Anda di halaman 1dari 98

PEMBERIAN BLOTONG (FILTER CAKE) TERHADAP PERTUMBUHAN

RUMPUT ODOT (PENNISETUM PURPUREUM CV. Mott)

OLEH

MUHAMMAD YUSRI SALDI

05.03.19.1848

TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat memperoleh sebutan professional Sarjana

Sains Terapan pada Program Diploma IV

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA

BADAN PENYULUHAN DAN KESEJAHTERAAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2023
HALAMAN JUDUL

PEMBERIAN BLOTONG (FILTER CAKE) TERHADAP PERTUMBUHAN

RUMPUT ODOT (PENNISETUM PURPUREUM CV. Mott)

OLEH

MUHAMMAD YUSRI SALDI

05.03.19.1848

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA

BADAN PENYULUHAN DAN KESEJAHTERAAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2
2023
HALAMAN PENGSAHAN

Judul : PEMBERIAN BLOTONG (FILTER CAKE) TERHADAP


PERTUMBUHAN RUMPUT ODOT (PENNISETUM
PURPUREUM CV. Mott)
Nama : MUHAMMAD YUSRI SALDI
NIRM : 05.03.19.1848
Jurusan : Peternakan
Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Aminuddin Saade, M. Si Muhammad Yunus, S.ST.,M.Si


NIP. 196303231999031004 NIP. 197707042006041019
Mengetahui :

Ketua Program Studi/Jurusan Penyuluhan Peternakan dan


Kesejahteraan Hewan

Dr. drh.Sartika Juwita, M. Kes


NIP. 198404102009012006

Direktur

Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M.Si


NIP. 19800605 200312 1 003

Diseminarkan pada tanggal :

3
PERNYATAAN KEASLIAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

Penulis menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan

Tugas Akhir dengan judul “Pemberian Blotong (Filter Cake) Terhadap

Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum CV. Mott)”

adalah hasil karya sendiri dengan arahan dan bimbingan Drs. Aminuddin

Saade, M. Si dan Muhammad Yunus, S.ST., M.Si, dan belum diajukan

dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Data dan informasi

yang dikutip telah disebarkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar

pustaka laporan Tugas Akhir ini. Apabila pernyataan yang saya buat tidak

benar adanya, maka saya siap menerima sanksi/hukuman.

Bone, Juli 2023

Penulis

Muhammad Yusri Saldi

4
5

ABSTRAK

MUHAMMAD YUSRI SALDI (05.03.19.1848) “Pemberian Blotong


(Filter Cake) terhadap Pertumbuhan Rumput Odot (Pannisetum
Purpureum cv. Mott)”. (Dibimbng oleh: Drs. Aminuddin Saade, M. Si
dan Muhammad Yunus, S.ST.,M.Si).

Pakan hijauan merupakan pondasi pengembangan peternakan ruminansia guna


mendukung ketahanan pangan di Indonesia, karena perencanaan awal adalah
tersedianya pakan hijauan dalam bentuk hamparan sehingga akan meningkatkan
produksi ternak Kendala dalam penyediaan pakan hijauaan yang berkualitas dan
berkelanjutan adalah lahan subur atau lahan yang sempit. Blotong masih banyak
mengandung bahan organik, mineral, serat kasar, protein kasar dan gula yang
masih terserap di dalam kotoran itu Oleh karena itu blotong dapat dimanfaatkan
menjadi pupuk organik bagi pertumbuhan tanaman dan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan.

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektifitas pemberian blotong


(FilterCake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum).
Rancangan yang digunakan dalam kajian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Yang terdiri dari 4 Perlakuan dan 4 Ulangan. Setiap perlakuan memiliki 3
sampel, Jadi jumlah wadah yang dibutuhkan 48 polybag. . Perlakuan yang
diberikan meliputi pemberian Blotong (FilterCake) terhadap pertumbuhan rumput
odot (Pennisetum Purpureum) Tanpa Perlakuan (P0), 200 g (P1), 350 g (P2),
500 g (P3). Parameter yang diamati yaitu tinggi daun, lebar daun dan jumlah
anakan.Hasil kajian menujukan bahwa pemberian Blotong (FilterCake) terhadap
pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum) terhadap pertumbuhan
rumput odot P3: 500 gram/polybag yaitu tinggi daun 3925 cm, lebar daun 2,12
cm dan jumlah anakan 3.50 dengan Perlakuan pemberian blotong (FilterCake)
terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum) berpengaruh nyata
terhadap parameter pengamatan tinggi daun, lebar daun dan jumlah anakan
dengan perlakuan terbaik P3 yaitu 500 gram/polybag. Hasil evaluasi penyuluhan
yang dilaksanakan di Kelompok Tani Ellung Mangere Desa Ulubalag Kecamatan
Salomekko Kabupaten Bone menunjukkan peningkatan pada aspek
pengetahuan 86,80% dan sikap 86%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
efektivitas penyuluhan yang telah dilaksanakan berada pada kategori efektif
77,63%.Dosis Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput
odot (Pennisetum Purpureum) dapat mempengaruhi tinggi daun, lebar daun, dan
jumlah anakan. Dari tiap perlakuan dan ulangan, Perlakuan P3 dengan 500 gram
blotong memberikan respon yang sangat baik.

Kata Kunci: Blotong, Rumput Odot


6

ABSTRACT

MUHAMMAD YUSRI SALDI (05.03.19.1848) "Giving Blotong (Filter


Cake) to the Growth of Odot Grass (Pannisetum Purpureum cv.
Mott)". (Supervised by: Drs. Aminuddin Saade, M. Si and Muhammad
Yunus, S.ST., M.Si).

Forage feed is the foundation for the development of ruminant farms to


support food security in Indonesia, because the initial planning is the
availability of forage feed in the form of overlays so that it will increase
livestock production The obstacle in providing quality and sustainable
forage feed is fertile land or narrow land. Blotong still contains a lot of
organic matter, minerals, crude fiber, crude protein and sugar that is still
absorbed in the manure Therefore blotong can be used as organic
fertilizer for plant growth and can reduce environmental pollution.

This study aims to determine the effect of the effectiveness of blotong


(FilterCake) on the growth of odot grass (Pennisetum Purpureum). The
plan used in this study was the Complete Randomized Plan (RAL). Which
consists of 4 Treatments and 4 Repetitions. Each treatment has 3
samples, so the number of containers needed is 48 polybags. . The
treatment given includes giving Blotong (FilterCake) to the growth of odot
grass (Pennisetum Purpureum) Without Treatment (P0), 200 g (P1), 350 g
(P2), 500 g (P3). The parameters observed are leaf height, leaf width and
number of saplings. The results of the study showed that the
administration of Blotong (FilterCake) on the growth of odot grass
(Pennisetum Purpureum) on the growth of odot P3 grass: 500 grams /
polybag, namely leaf height 3925 cm, leaf width 2.12 cm and number of
saplings 3.50 with Blotong (FilterCake) treatment on the growth of odot
grass (Pennisetum Purpureum) had a significant effect on the observation
parameters

Keywords: blotong, odot grass


7

KATA PENGANTAR

Puji sykur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

berkah, rahmat, taufik, hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal tugas akhir dengan judul “Pemberian Blotong

(Filter Cake) Terhadap Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum

Purpureum CV. Mott)” penulis melihat bahwa pemanfaatan limbah belum

dimanfaatkan dengan baik. Sehingga penulis berpikir, tugas akhir ini

memberikan sumbangsi ilmu yang baru kepada masyarakat. Shalawat

serta salam juga tak lupa kami junjungkan kepada Nabi Muhammad

Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan bagi umatnya.

Sebagai penulis, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Drs. Aminuddin Saade, M. Si, Muhammad Yunus, S.ST., M.Si sebagai

pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi

panjang lebar dan membimbing penulis tentang laporan tugas akhir ini

sebagaimana mestinya.

Penulis berharap proposal tugas akhir ini memberikan manfaat

kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati penulis mengharapkan saran ataupun kritikan yang bersifat konstruktif

dari pembaca demi mencapai penyempurnaan proposal ini.

Bone, Februari 2023


8

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGSAHAN ii

PERNYATAAN KEASLIAN iii

LAPORAN TUGAS AKHIR iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 5

D. Manfaat 5

ll. TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Aspek Teknis 6
9

1. Rumput Odot 6

2. Limbah Industri 7

3. Pupuk Kompos 8

4. Blotong 10

B. Aspek Penyuluhan 16

1. Pengertian Penyuluhan Pertanian 16

2. Tujuan Penyuluhan Pertanian 16

3. Materi Penyuluhan Pertanian 17

4. Metode Penyuluhan Pertanian 18

5. Media Penyuluhan Pertanian 20

6) Evaluasi Penyuluhan Pertanian 21

C. Kerangka Pikir 22

D. Hipotesis 23

lll. METODE PELAKSANAAN 24

A. Kajian 24

1. Tempat dan Waktu 24

2. Alat dan Bahan 24

3. Pelaksanaan kajian 24

4. Teknik Pengumpulan Data 27

5. Analisis data 27
10

B. Desain Penyuluhan 28

C. Pelaksanaan Penyuluhan 29

D. Evaluasi Desain Penyuluhan 29

E. Defenisi Oprasional 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 33

A. Keadaan Umum Wilayah 33

1. Sejarah Desa 33

2. Kondisi Geogrfis dan Demografi 34

3. Kondisi Ekonomi 35

4. Kondisi Sosial 37

B. Karakteristik Responden 39

C. Hasil Kajian 41

1. Hasil 41

2. Pembahasan 41

D. Pelaksanaan Penyuluhan 47

E. Evaluasi Penyuluhan Pertanian 48

1. Tingkat Pengetahuan Responden 49

2. Tingkat Sikap Responden 52

F. Efektifitas Penyuluhan 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN 58


11

A. KESIMPULAN 58

B. SARAN 59

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN 64

RIWAYAT HIDUP 82
12

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Halaman

1. Tanaman Rumput Odot 6

2. Gambar Blotong 11

3. Kerangka PIkir 22

4. Garis Continuum Tingkat Pengetahuan Awal. 47

5. Garis Continuum Tingkat Pengetahuan Akhir. 49

6. Garis Continuum Tingkat Sikap Awal. 50

7. Garis Continuum Tingkat Sikap Akhir. 52

8. Persiapan media tanam 81

9. Penanaman 81

10. Pengukuran tinggi daun 81

11. Pengukuran lebar daun 82

12. Jumlah anakan 82

13. Dokumentasi Penyuluhan 82


13

DAFTAR TABEL

No Uraian Halaman

1. Klasifikasi tanaman rumput odot 6

2. Kandungan Nutrisi rumput odot 7

3. Kandungan Blotong 13

4. Rancangan Kajian 25

5. Jumlah Penduduk Desa Ulubalang Bersadasarkan


Jenis Kelamin. 34

6. Luas Wilayah Desa Ulubalang Menurut Penggunaannya 36

7. Potensi, Komoditas dan Pemasyarannya 36

8. Sarana Pendidikan di Desa Ulubalang 37

9. Sarana Kesehatan di Desa Ulubalang 38

10. Data Umur Peternak Responden Kelompok Tani


Desa Ulubalang. 40

11. Notasi Perbedaan Antara Perlakuan Menggunakan


Uji Duncan. 41

12. Tinggi daun rumput odot pada berbagai dosis


blotong. 42

13. Lebar daun rumput odot pada berbagai dosis


blotong. 43

14. Jumlah anakan rumput odot pada berbagai dosis


blotong. 45

15. rata – rata tingkat perubahan pengetahuan,


keterampilan dan sikap responden kelompok tani
Sipakario Desa Ulubalang, Kelcamatan Salomekko
Kabupaten Bone. 55
14

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Halaman

1. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Kajian. 63

2. Denah Perlakuan Pemberian Blotong (Filter Cake)

terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum

Purpureum Cv. Mott). 64

3. Lembar Persiapan Menyuluh. 65

4. Sinopsis Penyuluhan 67

5. Kuesioner Penyuluhan

6. Daftar Hadir Penyuluhan 76

7. Hasil Analistik SPSS 77

8. Data Hasil Evaluasi Tingkat Pengetahuan 79

9. Data Hasil Evaluasi Tingkat Sikap 80

10. Dokumentasi Penelitian dan Penyuluhan 82


15

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan hijauan merupakan pondasi pengembangan peternakan

ruminansia guna mendukung ketahanan pangan di Indonesia, karena

perencanaan awal adalah tersedianya pakan hijauan dalam bentuk

hamparan sehingga akan meningkatkan produksi ternak (Hendarto dan

Suwarno, 2005;2013).

Salah satu upaya dalam meningkatkan produktivitas ternak

ruminansia adalah dengan menyediakan hijauan pakan dalam kuantitas

dan kualitas yang cukup sepanjang tahun. Hijauan pakan ternak atau

biasa disebut Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan bahan pakan

yang sangat penting bagi ternak terutama ternak ruminansia seperti sapi,

kerbau, kambing, dan domba. Hampir 90% pakan ternak ruminansia

berasal dari hijauan terutama rumput dan konsumsi hijauan segar perhari

sebanyak 10-15% dari bobot badan ternak (Sirait dkk., 2005).

Rumput odot (Pennisetum purpureum CV. Mott) salah satu hijauan

makanan ternak yang spesies rumput berukuran kecil yang hampir mirip

dengan rumput gajah. Jenis rumput tersebut banyak disukai para peternak

karena mempunyai produktivitas dan kandungan nutrisi yang cukup tinggi.

Rumput odot memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan yang cepat, berbulu

halus, dan lembut, batang lunak, banyak disukai ternak dan regrowth

(pertumbuhan kembali) yang cepat (Sirait, 2017).


16

Kendala dalam penyediaan pakan hijauaan yang berkualitas dan

berkelanjutan adalah lahan subur atau lahan yang sempit. Luas lahan

pertanian di Indonesia dari tahun ke tahun semakin sempit, hal ini karena

telah terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non

pertanian atau pembangunan infrastruktur. Akibatnya kebutuhan pangan

masyarakat dan kebutuhan pakan ternak tidak terpenuhi dengan baik

karena lahan untuk produksi bahan pangan serta pakan untuk ternak

semakin sempit (Paudel, 2016).

Limbah merupakan suatu bahan yang terbuang atau sisa-sisa dari

suatu aktifitas industri atau proses-proses alam, Menurut Santoso (2012)

limbah dikatakan memiliki nilai negatif dan positif. Dampak negatif seperti

gangguan terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap

keseimbangan ekosistem dan Kerusakan terhadap tanaman. Dampak

positif dari adanya limbah yaitu bisa dijadikan sebagai pupuk. Limbah

organik untuk menyuburkan tanah dengan dijadikan kompos.

Blotong merupakan endapan dari nira kotor yang disaring di rotary

vacuum filter, merupakan limbah pabrik gula berbentuk padat seperti

tanah dan mengandung air. Blotong masih banyak mengandung bahan

organik, mineral, serat kasar, protein kasar dan gula yang masih terserap

di dalam kotoran itu (Fadjari 2009), Oleh karena itu blotong dapat

dimanfaatkan menjadi pupuk organik bagi pertumbuhan tanaman dan

dapat mengurangi pencemaran lingkungan (Kuswurj 2009).


17

Di Kabupaten Bone Kecamatan Cina Desa Arasoe terdapat pabrik

gula yang telah berdiri sejak tahun 1975 yaitu PT Perkebunan Nusantara

XIV. Ketika selesai menggiling tebu, ampas dan blotong langsung dibuang

tanpa diolah atau dijual lagi agar memiliki nilai ekonomi, Hal ini

disebabkan karena minimnya pengetahuan masyarakat untuk mengolah

limbah blotong menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan dalam

membudidayakan tanaman, ketika musim penghujan tiba, blotong

mengeluarkan aroma busuk yang dapat mengganggu aktivitas pekerja

pabrik dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu salah satu cara untuk

mengurangi pemakaian pupuk kimia adalah memanfaatkan limbah blotong

sebagai kompos atau pupuk organik lainnya. Sementara ini pemanfaatan

blotong sebagai pupuk organik masih belum maksimal dan

penggunaannya pun terbatas, hal ini disebabkan karena pengolahan

limbah blotong menjadi pupuk organik masih bisa dikatakan hanya asal-

asalan, masih belum ditangani dengan maksimal dan minimnya

pengetahuan petani ataupun peternak akan manfaat penggunaan pupuk

organik dari bahan blotong. Untuk menjawab permasalahan di atas maka

perlu dilakukan penelitian tentang “Pemberian Blotong (Filter Cake)

Terhadap Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum).


18

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemberian Blotong (Filter Cake) dengan dosis yang

berbeda dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan rumput

odot (Pennisetum Purpureum CV. Mott)?

2. Bagaiamana pengetahuan, keterampilan dan sikap peternak

terhadap pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan

rumput odot (Pennisetum Purpureum CV. Mott)?


19

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Blotong (Filter Cake)

terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum CV.

Mott).

2. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan keterampilan peternak

terhadap pemberian Blotong terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum CV. Mott).

D. Manfaat

1. Memberikan informasi kepada peternak mengenai pemberian

Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum CV. Mott).

2. Meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan

peternak mengenai pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap

pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum CV. Mot


20

ll. TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Teknis

1. Rumput Odot

Rumput odot merupakan salah satu jenis rumput yang cocok untuk

pakan ternak, karena memiliki beberapa unggulan. Keunggulan dan

kepraktisan rumput odot salah satunya adalah peternak akan memperoleh

efisiensi, yaitu dalm pembudidayaan rumput odot mudah tumbuh meski di

bawah naungan. Efisiensi laiannya yaitu dalam pemberian pakan hijauan

dari rumput odot untuk ternak dapat mencapai 100%. Kelebihan lainnya

yaitu peternak tidak perlu lagi menggunakan mesin pencacah seperti yang

selama ini digunakan untuk mengolah rumput gajah (Solihat, 2013).

Gambar 1. Tanaman Rumput Odot

Rukmana (2005), Klasifikasi Ilmiah dari tanaman rumput odot

sebagai berikut :

Tabel 1. Klasifikasi tanaman rumput odot


Regnum : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
21

Sub Kelas : Commelinidae


Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum CV. Mott
Sumber : (Rukmana, 2015)

Rumput odot (Pennisetum purpureum cv.Mott) memiliki produktivitas

serta kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Rumput odot memiliki ukuran

yang lebih kecil dari pada jenis rumput gajah yang lainnya. Rumput odot

dapat tumbuh di berbagai jenis tanah serta sangat responsif terhadap

pemupukan. Rumput odot merupakan rumput yang tumbuh berumpun dan

terus-menerus menghasilkan anakan jika dilakukan pemangkasan secara

teratur.

Tabel 2. Kandungan nutrisi rumput odot


Nutrisi Kandungan nutrisi (%)
BK 16,59
BO 82,81
PK 12,72
SK 32,35
LK 2,28
Sumber : Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (2017).

2. Limbah Industri

Hutasoit dan toharisman (2017) sebagian limbah ada yang setelah

dikeluarkan tidak dapat dipergunakan lagi dan ada yang dapat


22

dimanfaatkan kembali tergantung dari kandungan limbah tersebut. Limbah

pabrik gula sebagian besar dapat dipergunakan kembali, baik limbah

padat maupun limbah cairnya. Proses pembuatan gula di dalam pabrik

menghasilkan 4% tetes (molases), 32% ampas, 3,5% blotong (filter cake)

dan 7,5% PG karbon, serta 0,3% abu ketel (boiler ash).

Di antara limbah pabrik gula lain, blotong merupakan limbah yang

paling tinggi tingkat pencemarannya dan menjadi masalah bagi pabrik

gula dan masyarakat. Limbah ini biasanya dibuang ke sungai dan

menimbulkan pencemaran lingkungan, karena di dalam air bahan organik

yang ada pada blotong akan mengalami penguraian secara alamiah,

sehingga mengurangi kadar oksigen dalam air dan menyebabkan air

berubah warna menjadi gelap dan berbau (purwaningsih 2011). Oleh

karena itu apabila blotong dapat diolah dan dimanfaatkan akan

mengurangi pencemaran lingkungan (Kuswurj 2009).

3. Pupuk Kompos

Pupuk terdiri dari pupuk organik dan anorganik. Penambahan pupuk

dapat membantu untuk mencukupi kebutuhan unsur hara. Menurut

Musnamar (2003) aplikasi pupuk organik yang disertai dengan aplikasi

pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Disamping itu,

penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi bila aplikasi disertai dengan

pupuk organik. Keadaan ini berlaku baik di lahan sawah maupun di lahan

kering. Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu usaha untuK

meningkatkan kesuburan tanah tanpa merusak lingkungan.


23

Kompos blotong sangat diperlukan karena kebutuhan bahan organik

untuk pemupukan tanaman belum terpenuhi meskipun sudah tersedia

pupuk yang lain. Masalah yang dihadapi petani saat ini adalah harga

pupuk kimia yang mahal bila musim tanam tiba. Disamping itu pemakaian

pupuk kimia yang terus menerus membuat tanah menjadi keras dan

tandus, mikroorganisme dan cacing tanah hilang, sehingga mengganggu

keseimbangan ekosistem (Yuliai dan Nugraheni, 2010).

Kompos blotong sangat berguna dalam usaha memperbaiki sifat fisik

tanah, sehingga daya menahan airnya meningkat. Tiap ton blotong

berkadar air 70% mengandung hara setara dengan 28 kg ZA, 22 kg TSP

dan 1 kg KCl. Hara tersebut mengandung 5,88 kg N, 9,9 kg P dan 0,6 kg

K (Leovici, 2012).

Upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan, maka aplikasi

pemupukan sebaiknya tidak hanya menggunakan pupuk anorganik,

namun dikombinasikan dengan pupuk organik sehingga dapat

menurunkan penggunaan atau mengurangi kebutuhan pupuk anorganik

secara perlahan (Gujja et al., 2009).

Berdasarkan SK Mentan No: 28/Permentan/SR.130/B/2009

persyaratan teknis minimal pupuk organik dan pembenah tanah

mengandung kadar air 15-25 %, karbon organik > 12 %, pH 4–8, nitrogen

total < 6 %, fosfor < 6 %, kalium total < 6 %, dan nisbah C/N 15–25 %.
24

1. Manfaat kompos ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :

a) Ekonomi : Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan

limbah, mengurangi volume/ukuran limbah, memiliki nilai jual yang

lebih tinggi dari pada bahan asalnya.

b) Lingkungan : Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah

dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk

akibat bakteri metanogen ditempat pembuangan sampah

mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

c) Tanah / tanaman : Meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki

struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas penyerapan

air oleh tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, menyediakan

hormon bagi tanaman, meningkatkan ketersediaan hara di dalam

tanah.

Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah

dan pertumbuhan tanaman. Kompos memberikan peningkatan kadar

kalium tersedia dalam tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan

dari pupuk NPK anorganik. Pemberian kompos akan menambah bahan

organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan

mempengaruhi serapan hara oleh tanah, walaupun tanah dalam keadaan

masam (Soemarno, 2011).

4. Blotong

Blotong adalah limbah pabrik gula yang berbentuk lumpur bewarna

gelap belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Blotong yang


25

telah dikeringkan dapat digunakan untuk pemupukan tanaman karena

mengandung unsur hara. (Fadjari dkk, 2013). Blotong mempunyai potensi

besar untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah Pada

kenyataanya limbah ini masih terbengkalai dan belum dimanfaat secara

optimal oleh para petani padahal limbah ini bisa digunakan sebagai salah

satu alternatif dalam mengatasi masalah rendahnya produktivitas

tanaman.

Gambar 2. Blotong

Blotong memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik, karena

disamping sebagai sumber hara yang cukup lengkap juga dapat

membantu memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Blotong

merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, diproduksi

sekitar 3,8 % tebu atau sekitar 1,3 juta ton. Blotong sebagaimana dikenal

dengan sebutan “filter press mud” merupakan bahan yang cukup baik

untuk dijadikan sebagai bahan pupuk organik, karena bahan tersebut

dapat berfungsi untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui perbaikan


26

tekstur tanah yang dicirikan dari sifat fisik tanah, khususnya meningkatkan

kapasitas menahan air, menurunkan laju pencucian hara dan

memperbaiki drainase tanah. Manfaat lain dari blotong yakni berfungsi

untuk menetralisir pengaruh Aldd, yang dapat menyebabkan ketersediaan

P dalam tanah lebih tersedia (Helena Leovisi, 2012).

a. Komposisi Blotong

Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein

kasar,gula, total abu, SiO2, CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi ini berbeda

prosentasenya dari satu PG dengan PG lainnya, bergantung pada pola

produkasi dan asal tebu (Rifa’I, 2009). Blotong dapat diolah menjadi

pupuk organik, sebagai penyubur atau untuk perbaikan struktur tanah

terutama pada lahan kering karena blotong banyak mengandung bahan

penyubur tanah seperti Nitrogen, P2O5, CaO, humus dan lain-lain.

(Halifah, 2014).

Kasmadi (2020) Kandungan P2O5 dan CaO pada blotong yang

sangat tinggi, hal ini menujukkan bahwa pemanfaatan blotong dapat

meningkatkan kandungan unsur hara fosfor, kalium dan kalsium. Serupa

dengan hasil penelitian Campiteli et. al (2018), kandungan fosfor, kaliun

dan kalsium berturut-turut 1,6%, 0,6% dan 2,7%. Menurut Harjanti (2017)

komposisi humus, N-total, C/N, CaO dan MgO dalam blotong cukup baik

untuk dijadikan bahan pupuk organik, sehingga blotong sangat bagus

untuk meningkatkan komposisi campuran organik dan anorganik pada

pupuk majemuk.
27

b. Kandungan Blotong

Tabel 3. Kandungan Blotong


Parameter Kandungan (%)
Bahan organic 14,8
Nitrogen 0,30

Karbon 8,215
C/N ratio 26,93
Fosfor 0,17
Kalium 0,034
Kalsium 1,05
Besi 0,312
Aluminium 0,269
Mangan 0,029
Kadar air 72,69
Sumber : Hasil penelitian Andes Ismayana

Hara nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tumbuhan yang

pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan

bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar tetapi

kalau terlalu banyak dapat mengahambat pembungaan dan pembuahan

pada tanaman (Sutejo, 1990).

Prado et al (2013) menyatakan bahwa, blotong dapat digunakan

sebagai pembenah tanah, pengganti fosfor dan pupuk kalium.

Hasil penelitian Campiteli et. al (2018) menunjukkan penggunaan

blotong dapat meningkatkan aktifitas mikrobiologi dan kesuburan tanah.

Menurut fungsi nitrogen pada tanaman sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.


28

2) Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan

warna yang lebih hijau, kekurangan nitrogen menyebabkan khlorosis

(pada daun muda berwarna kuning).

3) Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman

4) Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan.

5) Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme didalam tanah.

Posfor juga mempunyai peran penting dalam membran tanaman,

tempat posfor tersebut terikat pada molekul lipida yang merupakan

senyawa yang dikenal sebagai fosfolipida (Samekto,2008).

Fungsi posfor pada tanaman sebagai berikut:

1) Mempercepat pertumbuhan akar semai.

2) Mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda

menjadi tanaman dewasa.

3) Mempercepat pembungan dan pemasakan buah.

4) Meningkatkan biji-bijian.

Mulyono (2009), unsur P dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan

tanaman, baik perakaran,anakan, panjang batang dan besarnya ruas-ruas

batang tanaman tebu. Namun unsur P merupakan unsur yang sulit

tersedia bagi tanaman meskipun dalam tanah jumlahnya banyak.

Hanafiah (2010), ketersediaan P dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang meliputi komposisi pelikat tanah, pH tanah, kandungan liat dan

kandungan bahan organik. Bahan organic memiliki peran penting dalam

meningkatkan ketersediaan unsur P dalam tanah. Hal ini karena


29

kandungan yang terdapat dalam bahan organic mampu membebaskan

unsur hara P dari jerapan Al dan Fe sehingga tersedia bagi tanaman.

Penambahan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P dalam

tanah. Permasalahan yang terdapat di lapang adalah ketersediaan unsur

hara P yang terkandung dalam tanah rendah. Rendahnya ketersediaan

unsur hara P bagi tanaman dapat menghambat pertumbuhan. Defisiensi

unsur hara P dapat menghambat pemanjangan dan pembesaran batang,

hingga pembentukan tunas yang tidak maksimal (Moore dan Botha,

2013). Solusi yang sering diterapkan oleh petani untuk meningkatkan

kesuburan tanah, salah satunya adalah penambahan bahan organik.

Sutedjo (2008), kemampuan tanah menghasilkan suatu produksi

berhubungan dengan kadar bahan organik. Penggunaan bahan organik

seperti blotong, abu ketel serta kompos banyak diaplikasikan pada lahan

budidaya tebu. Tujuan pemberian bahan organik tersebut adalah untuk

meningkatkan kesuburan tanah.

Kalium merupakan unsur kedua terbanyak setelah nitrogen dalam

tanaman. Menurut Sutejo (1990) menyatakan bahwa peranan kalium pada

tanaman adalah sebagai berikut :

1) Membentuk protein dan karbohidrat

2) Mengeraskan jerami dan bagian bawah kayu dari tanaman

3) Meningkatkan retensi tanaman tarhadap penyakit.

Hasil penelitian Kumar dan Chopra (2016), aplikasi blotong

meningkatkan kesuburan tanah dan memberikan performance


30

pertumbuhan yang bagus pada tanaman tebu), dalam 100g blotong

mengandung 1,5-2,5% N, 2-3% P, 1-2% K, 11% Ca, dan 1% Mg bersifat

mudah larut (Kumar Dan Chopra, 2016).

Mulyadi (2000) menunjukkan bahwa pemberian blotong nyata

meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah tanaman/rumpun,

dan bobot kering tebu berumur 4 bulan yang ditanam di tanah latosol.

B. Aspek Penyuluhan

1. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan non formal yang

diberikan kepada keluarga peternak dipedesaan.Tujuan jangka pendek

adalah berusaha untuk mengubah prilaku (sikap, tindakan dan

pengetahuan) peternak kearah yang lebih baik lagi, dan tujuan jangka

panjangnya adalah guna terwujudnya peningkatan kualitas hidup peternak

kearah yang diidealkan. Mardikanto (2003),

Undang – undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) definisi

penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan

sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,

efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraanya serta meningkatkan

kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Kementan, 2006).

2. Tujuan Penyuluhan Pertanian


31

Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku (behavior)

petani beserta anggota keluarganya antara lain mengubah pengetahuan,

sikap dan keterampilannya. Perubahan, Pengetahuan, Keterampilan, dan

sikap ini merupakan pintu gerbang terjadinya penghayatan

(characterization, habitually) atau penerapan (adopsi) dari inovasi

(pembaharuan) pertanian/peternakan yang disuluhkan atau yang menjadi

misinya. Tanpa terjadi perubahan perilaku (behavior) tidak akan terjadi

proses penghayatan atau penerapan dalam diri petani dan anggota

keluarganya (Sundari et al, 2015).

Padmanagara (2012), tujuan penyuluhan adalah membantu dan

memfasilitasi para petani beserta keluarganya untuk mencapai tingkat

usahatani yang lebih produktif. Pertanian dibedakan menjadi tujuan jangka

pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yaitu

menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani

yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap, kecakapan dan tindakan

petani melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Perubahan perilaku petani dan keluarganya diharapkan dapat mengelola

usahanya dengan produktif efektif dan efesien. Sedangkan tujuan jangka

panjang adalah meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup petani yang

diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming),

perbaikan usahatani (better business) dan perbaikan kehidupan petani

dan masyarakatnya (better living).

3. Materi Penyuluhan Pertanian


32

Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan

disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha

dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial,

manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan adalah materi pokok yang harus diberikan

sebagai bahan penumbuhan minat respoden yang pada dasarnya bersifat

diperlukan oleh masyarakat peternak, sesuai dengan tingkat

pengetahuan, kemampuandan keterampilan serta biaya peternak

sasaran,tidak bertentangan dengan adat istiadat serta dapat

menguntungkan secara ekonomis. Penetapan materi penyuluhan

disesuaikan dengan potensi wilayah suatu desa sehingga berhubungan

dengan kebutuhan yang diinginkan oleh sasaran (Mardikanto. 1993).

4. Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan pertanian adalah cara penyampaian materii

penyuluhan melalui media komunikasi oleh penyuluh pertanian kepada

peternak beserta anggota keluarganya, agar bisa membiasakan diri

menggunakan teknologi baru Padwomihardjo (2002). Menurut (Anonim

(2001), Ada tiga metode yang sering digunakan dalam pendekatan

dengan peternak berdasarkan jumlah sasaran yaitu;

a) Metode penyuluhan massal, metode ini digunakan untuk

menjangkau sasaran yang lebih luas dan banyak, biasanya

menggunakan media seperti radio, televisi, slide, dan surat kabar.


33

b) Metode penyuluhan kelompok, metode ini diarahkan pada kegiatan

kelompok untuk melaksanakan kegiatan yang lebih prduktif atas

dasar kerja sama. Metode ini biasa menggunakan media pertemuan

atas dasar kerja sama dalam kegiatan semacam kursus, latihan,

diskusi, dan demonstrasi. Metode kelompok diarahkan untuk tahap

menilai dan mencoba.

c) Metode penyuluhan perorangan. Metode ini didasarkan atas

hubungan langsung penyuluh dengan sasaran, hal ini dilakukan

untuk membua peternak merasa dihargai oleh petugas, sehingga

peternak akan lebih leluasa dan terbuka untuk membicarakan

persoalannya secara pribadi. Disisi lain kunjungan rumah dan

kunjungan usaha tani menciptakan rasa kekeluargaan.

Padwomihardjo (2002), Mendefiniskan bahwa metode yang

digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan

adalah dengan menggunakan skala Likert, kemudian skala nilai tersebut

diolah dan ditabulasi dengan menggunakan garis Continum.


34

Adapun rumus yang digunakan adalah:

Jumlah jawaban yang diperoleh


Tingkat PSK = x100%
Nilai tertinggi yang dicapai

5. Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan pertanian adalah segala bentuk yang berisi pesan

atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan pertanian,

serta dapat membantu para tenaga penyuluh pertanian dalam

menyampaikan beragam materi atau informasi yang disampaikan salam

kegiatan penyuluhan penggunaan media penyluhan pertanian pertanian

akan membantu menjelaskan informasi yang disampaikan kepada

penggunaannya karena dapat lebih menarik, lebih interaktif dapat

mengatasi batasan ruang waktu dan indera manusia. Agar informasi yang

disampaikan bisa lebih jelas dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan

yang akan dicapai maka informasi tersebut perlu dikemas sesuai dengan

karakteristik dari setiap media yang digunakan (Nurjasmira, 2014).


35

6) Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Menurut Husni (2010) evaluasi adalah suatu proses untuk

menyediakan informasi mengenai hsil penelitian atas permasalahan yang

ditemukan. Sedangkan Arikunto (2010), evaluasi adalah sebagai proses

menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang

direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan evaluasi penyuluhan

pertanian harus dapat menjawab 4 masalah pokok, yaitu :

a) Seberapa jauh perubahab perilaku petani, hambatan apa saja yang

dihadapi petani.

b) Seberapa besar efektifitas programa penyuluhan pertanian dalam

arti rancangan

c) Sarana dan prosedur

d) Pelaksanaan penyuluhan pertanian

Untuk mengukur tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap

petani/peternak digunakan analisis deskriptif yaitu menggambarkan sikap

peternak dengan menggunakan data skala ordinal (skala likert)

sedangkan alatukur tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap

menggunakan Rating Scale.

Efektifitas penyuluhan dihasilkan dari hasil evaluasi penyuluhan yang

betujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penyuluhan dalam

meningkatkan perubahan perilaku sasaran penyuluhan.


36

C. Kerangka Pikir

Kerangka Pikir diartikan sebagai model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah

diidentifkasi sebagai hal yang penting (Sugiyono, 2011). Adapun kerangka

pikir dari kajian ini dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini :

Blotong

Pupuk Kompos

Parameter
Pemberian Blotong
Terhadap Pertumbuhan Panjang Daun
Rumput Odot Lebar Daun
Jumlah Anakan

Penyuluhan

Kelompok
Tani / Ternak

Evaluasi

Tingkat adopsi Pengetahuan, Sikap,


rendah Keterampilan, Peternak

Gambar 3. Kerangka Pikir


37

D. Hipotesis

1. Dengan pemberian Blotong (FilterCake) terhadap pertumbuhan

rumput odot (Pennisetum Purpureum) dapat memberikan pengaruh

terhadap panjang daun, lebar daun, dan jumlah anakan.

2. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peternak

terhadap pemberian Blotong terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum).
lll. METODE PELAKSANAAN

A. Kajian

1. Tempat dan Waktu

Kajian ini dilaksanakan di Kampus 2 Politneknik Pembangunan

Pertanian (Polbangtan) Gowa Desa Mappesangka Kecamatan ponre

Kabupaten Bone pada Bulan April, Sedangkan pelaksanaan penyuluhan

dilaksanakan Bulan Mei 2023 di Desa Ulubalang Kecamatan Salomekko

Kabupaten Bone.

2. Alat dan Bahan

a. Alat :

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis menulis,

parang, sekop, penggaris, kamera Hp, ember, timbangan dan gayung.

b. Bahan

Bahan yang dibutuhkan berupa Limbah blotong, tanah, polybag dan

potongan rumput odot.

3. Pelaksanaan kajian

a. Rancangan kajian

Rancangan yang digunakan dalam kajian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL). Yang terdiri dari 4 Perlakuan dan 4 Ulangan. Setiap

perlakuan memiliki 3 sampel, Jadi jumlah wadah yang dibutuhkan 48

polybag. Dengan perlakuan sebagai berikut :

38
39

Table 4. Rancangan Kajian Pemberian Blotong (Filter Cake) Terhadap


Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cvmott).
Setiap perlakuan diberikan daun kelor dengan dosis sebagai berikut:

Perlakuan

Ulangan Po P1 P2 P3
(Kontrol) (20%) (35%) (50%)

U1 Po U1 P1 U1 P2 U1 P3 U1

U2 Po U2 P1 U2 P2 U2 P3 U2

U3 Po U3 P1 U3 P2 U3 P3 U3

U4 Po U4 P1 U4 P2 U4 P3 U4
P0 : Tanah 1 kg ( tanpa Blotong )

P1 : Tanah 1 kg + Blotong 20%

P2 : Tanah 1 kg + Blotong 35%

P3 : Tanah 1 kg + blotong 50%

Penelitian yang dilakukan Elly Indras (2022) menunjukkan bahwa

pemberian blotong dengan dosis 500g / polybag memberikan respon yang

lebih baik dibandingkan dengan dosis yang lain terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman cabai merah.

b. Persiapan Lahan dan penanaman

Sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pengolahan

lahan dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas hijauan pakan yang

maksimal. Sediakan polybag berukuran sedang, Selanjutnya siapkan bibit odot

dalam bentuk stek dengan panjang 20m atau minimal 3 ruas, Kemudian polybag

diberi tanah sebanyak 1kg dan blotong sesuai perlakuan.


40

c. Parameter yang diukur

Parameter yang diukur antara lain panjang daun, lebar daun, dan

jumlah anakan.

1) Panjang daun

Pengukuran panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ke

ujung daun dan diamati 1 minggu sekali. Dengan pengukuran 1 helai daun

dengan melihat yang paling panjang lalu diberi tanda sebagai penanda.

2) Lebar daun

Pengukur lebar daun menggunakan bagian daun terlebar dari sisi

satu ke sisi yang lainnya dan diamati 1 minggu sekali.

3) Jumlah tunas/anakan

Perhitungan jumlah anakan dengan menghitung banyaknya anakan

yang tumbuh dalam setiap rumpunnya dan diamati 1 minggu sekali.

d.. Variabel pendukung

Variabel pendukung yang diamati selama penelitian berlangsung

meliputi curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara dan intensitas

cahaya matahari yang diukur selama penelitian berlangsung.


41

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi

lapangan yaitu melakukan pengamatan langsung di lokasi kajian terkait

panjang daun, lebar daun, dan jumlah anakan. Data sekunder merupakan

data yang bersumber dari hasil dokumen, buku serta laporan-laporan

yang diperoleh dari kantor Desa dan Instansi yang terkait dengan

penelitian yaitu keadaan umum wilayah penelitian.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

a. Observasi, yaitu pengambilan data yang dilakukan melaluii

pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti.

b. Dokumentasi, yaitu melengkapi data yang diperoleh dalam kegiatan

penelitian.

5. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam kajian ini yaitu data yang

diperoleh diolah dengan sidik ragam sesuai dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan bantuan microsof excel dan software SPSS versi

22. Adapun model matematikanya (Gasperz,1991) adalah :

Yi j = 𝜇 + 𝑎𝑖 + 𝜀𝑖𝑗
Keterangan :

Yij = Nilai parameter tarafke i dan ulangan ke j

Ai = Pengaruh Perlakuan ke - i
42

Eij = Pengaruh galat dari percobaan dari perlakuan ke – I dan ulangan ke -

i = 1,2,3,4 (jumlah perlakuan)

j = 1,2,3 (jumlah ulangan)

B. Desain Penyuluhan

Desain penyuluhan merupakan alat bantu bagi penyuluh melakukan

penyuluhan dengan melihat pertimbangan berbagai aspek analisis

kebutuhan, masalah, tujuan yang ingin dicapai, metode serta teknik

penyuluhan yang akan digunakan agar proses transfer teknologi dan

inovasi dalam pengaplikasian Blotong terhadap pertumbuhan rumput odot

dapat di serap secara maksimal oleh sasaran.

Penyusunan desain penyuluhan dilakukankan melalui tahap - tahap

sebagai berikut :

1. Materi Penyuluhan

Materi yang disampaikan dalam penyuluhan adalah penambahan

blotong terhadap pertumbuhan rumput odot.

2. metode Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan

perorangan dan metode pendekatan kelompok.

3. Teknik Penyuluhan

Teknik penyuluhan yang digunakan yaitu, ceramah, diskusi dan

demonstrasi cara.
43

4. Media Penyuluhan

Media penyuluhan atau alat bantu yang digunakan dalam kegitan

penyuluhan menggunakan media sesungguhnya untuk memudahkan

peternak dalam memahami materi penyuluhan.

C. Pelaksanaan Penyuluhan

1. Pemilihan sasaran penyuluhan

Sasaran penyuluhan didasarkan pada hasil identifikasi potensii

wilayah sesuai dengan kondisi dilapangan yaitu pada kelompok tanii

ternak Di Desa Ulubalang Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone

Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Alasan Pemilihan sasaran

Sasaran penyuluhan yaitu pada kelompok tani ternak yang belum

melakukan penanganan limbah secara maksimal.

3. Persiapan alat bantu penyuluhan pertanian

Alat bantu penyuluhan sangat penting dalam kegiatan untuk

pencapaian tujuan penyuluhan sehingga sangat penting pemanfaatan alat

bantu yang dapat didengar (radio, film, vidio), alat bantu yang bisa dilihat.

D. Evaluasi Desain Penyuluhan

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana

perubahan pengetahuan dan sikap peternak terhadap pemberian blotong

terhadap pertumbuhan rumput odot. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari

evaluasi awal dan evaluasi akhir. Metode yang digunakan untuk

menganalisis tingkat respon peternak terhadap materi penyuluhan adalah


44

dengan menggunakan Rating scale atau skala nilai kemudian ditabulasi

dan diolah dengan menggunakan garis continuum (Padmowihardjo,

2002).

1. Menetapkan tujuan evaluasi

Evaluasi terdiri dari evaluasi awal dan evaluasi akhir. Metode yang

digunakan untuk menganalisa tingkat respons petani terhadap materi

penyuluhan adalah dengan menggunakan skala likert kemudian ditabulasi

dan digambarkan dalam bentuk garis kontinum (Padmowiharjo, 2002).

Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan

petani/peternak digunakan analisis deskriptif yaitu menggambarkan sikap

peternak dengan menggunakan data ordinal (skala likert) sedangkan alat

ukur pengetahuan, sikap dan keterampilan menggunakan Rating Scale.

Dengan ketentuan jawaban a nilai 4, jawaban b nilai 3, jawaban c nilai 2,

dan jawaban d nilai 4.

2. Instrument evaluasi penyuluhan

Pengetahuan, sikap dan keterampilan responden tentang pemberian

Blotong terhadap pertumbuhan rumput odot diukur dengan alat bantu

berupa kuisioner dalam bentuk pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan.

Untuk mengukur tingkat pengetahuan 5 pertanyaan untuk mengukur sikap

5 pertanyaan, dan untuk mengukur keterampilan 5 pertanyaan.

3. Efektivitas Desain Penyuluhan

Efektivitas penyuluhan diperoleh dari hasil evaluasi penyuluhan yang

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan


45

penyuluhan yang telah dilakukan terhadap peningkatan perubahan

perilaku sasaran. Efektivitas penyuluhan dihitung dengan rumus sebagai

berikut (Padmowiharjo, 2002) :

Jumlah jawaban yang diperohle


Tingkat Pengetahuan = x 100%
Jumlah nilai maksimum yang diperoleh

Untuk melihat efektivitas kegiatan penyuluhan dapat di uji dengan rumus :

Ps−Pr
EP= ×100 %
N .4 .Q−Pr

Keterangan :

Ps = Post Test (Tes Akhir)

Pr = Pre Test (Tes Awal)

N = Jumalah Responden

4 = Nilai Tertinggi

Q = Jumalh Pertanyaan

100% =Pengetahuan yang ingin dicapai

Dimana :

Ps – Pr = Peningkatan Pengetahuan

N.4.Q = Nilai Kesenjangan

Kriteria presentase efektivitas penyuluhan :

1 – 25 % = Tidak Efektif

26 - 50 % = Kurang Efektif

51 – 75 % = Efektif

76 – 100 % = Sangat Efektif


46

E. Defenisi Oprasional

1. Limbah merupakan suatu bahan yang terbuang atau sisa-sisa dari

suatu aktifitas industri atau proses-proses alam, Menurut Santoso

(2012) limbah dikatakan memiliki nilai negatif dan positif. Dampak

negatif seperti gangguan terhadap kesehatan manusia, gangguan

terhadap keseimbangan ekosistem dan Kerusakan terhadap

tanaman. Dampak positif dari adanya limbah yaitu bisa dijadikan

sebagai pupuk. Limbah organik untuk menyuburkan tanah dengan

dijadikan kompos.

2. Rumput odot merupakan salah satu jenis rumput yang cocok untuk

pakan ternak, karena memiliki beberapa unggulan. Keunggulan dan

kepraktisan rumput odot salah satunya adalah peternak akan

memperoleh efisiensi, yaitu dalm pembudidayaan rumput odot

mudah tumbuh meski di bawah naungan.

3. Blotong merupakan endapan dari nira kotor yang disaring di rotary

vacuum filter, merupakan limbah pabrik gula berbentuk padat seperti

tanah dan mengandung air. Blotong masih banyak mengandung

bahan organik, mineral, serat kasar, protein kasar dan gula yang

masih terserap di dalam kotoran itu.


47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Wilayah

1. Sejarah Desa

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa

pahlawannya dan tidak melupakan sejarah asal usulnya, inilah yang

menjadi dasar bagi kami pemerintah Desa Badamita berusaha terus

menggali, menemukan dan melestarikan peninggalan-peninggalan

sejarah yang berhubungan dengan cikal bakal berdirinya Desa Ulubalang

dan merupakan tetenger berdirinya Desa Ulubalang.

Sejarah terbentuknya Desa Ulubalang pada awalnya merupakan

komunitas pemukiman penduduk dengan jumlah jiwa yang masih sedikit,

tersebar ditepi atau didalam kawasan lahan pertanian. Mata pencaharaian

penduduk umumnya bercocok tanam milik sendiri, Karena sangat

dipengaruhi oleh sejarah bebukitan maka Desa ulubalang yang kita lihat

seperti sekarang ini mempunyai ciri spesifik sebagai berikut :

a. Berkembang menjadi desa dengan tipologi desa

pertanian/perladangan.

b. Interaksi yang sangat kuat antara masyarakat dengan sumberdaya

pertanian/perladangan.
48

2. Kondisi Geogrfis dan Demografi

Penduduk Desa Ulubalang Tahun 2021 + 3.103 jiwa. Terdiri dari

laki-laki 1.556 jiwa sedangkan perempuan 1.537 Jiwa. Seluruh penduduk

Desa Ulubalang terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan jumlah

sebanyak 720 KK. Rata-rata anggota keluarga sebesar + 3.103 jiwa.

Untuk lebih jelasnya penduduk Desa Ulubalang dapat dilihat pada tabel 5

di bawah ini:

Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Ulubalang Bersadasarkan Jenis Kelamin.


Jenis Kelamin
Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah
Balange 242 Jiwa 248 Jiwa 490 Jiwa

Tanah Cellae 291 Jiwa 303 Jiwa 594 Jiwa

Samaenre 598 Jiwa 594 Jiwa 1.192 Jiwa

Labukku 435 Jiwa 392 Jiwa 827 Jiwa

Jumlah 1.556 Jiwa 1.537 Jiwa 3.103 Jiwa

Sumber : BPP Salomekko 2022

Desa Ulubalang merupakan salah satu desa dari 7 (tujuh) desa dan

1 (satu) kelurahan yang ada di Kecamatan Salomekko yang terletak + 3

(Tiga) km dari ibukota Kecamatan dan + 68 (Enam Puluh Delapan) km

dari ibukota Kabupaten Bone. Wilayah Desa Ulubalang dapat dicapai

dengan kendaraan roda dua dan roda empat.

Luas wilayah Desa Ulubalang sekitar 9,8 km2. Adapun batas-batas

wilayah Desa Ulubalang sebagai berikut :


49

a. Sebelah Utara berbatasan dangan Desa biccoing kecamatan Tonra

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tebba Kecamatan

Salomekko

c. Sebelah Timur berbatasan denganKelurahan Pancaitana kecamatan

Salomekko

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gattareng Kecamatan

Salomekko

Desa Ulubalang memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu

musim hujan dan musim kemarau. Hal ini menjadi faktor utama yang

menjadikan Desa Ulubalang sebagai daerah yang sangat potensial pada

bidang pertanian.

Secara administratif wilayah Desa Ulubalang terdiri atas 4 (Empat)

dusun dan 8 (Delapan) RT yaitu Dusun Balange terdiri dari 2 (Dua) RT,

Dusun Tanah Cellae terdiri dari 2 (Dua) RT Dusun Samaenre terdiri dari 2

(dua) RT dan Dusun Labukku terdiri dari 2 (Dua) RT. Secara umum

penggunaan wilayah Desa Ulubalang sebagian besar untuk lahan

pertanian berupa persawahan dan perkebunan, lokasi perumahan

masyarakat, sarana dan prasarana pemerintahan, pendidikan,

keagamaan dan perkuburan.

3. Kondisi Ekonomi

Potensi ekonomi desa yang paling menonjol adalah kebun/ladang

seluas 20 ha dan sawah 770 ha. untuk lebih mengetahui potensi yang

dimiliki oleh Desa Ulubalang dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
50

Tabel 6 Luas Wilayah Desa Ulubalang Menurut Penggunaannya


NO URAIAN LUAS (HA/M2)

1 Persawahan 770 Ha

2 Perkebunan/Ladang 20 Ha

3 Pekuburan 1 Ha

4 Pemukiman 50 Ha

5 Perkantoran 7 Ha

JUMLAH 848 Ha

Sumber Data : Pemerintah Desa Ulubalang & DHKP Dispenda Tahun


2021.

Sedangkan untuk mengetahui potensi yang dihasilkan di Desa

Ulubalang dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7 Potensi, Komoditas dan Pemasyarannya


NO POTENSI KOMODITAS PEMASARAN

A. PERTANIAN :

1 Tanaman Pangan Padi, Jagung, Kacang pemasaran hasil pertanian,

tanah, Ubi Jalar, Cabe. peternakan Langsung ke

2 Perkebunan Jeruk, Mangga, Pisang, Konsumen, pasar dan

Jahe, Kepala, coklat, pengecer, sedangkan Bahan

Jambu Mente. galian langsung ke

B. PETERNAKAN Sapi, ayam kampung, kuda, konsumen.

kambing, angsa, bebek

Batu Kali dan pasir

C. TAMBANG/BAHAN

Sumber Data : Pemerintah Desa Ulubalang 2022


51

4. Kondisi Sosial

Untuk mengetahui gambaran kondisi sosial masyarakat Desa

Ulubalang, dapat dilihat melalui aspek pendidikan, aspek kesehatan,

aspek keamanan dan ketertiban, aspek keagamaan, aspek kesenian dan

olah raga serta kehidupan gotong royong masyarakat yang merupakan ciri

khas masyarakat desa yang tetap tumbuh dan berkembang.

a. Sarana Pendidikan.

Kondisi Desa Ulubalang dari aspek pendidikan dapat digambarkan

berdasarkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Untuk

menggambarkan kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8 Sarana Pendidikan di Desa Ulubalang


Taman TK/ SD/ SMP/ SMA/ Taman
Dusun Paditungka RA MI MTs SMK/MA Bacaan

Balange - 1 2 1 - -

Tanah - - - - - -

Cellae

Samaenre - - - - - -

Labukku - 1 1 1 - -

Total - 2 3 2 -

Sumber Data : Pemerintah Desa Ulubalang 2022

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan

yang ada di Desa Ulubalang berjumlah 7 buah. Hal ini menunjukkan

bahwa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA dan

seterusnya penduduk Desa Ulubalang harus mencari sekolah di luar desa.


52

Kondisi Sarana Prasarana Pendidikan yang dimiliki Desa Ulubalang

sangat layak untuk Penduduk Desa menjalani Pendidikannya.

b. Sarana Kesehatan.

Aspek kesehatan, kondisi Desa Ulubalang dapat digambarkan

berdasarkan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan hal lainnya yang

menggambarkan pelayanan kesehatan masyarakat di Desa Ulubalang.

Tabel 9 Sarana Kesehatan di Desa Ulubalang


Dusun Puskesmas Pustu Polindes Posyandu

Balange - 1 - 1

Tanah - - - -

Cellae

Samaenre - - - 1

Labukku - - - 1

Total - - - 3

Sumber Data : Pemerintah Desa Ulubalang 2022.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan

Prasarana di Poskesdes Ulubalang sangat baik dan selama 1 (satu)

periode ini sudah berjalan dengan sesuai perencanaan yang ada.

c. Kemanan dan Keagamaan.

Kondisi aspek keamanan dan ketertiban Desa Ulubalang dapat

digambarkan berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana

poskamling, partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan dan

ketertiban lingkungan serta situasi dan kondisi keamanan dan ketertiban


53

masyarakat. Desa Ulubalang memiliki poskamling sebanyak 2 (dua) Buah

dan petugas keamanan desa (Linmas) sebanyak 12 (Duabelas) orang.

Kondisi keagamaan di Desa Ulubalang dapat digambarkan

berdasarkan sarana peribadatan yang ada, pelaksanaan aktivitas

keagamaan dan toleransi kehidupan beragama. Sarana peribadatan yang

ada di Desa Ulubalang yaitu masjid/mushollah sebanyak 5 (lima) buah.

Penduduk Desa Ulubalang seluruhnya beragama Islam. Pelaksanaan

kegiatan perayaan keagamaan seperti Hari Raya idul Fitri dan Idul Adha

dan peringatan hari-hari besar agama Islam seperti Maulid Nabi

Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj serta ibadah bulan Ramdahan seluruhnya.

Hal ini adalah sebagai bentuk kerjasama yang baik antara masyarakat

dengan lembaga-lembaga keagamaan yang ada di Desa Ulubalang,

seperti Remaja Masjid, BKMT dan pantia hari-hari besar Islam.

B. Karakteristik Responden

Kelompok tani adalah kumpulan petani / peternak / pekebun yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan

37 (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan

dan mengembangkan usaha anggota. Jumlah anggota kelompok tani 20

sampai 25 petani atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat

dan usaha taninya (Permentan 31 tahun 2014).

Keadaan kelompok tani yang ada sekarang, masih perlu dilakukan

bimbingan khusus dalam kegiatan penyuluhan pertanian dengan sasaran,

kemudian akhir tahun dilakukan evaluasi untuk mengetahui


54

perkembangan kelompok tani tersebut. Untuk itu diperlukan berbagai

upaya agar keberadaan kelompok tani tersebut dapat lebih berkembang

kearah tercapainya sasaran peningkatan produksi dan produktivitas.

Kelompok Tani juga merupakan wadah bagi para petani untuk

mendapatkan bantuan seperti bibit dari beberapa komoditi sesuai dengan

apa yang ingin dikelola. Kelompok Tani juga merupakan wadah untuk

berkembang dalam sektor pertanian.Tabel 10. Data Tingkat Umur

Peternak Responden Kelompok Tani Desa Ulubalang.

Tabel 10 Data Umur Peternak Responden Kelompok Tani Desa Ulubalang


Umur Jumlah Presentase

25 – 39 10 40%

40 – 50 12 48%

50> 3 12%

Jumlah 25 100%

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, Tahun 2023

Berdasatkan tabel di atas umur 25 – 39 tahun sebanyak 10 jiwa atau

40%, 40 – 50 tahun sebanyak 12 jiwa atau 48%, dan umur 50> sebanyak

3 jiwa atau 12%. Data menunjukkan bahwa di kelompok Desa Ulubalang

memiliki usia produktif sehingga berpengaruh dalam proses penerimaan

inovasi baru.
55

C. Hasil Kajian

1. Hasil

Hasil kajian yang diperoleh berupa Pemberian Blotong (Filter Cake)

Terhadap Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv mott).

Pengujian ini dilakukan menggunakan 4 perlakuan dengan 4 kali ulangan.

Pengujian kelompok perlakuan yaitu (P0, P1, P2, P3). P0 = Tanpa

Blotong, P1 = 20% Blotong, P2 = 35% Blotong, P3 = 50% Blotong.

Pengamatan dan hasil analisis diuji dengan metode uji statistic

dengan Statistical Produk and Service Solution (SPSS), dan data yang

signifikan selanjutnya diteruskan menggunakan uji Duncan. Uraian hasil

dari parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Notasi Perbedaan Antara Perlakuan Menggunakan Uji Duncan.


No Parameter P0 P1 P2 P3

1 Tinggi Daun 20,50a+1,24 28,25b±0,35 33,43c±0,88 39,25d±0,95

2 Lebar Daun 1,59a±0,025 1,84b±0,010 1,92c±0,015 2,12d±0,015

3 Jumlah 2,31a±0,31 2,87b±0,14 2,93b±0,12 3,50c±0,20


Anakan
P0 = Tanpa Blotong, P1 = 20% Blotong, P2 = 35% Blotong, P3 = 50%
Blotong.

2. Pembahasan

Parameter yang diamati dalam Kajian Pemberian Blotong (Filter

Cake) Terhadap Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum)

adalah sebagai berikut :


56

a. Panjang Daun

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Blotong (Filter

Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum Cv

Mott) memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi daun. Dilihat

dari nilai signifikan P<0,05 maka dilakukan uji lanjutan (Duncan)

diperlihatkan pada table 12.

Tabel 12. Tinggi daun rumput odot pada berbagai dosis blotong.
Dosis Blotong / polybag (g) Tinggi Daun (cm)

P0 : Tanpa Pemberian Blotong 20,50 a

P1 : 200g Blotong 28,25 b

P2 : 350g Blotong 33,43 c

P3 : 500g Blotong 39,25 d

Hasil dari SPSS uji Duncan

Dari table diatas dapat dilihat bahwa tinggi daun antar perlakuan

menunjukkan perbedaan satu sama lain. Panjang daun rata-rata rumput

odot yaitu P0 (20,50), P1 (28,25), P2 (33,43) dan P3 (39,25). Panjang

Daun paling tinggi terdapat pada sampel P3 (39,25) berbeda dengan P0

(20,50), P1 (28,25), P2 (33,43). Terlihat bahwa rata-rata panjang daun

meningkat pada setiap perlakuan. Panjang daun terbaik ada pada

perlakuan P3. Peningkatan panjang daun terjadi seiring dengan

bertambahnya umur tanaman, dan ini juga dapat dipengaruhi oleh dosis

blotong yang berbeda pada tiap perlakuan. Oleh karena itu perlakuan

dengan jumlah blotong yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan


57

lainnya memberikan ketersediaan unsur hara yang cukup dan dapat

diserap oleh tanaman. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian Blotong

(Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum

cv moot) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap panjang daun

rumput odot. Artinya pemberian blotong dengan dosis 500 gram

memberikan dampak positif terhadap panjang daun sehingga perlakuan

terbaik ada pada perlakuan P3.

Panjang daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan.

Indikator pertumbuhan yang diperlukan untuk melakukan pendekatan

pada nilai pertumbuhan tanaman, dimana senyawa nitrogen digunakan

tanaman untuk membentuk senyawa asam amino yang akan diubah

menjadi protein yang dapat memacu tinggi daun ( Millya, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2000) menunjukkan bahwa

pemberian blotong nyata meningkatkan panjang daun tanaman, diameter

batang, jumlah tanaman, dan bobot kering.

Menurut Muhsin (2011) bahwa kompos blotong yang bersumber dari

tebu dan diaplikasikan pada tanaman dapat meningkatkan penyerapan

nitrogen secara signifikan. Dimana fungsi nitrogen yaitu Untuk

meningkatkan pertumbuhan tanaman dandapat menyehatkan

pertumbuhan daun serta daun tanaman lebar dengan warna yang lebih

hijau.
58

b. Lebar Daun

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Blotong (Filter

Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum)

memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap lebar daun. Dilihat dari

nilai signifikan P<0,05 maka dilakukan uji lanjutan (Duncan) diperlihatkan

pada table 13.

Tabel 13. Lebar daun rumput odot pada berbagai dosis blotong.
Dosis Blotong / polybag (g) Lebar Daun (cm)

P0 : Tanpa Pemberian Blotong 1,59a

P1 : 200g Blotong 1,84b

P2 : 350g Blotong 1,92c

P3 : 500g Blotong 2,12d

Hasil dari SPSS uji Duncan

Dari table diatas dapat dilihat bahwa lebar daun antar perlakuan

menunjukkan perbedaan satu sama lain. Pada uji Duncan perlakuan P3

berbeda nyata terhadap perlakuan P0. Akan tetapi pada perlakuan P1,

P2, dan P3 tidak berpengaruh jauh.

Rata-rata lebar daun yang dihasilkan selama penelitian untuk

masing-masing perlakuan adalah P0 (1,59), P1 (1,84), P2 (1,92), dan P3

(2,12). Rataan yang dihasilkan dari urutan tertinggi P3, P2, P1, dan rataan

terendah terdapat pada perlakuan P0. terlihat bahwa rata-rata lebar daun

meningkat pada setiap perlakuan. Lebar daun terbaik terjadi pada

perlakuan P3, yaitu sebesar 3,50. Peningkatan lebar daun terjadi seiring

dengan bertambahnya umur tanaman, dan ini juga dapat dipengaruhi oleh
59

dosis blotong yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. Selain itu,

perlakuan dengan jumlah blotong yang lebih banyak dibandingkan dengan

perlakuan lainnya memberikan ketersediaan unsur hara yang lebih banyak

yang dapat diserap oleh tanaman. Hasil ini menunjukkan bahwa

Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum cv.moot) memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap lebar daun rumput odot. Artinya pemberian blotong dengan dosis

500 gram memberikan dampak positif terhadap lebar daun sehingga

perlakuan terbaik ada pada perlakuan P3.

Penelitian yang dilakukan Elly Indras (2022) menunjukkan bahwa

pemberian blotong dengan dosis 500g / polybag memberikan respon yang

lebih baik dibandingkan dengan dosis yang lain terhadap pertumbuhan.

c. Jumlah Anakan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Pemberian Blotong (Filter

Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum)

memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah anakan. Dilihat

dari nilai signifikan P<0,05 maka dilakukan uji lanjutan (Duncan)

diperlihatkan pada table 14.

Tabel 14. Jumlah anakan rumput odot pada berbagai dosis blotong.
Dosis Blotong / polybag (g) Jumlah anakan

P0 : Tanpa Pemberian Blotong 2,31a

P1 : 200g Blotong 2,87b

P2 : 350g Blotong 2,93b

P3 : 500g Blotong 3,50c


60

Hasil dari SPSS uji Duncan

Dari table diatas dapat dilihat bahwa tinggi daun antar perlakuan

menunjukkan perbedaan satu sama lain. Pada uji Duncan perlakuan P3

berpengaruh nyata terhadap perlakuan P0. Akan tetapi pada perlakuan

P1, P2, dan P3 pengaruh yang dihasilkan tidak berbeda jauh.

Rata-rata jumlah anakan yang dihasilkan selama penelitian untuk

masing-masing perlakuan adalah P0 (2,31), P1 (2,87), P2 (2,93), dan P3

(3,50). Rataan yang dihasilkan dari urutan tertinggi P3, P2, P1, dan rataan

terendah terdapat pada perlakuan P0. terlihat bahwa rata-rata jumlah

anakan meningkat pada setiap perlakuan. Jumlah anakan terbaik terjadi

pada perlakuan P3, yaitu sebesar 3,50. Peningkatan jumlah anakan terjadi

seiring dengan bertambahnya umur tanaman, dan ini juga dapat

dipengaruhi oleh dosis blotong yang berbeda-beda pada setiap perlakuan.

Selain itu, perlakuan dengan jumlah blotong yang lebih banyak

dibandingkan dengan perlakuan lainnya memberikan ketersediaan unsur

hara yang lebih banyak yang dapat diserap oleh tanaman.

Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian Pemberian Blotong (Filter

Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah anakn rumput odot.

Artinya Pemberian Blotong dengan dosis 500g memberikan dampak

positif terhadap jumlah anakan sehingga perlakuan terbaik yaitu P3 (500g

blotong).
61

Mulyadi (2000) menunjukkan bahwa pemberian blotong nyata

meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah tanaman/rumpun.

D. Pelaksanaan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan dimana saja berdasarkan

kebutuhan pada wilayah dimana penyuluhan tersebut dilaksanakan, jika

tidak, maka penyuluhan tersebut tidak dapat memberikan manfaat yang

maksimal. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi wilayah dengan segala

potensi yang ada serta permasalahan sehingga dapat memberi manfaat

bagi para pertani sebagai penerima. berdasarkan hasil identifikasi wilayah

penulis melakukan penyuluhan di desa Ulubalang, kecamatan Salomekko,

kabupaten Bone.

Peternak atau petani sangat merespon materi yang diberikan yaitu

Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum). rasa ingin tahu yang dimiliki kelompok tani ini

sangat tinggi karena materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan

dasar dalam usahanya yaitu selain beternak mereka juga bercocok tanam

seperti padi dan pakan ternak. motivasi dan dorongan inilah yang

membuat kelompok tani ini ingin mengetahui dan menerima inovasi yang

diberikan.

Keberhasil suatu usaha pertanian/peternakan adalah motivasi yang

dimiliki kelompok tani karena motivasi merupakan sesuatu yang

mendorong seseorang untuk bekerja.


62

E. Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan,

keterampilan dan sikap responden adalah kuesioner dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 15 , nilai tertinggi adalah 4 dan nilai terendah adalah

1. Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap

responden dapat di tentukan dengan jawaban responden dari pertanyaan

dalam evaluasi awal dan evaluasi akhir. evaluasi dilakukan untuk

mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap responden terhadap

Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum).

Metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat respons

peternak/peternak terhadap materi penyuluhan adalah dengan

menggunakan rating scale atau skala nilai kemudian ditabulasi dan diolah

dengan menggunakan garis continuum (Padmowiharjo, 2002).

1. Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat pengetahuan dapat diartikan sebagai kenyataan yang

dimengerti dan di ketahui oleh peternak mengenai Pemberian Blotong

(Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum

Purpureum). Evaluasi ini tingkat pengetahuan terdapat 5 pertanyaan untuk

evaluasi awal dan evaluasi akhir.

a. Evaluasi Awal

Skor yang diperoleh :195

Skor tinggi yang diperoleh 25 x 5 x 4 = 500


63

Skor terendah yang diperoleh 25 x 5 x 1 = 125

Dengan demikian tingkat pengetahuan responden tentang

pembuatan pupuk organik cair feses sapi dengan penambahan daun

kelor sebelum mengikuti penyuluhan adalah :

195
x 100% = 39,00%
500

Jika digambar dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Garis Continuum Tingkat Pengetahuan Awal.

Keterangan :

TM : Tidak Memenuhi

KM : Kurang Memenuhi

CM : Cukup Memenuhi

M : Memenuhi

Garis Continuum menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan

dilakukan, pengetahuan responden tentang Pemberian Blotong (Filter

Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum)

adalah 39,00% atau berada pada kategori kurang memenuhi.

b. Evaluasi Akhir
64

Skor yang diperoleh : 434

Skor tinggi yang diperoleh 25 x 5 x 4 = 500

Skor terendah yang diperoleh 25 x 5 x 1 = 125

Dengan demikian tingkat pengetahuan responden tentang

Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum) setelah mengikuti penyuluhan adalah ;

434
x 100% = 86,80%
500

Jika digambar dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Garis Continuum Tingkat Pengetahuan Akhir

Keterangan :

TM : Tidak Memenuhi

KM : Kurang Memenuhi

CM : Cukup Memenuhi

M : Memenuhi

Garis Continuum menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan,

pengetahuan responden tentang Pemberian Blotong (Filter Cake) terha


65

dap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum) adalah

86,80% atau berada pada kategori memenuhi.

Keterangan :

TT : Tidak Terampil

KT : Kurang Terampil

CT : Cukup Terampil

T : Terampi

2. Tingkat Sikap Responden

a. Evaluasi awal

Skor yang diperoleh : 197

Skor tinggi yang diperoleh 25 x 5 x 4 = 500

Skor terendah yang diperoleh 25 x 5 x 1 = 125

Dengan demikian tingkat sikap responden tentang Pemberian

Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum

Purpureum) sebelum mengikuti penyuluhan adalah :

197
x 100% = 39,40%
500

Jika digambar dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

Keterangan :

TS : Tidak setuju

KS : Kurang Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju
66

Garis Continuum menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan

dilakukan, sikap responden tentang Pemberian Blotong (Filter Cake)

terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum) adalah

39,40% atau berada pada kategori kurang setuju.

b. Evaluasi akhir

Skor yang diperoleh : 430

Skor tinggi yang diperoleh 25 x 5 x 4 = 500

terendah yang diperoleh 25 x 5 x 1 = 125

Dengan demikian tingkat sikap responden tentang Pemberian

Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum

Purpureum) setelah mengikuti penyuluhan adalah :

430
x 100% = 86,00%
500
67

Jika digambar dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Garis Continuum Tingkat Ketrampilan Akhir

Keterangan :

TS : Tidak setuju

KS : Kurang Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Garis Continuum menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan,

sikap responden tentang Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap

pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum) adalah 86,00% atau

berada pada kategori sangat setuju.

Selanjutnya hasil evaluasi awal dan akhir ditabulasi untuk

mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap peternak responden.

Berdasarkan kategori nilai dicapai. Hasil rekapitulasi digunakan untuk

mengetahui perubahan dan peningkatan perolehan nilai presentase dari

nilai maksimum pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap.


68

Tabel 15. Rata – rata tingkat perubahan pengetahuan, keterampilan dan


sikap responden kelompok tani Sipakario Desa Ulubalang, Kelcamatan
Salomekko Kabupaten Bone.
Nilai
Deskripsi Tes Tes
Max % % Perubahan %
Awal akhir
Pengetahuan 500 195 39,00 434 86,80 239 47,80
Sikap 500 197 39,40 430 86,00 233 46,60
Jumlah 1000 392 864 472
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2023

Tabel diatas merupakan tingkat perubahan pengetahuan,

keterampilan dan sikap kelompok ternak di Desa Ulubalang,

memperlihatkan perubahan pada tiap – tiap tingkat pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

Dengan tingginya nilai pengetahuan dapat diasumsikan bahwa

inovasi yang disampaikan kepada peternak sangat bermanfaat, dengan

tingginya tingkat pengetahuan berarti tingkat sikap merupakan penunjang

dalam mengadopsi teknologi.


69

F. Efektifitas Penyuluhan

Untuk mengetahui efektifitas kegiatan pnyuluhan yang dilakukan

dapat dilakukan rumus Ginting (1991) yaitu:

Ps−Pr
Efektifitas Penyuluhan = x 100%
( n .4 .Q )−Pr

Keterangan:

Ps : Post test (tes akhir)

Pr : Pre test (tes awal)

n : Jumlah responden

4 : Nilai jawaban tertinggi

Q : Jumlah pertanyaan

100% : Pengetahuan yang ingin dicapai

Maka kriteria penilaian efektifitas penyuluhan yaitu sebagai berikut:

<33% = Tidak efektif

33 – 66 = Cukup efektif

>66% = Efektif

864−392
Efektivitas Penyuluhan = x 100%
( 25.4 .10 )−392

472
= x 100%
608

= 77,63%
Berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan maka

rancangan penyuluhan yang telah dilakukan termasuk dalam kategori

efektif. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan penyelenggaran penyuluhan


70

tentang Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput

odot (Pennisetum Purpureum) dikelompok tani Sipakario sangat direspon.

Efektifitas penyuluhan dipengaruhi oleh metode yang digunakan oleh

penyuluh.
71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap

pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum) dapat disimpulkan

bahwa :

1. Dosis Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan

rumput odot (Pennisetum Purpureum) dapat mempengaruhi tinggi

daun, lebar daun, dan jumlah anakan. Dari tiap perlakuan dan

ulangan, Perlakuan P3 dengan 500 gram blotong memberikan

respon yang sangat baik.

2. Adanya respon peternak terhadap peningkatan pengetahuan dari

195 menjadi 434 dan sikap dari 197 menjadi 430. Hal ini

menunjukkan bahwa peternak sudah sangat mengetahui dan

menerima dengan baik Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap

pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum). Efektivitas

penyuluhan yang telah dilaksanakan di Kelompok Tani Sipakario,

Desa Ulubalang, Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone mencapai

77,63 % dengan demikian penyuluhan berada pada kategori efektif.


72

B. SARAN

1. Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai Pemberian Blotong (Filter

Cake) Terhadap Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum

Purpureum Cv Mott)

2. Kelompok tani Sipakario diharapkan setelah mendapatkan

penyuluhan tentang Pemberian Blotong (Filter Cake) Terhadap

Pertumbuhan Rumput Odot (Pennisetum Purpureum) dapat

mengaplikasikan inovasi yang telah disampaikan.


73

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Ciri - ciri pupuk organik cair yang bagus dan bermanfaat.
https;//kabartani.com/ciri-ciri-pupuk-organik-cair-yang-bagus.
Html. Diakses pada tanggal 2 Maret 2022.

Campiteli et. al 2013 Blotong dan Pemanfaatannya. Diakses pada tanggal


03 juli 2010

Fadjari, 2009. Memanfaatkan Blotong, Limbah Pabrik Gula,


url:http://www.kulinet.com/baca/memamfaatkan-blotong-limbah-
pabrikgula/536/

Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-dasar ilmu tanah.PT Raja Grafindo persada


Jakarta.

Harjanti RS. 2017. Pupuk organic dari limbah pabrik gula Madukismo
dengan starter mikroba pengurai untuk menambah kandungan
N, P, K. Chenica. 4(1): 1-7

Helena Leovisi, 2012. Makalah Seminar. Pemanfaatan Blotong pada


Budidaya tebu (Saccharum officenarum, L) di Lahan Kering.
Program Studi Agronomi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian Universitas Gadjahmada Yogyakarta. 2012.

Hendarto, E. dan Suwarno. 2005. Pengaruh kombinasi pupuk kandang


dan urea pada tampilan aspek pertumbuhan tanaman rumput
raja pada pemanenen defoliasi ke empat. Bionatura-Jurnal Ilmu
ilmu Hayati Dan Fisik.5(12):83-88.

Hendarto, E. dan Suwarno. 2013. Pengaruh kombinasi pupuk organik dan


dosis urea terhadap kualitas visual dan produksi rumput raja
(Pennisetum purpoides). Jurnal Pembangunan Perdesaan. 5(2):
7783.

Hutasoit, Toharisman. 2017. Metode Pengomposan limbah pagrik gula


(Blotong) untuk pembuatan pupuk organik di Desa Dorepati
Kabupaten Dompu. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Mataram.

Ismayana A. 2012. Faktor rasio c/n awal dan laju aerasi pada proses co-
composting bagasse dan blotong. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian. 22 (3):173-179
74

Kumar, V., Chopra, A.K.2016. Effects of sugarcane pressmud on


agronomical characteristics of hybrid cultivar of eggplant
(Solanum melongenaL.) under field conditions. Int. J. Recycl.
Org. Waste Agricult. 5:149-162.

Kuswurj,R.2009. Blotong dan Pemanfaatannya.. Diakses pada tanggal 22


November 2012.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret


Universitas Press. Surakarta.

Millya, A, P. 2007 Pengaruh Waktu Penanaman Orok-Orok (Crotalaria


Juncea L.) dan Dosis Pupuk Urea Pada Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Jagung ( Zea Mays L.) Universitas Brawijaya. Malang

Moore, P.H.andBotha, F.D. 2013. Sugarcane-physiology, Biochemistry &


Functional Biology.John Wiley & Sons.United Kingdom

Muhsin, A 2011. Pemanfaatan Limbah Hasil Pengolahan Pabrik Tebu


Blotong Menjadi Pupuk Organik. J Industrial Eingenering
Conference. Fakultas Teknologi Industri, UPN, Yogyakarta. P 1-9

Mulyadi, M. 2000. Kajian Pemberian Blotong dan Terak Baja Pada Tanah
Kandiudoxs Pelaihari dalam Upaya Memperbaiki Sifat Kimia
Tanah, Serapan N, Si, P, dan S serta Pertumbuhan Tebu,
Thesis, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Mulyono, D. 2009. Evaluasi kesesuaian lahan dan arahan pemupukan N,


P dan K dalam budidaya tebu untuk pengembangan daerah
Kabupaten Tulungagung Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia.11(1): 47-53

Musnamar, EI. 2003. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat.


Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurjasmira, R. (2014). Komunikasi Penyuluh Pertanian Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Petani Pada Badan Pelaksanaan
Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan (Studi Kasus Pada Petani
Di Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintang). Jurnal Ilmu
Administrasi Negara.

Padmowihardjo. S, 2002. Evaluasi Penyuluhan Pusat. Universitas


Terbuka.Jakarta.
75

Padmanagara, S. (2012). Bapak Penyuluhan Pertanian. Pengabdi Petani


Sepanjang Hayat. Jakarta Selatan: PT. Duta Karya Swasta
Gedung Arsip.

Paudel, M.N., 2016. Multiple Cropping fo Raising Productivity and Farm


Income od Small Farmers. J. Nepal Agricultural Research
Council,2 : 37-45.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


31/Permentan/OT.140/2/2014

Puslitbang. 2010. Hasil Analisa Kompos Blotong Tebu. Pusat Penelitian


Perkebunan Gula Indonesia. Jengkol.

Rifai’I R.S., Potensi Blotong (Filter Cake) sebagai Pupuk Organik


Tanaman Tebu, LPP,Yogyakarta,2009

Rukmana, R.. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius


(Anggota IKAPI). Jakarta.
Samekto Riyo. 2008. Pemupukan . Yogyakarta : PT. Aji Cipta Pratama.

Santoso. 2012. Pemanfaatan Limbah Sebagai Bahan Industri. Jakarta :


Kanisus.

Sirait, J. 2017. Rumput Gajah Mini (Pennisetum Purpureum cv. Mott)


sebagai Hijauan Pakan untuk Ruminansia. Wartazoa. 27(4):167-
176.

Sirait, J., N. D. Purwantari dan K. Simanihuruk. 2005. Produksi dan


Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 10 (3) : 175 - 181

Solihat, K. 2013. Budidaya Rumput Odot. Harian Pikiran Rakyat, Bandung


Jawa Barat. Diakses tanggal 20 November 2013.

Soemarno. 2011. Strategi Peningkatan Rendemen Tebu. Pascasarjana


Universitas Brawijaya. Malang. p. 41-46, 53-59.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung : ALFABETA.

Sundari, et al. 2015. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan


Produksi Usahatani Di Kabupaten Pontianak. Jurnal Social
Economic of Agriculture, Volume 4, Nomor 1, April 2015.

Sutejo, S. 1990. Ilmu Memupuk. Bina Cipta, Jawa Barat.Taiwan: AVRDC


76

Tomia, L.M., dan Pelia, L., (2021) Pengaruh Pupuk Organik Cair
Daun Kelor Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong
Ungu.
Sutedjo, M.M.2008. Pupuk dan Cara Pemupukan.Rineka Cipta.Jakarta. 134
halaman.
77

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Kajian

No URAIAN KEGIATAN Waktu/Pelaksanaan

1 Po Masalah P1
Identifikasi P2 13 Februari
Lapanganl (1 P3 – 17 Februari
(Kontrol) (20%) (35%) (50%)
Minggu) 2023
Po U1 P1 U1 P2 U1 P3 U1
2 Penyusunan Proposal dan seminar 20 Februari – 3 Maret 2023
Po U2 P1 U2 P2 U2 P3 U2
Proposal (2 Minggu)
Po U3 P1 U3 P2 U3 P3 U3
3 Pelaksanaan Kajian Tugas Akhir (12 6 Maret – 26 Mei 2023
Po U4 P1 U4 P2 U4 P3 U4
Minggu)

4 Pelaksanaan Penyuluhan (3 Minggu) 29 Mei – 16 Juni 2023

5 Penyusunan Laporan Tugas Akhir (3 19 Juni – 7 Juli 2023

Minggu)

6 Seminar hasil Tugas Akhir (3 10 Juli – 28 Juli 2023

Minggu)

7 Ujian Komprehensif dan perbaikan 31 Juli – 11 Agustus 2023


laporan (2 Minggu)

Lampiran 2. Denah Perlakuan Pemberian Blotong (Filter Cake)

terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum

Purpureum Cv. Mott)


78

P0 Tanah 1 kg ( tanpa Blotong )

P1 Tanah 1 kg + Blotong 20%

P2 Tanah 1 kg + Blotong 35%

P3 Tanah 1 kg + blotong 50%


79

Lampiran 3. Lembar Persiapan Menyuluh

Judul : Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap


pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum Cv.
Mott).
Tujuan : Menignkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Peternak dengan Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap

pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott)

Metode : Ceramah dan Diskusi

Media : Benda sesungguhnya dan Folder

Waktu : 60 Menit Sasaran : Kelompok Tani Sipakario

Tempat :Desa Ulubalang, Kecamatan Salomekko, Kabupaten Bone,

Provinsi Sulawesi Selatan.

Pokok Uraian Kegiatan


Waktu ( Menit)
Keterangan
Kegiatan

Pendahuluan - Perkenalan 5 Menyampaikan salam

pembuka dan diteruskan

- Menyampaikan dengan obrolan yang


penyuluhan 10
difokuskan pada materi

yang akan disampaikan

menjelaskan kepada

sasaran tentang tujuan

diadakan penyuluhan dan

hasil yang akan dicapai.

Isi / Materi - Pembagian 5 Membagikan lefleat


lefleat yangke pada peternak
80

untuk dibaca Menjelaskan

dan melakukan

demostrasi cara

- Ceramah 30

- Demonsreasi 30
Pengakhiran Penyimpulan materi
- Penutup 5 Penyuluhan

Bone, 06 Juni 2023

Muhammad Yusri Saldi


81

Lampiran 4. Sinopsis Penyuluhan

SINOPSIS

Pemberian Blotong (Filter Cake) Terhadap Pertumbuhan Rumput

Odot (Pennisetum Purpureum Cv mott).

A. Pendahuluan

Pakan hijauan merupakan pondasi pengembangan peternakan

ruminansia guna mendukung ketahanan pangan di Indonesia, karena

perencanaan awal adalah tersedianya pakan hijauan dalam bentuk

hamparan sehingga akan meningkatkan produksi ternak. Salah satu

upaya dalam meningkatkan produktivitas ternak ruminansia adalah

dengan menyediakan hijauan pakan dalam kuantitas dan kualitas yang

cukup sepanjang tahun.

Salah satu hijauan pakan ternak yaitu rumput odot. Rumput odot

(Pennisetum purpureum CV. Mott) salah satu spesies rumput berukuran

kecil yang hampir mirip dengan rumput gajah. Jenis rumput tersebut

banyak disukai para peternak karena mempunyai produktivitas dan

kandungan nutrisi yang cukup tinggi.

Kendala dalam penyediaan pakan hijauaan yang berkualitas dan

berkelanjutan adalah lahan subur atau lahan yang sempit. hal ini karena

telah terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non

pertanian atau pembangunan infrastruktur. Akibatnya kebutuhan pangan

masyarakat dan kebutuhan pakan ternak tidak terpenuhi dengan baik.


82

Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan kebutuhan dan

produktivitas pakan ternak yaitu dengan memanfaatkan limbah dari hasil

industri pabrik gula, Salah satunya yakni Blotong. blotong dapat

dimanfaatkan menjadi pupuk organik bagi pertumbuhan tanaman dan

dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

B. Rumusan Masalah

1. Dengan pemberian Blotong (Filter Cake) dengan dosis yang berbeda

mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum CV. Mott)?

2. Bagaiamana pengetahuan, keterampilan dan sikap peternak

terhadap pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan

rumput odot (Pennisetum Purpureum CV. Mott)?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Blotong (Filter Cake)

terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum CV.

Mott).

2. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan keterampilan peternak

terhadap pemberian Blotong terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum CV. Mott).

3. Manfaat

1. Memberikan informasi kepada peternak mengenai pemberian

Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot

(Pennisetum Purpureum CV. Mott).


83

2. Meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan

peternak mengenai pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap

pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum CV. Mott.

Kegunaan :

Sebagai media tanam bagi tanaman

Bagian Isi :

Blotong adalah limbah pabrik gula yang berbentuk lumpur bewarna

gelap belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Blotong yang

telah dikeringkan dapat digunakan untuk pemupukan tanaman karena

mengandung unsur hara. (Fadjari dkk, 2013). Blotong mempunyai potensi

besar untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah Pada

kenyataanya limbah ini masih terbengkalai dan belum dimanfaat secara

optimal oleh para petani padahal limbah ini bisa digunakan sebagai salah

satu alternatif dalam mengatasi masalah rendahnya produktivitas

tanaman.

Blotong dapat diolah menjadi pupuk organik, sebagai penyubur atau

untuk perbaikan struktur tanah terutama pada lahan kering karena blotong

banyak mengandung bahan penyubur tanah seperti Nitrogen, P2O5, CaO,

humus dan lain-lain. (Halifah, 2014).

Kasmadi (2020) Kandungan P2O5 dan CaO pada blotong yang

sangat tinggi, hal ini menujukkan bahwa pemanfaatan blotong dapat

meningkatkan kandungan unsur hara fosfor, kalium dan kalsium. Serupa

dengan hasil penelitian Campiteli et. al (2018), kandungan fosfor, kalium


84

dan kalsium berturut-turut 1,6%, 0,6% dan 2,7%. Menurut Harjanti (2017)

komposisi humus, N-total, C/N, CaO dan MgO dalam blotong cukup baik

untuk dijadikan bahan pupuk organik, sehingga blotong sangat bagus

untuk meningkatkan komposisi campuran organik dan anorganik pada

pupuk majemuk.

Bagian akhir :

Pemberian Blotong (Filter Cake) terhadap pertumbuhan rumput

odot (Pennisetum Purpureum) memiliki manfaat dalam meningkatkan

tinggi daun, lebar daun, dan jumlah anakan. Maka dari itu saya sangat

menyarankan kepada peternak untuk memanfaatkan Blotong sebagai

pupuk organik pengganti pupuk kimia.


85

Lampiran 5. Kuesioner Penyuluhan

KUESIONER PENYULUHAN

Nama : Muhammad Yusri Saldi

NIRM : 05.03.19.1848

Status : Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Prodi : Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan

Jurusan : Peternakan

Daftar pernyataan ini bertujuan penyuluhan untuk mengetahui

dampak dari hasil kegiatan penyuluhan oleh penyuluh atau dari pihak lain

berdasarkan jawaban dari responden.

Identitas Responden :

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Jenis kelamin :

5. Status perkawinan :

6. Agama :

7. Pendidikan :

8. Pekerjaan tetap :

9. Pengalaman bertani :

10. Jumlah tanggungan :


86

Beri tanda (x) pada pilihan jawaban yang tepat !

A. Skala kognitif atau pengetahuan

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang Blotong ?

a. Blotng adalah Hewan berkaki seribu

b. Blotong adalah limbah pabrik gula yang bersifat padat dan hangat.

c. blotong adalah tanaman

d. Tidak tahu

2. Blotong adalah jenis limbah berbentuk ?

a. Cair

b. Gas

c. Padat

d. Tidak tahu

3. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang kompos ?

a. Bahan yang terkandung didalam kompos mengandung bahan

anorganik.

b. bahan-bahan organik yang kemudian dipercepat oleh beberapa

jenis bakteri atau mikroba dalam kondisi tertentu. 

c. Tidak mengandung keduanya

d. Tidak tahu

4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Manfaat kompos ?

a. Menambah nutrisi tanah dan meningkatkan kualitas tanaman.

b. Menurunkan kualitas dan struktur tanah.

c. Membunuh Mikroorganisme dalam tanah.


87

d. Menghambat pertumbuhan tanaman.

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui warna dari Blotong?

a. Putih

b. Coklat

c. Hitam

d. Tidak tahu

B. Skala Afektif atau Sikap

1. Apakah Bapak/ Ibu setuju jika blotong mudah didapatkan?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

2. Apakah Bapak/ Ibu setuju jika pembuatan kompos blotong mudah

dibuat?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

3. Apakah Bapak/ Ibu setuju menggunakan blotong sebagai kompos

untuk pengaplikasian ketanaman ?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju
88

d. Tidak setuju

4. Apakah Bapak/ Ibu setuju jika blotong dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju

5. Apakah Bapak/ Ibu setuju pemberian blotong dapat mengurangi

biaya pupuk tanaman?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju

d. Tidak setuju
89

Lampiran 6. Daftar Hadir Penyuluhan


90

Lampiran 7. Hasil Analistik SPSS

Descriptives
95% Confidence
Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound
Tinggidau P0 4 20,5000 1,24164 ,62082 18,5243
n P1 4 28,2500 ,35355 ,17678 27,6874
P2 4 33,4375 ,87500 ,43750 32,0452
P3 4 39,2500 ,95743 ,47871 37,7265
Total 16 30,3594 7,16820 1,79205 26,5397
Lebardaun P0 4 1,5925 ,02500 ,01250 1,5527
P1 4 1,8450 ,01000 ,00500 1,8291
P2 4 1,9225 ,01500 ,00750 1,8986
P3 4 2,1225 ,01500 ,00750 2,0986
Total 16 1,8706 ,19665 ,04916 1,7658
Jumlahan P0 4 2,3125 ,31458 ,15729 1,8119
akan P1 4 2,8750 ,14434 ,07217 2,6453
P2 4 2,9375 ,12500 ,06250 2,7386
P3 4 3,5000 ,20412 ,10206 3,1752
Total 16 2,9063 ,47324 ,11831 2,6541

Descriptives
95% Confidence Interval
for Mean
Upper Bound Minimum Maximum
Tinggidaun P0 22,4757 18,75 21,50
P1 28,8126 28,00 28,75
P2 34,8298 32,50 34,50
P3 40,7735 38,00 40,00
Total 34,1790 18,75 40,00
Lebardaun P0 1,6323 1,58 1,63
P1 1,8609 1,83 1,85
P2 1,9464 1,90 1,93
P3 2,1464 2,10 2,13
Total 1,9754 1,58 2,13
91

Jumlahanakan P0 2,8131 2,00 2,75


P1 3,1047 2,75 3,00
P2 3,1364 2,75 3,00
P3 3,8248 3,25 3,75
Total 3,1584 2,00 3,75

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Tinggidaun Between Groups 760,699 3 253,566 302,860 ,000
Within Groups 10,047 12 ,837

Total 770,746 15

Lebardaun Between Groups ,577 3 ,192 654,262 ,000


Within Groups ,004 12 ,000

Total ,580 15

Jumlahana Between Groups 2,828 3 ,943 21,294 ,000


kan Within Groups ,531 12 ,044

Total 3,359 15

Tinggi daun
Duncana
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4
P0 4 20,5000

P1 4 28,2500

P2 4 33,4375

P3 4 39,2500

Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


92

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Lebar daun
Duncan a

Subset for alpha = 0.05


perlakuan N 1 2 3 4
P0 4 1,5925

P1 4 1,8450

P2 4 1,9225

P3 4 2,1225

Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Jumlah anakan
Duncan a

Subset for alpha = 0.05


perlakuan N 1 2 3
P0 4 2,3125

P1 4 2,8750

P2 4 2,9375

P3 4 3,5000

Sig. 1,000 ,682 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
93

Lampiran 8. Data Hasil Evaluasi Tingkat Pengetahuan

NO NAMA PENGETAHUAN AWAL JU PENGETAHUAN AKHIR JU


ML ML
1 2 3 4 5 AH 1 2 3 4 5 AH

1 JUMRIATI 1 2 1 1 2 7 3 3 3 3 3 15
2 MARLINA 2 2 2 2 2 10 4 4 4 4 3 19
3 SISKA 1 2 2 1 1 7 3 3 3 3 4 16
4 ROSITA 2 1 1 2 2 8 3 4 4 4 3 18
5 INTANG 2 1 2 1 1 7 4 3 3 3 4 17
6 HJ.MUNA 3 1 1 2 2 9 4 3 4 4 3 18
7 SEKAR 2 1 2 1 2 8 3 4 3 3 4 17
8 NURBAYA 1 1 1 2 2 7 3 3 4 4 3 17
9 SITTI SALEHA 2 1 2 2 2 9 4 4 3 3 4 18
10 ANITA 1 1 1 1 1 5 4 3 4 3 3 17
11 BUDAYA 2 2 2 2 2 10 3 4 3 4 4 18
12 MAEMUNAH 2 1 1 1 1 6 3 3 4 3 3 16
13 AISYA 1 2 2 2 2 9 3 4 3 4 4 18
14 JUNARTI 2 1 1 1 1 6 4 3 4 3 3 17
15 YAYA 1 2 2 2 2 9 3 4 3 4 4 18
16 SALMIA 2 1 1 1 1 6 3 3 4 4 3 17
17 MARNI 1 2 2 2 2 9 4 4 3 3 4 18
18 SOPIYA 2 2 2 1 1 8 4 3 4 3 3 17
19 MUNIRA 1 1 2 2 2 8 4 4 3 4 4 19
20 SIDAR 2 2 2 1 1 8 3 4 4 4 3 18
21 SURI 2 1 1 2 2 8 4 3 3 4 4 18
22 SARINA 1 1 1 1 2 6 3 4 4 4 3 18
23 ANTI 2 2 2 2 1 9 3 3 3 3 4 18
24 JAMILAH 2 2 2 1 2 9 3 4 4 3 3 17

Lampiran 9. Data Hasil Evaluasi Tingkat Sikap


94

NO NAMA PENGETAHUAN AWAL JU PENGETAHUAN AKHIR JU


ML ML
1 2 3 4 5 AH 1 2 3 4 5 AH

1 JUMRIATI 2 1 2 1 2 8 3 3 4 4 3 17
2 MARLINA 2 2 2 1 1 8 4 4 4 3 3 18
3 SISKA 2 2 1 2 2 9 3 3 4 4 4 18
4 ROSITA 1 1 2 2 1 7 2 3 3 4 3 15
5 INTANG 2 2 1 1 1 7 3 3 3 3 4 16
6 HJ.MUNA 1 1 2 1 1 6 3 4 4 4 3 18
7 SEKAR 2 2 1 1 2 8 4 3 3 3 3 16
8 NURBAYA 2 2 2 2 1 9 3 4 4 4 3 18
9 SITTI SALEHA 1 1 2 1 2 7 4 3 3 3 4 17
10 ANITA 2 2 2 2 2 10 3 4 3 4 4 18
11 BUDAYA 2 2 2 1 1 8 4 3 3 3 3 16
12 MAEMUNAH 1 2 1 2 2 8 3 4 4 4 3 18
13 AISYA 2 1 2 2 1 8 4 3 4 3 3 17
14 JUNARTI 1 1 2 1 1 6 3 4 3 4 4 18
15 YAYA 3 2 1 1 1 8 4 3 4 3 3 17
16 SALMIA 2 2 2 2 1 9 4 3 3 4 4 18
17 MARNI 2 2 1 2 2 9 3 3 4 3 4 17
18 SOPIYA 1 1 2 1 2 7 3 4 3 4 3 17
19 MUNIRA 2 1 1 2 1 7 4 4 4 4 4 20
20 SIDAR 1 2 2 1 2 8 3 3 3 4 3 16
21 SURI 2 1 1 2 1 7 3 3 4 3 2 15
22 SARINA 1 2 2 1 2 8 3 3 4 4 3 17
23 ANTI 2 1 2 2 1 8 4 4 3 3 4 18
24 JAMILAH 1 1 1 2 2 7 4 3 3 3 3 16
95

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian dan Penyuluhan

Gambar 8. Persiapan media tanam

Gambar 9. Penanaman

Gambar 10. Pengukuran tinggi daun


96

Gambar 11. Pengukuran lebar daun

Gambar 12. Dokumtasi jumlah anakan

Gambar 13. Penyuluhan


97

RIWAYAT HIDUP

MUHAMMAD YUSRI SALDI Lahir di Sengkang,

03 Agustus 2001. Anak pertama dari dua

bersaudara dari pasangan Ayahanda Tercinta

RAMLI dan Ibunda Tersayang KASMAWATI

BUKRA. Pendidikan yang tempuh penulis

adalah Sekolah Dasar di SD Inpres 3/77 Arasoe

dan lulus pada tahun 2013, Selanjutnya

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2

Pammana dan lulus pada tahun 2016, dan melanjutkan jenjang

pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA NEGERI 18 Bone mengambil

jurusan IPA dan lulus pada tahun 2019, Kemudian pada tahun 2019

penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Diploma

IV di Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Gowa dan

mengambil Jurusan Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan.

Selama menempuh pendidikan di POLBANGTAN GOWA Penulis

aktif sebagai anggota komisi pengawasan Badan Perwakilan Mahasiswa

(BPM) Periode 2019-2020. Selanjutnya bergabung dalam Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) Peternakan Periode 96 2022-2023. Penulis

juga mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 di Kabupaten

Takalar Tahun 2021, selanjutnya Praktik Kerja Lapangan (PKL) 2 di

Kabupaten Maros tahun 2022.


98

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Peternakan, Penulis

menyelesaikan Tugas Akhir dengan Judul “Pemberian Blotong (Filter

Cake) terhadap pertumbuhan rumput odot (Pennisetum Purpureum Cv

Mott).” dibawah bimbingan Bapak Drs. Aminuddin Saade, M. Si dan

Bapak Muhammad Yunus, S.ST.,M.Si

Anda mungkin juga menyukai