Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi. Hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, dan merupakan
penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi memang bukan penyakit
menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele, selayaknya kita harus
senantiasa waspada.
Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua
kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak
jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usahausaha baik untuk mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil
sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti
kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab
akibat, komplikasi) dan juga perawatannya.
Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan
gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas
normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun
2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia).
Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya
pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru
banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan
angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan dan
pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi yang semakin parah. Selain itu
pentingnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan
untuk melakukan implementasi yang benar pada pasien hipertensi.
Diharapkan dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan klien dengan
gangguan hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat dan benar bagi
penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka kesakitan serta kematian karena
hipertensi dalam masyarakat.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
b. Tujuan Khusus
1) Memaparkan konsep penyakit hipertensi yang meliputi anatomi dan fisiologi penyakit
jantung, definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet
2)

Memahami asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan metodologi asuhan


keperawatan yang benar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Hipertensi
a. Anatomi
1) Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercosta kelima kiri pada linea
midclavikula.
Hubungan jantung adalah:
a) atas: pembuluh darah besar
b) bawah: diafragma
c) setiap sisi: paru-paru
d) belakang: aorta dessendens, oesopagus, columna vertebralis
2) Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabangcabangnya besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
a) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat, Sebaliknya, jika:
a) Aktivitas memompa jantung berkurang,
b) arteri mengalami pelebaran,
c) banyak cairan keluar dari sirkulasi.

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.


Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
3) Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
b) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal
c) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
4) Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding
arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah.
Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat
kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
5) Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari
arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka
pembuluh darah utama
6) Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai
empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikuloendotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan selsel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan
7) Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama
lain.

b. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam
sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah
deoksigenasi (darah yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke
dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 2010).
2.2 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau
kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada. Tekanan Darah
Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya
Berlebihan, Tensi artinya tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anakanak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari
juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai
primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn E. Doenges,
dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif
Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik di
atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik
sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel berikut:

Klasifikasi
Normal
Prehipertensi
Hipertensi

Tekanan Sistolik (mmHg)


<120
120-139
140-150

Tekanan Diastolik (mmHg)


<80
80-89
90-99

stage I
Hipertensi

>150

>100

stage II
(Arif Muttaqin, 2009).
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori
Optimal
Normal
Tingkat I (hipertensi ringan)
Sub group: Perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat)
Hipertensi Sistol terisolasi
Sub group: Perbatasan
(Andy Sofyan, 2012)

Sistol (mmHg)
<120
<130
140-159
140-149
160-179
>180
>140
140-149

Diastol (mmHg)
<80
<85
90-99
90-94
100-109
>110
<90
<90

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia


Kategori
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi Tahap I
Hipertensi Tahap II
Hipertensi
Sistol

Sistol (mmHg)
<120
120-139
140-159
160
140

Dan/Atau
Dan
Atau
Atau
Atau
Dan

Diastol (mmHg)
<180
80-89
90-99
100
<90

Terisolasi
(Andy Sofyan, 2012)
Tekanan darah normal
Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada keadaan dan
dipengaruhi oleh aktivitas seseorang, jadi tekanan darah normalpun bervariasi.
Orang dewasa bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg ke atas
dianggap tidak normal. Ada anggapan tekanan darah rendah kurang baik, hal tersebut
kurang tepat. Sebab data statistik menunjukkan bahwa orang dengan tekanan darah rendah
mempunyai umur yang sama dengan yang disebut normal. Yang terbaik adalah menjaga
tekanan darah agar normal dan anggapan bahwa semakin bertambah usia tekanan darah
lebih tinggi tidak menjadi masalah, adalah anggapan yang perlu diluruskan, karena
berdasarkan data statistik orang tua yang tekanan darahnya berkisar di normal,
kecenderungan mendapat gangguan stroke rendah. Periksa tekanan darah secara teratur
minimal 6 bulan sekali atau setiap kali ke dokter/ fasilitas kesehatan.
Di kenal 2 klasifikasi hipertensi (berdasarkan penyebabnya) yaitu :

a.

Hipertensi primer (hipertensi idiophatik), dimana penyebabnya tidak diketahui dengan

pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini adalah dampak dari gaya hidup seseorang dan
faktor lingkungan.
b.

Hipertensi secundary, adalah hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit dari penyakit

lain misalnya kelainan pada ginjal atau keruskanan dari sistem hormon.
WHO mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan ada tidaknya kelainan pada organ tubuh
lain, yaitu :
a.

Hipertensi tanpa kelainan pada organ tubuh lain.

b.

Hipertensi dengan pembesaran jantung.

c.

Hipertensi dengan kelainan pada organ lain di samping jantung.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah yaitu :


a.

Hipertensi borderline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95 mmHg.

b.

Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110 mmHg.

c.

Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan 230/120 mmHg.

d.

Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140 mmHg.

2.3

Penyebab hipertensi
Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.

a.

Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui

penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.


b.

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertesnsi

jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.


Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :
1. Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara
yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi
lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada
kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan
bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda
dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.

3. Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan
cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan,
orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
4. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda,
dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat
membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.
5. Obesitas/Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen
berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
6. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat
memicu tekanan darah tinggi.
7. Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung
dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan
darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakitpenyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8. Kafein
Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola
bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9. Alkohol
Faktor

ini

bisa

dikendalikan. Konsumsi

alkohol

secara

berlebihan

juga

menyebabkan tekanan darah tinggi.

10. Kurang Olahraga


Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan
tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah
tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan
darah tinggi.

2.4 Tanda dan Gejala hipertensi


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada ).
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
a.

Sebagian besar tidak ada gejala.

b.

Sakit pada bagian belakang kepala.

c.

Leher terasa kaku.

d.

Kelelahan.

e.

Mual.

f.

Sesak napas.

g.

Gelisah.

h.

Muntah.

i.

Mudah tersinggung.

j.

Sukar tidur.

k. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal
Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi. Sering
juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah tersinggung dan sukar tidur,
ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan angka tekanan darah yang normal. Satusatunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan
darah.
2.5

Akibat-akibat hipertensi

Komplikasi/bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi :


1. Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan kolesterol
dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur.
2.

Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat

menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan
menyebabkan kematian yang mendadak.
3. Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi penumpukan
produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada ginjal.
4.

Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O 2 berkurang bisa

menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah mengakibatkan


pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).

2.6

Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat

dikurangi dengan cara :


a.

Memeriksa tekanan darah secara teratur.

b.

Menjaga berat badan ideal.

c.

Mengurangi konsumsi garam.

d.

Jangan merokok.

e.

Berolahraga secara teratur.

f.

Hidup secara teratur.

g.

Mengurangi stress.

h.

Jangan terburu-buru.

i.

Menghindari makanan berlemak.

Pencegahan Primer :
Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.
Kurangi konsumsi alkohol.
Konsumsi minyak ikan.
Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium
juga cukup membantu.
Pencegahan Sekunder
Pola makanam yamg sehat.
Mengurangi garam dan natrium di diet anda.
Fisik aktif.
Mengurangi Akohol intake.
Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
Pengontrolan darah secara rutin.
Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.7

Pengobatan hipertensi
Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :

a.

Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan diri ke dokter.

b.

Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan.

c.

Mengurangi konsumsi garam.

d.

Perbanyak konsumsi sayur dan buah.

e.

Mematuhi nasihat dokter.

Selain obat-obatan yang diijinkan oleh dokter,ada cara lain yang tradisisonal yaitu dengan :
1. Dua buah belimbing diparut kemudian diperas airnya sehingga menjadi satu gelas
belimbing dan diminum setiap pagi.
2. Daun salam 4 lembar + 2 gelas air direbus sampai menjadi 1 gelas, minum 2 gelas/hari.
3. Makan 2 buah ketimun / hari atau dibuat jus
Cara membuat jus mentimun :
d. kg buah mentimun dicuci bersih
e. Dikupas kulitnya kemudian diparut
f. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih
g. Diminum setiap hari 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari
2.4 Etiologi
a.

Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku


c.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh darah


Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:

a) Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, Stres psikologis


b) Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
c) Hipertensi hormonal
d) Bentuk hipertensi lain : obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan, 2012)
2.5 Manifestasi Klinis
sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa:
a. nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
b. penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
e. edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
(Elizabeth J. Corwin, 2000).
2.6 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada sistem saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor
kuat. Yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan parifer (Bruner dan Suddarth, 2001).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pemeriksaan Fisik
Melakukan pengkajian:
a.

Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan

b. Riwayat
1) Riwayat kesehatan keluarga
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Manifestasi klinis penyakit jantung seperti dyspnea, angina
5) Kebiasaan sehari-hari: nutrisi, istirahat, olah raga
6) Faktor psikologis dan lingkungan: stes emosional, budaya makan, dan status ekonomi
7) Faktor risiko
8) Riwayat alergi
9) Riwayat pemakaian obat: pil KB, steroid, NSAID
c.

Pemeriksaan fisik

1) Berat badan dan tinggi badan.


2)

Mata: pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan retinal arteriol, perdarahan,


eksudat dan papill edema

3) Leher: JVP, bising karotis dan pembesaran thyroid


4) Paru: pernapasan (irama, frekuensi, jenis suara napas)
5) Jantung: denyut jantung, suara jantung, bising jantung. Tekanan darah diukur minimal
2 kali dengan tenggang waktu 2 menit dalam posisi berbaring atau duduk, dan berdiri
sekurangnya setelah 2 menit. Pengukuran menggunakan yang sesuai, dan sebaiknya
dilakukan pada kedua sisi lengan, dan jika nilainya berbeda maka nilai yang tertinggi
yang diambil
6) Abdomen: bising, pembesaran ginjal
7) Ekstremitas: lemahnya atau hilangnya nadi parifer, edema
8) Neurologi: tanda thrombosis cerebral dan perdarahan
d. Pemeriksaan penunjang
1)

EKG: adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, adanya penyakit
jantung koroner atau aritmia

2)

Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji hubngan dari sel-sel


terhadap terhadap volume cairan(viskositas)dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
risiko seperti hiperkogulabilitas, anemia

3) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal

4)

Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Millitus adalah pencetus hipertensi) dapat


diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi)

5)

Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama


(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic

6) Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi


7) Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
8)

Asamm urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi

9) Foto rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang melebar
10) Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah
terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik (Diklat PJT-RSCM, 2008).
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan untuk klien hipertensi mencakup:
a.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vaskonstriksi,


iskemia miokard, hipertropi ventricular

b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vasculer serebral


c.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen (Doenges, dkk. 1999).
3.3 Intervensi dan Rasional Tindakan
Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah sebagai
berikut:

a.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,


iskemia miokard, hipertropi ventrikelar
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah
penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1) mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima


2) berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau kerja jantung
3) memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
INTERVENSI
RASIONAL
Pantau tekanan darah. Ukur pada Perbandingan dari tekanan memberikan
kedua tangan/paha untuk evaluasi gambaran yang
awal. Gunakan ukuran manset yang keterlibatan/bidang
tepat dan teknik yang akurat.

lebih langkap tentang


masalah

vaskuler.

Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang


dewasa
diastolik

sebagai
sampai

peningkatan
130

mmHg,

tekanan
hasil

pengukuran diastolik di atas 130 mmHg

dipertimbangkan

sebagai

peningkatan

pertama, kemudian maligna. Hipertensi


sistolit juga merupakan faktor risiko yang
ditentukan untuk penyakit serebrovaskular
dan penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolik 90-115
Catat keberadaan, kualitas denyutan Denyutan karotis,jugularis, radialis
sentral dan parifer

femoralis

mungkin

dan

teramati/terpalpasi.

Denyut pada tungkai mungkin menurun,


mencerminkan efek dari vasokonstriksi
(peningkatan SVR) dan kongesti vena
Auskultasi tonus jantung dan bunyi S4 umum terdengar pada pasien hipertensi
napas

berat karena adanya hipertropi atrium


(peningkatan

volume/tekanan

atrium).

Perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel


dan kerusakan fungsi. Adanya krakles,
mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung
kronik.
Amati warna kulit, kelembaban, Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
suhu, dan masa pengisian kapiler

masa pengisian kapiler lambat mungkin


berkaitan

dengan

mencerminkan

vasokonstriksi

dekompensasi/penurunan

curah jantung.
Dapat
mengindikasi

Catat edema umum/tertentu

atau

gagal

jantung,

kerusakan ginjal atau vaskular


Berikan lingkungan tenang, nyaman, Membantu menurunkan rangsang simpatis
kurangi

aktivitas/keributan meningkatkan relaksasi

lingkungan.

Batasi

jumlah

pengunjung dan lamanya tinggal


Pertahankan pembatasan aktivitas, Menurunkan stres dan ketegangan yang
seperti:

istirahat

di

tempat mempengaruhi tekanna darah dan perjalanan

tidur/kursi, jadwalperiode istirahat peyakit hipertensi


tanpa

gangguan,

bantu

pasien

melakukan aktivitas perawatan diri


sesuai kebutuhan
Lakukan tindakan-tindakan

yang Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat

nyaman, seperti: pijatan punggung menurunkan rangsang simpatis


dan

leher,

meninggikan

kepala

tempat tidur
Anjurkan teknik relaksasi, panduan Dapat
imajinasi, aktivitas pengalihan

menurunkan

rangsangan

yang

menimbulkan stres, membuat efek tenang,

sehingga akan menurunkan TD


Pantau respon terhadap obat untuk Respon terhadap terapi obat stepped (yang
mengontrol takanan darah

terdiri dari atas diuretik, inhibitor simpatis


dan vasodilator) tergantung pada individu
dan efek sinergis obat. Karena efek samping
tersebut, maka penting untuk menggunakan
obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis
paling rebdah
Tiazid mungkin digunakan sendiri atau

Kolaborasi:

Berikan obat-obat sesuai indikasi, dicampur


contoh:

dengan

obat

lain

untuk

menurunkan TD pada pasien dengan fungsi

Diuretic

tiazin,

misalnya: ginjal yang relative normal. Diuretic ini

kortikosteroid

(diuri), memperkuan agen-agen antihipertensif lain

hidroklorotiazid

dengan membatasi retensi cairan.

(esidrix/hidroDIURIL),
bendroflumentiazid (Naturetin)
Berikan pembatasan cairan dan diit Pembatasan ini dapat menangani retensi
natrium sesuai indikasi

cairan respon hipertensif, dengan demikian


menurunkan kerja jantung

b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekan vasculer serebral


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan masalah
nyeri teratasi dengan kriteria hasil:
1) Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan terkontrol
2) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
INTERVENSI
RASIONAL
Mempertahankan tirah baring selama fase Meminimalkan
akut
stimulasi/meningkatkan relaksasi
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk Tindakan yang menurunkan tekanan
menghilangkan

sakit

kepala,

missal: vaskular serebral

kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan

yang

memperlambat

atau

dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, memblok respon simpatis efektif
teknik

relaksasi

(panduan

imajinasi, dalam menghilangkan sakit kepala

distraksi) dan aktivitas waktu senggang


dan komplikasinya
Hilangkan/minimalkan
aktivitas Aktivitas
yang

meningkatkan

vasokonstriksi yang dapat meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan sakit


sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB, kepala pada adanya peningkatan

batuk panjang, membungkuk


Bantu pasien dalam ambulasi

tekanan vaskularserebral
sesuai Pusing dan penglihatan kabur sering

kebutuhan

berhubungan dengan sakit kepala.


Pasien juga dapat mengalami episode

hipotensi postural
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan Meningkatkan kenyamanan umum.
mulut yang teratur bila terjadi perdarahan Kompres hidung dan mengganggu
hidung

atau

kompres

hidung

telah menelan atau membutuhkan napas

dilakukan untuk menghentikan perdarahan

dengan mulut, menimbulkan stagnasi


sekresi oral dan menger membran

Kilaborasi:

mukosa
Menurunkan/mengontrol nyeri dan

Berikan sesuai indikasi: analgesik

menurunkan rangsang sistem saraf

simpatis
Antiansieta, missal lorazepam (ativan), Dapat mengurangi tegangan dan
diazepam (valium)

ketidaknyamanan

diperberat

oleh

stres
c.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah
intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil:

1) Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur


2) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
Kaji

INTERVENSI
respons pasien

RASIONAL
terhadap Menyebutkan parameter membantu dalam

aktivitas, perhatikan frekuensi nadi mengkaji respons fisiologi terhadap stress


lebih dari 20 kali permenit di atas aktivitas dan bila ada merupakan indikator
frekuensi istirahat, peningkatan TD dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
yang nyata selama/sesudah aktivitas tingkat aktivitas
(tekanan
mmHg

sistolik
atau

meningkat

tekanan

40

diastolik

meningkat 20 mmHg), dispnea atau


nyeri dada, keletihan dan kelemahan
yang berlebihan, diaphoresis, pusing
atau pingsan
Instruksikan pasien tentang teknik Teknik
penghematan
menggunakan

energi,
kursi

saat

menghemat

missal: penggunaan

energi,

energi

mengurangi

juga

membantu

mandi, keseimbangan antara suplai dan kebutuhan

duduk saat menyisir rambut atau oksigen


menyikat gigi, melakukan aktivitas
dengan perlahan
Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
aktivitas/perawatan diri terhadap jika peningkatan

kerja

dapat ditoleransi. Berikan bantuan Memberikan

bantuan

sesuai kebutuhan.

jantung
hanya

tiba-tiba.
sebatas

kebutuhan akan mendorong kemandirian


dalam melakukan aktivitas.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan
diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik, Usia, keadaan
emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat, Hormonal, Neurologik ,dll.
Orang yang sugah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak komplikasi
yang diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal ginjal, infark
miokard, dll.
4.2 Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas medis
sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,
dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2. Jakarta:
EGC.
Copstead C., Lee-Ellen dan Jacquelyn L. Banasik. 2005. Pathophysiology Vol. 1.
Elsevier :St. Louis Missouri 63146.
Diklat PJTRSCM. 2008. Buku Ajar Keperawatan Kardiologi Dasar Edisi 4. Jakarta:
RSCM.
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi. Kudus.
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai