Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Timeline Penerapan Basis Akrual


Tahun
2010

2011

2012

Strategi penerapan SAP akrual


Penerbitan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
Mengembangkan framework Akuntansi Berbasis Akrual danBAS
Sosialisasi SAP berbasis Akrual
Penyiapan aturan pelaksanaan akuntansi
Pengembangan Sistem Akuntansi dan TI bagian pertama (proses bisnis dan

detail requirement).
Pengembangan kapasitas SDM
Pengembangan Sistem Akuntansi dan TI (lanjutan)
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)

2013

2014
2015

Piloting beberapa KL dan BUN


Review, evaluasi dan penyempurnaan sistem
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
Parallel run dan konsolidasi seluruh LK
Review, evaluasi dan penyempurnaan sistem
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
Implementasi penuh
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)

Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan
membawa manfaat. Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005):
1
2
3
4
5
6

Mendukung manajemen kinerja.


Menfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik.
Memperbaiki pengertian akan biaya program.
Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya.
Meningkatkan pelaporan keuangan.
Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas).

Perbedaan Basis Akrual Dengan Kas Menuju Akrual


1.

Basis Akuntansi
Sebagaimana namanya, pada basis akrual, basis akuntansi yang digunakan dalam semua
laporan keuangan pemerintah adalah akrual penuh. Hal ini berbeda dengan basis cash
toward accrual dimana pada pengakuan pos pendapatan, belanja dan pembiayaan
menggunakan basis kas dan hanya menggunakan basis akrual pada pengakuan pos-pos
aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pada basis akrual, penggunaan basis akrual secara penuh
adalah wajib sedangkan pada basis cash toward accrual penggunaan basis akrual secara
penuh bersifat opsional. Dampak perubahan penggunaan basis akuntansi ini, jika pada basis
cash toward accrual pendapatan diakui saat diterima dan belanja diakui saat dibayarkan,
pada basis akrual baik pendapatan maupun belanja diakui pada saat terjadinya. Dengan
demikian, akuntansi berbasis akrual lebih mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya
atas adanya tambahan atau penurunan kekayaan yang terjadi.

2.

Definisi
a. Pendapatan

Pada basis cash toward accrual, pendapatan didefinisikan sebagai semua penerimaan
rekening kas umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak
perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pada basis cash toward accrual pengakuan
pendapatan menggunakan basis kas, hal ini yang membedakan dengan basis akrual
sehingga definisi pendapatan menjadi berbeda. Pada basis akrual, pendapatan
dikategorikan menjadi dua, yaitu,
- Pendapatan LRA
semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi
-

hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.


Pendapatan LO
hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

b. Belanja
Belanja pada basis cash toward accrual didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah. Pada basis akrual, terdapat pembedaan istilah belanja
dengan beban sehingga definisi masing-masing istilah menjadi:
- Belanja,
yaitu semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan
-

yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.


Beban,
yaitu penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau

timbulnya kewajiban.
c. Surplus/Defisit,
Pada basis cash toward accrual surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara
pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. Pada basis akrual, pengertian
mengenai surplus/defisit dibedakan menjadi dua yaitu:
- Surplus/Defisit-LRA,
yaitu, selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode pelaporan.

Surplus/Defisit-LO,
yaitu, selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode pelaporan,
setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non operasional dan pos luar

biasa.
d. Penyusutan
Pada basis cash toward accrual, penyusutan didefinisikan sebagai penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset sedangkan pada
basis akrual, definisi penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset
tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
bersangkutan.
e. Pos Luar Biasa
Pada basis akrual terdapat istilah pos luar biasa yang tidak terdapat pada basis cash
toward accrual. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa/ beban luar biasa yg
terjadi karena kejadian atau transaksi yg bukan merupakan operasi biasa, tidak
diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas
bersangkutan.
3.

Komponen Laporan Keuangan


CASH TOWARDS ACCRUAL
Komponen Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pokok
1 LRA
2 Neraca
3 LAK
4 CaLK
Laporan Keuangan yang bersifat Opsional
1 Laporan Kinerja Keuangan (LKK)
2 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

ACCRUAL
Komponen Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pokok
1 LRA
2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3
4
5
6
7

(SAL)
Neraca
Laporan Operasional (LO)
LAK
Laporan Perubahan Ekuitas
CaLK

4. Informasi Laporan Keuangan


Adanya perubahan komponen laporan keuangan pada basis akrual berefek pada adanya
perbedaan jenis informasi yang dihasilkan dari basis akrual dibandingkan dengan basis cash
toward accrual. Jika pada basis cash toward accrual laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai: aset; kewajiban; ekuitas dana; pendapatan; belanja; transfer;
pembiayaan; dan arus kas, pada basis akrual menyediakan tambahan informasi mengenai:
ekuitas; pendapatan-LO; beban; serta saldo anggaran lebih.

Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual


1

Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Laporan Realisasi Anggaran

Item

o
1

UNSUR LRA

BASIS AKUNTANSI

Cash Towards Accrual

Pendapatan

Pendapatan-LRA

Belanja

Belanja

Transfer

Transfer

Pembiayaan

Pembiayaan

LRA berbasis

Kas, dengan LRA berbasis Kas, dengan

prinsip penyajian sama.


3

Accrual

prinsip penyajian sama.

AKUNTANSI

Pengecualian asas bruto Tidak Pengecualian

PENDAPATAN

ada pengecualian.

asas

bruto

Dalam hal besaran pengurang


terhadap

pendapatan-LRA

bruto (biaya) bersifat variabel


terhadap pendapatan dimaksud
dan tidak dapat dianggarkan
terlebih dahulu dikarenakan
proses belum selesai, maka
asas bruto dapat dikecualikan.
(Par 25)
4

AKUNTANSI

Pada akhir periode pelaporan Pada akhir periode pelaporan

SILPA/SIKPA

dipindahkan

ke

Neraca

Ekuitas Dana Lancar


5

TRANSAKSI

dipindahkan

ke

Laporan

Perubahan SAL. (Par 62)

Penjabaran mata uang asing ke Penjabaran mata uang asing ke

DALAM
UANG ASING

MATA dalam

mata

uang

rupiah dalam

mata

menggunakan kurs tengah bank tergantung

uang

rupiah,

pada

kondisi

sentral pada tanggal transaksi berikut:


(Par 62)

1. Dalam hal tersedia dana


dalam mata uang asing
yang sama dengan yang
digunakan

dalam

transaksi,

maka

penjabaran ke dalam mata


uang rupiah berdasarkan
kurs tengah bank sentral
pada

tanggal

transaksi.

(Par 64)
2. Dalam hal tidak tersedia
dana dalam mata uang
asing

yang

digunakan

dalam transaksi dan mata


uang asing tersebut dibeli
dengan

rupiah,

maka

transaksi dalam mata uang


asing

tersebut

dicatat

dalam rupiah berdasarkan


kurs

transaksi,

yaitu

rupiah

yang

sebesar
digunakan

untuk

memperoleh valuta asing


tersebut. (Par 65)
3. Dalam hal tidak tersedia
dana dalam mata uang
asing

yang

digunakan

untuk

bertransaksi

dan

mata uang asing tersebut


dibeli dengan mata uang
asing lainnya, maka:
a. Transaksi manta uang
asing ke mata uang
asing

lainnya

dijabarkan

dengan

menggunakan

kurs

transaksi;
b.Transaksi dalam mata
uang asing lainnya
tersebut dicatat dalam
rupiah
kurs

berdasarkan
tengah

bank

sentral pada tanggal


transaksi. (Par 66)
6

TRANSAKSI

Transaksi pendapatan, belanja,

PENDAPATAN,

dan pembiayaan dalam bentuk

BELANJA,

DAN barang

dan

jasa

PEMBIAYAAN

dilaporkan

BERBENTUK

Realisasi Anggaran dengan cara

BARANG
JASA

dalam

harus
Laporan

DAN menaksir nilai barang dan jasa


tersebut pada tanggal transaksi.
Contoh

transaksi

berwujud

barang dan jasa adalah hibah


dalam wujud barang, barang
rampasan, dan jasa konsultansi
2

Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Laporan Operasional

Salah satu perbedaan SAP berbasis cash toward accrual dengan SAP berbasis akrual adalah,
adanya PSAP No 12 mengenai Laporan Operasional pada SAP berbasis akrual. Jika kita

sandingkan dengan akuntansi komersial, maka fungsi dari laporan operasional seperti fungsi dari
laporan laba rugi.
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual
(full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
Laporan Operasional pada basis CTA disebut Laporan Kinerja Keuangan. Informasi yang
disajikan antara lain:
Laporan Operasional sekurang-kurangnya meliputi:
-

Pendapatan-LO dari kegiatan operasional,


Beban dari kegiatan operasional,
Surplus/defisit dari kegiatan Non Operasional (apabila tersedia),
Pos luar biasa (apabila tersedia),
Surplus/Defisit-LO.

Laporan Kinerja Keuangan sekurang-kurangnya meliputi:


3
a

Pendapatan dari kegiatan operasional,


Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi,
Surplus atau defisit.

Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Neraca


Perbedaan pada sisi aset
Dari sisi pengakuan, sejalan dengan penerapan basis akrual setelah diterapkannya PP

Nomor 71 Tahun 2010, aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika hak
klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah
atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi. Pada basis cash
toward accrual, beban dibayar di muka belum diakui.
Pada basis cash toward accrual, aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar
nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Sedangkan pada basis
akrual, aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai
wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.
Perbedaan dalam pos persediaan
Pada basis cash toward accrual, nilai persediaan hanya dihitung/ disesuaikan pada akhir
periode pelaporan. Sedangkan pada akuntansi berbasis akrual, pemakaian persediaan dicatat
sebagai beban selama periode pemakaian sehingga catatan atas persediaan akan terus ter-update.
Catatan atas persediaan ini pada akhir periode akan ditandingkan dengan hasil inventarisasi fisik.

Hasil penandingan tersebut dapat diperoleh informasi jika terjadi kehilangan persediaan atau
kelebihan pembebanan. Informasi ini tidak akan diperoleh jika akuntansi yang digunakan
berbasis cash toward accrual.
Berkaitan dengan metode pengukuran persediaan, pada basis cash toward accrual nilai
pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh sedangkan
pada basis akrual persediaan dapat dinilai dengan menggunakan baik metode sistematis (FIFO
atau rata-rata tertimbang) maupun menggunakan harga pembelian terakhir. Meskipun belum
diwajibkan akan tetapi pada basis akrual telah memberikan opsi untuk digunakannya metode
yang sesuai dengan IPSAS/IFRS.
Perbedaan lain ada terdapat pada penilaian persediaan yang diproduksi sendiri. Pada basis
cash toward accrual atas persediaan yang diproduksi sendiri disajikan dengan biaya standar
sedangkan pada pada basis akrual disajikan sebesar harga pokok produksi.
b Perbedaan dalam pos investasi
Dalam akuntansi berbasis cash toward accrual, investasi dicatat pada harga perolehan
atau harga wajarnya tanpa memperhitungkan nilai diskonto atau preminya. Hal ini berbeda
dengan perlakuan pada basis akrual dimana nilai sebuah investasi dicatat pada nilai nominalnya
dengan menambahkan akun diskonto/premi yang merupakan selisih nilai nominal dengan harga
beli. Dampak lanjutannya adalah pada pengakuan pendapatan/beban bunga dari efek adanya
diskonto/premi tadi yang pada basis cash toward accrual hal ini tidak diperhitungkan.
Perbedaan lain dalam akuntansi investasi terkait dengan perlakuan pada penerimaan
dividen saham. Pada akuntansi berbasis cash toward accrual, dividen dalam bentuk saham dicatat
menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang
sama. Padahal substansi dividen saham pada dasarnya hampir sama dengan stock split yaitu
menambah jumlah lembar saham namun tidak merubah porsi kepemilikan. Pada basis akrual,
dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak menambah nilai investasi pemerintah.
c

Perbedaan dalam pos aset tetap


Perbedaan yang sangat mendasar dalam neraca dengan perubahan basis akuntansi dari

cash toward accrual ke akrual adalah adanya akun akumulasi penyusutan. Dalam akuntansi
berbasis cash toward accrual, penyusutan aset tetap masih bersifat opsional sedangkan pada basis

akrual telah diwajibkan. Penyusutan aset tetap pada basis akrual diwajibkan untuk semua aset
tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan.
Dalam akuntansi berbasis cash toward accrual, penyusutan adalah penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Sedangkan dalam basis
akrual, penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
d Perbedaan pada sisi kewajiban
Pada akuntansi berbasis cash toward accrual, kewajiban diakui pada saat dana pinjaman
diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul. Sedangkan pada basis accrual, kewajiban diakui
pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan
kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul.
Dari sisi pengukuran, pada akuntansi berbasis cash toward accrual, kewajiban dicatat
sebesar nilai nominal. Sedangkan pada basis akrual, kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber
daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Selain itu, pada akuntansi berbasis cash toward accrual, belum ada pengukuran untuk utang
transfer. Sedangkan pada basis accrual, utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
e

Perbedaan pada sisi ekuitas


Saat masih menggunakan akuntansi berbasis cash toward accrual, ekuitas dana dalam

neraca dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

Ekuitas Dana Lancar, yang merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka
pendek.

Ekuitas Dana Investasi, yang mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam
aset nonlancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.

Ekuitas Dana Cadangan, yang mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan


untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan perundang-undangan.

Setelah diterapkannya basis akrual, ekuitas dalam neraca tidak lagi dirinci. Pada basis akrual,
ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban

pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada
Laporan Perubahan Ekuitas.
4.

Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Laporan Arus Kas

Laporan arus kas berbasis kas menuju akrual diklasifikasikan berdasarkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
b. Aktivitas investasi aset non keuangan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap dan aset nonkeuangan lainnya.
c. Aktivitas pembiayaan aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah dan komposisi investasi jangka panjang, piutang jangka panjang, dan utang
pemerintah sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran.
d. Aktivitas non anggaran adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan pemerintah.
Pengklasifikasian laporan arus kas berbasis akrual diklasifikasikan berdasarkan hal-hal sebagai
berikut :
a.

Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.

b.

Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk
dalam setara kas.

c.

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang
jangka panjang dan utang jangka panjang.

d.

Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

5.

Pengaruh Penggunaan SAP Basis Akrual terhadap Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos pada laporan

keuangan harus memiliki referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan. Referensi tersebut pada Catatan atas Laporan Keuangan kemudian dijelaskan secara
rinci disertai dengan analisis atas nilai setiap pos pada laporan keuangan tersebut. Dengan
adanya perbedaan komponen laporan keuangan yang dihasilkan kedua basis, maka terdapat
sedikit perbedaan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam hal komponen laporan keuangan
yang dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
SIMPULAN
Dari uraian pada bab sebelumnya, kami menyimpulkan bahwa pengaruh penggunaan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) basis akrual terhadap komponen-komponen laporan
keuangan antara lain adalah:
1. Pada Laporan Realisasi Anggaran, pengaruhnya terjadi pada perubahan unsur laporan,
basis akuntansi, akuntansi pendapatan, akuntansi SILPA/SIKPA, transaksi dalam mata
uang asing, dan transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam bentuk barang dan
jasa.
2. Pada Laporan Operasional, pengaruhnya terjadi pada perubahan dari Laporan Kinerja
Keuangan yang bersifat opsional menjadi Laporan Operasional yang bersifat wajib.
3. Pada Neraca, pengaruhnya terjadi pada perubahan pengakuan dan pengukuran aset dan
kewajiban, akuntansi untuk persediaan, investasi, dan aset tetap, dan perubahan format
ekuitas dana.
4. Pada Laporan Arus Kas, pengaruhnya terjadi pada perubahan fungsi laporan,
pengklasifikasian laporan aktivitas, dan definisi arus kas masuk dan keluar.
5. Pada Catatan atas Laporan Keuangan, dengan adanya perbedaan komponen laporan
keuangan yang dihasilkan kedua basis, maka terdapat sedikit perbedaan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan dalam hal komponen laporan keuangan yang dijelaskan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.

TANTANGAN PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:
1.

Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System


Adanya kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan bahwa
penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan sistem
akuntansi dan IT based system yang lebih rumit. Selain itu perlu juga dibangun sistem
pengendalian intern yang memadai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Hal tersebut telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 1 tahun 2004 pasal 58
ayat 1yang menyatakan:
Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan
Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.

2.

Komitmen dari Pimpinan


Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan.
Salah satu penyebab kelemahan penyusunan Laporan Keuangan pada beberapa
Kementerian/Lembaga adalah lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khususnya
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penerima dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.
Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta undang-undang pemerintahan daerah
menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan legislatif untuk memperbaiki
sistem keuangan negara, termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan. Yang menjadi
ujian sekarang adalah peningkatan kualitas produk akuntansi pemerintahan

dalam

pencatatan dan pelaporan oleh kementerian/lembaga di pemerintah pusat dan dinas/unit


untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat mengacu pada pedoman
yang disusun oleh menteri keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu pada peraturan daerah tentang pengelolaan
keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat dan sistem akuntansi pemerintah
daerah disusun dengan mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kejelasan
perundang-undangan mendorong penerapan akuntansi pemerintahan dan memberikan
dukungan yang kuat bagi para pimpinan kementerian/lembaga di pusat dan
Gubernur/Bupati/Walikota di daerah.

3.

Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten


Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masingmasing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
selambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya enam
bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK
tadi diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada DPR dan oleh Pemerintah Daerah kepada
DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang
menguasai akuntansi pemerintahan.
Pada saat ini, kebutuhan tersebut sangat terasa dengan semakin kuatnya upaya untuk
menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Untuk itu, pemerintah pusat dan
daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan.
Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk
mencegah timbulnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh SDM yang
terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi dan
organisasi profesi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang
kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.

4.

Resistensi Terhadap Perubahan


Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah terbiasa
dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun
berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi kepada seluruh pihak yang terkait,
sehingga penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik
tanpa ada resistensi.

5.

Lingkungan/Masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan penerapan
akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan
keuangan pemerintah, sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas
peneriamaan pajak yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya
yang ada. Dengan dukungan yang positif, masyarakat mendorong pemerintah untuk lebih
transparan dan akuntabel dalam menjalankan kebijakannya.

Selain itu, kesulitan penerapan anggaran berbasis akrual dipemerintahan adalah terkait dengan
dua alasan berikut:
1.

Anggaran akrual diyakini beresiko dalam disiplin anggaran. Keputusan politis untuk

membelanjakan uang sebaiknya ditandingkan dengan ketika belanja tersebut dilaporkan dalam
anggaran. Hanya saja, basis kas yang dapat menyediakannya. Jika sebagian besar proyek belanja
modal, misalnya, dicatat dan dilaporkan pada beban penyusutan, akan berakibat meningkatkan
pengeluaran untuk proyek tersebut.
2. Adanya resistensi dari lembaga legislatif untuk mengadopsi penganggaran akrual. resistensi ini
seringkali akibat dari terlalu kompleknya penganggaran akrual. dalam konteks ini, lembaga
legislatif negara yang menerapkan penganggaran akrual pada umumnya akan memiliki peran
yang lemah dalam proses penganggaran
LANGKAH-LANGKAH

DALAM

UPAYA

MENDUKUNG

PENERAPAN

BASIS

AKRUAL
Dengan berbagai permasalahan dan tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual dalam
pemerintahan indonesia seperti yang telah disebutkan diatas, maka pemerintah harus berupaya
semaksimal mungkin agar penerapannya dapat berjalan dengan baik dan optimal demi
terciptanya tata kelola pemerintahan (good governance) yang lebih transparan dan akuntabel.
Karena seperti yang telah disebutkan diatas bahwa manfaat akuntansi berbasis akrual dapat
menyediakan gambaran operasional pemerintah yang lebih transparan serta pendapatan dan
belanja pemerintah dapat dialokasikan secara tepat setiap saat. Sehingga dalam hal ini diperlukan
strategi pemerintah untuk mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual.
Menurut Indra Bastian dalam Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik (2006), mengatakan
beberapa strategi yang bisa dilakukan pemerintah, yaitu:
1.

Mempertahankan momentum perubahan

2.

Melakukan riset untuk mengidentifikasi kebutuhan pemakai

3.

Mempermudah penerapan akuntansi pemerintahan

4.

Mendorong keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga diklat

5.

Meningkatkan keterlibatan profesi akuntansi

Sementara itu, dalam salah satu situs referensi menejemen keuangan sektor publik yang diakses
melalui www.medina.co.id, mengatakan ada beberapa langkah yang bisa dilaksanakan
pemerintah untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual, yaitu:
1.

Menyiapkan pedoman umum pada tingkat nasional tentang akuntansi akrual. Pedoman ini
digunakan untuk menyamakan persepsi di semua daerah sekaligus sebagai jembatan teknis
atas standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang akan diterapkan.

2.

Menyiapkan modul pada tingkat nasional yang dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam
rangka pelatihan akuntansi berbasis akrual.

3.

Menentukan daerah percontohan di setiap regional sebagai upaya menciptakan


benchmarking. Dengan cara ini, pemerintah dapat memfokuskan pada beberapa daerah
dulu sebelum pada akhirnya dapat digunakan oleh seluruh daerah.

4.

Diseminasi/sosialisasi tingkat nasional. Hal tersebut dapat digunakan untuk menyerap input
berupa saran ataupun keluhan dari daerah terkait penerapan akuntansi basis akrual.

Sedangkan pada tingkat daerah, strategi penerapan basis akrual dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut ini:
Sosialisasi dan pelatihan yang berjenjang. Berjenjang yang dimaksud meliputi pimpinan level
kebijakan sampai dengan pelaksana teknis, dengan tujuan sosialisasi dan pelatihan untuk
meningkatkan skill pelaksana, membangun awareness, dan mengajak keterlibatan semua pihak.
Menyiapkan dokumen legal yang bersifat lokal seperti peraturan kepala daerah tentang kebijakan
akuntansi dan sistem prosedur.
Melakukan uji coba sebagai tahapan sebelum melaksanakan akuntansi berbasis akrual secara
penuh.

Anda mungkin juga menyukai