Anda di halaman 1dari 22

Nama : Tias Rahestin

NIM

: 11306141020

Laporan Kerja Praktik Di laboratorium Pertamina EP asset 3 Cirebon


Analisis Air
Di laboratorium Pertamina EP asset 3 Cirebon terdapat beberapa bagian analisis
diantaranya ialah analsis air. Pada laboratorium analisis air terdapat beberapa macam alat
dianataranya ialah Titrator, pH meter digital, SSA, Spektrofotometer UV-VIS dan
Spektrofotometer Infra Red. Pada Kerja Praktek, praktikan mengambil kajian alat SSA
(Spektroskopi Serapan Atom) dan Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350. Percobaan yang
dilakukan dengan menggunakan SSA ialah validasi metode LOD dan LOQ dengan
pembuatan Kurva standar Zn untuk SSA sedangkan dengan menggunakan Horiba Oil
Content Analyzer dilakukan uji penentuan larutan standar pengganti S-316 pada Horiba Oil
Content Analyzer OCMA 350 dan penentuan kadar kosentrasi minyakdalam sampel.

SSA (Spektroskopi Serapan Atom)


Percobaan Validasi Metode LOD dan LOQ dengan pembuatan kurva standar Zn
A. Dasar Teori
Pada percobaan ini menggunakan SSA (Spektrofotometer Serapan Atom). SSA
(Spektrofotometer Serapan Atom) dimulai pada tahun 1802 oleh Wollaston yang menemukan
garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut oleh
Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini
diakibatkan oleh proses absorbsi pada atmosfer matahari. Prinsip absorbsi ini kemudian
mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai
spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum
kuantum dari absorbsi dan emisi suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap
cahaya dengan panjang gelombang tertentu (frekuensi), atau dengan kata lain ia hanya akan
mengambil dan melepas suatu jumlah energi tertentu, ( = hv = hc/). Kelahiran SSA sendiri
pada tahun 1955, ketika publikasi yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul.
Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan sebagai metode analisis yang dapat diaplikasikan
secara umum (Weltz, 1976). Pada mulanya ahli kimia banyak tergantung dengan cara

spektrofotometrik atau metode analisi spektrgrafik. Karena cara ini menjadi tidak efektif
karena memakan waktu maka digantikan dengan AAS. Metode ini sangat efektif untuk
mengetahui konsetrasi unsur-unsur dalam jumlah yang kecil.Prinsip analisis dengan SSA
adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak
digunakan untuk analisis unsur. Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi
atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat
dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi.
Frekuansi radiasi yang dipancarkan karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya
sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi yang kemudian mengalami deeksitasi. Teknik
ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi atom). Untuk SSA keadaan berlawanan
dengan cara emisi yaitu, populasi atom pada tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi, maka
akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar
tersebut. Penyerapan ini menyebabkan terjadinya pengurangan intensitas radiasi yang
diberikan. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada
tingkat dasar tersebut.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom (energi). Atom-atom akan
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu tergantung sifat unsurnya.
Misalnya Na menyerap pada 589nm, Uranium pada 358,5 nm, sedangkan Ka pada 766,5 nm.
Mekanismenya dijelaskan bahwa transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Misalnya
unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi 1 s 2 2 p8 3 s 1 , tingkat dasar
untuk elektron valensi 3s ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan
energi 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330nm.
Spektrum atomik untuk masing-masing unsur terdiri dari garis-garis resonansi.Garis-garis lain
yang bukan merupakan garis resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi dengan
tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari
eksitasi tingkat dasar yang disebabkan oleh proses atomisasi.
Prinsip kerja SSA adalah penyerapan sinar dari sumbernya oleh atom-atom yang di
bebaskan oleh nyala dengan panjang gelombang tertentu. Secara lebih rinci dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Cuplikan atau larutan cuplikan dibakar dalam suatu nyala atau
dipanaskan dalam suatu tabung khusus (misal tungku api).
b. Dihasilkan kabut halus
c. Atom-atom keadaan dasar yang berbentuk dalam kabut dilewatkan
pada sinar dan panjang gelombang yang khas. Sinar sebagian diserap,

yang disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan emisi. Penyerapan


yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar
yang berada dalam nyala. Pada kurva absorbsi, terukur besarnya sinar
yang diserap, sedangkan kurva emisi, terukur intensitas sinar yang
dipancarkan.
d. Sampel yang akan diselidiki ketika dihembus ke dalam nyala terjadi
peristiwa berikut secara berurutan dengan cepat :
Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat.
Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom
penyusunnya, yang mula-mula akan berada dalam keadaan

dasar.
Atom-atom tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala

ketingkatan energi lebih tinggi


e. Dalam setiap atom tersebut ada sejumlah tingkat energi diskrit yang
ditempati oleh elektron. Tingkat energi biasanya dimulai dengan
bila berada pada keadaan dasar (ground state level) sampai
E2 hingga

E0

E1 ,

En . Atom yang tidak tereksitasi, berada dalam

keadaan dasar (ground state). Untuk mengeksitasi atom, satu atau lebih
elektron harus berpindah ke tingkatenergi yang lebih tinggi dengan cara
penyerapan energi oleh atom itu. Energi dapat disuplai oleh foton atau
dari peristiwa tabrakan yang disebabkan oleh panas. Dengan peristiwa
itu, elektron terluar akan menjauhi inti paling tidak adalah ke tingkat
energi pertama

E1 . Energi yang dibutuhkan adalah setara dengan

selisih dari energi tingkat satu dengan energi dasar.


E=E 1E0
Dalam SSA, selisih energi (E1 -E0) kecil, hal ini disebabkan karena hanya bagian
elektron terluar yang teresksitasi yang dipengaruhi oleh pengendalian suhu yang cermat. Bila
suhu terlampau tinggi sebagian atom akan terionisasi. Atom-atom yang terionisasi telihat
dalam bentuk kabut. Atom-atom dalam kabut tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi dan
saling bertabrakan, serta menyerap dalam kisaran yang sangat sempit. Oleh karena energi
gap

E1E 0 sempit ini, walaupun pada proses pembakaran terjadi kabut dari berbagai

atom, tapi hanya atom tertentu yang dapat menyerap sumber energi atau foton. Hal ini
merupakan sifat selektif yang spesifik dari SSA.
Komponen-komponen SSA adalah sebagai berikut :

Sumber radiasi resonansi (Sumber Sinar) : Suatu lampu katoda berongga


yang memancarkan energi radiasi sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi
elektron atom. Ada dua jenis lampu katoda yang biasa digunakan yaitu :
a. Hollow Cathode Lamp : terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat
dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari
tungsten.
b. Electrodless Discharge Lamp : mempunyai output radiasi lebih tinggi dan

biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se.


Sumber Atomisasi : terbagi kedalam dua sistem yaitu sistem nyala dan sistem tanpa
nyala. Kebanyakan instrument sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel

diintroduksikan dalam bentuk larutan.


Sistem Pengabut : Sistem Pengabut terdiri dari 3 komponen yaitu :
a. Pengabut (nebulizer) : mengubah larutan menjadi butir-butir kabut.
b. Ruang semprot (spray chamber) : untuk memisahkan partikel-partikel besar
dan kecil. Partikel kecil ini kemudian dikirim ke pembakar.
c. Pembakar (burner) : bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides,
agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan
merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pematik api,

dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Sistem pengolahan dan pembacaan terdiri dari :
a. Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang
tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow
b.

Cathode Lamp.
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang
diserap oleh permukaan yang peka.

Secara bagan, cara kerja SSA adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan cara kerja Spektrofotometer Serapan Atom

Pada percobaan KP di Pertamina akan menggunakan SSA jenis Agilent Technologies


200 serie AA. SSA ini membutuhkan daya Voltage 208, 220, atau 240 volt AC 10%.
Secara umum,SSA serie ini memiliki prinsip kerja SSA yang telah dijelaskan, hanya saja SSA
ini merupakan salah satu jenis SSA yang menggunakan metode tungku grafit untuk
mengatomisasikan unsur sampel bukan yang menggunakan nyala. Pada tungku grafit
temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap
untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi senyawa yang dianalisis. Hal ini disebut
dengan metode tanpa nyala. Pada SSA jenis Agilent Technologies 200 serie AA memiliki
beberapa jenis tabung grafinya yaitu:
a. Tabung Platform Omega , lapisan: pyrolytically
b. Tabung dipartisi , lapisan: pyrolytically
c. Plateau , lapisan: pyrolytically yang biasanya juga digunakan bersamaan dengan
tabung grafit pyrolytically.
Tabung grafit sistem pasokan gas penyemprot dirancang untuk diisi gas dan udara inert.
Pada SSA tidak dapat menggunakan hidrogen murni dengan alat penyemprot tabung grafit,
karena hal ini dapat mengakibatkan akumulasi kebocoran dan berpotensi menyebabkan
ledakan hidrogen. Oleh karena itu digunakan proprietary, pra-paket campuran 95% argon
(atau nitrogen) dan 5% hidrogen.
Hal spesifik lain dari SSA serie ini ialah digunakannya Lampu Katode Berongga
sebagai sumber energi (cahaya monokromatis). Lampu ini merupakan sumber radiasi dengan
spektra yang tajam dan mengemisikan gelombang monokromatis. Lampu ini terdiri dari
katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang akan ditentukan atau campurannya
(alloy) dan anoda yang terbuat dari tungsten. Elektroda-elektroda ini berada dalam tabung
gelas dengan jendela quartz karena panjang gelombang emisinya sering berada pada daerah
ultraviolet. Tabung gelas tersebut dibuat bertekanan rendah dan diisi dengan gas inert Ar atau
Ne.

Gambar 2. Bagian-bagian lampu katode berongga

Pada percobaannya digunakan lampu Zn untuk validasi metode LOD dan LOQ yang
nantinya dibentuk menjadi kurva kalibrasi. Sebelum menggunakan alat, hal penting yang
harus dilakukan ialah optimasi alat yang meliputi:
a. Optimasi Lampu
Mengecek posisi jalannya cahaya agar tepat berada di tengah sehingga pada saat
berlangsung proses atomisasi sinar unsur optimal mengenai atom-atom unsur yang
dideteksi. Pengecekan ini dengan menggunakan bantuan kertas.
Selain itu, optimasi lampu juga dilakukan dengan pengecekan optimasi intensitas
lampu. Lampu terdiri atas dua bagian yaitu HC Lamp dan D2 Lamp. Yang perlu
diperhatikan ialah intensitas dari Hallow Chatode Lamp (HC Lamp) agar tepat pada nilai
maksimumnya.
b. Optimasi Sinyal
Optimasi sinyal ini dilakukan dengan melihat panduan bahwa apabila larutan
dengan konsetrasi 0,3 ppm, SSA akan mendeteksi nilai absorbansinya sebesar 0,2. Untuk
menytabilkan sampel agar diperoleh hasil yang konstan maka pada saat membuat larutan
ditambahkan aquabides.

B. Alat, Bahan dan Prosedur Pengujian


Pada percobaan yang dilakukan pada tanggal 15 juli 2014 ialah validasi
metode LOQ dan LOD dengan Uji kadar unsur Zn secara ekstraksi dengan
menggunakan SSA. Tahap percobaan yang dilakukan ialah:
1) Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Air bebas logam


Larutan induk Zn 1000ppm
Larutan Asam nitrat (HNO3) pekat
HNO3 1N
Larutan Amonium Pirolidin Ditio Karbamat (APDK) 4%
Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1N
Larutan asam klorida (HCl) 1M
Metil Isobutil Keton (MIBK)
Serbuk natrium sulfat anhidrat ( Na 2 SO 4 )
Gas Etilen

k. Udara
2) Peralatan
a. SSA
b. pHmeter
c. Corong pemisah 500ml
d. Labu ukur 100ml dan 1000 ml
e. Gelas piala 100ml
f. Gelas ukur 100ml
g. Pipet volumetrik 1,0 ml; 5,0 ml; 10 ml; 20ml
h. Pipet ukur 10ml
i. Botol gelas 200 ml
j. Tabung bertutup asah
k. Alat penyaring dengan ukuran 0,45m dilengkapi dengan filter holder dan pompa
l. Kertas saring
3) Persiapan Pengujian
3.1 Menyiapkan contoh uji dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menyiapkan 125 mL contoh uji pada masing-masing kedalam botol gelas
200mL
b. Membuat pH larutan menjadi tepat 3 dengan menambahkan larutan
HNO3 dan NaOH 1M.
3.2 Pembuatan Larutan Baku Seng 100 mg/L
a. Memipet 10 mL larutan induk 1000ppm dan memasukkan ke dalam labu
ukur 100mL.
b. Menambahkan larutan pengencer hingga tanda tera dan dihomogenkan.
3.3 Pembuatan Larutan Baku Seng 1 mg/L
a. Memipet 5mL larutan baku seng 100mg/L dan memasukkan kedalam labu
ukur 500mL.
b. Menambahkan larutan pengencer hingga tanda tera dan dihomogenkan.
3.4 Pembuatan larutan Kerja Seng
a. Memipet 0 mL; 1,0 mL; 5,0 mL; 10 mL; dan 20 mL larutan baku seng mg/L
dan memasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL
b. Menambahkan larutan pengencer sampai tanda tera kemudian
dihomogenkan sehingga diperoleh kadar seng 0,0 g/L; 10 g/L; 50 g/L;
100 g/L; dan 200 g/L.
4) Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi
4.1 Pembuatan kurva kalibrasi
a) Mengoptimalkan alat SSA sesuai dengan petunjuk penggunaan alat seperti
yang telah dijelaskan di atas.
b) Menepatkan pH larutan baku dengan pH meter menjadi 3 dengan cara
menambahkan larutan HNO 3 1N.
c) Memasukkan 100 ml larutan baku tersebut kedalam corong pemisah

d) Menambahkan 1ml larutan APDK dan dikocok.


e) Menambahkan 10 ml MIBK dan mengocok kuat selama kurang lebuh 30
f)
g)
h)
i)

detik.
Didiamkan hingga larutan air terpisah dengan lapisan organik.
Membuang lapisan air melalui cerat.
Memindahkan lapisan organik ke dalam tabung gelas yang tertutup asah.
Mengukur serapan dari masing-masing larutan kerja yag telah dibuat

panjang gelombang 213,9 nm.


j) Membuat kurva kalibrasi dari data i. Di atas dan mementukan persamaan
garisnya. Seharusnya berupa fungsi linier.
4.2 Prosedur Uji
a. Mengambil 100 ml contoh uji dan memasukkan ke dalam corong pemisah.
b. Menambahkan 1 ml larutan APDK dan dikocok.
c. Menambahkan 10 ml MIBK dan dikocok selama kurang lebih 30 detik
d. Menunggu sampai terjadi pemisahan fase antara lapisan organik dan lapisan
air.
e. Membuang lapisan air dengan menggunakan cerat.
f. Memindahkan lapisan organik ke dalam tabung gelas yang tertutup asah.
g. Mengukur serapan dari larutan contoh uji di atas pada panjang gelombang
213,9 nm.
C. Data Percobaan
No.
1
2
3
4
5
D. Analisis Data

Kons.std
(ppm)
0,008
0,024
0,040
0,056
0,080

Absorbansi
0,0229
0,0350
0,0477
0,0620
0,0786

Kurva Standar Zn
0.1000
0.0800
0.0600
Absorbansi

f(x) = 0.78x + 0.02


R = 1

0.0400

Linear ()

0.0200
0.0000
0.000

Linear ()

0.050

0.100

Konsentrasi (ppm)

E. Pembahasan
Pada percobaan ini belum dilakukan analisis uji sampel, tetapi dilakukan pembuatan
kurva kalibrasi yang nantinya akan dijadikan panduan alat SSA ini layak digunakan untuk uji
sampel lapangan. Percobaan yang dilakukan merupakan salah satu uji validasi metode yaitu
LOQ dan LOD yang bertujuan untuk memvalidasi limit atau batas terendah konsetrasi sampel
yang dapat dideteksi oleh SSA dari berbagai macam sampel yang akan diujikan. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menyiapkan contoh larutan uji yang merupakan larutan
standar. Pada percobaan ini larutan standar dengan unsur Zink dibuat sebagai larutan standar
dengan beberapa macam konsetrasi. Namun nilai konsetrasi dari larutan standar ini dibuat
pada nilai yang cukup kecil. Hal ini dikarenakan kurva kalibrasi ini akan dijadikan sebagai
validasi metode LOD dan LOQ.
Secara sederhana tujuan dari pembuatan kurva kalibrasi metode ini ialah untuk
mendeteksi atau menentukan konsetrasi terendah unsur Zn yang dapat diabsorbsi SSA dan
hasilnya valid. Langkah yang dilakukan ialah dengan membuat contoh larutan uji dengan
konsentrasi 0,008 ppm; 0,024 ppm; 0,040 ppm; 0,056 ppm; dan 0,08ppm. Dengan nilai
absorbansinya ialah 0,0229 ppm; 0,0350 ppm; 0,0477 ppm; 0,0620 ppm; 0,0786 ppm. Setelah
diplot grafik hubungan antara konsentrasi larutan dan absorbansinya didapatkan hubungan
linier yaitu semakin besar konsentrasi larutan yang menandakan kandungan Zn semakin
banyak maka seharusnya semakin besar nilai absrobansinya. Hal ini telah terpenuhi dengan
grafik hubungan yang linier dengan fungsi y = 0,784x + 0,016 dengan variabel y
menandakan absorbansi dan x menunjukkan konsentrasi contoh larutan uji. Data hasil yang
didapatkan ternyata batas minimal konsentrasi Zn yang mampu dideteksi dengan

menggunakan SSA yang nilainya absorbansinya mendekati konsentrasinya ialah pada 0,08
ppm. Sedangkan untuk konsentrasi yang lebih kecil SSA mampu mendeteksinya namun nilai
absorbansinya jauh dari konsentrasi larutan contoh uji. Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa pada larutan contoh uji mengandung unsur Zn dengan konsentrasi tertentu pada
pengujian sampel yang sebenarnya nilai ini belum diketahui akan diabsorbsi dengan
menggunakan SSA, nilai absorbansi ini akan menunjukkan seberapa banyak (konsentrasi) Zn
pada contoh larutan uji. Dan ternyata pada nilai konsentrasi dibawah 0,08 ppm nilai
absorbansinya tidak sesuai dengan konsentrasi dari Zn.
Hal ini belum sesuai dengan panduan standar SNI yang menyatakan bahwa cara uji untuk
menentukan kadar Zn dalam air dan air limbah secara ekstraksi dan diukur menggunakan SSA
dengan panjang gelombang 213,9 nm dengan kisaran kadar 0,5 ppm- 200 ppm atau
0,0005mg/L-0,2 mg/L.
Secara fisis dapat dijelaskan bahwa akibat adanya pembakaran larutan uji akan
terbentuk kabut atom-atom Zn atau disebut dengan atomisasi Zn. Dengan menggunakan
sumber lampu katode berongga atau HC lamp yang memancarkan energi dengan panjang
gelombang 213,9 nm. Proses terbentuknya pancaran sinar dengan panjang gelombang yang
spesifik ini ialah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada proses ini terjadi pelepasan eletron pada katode. Tegangan yang digunakan pada lampu
ini biasanya sekitar 500V. Dalam perjalanannya menuju anode elektron akan menumbuk gas
inert (biasanya Ne) sehingga akan terbentuk ion positif dari Ne.

b. Ion positif dari Ne akan menumbuk lapisan logam pada katode yang merupakan jenis logam
Zink pada percobaan kali ini. Akibat adanya tumbukan atom logam akan terksitasi dan
kembali mengalami deeksitasi sehingga memancarkan energi dengan panjang gelombang
karakteristik.

Keterangan gambar: Atom Cu pada percobaan ini diganti atom Zn


c. Akibat adanya pemancaran energi hasil deeksitasi atom logam yang melapisi katode akan
menyebabkan pemancaran energi dengan panjang gelombang yang karakteristik. Panjang
gelombang ini (energi) akan di serap oleh atom-atom dari sampel yang telah diuapkan.
Banyaknya energi yang diserapa akan sebanding dengan jumlah konsentrasi atom Zn dalam
sampel.

d. Setelah di absorsi maka atom-atom tersebut akan melewati monokromator. Sinar yang
diabsorbsi paling kuat biasanya adalah sinar yang berasal dari transisi elektron ke tingkat
eksitasi terendah. Sinar ini disebut garis resonansi, garis resonansi pada unsur Zn ialah pada
nilai panjang gelombang 213,9 nm seperti yang tertera pada buku panduan alat dan pada
software.
Setelah terjadi absorbansi oleh atom-atom Zn hasil pembakaran dengan bantuan gas
asetilen dan udara akan melewati detektor sehingga akan dihasilkan seberapa banyak unsur
Zn yang terdapat pada sampel yang ditunjukkan dengan nialai absorbsi pada output data
percobaan. Seberapa baik Lampu Katode Berongga bekerja dan berapa lama berlangsung
tergantung pada perawatan operasi. Ketika tegangan tinggi digunakan, arus yang lebih tinggi

juga akan muncul. Arus yang lebih tinggi memungkinkan untuk output data yang lebih intens
namun pada saat yang sama dapat menghasilkan jumlah atom tidak tereksitasi. ini atom
unexcited dapat mengganggu output data yang baik karena mereka mampu menyerap radiasi
yang dipancarkan dari elektron yang tereksitasi kembali ke keadaan dasar mereka. Proses ini
disebut absorbsi diri. Meskipun proses hasil absorbsi diri dalam intensitas lemah namun dapat
menyebabkan kerja dari Lampu Katode Berongga lebih ekstra sehingga dengan meningkatkan
arus listrik akan menyebabkan umur lampu menjadi lebih pendek bahkan mampu melelehkan
logam pada katoda sehingga merusak lampu. Selain itu yang menentukan umur dari suatu
Lampu Katode Berongga ini ialah dari ketersediaan gas inert di dalam rongga katode.
Bagaimanapun gas inert ini akan mencapai keadaan jenuh. Gas inert menjadi ion positif
karena tertumbuk oleh eletron yang dihasilkan katode.Atom-atom gas inert dalam hal ini yang
digunakan ialah Ar atau Ne. Ion positif gas inert berperan dalam menumbuk lapisan unsur
logam dalam katode sehigga akan menjadikan atom-atom logam tereksitasi dan deeksitasi
dengan memancarkan energi yang sesuai dengan logam sampel yang akan dideteksi. Apabila
hal ini terus berlangsung maka kemungkinan besar ion-ion positif yang dibentuk oleh gas
inert akan jenuh atau dengan kata lain gas inert tidak bisa lagi membentuk ion positif guna
menumbuk atom logam pada katode. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa yang
memegang peranan penting dalam umur lampu katode berongga ini ialah keberadaan gas inert
dalam rongga katode. Sedangakan yang memegang peranan penting juga dalam seperangkat
alat SSA ini ialah lampu katode berongga. Karena tanpa adanya lampu katode maka tidak
akan terjadi pemancaran energi yang akan diserap oleh atom sampel yang mengindikasikan
jumlah atau konsentrasi unsur logam.

Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350


A. Dasar Teori

Horiba Oil Content Analyzer merupakan salah satu model


spektrofotometer infra merah non-dispersive (NDIR). Yang dimaksud
dengan NDIR ialah salah satu bentuk spektrofotometer yang menggunakan
infra merah dengan tehnik non-dispersive. Sebagaimana yang telah
diketahui bahwa prinsip dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh
Hooke dan didasarkan atas senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom
yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat oleh pegas
seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Interaksi antara dua atom yang terikat oleh pegas,


interkasi ini dijelaskan dengan menggunakan hukum Hooke
Jika pegas direntangkan atau ditekan pada jarak keseimbangan
tersebut maka energi potensial dari sistem tersebut akan naik. Hal ini
berarti bahwa adanya molekul tertentu dalam hal ini adalah minyak yang
terdispersi di dalam air terdeteksi dengan teknik non-dipersive
spektroftometer IR karena adanya serapan energi pada panjang gelombong
tertentu oleh molekul-molekul minyak yang bervibrasi sehingga jumlah
atau konsentrasi minyak yang terlarut dapat diketahui. Horiba Oil Content
Anlyzer termasuk kedalam spektrofotometer NDIR, ialah berkisar
spektrofotometer dengan daerah bilangan gelombang antara 4000-200 cm-1
0,012-6x 104 Hz

x 10 4 Hz ; 2,5-50 m. Untuk gugus senyawa yang

memiliki frekuensi yang sama akan menyerap energi sinar IR, namun untuk
masing-masing molekul panjang gelombang yang diserap spesifik untuk
tiap molekul. Hal ini dikarenakan masing-masing molekul di alam ini
memiliki nilai tampang lintang mikroskopis yang spesfifik pula. Minyak
bumi merupakan salah satu gugus senyawa yang strukturnya dapat

diketahui dengan menggunakan prinsip dari spektrofotometer IR karena


molekulnya spesifik terhadap panjang gelombang dan frekuensi sinar IR.

Spesifikasi alat Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 yaitu:

Sumber:http://www.pulseinstruments.net/ocma 350oilContentAnalyzer.aspx

Komponen penting yang terdapat pada spektrofotometer IR Horiba Oil Content


Analyzer ialah diantaranya:
a) Sumber IR
b) Solvent S-316
c) Detektor Pyroelectric
Untuk penjelasannya ialah:
a) Sumber IR
Sesuai dengan namanya Spektrofotometer Infra Red (IR), pasti
memerlukan sumber IR. Beberapa sumber IR yang biasanya digunakan ialah
lampu Nernst Glower, Globar dan Kawat Nikrom. Radiasi infra merah dihasilkan
dari pemanasan suatu sumber radiasi dengan listrik sampai suhu antara 1500 dan
2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan berupa Nernst Glower merupakan
campuran oksida dari zirkon (Zr) dan yitrium (Y) yaitu ZrO2 dan Y2O3, atau
campuran oksida thorium (Th) dan serium (Ce). Nernst Glower ini berupa silinder
dengan diameter 1 sampai 2 mm dan panjang 20 mm. Pada ujung silinder dilapisi
platina untuk melewatkan arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi
maksimum pada panjang gelombang 1.4 m atau bilangan gelombang 7100 cm -1.
Globar merupakan sebatang silikon karbida (SiC) biasanya dengan diameter 5 mm
dan panjang 50 mm. Radiasi maksimum Globar terjadi pada panjang gelombang
1,8-2,0 m atau bilangan gelombang 7100 cm-1. Kawat Nikhrom merupakan
campuran nikel (Ni) dan Krom (Cr). Kawat ini berbentuk spiral dan mempunyai
intensitas radiasi lebih rendah dari Nernst Glower dan Globar tetapi umurnya
lebih panjang. Pada alat Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 yang
menghasilkan panjang gelombang IR tengah dengan kisaran antara 4000-200 cm1

; 0,012-6x 104; 2,5-50 m.

b) Solvent S-316
Dalam pengukuran dimana sampel dimasukkan dalam suatu cell
dan dalam bentuk cair, namun sampel tidak boleh tercampur oleh air
sehingga dibutuhkan pelarut atau solvent yaitu S-316. Menurut data
yang diperoleh dari Material Safety Data Sheet-horiba-S-316, Solvent
S-316 memiliki rumus kimia berupa CCl F 2 CClFCClFCC F 2 atau
memiliki nama lain C 4 Cl 4 F 6 2,2,3,4 Tetrachlorohexafluorobutane,T

rifluorchloroethylene polymer, Chlorotrifluoroethylene. Dengan komp


osisi:
Komposisi
CAS No
Percent
Poly (chlorotrifluoroethylene)
9002-83-9
65-75
Komposisi lain:
Cl(CF2CFCl)3Cl,Cl(CF2CFCl)4Cl 9002-83-9
25-35
Sumber: Material Safety Data Sheet-horiba-S-316

Hazardous
Slight
Slight

Dari segi kesehatan bagi pengguna solvent S-316 telah teruji aman atau
tidak bersifat non-toxic dan bahkan bebas dari sifat mudah terbakar. Solvent ini
merupakan solvent khusus Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 karena
sebagaimana diketahui saat dianalisis minyak yang terlarut dalam air tidak boleh
terlarut dalam air melainkan harus dipisahkan sehingga diperlukan solvent lain
dan spektrofotometer IR bersifat spesifik dengan solvent ini sehingga akan terjadi
penyerapan. Namun karena solvent ini cukup mahal maka praktikan mencoba
mencari solusi diantaranya ialah dengan memecahkan solvent yang dapat
digunakan untuk mensubtitusi S-316 yaitu dengan menggunakan TCE. Pada
percobaan yang dilakukan ternyata TCE juga mampu dideteksi oleh Horiba Oil
Content Analyzer OCMA 350 artinya mampu bersifat spesifik seperti S-316.
Bahkan keunggulannya memiliki rentang konsetrasi yang lebih tinggi yaitu pada
S-316 hanya mampu mendeteksi rentang 0-200 ppm tetapi dengan menggunakan
TCE mampu mendetaksi antara 0-1000 ppm. Namun TCE atau yang lebih dikenal
dengan PERC yang biasanya dipakai pada Dry Cleaning sangat berbahaya dengan
kata lain limbah yang dihasilkan perlu pengolahan yang sangat serius. Oleh Agen
Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, PERC diklasifikasikan sebagai zat
berbahaya yang dapat mengkontaminasi udara dan harus ditangani sebagai limbah
berbahaya. Ketika dilepaskan ke udara, PERC dapat menjadi asap ketika bereaksi
dengan zat karbon organik yang mudah menguap. California
menyatakan PERC sebagai bahan kimia beracun pada tahun 1991. dan
penggunaannya akan menjadi ilegal di negara itu pada tahun 2023. Solusi yang
lebih aman untuk mengakali biaya produksi lebih baik dengan me-recycle solvent
S-316 dengan menggunakan reclaimer SR-300 (82900-20) karena apabila
dilakukan proses penyulingan S-316 yang telah digunakan juga akan dibutuhkan
proses dan waktu yang cukup banyak.
c) Detektor

Komponen yang memegang peranan penting lainnya ialah


detektor. Pada Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 detektor yang
digunakan ialah ialah berupa Pyroelectric sensor. Cara kerja dari sensor
ini dengan menangkap gelombang panas yaitu pancaran sinar IR.

Sumber:http://nanolithography.spiedigitallibrary.org

Gambar 4. Komponen Pyroelectric detector


Cara kerja dari detektor ini ialah dengan mengubah energi
panas (sinar IR) yang ditransmisikan oleh sumber dan telah
melewati sampel mejadi sinyal listrik yang kemudian diubah
menjadi digital dan ditampilkan pada layar LCD. Perhatikan
gambar berikut:

Sumber: ELTECdata #100: ELTEC INTRUMENTS,INC.

Gambar 5. Prinsip kerja detektor Pyroelectric


Pyroelectic detector terdiri dari galium nitrida, caesium
nitrat dan litium tantalate. Pyroelecrtic seperti halnya termokopel,
menghasilkan tegangan konstan dihasilkan saat dua simpangan
hubungan logam berbeda namun pada suhu yang berbeda. Pada
detektor pyroelectric akibat adanya perubahan temperatur akan

menghasilkan polarisasi listrik atau biasa disebut dengan muatan


listrik. Muatan ini berkumpul pada elektrode kristal. Kristal dalam
bentuk wafer yaitu Tantalit Lithium memiliki elektroda di kedua sisi permukaannya. Elektroda mengumpulkan muatan dimana tidak
akan terjadi kebocoran karena material ini merupakan dielectric
yang baik. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa detektor ini
terdiri atas dua buah kapasitor dan akan terjadi pengisian generator
(sinyal masukan akibat adanya sinar infra merah yang menumbuk
permukaan kristal yang kemudian diabsorb sebagai energi panas
sehingga akan menghasilkan polarisasi listrik).
Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 menggunakan
solvent yang dapat mengabsorbsi maksimum yang menandai
adanya gugus hidrokarbon (spesifik) hanya pada panjang
gelombang 3,4 m sehingga nilai absorbansi yang mengindikasikan
jumlah molekul minyak dapat diketahui karena minyak merupakan
salah satu gugus karboksil yang spesifik. Hal ini akan menyebabkan
nilai yang terbaca oleh detektor juga spesifik hanya pada frekuensi
tersebut sehingga detektor hanya akan membaca gugus hidrokarbon
tersebut, yang berubah ialah jumlah panas yang tertangkap oleh
sensor karena adanya perbedaan nilai absorbansi untuk sampel yang
berbeda karena pasti mengandung jumlah minyak yang berbeda
pula. Semakin tinggi nilai absorbansinya maka akan semakin
rendah transmitasi yang dihasilkan, sehingga detektor akan semakin
sedikit menerima radiasi IR pada frekuensi tersebut.
B. Percobaan Dengan Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350
Percobaan penggunaan alat Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 diantaranya
ialah:
1. Percobaan pembuatan larutan standar pengganti S-316
a. Alat dan bahan
a) Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350
b) TCE (Thetra Chloro Ethylene)
c) Cell
d) Cell cap
e) Microsyringe (25l)
f) B- Heavy Oil
g) Gelas ukur

h) Pipet
i) Labu ukur 50 ml.
b. Langkah kerja
a) Memanaskan alat Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 dengan menekan
tombol power ON 30-45 menit hingga alarm berbunyi dan lampu warm up
mati yang menandakan alat siap digunakan karena keadaannya telah stabil.
b) Membuat larutan TCE dan B-Heavy oil dengan konsentrasi 1000 ppm, 400 ppm
dan 280 ppm. Untuk proses pengenceran ini akan dibahas dalam analisis hasil
percobaan.
c) Apabila telah stabil selanjutnya menuangkan solvent TCE pada cell dan diletakkan
pada cell control. Dengan memilih tombol absorbansi maka pada layar output akan
ditampilkan nilai nilai absorbansi, karena TCE dianggap larutan standar maka harus
bernilai nol.
d) Memasukkan larutan standar yaitu rentang nilai paling kecil yaitu nol (TCE murni).
Pengenolan dilakukan dengan menekan tombol zero cal.
e) Melakukan pencampuran dengan mengencerkan 11 l B-Heavy oil dengan 50 ml
TCE sehingga memilki konsetrasi 1000 ppm dan ini akan terbaca pada Horiba Oil
Content Analyzer OCMA 350 dengan nilai 200 dengan menekan tombol span cal
dan didapatkannilai absorbansinya ialah 0,294.
f) Mengencerkan 20 ml larutan dengan konsentrasi 1000 ppm dengan solvent hingga
volumenya menjadi 80 ml sehingga konsentrasinya menjadi 400 ppm.
g) Larutan kedua ini dimasukkan kedalam cell kemudian akan ditampilkan pada layar
Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 nilai absorbansinya.
h) Mengulangi langkah f dan g untuk nilai konsentrasi 280 ppm.
i) Mencatat semua hasil yang terbaca serta dilakukan analisis data.

c. Analisis data
Nilai Standar

Absorbansi

Nilai Alat

0,0
0,000
0,0
280,0
0,070
47,3
400,0
0,114
77,8
1000,0
0,294
200
Dari data tabel di atas akan diplot menjadi grafik dengan variabel bebas (sumbu x )
merupakan nilai standar dan variabel terikat (sumbu y) ialah nilai absorbansinya yaitu sebagai
berikut:

Dari hasil plot grafik di atas akan diperoleh informasi diantaranya ialah:
1. Solvent TCE mampu dideteksi oleh Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350
sebagaimana yang diketahui bahwa solvent yang biasanya dan yang dapat dideteksi
ialah S-316.
2. Setelah dilakukan analisis secara grafik didapatkan hasil plot analisis dengan nilai
koefisien korelasinya (R) mendekati satu yaitu 0,998. Hal ini menandakan bahwa hasil
yang didapatkan akurat.
3. Nilai absorbansi linear terhadap perubahan nilai standarnya atau ppm.
4. Nilai standar diperoleh secara analisis dari hasil perhitungan pengenceran sedangakan
pada alat nilai 1000 ppm akan terbaca 200, 400 ppm terbaca 77,8 dan 280 ppm akan
terbaca 47,3.
5. Dengan solvent TCE dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan minyak dengan
rentang maksimal hingga mencapai 1000 ppm dibandingkan dengan S-316 hanya pada
rentang nilai konsentrasi maksimal 200ppm.
2. Penyamplingan Air Limbah Laboratorium

Percobaan analisis oil content analyzer limbah air dari akumulasi sampel sumur
yang masuk di laboratorium Pertamina EP asset 3 Cirebon.
A. Alat dan Bahan
a. Horiba OilContent Analyzer OCMA 350
b. Sampel limbah air
c. Solvent S-316
d. Cell
e. Cell cap
f. Microsyringe (25l)
g. Gelas ukur
h. Pipet
i. Labu ukur 50 ml.
B. Langkah Kerja:
1. Menyalakan power ON
2. Tunggu 45 menit lampu WARMUP mati
3. Tekan
untuk mode mg/l
4. Zero kalibrasi dengan solvent S-316, tekan zero call
5. Kalibrasi standar, isikan cell dengan larutan standar tekan SPAN CAL
6. Bersihkan cell dengan solvent S-316
7. Input nilai jumlah solvent (dalam liter) dengan menekan SET, pilih (n11)
dengan tekan
, ENT
8. Input jumlah sample (kg) dengan cara memilih (n12) kemudian tekan ENT
9. Pilih ESC untuk kembali ke mode pengukuran
10. Isi cell dengan sample
11. Pastikan cell dalam keadaan bersih
12. Meletakkan sample pada holder kemudian takan READ
C. Hasil Percobaan
Pengukuran keI
II
III

Konsentrasi (mg/l)
128
124
128

Catatan: Untuk satu sampel dilakukan tiga kali pengulangan pengujian atau
pembacaan dengan menggunakan Horiba OCMA 350
D. Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan yaitu uji kandungan minyak
yang terlarut pada air limbah di Laboratorium Pertamina EP Asset 3
mendapatkan hasil seperti pada Tabel Hasil percobaan.
Cara kerja analisis sampel limbah air dari pengeboran minyak bumi
dengan menggunakan Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 ialah
setelah minyak dalam sampel dipisahkan dari air dengan menggunakan

S-316 maka akan dianalisa dengan menggunakan alat ini. Sampel


diletakkan di dalam cell yang kemudian akan dilewati oleh sinar IR.
Sampel yang mengandung minyak bumi yang merupakan suatu
senyawa yang strukturnya spesifik mengabsorbsi energi pada retang
frekuensi yang sama dengan rentang frekuensi pancaran sinar IR
Horiba Oil Content Analyzer OCMA 350 namun memiliki panjang
gelombang atau frekuensi yang spesifik untuk masing-masing senyawa.
Seperti diketahui bahwa minyak bumi terdiri dari berbagai macam
senyawa diantaranya ialah alkuna, alkena, aromatik, alkana, aldehida
dan lainnya. Setiap senyawa terdiri atas molekul-molekul yang terus
bergerak, masing-masing molekul akan bervibrasi secara spesifik.
Akibat adanya vibrasi molekul gugus senyawa yang memiliki frekuensi
yang spesifik dan berada pada rentang frekuensi sinar IR. Karena
sampel disinari IR maka molekul gugus senyawa minyak bumi yang
bervibrasi akan menyerap energi yang spesifik saja. Energi yang
diabsorbsi digunakan untuk bereksitasi ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Secara grafik digambarkan bahwa pada nilai gelombang yang
spesifik akan terjadi penurunan energi sinar IR yang mencapai detektor.
Detektor akan membaca sinar IR yang di transmisikan sehingga dari
nilai tersebut akan diketahui konsentrasi minyak bumi dalam sampel.
Dari percobaan diketahui bahwa konsentrasi minyak yang terlarut
di air sangat tinggi yaitu kurang lebih 126,7 ppm. Hal ini tentu sangat
jauh dari kondisi standar limbah air yang terlarut minyak dapat dibuang
ke lingkungan hanya maksimal 15 ppm. Oleh karena itu membutuhkan
proses lain untuk dapat dibuang ke lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai