Buku Investasi ESDM Indonesia FINAL-1
Buku Investasi ESDM Indonesia FINAL-1
Sektor ESDM
Buku
Peluang Investasi Sektor ESDM
Sambutan
SAMBUTAN MENTERI
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengelola komoditas minyak dan
gas bumi, batubara dan mineral memiliki peran penting dalam pembangunan dan
perekonomian nasional, yaitu antara lain sebagai penjamin sumber pasokan energi
dan bahan baku bagi pengembangan industri dalam negeri, dan menjadi sumber
SAMBUTAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
penerimaan
Negara.
Pengembangan sektor ini tidak saja membutuhkan metode pengelolaan yang tepat, tetapi juga
memerlukan modal yang besar untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sebagai negara yang
dianugerahi sumber kekayaan alam yang melimpah, Indonesia mempunyai potensi besar menjadi
tujuan investasi yang menarik bagi calon investor.
Informasi mengenai kondisi sektor Energi dan Sumber Daya Mineral di Indonesia seperti potensi
sumber daya energi dan mineral, peraturan perundang-undangan yang mendukung dan situasi
yang kondusif dalam berusaha, sangat dibutuhkan bagi para investor untuk menanamkan modalnya
di Indonesia. Oleh karena itu, Buku Peluang Investasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral ini
saya anggap penting sebagai panduan awal bagi para calon investor untuk berusaha di sektor
Energi dan Sumber Daya Mineral. Buku ini menyajikan secara lengkap peluang investasi sektor
Energi dan Sumber Daya Mineral di Indonesia, termasuk data penting yang digambarkan dalam
tabel-tabel guna memudahkan investor.
Akhirnya, semoga Buku Peluang Investasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral ini dapat
memberikan informasi yang jelas bagi para calon investor dan menjadi langkah awal dalam usaha
pengembangan industri di sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.
DAFTAR
ISI
Halaman
Sambutan ...............................................................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................................................
3
5
Peluang Investasi
Pendahuluan .......................................................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
1.2 Cakupan Komoditas ..........................................................................................................
1.3 Landasan Hukum ...................................................................................................
1.4 Kegiatan Usaha Hulu Migas ........................................................................................
1.5 Kegiatan Usaha Hilir Migas .........................................................................................
1.6 Usaha Penunjang Migas (Non-Core Business) ...........................................................
11
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
40
41
42
43
44
45
DAFTAR
ISI
Halaman
Peluang Investasi
48
48
49
52
55
56
61
65
66
66
67
69
73
73
80
81
84
Peluang Investasi
103
103
104
107
107
112
116
119
120
120
128
134
135
135
138
DAFTAR
ISI
Halaman
Peluang Investasi
143
143
151
154
154
169
3. The Clean Energy Initiative : Reducing Emission From Fossil Fuel Burning (Reff-Burn) .....
171
4. Peluang dan Tantangan Investasi Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi .......
4.1 Peluang Investasi Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi ..............................
4.2 Tantangan Investasi Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi ...........................
4.3 Program Pengembangan Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi .................
173
173
183
190
216
216
219
229
237
223
ID
RAL
NE
MI
E N ERG
AN
SUM B R DAYA
E
Peluang Investasi
Sub Sektor Migas
10
Pendahuluan
Latar Belakang
Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber
negeri,
namun
juga
merupakan
andalan
migas.
Panas Bumi
1.32%
Tenaga Air
3.11%
Gas Alam
28.57%
Minyak Bumi
20%
Gas
30%
2025
2006
Batubara
15.34%
EBT
17%
Panas Bumi 5%
Biomasa, Nuklir,
Tenaga Air, Energi Matahari,
Tenaga Angin 5%
Batubara
33%
Batubara Cair 2%
Minyak Bumi
51.66%
11
Cakupan Komoditas
Minyak Bumi
olahan.
Gas Bumi
12
Landasan Hukum
(1966 1976)
Generasi I
(1976 1988)
Generasi II
(1988 2001)
Generasi III
Kontrak Karya
(1960 1966)
Gambar 1.2. Perubahan Kebijakan dan Bentuk Kontrak Kerja Sama Migas Indonesia
UU Migas
Peraturan Pemerintah
Undang-undang
No.
22
Tahun
2001
PP Hulu
PP Hulu No. 35
pelaksanaan
dan
pengawasan
Kegiatan
kemudian
pemerintah
membentuk
Badan
dan
bahan
bakar
PP Hilir No. 36
mengatur pelaksanaan
dan pengawasan Kegiatan
Usaha Hilir Migas
yang
kontrak kerjasama.
berdasarkan prinsip
pendistribusian
mengatur pelaksanaan
dan pengawasan Kegiatan
Usaha Hulu .
13
INDUSTRI MIGAS
Usaha Inti
Usaha Hulu :
(pasal 1 angka 7
UU Migas No. 22/2001)
Usaha Hilir :
(pasal 1 angka 10
UU Migas No. 22/2001)
- Eksplorasi
- Eksploitasi
- Pengolahan
- Pengangkutan
- Penyimpanan
- Niaga
Industri Penunjang
Jasa Penunjang
Industri Material
dan Pabrikasi
Peralatan Migas
Jasa
Konstruksi
Jasa Non
Konstruksi
- Industri Material
- Industri Peralatan
- Industri Pemanfaatan
Migas
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pengawasan
- Survei Seismik
- Survei Non Seismik
- Geologi dan Geofisika
- Pemboran
- Operasi Sumur Pemboran
- Pekerjaan Bawah Air
- Pengelolaan Bahan Peledak,
Radioaktif, dan Bahan Berbahaya
- Offshore Base Logistic
- Pengoperasian dan Pemeliharaan
- Inspeksi Teknis
- Pengujian Teknis
- Dekommissioning
- Penelitian dan Pengembangan
- Pendidikan dan Pelatihan
- Pengelolaan Linmbah Pemboran
dan Produksi
- Jasa Lainnya
atas.
BU/BUT KKS
Eksplorasi
- Survei Umum
- Studi G & G
- Sertifikasi Cadangan
- Pengumpulan Data
- Exclusive Survey
- POD
- Implementasi POD
- Sumber Data
- Pemboran Sumur
- Pengembangan Teknologi
- Joint Study
- Discoveries
- Pemboran Pengembangan
- Bentuk KKS
- Penilaian Cadangan
- Facility Maintenance
- Penilaian
mengenai
kondisi
geologi
untuk
14
INDUSTRI
PIPELINE
IMPOR M. MENTAH
PIPELINE
LADANG MINYAK
INSTALASI/
DEPOT
T. TRANSIT
KILANG
PENGOLAHAN
PENGANGKUTAN
OIL BARGE
PENYIMPANAN
SPBU
NIAGA
berbagai
jenis
BBM
dan
produk-produk
a. Pengolahan
Pengolahan adalah kegiatan memurnikan,
memperoleh
bagian-bagian,
mempertinggi
minyak
mentah
dilakukan
Gas
LPG
Naphta
Bensin
Bahan Kimia
Bensin
Kerosene
Minyak Diesel
Bahan Pelumas
Minyak Bakar
Minyak Bakar
Residu
15
pengangkutan
adalah
yaitu suatu kegiatan usaha pembelian, penjualan, ekspor dan impor Bahan Bakar Minyak
penyimpanan
adalah
pungan,
dan
pengeluaran
Minyak
Bumi
d. Niaga
TRUK
PIPA
16
Tubing
Migas. Pada Jasa Konstruksi Migas terdiri dari Jasa Perencanaan (design engineering), Pelaksanaan (EPC, Instalasi dan
Komisioning) dan Pengawasan Konstruksi. Sedangkan Jasa
Non-Konstruksi Migas adalah usaha jasa layanan pekerjaan
selain jasa kontruksi dalam menunjang kegiatan migas seperti
: survei seismik & non seismik, pemboran, inspeksi dan jasa
lainnya.
Industri Penunjang
Adalah kegiatan usaha industri yang menghasilkan barang,
Casing
Bahan Kimia
dan
rancang
bangun
dalam
negeri
secara
Wellhead
Konstruksi Platform
17
Tinjauan Kondisi
Migas Nasional
tahapan yaitu tahap pra KKS (kontrak kerja sama), KKS, dan
baru.
PRA KKS
KKS
PASCA KKS
DITJEN MIGAS
PERUSAHAAN SURVEI
DITJEN MIGAS
BU/BUT (KONTRAKTOR)
BP MIGAS
18
DITJEN MIGAS
kandungan
hidrokarbon.
Kondisi
di
atas
MATURE
SEMI MATURE
FRONTIER
1. Sibolga Basin
1. Bengkulu Basin
3. Pati Basin
4. Sunda Basin
4. Asem-Asem Basin
4. Ketungau Basin
5. Timor Basin
6. Bone Basin
7. Lariang Basin
8. Sula Basin
9. Barito Basin
9. Biak Basin
19
Indonesia Barat
Indonesia Timur
Sumatera Utara
Seram
Sumatera Tengah
Salawati
Sumatera Selatan
Bintuni
Sunda
Bone
Sub Total
Sudah Dibor Belum Produksi
11
Banggai
Natuna Timur
Sula
Bengkulu
Blak
Pati
Timor
Sub Total
Sudah Dibor
Sibolga
Biliton
Akimegah
Sahul
Jawa Selatan
Buton
Sawu
Melawai
Manui
Spermonde
Asem-asem
Makasar Selatan
Waipoga
Missol
Lairing
Palung Aru
Sub Total
Belum Dieksplorasi
4
Lombok Bali
Sula Selatan
Ketungau
Flores
Buru
Gorontalo
Buru Barat
Salabangka
Halmahera Utara
Weber Barat
Halmahera Timur
Halmahera Selatan
Halmahera Selatan
Weber
Obi Utara
Waropen
Obi Selatan
Tiukang Besi
Seram Selatan
Tanimbar
Jayapura
Sub Total
TOTAL
20
11
Pambuang
20
21
39
PP:CBM-1
Rambutan
(GOI Sponsor)
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Legend:
Partisipasi Pemerintah
PP
Pilot Project
Evaluasi Proyek
Produksi CBM
21
Tabel 2.2 Sumber Daya dan Cadangan Minyak dan Gas Bumi
Energi Fosil
Sumber Daya
Cadangan
Produksi
Minyak Bumi
22
Gas Bumi
594,43 TSCF
157,14 TSCF
2,90 TSCF
54
CBM
453 TSCF
22
Rasio C/P
23
= 7.764 MMSTB
= 108.4 TSCF
TOTAL
5.74
1.28
111.89
TSCF
MMSTB
SUMATERA UTARA
NAD
127.21
= 157.14 TSCF
PROVEN
TOTAL
PROVINSI
12A
= 4,230 MMSTB
PROVEN
8.56
3.790
SUMATERA TENGAH
17.90
909.80
51.46
383.35
NATUNA
3.70
556.62
6.40
1,022,35
Gambar 2.5 Cadangan Minyak dan Gas Bumi Indonesia Tahun 2010
SUMATERA SELATAN
18.33
670.00
KALIMANTAN
JAWA TIMUR
JAWA BARAT
Untuk Gas Bumi total cadangan Gas Bumi Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 159,63 TSCF,
4.23
49.78
SULAWESI
15.22
48.07
MALUKU
24.32
94.93
PAPUA
Aktivitas Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi meliputi survey seismik dan
pemboran eksplorasi yang dilakukan di wilayah kerja yang
sudah berproduksi maupun belum berproduksi, dalam
50,000
40,000
Survey Seismik
30,000
20,000
10,000
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Rencana
17,776
15,786
22,393
30,789
42,646
28,760
Realisasi
12,209
10,392
9,389
23,364
31,656
27,242
kontraktor
dengan
tujuan
untuk
mendapatkan
20,000
10,000
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Rencana
5,010
5,390
16,446
17,789
8,714
9,642
Realisasi
4,532
2,374
4,835
15,136
6,977
7,865
160
140
120
100
80
60
40
ditemukan
sumberdaya
kontingensi
20
0
1,469 BCFG).
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Rencana
79
117
111
145
84
126
Realisasi
54
82
73
70
75
90
Discovery
22
40
39
34
35
27
41
49
53
49
47
30
24
965.000 bpd
ditetapkan sebanyak
7.758 mmscfd
untuk
pencapaian
produksi
diantaranya
MBOPD
1500
persetujuan
1000
0 2000
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
1,094.4
1,062.1
1,005.6
954.4
976.8
948.8
944.9
Oil
965.8
934.8
883.0
836.0
853.8
826.5
823.7
128.6
127.3
122.6
118.4
123.0
122.3
121.2
Cond
141.4
2001
131.9
2002
131.8
2003
133.8
MMSCFD
9000
6000
3000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Total
7,927
7,690
8,318
8,644
8,278
8,179
8,093
7,686
7,883
8,302
9,336
Utilitation
7,471
7,188
7,890
8,237
7,909
7,885
7,785
7,418
7,573
7,816
8,829
Losses
456
502
428
407
369
294
308
268
310
486
507
25
2010
50
50
Industri
40
40
Bensin 88
30
30
Minyak Tanah
Transportasi
20
20
Solar
10
10
IDO + FO
Avgas + Avtur
Rumah Tangga
0
2002
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
dan
membaiknya
pertumbuhan
ekonominya,
wilayah
Jawa-Bali
masih
Timur.
Penyediaan
BBM
dalam
negeri
26
2009
2010
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
PENGOLAHAN
TRANSPORTASI
PENYIMPANAN
NIAGA
PEMANFAATAN
C
BBG
IMPOR LPG
LNG
GAS
RT
RG
BBG
LPG
BBG
C
S
St
CNG
St
BBG
St
BBM
St
BBM
EKSPOR GAS
EKSPOR MINYAK
C
S
C
S
IMPOR MINYAK
MIXING
IMPOR BBM
PROSES DAN
BAHAN BAKU
DARI SEKTOR LAIN
Separator
R Kilang
RT
Receiving Terminal
C Konsumen
Pipa
Tangki
RG
Regasifikasi
St Stasiun
100% BBN
C
>10%-<100% BBN
BBL
C
St
BBL
27
2005
2006
2007
2008
2009
PUPUK
PET. KIMIA
LPG
PLN
PEMAKAIAN SENDIRI
KILANG
KONDENSASI
PGN
INDUSTRI LAIN
SUSUT + FLARE
2010
PERTAMINA
1.045 BSCFD
TOTAL PRODUKSI
9.336 BSCFD
KPS
8.291 BSCFD
PLN
7.9%
737.0 MMSCFD
LPG 0.6 %
57.2 MMSCFD
KONDENSAT 0.2 %
15.2 MMSCFD
PGN
8.4 %
787.6 MMSCFD
PETROKIMIA 1.0 %
92.4 MMSCFD
INDUSTRI LAIN
5.6 %
519.8 MMSCFD
PEMAKAIAN SENDIRI
11.2 %
1,041.7 MMSCFD
KILANG 0.8 %
78.1 MMSCFD
PUPUK
6.6 %
618.5 MMSCFD
GAS PIPA
9.6 %
803.4 MMSCFD
DOMESTIK
48.3 %
4,508,7 MMSCFD
EKSPOR
51.7 %
9,335.9 MMSCFD
28
SUSUT +FLARE
5.4 %
506.6 MMSCFD
29
UP II Dumai
PT. PATRA SK
UP VI Balongan
PT. TPPI
UP V Balikpapan
Pacific Ocean
UP II Sungai Pakning
UP III Plaju
UP IV Cilacap
PUSDIKLAT CEPU
30
UP VII Kasim
Kilang LPG
Untuk produksi LPG tahun 2010 diperkirakan adalah
LNG dalam negeri saat ini dipenuhi oleh 3 kilang LNG yaitu
20,92 juta ton. Berikut adalah grafik produksi LNG lima tahun
terakhir.
BADAN USAHA
LOKASI
TON/HARI
MMTPA
Dumai
Musi
Cilacap
Balikpapan
Balongan
185
360
630
250
1500
0.068
0.131
0.230
0.091
0.548
Mundu
Tugu Barat
Kaji
Prabumulih
Langkat
Lembak
Tambun
Gresik
Cilamaya
Cemara
100
18
200
200
46.57
125
150
160
120
102.3
0.037
0.007
0.073
0.073
0.017
0.046
0.055
0.058
0.044
0.037
Bontang
T. Santan
Arar
Jabung
Belanak
Ujung Pangkah
2,740
247
38
1,315
1,151
247
1.000
0.090
0.014
0.480
0.420
0.090
9,884
3.608
BADAN USAHA
PT. Arun
PT. Badak
BP Tangguh
LOKASI
NAD
Bontang
Tangguh
TON/HARI
MMTPA
35,197.83
59,274.78
20,817.39
12.85
21.64
7.6
115,290
42.09
31
UPMS I
848,214 KL
Kalbar
7,000 KL
UPMS VI
236,368 KL
Kaltim
9,073 KL
UPMS VII
224,140 KL
UPMS VIII
282,544 KL
Sumut
32,815 KL
UPMS II
205,509 KL
Jakarta
dan Banten
458,198 KL
UPMS III
1,235,850 KL
Jawa Tengah
2,000 KL
Jawa Timur
75,471 KL
UPMS IV
467,470 KL
UPMS V
660,575 KL
Niaga
wilayah.
Se
-
sepanjang tidak ada transaksi usaha pada rangakaian kegiatan usaha niaganya.
32
Peluang
Investasi Migas
Migas Indonesia.
33
Eksplorasi Blok
225 KKKS
Ditinjau
dari
rasio
penemuan
20 buah
eksplorasi,
termasuk
deliniasi
rata-rata mencapai 38%, sedangkan keberhasilan untuk sumur taruhan (wild cat) rata-rata
lebih tinggi dari 10%.
Sebagian besar lokasi cekungan yang
menarik untuk pengembangan blok baru
tersebut terletak di kawasan Timur Indonesia
dan berlokasi di offshore. Diantara lokasi
cekungan sedimen tersebut adalah di sekitar
pulau Sulawesi Offshore, Nusa Tenggara
Offshore, Halmahera dan Maluku, serta Papua
Offshore. Disamping rasio penemuan yang
kompetitif, biaya penemuan (Finding ) Cost
untuk cekungan di kawasan yang sebagian
besar berlokasi di offshore, juga relatif lebih
rendah dibandingkan dengan wilayah lain di
Asia Tenggara.
5)
6)
7)
BaritoBanjarI
BaritoBanjarII
SangattaI
OganKomering
9)
SangattaII
10) Tabulako
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
TanjungEnim
OganKomeringII
PulangPisau
BaritoTapin
Kotabu
34
Batangasin
Muara Enim
Rengat
Sanga-Sanga
Barito
memacu
lapangan
peningkatan
produksi
meningkatkan
perolehan
minyak
pada
Lapangan Marginal
Lapangan Frontier
berupa
pemberian
tambahan
35
Minyak
(mature
Bumi
field)
di
lapangan-lapangan
mengingat
terms
tua
and
tidak
berkewajiban
untuk
menyampaikan
diwajibkan
melaksanakan
survei
tentang
Pedoman
Pengusahaan
Pertam
-
me
-
investasi
yang
lebih
rendah
dan
36
Pengusahaan CBM
Wilayah Kerja Gas Metana Batubara/
Coal
match).
Kerja
Gas
Metana
Batubara
berasal dari :
1. Wilayah Terbuka Gas Metana Batubara
Deepseaice Drill Rig, Bintumi
(sepenuhnya)
2. Wilayah Kerja yang tersedia (tidak ada
peminat/pemenang pada proses tender
sebelumnya)
3. Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi
4. Wilayah Pertambangan Batubara
(PKP2B/KP Batubara)
5. Wilayah Tumpang Tindih antara Wilayah
Kerja Minyak dan Gas Bumi dan Wilayah
Kerja Pertambangan Batubara.
Berdasarkan Permen ESDM No. 036 Tahun
2008 Kontraktor Migas yang telah memenuhi
komitmen pasti 3 tahun pertama masa eksplorasi di Wilayah Kerja Migas dan Kontraktor
PKP2B/Pemegang KP Batubara yang telah
melakukan
kegiatan
eksploitasi
batubara
37
BANTEN I
KAPASITAS: 150 MBSD
BALONGAN II
KAPASITAS: 200 MBSD
TUBAN
KAPASITAS: 200 MBSD
Nama Proyek
Kapasitas (MBSD)
Tahun Operasi
150
2014
Balongan Refinery II
200
2016
Tuban Jatim
200
2015
adanya
pembangunan
kilang
beberapa
rencana
pembangunan
Kilang
Minyak
ini
diluncurkan
oleh
ke
depan
dapat
diproyeksikan
BBM,
mengingat
38
Tahun
(MBSD)
Operasi
20
2013
14,5
2013
Up to 200
2014
40
2015
Volume (bbl/hari)
2,100,000
1,800,000
1,500,000
1,200,000
900,000
600,000
Kapasitas
Nama Proyek
300,000
0
2000
Konsumsi
2005
2010
Produksi DN
2015
Suplai BBM
2020
BBN
MPTA
7000
12,000
Production
6000
POTENTIAL DOMESTIC
POTENTIAL EXPORT
10,000
Import
5000
POTENTIAL DOMESTIC
8,000
4000
3000
COMMITED DOMESTIC
6,000
4,000
2000
CONTRACTED EXPORT
2,000
1000
0
2005
2010
2015
2020
Kilang LPG
Sejak diberlakukannya UU Migas, kesempatan berbisnis
CONTRACTED DOMESTIC
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Kilang LNG
Kilang LNG sekarang ini ada tiga lokasi, yaitu Arun,
Bontang
dan
Tangguh.
Dikarenakan
kebutuhan
dan
gas. Kilang LPG yang berbahan baku gas bumi ada yang
mengikuti pola hulu atau pola hilir. Untuk kilang LPG pola hulu
mengikuti pola hulu dan ada pula yang mengikuti pola hilir.
Yang termasuk kilang LNG pola hulu adalah kilang PT Arun (di
akan meningkat tajam, dari kisaran 1,2 juta MT/th menjadi 5,6
pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 ada penambahan 131
39
yang
aman
dan
mampu
Terlebih mengingat
juga terbuka.
disesuaikan
dengan
tingkat
konsumsi
40
Peluang Investasi
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
5.867,62
8.167,00
8.523,90
10.737,00
12.096,00
11.344,71
12.454,48
Produksi
3.799,49
5.298,38
5.405,50
6.954,46
7.374,22
6.895,98
7.195,44
Pengembangan
1.400,50
1.893,15
2.069,43
2.318,15
2.819,99
2.880,92
2.924,14
667,64
975,46
1.048,97
1.464,39
1.901,79
1.567,81
2.334,90
Eksplorasi
NO
dengan
usaha-usaha
KAPASITAS &
INVESTASI (US$ JUTA)
PROYEK
Produksi Minyak dan Gas
Bumi
pencarian
2 Kilang minyak
pelayanan
melalui
pengem
-
3 Tangki BBM
6 Kilang LPG
Untuk
Jasa
Konstruksi
terutama
9 Kilang LNG
11 Pipa Distribusi
sektor hulu.
13 CNG (Mother Station)
MBOPD (Minyak)
MMSCFD (Gas)
Investasi
(BUMN)
Investasi
(SWASTA)
Unit/Lokasi
Barel/hari
Investasi
(BUMN)
Investasi
(SWASTA)
Unit/Lokasi
KL
Investasi
(SWASTA)
Unit/Lokasi
(Ton/hari)
Investasi
(APBN)
Investasi
(BUMN)
Investasi
(SWASTA)
Unit/Lokasi
(Ton/tahun)
(BPD)
(Ton/hari)
Investasi (SWASTA)
Unit/Lokasi
(MMSCFD)
Investasi (BUMN)
Investasi
(SWASTA)
Unit
(MMSCFD)
Investasi
(BUMN)
Ruas
Km
Investasi
Unit/Lokasi
Km
Investasi (BUMN)
Investasi (SWASTA)
Unit/Lokasi
SR
Investasi
(APBN)
Unit/Lokasi
MMSCFD
Investasi
(SWASTA)
Unit/Lokasi
M.Ton/Hari
Investasi
(SWASTA)
Kota
Unit
Investasi
(APBN)
TAHUN
2011
970
8.915
2012
TOTAL
2013
990
8.926
2014
1
8.646
1.01
9.144
4.935
44.552
402
106
1.427
2.449
2.915
0
3.92
0
3.97
1
62
1.438
5.93
1
150
0
19.605
3
337
1.859
2 lokasi
35
10,16
2 kilang
650
3 kilang
868
13,44
13,44
13,44
4 kilang
1.268
40,32
4.4
4.4
188
188
95,61
28,72
187,86
1
800
148,03
3 lokasi
774
182
348,2
1 lokasi
400
555
800
3
54
199,67
5
1.674
387
1601,7
1 lokasi
500
204
698,5
1
335
2.809
1
335
2.809
2
85
48
2 Lokasi
60
100
160,95
4
16
29,6
1
200
135
1 lokasi
218,8
100
129,78
4
16
27,4
2
516
499
-
2
675
389
-
86,96
4
16
29,6
65,22
4
16
31,7
7
1.476
1.071
9
472
300
588,26
20
80
143,9
1 lokasi
1
8,69
1 lokasi
1
1,61
1
1
1,61
1
2
3,18
5
5
20,58
1
5
1,5
1
7
10,83
1
7
12,28
1
7
15,81
3
21
38,92
41
Rencana Induk
Pipa Transmisi/Distribusi
Gambar 3.8 Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional
Peluang investasi di bidang penyediaan
adalah
Ketersediaan
jaringan
pipa
gas.
Pulau
Sumatera
1.661,3
843
Jawa
1.654
1.244,15
1.975
302
854
100
Kalimantan
Sulawesi
Natuna Timur
Total
42
1.414
244
7.558,3
2.773,15
4
5
Prosedur
dan Tata
Tata Cara
Cara
Prosedur dan
Investasi Migas
Migas
dipenuhi.
Daftar perizinan yang bisa dilayani pada Ruang Investasi
Pembinaan Program :
antara lain :
Hulu
Asing (RPTKA)
- Rekomendasi untuk ijin mempekerjakan Tenaga Kerja
Asing (IMTA)
- Rekomendasi Rencana Impor dan penyelesaian Barang
yang dipergunakan untuk Operasi Kegiatan Hulu Migas.
43
DIRECT PROPOSAL
INVESTORS PROPOSAL
EVALUATION OF REGIONAL
GEOLOGY DATA
DATA OF SPECULATIVE SURVEY
MARKET DEMAND
NEW DISCOVERY
EVALUATION BY COMMITTEE
DESIGNING BLOCKS :
JOINT STUDY
(MIGAS + INVESTOR)
COORPERATION CONTRACT
BID DOCUMENTS
ANNOUNCEMENT / TENDER
120 days : Regular Tender
45 days : Direct Proposal
Gambar 4.1 Prosedur Penawaran Wilayah Kerja Migas dan Gas Metana Batubara
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber
dilakukan melalui:
dilakukan.
Sedangkan
evaluasi
bersama
(joint
evaluation)
44
BADAN USAHA
MENTERI
ESDM
IJIN
SEMENTARA
FASILITAS DAN
INFRASTRUKTUR
IJIN
PERMANEN
Persyaratan teknis :
feasibility Study);
Persyaratan administrasi :
lainnya;
Surat
masyarakat setempat;
Kelayakan
Penggunaan
Peralatan
Migas.
lokasi
untuk
pembangunan
45
46
ID
RAL
NE
MI
E N ERG
AN
SUM B R DAYA
E
PELUANG INVESTASI
SUB SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN
1
1.1.
PENDAHULUAN
atar Belakang
48
1.2.
andasan
Hukum
49
Landasan Hukum
ini dibentuk berdasarkan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara yang sentralistrik dengan
menitikberatkan kewenangan dan tanggung
jawab penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik
pada Pemerintah Pusat. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini penyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik dilaksanakan berdasarkan rencana
umum ketenagalistrikan nasional (RUKN).
2.
3.
2.
50
7.
51
1.3.
ukungan Kebijakan
52
E.
53
Dukungan Kebijakan
Pemegang IUKU terintegrasi berlaku sebagai pembeli
listrik dari pembangkit tersebut, maka usulan proyek
pembangkit dalam PPP Book tersebut harus sudah
masuk/ada kepastian akan dimasukkan ke dalam
RUPTL PT. PLN (Persero) atau Pemegang IUKU
Terintegrasi. Usulan proyek pembangkit yang sifatnya
off grid dan direncanakan untuk mensupply listrik
pada kawasan tertentu dapat dilakukan dengan
mengikuti peraturan disektor ketenagalistrikan
mengenai penetapan daerah usaha ketenagalistrikan.
Selain peraturan tersebut, diterbitkan juga peraturan
pendukung yaitu, Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan
Infrastruktur dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah
dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan
Usaha Penjaminan Infrastruktur dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha.
No
Bidang Usaha
KBLI
Keterangan
35101
35101
Kemitraan
06202
06202
06202
Jasa Pengeboran Minyak dan Gas Bumi di Lepas Pantai di Luar Kawasan Indonesia
Bagian Timur
09100
09100
09100
35104
10
35101
11
35101
12
35102
13
35103
14
43211
15
71100
16
71100
17
72102
18
07210
54
TINJAUAN KONDISI
TENAGA LISTRIK NASIONAL
55
2.1.
A. Batubara
Sesuai draft RUKN 2010-2029, bahwa potensi
batubara nasional mencapai kurang lebih 104.756,84
Juta Ton dan adanya pelaksanaan Program Percepatan
10.000 tahap I dan II dimana direncanakan akan
dibangun PLTU dengan total sebesar 13.000 MW,
maka diperkirakan untuk sepuluh tahun mendatang
Kalimantan
Barat
527,52
Riau &
Kep. Riau
1.767,54
NAD
450,15
Sumatera
Utara
26,97
Kalimantan
Tengah
1.586,34
Sumatera
Selatan
47.085,08
Jambi
2.069,07
Kalimantan
Timur
37.537,98
Sulawesi
Tengah
1,98
Maluku Utara
2,13
Papua Barat
151,26
Sumatera
Barat
732,16
Bengkulu
198,65
Lampung
106,95
Banten
13,31
Jawa Timur
0,08
Jawa Tengah
0,82
Kalimantan
Selatan
12.265,56
Sulawesi
Selatan
231,12
56
Papua
21,6
B. Gas Alam
Sesuai data Direktorat Jenderal Minyak dan
Gas Bumi tahun 2009, Potensi gas alam yang dimiliki
adalah sebesar 159,63 TSCF. Penggunaan gas alam
untuk pembangkitan tenaga listrik mutlak diperlukan
guna memenuhi kebutuhan sistem pada saat beban
puncak. Oleh karena itu pengalokasian gas alam untuk
NAD
5,55
Natuna
52,14
Sumatera
Utara
1,26
Kalimantan
21,78
Sulawesi
2,68
Maluku
15,22
Sumatera
Selatan
17,74
Papua
23,71
Sumatera
Tengah
10,57
Jawa Barat
3,68
Jawa Timur
5,30
57
Minyak Bumi
NAD
121,01
Natuna
346,42
Sumatera
Utara
112,49
Kalimantan
745,11
Maluku
43,11
Sulawesi
51,95
Sumatera
Selatan
902,42
Papua
89,64
Sumatera
Tengah
4.028,67
Jawa Barat
570,66
Jawa Timur
987,01
58
D. Tenaga Air
Potensi air yang dapat dikonversikan menjadi
tenaga listrik mencapai kurang lebih 22 GW. Namun
demikian, penggunaan tenaga air untuk pembangkit
tenaga listrik khususnya skala besar dan tipe waduk/
bendungan akan semakin menurun untuk kurun waktu
10 (sepuluh) tahun ke depan akibat adanya masalah
lingkungan dan sosial dalam pengembangan PLTA
baru dan adanya penurunan debit waduk/bendungan
akibat terjadi erosi di hulu muara sungai untuk PLTA
59
NAD
Kalimantan Timur
Sumatera Utara
Sulawesi Utara
Riau & Kep. Riau
Sumatera Barat
Kalimantan Barat
Jambi
Bengkulu
Sulawesi Tengah
Kalimantan
Tengah
Maluku
Sumatera Selatan
Lampung
Papua
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
DKI Jakarta
Sulawesi Selatan
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Barat
Nusa Tenggara Barat
D.I Yogyakarta
Bali
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
5. Bangka Belitung
6. Jambi
7. Bengkulu
8. Sumatera Selatan
9. Lampung
2 lks
16 lks
12 lks
14 lks
3 lks
9 lks
60
5 lks
9 lks
2 lks
2.2.
MW
40.000
35.000
32,864
28,422
29,562
30,527
30,686
2005
2006
2007
2008
2009
2010
PPU
373
376
343
766
781
857
IPP
3,372
4,692
5,554
5,729
5,839
5,839
PLN
22,346
23,355
23,664
24,031
24,066
26,168
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0
26,091
61
Tabel 2.1.
No.
Kapasitas Terpasang
Pembangkit Tenaga
1.
Listrik
2.
3.
4.
5.
6.
7.
62
Kapasitas Terpasang
(MW)
Sumatera
5.867
Jawa-Madura-Bali
23.309
Kalimantan
1.348
Sulawesi
1.525
Nusa Tenggara
354
Maluku
231
Papua
231
Indonesia
32.864
Pulau
Tabel 2.2.
Panjang Transmisi No.
Tenaga Listrik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SUTET
(kms)
Pulau
Sumatera
Jawa-Madura-Bali
Kalimantan
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
Indonesia
5.099
6.126
SUTT
(kms)
10.881
17.262
1.947
3.552
83
32.698
Total
(kms)
10.881
22.361
1.947
3.552
83
38.825
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-
Transmisi
Distribusi
2004
30.534
2005
30.665
2006
32.905
2007
33.151
2008
34.172
2009
34.937
2010
38.825
63
Tabel 2.3.
Panjang Distribusi No.
Tenaga Listrik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pulau
Sumatera
Jawa-Madura-Bali
Kalimantan
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
Indonesia
JTM
(kms)
73.700
133.670
24.148
24.361
7.676
4.585
2.074
270.214
JTR
(kms)
92.262
219.083
22.537
25.404
7.501
2.364
3.558
372.709
Gambar 2.5.
Perkembangan Penyediaan Tenaga Listrik Nasional
Tahun 2010
64
Total
(kms)
165.962
352.753
46.685
49.765
15.177
6.949
5.632
642.923
2.3.
asio Elektrifikasi
Tabel 2.4.
Rasio Elektrifikasi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pulau
Sumatera
Jawa-Madura-Bali
Kalimantan
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
Indonesia
Persen (%)
68,71
70,48
63,35
60,65
30,23
68,94
34,32
67,15
65
3
3.1.
PELUANG INVESTASI
KETENAGALISTRIKAN
Tabel 3.1
Realisasi Investasi Ketenagalistrikan 2004-2010
URAIAN
Pembangkitan
2004
2005
2006
2007
2008
Juta USD
2009
2010
1,862.94
1,565.13
2,661.59
1,465.22
2,837.70
4,253.63
3,417.08
Transmisi
336.81
580.42
473.12
1,334.42
1,204.20
973.39
1,434.74
Distribusi
354.00
492.00
118.28
520.41
671.7
533.12
116.28
43.36
46.3
67.91
3,363.41
4,759.90
5,828.05
2,553.75
2,637.55
3,252.99
66
4,968.10
3.2.
67
68
3.3.
69
2010
2011
2012
2013
2014
3.205
2.625
700
1.660
PLTN
PLTP
194
734
393
350
PLTG
PLTGU
PLTA
1.000
Total
3.399
3.359
393
1.050
2.660
660
2.265
450
1.400
175
425
1.380
230
50
IPP
PLTU
PLTN
PLTP
PLTGU
PLTG
PLTA
157
Total
230
710
2.440
875
2.937
PLTU
3.205
3.285
2.265
1.150
3.060
PLTN
PLTP
175
425
1.380
424
784
393
350
PLTGU
PLTG
PLTA
1.157
70
500 kV HVDC,
Interkoneksi sistem tenaga listrik dari Serawak ke
Kalimantan Barat terkait dengan pengembangan
PLTA Bakun oleh Serawak, diperkirakan PLN
akan melakukan energy exchange mulai tahun
2013.
Penyelesaian rencana interkoneksi Batam
Bintan dengan kabel laut 150 kV terkait dengan
pembangunan PLTU Tanjung Kasam di Batam
yang tertunda hingga waktu yang belum
ditentukan.
Tabel 3.3
Kebutuhan Tambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik
Indonesia Barat
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
PLN
PLTU
964
634
320
306
PLTP
55
55
110
110
PLTGU
86
PLTG
37
PLTM
4
2
2.663
330
30
160
320
300
400
1.315
52
175
273
PLTA
Total
200
86
105
PLTD
200
260
708
144
1.110
691
695
427
35
368
702
581
404
5.157
12
231
630
472
950
450
525
630
690
4.598
392
990
110
62
185
275
2.014
IPP
PLTU
PLTP
PLTGU
30
30
PLTG
PLTD
PLTM
22
21
22
16
81
23
PLTA
180
Total
213
269
119
1.044
PLTU
49
1.195
642
PLTP
55
55
PLTGU
86
PLTG
105
PLTD
140
74
120
30
1.462
1.024
680
617
815
965
7.208
404
950
780
950
650
725
630
690
7.261
502
1.100
110
62
185
275
2.344
30
116
30
160
320
300
400
1.315
26
74
71
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
PLN
PLTU
49
PLTP
10
501
200
459
235
23
33
93
PLTGU
240
PLTG
225
50
PLTD
11
10
44
35
PLTM
12
13
10
40
82
516
474
639
611
376
623
340
40
PLTA
Total
IPP
PLTU
14
PLTP
80
PLTGU
60
60
120
PLTG
10
10
80
15
11
19
PLTD
PLTM
PLTA
Tabel 3.5
Kebutuhan
Investasi Sektor
Ketenagalistrikan
2010-2019
(Juta US)
Item
Pembangkit
Penyaluran
72
88
283
470
682
546
PLTU
63
501
576
1.082
575
PLTP
10
26
73
173
PLTGU
60
60
360
PLTG
10
10
305
50
PLTD
11
10
44
35
PLTM
16
21
17
32
13
PLTA
195
10
40
Total
170
800
943
1.321
1.156
2011
2012
2013
2014
Fc
3.694,0
4.438,3
6.433,7
6.829,9
5.668,0
Lc
1.659,3
2.167,5
2.796,3
2.857,7
2.386,9
Total
5.353,3
6.605,8
9.230,0
9.687,6
8.054,9
Fc
1.384,4
1.498,9
1.136,0
1.112,5
1.351,1
Lc
Fc
Total
Total
2010
Total
Distribusi
195
603,3
547,0
441,0
397,1
485,0
1.987,7
2.045,9
1.577,0
1.509,7
1.836,1
Lc
781,2
1.087,4
1.014,0
956,0
999,9
Total
781,2
1.087,4
1.014,0
956,0
999,9
Fc
5.078,4
5.937,2
7.569,7
7.942,4
7.019,1
Lc
3.043,8
3.801,9
4.251,3
4.210,8
3.871,7
Total
8.122,2
9.739,0
11.821,1
12.153,3
10.890,8
Skema Investasi
73
an
Pinjaman
Pinjaman
PT. PLN
(Persero)
Penjualan
da
Tender
Pe
n
Pelanggan
Listrik
pa
t
an
Perbankan
Nasional
Pi
APBN
Perbankan
Internasional
Perbankan
Nasional/Internasional
Kontraktor
(EPC)
Mekanisme:
Tender
Landasan Hukum:
Peraturan Presiden No. 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah
Mekanisme:
Tender
Penunjukan Langsung*
Pemilihan Langsung**
Landasan Hukum:
PP. 10/1989 jis PP. 3/2005 PP.26/2006
Gambar 4.1.
SKEMA INVESTASI
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN
74
RENCANA
PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH
RENCANA
PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH
KETERKAITAN
ANTAR SEKTOR DAN
WILAYAH
KRITERIA PENILAIAN
RENCANA KERJA
PEMERINTAH
RENCANA KERJA
KEMENTERIAN/
LEMBAGA/PEMDA
RENCANA KERJA
ANGGARAN
KEMENTERIAN/
LEMBAGA/PEMDA
PROSES
PELELANGAN
75
76
Penunjukan Langsung
Pembelian tenaga listrik dari pihak swasta yang
dapat dilakukan dengan penunjukan langsung,
berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun
1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga
Listrik jis Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005
dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006, harus
memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga
listrik yang menggunakan energi terbarukan, gas
marjinal, batubara mulut tambang dan energi
setempat lainnya;
b. Pembelian kelebihan tenaga listrik;
c. Sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi krisis
penyediaan tenaga listrik; atau
d. Penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik
pada pusat pembangkit tenaga listrik yang telah
beroperasi di lokasi yang sama.
Daerah yang mengalami kondisi krisis penyediaan
tenaga listrik, ditetapkan oleh Pemerintah sesuai
dengan usulan PT PLN (Persero). Pemerintah telah
menerbitkan beberapa kali Peraturan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral tentang Penetapan
Kondisi Penyediaan Tenaga Listrik yang menetapkan
daerah-daerah yang mengalami kondisi krisis
penyediaan tenaga listrik, yang ditetapkan berdasarkan
perkembangan kondisi sistem kelistrikan di berbagai
daerah, yang terakhir ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 8912/20/600.1/2010 tanggal 2 Maret 2010. Untuk wilayah
yang telah ditetapkan sebagai daerah yang mengalami
kondisi krisis pasokan tenaga listrik dalam Peraturan
Menteri tersebut, maka pembelian tenaga listrik dari
pihak swasta dapat dilakukan oleh PT PLN (Persero)
melalui mekanisme penunjukan langsung.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 01 Tahun 2006 jo.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 04 Tahun 2007, proses pelaksanaan penunjukan
langsung dimulai dengan pengajuan usulan penjualan
tenaga listrik melalui penunjukan langsung kepada
PT PLN (Persero) oleh Koperasi dan Badan Usaha
lain. Setelah melakukan evaluasi terhadap usulan
77
Persetujuan Untuk
Penunjukan Pemenang
oleh DESDM
Penunjukan Langsung
Oleh PLN
Negosiasi PPA
Dengan PLN
Persetujuan Korporasi
Oleh Meneg. BUMN
Gambar 4.4.
Mekanisme Penunjukan
langsung Listrik Swasta
Pemilihan Langsung
Pembelian tenaga listrik yang dapat
dilakukan melalui mekanisme penunjukan
langsung berdasarkan Pasal 11 ayat (6a)
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga Listrik jis Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2005 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006, adalah
pembelian tenaga listrik dalam rangka
diversifikasi energi untuk pembangkit
tenaga listrik ke non-bahan bakar minyak.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01
Tahun 2006 jo. Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 04 Tahun 2007,
pemilihan langsung juga dapat dilakukan
dalam hal:
Pengembang yang mengajukan
permohonan untuk penunjukan
Permohonan IUKU
langsung di sistem PT PLN (Persero)
Sementara Oleh Pengembang
lebih dari 1 (satu); dan
Jumlah kapasitas yang ditawarkan
oleh pengembang melebihi kebutuhan
tambahan kapasitas sistem PT PLN
(Persero).
Penerbitan IUKU
Sementara Oleh DESDM
Proses pelaksanaan pemilihan
langsung dimulai dengan mengajukan
usulan pembelian tenaga listrik yang akan
dilakukan melalui pemilihan langsung oleh
PT PLN (Persero) disertai dengan alasannya
Permohonan IUKU
kepada Menteri Energi dan Sumber Daya
Oleh Pengembang
Mineral melalui Direktur Jenderal Listrik dan
Pemanfaatan Energi untuk mendapatkan
persetujuan. Setelah mendapat persetujuan
Penerbitan IUKU
dari Direktur Jenderal atas nama Menteri, PT
Oleh DESDM
PLN (Persero) melakukan proses permilihan
langsung. Selanjutnya PLN melakukan
negosiasi PPA dengan pemenang hasil
pemilihan langsung tersebut. Selama proses
negosiasi tersebut pengembang yang
ditunjuk dapat mengajukan permohonan
IUKU Sementara kepada DESDM.
Setelah diperoleh kesepakatan
PPA antara PT PLN (Persero) dengan
pengembang, PT PLN (Persero) melaporkan
hasil negosiasi dan mengajukan usulan harga
78
Evaluasi Calon
berdasarkan Shorlisted
Oleh PLN
Permohonan Untuk
Pemilihan Langsung oleh
PLN
Persetujuan Untuk
Pemilihan Langsung oleh
DESDM
Pemilihan Langsung
Oleh PLN
Negosiasi PPA
Dengan PLN
Permohonan IUKU
Sementara Oleh Pengembang
Persetujuan Korporasi
Oleh Meneg. BUMN
Gambar 4.4.
Mekanisme Pemilihan
langsung Listrik Swasta
Penerbitan IUKU
Sementara Oleh DESDM
Permohonan IUKU
Oleh Pengembang
Penerbitan IUKU
Oleh DESDM
79
4.2.
80
4.3.
81
Gambar 4.6.
82
Gambar 4.7.
83
LAMPIRAN
EKAPITULASI KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR DAN INVESTASI
Rekapitulasi Infrastruktur & Kebutuhan Investasi
Propinsi NAD
2011
No.
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
221
188,0
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
26
118,7
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
94
95,4
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
63
Investasi
(juta USD)
Volume
124,2
219,5
1.010
29,6
328
7,2
8,9
280
23,6
42,2
240
12,3
120
6,1
20
7,1
110
20,9
90
42,6
22
2,5
23
2,6
24
2,7
25
2,9
27
3,2
- JTM (kms)
453
10,9
471
11,3
496
11,9
530
12,8
568
13,7
- JTR (kms)
494
4,3
512
4,4
547
4,7
583
5,0
634
5,5
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
12.150
1,8
8.000
1,4
7.650
1,8
6.500
1,9
- JTM (kms)
266
411
7,1
95
150
4,5
164
5,5
162
6,2
- JTR (kms)
670
6,5
191
3,3
209
4,0
221
4,6
262,9
114
159,6
108
142,1
202,2
326,7
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
640
598,8
24
695,7
638
732,6
475
343,3
45
154,5
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
786
56,6
220
52,2
552
16,2
46
2,5
30
2,8
2.130
52,0
700
41,9
1.210
14,5
90
6,1
150
8,8
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
373
4,5
602
6,6
583
6,4
579
6,4
554
6,1
- JTM (kms)
1.017
373
1.304
38,9
1.403
41,5
1.534
44,2
1.668
46,6
- JTR (kms)
933
8,3
860
7,7
778
6,9
682
5,9
538
4,5
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
4.675
0,9
5.000
1,4
6.600
2,0
6.000
2,0
- JTM (kms)
157
350
7,3
170
460
10,7
440
11,3
422
11,9
- JTR (kms)
201
2,0
216
2,3
216
2,4
210
2,8
1.103,6
84
857,5
204
833,8
190
425,0
223,4
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
200,3
286
334,4
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
232
114,4
902
3.
170
27,6
530
4.
Sistem Distribusi
28
2,0
35
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
301,7
220
248,8
32,2
0,4
14
11,4
60
4,6
60
2,6
38
2,7
41
Investasi
(juta USD)
Volume
200
75,6
0,4
1,4
5,9
90
8,4
3,0
45
3,3
- JTM (kms)
226
6,0
270
7,1
280
7,4
297
7,8
315
8,3
- JTR (kms)
334
4,0
344
4,1
359
4,3
382
4,5
407
4,8
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
7.225
1,1
6.150
1,7
7.450
1,5
7.450
1,8
- JTM (kms)
166
305
6,42
112
316
9,4
301
10,1
301
10,6
- JTR (kms)
223
2,8
307
3,5
307
4,2
307
4,5
364,6
80
406,4
80
336,9
287,4
101,8
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
34
154,5
116
133,5
128
71,9
90,5
244,4
414
58,8
704
23,7
150
45,3
130
113,9
670
49,5
50
30,6
730
15,4
120
30,9
90
63,2
1.130
25,6
52
4,9
56
5,4
62
6,0
73
7,0
83
7,9
- JTM (kms)
408
9,2
447
10,1
494
11,1
580
13,1
657
14,8
- JTR (kms)
493
4,8
539
5,2
596
5,8
699
6,8
792
7,6
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
28.000
3,9
7.900
1,9
7.650
2,0
7.900
2,2
- JTM (kms)
380
310
6,5
175
5,0
170
5,2
170
5,6
- JTR (kms)
389
4,4
200
2,6
190
2,6
180
2,7
277,6
100
202,8
97
180,8
100
304,9
349,9
85
REKAPITULASI KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR DAN INVESTASI
Rekapitulasi Infrastruktur & Kebutuhan Investasi
Propinsi KEPRI
2011
No.
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
12
1,1
13
1,2
17
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
59,8
28
81,7
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
34
63,2
52
40,3
3,6
21,6
158
33,8
112
10,5
1,4
4,0
90
2,3
1,0
14
1,4
17
1,6
19
1,8
- JTM (kms)
95
2,1
103
2,3
114
2,6
134
3,0
152
3,4
- JTR (kms)
113
1,1
123
1,2
136
1,3
160
1,5
181
1,7
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
- JTM (kms)
- JTR (kms)
64,2
91,4
94,1
82,6
18,5
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
28
57,7
78,6
55
89,3
89
45,2
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
48
6,8
13,7
333
4,4
0,6
24
0,2
3.
30
2,6
5,8
85
2,5
30
0,3
0,5
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
0,5
0,6
0,6
0,7
10
- JTM (kms)
67
1,2
73
1,3
80
1,4
88
1,6
97
- JTR (kms)
70
0,7
76
0,8
83
0,8
91
0,9
101
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
11.300
1,5
8.800
2,6
9.050
2,8
9.200
3,0
- JTM (kms)
149
450
11,1
176
752
19,1
769
20,5
776
21,7
1,7
- JTR (kms)
344
3,7
654
6,4
668
6,9
674
7,3
1,0
81,3
4,2
85,9
86
128,8
180
129,3
184
0,8
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
49,8
28
95,7
55
62,9
55
78,9
131,3
8,1
185
14,0
130
46,4
170
84,3
420
29,5
30,2
560
20,8
60
26,9
780
15,2
90
12,0
14
1,1
15
1,2
16
1,3
17
1,4
19
1,5
- JTM (kms)
149
2,7
163
2,9
177
3,2
189
3,4
203
3,6
- JTR (kms)
144
1,5
156
1,6
170
1,7
182
1,9
196
2,0
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
23.500
3,1
26.000
6,1
25.950
6,6
25.000
6,1
- JTM (kms)
360
366
8,0
390
444
10,5
471
11,9
436
10,5
- JTR (kms)
319
2,5
564
5,0
535
5,3
57.149
5,0
106,8
379
157,7
360
166,3
206,6
179,9
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
328
439,6
30
673,8
555
984,7
630
827,7
750
476,7
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
227
60,5
501
80,8
293
120,6
890
98,0
167
148,5
3.
270
48,4
1.520
44,2
60
66,7
1.215
106,2
90
232,8
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
35
2,8
37
42
45
51
- JTM (kms)
436
7,8
474
519
569
629
- JTR (kms)
367
3,8
395
433
475
527
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
29.450
3,5
11.750
2,8
12.000
3,1
11.250
3,2
- JTM (kms)
459
480
9,4
800
14,1
738
14,5
750
16,1
- JTR (kms)
323
3,7
575
6,9
611
8,1
553
8,1
579,5
235
822,6
240
1.197,7
225
1.059,2
858,0
87
REKAPITULASI KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR DAN INVESTASI
Rekapitulasi Infrastruktur & Kebutuhan Investasi
Propinsi BABEL
2011
No.
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
105
61,2
14
67,4
14
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
56,1
60
Investasi
(juta USD)
Volume
28,5
50
10,5
140
14,1
400
3,8
190
5,2
5,3
90
2,3
2,3
60
2,1
18
0,7
17
0,8
14
0,8
16
1,0
19
1,1
- JTM (kms)
283
3,4
190
2,3
187
2,2
226
2,7
232
2,8
- JTR (kms)
322
2,6
295
2,4
250
2,1
285
2,3
326
2,7
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
7.100
0,6
11.650
1,8
9.050
1,6
11.600
2,2
- JTM (kms)
96
292
6,6
115
336
8,1
365
9,3
345
9,7
- JTR (kms)
147
1,4
240
2,7
230
2,8
215
2,8
92,2
105
104,8
130
81,1
51,5
8,6
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
255
176,1
55
277,9
24
324,5
275
184,8
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
161
12,8
280
9,2
80
11,7
190
49,8
150
121,4
80
8,7
120
11,6
210
13,1
240
9,3
180
6,0
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
38
2,6
36
2,7
39
2,8
43
3,0
47
3,1
- JTM (kms)
181
2,3
141
2,1
134
2,0
130
1,9
125
1,8
- JTR (kms)
327
4,7
296
5,1
308
5,5
325
6,1
345
6,7
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
16.500
2,6
8.250
2,7
6.350
2,4
4.100
1,9
- JTM (kms)
230
370
8,1
102
420
13,4
227
8,7
205
9,5
- JTR (kms)
633
6,2
531
6,9
310
4,8
280
5,2
224,3
88
331,6
76
375,6
52
271,5
139,1
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
159,7
196
112
49,8
60
20,3
39
2,8
- JTM (kms)
475
- JTR (kms)
586
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
264,4
88
163,1
1.080
22,5
280
400
11,4
90
39
2,8
12,6
514
6,9
633
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
158
81,4
30
50,9
5,4
19,0
180
31,8
5,3
90
6,7
60
9,4
38
2,7
36
2,6
39
2,8
13,6
545
14,4
578
15,3
612
16,2
7,5
671
8,0
712
8,4
754
9,0
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
10.075
1,4
2.425
0,7
2.300
0,8
2.400
1,0
- JTM (kms)
197
348
8,9
48
553
16,1
511
17,4
468
17,1
- JTR (kms)
221
5,4
625
9,1
590
10,0
645
11,8
267,8
47
348,1
47
227,1
163,3
120,0
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
16
145,8
34
141,3
170
158,8
120
236,6
100
141,4
346
31,5
606
20,1
304
7,5
7,6
240
2,3
60
5,6
60
4,5
30
4,6
60
3,9
60
1,0
2,6
14
2,8
13
2,7
11
2,2
12
2,4
12
- JTM (kms)
290
7,6
277
7,3
225
5,9
241
6,3
258
6,8
- JTR (kms)
247
2,9
236
2,8
193
2,3
207
2,5
221
2,6
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
7.300
1,2
8.850
2,8
7.650
2,6
7.850
2,8
- JTM (kms)
131
271
7,9
678
25,1
508
21,6
417
17,1
- JTR (kms)
110
2,8
91
2,4
68
2,0
46
1,5
208,3
158
208,9
139
207,5
137
280,8
156,7
89
REKAPITULASI KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR DAN INVESTASI
Rekapitulasi Infrastruktur & Kebutuhan Investasi
Propinsi KALSEL
2011
No.
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
130
115,4
14
138,8
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
248
16,4
298
3.
60
4,0
4.
Sistem Distribusi
35
7,2
- JTM (kms)
725
- JTR (kms)
725
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
104
122,5
100
67,1
8,0
9,3
213
2,2
30
1,8
33
6,8
28
5,7
19,1
693
18,3
562
7,5
602
7,1
492
Investasi
(juta USD)
Volume
65
19,5
2,8
1,9
3,9
90
4,5
30
6,1
32
6,5
14,8
602
15,9
645
17,0
5,8
527
6,3
564
6,7
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
7.300
1,3
7.000
2,0
7.250
2,1
8.250
2,5
- JTM (kms)
131
186
5,2
140
275
8,0
260
8,1
250
8,3
- JTR (kms)
143
2,1
100
3,0
109
4,1
105
4,3
178,1
140
194,2
150
174,2
117,1
56,2
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
335,7
393
434,1
335
214,0
107
46,3
72,9
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
180
34,2
487
30,3
544
10,4
7,2
220
2,2
3.
150
10,9
120
10,1
180
4,9
60
4,6
60
4,8
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
78
5,6
115
8,3
128
9,3
80
5,8
88
6,4
- JTM (kms)
482
8,2
663
11,3
787
13,4
764
13,0
872
14,9
- JTR (kms)
373
3,9
516
5,4
596
6,3
542
5,7
603
6,4
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
9.200
1,1
7.840
1,2
8.640
1,3
17.600
2,7
- JTM (kms)
92
195
6,0
49
190
7,6
196
7,7
228
9,6
- JTR (kms)
88
1,2
33
0,5
52
0,8
40
0,6
406,9
90
508,8
54
268,1
50
95,6
107,5
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
152
2,1
3.
190
5,7
4.
Sistem Distribusi
26
1,9
- JTM (kms)
144
- JTR (kms)
232
50
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
117,9
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
59
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
152,6
92
118,2
80
50,4
16
12,6
1,8
40
1,4
32
0,3
70
4,4
4,4
90
4,6
40
3,4
28
2,1
31
2,3
34
2,5
37
2,7
2,5
139
2,4
147
2,5
160
2,7
175
3,0
2,5
247
2,6
271
2,9
296
3,1
306
3,2
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
5.500
0,7
6.050
1,9
5.775
2,1
5.625
2,2
- JTM (kms)
70
150
5,2
112
194
8,4
193
9,2
182
9,5
- JTR (kms)
160
2,1
248
5,3
248
5,8
255
6,5
140,6
115
181,4
111
148,7
81,9
24,9
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
50
49,8
20
95,7
12
14,6
500
5,3
16
3,1
7,0
210
3,1
20
1,1
80
1,9
0,6
1,3
30
0,4
0,5
0,5
0,5
0,6
0,7
- JTM (kms)
32
0,5
31
0,5
33
0,6
36
0,6
39
0,7
- JTR (kms)
56
0,6
60
0,6
66
0,7
72
0,8
74
0,8
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
48.500
5,7
9.500
2,3
10.000
2,5
9.500
2,7
- JTM (kms)
610
183
5,0
460
15,3
500
16,5
550
17,5
- JTR (kms)
180
1,8
450
11,2
500
12,1
520
12,8
71,1
79
129,4
83
55,0
79
39,2
3,6
91
REKAPITULASI KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR DAN INVESTASI
Rekapitulasi Infrastruktur & Kebutuhan Investasi
Propinsi SULTENG
2011
No.
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
198
144,2
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
632
3.
80
4.
Sistem Distribusi
16
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
68
143,9
46
140,7
35,9
45,4
360
2,4
1,6
1,2
18
1,3
19
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
271
200,4
12
10,6
19,7
15,3
480
11,1
7,0
90
8,4
110
4,2
1,4
21
1,5
23
1,7
- JTM (kms)
76
1,3
73
1,2
77
1,3
84
1,4
92
1,6
- JTR (kms)
145
1,5
154
1,6
169
1,8
184
1,9
191
2,0
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
9.625
2,1
9.650
2,5
9.850
2,5
9.950
2,7
- JTM (kms)
190
300
8,3
190
556
15,3
569
16,5
575
17,5
- JTR (kms)
490
6,4
579
11,2
592
12,1
597
12,8
203,2
197
224,2
199
203,0
261,9
31,2
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
234
268,4
204
234,3
150
264,2
208
246,9
200
218,1
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
370
25,4
313
6,6
70
0,8
0,6
8,4
3.
460
13,3
150
10,4
180
8,0
180
8,6
150
10,5
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
97
7,1
108
7,8
109
7,9
101
7,3
112
8,1
- JTM (kms)
934
15,9
968
16,5
895
15,3
806
13,7
889
15,1
- JTR (kms)
1.103
11,6
1.189
12,5
1.137
12,0
1.058
11,2
1.167
12,3
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
21.700
3.3
10.400
2,6
10.500
3,0
14.100
4,3
- JTM (kms)
331
438
8,6
170
204
5,1
212
5,7
235
8,6
- JTR (kms)
511
5,8
268
3,6
266
3,7
313
4,8
359.4
92
299,4
187
320,6
242
306,1
272,6
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
9,6
12,3
14
17,1
1,3
2,9
90
0,9
60
0,5
0,3
0,8
30
0,3
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
- JTM (kms)
37
0,6
39
0,7
36
0,6
32
0,5
36
0,6
- JTR (kms)
57
0,6
62
0,6
59
0,6
55
0,6
60
0,6
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
- JTM (kms)
- JTR (kms)
11,7
3,3
17,7
19,7
1,7
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
21
83,7
32
96,0
70
82,5
20
58,9
33
88,9
14,4
20
31,3
980
9,4
40
7,1
60
11,7
183
5,5
90
1,3
1,7
14
1,0
15
1,1
15
1,1
14
1,0
16
1,1
- JTM (kms)
113
1,9
117
2,0
108
1,8
98
1,7
108
1,8
- JTR (kms)
154
1,6
166
1,8
159
1,7
148
1,6
163
1,7
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
3.450
0,7
1.505
0,4
1.175
0,4
800
0,3
- JTM (kms)
86
254
6,8
162
4,9
149
4,8
140
4,9
- JTR (kms)
187
2,1
23
0,3
37
0,5
54
0,7
119,4
24
149,5
23
107,8
25
70,3
95,3
93
REKAPITULASI KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR DAN INVESTASI
Rekapitulasi Infrastruktur & Kebutuhan Investasi
Propinsi NTB
2011
No.
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
96
172,5
63
185,3
125
123,1
60
61,5
113
5,8
108
5,1
121
2,5
61
70
9,0
110
4,9
20
3,3
60
36
4,8
30
4,1
16
2,1
17
- JTM (kms)
536
12,9
454
10,9
235
5,6
251
6,0
268
6,4
- JTR (kms)
536
7,5
454
6,3
235
3,3
251
3,5
268
3,7
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
55
57,4
4,4
9,0
4,4
70
4,5
2,3
18
2,4
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
9.075
1,1
24.745
5,4
26.545
6,3
28.095
7,4
- JTM (kms)
117
316
8,6
305
296
10,7
364
14,5
339
14,9
- JTR (kms)
140
2,9
430
10,0
343
8,9
345
9,8
225,1
324
242,8
345
169,7
114,1
83,5
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
95
99,0
32
46,8
27
42,2
45
56,1
11
34,1
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
294
2,4
4,5
10,2
326
3,1
3.
170
3,2
2,0
30
3,6
60
1,3
1,1
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
17
1,4
18
1,6
20
1,7
22
1,9
24
2,1
- JTM (kms)
237
5,8
243
6,0
248
6,1
252
6,2
254
6,2
- JTR (kms)
273
2,9
282
3,0
292
3,1
300
3,2
307
3,3
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
14.550
2,0
15.450
3,4
18.000
4,2
18.250
4,5
- JTM (kms)
241
583
15,0
309
495
14,8
542
17,1
546
18,3
- JTR (kms)
469
5,4
358
5,3
413
6,5
429
7,1
137,3
94
87,3
360
94,7
365
101,7
46,8
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3,5
60
2,6
40
0,5
3.
3,4
50
1,9
30
0,3
4.
Sistem Distribusi
11
0,9
10
0,8
11
0,9
11
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
43,7
20
66,4
63
58,1
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
19
Investasi
(juta USD)
Volume
24,1
19
30,9
19,9
0,4
4,0
1,0
12
1,1
- JTM (kms)
39
1,0
29
0,7
37
0,9
41
1,0
44
1,1
- JTR (kms)
95
1,0
86
1,0
92
1,0
100
1,1
108
1,2
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
4.000
0,6
7.500
2,2
7.700
2,4
7.800
2,5
- JTM (kms)
75
211
6,3
150
400
14,2
409
15,3
413
16,2
- JTR (kms)
50
1,0
449
9,7
459
10,4
463
11,0
61,5
154
99,6
156
89,8
57,2
58,1
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
16
30,6
11
33,7
11
43,0
37
36,9
5,4
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
2,0
4,5
128
1,4
3.
0,5
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
0,5
0,4
0,5
0,5
0,6
- JTM (kms)
23
0,6
17
0,4
22
0,5
24
0,6
26
0,6
- JTR (kms)
50
0,5
46
0,5
49
0,5
53
0,6
57
0,6
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
7.300
0,9
13.050
3,3
13.350
3,6
13.450
3,8
- JTM (kms)
106
235
5,7
627
16,6
641
17,8
648
18,9
- JTR (kms)
166
1,9
504
9,4
516
10,1
520
10,6
40,6
261
66,4
267
80,5
269
73,3
7,8
95
REKAPITULASI KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR DAN INVESTASI
Rekapitulasi Infrastruktur & Kebutuhan Investasi
Propinsi PAPUA
2011
No.
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
99
100,1
22
Investasi
(juta USD)
Volume
66,7
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
10,8
340
3,3
3.
5,0
110
1,6
0,3
1,0
30
1,3
4.
Sistem Distribusi
16
1,4
19
1,6
21
1,8
24
2,0
22
1,9
5.
91,1
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
26
- Gardu Distribusi
(MVA)
21
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
36,3
32,9
- JTM (kms)
177
4,4
217
5,3
228
5,6
245
6,0
224
5,5
- JTR (kms)
224
2,4
257
2,7
289
3,1
324
3,5
300
3,2
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
5.900
1,1
10.275
3,8
13.500
5,3
14.000
5,7
- JTM (kms)
111
355
12,0
202
520
16,4
700
22,1
750
23,7
- JTR (kms)
162
1,8
496
4,7
740
7,0
820
7,8
105,6
270
130,5
280
145,3
86,0
44,7
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
23
25,1
42,7
28
37,9
18
17,6
17,5
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
2,9
90
1,7
1,9
60
0,6
3.
1,0
2,6
40
0,3
0,2
0,8
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
0,8
11
0,9
12
1,0
13
1,2
12
1,1
- JTM (kms)
101
2,5
124
3,0
129
3,2
139
3,4
127
3,1
- JTR (kms)
128
1,4
147
1,6
165
1,8
185
2,0
172
1,8
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
- JTM (kms)
- JTR (kms)
33,7
96
52,5
46,0
24,9
24,3
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
242,5
130
172,8
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
158
51,9
207
3.
150
7,0
60
4.
Sistem Distribusi
39
1,7
- JTM (kms)
184
- JTR (kms)
120
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
460
95,0
15,1
10
15,5
210
50
2,2
4,2
237
0,8
188
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
0
37,6
37,7
10
33,4
330
63
2,8
5,3
294
1,2
259
Investasi
(juta USD)
Volume
0
92,4
80,9
440
24,1
46,4
1.120
16,0
78
3,5
88
3,9
6,6
355
8,0
388
8,7
1,6
334
2,1
372
2,3
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
15.780
1,3
6.750
1,2
8.350
1,8
21.450
3,4
- JTM (kms)
155
84
2,4
65
153
3,3
104
3,9
60
2,5
- JTR (kms)
168
3,0
94
2,1
101
2,4
82
2,3
314,8
52
218,8
141
185,2
186,7
147,4
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
1.570
306,2
55,8
259,7
397,0
110
592,8
529
30,3
28
25,1
179
12,6
58
120,2
16
263,6
2.046
81,6
980
67,8
720
57,5
1.240
33,3
120
47,2
177
16,6
166
14,3
167
14,9
172
14,8
209
18,1
- JTM (kms)
1.064
73,2
879
56,2
628
33,8
655
35,9
982
64,6
- JTR (kms)
1.267
8,4
1.386
8,7
1.374
8,7
1.460
9,3
1.659
10,1
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
9.700
1,2
8.850
2,2
4.250
1,1
5.650
1,6
- JTM (kms)
169
159
3,7
658
7,6
682
7,7
597
8,9
- JTR (kms)
276
3,0
421
7,5
475
9,8
392
9,4
524,2
245,1
405,9
630,3
996,4
97
REKAPITULASI KEBUTUHAN
INFRASTRUKTUR DAN INVESTASI
Rekapitulasi Infrastruktur & Kebutuhan Investasi
Propinsi JAWA BARAT
2011
No.
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
3.214
1.669,0
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
325
1.690,0
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
655
1.736,1
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
2.762
Investasi
(juta USD)
Volume
1.348,8
30
663,9
729
115,7
632
108,6
418
136,7
726
63,0
262
40,9
5.396
252,1
3.600
185,2
2.040
140,3
2.020
301,7
440
581,6
362
56,3
244
37,9
283
44,0
247
38,3
315
48,9
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
- JTM (kms)
2.014
66,2
2.087
68,9
2.175
67,1
2.294
71,4
2.446
76,3
- JTR (kms)
3.742
42,3
3.952
45,0
4.175
47,8
4.410
50,9
4.659
54,1
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
14.500
2,1
15.100
2,8
16.500
3,1
18.400
3,4
- JTM (kms)
240
242
6,3
658
8,3
682
9,0
597
9,6
- JTR (kms)
480
6,4
421
4,4
475
4,8
392
5,0
2.216,5
2.151,2
2.189,0
1.892,1
1.465,7
Uraian
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
630
1.112,2
1.320
1.381,0
55
1.317,5
1.715
1.131,0
1.305
857,4
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
505
75,8
421
76,2
137
112,8
666
36,7
34
9,5
3.
2.512
87,0
2.260
75,8
540
99,5
1.950
58,4
1.040
44,9
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
302
12,0
209
8,3
235
9,3
255
10,1
278
11,0
- JTM (kms)
1.860
53,0
1.258
35,8
1.396
39,8
1.426
40,6
1.694
48,3
- JTR (kms)
3.075
15,7
2.126
10,9
2.388
12,2
2.598
13,3
2.827
14,4
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
20.000
1,3
23.350
1,8
22.900
1,9
22.500
2,1
- JTM (kms)
400
291
4,2
155
370
5,1
400
5,5
415
5,8
- JTR (kms)
368
3,9
350
6,2
380
6,8
504
7,2
1.365,1
98
1.601,1
165
1.605,4
161
1.305,3
985,6
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
-
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
-
Investasi
(juta USD)
Volume
-
10
0,2
0,4
0,9
10
0,3
120
1,9
2,5
120
20,5
43,9
800
20,8
43
1,7
30
1,2
34
1,3
37
1,4
40
1,6
- JTM (kms)
232
6,6
157
4,5
174
5,0
178
5,1
211
6,0
- JTR (kms)
440
2,2
304
1,6
342
1,7
372
1,9
405
2,1
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
- JTM (kms)
- JTR (kms)
12,7
9,7
28,9
53,2
30,7
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
Investasi
(juta USD)
Volume
1.290
954,8
815
789,9
755
614,0
675
452,0
354,7
93
84,8
643
36,8
136
20,5
160
21,1
155
9,6
1.902
170,6
3.410
127,0
1.940
107,3
1.510
91,4
1.390
64,9
580
17,9
619
19,1
660
20,3
703
21,7
749
23,1
- JTM (kms)
1.624
34,5
1.732
33,6
1.847
35,8
1.968
38,3
2.097
40,9
- JTR (kms)
1.990
18,9
2.123
20,1
2.263
21,5
2.412
22,9
2.569
24,4
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
10.650
0,9
13.200
2,7
13.300
2,9
13.900
3,1
- JTM (kms)
125
175
3,5
224
5,7
224
6,0
226
6,3
- JTR (kms)
256
3,6
315
5,3
335
5,9
337
6,2
1.289,4
179
1.040,1
183
834,1
191
663,0
517,5
99
Uraian
1.
Pembangkit Tenaga
Listrik (MW)
2.
Transmisi Tenaga
Listrik (kms)
3.
4.
Sistem Distribusi
- Gardu Distribusi
(MVA)
5.
2012
Investasi
(juta USD)
Volume
694
291,8
2013
Investasi
(juta USD)
Volume
243
79,7
2014
Investasi
(juta USD)
Volume
0
2015
Investasi
(juta USD)
Volume
0
Investasi
(juta USD)
Volume
-
190
48,2
51
15,8
33,2
56
57,2
102
57,1
2.758
174,1
1.340
177,6
1.360
138,1
1.420
136,3
1.020
182,9
371
25,1
391
26,4
377
25,4
408
27,6
488
32,9
- JTM (kms)
1.657
156,2
1.123
109,4
407
50,8
407
54,0
1.190
127,4
- JTR (kms)
2.160
6,6
2.427
6,4
2.293
5,2
2.448
5,6
2.934
6,6
Listrik Perdesaan
(2011-2014)
- Gardu Distribusi
(Unit/kVA)
- JTM (kms)
- JTR (kms)
702,0
100
415,3
252,8
280,7
406,9
ID
RAL
NE
MI
E N ERG
AN
SUM B R DAYA
E
Peluang Investasi
Sub Sektor
Pertambangan Mineral
dan Batubara
101
102
PENDAHULUAN
1.1.
atar Belakang
103
1.2.
andasan Hukum
1.2.1 Legislasi
a.
104
1.2.2 Regulasi
1.2.2.1 Regulasi Pengusahaan
Adalah regulasi yang terkait dengan pelaksanaan
pengusahaan di dalam bisnis industri Mineral dan
Batubara, sehingga tercapai pelaksanaan industri
Mineral dan Batubara yang baik.
i. Permen ESDM No 28 tahun 2009 tentang Usaha
Jasa
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
127 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral dan Batubara tentang
Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan
Jasa Pertambangan adalah jasa penunjang yang
berkaitan dengan kegiatan usaha pertambangan.
Usaha Jasa Pertambangan adalah usaha jasa yang
kegiatannya berkaitan dengan tahapan dan atau
bagian kegiatan usaha pertambangan.
Usaha Jasa Pertambangan Non Inti adalah
usaha jasa selain usaha jasa pertambangan yang
memberikan pelayanan jasa dalam mendukung
kegiatan usaha pertambangan.
Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam
rangka pengusahaan Mineral dan Batubara
atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta
pascatambang.
ii.
iii.
1.2.3 Kelembagaan
Untuk mencegah terjadinya kelangkaan pasokan
Mineral dan Batubara, serta menjamin pasokan
Mineral dan Batubara di dalam negeri maka
diperlukan pengaturan dengan Permen ESDM
Pemakai Mineral dan Batubara di dalam negeri
yang akan dijamin pasokannya tersebut,
meliputi badan usaha dan perorangan Indonesia
yang melakukan usahanya di Indonesia dan
menggunakan Mineral dan Batubara sebagai
105
Landasan Hukum
Menyusun kebijakan umum pengembangan
Mineral dan Batubara Indonesia dari sisi hulu
dan hilir
Mempersiapkan legislasi dan regulasi pendukung
pengembangan Mineral dan Batubara Indonesia
Bekerjasama dengan instansi terkait lainnya dalam
rangka pengembangan Mineral dan Batubara
Indonesia
Mendukung pelaksanaan kesiapan teknologi,
sumber daya manusia dan infrastruktur untuk
pengembangan industri Mineral dan Batubara
Indonesia
f.
Kementerian Perdagangan
b.
Kementerian Keuangan
Kementerian Perindustrian
106
Pemerintah Daerah
Bekerjasama dengan Pemerintah pusat di dalam
menyelenggarakan pelaksanaan kebijakan
pertambangan di daerah, termasuk: pengawasan
dan pemantauan praktek pertambangan.
Mendukung peningkatan kapasitas infrastruktur,
sumber daya manusia, teknologi dan penelitian
dan pengembangan.
Kementerian Kehutanan
Kementerian Perhubungan
j.
Pelaku usaha
Melaksanakan pertambangan yang baik dan benar
Melaksanakan kewajiban pengolahan Mineral
dan Batubara
Mendorong upaya peningkatan kapasitas
infrastruktur, teknologi dan sumber daya manusia
Melaporkan pelaksanaan kegiatan produksi,
penjualan dan pengolahan kepada pemerintah
TINJAUAN KONDISI
MINERAL DAN BATUBARA
2.1.
2.1.1.
Tabel 2.1.
Sumber daya dan cadangan Mineral Logam
No.
Komoditi
Unit
Sumber Daya
Cadangan
1.
Nikel
Juta Ton
Bijih : 1.878
Logam : 42
Bijih :546,83
Logam : 8,7
2.
Timah
Juta Ton
Bijih : 95
Logam : 0,65
Bijih :0,54
Logam : 0,33
3.
Bauksit
Juta Ton
Bijih : 726,58
Logam : 249,67
Bijih :111,79
Logam : 65
4.
Tembaga
Juta Ton
Bijih : 2.384
Logam : 69,76
Bijih : 4.299
Logam : 42,85
5.
Emas Primer
Ribu Ton
Bijih : 1.980.234,64
Logam : 4,2
Bijih : 5.117.034,40
Logam : 4,3
6.
Emas Alluvial
Ribu Ton
Bijih : 1.688.652,45
Logam : 0,14
Bijih : 16.789
Logam : 0,0038
7.
Perak
Juta Ton
Bijih : 616,09
Logam : 0,5
Bijih : 4.773,05
Logam : 0,026
8.
Pasir Besi
Juta Ton
Bijih : 1.014,79
Logam : 132,91
Bijih : 4.732
Logam : 2,41
9.
Mangan
Juta Ton
Bijih : 10,62
Logam : 5,78
Bijih : 0,93
Logam : 0,59
10.
Air Raksa
Ton
11.
Besi Laterit
Juta Ton
Bijih : 1.565,19
Logam : 631,6
Bijih : 80,640
Logam : 18,08
12.
Besi Primer
Juta Ton
Bijih : 382,24
Logam : 198,62
Bijih : 1,85
Logam : 1,38
13.
Kobal
Juta Ton
Bijih : 1.263,33
Logam : 1,4
Bijih : 152,86
Logam : 0,22
14.
Kromit Plaser
Juta Ton
Bijih : 5,7
Logam : 2,4
15.
Kromit Primer
Juta Ton
Bijih : 1,6
Logam : 0,75
16.
Molibdenum
Juta Ton
Bijih : 685
Logam : 0,21
17.
Monasit
Ribu Ton
Bijih : 185,9
Logam : 10,5
Bijih : -
Logam : 2,7
18.
Platina
Ribu Ton
Bijih : 115.000
Logam : 13,03
19.
Seng
Juta Ton
Bijih : 586,9
Logam : 6,78
Bijih : 6,7
Logam : 0,97
20.
Timbal
Juta Ton
Bijih : 74,9
Logam : 3,1
Bijih : 1,6
Logam : 0,12
21.
Titan Laterit
Juta Ton
Bijih : 741,2
Logam : 2,9
Bijih : 2,7
Logam : 0,026
22.
Titan Plaser
Juta Ton
Bijih : 71,3
Logam : 71,3
Bijih : 1,4
Logam : 0,11
23.
Besi Sedimen
Juta Ton
Bijih : 23,7
Logam : 15,4
75,91
107
Tabel 2.3.
Sumber daya Batuan
108
No.
Komoditi
Unit
Sumber Daya
1.
Bentonit
Juta Ton
551.1
2.
Dolomite
Juta Ton
1,959.40
3.
Fosfat
Juta Ton
18.9
4.
Gypsum
Juta Ton
7.4
5.
Kalsit
Juta Ton
90.2
6.
Kuartsit
Juta Ton
3159
7.
Oker
Juta Ton
41.1
8.
Pasir Kuarsa
Juta Ton
17,489.90
9.
Talk
Juta Ton
3.1
10.
Zeolit
Juta Ton
258.1
11.
Zirkon
Juta Ton
12.
Kaolin
Juta Ton
732.8
13.
Pirofilit
Juta Ton
104.8
14.
Intan
Juta Ton
0.1
15.
Kalsedon
Juta Ton
1.7
16.
Oniks
Juta Ton
0.2
17.
Rijang
Juta Ton
0.6
18.
Feldspar
Juta Ton
7,411.20
Sumber: Badan Geologi, 2010
No.
Komoditi
Unit
Sumber Daya
1.
Batu Apung
Juta Ton
621.4
2.
Batu Gamping
Juta Ton
253,585.60
3.
Diatomia
Juta Ton
370.6
4.
Andesit
Juta Ton
75,244.10
5.
Batu Sabak
Juta Ton
1,943.70
6.
Diorit
Juta Ton
7,629.30
7.
Gabro/Peridotit
Juta Ton
8,336.90
8.
Granite
Juta Ton
52,468.80
9.
Granodiorit
Juta Ton
371.00
10.
Marmer
Juta Ton
436.10
11.
Trass
Juta Ton
3,885.80
12.
Batu Lempung
Juta Ton
29,517.90
13.
Obsidian
Juta Ton
66.80
14.
Perlit
Juta Ton
1,205.60
15.
Toseki
Juta Ton
224.40
16.
Trakhit
Juta Ton
4,124.30
17.
Ametis
Juta Ton
0.008668
18.
Batu Hias
Juta Ton
108.30
19.
Jasper
Juta Ton
0.0006
Sumber: Badan Geologi, 2010
2.1.2.
Tabel 2.4.
Sumber daya dan cadangan Batubara Indonesia (Juta Ton)
No.
Wilayah
1.
Jawa
2.
Sumber Daya
Hipotek
Tereka
Tertunjuk
Total
Propable
Proven
Total
5.47
6.65
2.09
14.21
Sumatera
20,153.72
13,949.29
10,634.37
7,699.18
52,436.56
10,644.45
904.8
11,549.25
3.
Kalimantan
14,377.52
18,050.73
5,136.65
14,535.91
52,100.80
2,833.15
4,624.57
7,457.72
4.
Sulawesi
146.92
33.09
53.09
233.1
0.06
0.06
0.12
5.
Maluku
2.13
2.13
6.
Papua
89.4
64.02
153.42
34,628.24
32,217.61
15,804.11
22,290.27
104,940.23
13,477.66
5,529.43
19,007.09
Total
Gambar 2.1.
Sumber daya dan cadangan Batubara
Peluang Investasi Sektor ESDM - Minerba
109
Tabel 2.5.
Kualitas Sumber Daya Batubara Indonesia (Juta Ton)
Kualitas
Tereka
Tertunjuk
Jumlah
Terukur
Total
Terbukti
Kalori Rendah
5,057.69
6,632.83
3,721.16
5,815.96
21,183.05
(20,18%)
7603.88
1105.40
Kalori Sedang
27,806.97
18,909.50
11,007.87
12,001.69
69,734.03
(66,29%)
7063.52
2904.41
1,924.58
6,173.76
1,071.36
4,050.91
13,021.50
(12,57%)
861.73
1410.44
101.65
482.93
5.80
422.81
1,001.64
(0,96%)
73.29
109.18
34,890.89
32,199.02
15,806.19
22,291.37
Kalori Tinggi
Kalori Sangat Tinggi
TOTAL
Catatan :
1. Batas Kedalaman dihitung sampai 100 m
2. Kualitas berdasarkan kelas nilai kalori
(Keppres No. 13 Tahun 2000 diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2003)
a. Kalori Rendah
< 5100 kal/gr
b. Kalori Sedang
5100 - 6100 kal/gr
c. Kalori Tinggi
> 6100 - 7100 kal/gr
d. Kalori sangat Tinggi
> 7100 kal/gr
104,940.22 100.00
15602.42
5529.43
4. Kelas Cadangan
a. Terbukti(Proven)
b. Terkira(Probable)
5. Produksi
Tahun 1990 - 2005
110
2.1.3.
Tabel 2.6.
Status Pengusahaan PKP2B (Desember 2010)
diterbitkannya PP 75 tahun 2001 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 32 Tahun 1967
Jumlah
Terminasi
Aktif
PU
Ekspl
FS
Konst
Produksi
Tentang Pelaksanaan UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Generasi I
1
1
0
0
0
0
0
0
Pertambangan, sebagai turunan
UU1322 tahun 1999
yang0 diamandeman
menjadi
UU 0tahun
Generasi II
16
3
0
0
3
2004 tentang
Pemerintahan
Generasi
III
13 Daerah.11
2
0
0
0
0
2
Generasi IV
95
88
7
0
0
2
2
Tahun 2009 produksi batubara
Indonesia
mencapai
2540juta ton,1 dimana ekspor
mencapai
Generasi V
7
3
4
2
0
198 jutaVIton dan permintaan
Generasi
65 domestik
50 mencapai
15 56 Juta 3ton. Dapat
4 dikatakan
3 bahwa ekspor
3
batubara
saat
ini
masih
mendominasi
dengan
lebih
dari
75%
dari
total
produksi
pertahunnya
Generasi VII
39
28
11
0
2
7
1
(gambar 2.2).
Jumlah
236
194
42
2
7
14
7
3
1
2
1
12
*) Produksi Batubara (Realisasi 2004-2009 dan Rencana 2010-2025), perkiraan realisasi 2010
2.2.
111
2.2.
2.2.1.
KEGEOLOGIAN
Biji Timah
Eksplorasi
Cadangan
Bijih Timah
Eksplorasi
Cadangan
Bijih
Tembaga
PEMANFAATAN AKHIR
Eksploitasi
Pengolahan:
Pencucian
Hasil: Konsentrat Sn
Peleburan dan
Refinery
Pengangkutan
Niaga
Peleburan dan
Refinery
Pengangkutan
Niaga
Rumah
Tangga
Pengolahan: Crushing
Milling, rotasi,
konsentrasi
Hasil: Kons Tembaga,
Emas, dan Perak
Bijih Nikel
Eksplorasi
Cadangan
Bijih Nikel
Geologi
Sumber
Daya
Eksploitasi
Bijih Bauksit
Eksplorasi
Cadangan
Bijih
Bauksit
Eksploitasi
Pengolahan: Pencucian
Hasil: Konsentrat Bauksit
Peleburan dan
Refinery
Peleburan dan
Refinery (Bayer
Proses)
Hasil: A, O, Powder
Peleburan
dan
Refinery
Pengangkutan
Niaga
Pengangkutan
Niaga
Logam
Utama
(Murni)
Transportasi
Logam
Ikutan
By
Product
Industri
Slag
Bijih Besi
Eksplorasi
Eksplorasi
Cadangan
Bijih Besi
Cadangan
Bijih
Mangan
Eksploitasi
Pengolahan: Washing,
Crushing, dan Drying
Hasil: Konsentrat Besi
Bijih Mangan
Eksploitasi
Pengolahan: Konsentrasi
Hasil: Konsentrat Mn
Peleburan dan
Refinery
Peleburan dan
Refinery
Pengangkutan
Niaga
Pengangkutan
Niaga
Gambar 2.3
Struktur Industri Mineral Logam
112
Komersial
INDUSTRI PRIMER
Hulu (Mengangkat dari perut bumi)
Intan
Eksplorasi
Cadangan
Non
Logam
Eksplorasi
Cadangan
Non
Logam
Eksplorasi
Cadangan
Non
Logam
Eksploitasi
Batu
Gamping
Geologi
Sumber
Daya
Eksplorasi
Cadangan
Non
Logam
Eksploitasi
Pasir Kuarsa
Eksploitasi
Bentonit
Eksploitasi
PEMANFAATAN AKHIR
Pengolahan: Washing,
Screaning, X-ray, Separation,
Cutting, Polishing
Hasil: Intan
Pengangkutan
Intan
Niaga
Pengolahan: Crushing/sizing
Hasil: Batu Gamping
Pengangkutan
Batu Gamping
Niaga
Pengolahan: Crushing/Sizing
Hasil: Pasir Kwarsa
Pengangkutan
Pasir Kwarsa
Pengolahan: Crushing/Sizing
Hasil: Bentonite
Pengangkutan
Bentonite
Produk Akhir,
Perhiasan,
Mata bor
Rumah
Tangga
Transportasi
Niaga
Industri
Bahan perekat,
pengisi (filler),
lumpur bor, bahan
penyerap
Niaga
Komersial
Eksplorasi
Cadangan
Non
Logam
Kaolin
Eksploitasi
Pengolahan: Crushing/Milling
Hasil: Kaolin Powder
Pengangkutan
Kaolin
Produk Akhir
Bahan dasar
semen, kosmetik,
kapur
Niaga
Gambar 2.4.
Struktur Industri Mineral Non Logam
STRUKTUR INDUSTRI BATUAN
KEGEOLOGIAN
INDUSTRI PRIMER
Hulu (Mengangkat dari perut bumi)
PEMANFAATAN AKHIR
Granit
Eksplorasi
Cadangan
Batuan
Eksploitasi
Pengangkutan
Niaga
Bahan
dasar jalan
/ bangunan,
Ornamen
keramik
Rumah
Tangga
Transportasi
Geologi
Sumber
Daya
Marmer
Eksplorasi
Cadangan
Batuan
Eksploitasi
Pengolahan: Crushing/Sizing
Hasil: Marmer
Pengangkutan
Niaga
Bahan
dasar jalan
/ bangunan,
Ornamen
keramik
Industri
Zeolit
Eksplorasi
Cadangan
Gamping
Eksploitasi
Pengolahan: Crushing/Sizing
Hasil: Kapur
Niaga
Pengangkutan
Komersial
Gambar 2.5.
Struktur Industri Batuan
113
PEMANFAATAN AKHIR
INDUSTRI PRIMER
Hilir (Mengolah menjadi produk mineral / produk energi)
Energi
Medik
Geologi
Sumber
Daya
Eksplorasi
Cadangan
Bijih
Uranium
Eksploitasi
Pengolahan:
Leaching, filtrasi
U-Recovery:
Ion Exchange
atau Solvent
Extraction
Pengangkutan
NH4 &
U2O7
(72%U)
Niaga
U308
(72%)
Militer
Komersial
Gambar 2.6.
Struktur Industri Mineral Radioaktif
2.2.2.
Terdapat 12 perusahaan Kontrak Karya (KK) yang sudah produksi, 6 dalam status konstruksi dan 14 sedang
melakukan studi kelayakan. Perusahaan KK inilah yang saat ini mendominasi dalam produksi pertambangan
Mineral, khususnya pertambangan Mineral logam.
Tabel 2.7.
Status Kontrak Karya Pertambangan Mineral (Desember 2010)
Jumlah
Terminasi
Aktif
PU
Ekspl
FS
Konst
Produksi
Generasi I
Generasi II
16
13
Generasi III
13
11
Generasi IV
95
88
Generasi V
Generasi VI
65
50
15
Generasi VII
Jumlah
114
39
28
11
236
194
42
14
12
Komoditas yang dihasilkan antara lain adalah tembaga, perak, emas, bauksit, dan nikel (Tabel 2.8 dan
Tabel 2.9).
Tabel 2.8.
Produksi Mineral Utama
NO
KOMODITI
SATUAN
2008
2009
Realisasi
Perkiraan Realisasi
Logam Tembaga
ton
655.058
868.171
Emas
kg
64.391
105.404
Perak
kg
225.702
232.064
Logam Timah
ton
71.607
105.000
Bauksit
mt
13.005.502
10.083.258
Bijih Besi
mt
4.503.142
4.044.348
Bijih Nikel
ton
10.634.452
10.847.141
Ni+Co in matte
ton
73.356
63.548
mt
17.566
17.917
10
Intan
crt
27.688
N.a
11
Granit
m3
1.950.494
1.989.504
Tabel 2.9.
Ekspor Mineral Utama
NO
URAIAN
Tembaga
Emas
3
4
SATUAN
VOLUME
2008
2009
Realisasi
Perkiraan Realisasi
Volume
Nilai (Juta
US$)
Volume
Ribu Ton
450,7
3.151,18
781,30
3.008,26
Ton
57,2
1.756,20
94,90
3.042,00
Perak
Ton
172,5
91,07
208,90
110,28
Timah
Ribu Ton
67,9
1.254,77
94,50
1.106,82
Bauksit
Ribu Wmt
12.480.312
168,48
9.074,90
163,35
Ni+Co Matte
Ribu Ton
74,1
1.561,18
57,20
635,64
Bijih Nikel
Ribu Wmt
8.622,5
537,85
9.762,40
608,96
Nikel in FeNi
Ribu Ton
17,1
1,27
16,10
1,19
Granit
1.690.800,0
12,68
1.790.500,00
14,32
10
Intan
11
M3
Karat
32.748,0
8,16
N.a
N.a
Ribu Ton
3.182,2
334,13
3.639,90
389,46
115
2.3.
2.3.1.
Struktur Industri
Batubara
Di dalam pasal 102-103 UU
Minerba, pemilik IUP dan IUPK
batubara memiliki kewajiban
untuk melakukan usaha nilai
tambah di dalam proses
penambangan dan pengolahan.
Pengolahan batubara yang
dirumuskan di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 23 tahun
2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara meliputi
penggerusan batubara (coal
crushing), pencucian batubara
Plant UBC
Gambar 2.7.
2. Demo
(coal washing), pencampuran
Gambar
2.7.di Palimanan, Cirebon
batubara (coal blending),
Demo Plant UBC di Palimanan, Cirebon
peningkatan mutu batubara
(coal upgrading), pembuatan
2.3.1.2. Pembriketan Batubara
briket batubara (coal briquetting), pencairan
batubara (coal liquefaction), gasifikasi batubara (coal
Pembriketan batubara dilakukan beberapa
gasification), dan coal water mixer.
perusahaan a.l: PTBA dan swasta dengan produksi
Dewasa ini untuk kegiatan pertambangan
per tahun saat ini rata-rata sekitar 60 ribu ton pertahun,
batubara, pengolahan yang sudah dilakukan
sedangkan kapasitas mesin terpasang sebesar 210
kebanyakan sebatas penggerusan, pencucian dan
ribu ton. Diharapkan produksi briket batubara secara
pencampuran yang umumnya memang dilaksanakan
bertahap bisa naik 25% pertahun yang terdiri dari
untuk memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam
batubara karbonisasi dan non karbonisasi. Briket
maupun di luar negeri, sedangkan untuk kegiatan
batubara dapat berperan sebagai energi pengganti
peningkatan mutu, pembriketan, pencairan dan
BBM/Minyak Tanah di Pulau Jawa dan luar Pulau
gasifikasi batubara masih harus terus dikembangkan.
Jawa. PTBA adalah produsen briket terbesar saat ini
Batubara mutu rendah sampai menengah di Indonesia
dengan produk briketnya terutama adalah briket yang
jumlahnya cukup besar (86 %), oleh karena itu upaya
terkarbonisasi.
peningkatan mutu pada batubara jenis ini sangat
Pada dasarnya briket batubara adalah bahan
bernilai strategis, karena dapat meningkatkan nilai
bakar
padat
dengan
danKalimantan
ukuran tertentu,
yang
Gambar
2.8.
.
Demo
plant
p
lant
UBC di
Satui,bentuk
Arutmin,
Selatan
ekonomi batubara tersebut.
tersusun dari partikel batubara (kokas/semi kokas)
halus yang telah mengalami proses pemampatan
2.3.1.1. Peningkatan Mutu
Batubara
2.3.1.2.
Pembriketan Batubara
atubara
dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut
Peningkatan mutu batubara dilakukan untuk
Pembriketan batubara dilakukan
beberapa
perusahaan
PTBA dan swasta dengan
lebih
mudah ditangani
dalama.l:
pemanfaatannya.
batubara mutu rendah (< 5.000 kcal/kg) menjadi
Karena
jenis
batubara
Indonesia
umumnya
jenis
produksi
per
tahun
saat
ini
rata-rata
rata
rata
sekitar
60
ribu
ton
pertahun,
sedangkan
kapasitas
batubara mutu menengah sampai tinggi (>6.000
bituminus
dan sub
bituminus
dengan
kandungan
mesin
terpasang
sebesar
sar
210
ribu
ton.
Diharapkan
produksi
briket
batubara
secara
bertahap
kcal/kg) dengan cara pengurangan kandungan total
zat
terbang
dan
air
cukup
tinggi,
maka
untuk
bisa naik 25%
pertahun mutu
yang terdiri dari batubara karbonisasi dan non karbonisasi. Briket
air (total moisture reduction).
Peningkatan
menghasilkan briket batubara yang tidak berasap
batubara
dapattersebut
berperan
sebagai
energi pengganti BBM/Minyak Tanah di Pulau Jawa dan
batubara untuk batubara
mutu a
rendah
dapat
dan tidak berbau terlebih dahulu dilakukan proses
dilaksanakan antara lainluar
dengan
teknologi
Up-grading
Pulau
Jawa.
awa. PTBA
adalah produsen
briket terbesar saat ini dengan produk briketnya
karbonisasi (pengarangan) untuk mengurangi zat
Brown Coal (UBC) yang
saat
ini
dalam
tahap
demoterutama adalah briket yang terkarbonisasi.
terbang, sehingga briket dapat digunakan secara
plant oleh Puslitbang Tekmira di Palimanan, Cirebon
langsung untuk keperluan memasak.
dan PT Arutmin di Satui, Kalimantan Selatan (Gambar
Secara
umum
proses
pembuatan
batubara
Pada
dasarnya
briket
riket
batubara
adalah
bahan
bakar
padat
denganbriket
bentuk
dan ukuran
2.3 dan 2.4).
dapat
dilakukan
dengan
melalui
proses
karbonisasi
tertentu, yang tersusun dari partikel batubara (kokas/semi kokas) halus yang telah
atau tanpa karbonisasi.
mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut
lebih mudah ditangani dalam
m pemanfaatannya.
116
Karena jenis batubara Indonesia umumnya jenis bituminus dan sub bituminus dengan
18
Gambar 2.7.
2. Demo Plant UBC di Palimanan, Cirebon
18
menyambut
baik
keinginan
Indonesia
tersebut.
Proses karbonisasi batubara yang ukurannya
Dalam tahap selanjutnya telah dilakukan diskusi
kurang dari 2 cm akan berlangsung dengan baik,
awal
mengenai calon lokasi pabrik Coal-to-Liquid di
apabila selama proses tersebut berlangsung diberi
Indonesia
dengan persyaratan memiliki cadangan
pasokan udara yang cukup melalui dasar tungku
batubara besar, cadangan air besar, dan infrastruktur
yang baik. Sesuai permintaan pihak SASOL, akan
Tanpa Karbonisasi
Untuk batubara peringkat tinggi (seperti didiskusikan pula mengenai insentif-insentif yang dapat
antrasit/semi antrasit), pembuatan briket batubara diberikan oleh Pemerintah.
Pada tanggal 3 Desember 2009 bertempat
dapat dilakukan tanpa melalui proses karbonisasi.
di
London,
BKPM telah menandatangani MOU
Batubara yang telah digerus pada ukuran tertentu
pengembangan
SASOL di Indonesia yang ditindaklanjuti
dicampur dengan bahan pengikat dan bahan imbuh
dengan
kerjasama
Government to Government (G to
untuk kemudian dilakukan pencetakan. Untuk briket
G)
yang
saat
ini
sedang
diselesaikan oleh Kementerian
sarang tawon (honey comb) dapat juga menggunakan
Luar
Negeri.
Di
dalam
perkembangannya nanti,
batubara bituminus.
pengembangan pencairan batubara di Indonesia akan
membutuhkan wilayah pertambangan batubara yang
117
Batubara
Halus
uncarbonice
Karbonisasi
600-700o (6-8 jam)
Quenching
Semi Kokas
Arang Batubara
Karbonisasi
dengan Blower
uncarbonice
Batubara kasar
Penggerusan
Clay Kanji Kapur Adiktif Lainnya -
Pencampuran
(Adonan)
Pengukusan
(Steaming)
Pencetakan Briket
+ 25 Kg/Cm2
Catatan:
Pengeringan
Briket Batubara
Pengepakan
Gambar 2.9.
Flow pembuatan Briket Batubara dengan karbonisasi
memiliki cadangan batubara mutu rendah (low rank
coal) sekitar 4 miliar ton.
2.3.1.4. Gasifikasi Batubara
Teknologi gasifikasi batubara sudah berkembang
dan tersedia di pasaran serta mampu menghasilkan
produk yang memenuhi persyaratan untuk dipakai
sebagai bahan bakar mesin pembakar internal (internal
cumbustion engine) seperti Satuan Pembangkit
Diesel (SPD) melalui sistem dual fuel. Dengan
penerapan teknologi gasifikasi batubara pada PLTD
(membangkitkan mesin disel dengan sistem dual
fuel), maka hasil akhir diyakini lebih efisien dalam
penggunaan energi serta memberikan penghematan
subsidi untuk solar. Di samping itu, penerapan
teknologi gasifikasi batubara pada PLTD ternyata
menghasilkan emisi dan kualitas lingkungan yang
masih memenuhi persyaratan; demikian juga dengan
limbah batubaranya yang dapat dimanfaatkan untuk
bahan baku pembuatan batako (abu batubara) serta
pengisi (filler) beton jalan dan campuran aspal buton
(ter).
118
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
Niaga
Gambar 2.11.
Kapasitas Pelabuhan Muat Batubara Di Indonesia
119
3
3.1.
Commodity
Unit
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Copper conct.
dmt
3,553,808
2,938,009
2,814,952
2,397,899
3,484,124
3,466,771
Copper
ton
1,063,849
817,796
796,899
655,046
998,530
878,376
Gold
kg
143,205
85,411
117,854
64,390
127,716
102,694
Silver
kg
328,749
261,398
268,967
226,051
326,773
266,492
Tin conct.
ton
78,404
80,933
66,137
53,228
46,078
41,070
Tin metal
ton
67,600
65,357
64,127
53,471
51,418
42,242
Bauxite
mt
1,081,739
1,501,937
1,251,147
1,152,322
783,097
104,692
Conv matte
ton
97,781
92,123
98,914
92,776
85,974
97,387
Ni+Co in matte
ton
77,471
72,782
77,928
73,356
68,228
77,186
10
Nickel ore
wmt
2,545,580
4,353,832
7,112,870
6,571,764
5,802,080
3,450,762
11
Ferro nickel
mt
20,036
12
Ni In Fe Ni
ton
3,985
14,474
18,532
17,566
12,550
9,634
13
Iron sand
wmt
32,203
5,489
14
Granite
ton
4,302,849
5,217,807
1,793,440
15
Diamond
crt
21,606
46,856
22,980
27,688
3.1.2
No.
2009
2010
Copper
ton
216,761
240,782
227,812
Gold
kg
1,724
1,882
15,216
29,776
22,054
Silver
kg
11,985
12,967
58,392
70,397
62,804
Tin metal
ton
974
1,927
747
Bauxite
mt
Ni+Co in matte
ton
Nickel ore
wmt
Ferro nickel
mt
Ni In Fe Ni
ton
10
Iron sand
wmt
23,267
6,051
11
Granite
ton
155,507
455,778
30,049
12
Diamond
crt
120
Commodity
Unit
2005
2006
2007
Commodity
Unit
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Copper
ton
1,054,778
816,181
785,552
450,661
698,190
597,231
Gold
kg
140,321
85,176
119,637
57,475
102,081
76,421
Silver
kg
306,603
244,144
268,051
172,484
303,346
197,212
Tin metal
ton
66,920
61,422
63,679
50,198
55,355
208,473
Bauxite
mt
1,039,380
1,536,542
964,282
893,088
445,662
164,498
Ni+Co in matte
ton
77,218
72,879
77,838
74,030
67,782
77,035
Nickel ore
wmt
2,688,477
4,309,134
6,907,459
5,342,924
4,901,699
2,760,344
Ferro nickel
mt
24,463
Ni In Fe Ni
ton
4,930
13,389
17,548
17,025
14,191
9,303
10
Iron sand
wmt
11
Granite
ton
3,856,074
5,160,623
684,948
12
Diamond
crt
24,075
47,039
10,411
32,748
3.1.4
No.
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
BUMN
1
Bukit Asam
8,559,124.00
8,665,526.00
8,604,709.00
10,086,509.00
10,828,930.00
11,913,441.00
58,658,239.00
47,511.00
1,955.68
3,904.00
51,219.00
1,770.00
5,272.00
111,631.68
8,606,635.00
8,667,481.68
8,608,613.00
10,137,728.00
10,830,700.00
11,918,713.00
58,769,870.68
Sub Total
KONTRAKTOR
1.
2.
Adaro Indonesia, PT
26,686,197.00
34,368,053.00
36,037,866.00
38,482,461.00
40,590,189.00
38,986,574.00
215,151,340.00
3.
52,456.91
52,456.91
4.
Antang Gunung
Meratus, PT
1,028,511.62
118,184.88
197,240.72
378,175.84
548,801.40
685,585.21
2,956,499.67
16,756,700.00
16,316,240.00
15,394,067.00
15,701,501.00
19,298,463.00
20,426,166.00
103,893,137.00
216,687.17
1,589,778.00
1,806,465.17
2,999,997.00
3,494,670.00
3,382,014.00
3,531,201.00
1,982,709.00
1,103,766.00
16,494,357.00
220,155.99
298,368.10
346,467.28
254,801.40
556,206.38
1,675,999.14
1,285,553.94
2,258,366.80
3,722,960.05
4,334,720.79
3,252,121.50
2,526,879.08
17,380,602.17
27,335.29
27,335.29
5.
Arutmin Indonesia, PT
6.
7.
Bahari Cakrawala
Sebuku, PT
8.
9.
Baramarta, PD
10.
Baramulti
Suksessarana, PT
11.
Batualam Selaras, PT
41,741.83
41,741.83
12.
Baturona Adimulya, PT
280,107.26
280,107.26
9,197,371.00
10,592,718.00
11,811,494.00
12,924,990.00
14,336,892.00
17,382,639.00
76,246,104.00
550,889.63
1,219,460.13
1,182,669.11
1,118,005.03
4,071,023.90
13.
Berau Coal, PT
14.
Borneo Indobara, PT
121
Nama
Perusahaan
15.
16.
311,671.74
494,016.54
805,688.28
17.
Gunung Bayan
Pratamacoal, PT
3,926,610.00
5,155,686.00
4,532,431.00
4,459,095.00
4,142,230.74
4,053,369.50
26,269,422.24
18.
Indominco Mandiri, PT
7,448,845.00
10,301,606.00
11,452,621.00
10,797,761.00
12,396,126.00
13,101,774.00
65,498,733.00
19.
80,292.88
122,718.82
760,759.74
1,007,973.94
2,004,598.42
3,976,343.80
20.
57,110.00
158,178.00
111,697.00
93,574.00
82,224.00
502,783.00
21.
Intitirta Primasakti, PT
22.
Jorong Barutama
Greston, PT
3,028,935.00
3,091,645.00
2,631,985.00
2,419,454.00
3,132,616.00
456,522.00
14,761,157.00
23.
167,416.39
434,184.25
198,548.12
225,943.47
121,807.85
43,380.96
1,191,281.04
24.
Kalimantan Energi
Lestari, PT
600,805.00
153,907.35
62,295.00
20,254.00
837,261.35
28,183,329.00
35,300,852.00
38,454,558.00
36,280,348.00
38,154,491.00
39,951,221.00
216,324,799.00
1,035,136.43
1,108,889.47
341,572.47
207,844.34
187,315.00
2,880,757.71
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
25.
26.
Kartika Selabumi
Mining, PT
27.
28.
18,125,043.00
18,911,954.00
18,889,931.00
21,900,596.00
24,692,299.00
26,428,452.00
128,948,275.00
29.
1,886,550.24
1,684,775.95
1,479,745.32
1,301,670.34
1,397,227.33
1,843,052.64
9,593,021.82
30.
Mahakam Sumber
Jaya, PT
2,304,470.09
2,943,896.98
2,936,482.00
3,059,294.00
4,537,033.00
5,303,363.00
21,084,539.07
31.
Mandiri Intiperkasa, PT
1,081,728.02
1,165,287.39
1,735,951.57
1,983,839.00
2,451,357.26
2,653,911.34
11,072,074.58
32.
33.
824,004.78
1,380,719.24
847,407.46
1,443,221.08
932,684.39
1,340,569.57
6,768,606.52
34.
896,588.00
1,178,800.00
1,055,614.00
1,872,714.00
1,528,163.00
1,677,862.00
8,209,741.00
35.
Multi Tambangjaya
Utama, PT
357,706.00
508,808.00
866,514.00
36.
388,499.44
142,937.40
944,415.69
889,683.27
920,863.65
687,230.64
3,973,630.09
37.
Pendopo Energi
Batubara (D/H Pt Barito
Putra)
440.00
440.00
38.
Perkasa Inakakerta, PT
523,575.52
1,144,163.24
2,012,806.25
2,684,902.21
6,365,447.22
39.
Pesona Khatulistiwa
Nusantara (D/H Astra
Binabakti Intisari)
56,268.00
577,529.98
633,797.98
40.
167,029.60
916,948.00
713,849.75
325,516.00
1,265,331.00
1,865,251.70
5,253,926.05
41.
Santan Batubara, PT
1,249,915.00
1,992,075.00
3,241,990.00
42.
Senamas Energindo
Mulia, PT
11,950.00
6,750.00
18,133.00
48,674.00
85,507.00
43.
Singlurus Pratama, PT
478,951.70
847,274.79
1,326,226.49
44.
870,184.85
1,340,600.00
1,525,990.71
1,018,232.81
1,305,702.40
672,680.57
6,733,391.34
122
No.
Nama
Perusahaan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
45.
Tanito Harum, PT
2,402,775.51
2,678,894.50
2,690,198.12
2,660,915.48
3,239,300.39
3,512,859.16
17,184,943.16
46.
750,810.84
1,465,675.31
1,465,219.12
1,655,109.62
1,028,797.38
958,170.14
7,323,782.41
47.
15,963.00
209,390.03
1,021,443.74
1,091,697.36
2,338,494.13
48.
1,610,389.00
5,738,035.00
3,555,107.00
4,544,935.00
5,183,618.00
5,544,568.00
26,176,652.00
49.
Wahana Baratama
Mining, PT
780,451.99
2,887,669.89
2,573,872.15
6,241,994.03
Sub Total
133,680,816.03
163,151,975.03
167,242,774.45
176,998,615.46
197,589,535.24
207,884,673.45
1,046,548,389.66
KP SWASTA
1.
Prov. Bengkulu
990,550.98
1,455,137.49
2.
Prov. Jambi
404,540.50
3,046,940.81
280,779.88
3,732,261.19
3.
695,777.71
4,374,833.65
7,415,426.51
12,486,037.87
4.
42,448.50
226,434.11
268,882.61
5.
3,777,423.37
10,635,507.00
12,978,026.94
27,390,957.31
6.
Prov. Riau
312,668.92
278,379.85
80,604.01
671,652.78
7.
784,865.34
1,249,355.74
326,267.89
2,360,488.97
8.
698,170.76
1,054,158.77
449,491.50
2,201,821.03
Sub Total
7,663,997.58
22,136,761.81
21,757,030.84
51,557,790.23
142,287,451.03
171,819,456.71
175,851,387.45
194,800,341.04
230,556,997.05
241,560,417.29
1,156,876,050.56
Total
2,445,688.47
3.1.5
No.
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
BUMN
1
Bukit Asam
7,151,010.00
6,753,252.00
6,694,418.00
7,974,842.00
7,638,084.00
8,222,560.00
44,434,166.00
41,756.00
1,622.10
184,733.55
5,386.00
2,044.00
84,914.00
320,455.65
7,192,766.00
6,754,874.10
6,879,151.55
7,980,228.00
7,640,128.00
8,307,474.00
44,754,621.65
Sub Total
KONTRAKTOR
2.
1.
Adaro Indonesia, PT
8,738,327.15
10,023,713.00
9,837,045.68
9,318,647.20
9,570,127.00
9,312,533.00
56,800,393.02
3.
73,851.78
73,851.78
4.
Antang Gunung
Meratus, PT
416,864.82
279,590.67
275,153.05
533,682.49
662,287.68
693,998.05
2,861,576.76
5.
Arutmin Indonesia, PT
4,576,812.17
882,296.40
2,033,171.10
1,198,955.66
2,267,323.65
3,304,126.34
14,262,685.31
6.
7.
Bahari Cakrawala
Sebuku, PT
14,900.00
14,900.00
8.
158,900.56
338,650.32
199,575.97
278,411.94
673,496.26
1,649,035.04
9.
Baramarta, PD
398,143.72
3,722,969.05
4,270,554.47
3,277,417.04
2,526,879.08
14,195,963.35
123
Nama
Perusahaan
Baramulti
Suksessarana, PT
2005
2006
24,874.45
2007
-
2008
-
2009
-
2010
-
Total
-
24,874.45
11.
Batualam Selaras, PT
41,189.36
41,189.36
12.
Baturona Adimulya, PT
154,109.06
154,109.06
13.
Berau Coal, PT
3,752,957.00
3,223,516.40
4,191,278.58
4,908,024.60
4,121,855.00
4,415,534.00
24,613,165.58
14.
Borneo Indobara, PT
213,621.52
232,218.59
577,763.45
72,580.03
1,096,183.59
15.
16.
17.
Gunung Bayan
Pratamacoal, PT
3,818,317.34
4,209,902.08
3,525,877.15
2,880,284.87
3,038,417.31
2,997,121.03
20,469,919.76
18.
Indominco Mandiri, PT
46,787.00
998,696.00
260,047.00
624,075.00
632,724.00
857,197.00
3,419,526.00
19.
30,495.94
42,688.94
49,219.00
69,893.60
88,261.73
280,559.21
20.
21,613.98
36,214.44
97,794.13
74,203.45
229,826.00
21.
Intitirta Primasakti, PT
22.
Jorong Barutama
Greston, PT
840,529.76
434,520.27
736,569.14
616,925.55
928,092.00
165,770.27
3,722,406.98
23.
167,417.00
198,548.12
236,526.05
125,105.77
50,911.33
778,508.27
24.
Kalimantan Energi
Lestari, PT
90,915.02
90,915.02
25.
905,068.00
1,188,333.00
2,726,875.00
3,329,181.00
3,419,350.00
3,949,200.00
15,518,007.00
26.
Kartika Selabumi
Mining, PT
992,557.86
1,109,713.34
593,673.33
188,298.65
85,484.66
39,598.95
3,009,326.79
27.
28.
6,353,879.00
4,807,555.00
5,617,460.00
5,582,846.17
5,606,307.15
6,058,542.77
34,026,590.10
29.
11,120.51
5,829.17
16,949.68
30.
Mahakam Sumber
Jaya, PT
1,006,097.00
7,734.00
1,291,265.00
689,957.00
606,383.00
3,601,436.00
31.
Mandiri Intiperkasa, PT
32,378.31
32,896.59
24,584.12
5,331.00
95,190.01
32.
33.
34.
242,323.82
316,325.02
101,136.62
183,479.00
843,264.46
35.
Multi Tambangjaya
Utama, PT
36.
128,565.58
925,312.89
906,383.97
840,085.29
546,926.53
3,347,274.26
37.
Pendopo Energi
Batubara (D/H Pt Barito
Putra)
50.00
50.00
38.
Perkasa Inakakerta, PT
82,413.98
8,067.92
90,481.91
39.
Pesona Khatulistiwa
Nusantara (D/H Astra
Binabakti Intisari)
225,007.97
225,007.97
40.
68,400.27
753,781.49
34,720.00
856,901.76
124
No.
Nama
Perusahaan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
41.
Santan Batubara, PT
581,466.00
144,264.00
725,730.00
42.
Senamas Energindo
Mulia, PT
8,845.79
6,100.00
21,569.29
47,071.38
83,586.46
43.
Singlurus Pratama, PT
44.
497,650.80
1,485,795.33
1,039,673.93
1,250,305.88
747,680.87
5,021,106.80
45.
Tanito Harum, PT
9,129.00
428,858.26
781,925.00
1,240,555.87
1,153,828.00
3,614,296.13
46.
749,997.00
1,351,644.39
1,021,576.35
991,431.94
4,114,649.67
47.
168,310.16
168,310.16
48.
1,171,441.63
1,589,191.11
1,321,968.66
558,428.39
1,500,466.98
2,550,458.34
8,691,955.10
49.
Wahana Baratama
Mining, PT
34,027,577.79
31,243,621.67
38,603,540.34
40,525,091.57
41,915,457.55
42,514,413.89
228,829,702.81
Sub Total
KP SWASTA
1.
Prov. Bengkulu
63,039.70
317,569.99
380,609.69
2.
Prov. Jambi
306,932.32
350,977.64
116,009.32
773,919.28
3.
639,516.67
346,245.63
486,041.89
1,471,804.19
4.
5.
2,551,355.20
3,677,052.36
2,219,653.02
8,448,060.58
6.
Prov. Riau
144,266.61
24,613.90
168,880.51
7.
736,189.27
1,174,654.20
32,473.62
1,943,317.09
8.
526,632.39
850,978.17
857,692.54
2,235,303.10
Sub Total
Total
4,967,932.16
6,742,091.89
3,711,870.39
15,421,894.44
41,220,343.79
37,998,495.77
45,482,691.89
53,473,251.73
56,297,677.44
54,533,758.28
289,006,218.90
3.1.6
No.
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
BUMN
1
Bukit Asam
2,492,201.00
2,848,534.00
3,808,057.00
4,008,249.61
4,416,312.00
4,659,928.00
22,233,281.61
71,225.00
71,225.00
7,192,766.00
6,754,874.10
6,879,151.55
7,980,228.00
7,640,128.00
8,307,474.00
44,754,621.65
Sub Total
KONTRAKTOR
2.
1.
Adaro Indonesia, PT
17,317,389.00
24,137,923.00
24,465,249.00
30,182,587.00
31,585,017.00
29,958,937.00
157,647,102.00
3.
4.
Antang Gunung
Meratus, PT
5.
Arutmin Indonesia, PT
12,516,891.00
13,276,712.12
13,544,669.00
14,262,641.95
17,169,828.00
17,081,559.00
87,852,301.06
125
Nama
Perusahaan
6.
7.
Bahari Cakrawala
Sebuku, PT
8.
9.
Baramarta, PD
10.
Baramulti
Suksessarana, PT
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
191,482.19
1,337,873.09
1,529,355.28
2,822,636.00
3,621,795.00
3,466,451.00
3,603,775.00
1,922,341.00
1,076,772.00
16,513,770.00
95,176.73
2,256,367.00
2,351,543.73
11.
Batualam Selaras, PT
12.
Baturona Adimulya, PT
50,828.50
50,828.50
13.
Berau Coal, PT
5,762,556.00
6,757,761.49
7,605,711.00
8,188,801.00
10,019,991.00
12,650,877.00
50,985,697.49
14.
Borneo Indobara, PT
1,077,438.65
635,310.13
763,722.49
2,476,471.27
15.
16.
227,138.00
467,270.00
694,408.00
17.
Gunung Bayan
Pratamacoal, PT
949,843.00
934,868.00
623,549.00
1,152,284.00
1,042,399.00
4,702,943.00
18.
Indominco Mandiri, PT
8,901,843.00
10,466,251.00
12,061,964.65
10,258,735.65
13,059,005.00
12,578,374.46
67,326,173.76
19.
17,142.56
113,330.46
733,617.55
930,278.98
1,851,859.50
3,646,229.05
20.
26,282.81
138,554.28
66,012.28
12,317.09
243,166.46
21.
Intitirta Primasakti, PT
22.
Jorong Barutama
Greston, PT
2,138,520.84
1,480,467.90
1,941,560.45
2,033,898.33
2,145,041.79
455,104.00
10,194,593.32
434,185.00
434,185.00
600,000.00
15,833.98
80,317.07
24,401.96
720,553.01
26,622,409.00
34,153,393.31
37,041,285.00
32,224,315.00
35,268,125.00
36,056,639.00
201,366,166.31
23.
24.
Kalimantan Energi
Lestari, PT
25.
26.
Kartika Selabumi
Mining, PT
151,909.22
151,909.22
27.
28.
11,703,485.00
10,965,896.00
13,566,872.00
16,072,395.80
19,172,515.04
20,111,632.00
91,592,795.84
29.
1,732,691.00
1,668,104.00
1,598,524.00
1,447,330.49
1,209,500.00
1,868,912.00
9,525,061.49
30.
Mahakam Sumber
Jaya, PT
2,921,351.98
3,035,724.00
1,744,813.00
3,631,792.00
4,579,329.00
15,913,009.98
31.
Mandiri Intiperkasa, PT
1,020,531.00
897,204.59
1,814,040.00
1,979,410.00
2,441,500.00
2,628,490.85
10,781,176.44
32.
33.
788,254.83
779,598.00
1,635,549.00
1,247,519.00
876,179.00
1,442,051.00
6,769,150.83
34.
648,073.40
934,481.00
961,700.79
1,717,417.53
1,531,207.62
1,760,376.34
7,553,256.68
35.
Multi Tambangjaya
Utama, PT
316,172.25
480,107.30
796,279.55
36.
126
No.
Nama
Perusahaan
37.
Pendopo Energi
Batubara (D/H Pt Barito
Putra)
20.00
20.00
38.
Perkasa Inakakerta, PT
307,561.00
1,101,785.00
2,018,909.00
2,627,558.00
6,055,813.00
39.
Pesona Khatulistiwa
Nusantara (D/H Astra
Binabakti Intisari)
38,682.00
326,362.00
365,044.00
40.
368,347.00
706,205.00
282,147.00
1,307,199.00
1,984,234.45
4,648,132.45
41.
Santan Batubara, PT
534,554.00
1,858,463.00
2,393,017.00
42.
Senamas Energindo
Mulia, PT
43.
Singlurus Pratama, PT
430,069.22
907,121.36
1,337,190.58
44.
45.
Tanito Harum, PT
5,467,352.00
1,218,648.00
5,008,126.49
1,811,581.00
2,019,011.00
2,335,161.00
17,859,879.49
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Total
46.
24,528.57
24,528.57
47.
54,366.00
736,594.00
1,366,963.00
2,157,923.00
48.
389,197.00
2,754,648.88
2,400,654.28
4,025,068.55
3,632,390.74
2,976,783.00
16,178,742.45
49.
Wahana Baratama
Mining, PT
524,312.00
2,914,863.71
2,424,809.00
5,863,984.71
98,527,005.81
120,102,237.61
132,428,916.47
135,287,918.73
157,129,297.75
165,227,026.12
808,702,402.50
Sub Total
KP SWASTA
1.
Prov. Bengkulu
997,228.88
866,876.28
1,864,105.16
2.
Prov. Jambi
17,806.84
92,094.74
109,901.58
3.
48,006.00
48,006.00
4.
79,786.32
79,786.32
5.
1,422,055.22
7,393,903.33
8,845,798.55
17,661,757.10
6.
Prov. Riau
269,475.21
301,714.42
81,483.90
652,673.53
7.
177,412.05
105,465.74
282,877.79
8.
14,436.70
65,800.00
80,236.70
Sub Total
2,721,002.85
8,787,912.08
9,270,429.25
20,779,344.18
101,019,206.81
122,950,771.61
136,236,973.47
142,088,396.20
170,333,521.83
179,157,383.37
851,786,253.29
Total
127
3.2.
3.2.1
rioritas Pembangunan
Infrastruktur Mineral dan
Batubara Ke Depan
128
Gambar 2.13.
Pohon Industri
Alumunium
29
29
Peluang Investasi Sektor ESDM - Minerba
129
Untuk pabrik peleburan nikel terdapat 2 (dua) jalur pengolahan yang telah dikembangkan
secara
komersialNikel
yaitu jalur ferro-nikel
(PT Pengolahan
Antam) dan nikel-matte
(PT INCO).
Jalur ferro
Pengolahan dan
Pemurnian
3.2.5.
dan Pemurnian
Tembaga
nikel adalah proses yang memberikan produk akhir dalam bentuk granular Fe-Ni yang
langsungnikel
dapat
diserap 2pasar
baku industri
besi baja telah
yang sangat
besardi
Untuk pabrik peleburan
terdapat
(dua)sebagai bahan
Pengolahan
bijih tembaga
dilakukan
jalur pengolahan yangpertumbuhannya.
telah dikembangkan
secara
mulai dari masih
konsentrasi
Mineral
(PT
Sedangkan
jalur dalam
dengan negeri
produk nikel-matte
memerlukan
proses
komersial yaitu jalur ferro-nikel
(PTlebih
Antam)
dan
nikelFreeport
dan
PT NNT)
hingga
peleburan pabrik
dan pemurnian
pemurnian
lanjut
untuk
menjadi
produk
akhir
dimana
tergantungdari
hilirnya
matte (PT INCO). Jalur ferro
adalah
proses
tembaga
menjadi
logam
tembaga
murni
(PT
akan nikel
dipakai
sebagai
bahanyang
paduanbijih
produk
akhir (goods).
Secara
teknis,
ferro nikel
dapat
memberikan produk akhir
dalam
bentuk
Smelting
Gresik).
Pabrikpemurnian
peleburandan
ini telah
berproduksi
disebut
sebagai
produkgranular
akhir karena
telah melalu
proses
dapat
langsung
Fe-Ni yang langsung dapat
diserap
sebagai
sejak
tahun
1999
dengan
kapasitas
300
digunakan
untukpasar
industri.
Sementara
itu, nikel
matte
masih
merupakan
produkproduksi
antara yang
bahan baku industri besi
yang sangat
ton tembaga/tahun.
Teknologi
peleburan
tembaga
masihbaja
memerlukan
prosesbesar
pemurnian.
Berdasar struktur
pengolahan
nikel dibawah
inidi
pertumbuhannya. Sedangkan
jalur dengan
dunia
alternatif
terlihat bahwa
industri produk
pengolahan
nikelberkembang
di Indonesia pada
telah berbagai
berkembang
adalah proses
jalur
nikel-matte masih memerlukan
pemurnian
yang masing-masing
keunggulan
dan
pengolahanproses
ferro nikel
dimana industri
manufaktur yang mempunyai
memanfaatkannya
juga telah
lebih lanjut untuk menjadi
tersebut
didasarkan
pada pertimbangan
tersediaproduk
di dalamakhir
negeri.dimana
Sementarapemilihan
itu pengolahan
nikel matte
dan pemanfaatannya
belum
tergantungdari pabrik hilirnya
akan dipakai
faktor
dari peleburan
ada di Indonesia.
Pohonsebagai
industri nikel
dapat konsumsi
di lihat dalamenergi.
gambar Produk
2.9.
3.2.4.
Gambar 2.14.
Pohon Industri
Nikel
Gambar 2.14. Pohon Industri Nikel
130
oleh pabrik petrokimia untuk pembuatan pupuk. Slag hasil peleburan konsentrat tembaga
juga telah
dimanfaatkan
oleh indutri3.2.6.
semen.Pengolahan
Hal ini membuktikan
bahwa pengolahan
Freeport yang dapat diolah
di dalam
negeri, sedangkan
dan Pemurnian
Besi
Mineral
di
dalam
negeri
sangat
menguntungkan
industri
dalam
negeri
karena produk
sisanya dan produk dari PT NNT masih diekspor karena
samping
industri dapat
dimanfaatkan seluruhnya.
tembaga dapat
keterbatasan kapasitas
pabrikdari
pengolahan
PT Smelting
Sebagai Pohon
salahindustri
satu negara
yang dilihat
memiliki
dalamslime
gambar
2.10.dihasilkan oleh cadangan bijih dan pasir besi dalam jumlah besar,
Gresik. Selain itu, anoda
yang
pabrik peleburan tembaga
industri
dan baja
di Indonesia
masih
sangat
Hal yangmasih
masih harus
menjadidiekspor
kerisauankedalam
industribesi
peleburan
konsentrat
dalam negeri
adalah
luar negeri (Jepang) karena
ketidaktersediaan
industri
tergantung
pada
bahan
baku
pembuatan
baja
kenyataan bahwa hanya 30% dari konsentrat yang dihasil oleh PT Freeport yang dapat dan
pengolahan anoda slime.
haldalam
ini sangat
besi dan
dari produk
luar negeri
berupa
pig iron
dan sponge
diolah di
negeri, merugikan
sedangkan sisanya
dari PT
NNT masih
diekspor
karenairon.
karena dalam anoda slime
tersebut
masih
mengandung
Impor
bahan
baku
tersebut
pada
tahun
2008
sebesar
keterbatasan kapasitas pabrik pengolahan PT Smelting Gresik. Selain itu, anoda slime yang
logam-logam berharga
seperti
emas,
perak,
selenium,
516,2
ribu
ton
dimana
sebagian
besar
diimpor
dihasilkan oleh pabrik peleburan tembaga masih harus diekspor ke luar negeri (Jepang) dari
platinum dan logam-logam
lainnya yang
akan
Brazil. Sementara
besi yang
dihasilkan
karenaberharga
ketidaktersediaan
industri
pengolahan
anoda slime.itu,
halbijih
ini sangat
merugikan
karenaoleh
sangat bermanfaat bagi
industri
dalam
negeri
apabila
sektor
pertambangan
di
Indonesia
dipasarkan
dalam
dalam anoda slime tersebut masih mengandung logam-logam berharga seperti emas, perak,
dapat diekstraksi di dalam
negeri.
bentuk
raw
material
ke
luar
negeri.
Gambaran
industri
selenium, platinum dan logam-logam berharga lainnya yang akan sangat bermanfaat bagi
industri dalam negeri apabila dapat diekstraksi di dalam negeri.
Gambar 2.15.
Pohon Industri
Tembaga
Gambar 2.15. Pohon Industri Tembaga
31
131
KEGEOLOGIAN
Hulu (mengangkat dari perut bumi
Bijih Besi
Eksplorasi
Cadangan
Bijih Besi
Eksploitasi
Pengolahan:
Washing dan
Clossifying
Peleburan dan
Refinery
Impor
Pellet
Kondisi Ideal
Cadangan
Bijih Besi
Transportasi
Baja
Niaga
Slag
Pish ball/
sand
blast
Niaga
Industri
Eksploitasi
Eksplorasi
Eksploitasi
Felaterit
Eksploitasi
Pasir besi
Rumah Tangga
Bijih Besi:
Fe 55-60%
Bijih Besi:
Fe 55-60%
Geologi
Sumber
Daya
Niaga
Pengangkutan
Pengangkutan
Pengolahan:
Crushing
dan drying,
Agglomeration
Pig Iron
Niaga
Sponge
Iron
Niaga
Peleburan
Konsentrat Besi
Komersial
Ti
Ilmenit
Gambar 2.16.
Pohon Industri Besi
3.2.7
Slag
Tioksida
Note:
* Bijih Besi FE 50-60%, produk mentah, perlu diproses dan dimurnikan
Gambar 2.17.
Pohon Industri
Timbal
Gambar 2.17. Pohon Industri Timbal
132
Niaga
Gambar 2.18.
Pohon Industri
Seng
Gambar 2.18.
Pohon Industri Seng
Ketidakmampuan
industri pertambangan dalam
Diluar komoditas Mineral yang disebutkan diatas,
masih banyak komoditas tambang lain yang belum memasok kebutuhan industri akan mengakibatkan
dapat diolah sehingga penjualan dilakukan dam bentuk kita mencari sumber pasokan lain yaitu dengan import
raw material antara lain: bijih besi, bijih alumunium, bijih bahan baku dari luar negeri. Hal ini dapat mempengaruhi
nikel dan bijih mangan. Tidak berkembangnya industri ketahanan industri dalam negeri dimana tergantug
pengolahan dalam negeri disebabkan beberapa faktor pada import bahan baku dari luar negeri. Dalam
antara lain:
sistem perdagangan bebas seperti saat ini, dimana
1. Penguasaan teknologi pengolahan yang masih sangat volatile dan sifat protektif dari masing-masing
terbatas sehingga
memerlukan teknologi
dan Negara penghasil Mineral untuk menjaga ketahanan
33
tenaga kerja yang kompeter dari luar negeri
industrinya maka hal ini membahayakan bagi industri
2. Industri pengolahan memerlukan investasi yang karena ketergantungan dengan pasokan dari luar.
cukup besar serta mempunyai requirement terkait Untuk itu, industri pertambangan harus mampu
kapasitas produksinya
memenuhi kebutuhan industri
dari segi jumlah
3. Masih adanya paradigma untuk mendapatkan maupun kualitasnya.
keuntungan ekonomis dan kemudahan dalam
menjual raw material tanpa melakukan pengolahan
terlebih dahulu.
133
3.3.
Peluang
Investasi
Sektor
ESDM
- Minerba
Investasi
Sektor
ESDM
- Minerba
134 Peluang
134
: .................................
: .................................
: .................................
: .................................
: .................................
: .................................
: .................................
: .................................
: .................................
: .................................
a. Direksi
No.
Nama
Jabatan
1
2
3
4
5
135
Nama
Jabatan
1
2
3
4
5
5.
6.
C. Lokasi dan luas wilayah serta jenis Bahan Galian yang dimohon
1.
Lokasi
: ...........................................
a.
Provinsi
: ...........................................
b.
Kabupaten / Kota
: ...........................................
2.
Luas wilayah
: ..................................... Ha
3.
Bahan galian
: ...........................................
D. Lampiran Permohonan
1.
Peta Wilayah (asli) dari Unit Pelayanan Informasi Wilayah Pertambangan
2.
Tanda bukti Penyetoran Uang Jaminan Kesungguhan dari bank yang ditunjuk
3.
Tanda terima Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) tahun terakhir/Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4.
Laporan Keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang telah diaudit oleh Akuntan Publik
Demikian permohonan ini kami ajukan dan apabila ternyata keterangan yang kami berikan tidak benar,
maka kami bersedia menerima sanksi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jakarta, ............tanggal ........... **)
(meterai Rp. 6.000,-)
Nama Pemohon
Tembusan :
1.
Direktur Pengusahaan Mineral dan Batubara
2.
Kepala Dinas Pertambangan Provinsi/Kabupaten/Kota
Catatan :
1.
*) Coret yang tidak perlu
**) Disesuaikan sesuai permohonan Butir 1 *)
2.
Diisi dengan huruf cetak
3.
Permohonan diajukan dalam rangkap 2 (dua)
136
Peluang
Peluang Investasi
Investasi Sektor
Sektor ESDM
ESDM -- Minerba
Minerba
137
137
4.2.
Peminat Lelang
5
3
Panitia Lelang
MENTERI
KETERANGAN:
1 2
1. Menteri berkoordinasi dengan
Gubernur/Bupati/Walikota untuk
7
GUBERNUR
menetapkan WIUP/ WIUPK
2
1
2. Bupati/Walikota dan Gubernur
7&10
memberikan rekomendasi kepada
7
9
Menteri untuk penetapan WIUP/
BUPATI / WALIKOTA
WIUPK, Menteri menetapkan
WIUP/WIUPK
3. Menteri membentuk Panitia
Lelang
4. Panitia Lelang mengumumkan
PEMENANG LELANG
lelang WIUP/WIUPK
5. Peserta lelang mendaftar dan
mengikuti proses lelang
6. Panitia lelang melakukan proses lelang kemudian mengusulkan pemenang lelang ke Menteri
7. Menteri menetapkan pemenang lelang, dan disampaikan ke Gubernur, Bupati/Walikota dan pemenang
lelang
8. Pemenang lelang memenuhi kewajiban pembayaran biaya kompensasi data untuk memperoleh peta
dan koordinat WIUP/WIUPK
9. Pemenang lelang mengajukan permohonan IUP/IUPK Eksplorasi kepada Menteri dalam jangka waktu
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUP/WIUPK,
dengan melampirkan syarat:
a. Peta dan koordinat WIUP/WIUPK hasil penetapan pemenang lelang WIUP/WIUPK
b. Bukti pembayaran kompensasi data, sesuai keputusan hasil lelang WIUP/WIUPK mineral logam
atau batubara
c. Bukti penempatan jaminan kesungguhan untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi
10. Menteri menerbitkan Surat Keputusan IUP/IUPK Eksplorasi dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari sejak diterimanya permohonan IUP/IUPK Eksplorasi
CATATAN:
Dalam hal pemenang lelang WIUP/WIUPK yang tidak mengajukan permohonan atau tidak dapat melengkapi
persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a,b dan c; dianggap mengundurkan diri, dan kesempatan
permohonan IUP/IUPK diberikan kepada pemenang lelang peringkat sesudahnya.
138
Peminat Lelang
6
Panitia Lelang
MENTERI
KETERANGAN:
1
8
2
3
1. Menteri berkoordinasi
7
4
dengan Gubernur/Bupati/
Walikota untuk menetapkan
2
1
GUBERNUR
WIUP/ WIUPK
2. B u p a t i / W a l i k o t a d a n
11
8
10
8
Gubernur memberikan
rekomendasi kepada
Menteri untuk penetapan
BUPATI / WALIKOTA
WIUP/WIUPK
3. Menteri menetapkan WIUP/
WIUPK dan menyerahkan
kepada Gubernur
4. Gubernur membentuk
PEMENANG LELANG
Panitia Lelang
5. P a n i t i a
Lelang
mengumumkan lelang
WIUP/WIUPK
6. Peserta lelang mendaftar dan mengikuti proses lelang
7. Panitia lelang melakukan proses lelang kemudian mengusulkan pemenang lelang ke Gubernur
8. Gubernur menetapkan pemenang lelang dan disampaikan ke Menteri, Bupati/Walikota dan pemenang
pelang
9. Pemenang lelang memenuhi kewajiban pembayaran biaya kompensasi data untuk memperoleh peta
dan koordinat WIUP/WIUPK
10. Pemenang lelang mengajukan permohonan IUP/IUPK Eksplorasi kepada Gubernur dalam jangka
waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang WIUP/
WIUPK, dengan melampirkan syarat:
a. Peta dan koordinat WIUP/WIUPK hasil penetapan pemenang lelang WIUP/WIUPK
b. Bukti pembayaran kompensasi data, sesuai keputusan hasil lelang WIUP/WIUPK mineral logam
atau batubara
c. Bukti penempatan jaminan kesungguhan untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi
11. Gubernur menerbitkan Surat Keputusan IUP/IUPK Eksplorasi dalam jangka waktu paling lambat 7
(tujuh) hari sejak diterimanya permohonan IUP/IUPK Eksplorasi
CATATAN:
Dalam hal pemenang lelang WIUP/WIUPK yang tidak mengajukan permohonan atau tidak dapat melengkapi
persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a,b dan c; dianggap mengundurkan diri, dan kesempatan
permohonan IUP/IUPK diberikan kepada pemenang lelang peringkat sesudahnya.
139
Peminat Lelang
6
Panitia Lelang
MENTERI
1
2
KETERANGAN:
7
4
1. Menteri berkoordinasi
dengan Gubernur/Bupati/
2&8
3
1
GUBERNUR
Walikota untuk menetapkan
WIUP/ WIUPK
8
2. B u p a t i / W a l i k o t a d a n
Gubernur memberikan
rekomendasi kepada
BUPATI / WALIKOTA
Menteri untuk penetapan
WIUP/WIUPK
8 & 11
10
7&8
3. Menteri menetapkan WIUP/
WIUPK dan menyerahkan
kepada Bupati/Walikota
PEMENANG LELANG
4. Bupati/Walikotamembentuk
Panitia Lelang
5. P a n i t i a
Lelang
mengumumkan lelang WIUP/WIUPK
6. Peserta lelang mendaftar dan mengikuti proses lelang
7. Panitia lelang melakukan proses lelang kemudian mengusulkan pemenang lelang ke Bupati/Walikota
8. Bupati/Walikota menetapkan pemenang lelang dan disampaikan ke Menteri, Gubernur dan Pemenang
Lelang
9. Pemenang lelang memenuhi kewajiban pembayaran biaya kompensasi data untuk memperoleh peta
dan koordinat WIUP/WIUPK
10. Pemenang lelang mengajukan permohonan IUP/IUPK Eksplorasi kepada Bupati/Walikota dalam
jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan pengumuman pemenang lelang
WIUP/WIUPK, dengan melampirkan syarat:
a. Peta dan koordinat WIUP/WIUPK hasil penetapan pemenang lelang WIUP/WIUPK
b. Bukti pembayaran kompensasi data, sesuai keputusan hasil lelang WIUP/WIUPK mineral logam
atau batubara
c. Bukti penempatan jaminan kesungguhan untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi
d. Bupati/Walikota menerbitkan Surat Keputusan IUP/IUPK Eksplorasi dalam jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya permohonan IUP/IUPK Eksplorasi
CATATAN:
Dalam hal pemenang lelang WIUP/WIUPK yang tidak mengajukan permohonan atau tidak dapat melengkapi
persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a,b dan c; dianggap mengundurkan diri, dan kesempatan
permohonan IUP/IUPK diberikan kepada pemenang lelang peringkat sesudahnya.
140
ID
RAL
NE
MI
E N ERG
AN
SUM B R DAYA
E
Peluang Investasi
Sub Sektor
Energi Baru,
Terbarukan dan
Konservasi Energi
141
142
PENDAHULUAN
1.1.
atar Belakang
DEMAND
(dalam juta SBM)
SUPPLY
(dalam juta SBM)
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Gambar 1.1
Grafik Demand-Supply Energi Nasional
143
Latar Belakang
gas bumi, dan batubara) dengan kecepatan untuk
menemukan cadangan baru, sehingga diperkirakan
dalam waktu yang tidak lama lagi cadangan energi
fosil akan habis dan Indonesia akan sangat tergantung
pada energi impor.
Dengan profil penyediaan energi yang masih
didominasi oleh energi fosil, secara otomatis
peningkatan permintaan energi akan meningkatkan
beban subsidi energi. Perkembangan subsidi energi
tahun 2000-2009 secara umum mengalami peningkatan
seperti tampak pada Tabel 1.1. Menyadari hal ini,
Pemerintah bertekad menerapkan kebijakan harga
energi yang mempertimbangkan harga keekonomian
dan daya beli masyarakat. Secara bertahap, subsidi
harga energi akan terus dikurangi dengan demikian
anggaran subsidi dapat dialihkan untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Subsidi harga energi juga kurang mencerminkan
keadilan energi bagi masyarakat. Penerima subsidi
harga energi adalah mereka yang memiliki akses energi
modern baik bahan bakar minyak (BBM) maupun listrik.
Padahal masih banyak masyarakat di daerah terpencil
belum mendapatkan akses energi modern tersebut.
Penyediaan akses energi bagi masyarakat terpencil
tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karenanya
akan lebih baik jika subsidi energi dialihkan untuk
penyediaan akses energi modern bagi masyarakat di
daerah terpencil.
Ketergantungan akan subsidi juga menyebabkan
penggunaan energi yang boros di masyarakat. Harga
energi yang murah menghilangkan urgensi untuk
melakukan penghematan. Penghematan energi hanya
Tabel 1.1
Perkembangan Subsidi Energi Fosil
2000
2005
2006
2007
2008
2009
Subsidi Listrik
3,93
4,30
4,10
3,36
3,31
10,65
33,90
37,48
78,58
53,72
3,30
3,55
3,49
2,92
2,86
9,20
29,75
32,63
68,16
46,14
55,64
63,26
31,75
30,04
59,18
103,35
64,21
83,79
139,03
45,04
Subsidi BBM
Subsidi LPG
Total Subsidi Fosill
2001
2002
2003
2004
0,15
3,84
7,78
58,94
66,81
35,24
32,96
62,04
112,55
93,96
116,57
211,03
98,96
*) Proporsional dengan peran fosil dalam komposisi energi primer untuk penyediaan listrik
144
dengan dana, teknologi dan
keahlian dari luar negeri. Tidak
hanya itu, perlu diupayakan
penciptaan iklim investasi
hukum.
dikaitkan dengan penggunaan
JutaSBM
Indonesia telah melakukan
mendukung pengurangan
1131,3
JutaSBM
emisi gas rumah kaca
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
EBT,
4.4%
Batubara,
30.7%
Minyak
Bumi,
43.9%
Gas
Bumi,
21.0%
145
Latar Belakang
yang tercantum dalam Millennium Development Goals
untuk turut mendorong pembangunan lingkungan yang
berkelanjutan melalui berbagai aksi untuk menghambat
laju emisi gas rumah kaca dalam rangka mitigasi
perubahan iklim.
Untuk meningkatkan upaya penanggulangan
dampak perubahan iklim, negara-negara di dunia
saat ini sedang membahas peningkatan partisipasi
semua negara di dunia dalam rangka mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim. Hal ini akan mendorong
aliran teknologi bersih dari negara-negara maju ke
negara-negara berkembang, antara lain teknologi di
bidang pengembangan energi baru terbarukan dan
konservasi energi.
146
147
Latar Belakang
biogas, dsb. Teknologi sel bahan bakar berkembang
dengan pesat, saat ini BPPT sudah berhasil merakit sel
bahan bakar hidrogen dengan menggunakan Proton
Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) dengan bahan
bakar hidrogen dan Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)
dengan berbahan bakar metanol.
Sel bahan bakar (Fuel Cell) adalah alat yang
merubah secara langsung energi kimia menjadi energi
listrik. Alat ini sangat berbeda dengan pembangkit
listrik konvensional, yang merubah energi kimia
menjadi energi panas, lalu menjadi energi kinetik untuk
menggerakan generator listrik. Pada setiap tahap
perubahan energi akan terjadi rugi-rugi, terutama
pada proses pembakaran yang akan dibatasi oleh
efisiensi tertinggi yang dikenal sebagai Carnot Limit
dalam hukum thermodinamika. Batasan tersebut tidak
berlaku pada sistem pembangkitan listrik dengan sel
bahan bakar.
Sumber energi terbarukan adalah sumber
energi yang dihasilkan dari sumber daya energi
yang berkelanjutan, antara lain panas bumi, angin,
bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta
gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Sedangkan
sumber energi tak terbarukan adalah sumber energi
yang dihasilkan dari sumber daya energi yang akan
habis jika dieksploitasi secara terus menerus, antara
lain minyak bumi, gas bumi, batubara, gambut, dan
serpih bitumen.
Sudut pandang lain untuk membedakan energi
terbarukan dengan energi tidak terbarukan yaitu
berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan oleh
alam untuk memulihkan kapasitas penyediaannya.
Sumber energi yang dapat dipulihkan kapasitasnya
oleh alam dalam waktu
relatif singkat disebut terbarukan. Sebaliknya,
jika alam memerlukan waktu yang sangat lama
untuk memulihkan kapasitasnya disebut energi tidak
terbarukan.
Memperhatikan kemampuan alam dalam
memulihkan sumberdaya maka diperlukan pengelolaan
laju penggunaan sumberdaya sedemikian rupa
sehingga tingkat ketersediannya selalu dapat
mengimbangi perkembangan kebutuhannya. Secara
normatif dapat dikatakan bahwa hal itu dapat dicapai
jika laju penggunaan sumberdaya sama atau lebih
148
149
Latar Belakang
pemangku kepentingan energi baru dan terbarukan
di Indonesia.
Energi baru dan terbarukan tersebut sesuai
dengan sumber energinya dibedakan dalam 11
kluster terdiri 5 kluster energi baru dan 6 kluster energi
terbarukan. Adapun stakeholder
Gambar 1.4
Klasterisasi Energi Baru Terbarukan
150
1.1.
andasan Hukum
151
Landasan Hukum
B. Konservasi Energi
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009
tentang Konservasi Energi
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2008
tentang Penghematan Energi dan Air
Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun
2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hemat
Energi
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/
PMK.011/2010 tentang Pemberian Fasilitas
Perpajakan dan Kepabeanan untuk Kegiatan
Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 177/
KMK.01/2010 tentang Penetapan Investasi
Langsung Pemerintah pada Bidang Investasi
Ramah Lingkungan
Perturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun
2010 tentang Penetapan dan Pemberlakuan
Standar Kompetensi Manajer Energi Bidang
Industri
Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun
2010 tentang Penetapan dan Pemberlakuan
Standar Kompetensi Manajer Energi Bidang
Bangunan Gedung Sub Bidang Pengelolaan
Keputusan Direktur Jenderal Listrik
Dan Pemanfaatan Energi Nomor 23812/47/600.5/2003 tentang Tata Cara
Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi
C. Aneka Energi Baru Terbarukan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga Listrik (perubahan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989)
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1122 K/30/MEM/2002 tentang
Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga
Listrik Skala Kecil Tersebar
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 002 Tahun 2006 tentang
Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga
Energi Terbarukan Skala Menengah
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 05 Tahun 2009 tentang
Pedoman Harga Pembelian Tenaga Listrik
oleh PT PLN (Persero) dari Koperasi atau
Badan Usaha Lain
152
Peluang
Investasi
Sektor
ESDM
- EBTKE
Peluang
Investasi
Sektor
ESDM
- EBTKE
153
2
2.1.
Tabel 2.1.
Cadangan dan Produksi Energi Baru Terbarukan Indonesia
No
Produksi Energi
Prosentase
Pemanfaatan (%)
Panas Bumi
28.543 MW
1,189 MW
7.54
Tenaga Air
75.670 MW
5,705.29 MW
4.17
Mini/Mikro Hydro
769.69 MW
217.89 MW
28.31
Biomass
49.810 MW
1,618.40 MW
3.25
Tenaga Surya
4,80 kWh/m2/day
13.5 MWp
Tenaga Angin
3 6 m/s
1.87 MW
Uranium
3.000 MWt
(eq. 24,112 ton) untuk 11 tahun *)
30 MWt
1.00
Sumber: www.world-nuclear.org/info/inf75.html
154
155
Tabel 2.2
Kadar Konsentrasi Uranium dari Berbagai
Sumber
Sumber Uranium
Kadar
200.000 ppm U
20.000 ppm U
1.000 ppm U
100 ppm U
Granit
4-5 ppm U
Batuan sedimen
Kerak bumi (rata-rata)
Air laut
2 ppm U
2,8 ppm U
0,003 ppm U
Sumber: www.world-nuclear.org/info/inf75.html
Gambar 2.1
Potensi Bahan Tambang
Uranium
156
2.1.1.5. Hidrogen
Energi hidrogen yang dihasilkan dari gasifikasi
batubara, memiliki potensi yang menjanjikan untuk
dikembangkan mengingat Indonesia mempunyai
cadangan batubara yang sangat berlimpah. Pada
tahun 2008, tercatat bahwa sumber daya batubara
sebesar 104,8 miliar ton, dengan total cadangan 20,98
miliar ton dan produksi 0,254 miliar ton. Sumber daya
ini sebagian besar berada di Kalimantan yaitu sebesar
61 %, di Sumatera sebesar 38 % dan sisanya tersebar
di wilayah lain. Menurut jenisnya dapat dibagi menjadi
lignite sebesar 58.6 %, sub-bituminous sebesar 26.6
%, bituminous sebesar 14.4 % dan sisanya sebesar
0.4 % adalah anthracite.
Banyaknya sumber batubara di Indonesia,
membuat cadangan batubara tersebut dapat
dipergunakan untuk menghasilkan bahan bakar gas
hidrogen melalui proses gasifikasi batubara.
2.1.2. Potensi Energi Terbarukan
2.1.2.1. Panas Bumi
Panas bumi merupakan sumber energi bersih,
energi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui.
Sudah diketahui bersama bahwa Indonesia memiliki
potensi panas bumi sebesar 28.543 MW atau 40% dari
potensi panas bumi dunia. Potensi tersebut tersebar di
265 lokasi. Namun, pemanfaatannya belum optimal,
baru sebesar 1.189 MW atau 4,2% dari potensi yang
ada.
157
Gambar 2.2
Sebaran Potensi Panas Bumi di Indonesia
Gambar 2.3
Potensi Panas Bumi 2009
No
WKP
Potensi (MW)
1.
Persentase (%)
10.340
36
529
5.826
20
3.
Wilayah terbuka
Total
11.848
42
28.543
100
Sumber : Data yang diolah dari Peta Distribusi Potensi Panas Bumi Indonesia 2009 oleh Badan Geologi
Tabel 2.3
Potensi dan Implementasi Energi Aliran dan Terjunan Air
No
Pulau
Implementasi
Implementasi
Total (MW)
Potensi
Implementasi
Sumatera
16.100,00
1.154,00
281,76
83,44
16.381,76
1.237,44
Jawa
12.050,00
2.012,50
222,02
212,32
12.272,02
2.224,82
Kalimantan
Sulawesi
5
6
5.999,50
30,00
277,75
31,27
6.277,25
61,27
14.550,00
352,00
167,56
118,05
14.717,56
470,05
Bali-NTT-NTB
4.900,00
0,00
31,64
12,25
4.931,64
12,25
Maluku-Papua
21.057,00
23,00
32,78
4,67
21.089,78
27,67
74.656,50
3.571,50
1.013,50
462,00
75.670,00
4.033,50
Total
158
2.1.2.3. Bioenergi
Bahan Bakar Nabati (BBN)
Jenis tumbuhan penghasil bahan baku BBN
tumbuh subur di beberapa wilayah Indonesia
yaitu kelapa sawit, tebu, singkong sorghum
manis, nyamplung, nipah dan lain lain,
dan sangat potensial untuk dibudidayakan
pada lahan lahan subur yang tersebar di
berbagai propinsi. Sedangkan untuk lahan
lahan kritis/marjinal yang terbentang luas
khususnya di Indonesia Timur, tanaman jarak
pagar sangat cocok untuk dibudidayakan
Selain tanaman pangan dan non pangan
yang digunakan sebagai bahan baku BBN,
limbah-limbah juga dapat dimanfaatkan
diantaranya potensi bioetanol dari limbah
pertanian pertanian, bagase, dan limbah
industri sebesar 74.000 juta ton.
Biogas
Potensi bahan baku biogas di Indonesia
mencapai 684.8 MW yang sebagian besar
berasal dari kotoran hewan ternak dan bahan
organik lainnya.
Tahun 2009, di Indonesia terdapat ternak
penghasil bahan baku biogas dalam jumlah
yang signifikan antara lain 13 juta ekor sapi
perah dan sapi potong, dan sekitar 15,6 juta
kambing.
Harga energi di daerah daerah tertentu
masih mahal terutama di daerah perdesaan
sehingga pemanfaatan biogas, biomassa
dapat mencapai keekonomian.
Biomassa
Sebagai sumber energi, limbah biomassa
yang berasal dari aktivitas pertanian tersedia
cukup melimpah dan berkelanjutan, terutama
di daerah-daerah sentra pengembangan
pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Limbah pertanian dapat berupa bahan
buangan tidak terpakai atau bahan sisa dari
hasil pengolahan.
Ketersediaan limbah industri pertanian
berjumlah sekitar 64 juta ton.
159
Kabupaten/Kota
Provinsi
Banda Aceh
NAD
Palembang
Sumatera Selatan
Menggala
Lampung
Jakarta
Bandung
Posisi Pengukuran
(Lintang ; Bujur)
415'N;9652'E
4,10
310'S;10442'E
4,95
428'S
5,23
DKI Jakarta
611'S;1065'E
4,19
Jawa Barat
656'S;10738'E
4,15
Lembang
Jawa Barat
650'S;10737'E
5,15
Citius, Tangerang
Jawa Barat
607'S;10630'E
4,32
Darmaga, Bogor
Jawa Barat
630'S;10639'E
2,56
Serpong, Tangerang
Jawa Barat
611'S;10630;E
4,45
10
Semarang
Jawa Tengah
659'S;11023'E
5,49
11
Surabaya
Jawa Timur
718'S;11242'E
4,30
12
Kenteng, Yogyakarta
DIYogyakarta
737'S;11001'E
4,50
13
Denpasar
Bali
840'S;11513'E
5,26
14
Pontianak
Kalimantan Barat
436'N;911'E
4,55
15
Banjarbaru
Kalimantan Selatan
327'S;14450'E
4,80
16
Banjarmasin
Kalimantan Selatan
325'S;11441'E
4,57
17
Samarinda
Kalimantan Timur
032'S;11752'E
4,17
132N;12455'E
4,91
057'S;1200'E
5,51
1009'S;12336'E
5,12
18
Menado
Sulawesi Utara
19
Palu
Sulawesi Tengah
20
Kupang
NTT
21
NTT
937'S;12016'E
5,75
22
Maumere
Papua
837'S;12212'E
5,72
160
Tabel 2.5
Potensi Energi Angin Indonesia (1/3)
No
Desa/Kecamatan/Kab.
Provinsi
Periode
Pengukuran
Kecepatan
rata - rata pada
elevasi 24m (m/
detik)
Klasifikasi
Potensi
Jawa Tengah
1995
4,6
Skala Menengah
Jawa Tengah
1996
3,6
Skala Menengah
Sulawesi Selatan
1996
4,9
Skala Menengah
Sulawesi Selatan
1996
3,53
Skala Menengah
Sulawesi Tengah
1996
2,8
Skala Kecil
Sulawesi Tengah
1996
2,2
Skala Kecil
Palu
Sulawesi Tengah
1991-1994
2,85
Skala Kecil
Sulawesi Utara
1995
2,8
Skala Kecil
Sulawesi Utara
1995
3,23
Skala Menengah
10
NTB
1995
3,7
Skala Menengah
11
NTB
1995
3,7
Skala Menengah
12
NTB
1995
4,5
Skala Menengah
13
NTB
1995
4,4
Skala Menengah
14
NTB
1995
Skala Menengah
15
NTB
1995
4,95
Skala Menengah
16
NTB
1995
4,3
Skala Menengah
17
NTB
1996
3,7
Skala Menengah
18
NTB
1996
3,1
Skala Menengah
161
Klasifikasi
Potensi
No
Desa/Kecamatan/Kab.
Provinsi
Periode
Pengukuran
19
NTB
1996
3,3
Skala Menengah
20
NTT
1995
3,3
Skala Menengah
21
NTT
1996
4,5
Skala Menengah
22
NTT
1995
Skala Menengah
23
NTT
1995
3,5
Skala Menengah
24
NTT
1996
4,1
Skala Menengah
25
NTT
1996
4,84
Skala Menengah
26
NTT
1996
2,86
Skala Kecil
27
NTT
1996
3,2
Skala Menengah
28
NTT
1996
3,4
Skala Menengah
29
NTT
1996
2,8
Skala Kecil
30
Waingapu
Irja
1991-1994
2,6
Skala Kecil
31
Sulawesi Tenggara
1996
3,95
Skala Menengah
32
Sulawesi Tenggara
1996
2,81
Skala Kecil
33
Sulawesi Utara
1996
3,2
Skala Menengah
34
NTT
1996
4,01
Skala Menengah
35
Jawa Tengah
1996
Skala Besar
36
Kalimantan Selatan
1996
2,3
Skala Kecil
37
Kalimantan Selatan
1996
2,2
Skala Kecil
38
NTT
1996
3,1
Skala Menengah
39
TB
1996
6,7
Skala Besar
40
Netpala
TTS
1996
5,3
Skala Menengah
41
Oil Bubuk
TTS
1996
7,5
Skala Besar
42
Sakteo
TTS
1996
6,4
Skala Besar
43
Oesao, Kupang
NTT
1996
3,1
Skala Menengah
44
Hansisi, Kupang
NTT
1996
4,2
Skala Besar
45
Unkris (Rote)
NTT
1996
Skala Menengah
46
Mondu
NTT
1996
4,6
Skala Menengah
47
Tuak Luba
NTT
1996
3,6
Skala Menengah
48
Nusa
NTT
1996
4,3
Skala Menengah
49
NTT
1996
3,3
Skala Menengah
50
Wala Kiri
NTT
1996
4,8
Skala Menengah
51
Napu
NTT
1996
5,2
Skala Menengah
162
2.1.2.6.
Gerakan
dan
Perbedaan Suhu
Lapisan
Laut
(Samudera)
Gambar 2.4
Rata-rata kekuatan gelombang
tahunan (kW/m)
dikembangkan di pesisir pantai selatan Pulau Jawa
adalah Teknologi Tapered Channel (Tapchan).
Balai Pengkajian Dinamika Pantai (BPDP)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Yogyakarta melalui riset sejak tahun 2003 telah mampu
mengembangkan pemanfaatan energi gelombang
laut sebagai sumber alternatif energi listrik. Dengan
teknologi OWCS, BPDP-BPPT telah membangun
prototipe di pantai Parangracuk, Baron, Gunung Kidul,
DIY dan berhasil memperoleh potensi daya sebesar
522 watt.
Kegiatan pengembangan dan penelitian
teknologi pemanfaatan energi gelombang masih
terus dilakukan oleh kalangan peneliti dan akademisi.
Beberapa penelitian untuk meningkatkan daya pada
sistem konversi energi gelombang laut jenis cavity
resonator
dengan memodifikasi bentuk tabung silindernya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila periode
gelombang diperbesar, maka tekanan udara yang
terjadi di orifice (lubang kecil diatas tabung) menjadi
cukup signifikan yaitu rata-rata sekitar 40% lebih besar
dari sebelumnya. Selanjutnya jika tinggi gelombang
diperbesar maka tekanan yang terjadi menjadi besar
signifikan yaitu rata-rata sekitar 200%. Bagaimanapun
163
Gambar 2.5
Pola arus laut
di Perairan
Indonesia
kondisi
pasang
purnama pada
saat pasang
tertinggi
Sumber : Safwan, dkk. 2006
164
Gambar 2.6
Pola arus laut
di perairan
Indonesia kondisi
pasang perbani
pada saat surut
terendah
Sumber : Safwan, dkk. 2006
165
Gambar 2.7
Rancangan turbin
arus laut Tim T-Files
ITB
Gambar 2.8
Rancangan marine
turbine farm BPPT
Tabel 2.6
Potensi dan Target Penghematan Energi pada Kelompok Pengguna Energi
Sektor
Potensi
Penghematan
Energi
Porsi
Konsumsi
Energi
Final
(2016-20)
(2021-25)
Sektoral
(2025)
Total (2025)
Industri
15-30%
49%
5%
7%
8%
20%
9.80%
Komersial
10-30%
4%
3%
7%
5%
15%
0.60%
Transportasi
20-35%
30%
8%
7%
9%
24%
3.40%
Rumah
Tangga
20-30%
13%
5%
10%
11%
26%
3.40%
Lain - lain
25%
4%
0%
0%
0%
0%
0%
Total
29%
100%
5.6%
7.1%
8.3%
21%
21%
166
Tabel 2.7
Potensi Penghematan
Energi di beberapa
Industri
Industri
Tanpa/
Biaya
Investasi
Rendah
Total
Biaya
Investasi
Sedang
Biaya
Investasi
Tinggi
Makanan
13-15
11-32.
10
13
Tekstil
20-35
10
15
Semen
15-22
10-20.
10-20.
Petrokimia
12-17.
Tabel 2.8
Potensi Penghematan Energi
Sektor Komersial
Bangunan Gedung
Hotel
Tanpa/Biaya
Investasi
Rendah
5
Biaya
Investasi
Sedang
Biaya
Investasi
Tinggi
5
Rumah Sakit
10
Pertokoan (Mall)
10
Gedung Perkantoran
Swasta
10
12
Gedung Perkantoran
Pemerintah
10
16
2.
3.
167
168
4.
2.2.
Gambar 2.13
Value Chain Industri Energi
169
Gambar 2.14
Pelaksanaan Konservasi Energi
170
Gambar 3.1
Value Chain
Clean Energy
Initiative
171
172
b.
c.
d.
4.1
173
174
175
Unit
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
Kapasitas
MW
1.189
1.209
1.374
1.814
3.351
4.051
7.788
12.332
Produksi
GWh
9.303
9.445
10.684
14.105
26.057
31.500
54.578
86.423
Investasi
Juta $
279
996
1.666
2.467
2.417
4.572
7.788
11.099
Biaya produksi
Juta $
857
1.250
1.644
2.038
2.431
2.825
4.366
6.050
Ton CO2
991.620
1.447.450
1.903.281
2.359.111
2.814.942
3.270.772
6.129.156
9.705.284
buah
924.778
940.333
1.068.667
1.410.889
2.606.333
Pengurangan emisi
Rumah Terlistriki
176
177
Tabel 4.4 Rencana Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini/Mikro Hidro (PLTMH)
Tahun
Unit
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
Kapasitas
MW
245
279
314
348
383
417
760
Produksi
GWh
1.717
1.958
2.199
2.440
2.681
2.922
5.326
9.986
Investasi
Juta $
735
699
785
696
765
834
1.140
1.781
Biaya produksi
Pengurangan emisi
Rumah terlistriki
1.425
Juta $
258
294
330
366
402
438
533
749
Ton CO2
192.815
219.888
246.961
274.033
301.106
328.179
598.120
1.121.475
buah
1.470.000
1.674.000
1.884.000
2.088.000
2.298.000
4.1.2.3. Bioenergi
Bahan bakar nabati (BBN) adalah bahan bakar
yang diproduksi dari sumber- sumber hayati. Secara
umum bahan bakar nabati dikelompokan menjadi
tiga jenis bahan bakar, yaitu biodiesel, bioetanol,
dan minyak nabati murni (bio-oil, pure plant oil). Di
antara ketiga jenis BBN tersebut, biodiesel mencapai
tahapan yang paling maju dalam pengembangannya.
Bahkan sebenarnya sejarah pengembangan biofuel
untuk menggantikan bahan bakar fosil dimulai dengan
biodiesel.
178
179
Tabel 4.5 Rencana Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Sinar Matahari/Surya (PLTS)
Tahun
Unit
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
Kapasitas
MW
25
35
45
55
65
75
324
580
Produksi
GWh
44
61
79
96
114
131
568
1016
Investasi
Juta $
225
315
360
440
455
525
1620
1740
Biaya produksi
Juta $
31
43
55
67
80
92
284
305
Ton CO2
19.675
27.545
35.415
43.285
51.155
59.025
254.988
456.460
buah
125.000
175.000
225.000
275.000
325.000
Pengurangan emisi
Rumah terlistriki
180
Tabel 4.6 Rencana Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Sinar Angin/Bayu (PLTB)
Tahun
Unit
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
Kapasitas
MW
11
18
26
33
40
128
256
Produksi
GWh
11
29
48
67
86
105
336
673
Investasi
Juta $
20
56
92
128
164
200
512
768
Biaya produksi
Juta $
15
24
34
43
53
135
202
Ton CO2
3.148
8.814
14.481
20.147
25.814
31.480
100.736
201.472
buah
20.000
55.000
90.000
130.000
165.000
Pengurangan emisi
Rumah terlistriki
200.000
640.000 1.280.000
Sumber : RIPEBAT 2010 - 2025
181
2003
2004
2006
2007
2009
2010
Rp. 25 Milyar
(APBN)
Rp. 4 Milyar
(APBN)
Rp. 20 Milyar
(APBN)
PENDANAAN
(PT. PLN)
(PT. PLN)
PESERTA
5 industri dan 6
gedung
3 industri dan 6
gedung
21 industri dan
11 gedung
16 industri dan
24 gedung
55 industri dan
105 gedung
78,4 GWh
TOTAL
= Rp. 50,8 Milyar
POTENSI
= 70,6 Kilo Ton
PENGHEMATAN
CO2
14, 8 GWh
= Rp. 6,9 Milyar
= 13,32 Kilo Ton
CO2
40,7 GWh
= Rp. 40,4 Milyar
= 36,6 Kilo Ton
CO2
519 GWh
= Rp. 289 Milyar
= 467.1 Kilo Ton
CO2
34 GWh
= Rp. 23,8 Milyar
= 30 Kilo Ton
CO2
TOTAL
34,4 GWh
PENGHEMATAN = Rp. 22,2 Milyar
= 40 Kilo Ton
YANG
CO2
DIPEROLEH
14,1 GWh
= Rp. 8,2 Milyar
= 12,7 Kilo Ton
CO2
30,1 GWh
= Rp. 19,9 Milyar
= 27,1 Kilo Ton
CO2
307 GWh =
Rp. 168, 8 Milyar
= 276,3 Kilo Ton
CO2
Akan
dilaksanakan
Tahun 2010
3.
182
4.2
183
4.2.2
184
1.
2.
3.
4.
5.
185
186
4.2.2.3 Bioenergi
Biofuel diharapkan memberikan kontribusi yang
cukup berarti dalam mencapai keamanan suplai energi
dalam negeri, yaitu sebesar 5% dari total energy-mix
nasional pada tahun 2025. Untuk mewujudkan target
ini terutama membutuhkan lahan yang cukup luas.
Trade-off antara energi dan pangan berkaitan
dengan keterbatasan lahan. Penggunaan lahan untuk
biofuel dalam skala besar dikhawatirkan menghabiskan
lahan-lahan potensial yang juga dibutuhkan untuk
perluasan lahan pangan di masa depan.
Dalam hal rencana perluasan lahan, target yang
ditetapkan dalam Blueprint BBN sampai tahun 2010
yaitu seluas minimal 5,25 juta ha: untuk sawit 1,5 juta
ha, jarak pagar 1,5 juta ha, ubi kayu 1,5 juta ha dan
tebu 750 ribu ha pada lahan yang belum dimanfaatkan
. Melihat perkembangan perluasan tanaman biofuel
yang terjadi sampai saat ini, kemungkinan besar
target perluasan lahan tersebut akan dapat dicapai.
Namun demikian perlu diingat, biofuel merupakan
komoditas yang dikendalikan oleh mekanisme
pasar - termasuk pasar internasional. Dalam hal
minyak sawit Indonesia merupakan produsen kedua
terbesar setelah Malaysia. Sawit adalah tanaman
penghasil minyak paling produktif sehingga sawit
menjadi tanaman paling potensial untuk memenuhi
peningkatan permintaan biofuel internasional. Produksi
minyak sawit dunia diharapkan meningkat dua kali
lipat untuk memenuhi peningkatan permintaan biofuel.
Bahkan dalam prediksinya sampai tahun 2050, FAO
memprediksikan pertumbuhan produksi minyak sawit
untuk energi sebesar 3,2% per tahun, sedangkan
pertumbuhan produksi minyak sawit untuk pangan
hanya diprediksikan 1,5% per tahun.
187
188
M
PE
N
AN PEMAKAIA
STOP
TR
IK
D
AT
S
LI
GUNAKAN LAMPU
HEMAT ENERGI
BA
H
RM
A
AYA G BAL W
LO
IN
G
BO
RO
S
APAT M
EP
C
R
E M PE
189
4.3
4.3.1
Tabel 4.8
Produksi GMB pada tahun 2011
Wilayah Kerja
MMSCfD
SETARA
dalam MW
2,5
GMB Sangatta I
2,5
GMB Sekayu
2,5
0,25
0,625
2,5
4,25
10,6
Tabel 4.9
Program Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil PLT Gasifikasi Batubara
No
Pembangkit EBT
Satuan
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
15
15
15
15
25
25
25
30
30
195
Tabel 4.10
Biaya Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil PLT Gasifikasi Batubara
No
Pembangkit EBT
Asumsi
Investasi
US$/kW
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
2000
30
30
30
30
50
50
50
60
60
390
190
4.3.1.3 Nuklir
Salah satu lokasi yang dapat dikembangkan
untuk pembangunan PLTN adalah di Provinsi Bangka
Belitung. Pembangunan PLTN di Bangka Belitung
dilakukan dengan alasan sebagai berikut:
a. Kondisi tofografi dan struktur tanah yang
mendukung pembangunan PLTN. Seperti
diketahui bahwa Provinsi Bangka Belitung
merupakan salah satu propinsi yang kurang
terpengaruh oleh pergerakan lempeng tektonik
yang dapat menimbulkan gempa bumi, sehingga
pembangunan PLTN di wilayah ini diperkirakan
akan meminimalkan risiko PLTN terhadap gempa
bumi.
b. Adanya keinginan masyarakat dan Pemerintah
Daerah untuk menjadikan Bangka Belitung
sebagai lumbung energi, khususnya listrik.
Pemerintah Daerah Bangka Belitung bercita-cita
untuk menjadikan wilayah ini sebagai lumbung
energi khususnya listrik karena wilayah ini sangat
potensial sebagai salah satu lokasi PLTN di
Indonesia guna memenuhi kebutuhan listrik
Jawa-Bali dan Sumatera.
c. Adanya dukungan masyarakat Bangka Belitung
untuk menjadikan Bangka Belitung sebagai
lokasi PLTN pertama di Indonesia. Pemerintah
Daerah dan masyarakat Bangka Belitung saat
ini mendukung wilayah ini sebagai lokasi PLTN
pertama di Indonesia. Kondisi ini mungkin
akan bergeser di kemudian hari seiring dengan
perubahan sosial-politik di wilayah ini. Namun
keberhasilan pembangunan dan pengoperasian
PLTN diperkirakan akan meminimalkan perubahan
tersebut.
4.3.2
Tabel 4.11
Rencana Penetapan WKP 2011
No
Nama Wilayah
Provinsi
Potensi
(MW)
Bonjol
Sumatera
Barat
200
Danau Ranau
Sumsel Lampung
210
Mataloko
Ciremei
NTT
63
Jawa Barat
150
Gn. Endut
Banten
80
Sembalun
NTB
120
Wai Ratai
Lampung
194
Simbolon Samosir
Sumatera
Utara
225
Telomoyo
Jawa
Tengah
92
Total
1334
191
Satuan
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Ulubelu #1, 2
MW
55
55
MW
55
55
MW
55
55
Lahendong IV
MW
20
Program Percepatan
Tahap 2
MW
175
415
1380
Baru
MW
10
30
220
330
325
370
MW
55
55
MW
110
110
Seulawah (FTP 2)
MW
55
Sarulla I (FTP 2)
MW
220
110
Rajabasa (FTP 2)
MW
220
MW
220
MW
220
Sarulla II (FTP 2)
MW
110
Wai Ratai
MW
55
Pusuk Bukit
MW
55
55
MW
55
Sipaholon
MW
55
G. Talang
MW
20
Suoh Sekincau
MW
55
55
Danau Ranau
MW
110
Lahendong V (FTP 2)
MW
20
Lahendong VI (FTP 2)
MW
20
PLN - Sistem
Sumatera
Proyek on Going
IPP - Sistem
Sumatera
Rencana
192
Tabel 4.13
Program Pengembangan PLTP IPP ( swasta) di Indonesia (1/2)
Nama Pembangkit
Kapasitas (MW)
Tahun Operasi
Proyek Rencana
PLTP Cibuni
PLTP Dieng
PLTP Ungaran
10
2014
1 x 55,0
2013
1 x 60
2014
2 x 55
2018-2019
1 x 55,0
2014
1 x 30
2015
1 x 110,0
2014
2 x 55
2014
2 x 30
2014
PLTP Patuha
3 x 60
2013-2014
1 x 10,0
2013
3 x 55
2016-2018
1 x 60
2013
1 x 40
2013
PLTP Salak
1 x 40
2013
PLTP Darajat
2 x 55
2012, 2013
1 x 120
2012
1 x 120
2014
1 x 50
2018
1 x 30
2013
2 x 55
2014
1 x 55,0
2014
1 x 55,0
2017
PLTP Bedugul
PLTP Kamojang
2 x 55
2014
1 x 55,0
2013
2 x 55
2014
1 x 55,0
2019
1 x 110,0
2020
2 x 110,0
2019-2020
1 x 30
2019
1 x 55,0
2020
PLTP Baturaden
2 x 110,0
2014
2 x 55
2018-2019
1 x 55,0
2014
2 x 110,0
2016, 2017
193
Kapasitas (MW)
Tahun Operasi
1 x 10,0
2019
1 x 10,0
2020
PLTP Gn Papandayan
2 x 55
2018-2019
PLTP Tampomas
1 x 45
2014
1 x 50
2014
2 x 55
2017-2018
1 x 5,0
1 x 5,0
2014
2014
2 x 55
2018, 2019
PLTP G. Talang
1 x 20,0
2018
PLTP Cisolok-Sukarame
Proyek Rencana-Lanjutan
4.3.2.2
Program Pengembangan Energi Aliran dan Terjunan Air, Surya dan Angin
Program pengembangan energi aliran dan terjunan air, surya dan angin difokuskan untuk percepatan
elektrifikasi nasional, dimana saat ini (2010) rasio elektrifikasi masih mencapai 67,15%.
Gambar 4.3
Rasio Elektrifikasi Nasional
194
Tabel 4.14
Rencana Pengembangan Pembangkit Energi Aliran dan Terjunan Air, Surya dan Angin
No
Pembangkit EBT
Satuan
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
PLT Surya
MWp
10
15
30
30
30
30
30
185
PLT Bayu
MW
10
10
10
10
74
PLTMH
MW
21
53
110
140
116
120
125
135
140
960
Tabel 4.15
Biaya Pengembangan Pembangkit Energi Aliran dan Terjunan Air, Surya dan Angin
No
Pembangkit EBT
Asumsi
Investasi
US$/kW
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
PLT Surya
5000
25
25
50
75
150
150
150
150
150
925
PLT Bayu
3000
15
15
24
24
24
30
30
30
30
222
PLTMH
2400
50
127
264
336
278
288
300
324
336
2304
195
Satuan
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Kesamben
MW
37
Kalikonto 2
MW
62
Peusangan 1-2
MW
86
MW
174
Marangin
MW
175
175
MW
98
65
PLN - Sistem
Sumatera
Rencana
PLN - Sistem
Kalimantan Barat
Rencana
Nanga Pinoh
PLN - Sistem
Kalselteng Kaltim
Rencana
Kusan
PLN - Sistem Sulsel
Rencana
Bakaru II
MW
126
Poko
MW
117
Rajamandala
MW
47
Jatigede
MW
110
IPP - Sistem
Sumatera
Rencana
Wampu
MW
45
Lawe Mamas
MW
60
Asahan #4,5
MW
Simpang Aur
MW
30
60
29
MW
16
196
Satuan
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
MW
145
MW
Malea
MW
100
90
Kapasitas (MW)
Tahun Operasi
PLTM Hutaraja
2 x 2,3
2010
PLTM Manggani
1 x 1,1
2010
PLTM Parlilitan
3 x 2,5
2010
PLTM Ranteballa
2 x 1,2
2010
PLTM Silau 2
3 x 2,5
2010
Proyek on Going
PLTM Goal
2 x 0,8
2011
PLTM Lebong
4 x 3,0
2011
PLTM Manipi/Tangka I
1 x 3,5
2011
PLTM Manipi/Tangka II
1 x 6,5
2011
PLTM Manna
2 x 2,0
2011
PLTM Parluasan
2 x 2,1
2011
Proyek Rencana
PLTM Bambalo III
1 x 2,3
2013
PLTM Batubota
1 x 2,5
2013
PLTM Bayang
2 x 3,0
2012
PLTM Belengan
1 x 1,2
2013
PLTM Biak I
1 x 1,5
2013
PLTM Biak II
1 x 1,3
2013
1 x 1,2
2013
PLTM Bunta
1 x 2,5
2014
PLTM Duminanga
1 x 0,5
2013
PLTM Fatimah
1 x 1,4
2012
PLTM Gumanti
2 x 5,0
2012
2 x 4,0
2012
PLTM Guntung
1 x 0,6
2012
197
Kapasitas (MW)
Tahun Operasi
PLTM Hek
1 x 2,5
2012
PLTM Ibu
1 x 1,0
2012
PLTM Kambahan
1 x 1,5
2012
PLTM Kambaniru
1 x 2,0
2012
PLTM Karai-1
1 x 10,0
2013
PLTM Karai-12
1 x 6,0
2013
PLTM Karai-7
1 x 6,7
2013
1 x 3,8
2011
PLTM Kotaraya
1 x 0,8
2013
PLTM Lambangan
1 x 3,2
2014
1 x 4,0
2012
PLTM Mampueno/Sakita
1 x 1,2
2013
PLTM Milangodaa I
1 x 0,7
2013
1 x 2,5
2012
PLTM Ngaoli
1 x 2,0
2012
PLTM Pakkat
2 x 5,0
2012
PLTM Pekasalo
1 x 1,2
2013
PLTM Sawidago I
1 x 2,0
2015
1 x 1,4
2012
Proyek Rencana-Lanjutan
PLTM Sikarban
PLTM Sinamar
2 x 5,0
2012
PLTM Sumpur
1 x 2,0
2012
PLTM Tarabintang
2 x 5,0
2012
PLTM Tarusan
1 x 3,0
2012
2 x 3,0
2012
4 x 1,3
2012-2017
2 x 1,5
2012-2018
PLTM Wanokaka
1 x 1,6
2011
PLTM Wawopada
1 x 3,6
2013
198
4.3.2.3 Bioenergi
4.3.2.3.1 PLT Biomasa
Pengembangan bioenergi difokuskan untuk
penyediaan pasokan tenaga listrik, diantaranya adalah:
Nama Kota
Jumlah Penduduk
(Orang)
Potensi Sampah
(ton/hari)
Nama TPA
DKI Jakarta
9.703.000
Batam
636.729
Kota Semarang
1.495.000
1.345 Jatibarang
Kota Palembang
1.301.000
1.171 Sukawinata
Karya Jaya
Kota Surabaya
2.847.000
2.562 Benowo
Kota Padang
Kota Pontianak
Kota Medan
2.014.000
Kota Bogor
3.600.000
3.240 Galuga
10
Kota Malang
11
Kota Depok
1.352.000
1.217 Cipayung
12
2.408.000
2.000 Ngablak-Piyung
13
Kota Jambi
437.170
14
Kota Samarinda
550.000
15
Kab. Bogor
3.600.000
16
Kab. Tangerang
3.048.000
2.743 Jatiwaringin
17
Kota Sukabumi
2.210.000
1.989 Cigundul
18
Kab. Garut
2.050.000
19
Bali
1.896.000
445 Sarbagita
Singaraja
20
Kota Madiun
679.841
612 Winongo
21
Kab. Jember
2.346.000
2.112 Pakusari
22
Kab. Cianjur
1.958.000
23
Kab. Malang
2.469.000
24
Kab. Sidoarjo
1.742.000
25
Kota Balikpapan
758.000
490.000
846.000
495.314
400 Manggar
199
Nama Kota
Jumlah Penduduk
(Orang)
Potensi Sampah
(ton/hari)
Nama TPA
26
Kab. Banyuwangi
1.670.000
1.503 Bulusan
Rogojambi
27
Kota Bandung
2.349.000
28
3.910.000
3.519 Sarimukti
29
2.236.000
2.012
30
Kota Tangerang
1.502.000
1.352 Rawakucing
31
Kab. Purwakarta
32
2.719.000
2.447
33
1.650.000
1.485
34
1.350.000
1.215
35
1.450.000
1.300
36
1.360.000
1.224
37
Kota Pakanbaru
670.000
603
38
782.000
703
39
Kota Makasar
1.143.000
1029
Ciwarung
Nama Perusahaan
Kapasitas
(ton/hari)
SUMATERA UTARA
1
3,941
3,998
5,023
5,979
11,432
12,124
10,539
SUMATERA SELATAN
3
LAMPUNG
JAWA BARAT
8
200
1,171
Nama Perusahaan
Kapasitas
(ton/hari)
1,050
10
1,200
11
1,780
12
1,334
13
3,015
14
4,045
15
2,852
16
2,000
17
2,000
18
1,772
19
1,798
20
3,184
21
1,750
22
2,520
23
2,726
24
3,218
25
1,300
26
1,350
27
1,452
28
1,250
29
2,765
30
3,267
31
3,100
32
1,500
33
2,085
34
1,287
35
1,446
36
5,742
37
2,187
38
2,897
39
3,529
40
2,515
41
5,607
42
5,615
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
201
Nama Perusahaan
Kapasitas
(ton/hari)
43
PG. Mojopanggung,Tulungagung
2,521
44
2,289
45
1,946
46
1,814
47
2,084
48
1,729
49
2,194
50
1,199
51
1,305
52
1,117
53
5,762
54
4,515
55
56
57
58
1,573
59
2,365
60
2,532
61
3,900
62
7,000
63
PG. Candi,Sidoarjo
1,700
64
3,698
3,862
8,000
67
2,194
68
2,517
69
838
1,084
963
KALIMANTAN SELATAN
65
SULAWESI UTARA
66
SULAWESI SELATAN
Total
202
2,842
212888
Sementara itu, pengembangan biodiesel, bioetanol dan minyak nabati murni, mengacu Peraturan Menteri
ESDM Nomor 32 tahun 2008 mewajibkan minimum pemanfaatan (mandatory) sebagaimana tabel berikut:
Tabel 4.20
Pentahapan Kewajiban Minimal Pemanfaatan Biodiesel
Januari
2010
Jenis Sektor
Januari
2015
Januari
2020
Januari
2025
Keterangan
Rumah Tangga
Transportasi PSO
2,5%
5%
10%
3%
7%
10%
20%
5%
10%
15%
Pembangkit Listrik
1%
10%
15%
Tabel 4.21
Pentahapan Kewajiban Minimal Pemanfaatan Bioetanol
Jenis Sektor
Januari
2010
Januari
2015
Januari
2020
Januari
2025
Keterangan
Rumah Tangga
Transportasi PSO
3%
5%
10%
7%
10%
12%
15%
7%
10%
12%
Pembangkit Listrik
Tabel 4.22
Pentahapan Kewajiban Minimal Pemanfaatan Minyak Nabati Murni
Jenis Sektor
Januari
2010
Januari
2015
Januari
2020
Januari
2025
Keterangan
Rumah Tangga
Industri dan
Transportasi
(Low and
medium speed
engine)
1%
3%
5%
10%
Marine
1%
3%
5%
10%
1%
5%
7%
Pembangkit listrik
Sementara itu, Pembangkit Tenaga Listrik Biomassa dan Biofuel juga dikembangkan oleh PT PLN (Persero)
sebagaimana tabel 4.23, dimana dibutuhkan biaya investasi sebagaimana table 4.24.
Tabel 4.23
Program Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil PLT Biomassa dan Biofuel
No
Pembangkit EBT
Satuan
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
PLT Biomass
MW
10
10
10
10
25
25
25
25
40
180
PLT Biofuel
MW
0,5
2,0
2,0
2,0
3,0
5,0
5,0
10,0
10,0
40
203
Pembangkit EBT
Asumsi
Investasi
US$/kW
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
PLT Biomass
2500
25
25
25
25
63
63
63
63
100
452
PLT Biofuel
2500
13
13
25
25
100
Tabel 4.25
Program Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil PLT Samudera
No
Pembangkit EBT
PLT Kelautan
Satuan
MW
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
0,0
0,2
0,3
0,5
1,0
1,5
2,0
2,0
2,5
10
Tabel 4.26
Biaya Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil PLT Samudera
No
Pembangkit EBT
PLT Kelautan
Asumsi
Investasi
US$/kW
6000
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Total
12
12
15
60
204
atas atau sama dengan 6.000 TOE/ tahun telah melaksanakan Manajemen Energi, sesuai ketentuan dalam
PP 70 Tahun 2009. Dengan demikian diharapkan pada akhir tahun 2025 terjadi penghematan energi sebesar
308.032 ribu TOE.
Tabel 4.27
Penghematan Energi Melalui Program Pemantauan dan Evaluasi Implementasi
Manajemen Energi Sektor Industri
Klasifikasi Sub Sektor Industri
Produk Makanan dan Minuman
Tembakau
Tekstil
2011
2012
2013
2014
2016 2020
2015
2021 2025
658
1.029
1.268
1.641
2.082
6.618
6.618
63
63
223
319
429
429
4.743
6.253
7.385
8.763
10.613
19.777
59.611
Pakaian Jadi
830
1.490
2.003
2.385
2.440
4.066
12.329
182
290
299
335
649
1021
3.071
186
308
400
765
1.130
1.833
4.326
653
1.863
2.187
2.748
3.169
5.612
17.904
119
166
276
863
19
148
148
Bahan Kimia
Karet dan barang berbahan plastik
Produk mineral selain besi baja
Bahan besi baja
Produk besi baja pabrikan selain mesin
3.209
4.030
4.419
4.604
4.812
9.106
30.679
685
1.034
2.094
2.795
3.230
5.650
17.864
1.817
3.790
4.293
4.848
5.304
27.014
43.782
10.606
11.383
12.554
13.223
13.793
25.940
74.330
395
629
662
770
1.053
1.742
5.244
127
152
261
487
675
1739
203
309
318
490
605
983
2.951
173
214
304
833
Obat - obatan
923
1.178
1.187
1.573
1.922
3.306
10.274
801
852
8.61
1.087
1.172
2.056
6.618
1.227
1.232
1.240
1.294
1.406
2.543
8.421
27.118
35.860
41.383
48.097
54.586
119.100
308.032
205
Tabel 4.28
Penghematan Energi Tahunan Melalui Program Kemitraan Implementasi Konservasi
Energi Sektor Industr
(dalam Ribu TOE)
Klasifikasi Sub Sektor Industri
Produk Makanan dan Minuman
2011
2012
2013
2014
2015
2016 2020
2021 2025
481
4.086
Tembakau
30
117
Tekstil
823
5.435
11.218
87
189
299
299
299
1.406
2.338
38
90
145
145
708
1.221
Pakaian Jadi
Pakaian dengan Bahan Kulit Binatang
Produk dari Kayu selain Furniture
1.606
2.075
864
1.337
765
1.247
Bahan Kimia
2.536
3.552
2.250
4.185
229
1.314
1.065
1.708
43
108
218
218
218
797
1.088
114
114
114
114
114
445
612
671
1.383
43
99
99
99
99
478
784
Obat - obatan
90
234
234
234
842
1.148
36
94
94
94
362
497
253
327
287
674
1148
1.203
2.026
21.223
40.217
206
2016 2020
2021 2025
2011
2012
2013
2014
2015
0,088%
0,134%
0,162%
0,202%
0,246%
0,563%
TOE
60.907
95.166
117.269
151.755
192.59
581.936 1.198.757
0,000%
0,008%
0,008%
0,018%
0,023%
0,032%
0,047%
5.822
5.822
14.773
19.181
29.906
59.648
0,636%
0,824%
0,955%
1104%
1289%
2159%
3977%
TOE
438.699
578.399
683.085
810.579
0,111%
0,194%
0,253%
0,294%
0,300%
0,472%
TOE
76.749
137.813
185.245
220.593
225.683
437.794 1.151.354
0,024%
0,043%
0,050%
0,058%
0,090%
0,149%
0,251%
TOE
0,880%
0,839%
TOE
16.856
30.4
35.923
43.345
72.324
144.916
343.772
0,025%
0,040%
0,051%
0,090%
0,127%
0,272%
0,435%
TOE
17.166
28.498
36.993
70.758
104.496
283.704
599.588
0,088%
0,238%
0,276%
0,336%
0,378%
0,587%
1096%
TOE
60.382
172.358
202.3
254.227
293.146
549.831 1.540.455
0,000%
0,000%
0,000%
0,013%
0,018%
0,073%
0,115%
10.967
15.395
83.27
166.18
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
0,002%
0,010%
0,010%
1.792
11.793
11.793
0,430%
0,553%
0,578%
0,609%
0,641%
1072%
1973%
TOE
296.839
372.749
408.757
435.513
465.212
995.247 2.748.359
0,092%
0,135%
0,258%
0,334%
0,377%
0,672%
TOE
63.378
95.65
193.65
258.556
298.789
661.229 1.757.762
TOE
TOE
Bahan Kimia
Karet dan barang
berbahan plastik
1236%
207
2021 2025
2012
2013
2014
2015
0,244%
0,489%
0,548%
0,607%
0,653%
TOE
168.033
350.525
397.089
448.425
1422%
1519%
1654%
1726%
%
TOE
%
1783%
2039%
2618%
2751%
4565%
0,096%
0,113%
0,124%
0,152%
0,233%
0,384%
TOE
40.517
68.212
81.382
91.237
117.563
215.948
510.335
0,015%
0,031%
0,034%
0,046%
0,068%
0,101%
0,150%
10.5
22.201
24.542
34.68
55.59
95.817
191.358
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
TOE
%
TOE
0,027%
0,040%
0,042%
0,060%
0,071%
0,138%
0,245%
TOE
18.782
28.618
29.447
45.358
55.917
137.387
345.309
0,006%
0,013%
0,013%
0,031%
0,036%
0,065%
0,0949%
4.015
9.199
9.199
25.176
28.992
65.38
121.179
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
0,000%
TOE
%
TOE
%
0,124%
0,156%
0,173%
0,215%
0,250%
0,376%
0,666%
TOE
85.417
108.978
123.135
158.921
191.172
345.761
910.282
0,108%
0,119%
0,127%
0,151%
0,160%
0,233%
0,420%
TOE
74.852
82.293
89.112
109.977
117.863
207.274
571.834
0,165%
0,165%
0,166%
0,172%
0,183%
0,271%
0,508%
TOE
113.538
113.936
114.686
119.648
130.064
237.968
699.84
3,66%
4,78%
5,46%
6,19%
6,85%
12,13%
20,64%
11.630.290
28.185.920
%
TOE
208
2016 2020
2011
Tabel 4.30
Penghematan Energi Melalui Program Pemantauan dan Evaluasi Implementasi
Manajemen Energi Sektor Komersial
(dalam Ribu TOE)
Jenis Bangunan
2011
2012
2013
2014
20162020
2015
20212025
20262030
Apartemen
Gedung Pertemuan
Hotel
15,91
15,91
103,97
205,37
205,37
205,37
205,37
Kantor Pemerintah
19,61
19,61
19,61
80,92
180,01
180,01
180,01
180,01
Kantor Swasta
299,58
345,62
345,62
393,60
595,81
2.229,78
2.229,78
2.229,78
Mal
106,48
112,49
137,28
163,95
868,43
868,43
868,43
Perumahan
Supermarket
487,62
493,63
715,77
1.145,14
3.483,60
3.483,60
3.483,60
Akumulasi
Pengehematan
319,19
209
2011
2012
2013
2014
2015
20162020
20212025
20262030
Apartemen
21,96
21,96
37,59
46,48
72,93
417,86
631,17
948,61
Gedung Pertemuan
16,52
16,52
16,52
48,81
142,29
332,42
332,42
332,42
63,64
72,59
160,65
160,65
1.001,45
1.556,26
1.556,26
8,81
43,31
43,31
43,31
1.025,06
2.255,66
2.255,66
368,44
482,69
574,68
673,65
4.103,07
5.288,44
7.184,50
117,22
260,70
301,41
345,21
3.592,72
4.462,67
4.462,67
Perumahan
12,79
12,79
22,66
47,68
47,68
47,68
11,56
36,44
48,48
86,63
231,57
231,57
Hotel
Kantor Pemerintah
Kantor Swasta
Mal
117,22
7,33
7,33
21,78
38,80
101,89
292,84
292,84
292,84
Supermarket
13,58
13,58
19,91
35,79
46,55
262,71
563,99
563,99
Akumulasi
Pengehematan
176,61
617,50
979,45
1.299,16
1,657.64
11.166,94
15.662,69
17.876,20
210
Tabel 4.32
Tahapan Pencapaian Target Penghematan Energi Sektor Komersial
Jenis Bangunan
Apartemen
Gedung Pertemuan
Hotel
Kantor Pemerintah
Kantor Swasta
Mal
Perumahan
Rumah Sakit Swasta
Rumah Sakit Umum
(Pemerintah)
Supermarket
Akumulasi
Pengehematan
2011
%
TOE
%
TOE
%
TOE
2012
2013
2014
2015
2016 2020
2021 2025
0,04%
0,04%
0,06%
0,07%
0,10%
0,36%
0,46%
1.32
1.32
2.132
2.561
3.747
13.516
17.330
0,03%
0,03%
0,03%
0,07%
0,18%
0,32%
0,32%
993
993
993
2.552
6.745
12.130
12.130
0,00%
0,12%
0,13%
0,24%
0,36%
1,00%
1,26%
4.445
4.910
9.160
13.709
37.521
47.440
0,03%
0,04%
0,09%
0,17%
0,29%
1,03%
1,61%
TOE
1.179
1.671
3.463
6.422
10.867
38.671
60.674
0,55%
1,11%
1,26%
1,44%
1,68%
7,18%
8,36%
TOE
20.582
41.670
47.603
54.358
63.429
270.604
314.842
0,19%
0,34%
0,54%
0,59%
0,65%
2,39%
2,81%
TOE
7.047
12.996
20.447
22.412
24.377
90.219
105.773
0,00%
0,00%
0,02%
0,02%
0,03%
0,05%
0,05%
TOE
%
TOE
%
TOE
%
TOE
664
664
1.107
1.815
1.815
0,00%
0,00%
0,02%
0,05%
0,06%
0,09%
0,16%
600
1.801
2.341
3.422
6.013
0,01%
0,01%
0,01%
0,01%
0,06%
0,08%
0,08%
441
441
441
441
2.322
3.152
3.152
0,02%
0,02%
0,03%
0,05%
0,06%
0,23%
0,37%
816
816
1.145
1.911
2.394
8.643
13.950
0,86%
1,71%
2,19%
2,71%
3,48%
12,73%
15,48%
TOE
32.378
64.352
82.398
102.282
131.038
479.692
583.120
211
Tabel 4.33
Penghematan Energi Melalui Pengalihan Penumpang dari
Kendaraan Pribadi ke Transportasi Umum Masal
Penghematan Energi
Tahun
Kilo Liter
TOE
Komposisi (%)
% Konsumsi
Sektor
Mobil Pribadi
Transportasi
Umum
2011
431.289,20
353.664,53
1,29
78,79
21,21
2012
1.294.185,82
1.061.232,37
3,64
75,93
24,07
2013
1.987.275,96
1.629.566,29
5,26
73,18
26,82
2014
2.325.817,81
1.907.170,61
5,80
71,33
28,67
2015
3.331.683,64
2.731.980,59
7,81
68,40
31,60
2016
4.246.488,19
3.482.120,32
9,37
65,25
34,75
2017
5.195.094,84
4.259.977,77
10,78
62,36
37,64
2018
6.044.225,17
4.956.264,64
11,80
60,26
39,74
2019
6.983.344,00
5.726.342,08
12,83
58,10
41,90
2020
8.028.558,69
6.583.418,12
13,87
56,29
43,71
2021
9.141.819,62
7.496.292,09
14,86
54,46
45,54
2022
10.847.897,91
8.895.276,28
16,58
51,26
48,74
2023
12.728.116,78
10.437.055,76
18,30
48,38
51,62
2024
14.677.248,17
12.035.343,50
19,85
45,31
54,69
2025
17.000.618,88
13.940.507,48
21,62
42,35
57,65
212
Tabel 4.34
Contoh Perhitungan Intensitas Energi Angkutan Barang : Truk vs KA
Deskripsi
Jumlah
Satuan
Truk
Jarak Jakarta Surabaya
800
Km
30
Ton
Km
267
Liter
8,89
Liter/Ton.Km
Kereta Api
Jarak Jakarta Surabaya
800
Km
600
Ton
0,33
Km
2.4
Liter
4,00
Liter/Ton.Km
4,89
Liter/Ton.Km
55.00%
Program/Langkah
Penghematan
Energi
Pengalihan
penumpang
kendaraan pribadi ke
transportasi umum
masal
Penerapan
manajemen lalulintas
dan kendaraan
berteknologi hemat
energi
2011
2012
2013
2014
2015
20162020
20212025
1,29
3,64
5,26
5,80
7,81
13,87
21,62
TOE
353.665
1.061.232
1.629.566
1.907.171
2.731.981
6.583.418
13.940.507
Optimasi angkutan
kereta api untuk
angkutan barang
213
Program/Langkah
Penghematan
Energi
2011
2012
2013
2014
2015
20162020
20212025
Peningkatan
disiplin masyarakat
berlalulintas
Penerapan "road
pricing tariff"
Penerapan labelisasi
hemat energi pada
kendaraan bermotor
Penggunaan
"non-motorized
transportation"
Penerapan Parking
Management
Penggunaan
kendaraan
bertekonologi hemat
energi
%
TOE
Akumulasi Penghematan
Energi
%
TOE
0,25
0,50
0,75
1,00
1,50
2,00
3,00
68.588
145.708
232.257
329.097
524.633
949.172
1.934.394
1,54
4,14
6,01
6,80
9,31
15,87
24,62
422.252
1.206.941
1.861.823
2.236.268
3.256.614
7.532.590
15.874.902
214
Dengan penggantian peralatan pemanfaat energi diharapkan akan memperoleh penghematan energi
yang lebih efisien, secara bertahap terjadi penghematan sebesar 26,87% atau setara dengan 2326.949 TOE,
energi di sektor rumah tangga. Pada tahun 2025 seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.36 di bawah ini.
Tabel 4.36
Tahapan Pencapaian Target Penghematan Energi Sektor Rumah Tangga
No
Penggantian
kompor minyak
tanah hemat energi
2012
2013
2014
2015
20162020
20212025
0,95%
0,95%
0,95%
1,91%
2,86%
3,81%
TOE
109,84
109,84
109,84
219,69
329,53
439,38
Penggantian
kompor LPG hemat
energi
0,12%
0,12%
0,25%
0,25%
0,25%
0,00%
0,00%
Penghematan LPG
TOE
14,27
14,27
28,54
28,54
28,54
0,001%
0,001%
0,001%
0,001%
0,001%
0,005%
0,005%
86
86
86
86
86
428
428
0,89%
1,36%
0,67%
0,33%
0,18%
1,07%
0,51%
143.821
219.157
107.866
53.933
29.664
172.100
82.749
0,03%
Peningkatan
kesadaran berhemat
energi
Penghematan
energi
2011
%
Penghematan
minyak tanah
2
Program/Langkah
Penghematan
Energi
%
TOE
0,00%
Penggantian lampu
hemat energi
Penghematan listrik
TOE
Penggantian Ballast
Elektronik
0,02%
0,02%
0,02%
0,02%
0,03%
0,12%
Penghematan Listrik
TOE
2.989
3.287
3.616
3.978
4.376
19.590
Penggantian Kulkas
Hemat Energi
0,13%
0,14%
0,15%
0,17%
0,18%
0,61%
0,32%
Penghematan Listik
TOE
20.343
22.442
24.614
26.786
28.958
98.055
51.071
0,13%
0,14%
0,15%
0,17%
0,18%
0,61%
0,32%
Penghematan Listrik
TOE
20.343
22.442
24.614
26.786
28.958
98.055
51.071
Penggantian TV
hemat energi
(%)
0,03%
0,04%
0,05%
0,06%
0,08%
3,43%
2,07%
Penggantian AC
Hemat Energi
Penghematan listrik
(TOE)
5.411
6.993
8.077
9.322
12.877
552.253
333.314
(%)
2,27%
2,78%
2,25%
2,91%
3,76%
9,65%
3,25%
193.116
274.531
169.011
121.138
105.276
940.921
522.956
23,62%
26,87%
(TOE)
Akumulasi penghematan
energi
TOE
2,27%
5,05%
7,30%
10,21%
13,97%
193.116
467.647
636.657
757.796
215
5.1
Gambar 5.1.
Proses Pengusahaan Panas Bumi
letak dan adanya sumber daya panas bumi serta
wilayah kerja. Pelaksanaan survei pendahuluan
dilakukan secara terkoordinasi oleh Menteri,
gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. Menteri dapat menugaskan
216
c.
a.
2.
217
e.
Gambar 5.2.
Alur Pemrosesan
Usaha Panas Bumi
218
f.
g.
5.2
Gambar 5.3.
Prosedur
Pengajuan dan
Penerbitan Izin
Usaha
219
Syarat Teknis :
Sumber perolehan bahan baku/Bahan Bakar
Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain
yang diusahakan;
Data standar dan Mutu (spesifikasi) Bahan
Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar
Lain yang akan diniagakan;
Nama dan merek dagang Bahan Bakar Sanksi
Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain
Dengan mengesampingkan ketentuan Pasal 1266
untuk retail;
KUH Perdata, Izin Usaha Sementara Pengolahan ini
Informasi Kelayakan Usaha;
dapat dicabut atau batal demi hukum apabila:
Surat pernyataan tertulis diatas materai
Direktur Jenderal atas nama Menteri
mengenai kemampuan penyediaan Bahan
memberikan teguran tertulis tehadap Badan
Bakar Nabati (Biofuel ) Sebagai Bahan Bakar
Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Bahan
Lain;
Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar
Surat Pernyataan secara tertulis diatas
Lain yang melakukan pelanggaran terhadap
materai kesanggupan untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam Izin Usaha
aspek keselataman dan kesehatan kerja serta
Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai
pengelolaan lingkungan hidup;
Bahan Bakar Lain;
Direktur Jenderal atas nama Menteri
memberikan teguran tertulis kepada Badan
Kewajiban Badan Usaha
Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Bahan
Dalam melaksanakan Kegiatan Usaha Bahan
Bakar Minyak yang tidak melaksanakan
Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain,
kewajiban penggunaan Bahan Bakar Nabati
Badan Usaha wajib menyelesaikan :
(Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.
menjamin dan bertanggung jawab sampai ke
Format Permohonan izin Usaha Niaga Bahan
tingkat penyalur/konsumen akhir atas standar Bakar Nabati (Biofuel) dapat dilihat pada contoh
dan mutu Bahan Bakar Nabati (Biofuel) berikut ini.
sebagai Bahan Bakar Lain yang diniagakan
sesuai standar dan mutu (spesifikasi) yang
ditetapkan;
menjamin harga jual Bahan Bakar Nabati
(Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain pada
tingkat yang wajar;
220
:
: 1 (satu) berkas
: Permohonan izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
Sebagai Bahan Bakar Lain
Yang terhormat,
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
c.q. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B5 Kuningan
Jakarta 12910
Dengan hormat,
Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tanggal 26
September 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai
Bahan Bakar Lain, bersama ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati
(Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain, dengan data sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Perusahaan
Penanggung Jawab
Bidang Usaha
Alamat Kantor
Alamat Perusahaan/pabrik
:
:
:
:
:
Akte Pendirian Badan Usaha dengan lingkup usaha bidang energi dan perubahannya yang telah
mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang;
Biodata Badan Usaha (Company Profile);
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
Surat Keterangan Domisili Perusahaan (yang masih berlaku);
Surat pernyataan tertulis diatas materai mengenai kesanggupan memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
Surat pernyataan tertulis di atas materai mengenai kesediaan dilakukan inspeksi lapangan oleh
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi;
B. Data Teknis
a.
b.
c.
d.
Sumber perolehan bahan baku/Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain yang
diusahakan;
Data standar dan Mutu (spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain yang
akan diniagakan;
Nama dan merek dagang Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain untuk retail;
Informasi Kelayakan Usaha;
221
Surat pernyataan tertulis diatas materai mengenai kemampuan penyediaan Bahan Bakar Nabati
(Biofuel ) Sebagai Bahan Bakar Lain;
Surat Pernyataan secara tertulis diatas materai kesanggupan untuk memenuhi aspek
keselataman dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup;
Demikian kami sampaikan dan atas perhatian serta terkabulnya permohonan ini, kami ucapkan terima
kasih.
Hormat kami,
.
Direktur/Pemimpin/Badan Usaha......
222
5.3
223
Gambar 5.4.
Mekanisme Penunjukan Langsung Listrik Swasta
Mekanisme Permohonan Izin
Secara umum pengajuan permohonan Izin Usaha
Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (IUKU) dan
Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Sendiri
(IUKS) harus memenuhi kelengkapan persyaratan
administratif dan teknis. Persyaratan administratif yang
harus dipenuhi meliputi:
Identitas pemohon;
Akta pendirian perusahaan;
Profil perusahaan;
NPWP; dan
Kemampuan pendanaan.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi meliputi:
Studi kelayakan;
Lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar
situasi);
224
5. Kemampuan pendanaan.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi yaitu:
1. Studi kelayakan;
2. Lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar
situasi);
3. Diagram satu garis (single line diagram);
4. Jenis dan kapasitas usaha;
5. Keterangan/gambar daerah usaha dan
Rencana Usaha Penyediaan TL.;
6. J a d w a l p e m b a n g u n a n & r e n c a n a
pengoperasian;
7. Persetujuan harga jual TL atau sewa menyewa
jaringan; dan
8. Izin dan persyaratan lainnya meliputi: AMDAL
atau UKL & UPL, IMB dan Izin Penanaman
Modal.
Harga pembelian tenaga listrik oleh PT PLN
(Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik yang
menggunakan energi terbarukan skala kecil dan
menengah (kapasitas sampai dengan 10 MW) diatur
dalam peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun
2009. Dalam regulasi tersebut hal pokok-pokok yang
diatur adalah:
1) Kewajiban PT. PLN (Persero) untuk membeli
tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik
yang menggunakan energi terbarukan skala
kecil dan menengah dengan kapasitas
sampai dengan 10 MW dari badan usaha
milik Negara, badan usaha milik daerah,
badan usaha swasta, koperasi dan swadaya
masyarakat guna memperkuat sistem
penyediaan tenaga listrik setempat.
2) Harga pembelian tenaga listrik ditetapkan
sebagai berikut :
a.
Rp 656/kWh X F, jika terinterkoneksi
pada tegangan menengah;
b.
Rp 1.004/kWh X F, jika terinterkoneksi
pada tegangan rendah.
3) F merupakan faktor insentif sesuai dengan
lokasi pembelian tenaga listrik oleh PT PLN
(Persero) dengan besaran sebagai berikut :
a.
Wilayah Jawa dan Bali, F = 1 ;
b.
Wilayah Sumatera dan Sulawesi, F =
1,2;
c.
Wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, F = 1,3;
d. Wilayah Maluku dan Papua, F = 1.5.
225
226
CONTOH FORMULIR
PERMOHONAN IUKU
Nomor
Lampiran
Hal
: .............................
: .............................
: Permohonan Izin Usaha Ketenagaistrikan
untuk Kepentingan Umum (IUKU)
.................20...
Yang terhormat,
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
c.q. Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-2 Kav. 7&8 Kuningan
Jakarta
Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0010 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perizinan
Usaha Ketenagalistrikan Untuk Lintas Provinsi atau yang Terhubung dengan Jaringan Transmisi Nasional, dengan ini kami
mengajukan permohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (IUKU) terintegrasi/ Pembangkitan/
Usaha Transmisi/usaha Distribusi guna memenuhi kebutuhan tenaga listrik untuk dijual kepada PT. PLN (Persero)/PT. ...
/masyarakat umum/pelanggan tertentu..... *) dengan kelengkapan dokumen sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Pemohon
Materai Rp. 6.000
(Tanda tangan dan dicap)
Nama Jelas
Jabatan
Tembusan
- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
*) coret yang tidak perlu
227
228
ID
RAL
NE
MI
E N ERG
AN
SUM B R DAYA
E
PERMASALAHAN YANG
SERING DIPERTANYAKAN DAN
PENYELESAIANNYA
Status, 4 Februari 2011
229
230
P
SUB SEKTOR
MIGAS
Peluang
Investasi
Permasalahan/
pertanyaan
yang sering
muncul
Aturan Terkait
Tahapan
Penyelesaian
Keterangan
Penyiapan data
Wilayah Kerja :
Survey
Seismic
Analisis
keekonomian
Sumber Daya
Alam
Ketersediaan
dan kualitas
data survey
seismic kurang
lengkap
(Anggaran
pemerintah
untuk Survey
terbatas)
Permen ESDM
No.028 Tahun
2006 tentang
Pedoman dan Tata
Cara Pelaksanaan
Survey Umum dalam
Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi
Revisi UU
Telah ditetapkan dalam Prolegnas
tahun 2011
No. 22 Tahun
2001 Tentang
Migas dengan
mengusulkan
klausul Depletion
Premium atau
menggunakan
dana PNBP
dengan revisi
UU No.20/1997
tentang PNBP
Perijinan
Surveyor
Company
diperbanyak
Kontrak Bagi
Hasil
Eksplorasi
Produksi
Pengembangan
lapangan
Penerapan
Asas Cabotage
Pada Kegiatan
Usaha Hulu
Migas
UU No. 17 Tahun
2008 tentang
Pelayaran
Pasal 341 telah
mengunci
penggunaan kapal
asing yang masih
dibutuhkan untuk
kegiatan usaha hulu
migas di lepas pantai
Revisi UU No.17
Tahun 2008
Tentang Pelayaran
telah disampaikan
Presiden kepada
Ketua DPR .
Tumpang tindih
penggunaan
lahan terutama
kehutanan :
Ijin
penggunaan
pakai
kawasan
kehutanan
Pengakuan
kontrakkontrak
penggunaan
kawasan
hutan
sebelum
berlakunya
UU No. 41
Tahun 1999
UU No. 41 Tahun
1999 Tentang
Kehutanan, tidak
mengatur mengenai
kelangsungan
perijinan dalam
kawasan hutan
yang tumpang tindih
dengan tata ruang
yang telah ada
sebelum berlakunya
UU tersebut.
PP No. 26 Tahun
2007 tentang Tata
Ruang
Koordinasi
interdep KESDM,
KEMENHUT,
MENKOPOLHUKAM
untuk merevisi UU
No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan
231
Peluang
Investasi
Permasalahan/
pertanyaan
yang sering
muncul
Aturan Terkait
Tahapan
Penyelesaian
Pembangunan
Kilang Minyak
Bumi
Pembangunan
kilang
membutuhkan
dana yang
besar namun
keuntungannya
marginal
sehingga
dibutuhkan
insentif untuk
menarik
investasi.
Telah diusulkan
pemberian
tambahan insentif
melalui surat
Menteri ESDM
kepada MenKeu
(Berdasarkan hasil
rapat interdept,
usulan dapat
disetujui)
Pembangunan
Floating Storage
Regasification
Unit
Investasi
infrastruktur gas
domestik mahal
karena jarak
lokasi supplydemand gas
jauh
Telah dibahas di
Kantor Kementerian
Koordinator bidang
Perekonomian
Usulan untuk
mendapatkan
fasilitas pajak
penghasilan dalam
perubahan PP
No. 62 Tahun 2008
(Berdasarkan hasil
rapat interdept,
usulan dapat
disetujui)
232
Keterangan
SUB SEKTOR
MINERAL DAN BATUBARA
Peluang Investasi
Permasalahan/
pertanyaan
yang sering muncul
Aturan Terkait
Tahapan
Penyelesaian
Keterangan
Pembangunan
Pabrik Pengolahan
dan Permurnian
Mineral
Pembangunan
Undang-Undang Nomor Akan dilakukan
Koordinasi dengan
fasilitas pengolahan
4 Tahun 2009 tentang
dan pemurnian
Pertambangan Minerba,
DJK, PLN, EBTKE,
khususnya mengenai
Pertamina, DJ
mineral berkaitan
dengan penyediaan
kewajiban untuk
Migas dan Pemda
energi.
melakukan pengolahan Akan dilakukan
dan pemurnian di Dalam
Koordinasi dan
Kekhawatiran Investor
kerjasama dengan
atas jaminan pasokan
Negeri.
bijih dari IUP Daerah. Peraturan Pemerintah
Pemerintah Daerah
Nomor 23 Tahun 2010
tentang pengusahaan
pertambangan minerba,
kewajiban untuk
melakukan pengolahan
dan pemurnian di Dalam
Negeri tersebut paling
lambat 5 tahun setelah
UU 4/2009 terbit.
Rencana akan
dilaksanakan
tahun 2011
Infrastruktur
Angkutan Batubara
Undang-Undang
Kurangnya
Nomor 23 tentang
Infrastruktur Angkutan
Batubara (Rel
Perkeretaapian
Undang-Undang
Kereta Api, Terminal
Nomor 3 Tahun 1965
Batubara dll.)
tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Raya
Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 2010
tentang Angkutan di
Perairan
Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun
2009 tentang
Penyelenggaraan
Perekeretaapian
Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api
Rencana akan
dilaksanakan
tahun 2011
Akan dilakukan
koordinasi dengan
Kementerian terkait
233
Peluang Investasi
Peningkatan Nilai
Tambah Batubara
234
Permasalahan/
pertanyaan
yang sering muncul
Belum adanya
regulasi mengenai
pengembangan
batubara mutu
rendah
Kurang nya jaminan
pasokan batubara
untuk bahan baku
briket.
Aturan Terkait
Tahapan
Penyelesaian
Keterangan
Batubara untuk
briket harga
jualnya tidak
kompetitif
SUB SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN
Peluang Investasi
Pembangkitan
Tenaga Listrik,
Transmisi dan
Gardu Induk
Permasalahan/
pertanyaan
yang sering muncul
Aturan Terkait
Tahapan
Penyelesaian
Keterangan
UU APBN No 10 Tahun
2010 tentang APBN
2011, Permen ESDM
31/2009 Tentang Harga
Pembelian Tenaga Listrik
Oleh PT. PLN (Persero) dari
Pembangkit Tenaga Listrik
Yang Menggunakan Energi
Terbarukan Skala Kecll Dan
Menengah Atau Kelebihan
Tenaga Listrik, Permen
ESDM 32/2009 Tentang
Harga Patokan Pembelian
Tenaga Listrik Oleh PT PLN
(Persero) Dari Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi
Pemenuhan
Pemberian Subsidi
dan Peninjauan
kembali TDL
Adanya
perbedaan
antara biaya
produksi
dengan harga
jual listrik (TDL)
Pihak Swasta/IPP
meminta Jaminan
Pemerintah
Diusulkan untuk
dimasukkan dalam
proyek KPS
Masyarakat menuntut
kompensasi dibawah
jaringan SUTT/
SUTET (Saluran Udara
Tegangan Tinggi/Ekstra
Tinggi)
Kepmentamben No.
975K/47/MPE/1999
terkait kompensasi atas
penggunaan lahan untuk
Saluran Udara
Sedang disusun
RPP tentang Usaha
Penyediaan dan
Pemanfaatan
TL dan Permen
ESDM tentang
Kompensasi
Sedang
dilakukan
Harmonisasi di
Kemen Hukum
dan HAM,
ditargetkan
selesai
pertengahan
tahun 2011
Penyediaan lahan
(Perijinan, harga,
sertifikat tanah ganda)
UU 41/1999 tentang
Koordinasi
Kehutanan, Peraturan Kepala antar instansi
BPN
Kementerian
BUMN, Kehutanan,
ESDM, BPN,
Pemda
Sosialisasi
Peraturan
Pembebasan
Lahan terbaru,
rencana akan
dilaksanakan
tahun 2011
Koordinasi
antara PLN,
PGN, Pertamina,
Minerba, EBTKE
(Pabum) dan Migas
235
Peluang
Investasi
Panas
bumi
Permasalahan/
pertanyaan
yang sering
muncul
Aturan Terkait
Tahapan Penyelesaian
Keterangan
1. Harga listrik
dari panas
bumi
UU 27/2003, UU
30/2007,
UU 30/2009, Permen
ESDM
No 32/2009, Permen
ESDM No 02/2011
2. Potensi
panas bumi
yang berada
di kawasan
hutan
konservasi
UU 41/1999, PP
68/1998
Pemberian
insentif bagi
pengusahaan
BBN
PP No 1 Tahun 2007;
Permenkeu No.
21/2010
Kepmen ESDM No.
0219 K/12/MEM/2010;
Permenkeu 215/PMK.
03/2010; Permen
ESDM No 32/2009
Kementerian
Pertanian;
Kementerian
Keuangan
UU 30/2007 tentang
energi, PP 70/2009
tentang Konservasi
Energi
Konservasi
Energi
Nuklir
UU 10/1997,
UU 30/2007,
UU 17/2007,
PP 5/2006. PP
43/2006 (Perizinan
Reaktor Nuklir),
PP 5/2010 (Mandat
unt. melakukan
Studi Kelayakan
PLTN)
Bahan
Bakar
Nabati
(BBN)
236
Belum ada
kebijakan
pemerintah
dan regulasi
pada tahap
implementasi
proyek
pembangunan
PLTN
ID
RAL
NE
MI
E N ERG
AN
SUM B R DAYA
E
ENCLOSURE PERMASALAHAN
INVESTASI SEKTOR ESDM
TAHUN 2011
Status 4 Februari 2011
237
238
NCLOSURE PERMASALAHAN
INVESTASI SEKTOR ESDM
TAHUN 2011
Status 4 Februari 2011
Permasalahan
Keterangan
1.
239
Permasalahan
Keterangan
240
Permasalahan
Keterangan
Terutama Kehutanan
241
Permasalahan
Keterangan
242
Permasalahan
Insentif Pembangunan Floating
Storage Regasification Unit (FSRU)
Keterangan
243
Permasalahan
Harga Jual Listrik Tidak
Mencerminkan Nilai Keekonomiannya
Keterangan
244
Harga listrik PLN saat ini adalah 8,24 sen dollar AS per
kWh atau sekitar Rp 735 per kWh , padahal biaya untuk
memproduksi listrik diperkirakan sekitar Rp 1.008 per kWh.
Walaupun terdapat subsidi listrik, pada kenyataannya subsidi
listrik ditetapkan besarannya tiap tahunnya (UU tentang
APBN). Hal ini mengakibatkan PT. PLN (Persero) melakukan
penghematan sedemikian rupa agar besaran subsidi yang
didapat tidak melebihi ketetapan.
Dalam negosiasi dengan listrik swasta dalam hal pembelian
listrik, PLN memiliki kecenderungan untuk menekan harga
serendah mungkin (bahkan kalau bisa dibawah harga listrik
PLN) dengan tujuan agar tidak melebihi besaran subsidi
yang ditetapkan. Hal ini mengakibatkan waktu pengembalian
investasi (pay back period) investor listrik swasta menjadi
lama. Hal inilah yang mengakibatkan investasi penyediaan
tenaga listrik kurang begitu diminati oleh investor swasta.
Diperlukan adanya pembedaan antara tarif dan harga jual
listrik, dimana selama ini investor mengeluhkan harga
jual yang tidak mencapai keekonomiannya, sehingga
direkomendasikan agar tarif listrik nantinya disesuaikan
dengan harga jual listrik, terutama untuk kalangan konsumen
mampu.
Permasalahan
Pihak Swasta/IPP meminta Jaminan
Pemerintah
Keterangan
245
Permasalahan
Masyarakat Menuntut Kompensasi
di bawah Jaringan SUTT/SUTET
(Saluran Udara Tegangan Tinggi/
Ekstra Tinggi)
Keterangan
246
Permasalahan
Pembangunan Fasilitas Pengolahan
dan Pemurnian Mineral
Keterangan
a. Penyediaan Energi
247
Permasalahan
Kurangnya Infrastruktur Angkutan
Batubara di Sumatera dan
Kalimantan (Jalur Rel Kereta Api
Angkutan Batubara)
Keterangan
248
Permasalahan
Belum Adanya Regulasi Mengenai
Pengembangan Batubara Mutu
Rendah
Keterangan
249
Permasalahan
Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan dan PP No. 68
Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Tidak diperbolehkannya kegiatan
operasi panas bumi di kawasan
hutan konservasi
Diperbolehkan kegiatan operasi
panas bumi di kawasan hutan
lindung, namun diperlukan ijin
pinjam pakai yang membutuhkan
waktu yang tidak pasti
Keterangan
250
Permasalahan
Pemberian Insentif Bagi Perusahaan
BBN
Keterangan
251
252