan pinus sintesis. TV
yang ada saat ini memiliki beberapa komposisi-komposisi untuk meningkatkan
kualitas suatu TV. Proses pembentukan menjadi TV dilakukan dengan cara
proses vulkanisasi. TV dibagi beberapa bagian sesuai dengan kebutuhannya.
Dapat disimpulkan bahwa semua desain TV dalam penelitian ini dapat dikatakan
ergonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M.K. (2016). Perancangan kerangka Chassis mobil minimalis roda tiga. Tugas
Akhir,Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Batan, L.M.I. (2012). Desain produk. Institut teknologi sepuluh november.
Buckingham, Frank, 1976, Fundamentals of Machine Operation, Deere & Company,
Moline, Illinois
Cummins, A.B. And Given, I. A. 1973, Mining Engineering Handbook, Society
Mining Engineers of The American Institut of Mining , Methallurgical,
and Petroleu Engineer, Inc New York
Fuad, M.A. (2015). Analisis Defleksi Rangka Mobil Listrik Berbasis Angkutan
Massal Menggunakan Metode Elemen Hingga. Skripsi, Universitas
Negeri Semarang.
Fuad, M.A. (2015). Analisis Defleksi Rangka Mobil Listrik Berbasis Angkutan
Massal Menggunakan Metode Elemen Hingga. Skripsi, Universitas
Negeri Semarang.
Imansyah, K.A. (2016). Perancangan Sepeda Fixie lipat dan Analisa Konsep Desain
Terbaik. Tugas Akhir, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Imansyah, K.A. (2016). Perancangan Sepeda Fixie lipat dan Analisa Konsep Desain
Terbaik. Tugas Akhir, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Miller, H.Seating. Amerika Serikat.URL:http://www.HermanMiller.com/global/
en_apc/reserch.html
Miller, H.Seating. Amerika Serikat.URL:http://www.HermanMiller.com/global/
en_apc/reserch.html
Mosher, A. T., 1978, An Introduction To Agricultural Extension, Agricultural
Development Council, New York
Nurmianto, E. (2008). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya. Institut teknologi
sepuluh november.
Nurmianto, E. (2008). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya. Institut teknologi
sepuluh november.
Wahyudi, F.D. (2012). Perancangan Kabin Mobil Pick Up Yang Ergonomis Dalam
Rangka Pengembangan Mobil GEA. Tugas Akhir, Institut teknologi
sepuluh november.
Zabdi, A. (2016). Kajian Kenyamanan Fisik Pada Terminal Penumpang Stasiun
Yogyakarta. Thesis, Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Blogger : https://riohamzahb.blogspot.com/2021/10/tugas-makalah-sumber-daya-
alam.html

Anda mungkin juga menyukai