Disusun Oleh:
DINDA DEWANTI
NIM: 10/300651/PN/12076
Disusun oleh:
Nama : Dinda Dewanti
NIM : 10/300651/PN/12076
Makalah seminar umum ini telah disahkan dan diterima sebagai
kelengkapan mata kuliah Seminar Umum (PNB 4085).
Mengetahui :
Komisi Seminar
Jurusan Budidaya Pertanian
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian
INTISARI
Tanaman mandul jantan dapat dimanfaatkan untuk produksi hibrida dalam bidang
pemuliaan tanaman. Mandul jantan merupakan suatu kondisi dimana tanaman
tidak mampu memroduksi polen fungsional. Sistem mandul jantan berfungsi
mempermudah produksi benih hibrida dari sejumlah tanaman penyerbuk sendiri
seperti padi, kapas, dan beberapa tanaman sayuran dalam skala komersial. Mandul
jantan sejati dapat dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan pengendali sifat, yaitu
mandul jantan genetik (genetik male sterility), mandul jantan sitoplasmik-genetik
(cytoplasmic-genetic male sterility), dan mandul jantan sensitif faktor lingkungan
(environment sensitive genic male sterility). Umumnya dalam produksi benih
hibrida masih bertumpu pada sistem tiga galur utama, yaitu galur mandul jantan
(GMJ) atau cytoplasmic male sterile line (CMS = A), galur pelestari (maintainer line
= B), dan galur pemulih kesuburan (restorer = R). Galur B adalah galur yang
digunakan untuk memelihara karakter kemandulan bagi galur A, sehingga
persilangan antara galur A dengan galur B akan menghasilkan galur A kembali.
Galur F1 hibrida diperoleh dari hasil persilangan galur A dengan galur R.
Penemuan sistem mandul jantan merupakan tonggak atau titik balik dalam sejarah
teknologi hibrida khususnya padi hibrida. Sistem mandul jantan tersebut sangat
berperan dalam memudahkan produksi benih F1 hibrida skala luas terutama untuk
tanaman yang dalam sekali pembuahan hanya menghasilkan satu benih.
I. PENDAHULUAN
Inti Ms Ms Ms ms ms ms
Sitoplasma
Fertil (normal,
N Fertil (restorer) Fertil (maintainer)
hibrida)
Fertil (normal,
S Fertil (restorer) Steril (mandul)
hibrida)
Sumber: Satoto dan Rumanti (2011).
Tabel 2. Galur-galur PGMS dan TGMS yang dikembangkan di Cina, Jepang, Amerika,
dan IRRI.
Kondisi perubahan
Galur Golongan Teknik Asal
kesuburan
Nongken 58S Japonika Mutasi spontan Hubei, Cina Hari panjang 14 jam
Annong S Indika Mutasi spontan Hunan, Cina Suhu tinggi 27°C
Hennong S Indika Persilangan Hunan, Cina Suhu tinggi
5460 S Indika Iradiasi Fujian, Cina Suhu tinggi 28-29°C
R59T S Indika Iradiasi Fujian, Cina Suhu tinggi
IR32364-20-1-3-2B Indika Iradiasi IRRI Suhu tinggi 27°C
PoNorin PL 12 Japonika Iradiasi Jepang Suhu tinggi 28°C
IVA Indika Persilangan Yunnan, Cina Suhu rendah 24°C
Dianxin 1A Japonika Yunnan, Cina Suhu rendah 22°C
EGMS Japonika USA Hari panjang
Hari panjang, 13,75
X88 Japonika Persilangan Jepang jam
Nongken 58S, EGMS, dan X88 adalah galur PGMS, galur lainnya TGMS
Sumber: Lu et al. (1994).
Salah satu contoh aplikasi mandul jantan dalam perakitan kultivar hibrida yaitu
dalam pembuatan padi hibrida. Pada padi, produksi benih hibrida komersial sulit dilakukan
secara manual karena setiap pembuahannya hanya menghasilkan satu butir benih. Karena itu
penggunaan mandul jantan menjadi pilihan yang tepat dalam produksi padi hibrida. Pada
mulanya penelitian tentang padi hibrida dilakukan oleh peneliti Cina yang bernama Prof.
Yuan Longping pada tahun 1930. Dialah yang pertama kali mengemukakan tentang ide
penggunaan heterosis pada padi. Keberhasilan pemanfaatan heterosis pada padi di Cina
tersebut merupakan titik awal dalam sejarah padi hibrida.
Pada awalnya ada anggapan bahwa teknologi padi hibrida kurang layak
dikembangkan di daerah tropis, sehingga penelitian di Indonesia hanya ditekankan pada
pengujian GMJ dan hibrida introduksi. Ternyata, pengembangan padi hibrida terbukti dapat
meningkatkan produksi di daerah tropis, sehingga mulai tahun 1998 penelitian pemuliaan
padi hibrida diintensifkan. Tujuan utamanya adalah mendapatkan kultivar padi hibrida yang
lebih adaptif pada kondisi lingkungan di Indonesia dan mempunyai daya hasil 15-20% lebih
tinggi daripada varietas padi inbrida. Sejak tahun 2001 penelitian padi hibrida lebih
ditingkatkan lagi (Satoto dan Suprihatno, 2008).
Pada perakitan padi hibrida digunakan sistem tiga galur. Perakitan dilakukan
secara bertahap sebagai berikut (Satoto dan Suprihatno, 2008).
Mengevaluasi dan menyeleksi hibrida introduksi.
Mengidentifkiasi galur restorer yang sesuai untuk GMJ introduksi dalam perakitan
kulrtivar padi hibrida.
Membuat GMJ dan restorer untuk membentuk kultivar padi hibrida yang diinginkan.
Membuat kultivar padi hibrida dengan materi pemuliaan padi tipe baru.
Menerapkan bioteknologi untuk mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses
pemuliaan.
Padi hibrida mempunyai potensi hasil lebih tinggi dibandingkan dengan padi inbrida.
Perbaikan teknik budidaya ternyata juga berpengaruh pada tingkat hasil yang dicapai.
Berikut rata-rata hasil beberapa kultivar padi hibrida dan inbrida pada demonstrasi
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di 28 lokasi (Tabel 3).
Tabel 3. Rata-rata hasil beberapa kultivar padi hibrida dan inbrida pada demonstrasi
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di 28 lokasi.
Hasil (t/ha)
Varietas1
Non-PTT PTT
Fatmawati (PTB) 6,83 8,35
Rokan (PH) 7,98 9,05
Maro (PH) 7,77 8,87
Sintanur 5,83 7,55
Code 6,92 7,65
Batang Gadis 7,02 7,97
Towuti 5,92 7,12
Cirata 5,7 6,98
1
PTB = padi tipe baru, PH = padi hibrida
Sumber: Satoto dan Suprihatno (2008).
Selain Maro dan Rokan, pada tahun 2004 telah dilepas pula padi hibrida Hipa 3
dan Hipa 4 (Satoto et al., 2004). Kedua hibrida tersebut membawa sifat ketahanan terhadap
wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan hawar daun bakteri. Evaluasi dan seleksi galur-galur
introduksi tersebut menghasilkan enam GMJ yang ternyata mempunyai sterilitas stabil
(Tabel 4). Selain digunakan untuk mengidentifikasi galur restorer untuk membuat hibrida,
GMJ juga digunakan sebagai sumber sifat mandul dalam pembentukan GMJ baru.
Tabel 4. Beberapa galur CMS introduksi yang berpenampilan cukup baik di
Indonesia.
Umur Tinggi
Anakan Sterilitas
Galur berbunga tanaman
(batang) polen (%)
50% (hari) (cm)
IR58025A 83 92 17 100
IR62829A 84 88 20 100
IR68885A 85 89 17 100
IR68886A 83 87 16 100
IR68888A 83 88 17 100
IR68895A 85 87 15 100
IR68897A 84 89 16 100
IR68899A 84 89 18 100
Sumber: Satoto dan Suprihatno (2008).
Tabel 5. Beberapa hibrida harapan dengan galur CMS introduksi dan restorer
hasil pemuliaan di Indonesia, 2004.
Ketahanan terhadap*
No. Hibrida
BPH RTV BLB
1 IR58025A/B10373E-1-3 S MR R
2 IR58025A/BP1024 R S MR
3 IR58025A/B82396-KN-13 MR S MR
4 IR58025A/S4325D-1-2-3-1 MR S R
5 IR58025A/ B9775 R MR R
6 IR58025A/B10214F-1 R S MR
7 IR58025A/Bio-12-2 R MR R
8 IR62829A/S4325D R MR MR
9 IR62829A/BIO-9 R MR R
10 IR68885A/B2791 S RTV R
11 IR68885A/S4325D R MR MR
12 IR68885A/Bio-9 R MR R
13 IR68888A/Bio-9 R RTV R
14 IR68888A/B10214F-1 R S MR
*BPH: wereng coklat; RTV: virus tungro; BLB: hawar daun bakteri; R: tahan; MR:
cukup tahan; S: rentan
Sumber: Satoto dan Suprihatno (2008).
C. Peran Mandul Jantan dalam Produksi Padi Hibrida
Tabel 3. Daya hasil padi hibrida dari data percobaan tahun 2002 di beberapa sentra
produksi padi di Sumatera.
Tabel 4. Daya hasil padi hibrida dari data percobaan tahun 2002/2003 di beberapa
sentra produksi padi di Jawa.
Uji daya hasil padi hibrida di sentra produksi padi di Jawa menunjukkan
produktivitas yang lebih tinggi, yaitu antara 6-11 ton/ha gabah kering. Daya hasil
padi hibrida di Jawa itu pun bukan hal yang spektakuler, karena padi varietas murni
pun pada kondisi optimal dapat menghasilkan 7-8 ton/ha.
Selain daya hasil yang tidak begitu sangat tinggi, padi hibrida yang tersedia
juga masih memiliki beberapa kelemahan, seperti rasa nasinya yang kurang enak dan
peka terhadap serangan hama dan penyakit. Produksi yang maksimal pada padi
hibrida dapat dicapai apabila ditanam pada tanah yang subur, hara cukup tersedia,
dosis pupuk optimal, pengairan cukup, pengendalian OPT, dan pengelolaan tanaman
secara keseluruhan dilakukan dengan baik. Dari ulasan tersebut ternyata masih
banyak persoalan dibalik pengembangan padi hibrida. Ada beberapa hal yang
ternyata perlu untuk dikaji ulang mengenai pertanaman padi hibrida di Indonesia,
yakni:
1. Harga benih hibrida yang masih terlalu mahal untuk ukuran petani Indonesia.
Harga benih padi hibrida hanya cocok untuk sistem perusahaan besar, dengan
lahan yang sangat luas. Memang benar saat ini benih padi hibrida digratiskan
untuk petani lewat subsidi benih, namun seandainya subsidi dicabut petani akan
kesulitan untuk membelinya.
2. Benih F1 hybrid tidak bisa disimpan untuk ditanam pada generasi berikutnya,
sehingga petani tidak akan bisa mandiri. Ketergantungan benih akan semakin
menyulitkan petani ketika akan menanam padi. Apabila petani berniat menanam
benih inbreed dia akan kesulitan mencarinya karena saprodi akan lebih suka
menjual benih padi hibrida karena keuntungan yang lebih besar. Kepunahan
benih-benih padi inbreed bisa saja terjadi seandainya 100% lahan padi Indonesia
ditanami padi hibrida.
3. Berdasarkan pengujian lapang, tidak semua tempat bisa menghasilkan produksi
tinggi sesuai yang dijanjikan/dipromosikan. Sama seperti padi inbreed memang
tidak semua tempat memiliki persyaratan optimal untuk pertumbuhan. Oleh
karena itulah diperlukan kajian lebih mendalam mengenai padi hibrida agar dapat
direkomendasikan di daerah mana saja cocok untuk padi hibrida, agar
pengharapan petani tidak terlampau tinggi.
4. Tanaman F1 hybrid umumnya adalah tanaman yang manja dan memerlukan input
(pestisida dan pupuk) lebih banyak dibandingkan dengan tanaman inbreed.
Analisis ekonomi perlu diperhitungkan juga apakah petani untung atau rugi ketika
menanam padi hibrida.
Melihat masih pro kontranya tanaman padi hibrida di kalangan petani, sebaiknya
petani dibebaskan untuk memilih apakah dia akan menanam padi hibrida atau tidak
karena petani biasanya sudah memiliki perhitungan akan untung dan rugi tersendiri.
III. KESIMPULAN
1. Penggunaan mandul jantan (male sterility) dalam memroduksi benih hibrida lebih
menguntungkan dibandingkan dengan cara konvensional, yaitu lebih menghemat
tenaga kerja sehingga biaya produksi lebih murah dan kegagalan hasil persilangan
akibat kerusakan mekanis dapat ditekan.
2. Mandul jantan (male sterility) penting artinya dalam memroduksi benih hibrida
terutama untuk tanaman yang sekali persilangan hanya menghasilkan satu atau
sedikit biji.
DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L. V. 1981. Mandul Jantan dan Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian
UGM. Tidak dipublikasikan.
Maruyama, K., H. Araki, and H. Kato. 1991. Thermosensitive genetic male sterility
induced by irradiation. In: Rice genetic II. IRRI, Philippines 227-232.
Satoto dan Indrastuti A. Rumanti. 2011. Galur mandul jantan untuk perakitan padi
hibrida. Jurnal Iptek Tanaman Pangan (6) 1: 14-29.
Singh, S. B., Singh P., and Mayee C. D. 2002. Male sterility in cotton. CICR
Technical Bulletin No. 24, CICR Nagpur, India.
Virmani, S. S. 1994. Heterosis and hybrid rice breeding. Spinger-Verlag Vol. 22,
Berlin Heidelberg, New York.