Anda di halaman 1dari 16

Edisi ke 11/Thn II / Juli 2006

TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN

Musrenbang Sesuai
Jaring Asmara
Sepanjang sejarah pembangunan di Kabupaten Mimika,
untuk pertamakalinya pemerintah daerah melibatkan
pihak swasta diantaranya PTFI dan LPMAK dalam
Musrenbang. Pertemuan ini bertujuan mengakomodir
program pembangunan dengan sistim Menjaring Aspirasi
Masyarakat (Jaring Asmara)
selengkapnya baca halaman 3 & 4

Banyak Peserta Program


Beasiswa Melanggar
Kesepakatan
Baca di halaman 6

HIV/AIDS Jangan
Dianggap Sepele
Baca di halaman 10

Dana Ekonomi 2006


Mulai Digulirkan
Baca di halaman 13

Ketua Bapeda Mimika, Ir. Omah Laduane Ladamay (tengah) di dampingi Sekretaris Eksekutif LPMAK, John Nakiaya (kanan) dan Marlyanto Ilyas,
Section Head CBD-SLD PTFI (kiri) saat seminar RPJP dan RPJM menjelang Musrenbang.
Inset : Peserta seminar utusan Pemerintah Daerah, PTFI dan LPMAK

DARI REDAKSI

LAndAS

CATATAN REDAKSI

Tergantung Pemimpin
GAUNG Pembangunan Kabupaten Mimika jelang 2007 mulai
didengungkan. Pemkab Mimika melalui Musrenbang telah
mengevaluasi berbagai program kerja sepanjang lima tahun silam.
Program yang belum terealiasi akan diakomodir pada program
2007. Musrenbang juga merupakan moment untuk merancang
Rencana Strategis (Renstra) bagi kepemimpinan bupati terpilih
hasil Pilkada di Kabupaten Mimika. Terlepas dari program-program yang diserap berdasarkan selera masyarakat tapi yang
terpenting adalah mentalitas dan kualitas para pemimpin. Sudah
mentradisi bahwa setiap pemimpin selalu menampilkan gaya
dan caranya sendiri dalam menjalani masa kepemimpinannya.
Belajar dari pengalaman selama ini, kita perlu waspada jangan
sampai program yang telah disusun bersama menjadi mubazir
lantaran gaya dan cara kepemimpinan yang tak mau peduli dengan
apa yang menjadi komitmen bersama. Toh, kalaupun kondisi itu
terjadi, sebagai masyarakat tentunya kita semua kecewa. Tapi
perlu dicatat bersama adalah keterbukaan Pemerintah Kabupaten
Mimika dengan segala kelemahan dan keterbatasannya mau
membuka diri melibatkan pihak LSM, Gereja serta swasta lainnya
untuk mengkritisi program pembangunan demi kepentingan
masyarakat.

SOB KOMEN
SOB KOMEN TURUN KAMPUNG
SOB Komen turun kampung (turkam). Di kampung
pertama, dia ketemu satu SD enam kelas, tapi guru
cuma dua orang. Biarpun begitu, sekolah jalan bagus,
bikin Sob Komen heran, sampe dia tanya sama satu
guru, kamu dua atur sekolah bagaimana-e? Guru itu
jawab, karena kami dua baku bagi kelas, teman guru
itu pegang tiga kelas, saya juga tiga kelas. Sob Komen
rasa kagum sampe puji-puji dorang dua. Hari kedua, dia
pigi di kampung lain, dia ketemu SD enam kelas juga,
tapi guru cuma satu saja dan sekolah jalan lancar.
Tanya punya tanya, ternyata guru itu bilang begini,
Jam 7-8, saya ajar kelas satu, jam 8-9, ajar kelas
dua, jam 9-10, saya ajar kelas tiga, jam 10-11, saya
ajar kelas empat, jam 11-12, saya ajar kelas lima dan
jam 12-01, saya ajar kelas enam dan tiap tahun saya
loloskan dorang seratus porsen, hehehe.
Sambil tertawa, Sob Komen angkat jempol sama
guru itu sambil dia bilang, Ko pu teknik juga hebat.
Besok harinya dia ke kampung satu lagi. Di sana, dia
juga singgah di satu SD enam kelas, tapi hanya ada
pembantu sekolah, sedangkan guru semua ke kota
urus gaji dan sudah lima bulan tidak balik. Yang dia
rasa aneh, sekolah tetap jalan dan pagi itu ada apel,
semua murid kelas satu sampe kelas enam dorang
ikut. Apel ini mandor sekolah yang pimpin, dan habis
apel dia angkat suara. Kelas satu, cabut rumput di
halaman sekolah, kelas dua cangkul kebun, kelas tiga
bersihkan kandang babi, kelas empat bersihkan kolam
ikan, kelas lima cari kayu bakar untuk bapak, dan
kelas enam perbaiki dan cat bapa pu rumah. Habis
itu, anak-anak bubar cari alat kerja dan semua
laksanakan tugas dengan baik.
Yah, saya bukan guru, jadi tara bisa mengajar di
kelas, tapi saya ajar dorang cara kerja supaya dorang
bisa pintar untuk kerja kebun, kolam ikan, piara babi,
dan bikin rumah, itu yang bisa saya buat selama lima
bulan ini, dia jawab pertanyaan Sob Komen.
Diam diri sedikit lama, Sob Komen tanya lagi.
Adik, ko hebat, tapi kalau nanti ujian kelas enam
bagimana? Penjaga sekolah sambil liat kiri-kanan,
dia jawab. Sssstt begini Sob. Nanti waktu ujian,
guru-guru yang ke kota dorang datang dengan bahan
ujian, trus waktu ujian, nanti dorang sendiri yang
tolong isi, dorang sendiri yang periksa hasil ujian,
dan nanti semua lolos dengan nilai bagus. Yaaahh,
begitulah dorang pu kerja tiap tahun.
Ceritera itu bikin Sob Komen rasa tertarik jadi
dia tanya lagi tentang nasib dan masa depan anakanak. Dapat tanya begitu, penjaga sekolah sambil
makan pinang dia ceritera panjang lebar. Menurut
dia, akibat cara-cara busuk itu, anak-anak tidak bisa
lanjutkan ke SMP sebab dorang tarada yang lulus
tes masuk SMP. Sedangkan guru-guru dorang, karena
tiap tahun kase lolos anak seratus porsen dengan
nilai yang bagus, selalu dapat penghargaan sebagai
guru teladan.
Ini yang bikin saya sakit hati dan selalu jadi
beban pikiran. Dalam hati kecil saya bilang, kalau
pendidikan di daerah lain cetak generasi muda
harapan bangsa, sedangkan pendidikan di sini,
hasilkan generasi muda pemberontak bangsa, betul
ka tarada Sob? Dengar ceritera itu, Sob Komen
langsung sambung, Ko betul sekali tamang (teman),
begitulah nasib anak-anak Papua.

LANDAS/THOBIAS

Long Boat yang dipesan LPMAK untuk kepentingan pelayanan bagi masyarakat Kamoro Pantai dalam waktu dekat diluncurkan.
Tampak kedua Long Boat dalam proses finishing yang dikerjakan PT Mitraartha Gema Pertiwi Surabaya.

SURAT PEMBACA

Rindu Pemimpin yang


Melayani

Pembangunan
Tanggungjawab Pemerintah

SIAPA yang tidak ingin mempunyai pemimpin berjiwa


melayani. Di dunia ini kita tau bahwa semua umat mendambakan figur seorang pemimpin dan ini menjadi kebutuhan yang
sangat mendesak seiring dengan pesatnya perkembangan di
berbagai bidang pembangunan. Dari sudut pandang itu, kita
tentu bertanya pemimpin seperti apa yang kita perlukan?
Pertanyaan ini sering terdengar dari mulut orang asli Suku
Kamoro dan Amungme di Kabupaten Mimika.
Melalui rubrik ini, saya mengajak pembaca LAndAS terutama
masyarakat Mimika untuk melihat tiga hal penting dalam
menentukan figur seorang pemimpin. Pertama, pemimpin yang
Alkitabiah. Artinya, dilihat dari segi kepemimpinan kristen
model kepemimpinan ini berlaku bagi semua pemimpin yang
absah Alkitab. Pemimpin model ini dirindukan oleh masyarakat
Suku Kamoro dan Amungme karena karena berjiwa melayani
bukan pemimpin yang berkuasa. Seperti Raja Salomo ( 1 rajaraja 3:9 ) jelas bahwa Salomo tidak menganggap kedudukannya
untuk dapat melayani dirinya, untuk memenuhi kebutuhan
dirinya dan memperkaya dirinya untuk dapat berkuasa atas
bangsanya pada saat itu.
Kedua, pemimpin yang mempunyai visi. Artinya, model
kepemimpinan ini tentunya semua pemimpin di dunia
memiliki visi tetapi terkadang visi ini tidak di terapkan di
dalam kepemimpinannya. Mengapa demikian? Karena
seorang pemimpin haruslah bisa membaca dan mengenal tanda
tanda zaman sehingga mampu membimbing masyarakatnya
khususnya di daerah Mimika dimana semua masyarakat rindu
akan seorang pemimpin yang bisa menjadi motor untuk dapat
mengubah atau membawa mereka kepada suatu kesuksesan di
segala bidang.
Ketiga, pemimpin yang memiliki semangat kerja. Artinya,
selain pemimpin yang alkitabiah dan memiliki visi, kita juga
membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki semangat
kerja atau yang dapat memberi inspirasi kepada masyarakatnya di daerah kepemimpinannya dan seorang pemimpin
yang proaktif.
Tanggung jawab seorang pemimpin adalah menjaga kepercayaan antara seorang pemimpin dengan masyarakatnya
yang dinyatakan dengan cara dan sistem yang digunakan oleh
seorang pemimpin demi kelancaran kerja. Banyak orang yang
duduk dalam jabatan kepemimpinan dewasa ini mungkin
seharusnya di barengi dengan suatu pertobatan yang diharapkan bisa memimpin sesuai yang di harapkan. Demikian
sekelumit harapan saya, semoga bisa menjadi bahan refleksi
bagi putra putri Kamoro dan Amungme untuk membawa
masyarakatnya hidup di suatu pulau yaitu pulau kedamaian.

PATUT kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang


Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya kita diberi nafas
hidup. Saya mencoba untuk menanggapi persoalan di
Kabupaten Mimika terkait dengan masalah-masalah pembangunan.
Sebagaimana kita ketahui, keberadaan suatu pemerintahan
kabupaten merupakan suatu wujud nyata dari suatu negara
untuk memajukan peningkatan pembangunan, memberikan
kesejahteraan di suatu daerah, baik itu secara fisik maupun
non fisik. Maju dan mundurnya pembangunan di suatu daerah
berada di tangan pemerintah sedangkan Lembaga Swadaya
Masyarakat dan perusahaan swasta adalah pelengkap dari
pada kegiatan pemerintah.
Dalam konteks itu, menurut pantauan saya selama ini
pembangunan di Mimika lebih banyak dimainkan pihak
swasta dan LSM seperti Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK). Pemerintah Kabupaten
Mimika sepertinya tidur dan tidak mau tahu dengan
pembangunan yang sesungguhnya.
Melalui LAndAS, saya hanya mengusulkan supaya
Pemerintah Kabupaten Mimika sebaiknya kembali pada rel
yang sesungguhnya yaitu sebagai motor pembangunan.
Akhirnya terimakasih atas dimuatnya komentar singkat saya
melalui rubrik surat pembaca pada Buletin LAndAS.

Nikolaus Kanunggok
Mahasiswa Universitas Tarumanegara
Semarang- Jawa Tengah

Diterbitkan oleh
Pembina
Penanggung jawab
Pemimpin Redaksi

:
:
:
:

Thobias Emawa Yawame


Peserta Program Beasiswa
Malang - Jawa Timur
Redaksi :
Terima kasih atas saran dan usul saudara terhadap
pembangunan di Kabupaten Mimika. Untuk di ketahui,
redaksi juga menerima banyak saran dan usul sebagaimana
saudara sampaikan, dan atas keterbukaan dari pemerintah
daerah setempat maka belum lama ini LPMAK, PTFI dan
Seluruh Komponen Masyarakat di Timika diundang Pemerintah Daerah untuk bersama sama menyamakan persepsi
dalam menyusun Rencana Pembangunan Mimika kedepan.
Kita semua berharap melalui kegiatan tersebut, semua yang
kita idam-idamkan dapat terwujud yaitu masyarakat Mimika
sebagai masyarakat yang sejahtera lahir batin.
Terima kasih, Tuhan Memberkati.

Pembaca yang budiman Buletin LAndAS menyediakan


kolom khusus Surat Pembaca untuk menampung masukan
dari pembaca juga kritik dan saran-saran yang bersifat
membangun. Kirimkan kritik dan saran-saran anda maupun
usulan-usulan ke bagian Redaksi Buletin LAndAS melalui
bagian Humas.

Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK)


John Nakiaya, Hary T. Budhyono, Verry Robot, Cornelles Yom.
Kepala Bagian Humas LPMAK.
Thobias A Maturbongs.

Sekretaris Redaksi : Rosina Maramku, Cristine Karmila Mote. Koordinator Liputan : Thobias A Maturbongs. Redaksi : John Nakiaya, Thobias A Maturbongs, Cornelles Yom,
Yeremias Imbiri, Marselus Dou, Petrus Rahaded, Yulens Waromi, dr. Rilia Maristela. Editor : Thobias A Maturbongs. Kontributor : Paulus Sudiyo, Shari Knoezer, Elizabeth
Maureen Slat. Fotografer : Hendrikus Purnomo, Marselus Dou. Artistik: Hendrikus Purnomo. Distribusi : Petrus Rahaded, Rosina Maramku, Cristine Karmila Mote, Ekhwani.
Alamat Redaksi : Kantor LPMAK III Jl. Yos Sudarso (eks inkubator PTFI) Telp. (0901) 321521. Fax. (0901) 321933, Timika - Papua.
e-mail : yeremias_imbiri@fmi.com, Thobias@lpmak.org, Hendrik@lpmak.org
Dicetak oleh: CV. PIRAMYDA OFFSET (0967-593078) Isi diluar tanggungjawab Percetakan.

02 I JULI 2006

LAPORAN UTAMA

LAndAS

Membangun Suatu Daerah

Berdasarkan Serapan Aspirasi Masyarakat


MEMBANGUN suatu daerah
terasa lebih lengkap apabila program
pembangunan disusun berdasarkan
serapan aspirasi dari masyarakat.
Percuma apabila program pembangunan dibuat hanya berdasarkan selera pemerintah tanpa memperhitungkan dan melihat kebutuhan riil masyarakat pada tingkat akar rumput.
Patut diakui bahwa pemerintah adalah penanggungjawab pembangunan,
sementara pihak swasta dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) hanya
bagian pendukung guna menunjang
program pembangunan itu. Tapi, tak
salah pula ketika pada titik tertentu,
pemerintah membuka diri dan merangkul pihak luar untuk secara bersama-sama menyatukan persepsi dalam membangun masyarakat pada
suatu daerah.
Dalam konteks pembangunan Mimika saat ini, lembaran baru sejarah
pembangunan mulai dibuka. Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika,
Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK)
dan PT Freeport Indonesia (PTFI)
bersepakat membangun kebersamaan
dalam menyusun rencana pembangunan Mimika ke depan.
Selama ini kita berjalan sendiri-sendiri tanpa berkoordinasi. Akibatnya kita
saling mencurigai, menyalahkan bahkan
saling menuduh tentang masalah pembangunan di Mimika yang terkesan mengalami stagnasi, kata Ketua Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Mimika, Ir.
Omah Laduane Ladamay, MSi pada
pembukaan Musyawarah Rencana
Pembangunan (Musrenbang) di Timika
belum lama ini.
Menurut Laduane, pembangunan,
apapun bentuknya, akan selalu berhubungan dengan sumber daya entah
sumber daya alam, sumber daya manusia atau sumber daya lainnya seperti
teknologi, uang dan waktu. Semua ini
merupakan komponen utama dari
pembangunan tersebut.
Keberhasilan pembangunan suatu
daerah sangat ditentukan oleh kesiapan semua unsur pendukung pembangunan daerah. Berbagai kepentingan
dalam proses pembangunan akan
mempengaruhi tingkat pencapaian
hasil tersebut. Untuk itu diperlukan
suatu manajemen pembangunan yang
berbasis potensi dan kearifan lokal.
Manajemen pembangunan daerah
tidak jauh berbeda dari manajemen
perusahaan pada umumnya, dimana
perencanaan yang matang meliputi
seluruh komponen yang berpengaruh
dalam pencapaian hasil harus ditelaah
secara seksama. Perencanaan yang
dilakukan dengan memperhatikan se-

luruh potensi yang dimiliki, didukung dengan analisis lingkungan secara terinci
akan mampu menghasilkan perencanaan
yang mendasar dan terarah.
Perencanaan pembangunan daerah tidak terlepas dari perencanaan pembangunan nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 25
tahun 2004. Tujuan pembangunan nasional dijabarkan ke dalam tujuan pembangunan provinsi dan wilayah, dan tujuan pembangunan provinsi diuraikan secara terinci dalam tujuan pembangunan
daerah (kabupaten/kota).
Keaneka ragaman daerah akan mewarnai berbagai upaya yang dilakukan dalam
upaya pencapaian pembangunan nasional dimaksud. Dengan mengacu pada tujuan pembangunan nasional, setiap daerah memiliki peran yang sangat penting
sesuai potensi sumber daya yang dimiliki
masing-masing daerah.
Pembangunan diarahkan untuk mencapai tujuan sebagaimana telah ditetapkan
berdasarkan kesepakatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) di
daerah. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, seluruh potensi yang dimiliki
daerah tentu harus diperhitungkan dan
digunakan sedemikian rupa agar mampu
menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya. Disamping itu, permasalahan
yang dihadapi oleh daerah harus dapat
ditiadakan/diatasi agar seluruh upaya
yang dilakukan oleh semua pihak dapat
berlangsung sebagaimana mestinya.
Perlu kerjasama
Salah satu perwujudan pembangunan
masyarakat di suatu daerah adalah semangat kerjasama dari seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders). Kerjasama
ini harus dibangun atas dasar pemahaman yang sama tentang tujuan yang hendak dicapai, serta dilandasi rasa tanggungjawab yang penuh serta tidak adanya pemaksaaan kehendak dari pihak
manapun. Untuk itu perlu dilakukan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Kerjasama dapat dimulai dari hal
yang sederhana namun mendasar, dan
dapat berupa kegiatan fisik maupun nonfisik. Banyak hal-hal lain yang dapat
dikerjakan melalui kebersamaan dalam
pola-pola kemitraan di tingkat masyarakat, swasta dan pemerintah. Semangat
kebersamaan inilah yang menjadi modal
utama terbangunnya Kabupaten Mimika
ke depan yang lebih maju, lebih inovatif
dan kondusif, demikian Laduane.
Kabupaten Mimika yang memiliki
luas wilayah lebih dari 20.000 km2, merupakan matra darat yang memberi
peluang dan kesempatan luar biasa bagi
investor untuk berinvestasi dengan memanfaatkan matra ini.
Menurut Laduane, perkembangan
ekonomi local-pun sangat menjanjikan,
dimana laju nilai absolut PDRB yang

Sebuah Permulaan yang Baik


NIAT baik Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika dalam mengakomodir pihak
swasta, gereja dan komponen masyarakat lainnya untuk duduk satu meja dan
berbicara tentang rencana pembangunan Mimika kedepan merupakan sebuah
permulaan yang baik. Paling tidak, Musyawarah Rencana Pembangunan
(Musrenbang) yang telah diawali dengan Seminar Rencana Pembangunan Jangka
Pendek (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang
melibatkan berbagai pihak non-pemerintah itu telah menyerap aspirasi masyarakat
yang selama ini merasa tidak didengar oleh penentu kebijakan di daerah ini.
PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK) yang selama ini membangun hubungan
kemitraan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika berharap komunikasi
yang terbangun atas dasar kesepahaman itu harus terjaga dan terus berlanjut.
Vice President Social and Local Development PTFI, Arief Latif pada pertemuan
antara LPMAK dan PTFI di Sheraton Hotel Timika, Selasa (2/5) lalu mengatakan,
PTFI selama ini dianggap telah menjalankan tugas pemerintah. Sesungguhnya
PTFI tidak bermaksud demikian karena PTFI adalah sebuah perusahaan yang
berorientasi bisnis. Tapi sebagai kewajiban social sebuah perusahaan dimanapun
dia beroperasi maka menjadi tanggungjawab moril PTFI untuk membangun
masyarakat disekitar areal pertambangan.
Di Kabupaten Mimika, menurut Arief, pembangunan secara garis besar
merupakan tugas pemerintah. Sedangkan LPMAK dengan program kerjanya
hanya berfokus pada bagian mikro dan PTFI akan lebih mengerucut lagi. Artinya
bahwa ada batasan-batasan kewajaran dalam mendukung program pembangunan
di daerah ini. (thobias maturbongs)

terjadi pada 2004 sebesar Rp. 14,84 triliun rupiah sedangkan tanpa tambang Rp.
818,89 miliar rupiah.
Kendati demikian, Laduane mengakui
disisi lain Kabupaten Mimika, sebagaimana juga kabupaten atau kota yang
lainnya di Indonesia menghadapi berbagai
permasalahan, baik yang ditimbulkan
dari dalam daerah sendiri maupun yang
disebabkan oleh faktor luar.
Permasalahan itu antara lain sering
dihadapi perselisihan antar warga yang
memicu ketidak stabilan daerah. Isu ini
juga menjadi penghalang bagi rencana
masuknya investasi ke daerah. Selain itu
kurang tertatanya sarana dan prasarana
kota yang mendukung kelancaran kegiatan usaha, seperti jasa dan perdagangan
umum. Kurangnya fasilitas transportasi
yang memungkinkan perdagangan antar
daerah berlangsung secara cepat dan
belum dikelolanya informasi yang dapat
menggugah minat para pengusaha melakukan kegiatan usaha baru ataupun
diversifikasi usaha lama, jelas Laduane
sambil menyebutkan faktor lainnya seperti prilaku masyarakat yang mengikuti

LANDAS/HENDRIK

Perumahan penduduk di salah satu Distrik di Kabupaten Mimika yang masih


membutuhkan perhatian Pemerintah Daerah.

pola panutan, kurang mendukung pencapaian program pembangunan daerah.


Ia menilai permasalahan-permasalahan
yang dihadapi ini buka tak mungkin untuk
ditiadakan. Caranya adalah perlu kesamaan pandang, kesepakatan dan kesatuan

gerak dari seluruh stakeholders untuk


bersama-sama menuju satu tujuan yang
telah disepakati bersama. Hal ini harus
dimulai sejak sekarang dan dari hal-hal
yang kecil yang mudah untuk dikembangkan. (*/thobias maturbongs)

Pembangunan Diarahkan ke Kampung


Pembangunan masyarakat lokal di kampung merupakan
indikator keberhasilan. Kalau hal itu tidak menjadi prioritas,
segala rancangan yang dibuat akan gagal sekalipun dengan
dana yang besar.
PELAKSANAAN pembangunan di Kabupaten Mimika
harus diarahkan kepada masyarakat lokal, khususnya masyarakat Suku Amungme dan Kamoro yang berada di
kampung-kampung. Pasalnya, suatu pembangunan
dikatakan berhasil apabila masyarakat di dusun-dusun
mampu membangun dan melindungi dirinya dengan
memanfaatkan potensi alam yang terdapat di sekitarnya.
Namun kenyataan yang terjadi di Mimika adalah
pembangunan terfokus hanya di sekitar Kota Timika dan
permasalahan umum yang terjadi di Mimika adalah siapa
yang memimpin daerah ini, kepemimpinan di Mimika
membingunkan. Kondisi itu berlangsung lama sehingga
banyak masalah pembangunan terjadi di daerah tapi tidak
jelas siapa yang bertanggung jawab, kata Uskup Timika,
Mgr. John Philips Saklil, Pr ketika memberikan materi
Pandangan Gereja terhadap Pembangunan Kabupaten Mimika pada acara Pembekalan Tim Penyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang - Jangka Menengah (RPJPRPJM) di Hotel Sheraton Timika, Selasa (13 /6).
Untuk diketahui, acara tersebut merupakan prakarsa
Pemerintah Kabupaten Mimika, Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dan PT
Freeport Indonesia (PTFI) untuk secara bersama-sama
membangun Kabupaten Mimika. Pemerintah dinilai memiliki peran yang penting sekaligus pelaksana pembangunan di daerah yang kaya nanun menurut Uskup John
masyarakatnya hidup merana.
Banyak dana yang mengalir ke daerah ini baik dari pemerintah, PTFI dan LPMAK, tetapi pembangunan di Mimika banyak yang tidak jalan, tidak ada perubahan yang
berarti di kampung-kampung, banyak dana berorientasi di
Timika. Perlu diingat bahwa Kabupaten Mimika meliputi
Potowayburu, Jila, Jita, Akimuga dan masih banyak
kampung yang sampai saat ini masih terisolir, katanya.
Menurut Uskup kelahiran Kampung Timika Pantai,
Distrik Mimika Timur itu, pembangunan masyarakat lokal
di kampung merupakan indikator keberhasilan. Kalau hal
itu tidak menjadi prioritas, lanjut dia, segala rancangan
yang dibuat akan gagal sekalipun dengan dana yang besar.
Kalau masyarakat lokal tidak dibangun maka pemerintah akan menjadi bumerang, membangun masyarakat
Amungme dan Kamoro sama dengan membangun kampung-kampung, sebab mereka ada di sana. Orang di Timika
itu punya modal dan bekal untuk membangun dirinya,
sehingga saya usul agar semua pembangunan harus berbasis kampung. Lucu, Kabupaten Mimika punya banyak
uang tetapi masyarakatnya miskin dan buta huruf, ujarnya sambil mengatakan apakah kondisi ini terus kita biarkan?
Melihat kondisi itu, Uskup John mengusulkan beberapa
hal :
Pertama, Pendidikan Dasar (SD) terutama di kampungkampung harus lebih dahulu diperhatikan sebelum SMP
dan SLTA, sebab SD merupakan pabrik sumber daya
manusia. Selain itu, Puskesmas di kampung-kampung yang
juga masih memprihatinkan ini perlu mendapat prioritas
dari rencana pembangunan tersebut.
Kalau dulu sekolah dan puskesmas di kampung-kam-

pung ada kegiatan,


petugasnya juga
menetap di sana.
Sekarang tidak, banyak sekolah dan
puskesmas di kampung ditinggal tanpa
penghuni. Banyak
pegawai termasuk
Kepala Distriknya
lebih lama tinggal di
Timika dari pada ke
tempat tugasnya,
walaupun banyak
program kerja yang
LANDAS/HENDRIK
harus dilakukan, Mgr. John Philips Saklil. Pr
katanya sambil mengatakan, di bidang infrastruktur, banyak kampung yang
jauh tertinggal di tengah Kabupaten Mimika yang banyak
uang.
Kedua, masyarakat lokal di kampung-kampung memiliki
kekayaan alam yang berlimpah, namun mereka kesulitan
memasarkan hasil-hasil alam itu. Di sisi lain ada pihak
tertentu yang datang ke kampung-kampung untuk membeli
hasil masyarakat dengan harga yang sangat tidak wajar
lalu mereka menjual kembali ke Timika dengan harga yang
mahal. Kondisi ini berlangsung lama dan sampai sekarang
masih terjadi. Kita harus melihat kondisi ini dan bertindak
yang benar, sehingga masyarakat kampung juga harus
mampu bersaing dengan yang lain, tambahnya sembari
mengatakan, dunia pasar mengatur Mimika dengan orientasinya mencari keuntungan dengan mamanfaatkan
kelemahan masyarakat.
Kesimpulannya, Uskup John Saklil mengatakan, dari
seluruh program itu ruang publik harus mendapat prioritas, harus membuat masyarakat melindungi dan merubah
diri. Pemerintah Kabupaten Mimika harus bertanggung
jawab atas daerah ini di segala bidang, bukan LPMAK
dan PTFI, gereja atau perusahaan swasta lain yang
bertanggung jawab. Pemerintah harus menjadi perantara
bagi masyarakat. Tetapi terus terang saja bahwa roda pemerintahan hancur total, pegawainya hanya tahu terima
gaji pada tiap bulan. Ruang publik juga dihancurkan oleh
tindakan kekerasan, tegasnya.
Selain itu, Uskup John juga menyoroti maraknya tindakan korupsi uang negara yang sebenarnya diperuntukkan
untuk pembangunan, para pelakunya pun sama sekali tak
disentuh oleh hukum. Menurut dia, korupsi sudah menjadi
budaya bangsa, orientasi orang ke Timika hanya untuk
mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya.
Akibatnya pembangunan tidak jalan. Silakan korupsi
proyek lain, tetapi saya harap agar jangan korupsi uang
yang diperuntukkan untuk proyek-proyek yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat banyak, seperti listrik, jalan
raya, sarana kesehatan dan pendidikan. Semua proyek yang
dinikmati semua orang ini supaya harus dilindungi dari
tindakan korupsi, harapnya. (marselus dou)

JULI 2006 I 03

LAPORAN UTAMA

LAndAS

LPMAK Hanya Mau Dukung


Pembangunan di Pedesaan
GONG pembangunan di Kabupaten Mimika menjelang 2007 nanti
mulai ditabuh. Pemerintah Daerah
Kabupaten Mimika sebagai penanggungjawab dan motor penggerak
pembangunan di daerah tersebut tak
ingin mengulangi lagi dosa-dosa masa
lalu yang terkesan menutup mata
terhadap perkembangan pembangunan di daerah ini. Mengutip kata-kata
orang bijak,Pengalaman adalah guru
yang paling mulia dan merujuk pada
kata-kata tersebut, pemerintah seakan
mau belajar dari pengalaman masa lalu
agar kedepan pembangunan dapat
berjalan sesuai apa yang diharapkan
masyarakat, setidaknya menyentuh
langsung keinginan masyarakat di
perkampungan wilayah pedalaman
maupun wilayah pesisir pantai.
Seperti apa bentuk kesadaran pemerintah untuk membangun Mimika
sesuai tugas dan tanggungjawabnya,
belum lama ini Pemerintah Kabupaten
Mimika menggelar Musyawarah
Rencana Pembangunan (Musrenbang). Kegiatan tersebut bertujuan
menyerap berbagai aspirasi masyarakat agar program pembangunan kedepan lebih sesuai dengan selera masyarakat itu sendiri. Menariknya, untuk proses tersebut pemerintah melibatkan berbagai komponen masyarakat diantara PT Freeport Indonesia
(PTFI), Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LPMAK) serta lembaga gereja dan
ini merupakan sejarah baru bagi
pembangunan di Mimika.
Sebagaimana diketahui LPMAK
sejak tiga tahun belakangan ini dipercayakan mengelola Dana Kemitraan
PTFI pasca peralihan dari PWT2 dan
LPM-Irja sebagai lembaga pengelola
terdahulu. Rentang waktu tiga tahun
tersebut, LPMAK memfokuskan
perhatian pada tiga bidang prioritas
yaitu pengembangan ekonomi kerakyatan, pendidikan dan kesehatan.
Kendati berjalan dengan program
prioritas, LPMAK tak menutup mata
untuk mendukung masyarakat lainnya melalui program khusus.
Terkadang dalam merealisasikan
program kerja itu, lembaga ini mendapat sorotan karena dinilai terkesan
mengambil tugas dan peran pemerintah, tapi juga ada dukungan positif

karena LPMAK dinilai mampu memainkan perannya dalam membantu masyarakat bahkan mendorong pembangunan melalui kemitraan dengan pemerintah dan lembaga gereja.
Lantas seperti apa keterlibatan serta
peran dan tanggungjawab LPMAK sebagai lembaga pengelola Dana Kemitraan
PTFI dalam membangun Mimika bersama
pemerintah dan masyarakat, ikuti wawancara Redaksi LAndAS bersama Sekretaris Executif LPMAK, John Nakiaya
pada Minggu (23/7), berikut petikannya.
Posisi Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), adalah mitra atau pendukung pemerintah, jadi bukan sebagai tandingan atau pesaing pemerintah, apalagi
melebihi atau bertindak sebagai pemerintah di Mimika ini. Sebagai mitra, LPMAK siap mendukung program-program pemerintah, terutama di bidang
pendidikan, kesehatan dan program
ekonomi, begitu kata Sekretaris Executif
LPMAK, John Nakiaya mengomentari
Musyawarah Rencana Pembangunan
(Musrenbang) di mana untuk pertama
kalinya pada tahun ini pemerintah melibatkan pihak swasta termasuk LPMAK.
Saya angkat jempol untuk pemerintah, karena akhirnya pemerintah bisa
melibatkan pihak swasta ikut memikirkan dan merancang berbagai program pemerintah. Peranan Ketua Bappeda Kabupaten Mimika, Bapak Omah Laduani
Ladamay dalam hal ini amat besar, oleh
sebab itu secara khusus kami patut berterima kasih kepadanya, tambah putra
Kamoro yang juga mantan Wartawan
Tifa Irian ini.
Lebih jauh tentang kesan yang diperoleh selama Musrenbang, John berceritera,Musrenbang sendiri berjalan lancar dan profesional, jadi mudah-mudahan
dalam pelaksanaannya nanti, semua program yang disusun bisa berjalan dan bisa
berhasil sesuai harapan masyarakat.
Ia mengingatkan, jangan sampai seperti pengalaman terdahulu, bikin rencana bagus, tapi hasilnya kurang memuaskan karena dana proyek dikebiri
oleh uang pelicin, komisi, pungutan liar,
uang persen, upeti dan bentuk uang pengertian lainnya.
Fokus ke desa
Menjawab LAndAS tentang bentuk
dan cara LPMAK mendukung peme-

rintah, ayah seorang isteri dan empat anak


serta tiga cucu ini menjelaskan secara
gamblang bahwa LPMAK terutama akan
mendukung program pemerintah di
pedesaan. Misalnya di bidang pendidikan, mendukung rehabilitasi gedung sekolah, kantor guru atau gedung perpustakaan, pengadaan bangku murid, meja dan
kursi, pengadaan buku cetak, dll. Begitupun kerjasama dengan Dinas Kesehatan, LPMAK hanya akan mendukung
perbaikan fasilitas kesehatan di desa termasuk pengadaan obat dan peralatan
medis. Sedangkan perumahan petugas
kesehatan dan perumahan guru, LPMAK mengajak Pemda agar bersama-sama
memberi perhatian istimewa dengan cara
menyediakan fasilitas rumah yang layak,
memasang parabola, televisi dan genzet.
Selama ini para guru dan petugas kesehatan tinggal di rumah yang kotor tanpa
fasilitas yang memadai, malam memakai
lilin atau pelita, kesunyian. Dalam keadaan begini, bagaimana mereka mau betah? tandas Nakiaya.
Selain kedua program tersebut,
LPMAK juga siap mendukung program
pemerintah di bidang ekonomi kerakyatan. Misalnya untuk program pembelian
hasil bumi masyarakat di pesisir pantai
dan pedalaman, Pemda dan LPMAK

harus baku bantu dana untuk beli kapal


dan pesawat atau helicopter dan menyediakan dana segar untuk membeli hasil
bumi masyarakat dengan harga yang wajar, jelas John lebih jauh sambil tersenyum penuh arti. Hal itu sangat penting
menurut John, karena masyarakat di pedesaan selama ini kesulitan memasarkan
hasil bumi ke kota berhubung kesulitan
sarana transportasi.
Akhirnya masyarakat kita selalu
pasrah pada nasib, kehilangan semangat
dan motivasi untuk berusaha, atau terpaksa menjual hasil bumi kepada para
pedagang asal Sulawesi, Jawa dan suku
lain dari belahan Indonesia bagian tengah
dan barat, dengan harga yang sangat murah, jelas John
Rapat koordinasi
Untuk mewujudkan impian diatas, John
mengusulkan agar rapat koordinasi antara
Pemda dengan LSM, gereja dan lembaga
adat, harus sering dilaksanakan. Sebab
hanya melalui rapat koordinasi, kita bisa
membicarakan banyak hal dan menemukan
serta menyusun strategi dan perencanaan
yang jitu dan sesuai kebutuhan masyarakat
pedesaan, tandasnya.
Selanjutnya masih sehubungan dengan rapat koordinasi menurut John lebih
jauh, karena lewat rapat koordinasi, kita

bisa menyusun berbagai pedoman


kerja, metode pendekatan, prosedur
tetap (protap) penyelenggaraan kegiatan, pembagian tugas dan peran, dan
banyak isu lain yang bisa menjadi pegangan kita bersama.
Sementara itu John pada kesempatan
ini menegaskan bahwa pembangunan
daerah dan masyarakat di Kabupaten
Mimika, hanya bisa berhasil jika dikerjakan bersama antara pemerintah dan
pihak swasta. Oleh sebab itu saya harap pemerintah agar tidak ragu untuk
menggandeng swasta, bila perlu mempercayakan dan menyerahkan sebagian
dana kepada LSM atau swasta lain untuk
menangani program tertentu, seperti
yang dilakukan Bupati Merauke, John
Gluba Gebze, tambahnya.
Kaitan dengan pernyataan di atas,
John lebih jauh menjelaskan sebagai
berikut. Maksud saya, agar pengertian kerjasama harus kita luruskan.
Bentuknya bisa macam-macam, bisa
dalam bentuk baku bagi program dan
masing-masing tanggung dana, atau
gabung dana untuk sebuah proyek atau
program, atau pemerintah serahkan
dana kepada lembaga swasta, atau
lembaga swasta sediakan dana untuk
program kerjasama, imbau John (*)

LANDAS/HENDRIK

Sekretaris Eksekutif LPMAK, John Nakiaya (bertopi) memberikan penjelasan kepada Tim dari UNIDO (United Nations
Industrial Development Organization) saat berkunjung ke LPMAK. Mereka didampingi Adrit Indaryanto dari Coorporate
Communication PT Freeport Indonesia.

Pembangunan Berdasarkan Wilayah


Posisi LPMAK juga PT Freeport Indonesia (PTFI) dalam
pembangunan Mimika kedepan sebagaimana yang terserap
melalui Musrenbang merupakan mitra pemerintah dalam
membangun daerah ini. Karena itu, dibutuhkan peran serta
lembaga mitra untuk terlibat langsung dalam membangun
masyarakat di Kabupaten Mimika.
MUSYAWARAH Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten
Mimika yang difasilitasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Mimika telah
memperlihatkan sebuah fenomena
baru sepanjang sejarah pembangunan
di Mimika. Silang pendapat yang berujung pada saling curiga-mencurigai,
fitnah-memfitnah terhadap dosadosa pembangunan di Kabupaten
Mimika akhirnya mulai terkuak.
Kuncinya cuma satu yaitu kurangnya komunikasi diantara kita selama
ini, begitu kata Ketua Bappeda
Mimika, Ir Omah Laduane Ladamay
di Timika belum lama ini. Menjawab
semua itu, menurut Laduane, perencanaan pembangunan Mimika kede-

04 I JULI2006

pan harus melibatkan berbagai mitra yang


punya kepedulian terhadap pembangunan di Mimika. Nah, untuk menyamakan
persepsi dan mensinkronisasi programprogram agar tidak terjadi overlapping
(tumpang tindih) sebagai yang terjadi selama ini, belum lama ini digelar Musrenbang yang melibatkan PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). Sebagaimana diketahui, LPMAK
dan PTFI selama ini terlibat aktif dalam
ikut membangun masyarakat Mimika
melalui program pengembangan kemasyarakatan. Akibatnya, muncul berbagai penafsiran yang menyebutkan seakan-akan
tugas pemerintah telah diambilalih oleh
PTFI dan LPMAK.
Menurut Kepala Bidang Penelitian

dan Pengembangan (Kabid Litbang)


Bappeda Mimika, Simon Mote, S.Ag,
M.Mt, dalam rangka mendorong perencanaan partisipatif untuk mewujudkan
perencanaan pembangunan yang bersumber dari bawa maka Musrenbang itu
menganut konsep pembangunan berdasarkan wilayah. Wilayah I, kata dia, mencakup daerah pegunungan seperti Distrik
Jila, Akimuga, Jita dan Mimika Timur
Jauh. Sedangkan wilayah II mencakup
wilayah pantai yaitu Kaokanao, Atuka,
Kapiraya dan Potowaiburu. Wilayah III
mencakup Tembagapura, Mimika Baru,
Kuala Kencana dan Mimika Timur.
Konsep ini dirancang untuk melibatkan masyarakat secara langsung dalam
rangka memikirkan dan merencanakan
sendiri tentang kebutuhan-kebutuhan-

nya, kemudian mengerjakan program tersebut secara swakelola, jelas Simon.


Pengelompokan berdasarkan wilayah
juga dimaksudkan untuk menjaring aspirasi masyarakat (asmara) dalam rangka
mendorong perencanaan partisipatif
guna mewujudkan perencanaan pembangunan yang bersumber dari bawa.
Menjawab LAndAS tentang peran
serta dan posisi LPMAK juga PT Freeport Indonesia (PTFI) dalam pembangunan Mimika kedepan sebagaimana
yang terserap melalui Musrenbang tersebut, menurut Simon Mote, LPMAK dan
PTFI merupakan mitra pemerintah dalam
membangun daerah ini. Karena itu, dibutuhkan peran serta lembaga mitra untuk
terlibat langsung dalam membangun
masyarakat di Kabupaten Mimika.
Jadi posisi LPMAK dan PTFI itu
dalam rangka kemitraan, pikiran dasarnya bahwa kita semua ada di Mimika
karena itu baik LSM maupun pemerintah
pada prinsipnya melayani masyarakat
yang sama, karena itu kita samakan persepsi supaya bisa terjadi sharing program sehingga tidak terjadi tumpang tindih program, kata Simon.
Tak bisa dipungkiri juga bahwa selama

ini LPMAK dan PTFI telah memainkan perannya dalam membantu pembangunan di Mimika. Di bidang kesehatan misalnya, LPMAK telah membuat banyak hal yang membantu masyarakat. Begitupun di bidang pendidikan, LPMAK telah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Nah, melalui Musrenbang itu
diharapkan bisa terjadi sharing program dan pemikiran sehingga kedepan
ada pembagian tugas yang jelas dan
bisa terjadi sinkronisasi program.
Musrenbang setidaknya merupakan evaluasi dari Rencana Strategis
(Renstra) pembangunan lima tahun
berjalan. Lantaran itu, Musrenbang ini
menjadi ajang untuk mengevaluasi
program-program mana yang belum
terealisasi agar diakomodir pada Renstra lima tahun kedepan.
Serapan aspirasi dari masyarakat
termasuk berbagai program yang bakal
dijalankan oleh lembaga yang bermitra
dengan pemerintah, nantinya berjalan
efektif pada 2007 dengan kepemimpinan bupati terpilih untuk masa jabatan lima tahun mendatang, ujarnya.
(thobias maturbongs)

PENDIDIKAN

LAndAS

Jangan Cuma Menuntut Hak


ALOKASI dana pendidikan bagi
peserta program beasiswa melalui
Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan berkat yang
patut disyukuri oleh masyarakat yang
pendidikan anak-anaknya dibiayai
dari dana tersebut. PTFI melalui Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK)
sudah berbuat banyak untuk membiayai setiap peserta program beasiswa. Tapi, sampai sejauhmanakah
tanggungjawab setiap peserta program untuk mempertanggungjawabkan kewajibannya kepada LPMAK
melalui Biro Pendidikan.
Penegasan itu dikemukakan Deteminus Beanal, salah seorang siswa
SMA Negeri 2 Timika yang juga peserta program beasiswa LPMAK. Deteminus adalah salah seorang dari 19
siswa yang berhasil lulus pada Tahun
Ajaran 2005-2006. Selama bersekolah
di Timika, Deteminus bersama rekanrekannya menghuni Asrama Putra
Amole yang dikontrak LPMAK.
Kita jangan cuma menuntut hak
tanpa menunjukkan kewajiban. Selama ini banyak teman-teman menuntut perhatian LPMAK tapi kita sendiri tidak mengikuti aturan dan kriteria
yang dikeluarkan oleh LPMAK. Kita
selalu menipu lembaga dengan alas an
sebagai anak tiga kampung di Temba-

gapura, kata Deteminus.


Lelaki kelahiran Kampung Aroanop,
Distrik Tembagapura, 24-12-1988 silam
itu mengaku, ia merupakan siswa angkatan terakhir dari 20 angkatan yang
menghuni Asrama Amole Putra selama
sekian tahun. Pendidikan bagi Deteminus
mungkin tak seenak yang pernah dialami
peserta program lainnya. Awalnya Deteminus tercatat sebagai pelajar salah satu
SD di kampung halamannya.
Saya sampai kelas empat di Kampung Aroanop. Waktu kelas lima, kami
dipindahkan ke Kwamki Lama, tapi akibat perang suku di daerah Kwamki Lama
maka kami diungsikan ke Kampung Banti. Begitu naik kelas enam, kami dipindahkan lagi ke SD YPPK Waonaripi selanjutnya masuk SMP YPPK St Bernadus, jelas Deteminus yang berkunjung
ke Redaksi LAndAS, Jumat (23/6) lalu.
Menuntut ilmu dalam situasi konflik saat
itu nyaris membuat Deteminus putus
asa, bahkan sempat terlintas dibenaknya
untuk pulang kampung dari pada mati
konyol akibat terkena anak panah.
Tuhan punya kehendak lain, rupanya saya masih mendapat ketabahan untuk melewati berbagai cobaan sampai
akhirnya bisa lulus dari SMA Negeri 2
Timika, ujar Deteminus yang bercitacita hendak melanjutkan pendidikan pada
Sekolah Tinggi Teologia (STT) Simson
di Jakarta.

Selama menuntut ilmu di Timika, Deteminus selalu mengamati tingkah laku


teman-temannya dalam memanfaatkan
dana pendidikan yang dikucurkan LPMAK. Alhasil, menurut dia, banyak terjadi penyelewengan dana oleh peserta
program. Mungkin pengalaman ini menjadi catatan penting bagi LPMAK kalau

mengirim anak-anak bersekolah keluar


Mimika dan Papua. Sebaiknya ada surat
pernyataan yang harus ditandatangani
masing-masing pihak sehingga apabila
terjadi pelanggaran maka peserta harus
bersedia dipulangkan. Jangan dibiarkan
menjadi virus untuk teman-teman lain,
usul Deteminus. (thobias maturbongs)

Deteminus Beanal

Sekretaris Eksekutif LPMAK, John Nakiaya memberi ucapan selamat kepada para siswa peserta
program beasiswa LPMAK yang telah lulus sekolah.
Inset : Deteminus Beanal (peserta program beasiswa LPMAK)
LANDAS/HENDRIK

Ada Apa dengan Pendidikan Indonesia?


Penulis: onengmaruneng
Ing ngarso sung tulodo - Di depan memberikan teladan
Ing madya mangun karso - Di tengah membangun karya
tut wuri handayani - Di belakang memberi dorongan
SIAPA yang tidak mengenal tiga kalimat tersebut dari ajaran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara
yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soejaningrat. Beliau merupakan
pelopor pendiri Peguruan Taman Siswa, yang mana hari kelahiran beliau 2
Mei (1889) selalu di peringati sebagai
hari Pendidikan Nasional oleh Bangsa
Indonesia.
Kini, Hari Pendidikan Nasional
yang diperingati 2 Mei setiap tahunnya telah menjadi sebuah momentum
Bangsa Indonesia untuk memaknai
arti pentingnya pendidikan bagi setiap
masyarakat Indonesia. Pendidikan di
negara kita, sebenarnya sudah di atur
dalam Undang-undang yang berlaku
di Indonesia. Bahkan dalam Undangundang Dasar 1945, terutama pada
pasal 31, tertulis secara jelas bahwa
setiap warga negara mempunyai hak
yang sama dalam mendapatkan pendidikan. Undang-undang mengenai
pendidikan ini lebih diperkuat lagi dengan Undang-undang tentang sistem
Pendidikan Nasional pada UU No.20
tahun 2003 yang menggantikan UU

No.2 Tahun 1989.


Bila melihat dari undang-undang yang
telah berlaku, tersirat dengan jelas bahwa
Pendidikan di Indonesia harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan bagi warga negara, peningkatan mutu, efisiensi maupun relevansi
pendidikan dalam menghadapi tantangan
maupun tuntutan perubahan yang terjadi
seiring perubahan waktu dan jaman. Namun, ada sebuah pertanyaan menarik
yang cukup menggelitik kita, bagaimana
dengan kenyataan sesungguhnya pendidikan di Indonesia?
Banyak fakta yang dapat membuka
mata kita mengenai pendidikan di Indonesia. Masih banyak penduduk Indonesia yang belum tersentuh pendidikan sama sekali. Padahal, setiap warga negara
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu, tanpa
ada pemberlakuan perbedaan status sosial, status ekonomi, permasalahan kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan sebagainya.
Dunia pendidikan sendiri bisa dikatakan dalam kondisi keprihatian, mulai dari
kekurangan tenaga pengajar khususnya

untuk daerah-daerah terpencil serta fasilitas pendidikan yang kurang mendukung


dan memadai. Salah satu contoh di beberapa daerah dapat kita temukan kondisi
bangunan yang sudah tidak layak pakai
namun tetap di pergunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Belum lagi kalau
kita berbicara yang menyangkut permasalahan ekonomi dan kebutuhan hidup,
yang mengakibatkan banyaknya anakanak yang mempunyai keinginan kuat
untuk bersekolah namun harus mengubur
keinginannya karena harus membantu
keluarga dalam mencukupi kebutuhan
hidup.
Kualitas Pendidikan di Indonesia, apabila secara jujur diungkapkan, lebih cenderung berorientasi pada penciptaan tenaga kerja siap pakai atau pekerja seiring
dengan paradigma Pemerintah Indonesia
yang lebih mengarahkan masyarakatnya
untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi
yang sedang tumbuh berkembang di Indonesia. Pendidikan bukan lagi berorientasi
merangsang kreatifitas berfikir dan berkarya peserta didik. Sehingga, banyak masyarakat Indonesia yang bisa meraih
pendidikan dan nilai tinggi, namun seiring
perubahan jaman dan waktu tidak mampu bersaing dan bertahan.
Dan yang lebih parah, ada yang menganggap pendidikan sebagai sebuah akses
komersial yang menjanjikan. Kasus jual
beli gelar, jual beli ijazah sampai jual beli

nilai memperkuat fakta bahwa pendidikan menjadi sasaran empuk bagi oknumoknum yang tidak bertanggung jawab
untuk mengeruk keuntungan.
Fakta menunjukkan bahwa pendidikan
kita belum mampu menciptakan manusia
Indonesia dengan kualitas serta kreatifitas
yang tangguh baik secara mental maupun
fisik, yang mampu membangkitkan
Bangsa Indonesia dari berbagai keterpurukan yang terjadi saat ini. Dan secara
umum, kita seperti tidak sadar bahwa apa
yang terjadi dalam pendidikan kita menjadi
PR (pekerjaan rumah) yang seharusnya
dicermati dan disikapi dengan segera. Dan
tugas itu bukan hanya dilakukan oleh
pemerintah ataupun pihak yang berkompeten dalam dunia pendidikan, tapi juga
oleh masyarakat Indonesia.
Namun kita juga tidak dapat menutup
mata dengan berbagai usaha pemerintah
dalam meningkatkan sistem pendidikan
di Indonesia, beberapa daerah telah melakukan program sekolah gratis bagi masyarakatnya. Peningkatan mutu pihak
pengajar yang dilakukan dengan memberikan perhatian khusus untuk meningkatkan kualitas maupun metodologi pengajarannya, mengangkat moralnya untuk mengajar dengan sungguh-sungguh
maupun menjaga kesejahteraan mereka.
Disamping itu dilakukan perbaikan sarana dan fasilitas pendidikan telah dilakukan walaupun terlihat belum begitu

maksimal
Dari pihak masyarakat pun seharusnya dapat menyadari bahwa pendidikan bukanlah semata-mata dilakukan melalui jalur formal belaka
lewat bersekolah saja. Tetapi juga melalui jalur non formal. Masyarakat harus dapat berpartisipasi secara aktif
dalam memberikan pendidikan yang
bersifat universal terhadap anak didik
yang berada dalam lingkungannya atau
ketika di luar sekolah.
Masyarakat pun dapat berperan
aktif sebagai Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah, yang mana mereka
dapat mengeluarkan seluruh aspirasi
dan partisipasinya dalam dunia pendidikan.
Sistem Pendidikan Indonesia bisa
akan efektif dan berhasil apabila semua komponen dalam Bangsa Indonesia yaitu masyarakat, pemerintah,
dan pihak-pihak lain yang berkompeten di dalamnya sama-sama mempunyai visi dan misi untuk meningkatkan sistem pendidikan nasional di
Indonesia. Alangkah lebih baik apabila
dapat berpikir dan bertindak secara
bersama-sama dengan mengatasnamakan kemajuan Pendidikan Nasional
di negara kita tercinta ini dari pada
melakukannya dengan cara sendirisendiri dan saling menyalahkan satu
sama lain. Semoga (*)

JULI 2006 I 05

LAndAS

PENDIDIKAN
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil rekapan data peserta program beasiswa sesuai
tingkat pendidikan dan keaktifan mereka. Data-data tersebut berdasarkan hasil kunjungan
ke seluruh kota study di Indonesia yang dilakukan Tim Pendataan Biro Pendidikan LPMAK.

Perjalanan Tim Pendataan ke Kota Studi

Dari Sambutan Hangat


Hingga Kendala Teknis
SELAMA dua bulan sejak Mei lalu, Biro
Pendidikan Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LPMAK) melakukan clean-up data
terhadap seluruh peserta program beasiswa
yang dibiayai melalui Dana Kemitraan PT
Freeport Indonesia (PTFI).
Awalnya proses clean-up difokuskan
pada sejumlah lembaga pendidikan di
Kabupaten Mimika. Hasilnya menurut
Kepala Biro Pendidikan LPMAK,
Emanuel Kemong bahwa proses tersebut
telah berjalan sekitar 95 persen. Sedangkan untuk kota-kota studi di luar Kabupaten Mimika dan Provinsi Papua,
Biro Pendidikan mengutus Tim Pendataan yang terdiri atas tiga tim. Tim pertama beranggotakan Yohan Zonggonau,
Fransiskus Wantik, Titus Kemong, Kristian Ukago, Lukas Apay, Nella Kilangin
dan Immanuel Parorrongan. Mereka mengunjungi kota-kota studi di Provinsi Papua meliputi Kabupaten/Kota Jayapura,
Kabupaten Manokwari dan Nabire. Tim
kedua beranggotakan Jelinus Mom, Nova
saerang dan Firom Mom. Tim ini mendatangi Provinsi Sulawesi dengan sasaran
kota studi Makassar, Manado dan Gorontalo sedangkan Tim Ketiga beranggotakan Lodefikus Saklil, Antonius Mipitapo, Vonny Maturbongs dan Ferdinan
Tebai. Mereka bertugas untuk wilayah
Jawa mengunjungi Kota Semarang,
Surabaya, Bandung dan Jakarta.
Emanuel Kemong mengatakan, maksud dan tujuan dari clean-up data tersebut sebagai bahan cross check data Peserta Program Beasiswa (PPBS) LPMAK untuk mendapatkan data terkini tentang keadaan sesungguhnya dari PPBS
LPMAK. Kemudian berdasarkan data
tersebut, Biro Pendidikan LPMAK
dapat melakukan clean- up data base
PPBS. Selain itu, dengan dasar data terkini,
Manajemen LPMAK dapat mengambil
keputusan berdasarkan pedoman baru
beasiswa yang akan diterapkan per satu
Juli 2006 serta sebagai bahan penyusunan anggaran Biro Pendidikan LPMAK
ke depan.
Sambutan hangat
Di Jayapura, Tim Pendataan mengunjungi 76 lembaga studi dari tingkat Seko-

06 I JULI 2006

lah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Selain


itu mereka juga mendatangi sekolah-sekolah di pinggiran Kota Jayapura seperti
Kemtuk Gresi, Kampung Harapan, Waena hingga Kotaraja dan Koya serta Arso,
Kabupaten Keerom. Kunjungan juga diarahkan pada lembaga pendidikan yang
berada di wilayah Entrop hingga Tanjung
Ria Base G.
Saat berada di Jayapura, tim mengalami
kendala teknis seperti pengambilan data
PPBS pada Universitas Negeri Cenderawasih. Masalah utang LPMAK pada
waktu silam berikut kurang akuratnya
data peserta program yang dimiliki LPMAK menjadi kendali bagi tim. Sekadar
contoh, Biro Pendidikan hanya mengantongi nama peserta yang terdaftar sebagai
mahasiswa Uncen tanpa tercantum Nomor Induk Mahasiswa, fakultas dan jurusan dari peserta tersebut. Selain itu,
data base Uncen tak bisa memberikan
data yang diharapkan LPMAK menyusul ketiadaan kerjasama resmi antar lembaga. Kendati demikian, secara umum kehadiran Tim Pendataan di Ibukota Provinsi Papua itu mendapat sambutan hangat dari lembaga-lembaga pendidikan
yang didatangi.
Manipulasi Kartu
Kehadiran Tim Pendataan selain disambut hangat, mereka juga banyak menuai kritik dari peserta program. Tapi,
dibalik semua itu Tim berhasil menemukan kecurangan-kecurangan yang dilakukan peserta program. Sebut saja, adanya
temuan manipulasi Kartu Hasil Studi (KHS) dan Kartu Rencana Studi (KRS)
yang kerap dilakukan mahasiswa. Situasi
itu terjadi lantaran KHS dan KRS dapat
dibeli bebas di pasar. KHS dan KRS Uncen yang terjual di pasar logonya berbeda
dengan yang resmi dikeluarkan kampus.
Temuan pada Uncen terjadi pula pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Umel Mandiri dimana tim menemukan
banyak peserta program yang tidak aktif
namun sering melakukan teror fisik kepada staff administrasi akademik dan
dosen untuk memperoleh surat keterangan aktif kuliah demi kelancaran bea siswa.
Sementara itu kehadiran tim di Ibu-

kota Provinsi Irian Jaya Barat, Manokwari dan Kabupaten Nabire justru mendapat sambutan positif dari Pembantu
Rektor (PR) III Universitas Negeri Papua
(Unipa) dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Hukum (STIH). Semua data PPBS dapat
di-cross check dengan baik lantaran
dibantu langsung oleh PR III Unipa dan
Ketua STIH. Dukungan serupa terjadi
pula pada tim yang mendatangi Kabupaten Nabire.
Di Provinsi Sulawesi, tim ini melakukan cross check data PPBS di Kota Makassar, Manado dan Gorontalo. Sedikitnya lima lembaga studi yang didatangi
adalah AKPER Muhamaddiyah, AKPER POLTEKES, AKPER Panakukang,
AKPER Reformasi dan AKPER Stela
Maris Makassar.
Hasil pertemuan dengan pengelola
lembaga studi di Makassar menyebutkan, banyak peserta program yang tidak
aktif kuliah. Selain Makassar, temuan di
Manado juga menyebutkan masih adanya peserta program yang tidak aktif kuliah tapi penyaluran biaya pendidikannya berjalan terus. Lembaga studi di Manado yang didatangi adalah
Universitas Sam Ratulangi, Politeknik Negeri Manado, UNKLAB, Universitas Nusantara, STIE Budi Utomo,
STIE EL Fatah, UKIT, SMA Advent
Tompaso, ITMT dan RS Gunung Maria
Tomohon.
Di sana, tim menemukan adanya peserta program yang sudah tidak aktif lagi
sejak 2001 silam, adapula yang sudah
lulus sejak 2004. Mengantisipasi kejadian
serupa agar tak berlanjut terus, pengelola
lembaga pendidikan mengusulkan, agar
setiap peserta beasiswa harus ada pemberitahuan ke sekolah bahwa anak tersebut dibiayai oleh LPMAK melalui beasiswa. Terkait hal itu, biaya pendidikan
anak-anak tersebut sebaiknya ditransfer
ke rekening bank atas nama lembaga
studi. Nantinya, pihak sekolah memberikan laporan rutin kepada LPMAK tentang perkembangan anak. Apakah
mereka masih aktif atau tidak, termasuk
nilai-nilai semester dari peserta program, kata Emanuel Kemong. (thobias
maturbongs)

Berawal dari
Ketidakjujuran Peserta
HAMBATAN dan kendala teknis
yang dihadapi Tim Pendataan Biro
Pendidikan ketika melakukan clean-up
data di kota-kota studi, semuanya berawal dari ketidakjujuran peserta program itu sendiri. Biro pendidikan memang kecolongan dengan data base yang
ada tapi sumbernya dari ketidakjujuran
peserta program itu sendiri.
Menurut Kepala Biro Pendidikan
LPMAK, Emanuel Kemong, mestinya
peserta program membuat laporan
secara jujur kepada LPMAK tentang
status dirinya. Apakah sudah drop
out, tamat atau pindah lembaga studi
lainnya itu harus disampaikan kepada
LANDAS/HEND
LPMAK, bukan didiamkan saja yang
Emanuel Kemong
penting dana beasiswa lancar terus,
tegas Kemong mengomentari hasil temuan Tim Pendataan dari kota-kota studi
yang telah didatangi beberapa waktu lalu.
Bentuk ketidakjujuran itu membuktikan bahwa banyak peserta program
yang tidak jelas status kemahasiswaannya serta masa kuliah yang melewati
batas waktu. Tengok saja hasil yang diperoleh Tim Pendataan ketika berada di
lapangan.
Ada kasus di Jawa, peserta program yang masa studi lewat sampai XXII
semester alias mahasiswa abadi. Ada pula peserta program yang sengaja
menunda-nunda wisuda, begitupun ada yang cutinya sampai dua hingga tiga
semester. Setelah ditelusuri ternyata diam-diam mereka cuti melahirkan, jelas
Kemong sembari menambahkan, tragisnya lagi ada peserta program yang IP
0,00 - 1,99 tapi masih aktif kuliah.
Selain temuan tersebut, Kemong mengaku, ada lagi peserta program beasiswa
yang secara diam-diam sudah menikah di Jawa tapi tidak pernah melapor agar
biaya hidupnya berjalan lancar. Menyikapi berbagai temuan itu, Biro Pendidikan
tak akan kompromi dan akan bersikap tegas dengan menghentikan bantuan
biaya pendidikan bagi mereka yang selama ini bersembunyi dibalik ketidakjujuran itu.
Dengan adanya fakta-fakta baru dimana banyak peserta beasiswa yang
sudah lulus, tidak aktif, pindah lembaga pendidikan, cuti lebih dari satu semester maka sesungguhnya harus dihentikan dana beasiswanya. Selain itu banyak
masukan-masukan dari lembaga pendidikan kepada pihak LPMAK yang
patut dipertimbangkan untuk pelaksanaan program beasiswa berikutnya,
demikian Kemong. Mengantisipasi kasus serupa agar tak terulang lagi, menurut
Kemong, kedepan Biro Pendidikan akan meningkatkan frekuensi monitoring
agar bisa menepis image peserta program bahwa selama ini pihak LPMAK
tidak serius menangani beasiswa.(thobias maturbongs)

Banyak Peserta Program


Melanggar Kesepakatan
BANYAK peserta program beasiswa di wilayah Jawa dan Bali yang dibiayai
LPMAK melalui Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan yang pernah disepakati bersama dengan
Biro Pendidikan LPMAK. Pelanggaran tersebut mengemuka tatkala Tim Pendataan Biro Pendidikan LPMAK yang bertugas melakukan clean-up data melakukan pertemuan dengan Yayasan Binterbusih di Semarang, awal Juni lalu.
Menurut laporan Yayasan Binterbusih sebagai lembaga penghubung antara
LPMAK dengan peserta program, banyak peserta program yang nilainya
kurang, adapula yang masa studinya lewat berikut waktu cuti yang tidak
menentu bahkan ada peserta yang tidak lagi aktif kulih serta ada pula yang
masih menunggu waktu wisuda. Dari keseluruhan peserta program beasiswa,
mereka yang nilainya baik hanya sedikit saja bahkan bisa dihitung dengan jari.
Untuk memastikan kebenaran informasi itu, Tim Pendataan langsung
mendatangi lembaga-lembaga pendidikan dari masing-masing peserta program
beasiswa. Hasilnya tak jauh berbeda dari apa yang dilaporkan Yayasan
Binterbusih dengan data yang dimiliki Biro Pendidikan LPMAK.
Di Semarang, tim juga mendatangi Perguruan Tinggi UNIKA Soegijapranata
dan menemui Kepala Tata Usaha serta Bagian Kemahasiswaan. Selain menerima
berbagai informasi tentang peserta program dan nilai-nilai terbarunya, lembaga
studi ini juga mengusulkan kemungkinan kerja sama dengan LPMAK. Pasalnya,
banyak mahasiswa asal Papua yang berhasil dari perguruan tinggi ini.
Proses clean-up data juga berlangsung di Surabaya dan Malang. Di kota
studi tersebut, tim menemukan masih ada peserta program yang nilai akademiknya kurang baik dan pihak akademik telah memintanya untuk mengikuti
ujian ulang. Masalahnya, peserta program tersebut justru menghilang ke Jakarta
dan akibatnya berpengaruh pada penundaan skripsi.
Sementara itu untuk proses clean-up di Jakarta dan Bandung, tim pendataan
sempat beraudiensi dengan penghubung wilayah Jakarta, Bogor dan Bandung
sekaligus menyamakan data antara Yayasan Binterbusih, LPMAK dan
penghubung.
Berbeda dengan kota studi lain, di wilayah Bandung peserta program justru
mendapat perhatian ekstra dari para dosen wali. Mereka tak segan-segan mencari
para peserta program yang tidak kuliah sampai ke rumah-rumah dan mengajak
mereka kembali kuliah. Sedangkan di IKOPIN, mayoritas peserta program
masih aktif kuliah namun mereka mengalami kendala lantaran asrama yang
ditempati sangat memprihatinkan.
Pada pertemuan dengan pengelola lembaga pendidikan di Bandung, mengemuka pula usulan agar perlunya kerjasama antara LPMAK dengan lembaga
pendidikan sehingga proses pengawasan terhadap peserta program bisa berjalan
lebih efektif dan bertanggungjawab.
Memang dari rangkaian proses clean-up data tersebut tak semua peserta
program bermasalah. Terbukti ada pula yang meraih prestasi seperti sejumlah
peserta program di Universitas Pakuan Bogor, Universitas Global Reach dan
Universitas UKRIDA Jakarta. Data yang diperoleh dari Bagian Akademik
menyebutkan, para peserta program pada universitas-universitas tersebut
memiliki IP yang baik sekali menyusul keakfifan mereka dalam mengikuti
perkuliahan tidak diragukan lagi. (thobias maturbongs)

KESEHATAN

LAndAS

Puskesmas Kaokanao
Memprihatinkan

LANDAS/MARSEL

Suster Sophia Letsoin

KONDISI fisik Pusat Kesehatan


Masyarakat (Puskesmas) di Kaokanao, Distrik Mimika Barat, Kabupaten Mimika memprihatinkan. Kerusakan terlihat pada lantai, dinding,
pintu, jendela serta bagian lain yang
mengganggu keamanan dan kenyamanan petugas kesehatan dalam melayani
pasien.
Kendati Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LPMAK) telah membantu renovasi
bangunan Puskemas tersebut, namun
bantuan lembaga pengelola Dana
Kemitraan PT Freeport Indonesia
(PTFI) itu tidak menjawab realitas
yang dialami Puskesmas milik Pemerintah Kabupaten Mimika itu.
Perhatian LPMAK hanyalah sebagian kecil dari apa yang seharusnya
dibutuhkan oleh masyarakat Kaokanao untuk memiliki sebuah Puskesmas dengan bangunan yang baik.
Pimpinan Proyek Renovasi Puskesmas Kaokanao, John Patiata mengatakan, proyek renovasi tersebut sebenarnya sudah diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika,
LPMAK hanya menyediakan dana
proyek sejak dua tahun lalu. Namun
pada 2005 lalu Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika mengembalikan proyek itu disertai dana dengan alasan
banyak proyek lain yang harus dikerjakannya.
Terpaksa Biro Kesehatan LPMAK harus ambil alih. Sebenarnya itu
fasilitas pemerintah yang harus mereka perhatikan, keberadaan LPMAK
hanya membantu pemerintah bukan
mengerjakan proyek, katanya sambil
menambahkan, dana yang disediakan
untuk proyek renovasi itu tidak sebanding dengan kondisi kerusakan
yang ada.
Tingkat kerusakannya besar tapi

Dinas Kesehatan mengalokasikan dana


proyek itu kecil, tambahnya.
Tetapi, kata dia, harus diakui juga
bahwa pengalokasian dana dilakukan
pada 2004 lalu, yakni sebelum adanya
kenaikan harga BBM yang turut
mempengaruhi kenaikan harga semua
kebutuhan manusia, termasuk bahan
bangunan. Sementara proyek tersebut
dikerjakan setelah terjadinya kenaikan
harga barang, sehingga perhitungan
harga bahan bangunan itu meleset.
Ini resiko yang terjadi di luar dugaan, katanya. Dengan demikian pantas jika banyak kekurangan di Puskesmas yang masih harus ditangani,
misalnya lantai di bagian belakang (dapur) yang papan-papannya lapuk dan
telah dibongkar, sementara bagian lain
pada gedung itu juga tampak rusak.
Kepala Puskesmas Kaokanao, Suster Sophia Letsoin mengatakan kerusakan pada Puskesmas tersebut perlu
mendapat perhatian dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Mimika. Menyikapi renovasi fisik yang dilakukan
LPMAK menurutnya belum memuaskan. Tapi ia menyadari bahwa
LPMAK hanya membantu, selebihnya merupakan tanggung jawab pemerintah.
Puskesmas Kaokanao dibangun pada 1973 silam oleh Misi Katolik Keuskupan Jayapura, Dekenat MimikaAkimuga. Kehadiran Puskesmas tersebut ketika itu sangat membantu masyarakat Mimika mulai dari Potowaiburu hingga Akimuga. Sekalipun Mimika kala itu masih menjadi bagian dari
Kabupaten Fakfak, namun pelayanan
kesehatan pada Puskesmas tersebut
tidak diragukan. Pengadaan obat-obatan serta penempatan para tenaga medis
tidak pernah bermasalah. Padahal jika
dibandingkan dengan kondisi Mimika
saat ini, justru mestinya Puskesmas
tersebut jauh lebih baik lagi entah dari
fisik bangunan maupun masalah pelayanan kesehatan.
Direktris CV Mimika Mitra Utama,
Maria Goretty Tawer mengatakan, dirinya hanya mampu mengerjakan sesuai alokasi dana yang ada, sehingga
pengerjaannya sebatas pengecatan
dinding dan perbaikan beberapa bagian
lain.
Kalau mau perbaiki kerusakan
yang ada maka sebagai kontraktor putra daerah Kamoro saya siap melanjutkan pekerjaan, kita semua mau supaya dengan fasilitas yang baik masyarakat juga mendapat pelayanan kesehatan yang baik dari petugas, ujar
Maria.(marselus dou)

Batuk 100 Hari Sering Diderita


Anak Perempuan
Batuk rejan mudah sekali menular dan
menyebar terutama di perumahan yang
padat penduduknya dan kumuh yang
tidak terjaga kebersihannya.
DUNIA KEDOKTERAN menyebutnya pertusis, sedangkan masyarakat
mengenalnya sebagai batuk 100 hari karena batuknya memang berlangsung lama
bisa enam sampai delapan minggu atau
sampai tiga bulan.
Cara penularan
Penyakit yang juga dikenal dengan nama kinghoest ini, merupakan salah satu
penyebab terbesar gangguan kesehatan
dan kematian pada anak. Batuk rejan mudah sekali menular dan menyebar terutama di perumahan yang padat penduduknya dan kumuh yang tidak terjaga
kebersihannya.
Penularan terjadi melalui udara yang
mengandung bakteri bordetella pertusis
yang terhirup oleh anak. Kuman-kumannya hinggap pada lapisan lender saluran
pernapasan, yang selanjutnya menyebar
melalui aliran darah ke bagian tubuh lain.
Masuknya kuman sampai timbul gejala
berkisar enam sampi 20 hari, tapi umumnya sekitar tujuh hari.
Gejala-gejala
Batuk rejan memiliki tiga stadium yang
selalu dilewati penderita.

Stadium awal (katarhalis) berlangsung


satu sampai dua minggu. Gejalanya seperti gejala flu biasa yaitu demam ringan,
batuk dan pilek. Stadium dua (paroksimal) berlangsung dua hingga empat minggu. Batuknya mulai nyata dan kuat, batuk
panjang secara terus menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Pada beberapa
anak, muncul whooping yaitu batuk panjang dengan membuang napas yang diikuti
menarik napas panjang. Itulah mengapa
penyakit ini kerap disebut whooping
cough. Pada kasus yang berat, saking kuatnya batuk, anak bisa sampai muntahmuntah, mata merah dan berair serta napas susah sehingga muka tampak kebirubiruan, bahkan diantara batuk tersebut
anak tak bisa bicara.
Pada stadium ini bisa timbul komplikasi seperti perdarahan di hidung/mimisan, batuk berdarah akibat batuk terlalu
kuat, bahkan juga perdarahan dibagian
putih mata dan otak. Komplikasi lainnya radang paru-paru atau pneumonia.
Stadium tiga (perbaikan/konvalesen) berlangsung satu hingga dua minggu, batuk
mulai kurang dan kondisi anak mulai

pulih.

Langkah penanganan
Hendaknya orang tua tak mengganggap remeh gejala flu yang dialami anak.
Bila setelah tiga hari diobati sendiri tak
juga sembuh batuk pileknya, segera bawa
anak ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut agar jangan sampai terjadi komplikasi. Dokter akan memberikan anti biotik
untuk mematikan kuman dan obat untuk
mengurangi batuknya. Dianjurkan pula
untuk banyak istirahat, banyak minum
dan mengonsumsi makanan bergizi.
Hindari makanan yang membuat gatal
tenggorokan dan merangsang batuk seperti gorengan dan makanan/minuman dingin.
Kekambuhan dan pencegahan
Batuk rejan bisa berulang tapi tak separah sakit batuk yang pertama. Kemungkinan kambuh lebih kerap terjadi
pada anak yang tidak menerima imunisasi. Itulah mengapa pencegahan dengan
pemberian vaksinasi DPT sejak anak
berusia dua bulan amat dianjurkan bahkan
diwajibkan oleh pemerintah. Kekambuhan juga lebih banyak terjadi pada anak
yang mengalami kurang gizi, tinggal dilingkungan yang kurang higienis dan berkontak dengan penderita pertusis.
Untuk itu pencegahan dilakukan dengan menjaga status gizi anak, kebersihan
lingkungan dan menghindari kontak
dengan penderita batuk rejan. Perlu diketahui batutk rejan lebih sering diderita
anak perempuan. Diduga karena daya tahan anak perempuan lebih rentan.(*)

LANDAS/MARSEL

Kondisi bangunan Puskesmas Kaokanao


yang rusak berat.

LANDAS/MARSEL

JULI 2006 I 07

POTRET LPMAK

LAndAS
2

LANDAS/MARSEL

LANDAS/MARSEL

LANDAS/MARSEL

Kepala Biro Ekonomi Suku Amungme Yohanes Kum memberi


penjelasan kepada masyarakat saat acara sosialisasi program
ekonomi LPMAK di Distrik Tembagapura.

Mama-mama dari Suku Amungme dengan membawa serta


anaknya serius mengikuti acara Sosialisasi Prorgam Ekonomi
LPMAK di Distrik Tembagapura..

Purwoto dari Konsultan Bina Swadaya Jakarta memberikan


materi pelatihan usaha perekonomian rakyat melalui KSM.

LANDAS/HENDRIK

LANDAS/HENDRIK

LANDAS/HENDRIK

Walterus Kutapo (FS Biro Ekonomi Suku Kamoro) mendampingi


tamu dari Intrac Carlson mengunjungi beberapa KSM Ukir binaan
Biro Kamoro.

Tamu dari Intrac Carlson mengunjungi beberapa KSM Ukir binaan


Biro Kamoro.

Salah satu KSM binaan Biro Kamoro di SP IV Timika yang


bergerak diusaha ukir mengukir tampak memajang hasil
ukirannya.

LANDAS/MARSEL

LANDAS/MARSEL

LANDAS/MARSEL

Pertemuan Biro Pendidikan LPMAK bersama Gereja Kemah Injil


Indonesia (GKII) membahas pengelolaan asrama.

Biro Kesehatan mengunjungi Puskesmas Kaokanao yang di


renovasi dengan dana bantuan dari LPMAK.

Kepala Biro Kesehatan LPMAK, Alphius Kwijangge memberikan


penjelasan tentang batasan-batasan bantuan yang diberikan
LPMAK melalui Biro Kesehatan. Salah satunya proyek renovasi
Pustu dan Puskesmas di pedesaan.

10

11

12

LANDAS/HENDRIK

LANDAS/HENDRIK

Foto 10 & 11 : Pembangunan Asrama SP 4 memasuki tahap akhir.

Mgr. John Philip Saklil. Pr menyampaikan saran dan masukan


tentang pembangunan di Kabupaten Mimika pada acara
pembelakan Musrenbang.

13

LANDAS/HENDRIK

14

LANDAS/HENDRIK

LANDAS/HENDRIK

Foto 13 & 14 : Pemda Mimika, PTFI, LPMAK beserta tokoh adat dan agama bersama-sama memberikan masukan tentang pembangunan
Mimika kedepan sebelum seminar penyusunan RPJP & RPJM.

08 I JULI 2006

POTRET LPMAK

LAndAS
1

LANDAS/HENDRIK

LANDAS/HENDRIK

Kepala Biro Pendidikan, Emanuel Kemong, menyerahkan kado


kenang-kenangan dari LPMAK kepada keluarga Bapak Piet
Maturbongs yang diterima anaknya Debora saat sertijab Kepala
SDM LPMAK.

Sekretaris Eksekutif LPMAK, John Nakiaya memberikan penjelasan


tentang kegiatan dan program-program yang telah dicapai LPMAK
saat menerima kunjungan dari Coorcom PTFI Jakarta.

LANDAS/HENDRIK

LANDAS/HENDRIK

LANDAS/HENDRIK

Mewakili seluruh Karyawan LPMAK, Kepala Biro Pendidikan


Emanuel Kemong memberikan pelukan perpisahan, meski dengan
berat hati akhirnya seluruh Karyawan LPMAK harus rela
melepas Pak Piet memasuki masa pensiun.

Tamu dari Coorcom PTFI Jakarta yang dipimpin oleh Bapak Ramdani
Sirait (paling kanan) saat berkunjung ke Kantor LPMAK.

Sekretaris Eksekutif LPMAK, John Nakiaya memberikan


penjelasan sekilas tentang LPMAK saat menerima kunjungan
dari UNIDO (United Nations Industrial Development Organization)

JULI 2006 I 09

KESEHATAN

LAndAS

HIV/AIDS Jangan Dianggap Sepele

LANDAS/DOKUMEN

Kondisi penderita HIV/AIDS dengan


luka pada bagian telinga yang mulai
membusuk karena sudah tidak ada lagi
obat yang mampu menyembuhkan.

KETUA Klasis GKI Mimika, Pdt


Matheus Adadikam mengatakan, untuk
mencegah dan menanggulangi penyakit
HIV/AIDS di Kabupaten Mimika, diperlukan kerjasama semua element terkait. Pasalnya, persoalan HIV/AIDS merupakan persoalan bersama sehingga jangan dilihat dari sudut pandang yang
sempit. Tapi, perlu melihat masalah ini
sebagai persoalan kemanusiaan.
Saya mengajak semua komponen
terkait agar dapat memerangi HIV/AIDS
dengan sungguh-sungguh dan tidak boleh
saling mempersalahkan. Virus ini memang
sudah memprihatinkan dengan angka
yang cukup tinggi, kata Adadikam ketika
ditemui LAndAS disela-sela penutupan
Workshop HIV/AIDS Kabupaten Mimika yang berlangsung di Serayu Hotel,
Timika, Jumat (16/6).
Di Provinsi Papua, Kabupaten Mimika menempati urutan pertama jumlah
penderita HIV/AIDS sebesar 1067 orang. Jumlah tersebut tidak bisa dianggap

sepeleh, tapi perlu pencegahan dan penanggulangan secara serius. Sebagaimana


diketahui bersama, terjangkitnya virus ini
karena masih terjadi seks bebas yang telah merambah hingga ke lingkungan masyarakat.
Kegiatan workshop yang berlangsung
selama lima hari itu diikuti peserta dari
Instansi Pemerintah seperti Dinas Sosial,
Dinas Tenaga Kerja dan Pemukiman,
Departemen Agama, Dinas Perhubungan
dan Pariwisata, Dinas Pendidikan &
Pengajaran, Departemen Pemberdayaan
Masyarakat. Sedangkan kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
punya kepedulian terhadap masalah
HIV/AIDS yang hadir pada kegiatan tersebut adalah Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), Topemala, Yapeda, KNPI, LEMASA, LEMASKO, PHMC, Tokoh
Perempuan, Yayasan Peduli Mimika, KPA Mimika dan KPA Provinsi.
Workshop tersebut merupakan tindak
lanjut dari pelaksanaan Temu Regional
HIV/AIDS yang berlangsung di Jayapura belum lama ini. Kegiatan ini juga
menghasilkan beberapa kesepakatan,
antara lain: Pertama, adanya rekomendasi
pemerintah daerah untuk merangkul semua instansi pemerintah maupun swasta
dengan keterlibatan LSM dan masyarakat untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan terhadap HIV/AIDS di
Kabupaten Mimika. Kedua, kepada pemerintah daerah dapat mengalokasikan
dana melalui APBD sebesar satu persen
untuk kegiatan P2 HIV/AIDS.
Selain rekomendasi tersebut, juga disekapati tiga hal penting yaitu: Pertama,
menyusun Program Kerja KPA Mimika
untuk Tahun 2007, dalam rangka Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di
Kabupaten Mimika. Kedua, memberikan

rekomendasi bagi komponen lembaga


maupun instansi pemerintah yang terlibat
didalam KPAuntuk dukungan dana. Ketiga,
menyusun Peraturan Daerah (Perda)
tentang Penanggulangan dan Pencegahan
HIV/AIDS Kabupaten Mimika.
Pelaksanaan workshop dilakukan

dengan system penyajian materi yang


dibawakan oleh penyaji Ketua Harian KPA
Provinsi Papua, drh Constant Karma
dengan materi Pengantar Umum tentang
Perkembangan HIV/AIDS di Papua.
Sedangkan Prevalensi HIV/AIDS di Papua
disampaikan oleh, Tim Eksistensi KPA

Provinsi, P.S. Ukun. Sementara itu


Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
tentang P2 HIV/AIDS disampaikan oleh
Biro Hukum Setda Mimika, kemudian
Penyusunan Program Kerja KPA Mimika
tentang P2 HIV/AIDS Kabupaten Mimika
oleh KPA Mimika. (julens waromi)

LANDAS/HENDRIK

Manajemen RSMM beberapa waktu yang lalu menyelenggarakan seminar tentang pemahaman HIV/AIDS bagi karyawan,
suster dan dokter di lingkungan RSMM. Kabag Humas RSMM, Maria Kotorok sedang mempresentasikan materi penyuluhan.

POJOK ABC

MASALAH ETIKA, HAK DAN KEWAJIBAN


DALAM KAITAN DENGAN HIV/AIDS
MESKIPUN epidemi penyakit
HIV/AIDS telah berjalan lebih dari
lima belas tahun dan angka kejadian
HIV sangat tinggi di masyarakat,
tetapi HIV/AIDS terus menerus disangkal pada tingkat nasional, sosial
dan individual; sangat di stigmatisasi;
dan menyebabkan diskriminasi yang
serius. Banyak alasan mengapa stigma, penyangkalan, diskriminasi dan
rahasia berada disekitar HIV/AIDS,
dan akan berbeda dari budaya ke budaya lainnya. Pengungkapan status
penyakit kepada pasangan memerlukan strategi dengan mengintegrasikan
komponen dalam program layanan
VCT dan merancangnya untuk membantu mengurangi penyangkalan,
stigma, dan diskriminasi berkaitan dengan penyakit.
Antara kesehatan dan hak asasi manusia terdapat hubungan yang sangat
kompleks. Pelanggaran dan kurangnya perhatian pada hak asasi manusia
dapat menimbulkan dampak parah
pada kesehatan.
Kebijakan dan program kesehatan
dapat meningkatkan ataupun melanggar hak asasi manusia sedangkan risiko dan dampak dari sakit sehat dapat
dikurangi dengan cara mempertimbangkan, menghormati dan memenuhi
hak asasi manusia.
Etika :
Prinsip etika yang harus dipegang
teguh oleh seseorang, masyarakat,
nasional dan internasional dalam
menghadapi HIV/AIDS adalah:
a. Empati :
Ikut merasakan penderitaan
sesama termasuk ODHA dengan

10 I JULI 2006

penuh simpati, kasih sayang dan


kesediaan saling menolong.
b. Solidaritas :
Secara bersama-sama bahu membahu meringankan penderitaan dan
melawan ketidakadilan yang diakibatkan oleh HIV/AIDS
c. Tanggung Jawab :
Tanggung jawab berarti bahwa setiap individu, masyarakat, lembaga
atau bangsa mempunyai tanggung
jawab untuk mencegah penyebarannya dan memberikan perawatan
kepada para pengidap HIV kalau
tidak mau tertular
Stigma :
Pelanggaran hak asasi manusia terhadap ODHA sudah sering terjadi di manamana. Stigma atau cap buruk adalah tindakan memvonis seseorang buruk moral
atau perilakunya sehingga mendapatkan
penyakit seperti itu. Dan Orang-orang
yang sudah mendapatkan penilaian buruk
( stigma) biasanya dianggap memalukan
untuk alasan tertentu dan sebagai akibatnya mereka dipermalukan, dihindari,
disudutkan, ditolak dan ditahan.
Dikriminasi :
Diskriminasi atau perlakuan tidak adil
yang disebabkan karena perbedaan dan
menghakimi terhadap orang dengan
berdasarkan status HIV mereka, baik
yang pasti maupun diperkirakan tentang
keadaan kesehatan mereka.
Diskriminasi dapat terjadi dibidang
kesehatan yaitu ; kerahasiaan, kebebasan
dan keamanan pribadi, perlakuan kejam,
penghinaan atau perlakuan kasar dan
dibidang pekerjaan, pendidikan, keluarga
dan hak kepemilikan maupun hak untuk

berkumpul.
ODHA menghadapi diskriminasi dimana saja di berbagai tempat dan kejadian
semacam ini berakibat pada kualitas
hidup mereka. Sifat dan besar tidaknya
diskriminasi yang terkait dengan HIVAIDS bervariasi, tergantung dengan kaitan sosial, ekonomi, hukum dan budaya
setempat.
Dengan membiarkan stigma dan diskriminasi, maka akan merugikan upaya
penanggulangan infeksi HIV-AIDS.
* Apa yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA ?
1. Secara aktif menggerakkan masyarakat
untuk pencegahan HIV/AIDS dengan
cara:
- Membangun sikap positip dari
masyarakat terhadap ODHA dan
keluarganya, termasuk para petugas
kesehatan baik di jajaran pemerintah,swasta dan di tempat kerja
- Mengurangi dan menyingkirkan
stigma dan diskriminasi dalam
komunitas atau masyarakat
- Gerakkan kelompok sesama Peer
group Anak, Remaja, keluarga, dan
lain lain.
- Sebarkan pengetahuan tentang Perilaku hidup sehat, HIV/AIDS dan
Narkoba
- Meningkatkan keteguhan IMAN
dan Ketahanan mental melalui
kegiatan yang positif
- Perilaku seksual yang sehat dan
bertanggung jawab
2. Hindari penggunaan obat narkoba dan

alkohol serta media cetak atau film


yang bersifat pornografi dll
- Saling membantu bila ada sesama
yang mempunyai gaya hidup yang
berrisiko tinggi untuk kembali kepada jalan yang benar
- Bagi ODHA : ciptakan lingkungan
dan pelayanan positif, manusiawi
melalui konseling; kelompok pendukung (support groups); klinik; dirumah dan perawatan berbasis masyarakat
* Apa yang harus dilakukan bila seseorang yang kita cintai (suami, anak,
teman) dinyatakan positip HIV ?
1. Ciptakan suasana terbuka, penuh kasih
sayang dan jangan dikucilkan atau
diperlakukan beda, bila perlu : Maafkan yang telah terjadi dan mulai
melangkah ke depan.
2. Bantu ODHA dengan cara :
- Segera merubah perilaku yang berisiko menjadi perilaku hidup yang
sehat
- Hidup produktif selama mungkin,
selama daya tahan tubuh masih tinggi, berobat pada waktunya dan
bertanggung jawab tidak menularkan
kepada yang lainnya.
3. Bantu menggerakkan komunitas di
kalangan ibu :
- Mengerti bahwa HIV/AIDS adalah
sebagai penyakit yang berbahaya
dan mematikan
- Perlakukan ODHA dan keluarganya
sebagai manusia biasa
- Melakukan kegiatan bersama untuk
pencegahan maupun dukungan,

perawatan dan pengobatan ODHA yang membutuhkan perawatan dirumah.


* Apa yang harus dilakukan bila
suami dan isteri terinfeksi HIV
positip ?
- Setiap kali berhubungan sex,
TETAP diwajibkan memakai
kondom
- Bila menginginkan keturunan,
harus diperhitungkan dengan matang dan perlu konsultasi dengan
dokter
- Bicarakan dengan dokter atau
konselor, bila mungkin mengikuti
program pencegahan penularan
HIV dari Ibu ke bayi
HIV/AIDS sudah ada ditengahtengah kita dan merupakan ancaman
bagi setiap keluarga dimana saja terutama di Papua
Masyarakat atau komunitas dapat
berperan sangat positip, terutama dalam pemberdayaan keluarga dan komunitas dalam Pencegahan maupun
Penanggulangan HIV/AIDS termasuk
mengurangi stigma dan diskriminasi
sehingga ODHA dapat hidup lebih
nyaman, tenteram dan kalaupun meninggal dunia dapat meninggal dengan
tenang dan damai. MEI 2006 I 07
Siapapun dia dan apapun penyakitnya adalah tetap sebagai
manusia biasa dengan segala kekurangannya. Oleh karena itu
mereka perlu dilindungi dan mendapat perlakuan yang adil, bijaksana dan manusiawi

ADAT / AGAMA

LAndAS

Aturan Kepegawaian Cerminan


Kultur Sebuah Lembaga
SEBUAH organisasi atau lembaga
manapun di belahan dunia ini tentunya
memiliki aturan main yang lazim disebut Peraturan Kepegawaian dan Kode
Etik Karyawan. Hal semacam itu juga
berlaku di Lembaga Pengembangan
Masyarakat Amungme dan Kamoro
(LPMAK).
Menurut Kepala Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) LPMAK, Piet Maturbongs, Peraturan Kepegawaian dan Kode Etik Karyawan di lingkungan LPMAK mestinya menjadi cap atau meterai yang
mengidentitaskan diri seseorang sebagai
karyawan. Lebih dari itu, merupakan
budaya atau kultur dari lembaga.
Peraturan dan Kode Etik itu juga
yang menjamin keberlangsungan operasional lembaga ini, menjamin hak dan
kewajiban kita sebagai karyawan, sekaligus membedakan kita sebagai karyawan LPMAK di satu pihak dan
yang bukan karyawan di pihak lain.
Kita diakui sebagai anggota keluarga
besar karyawan LPMAK, apabila kita
menjalankan aturan main yang berlaku
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Kepegawaian kita, loyal kepada
Pimpinan, setia pada tugas-pokok dan
fungsi kita dan bersetiakawan satu terhadap yang lain dalam kerja tim dalam
rangka meningkatkan produktivitas
kerja, dan juga apabila salah satu teman
karyawan anggota tim berada dalam
kesulitan, kita saling memberikan dukungan dan peneguhan, jelas Piet Maturbongs ketika menyampaikan pesannya kepada Karyawan LPMAK pada
acara lepas sambut, Senin (3/6) lalu.
Sepeninggal Piet dari LPMAK lantaran memasuki masa pensiun, ia berujar, Suatu ketika di suatu saat nanti,
saya akan merasa bangga dan bahagia,
apabila saya membaca atau mendengar
berita, atau bahkan menyaksikan sendiri bahwa LPMAK sudah bertumbuh
sebagai suatu lembaga yang kuat dan
profesional, karena karyawannya sangat berdisiplin, loyal kepada pimpinannya, setia dan bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas-pokok dan
fungsinya secara baik dan benar.
Secara pribadi dan keluarga, ia juga
berterima kasih kepada Pimpinan LPMAK, selama tiga tahun, 10 bulan telah bergabung sebagai karyawan dalam
jabatan sebagai Kepala Bagian SDM.
Patutlah saya akui, bahwa dalam
kerjasama dengan Pimpinan LPMAK
dalam hal ini dengan Pak John Nakiaya selaku Sekretaris Eksekutif selalu saya mengalami hubungan kerja
yang senantiasa baik dan menyenangkan. Pak John.Nakiaya bagi saya
adalah seorang Kamoro yang profesional dalam tugasnya memimpin LPMAK, jelas Piet .
Kendati demikian, ia mengakui tak
jarang selama bersama LPMAK ba-

nyak mengalami hantaman gempuran


gelombang dan angin taufan dari kelompok massa yang tidak puas, berupa aksi demo, pemalangan kantor dan
gerakan-tambahan lain. Suasana kerja
seperti itu belum pernah saya alami di
lembaga lain, dimana cukup lama saya
bekerja. Syukurlah bahwa dengan
nakhoda kapal yang sudah banyak
makan garam, kita sudah melalui semuanya itu dengan selamat, katanya.
Karyawan juga diminta mendukung
keberadaan Kepala SDM yang baru,
Ibu Betty Irap. Dukungan sebagaimana maksudkan adalah taat pada aturan
main yang berlaku di LPMAK, dan
memelihara komunikasi yang akrab
satu terhadap yang lain..
Mengomentari berakhirnya masa
kerja di LPMAK, Piet juga mengatakan, dalam Rencana Strategis (Renstra)
LPMAK, lembaga ini menganut nilai
antara lain nilai keberlanjutan. Demi
nilai keberlanjutan lembaga, ia berpendapat tidak baik untuk lembaga apabila
ia mempertahankan jabatan dalam usia
menjelang 60 tahun.
Ibarat pohon yang sudah tua dan
rindang, tidak akan memungkinkan tunas-tunas baru tumbuh lagi. Maka sebaiknya pohon itu ditebang supaya
tunas-tunas baru bisa bertumbuh dan
menghasilkan buah yang lebih segar.
Artinya bahwa saya harus memberikan peluang kepada yang mudamuda untuk maju dan berkembang demi
keberlanjutan lembaga ini. Ketika Pak
John menanyakan kepada saya, apakah saya mau kontrak kerja saya diperpanjang atau tidak, saya mengatakan bahwa saya menyerahkan keputusan ini kepada Tim Manajemen. Dari pihak saya dan keluarga tidak ada
masalah bila Tim Manajemen akan
memperpanjang masa kontrak saya
apabila masih dirasa membutuhkan.
Namun saya mengusulkan apabila
masa kontrak saya dapat diperpanjang,
saya minta untuk tidak tetap pada jabatan saya sekarang sebagai Kepala
Bagian SDM. Saya menyerahkan keputusan apakah dapat diperpanjang
masa kontrak saya atau tidak kepada
Tim Manajemen. Hasil keputusan
Tim Manajemen adalah kontrak saya
dengan LPMAK tidak diperpanjang.
Keputusan itu saya terima dengan tenang, karena bagi saya yang paling
utama dan terpenting adalah terjadi
regenarasi demi keberlanjutan lembaga
ini. Sekalipun masih ada banyak kekurangan, namun secara manusiawi saya
menilai LPMAK sudah mendapat
tumpuan untuk bertumbuh dan berkembang semakin baik sebagai lembaga. Saya berharap agar dasar-dasar
hidup melembaga yang sudah kita
bangun bersama dapat dipelihara dan
diteruskan, papar Piet. (thobias
maturbongs)

Musdat Memilih Dewan Adat


MUSYAWARAH Adat (Musdat) bagi
masyarakat Suku Amungme bukan bertujuan memilih seorang Direktur Eksekutif. Sebaliknya pesta demokrasi yang
diselenggarakan sekali dalam lima tahun
itu lebih bertujuan memilih Dewan Adat
sebagai bagian representatif dari masyarakat adat Amungme.
Nantinya Dewan Adat terpilih itu yang
memilih dan mengangkat seorang Direktur
Eksekutif dan Wakil Direktur Eksekutif
LEMASA defenitif. Mekanisme ini merupakan proses pembelajaran bagi masyarakat hukum adat Amungme agar ke
depan dalam kerjanya Dewan Adat dan
Direktur LEMASA memiliki kewenangan
yang berbeda dalam mengatur lembaga dan
masyarakat Amungme.
Dewan Adat LEMASA adalah orangorang pilihan masyarakat Amungme dari
Nerek Nai Sorei (pimpinan masyarakat
adat Amungme di tingkat kampung). Hal
ini penting karena Dewan Adat bisa tahu
tugas dan wewenangnya, demikian pula direktur dan wakilnya memiliki kejelasan tentang tugas dan wewenang, sehingga masing-masing pihak tahu batasan
tugas mereka.
Musdat LEMASA yang lalu-lalu itu
langsung tunjuk Direktur Eksekutif,
sehingga dalam perjalanannya kinerja dan
gerak-gerik Direktur Eksekutif sulit dikontrol oleh masyarakat. Hal inilah yang
mendorong kami untuk menyelenggarakan Musdat kali ini berbeda dari sebelumnya, kata tokoh masyarakat Amungme, David Beanal kepada LAndAS,
Jumat (24/6) lalu.
Selama ini masyarakat adat Amungme
menilai, Musdat merupakan sebuah momentum untuk memilih seorang Direktur
Eksekutif. Perlahan tapi pasti pikiran

tersebut harus dihilangkan dari pemahaman masyarakat. Musdat juga merupakan pertemuan adat untuk merumuskan aspirasi masyarakat Suku Amungme
yang diselenggarakan sekali dalam lima
tahun dan dihadiri oleh utusan Nol Naisorei, Nerek Naisorei, Amungme Naisorei
di wilayah Amungsa serta utusan luar
daerah (diaspora).
Lantas mengapa perlu diadakan Musdat? Menurut David Beanal, Musdat merupakan forum tertinggi bagi para pengambil keputusan masyarakat hukum adat,
selanjutnya melalui proses ini pula dibahas
dan dirumuskan serta menetapkan aspirasi
masyarakat hukum adat Amungme untuk
menata kehidupan yang lebih baik.
Jadi kita harus membedakan antara
tujuan dan tugas dari Musdat. Tujuan
Musdat adalah terhimpunnya keinginan
atau aspirasi masyarakat hukum adat
Amungme dalam bentuk rencana kerja
dan program lima tahun. Sedangkan tugas Musdat adalah memilih dewan adat,
menyalurkan aspirasi masyarakat hukum
adat Amungme, mengesahkan Nol Naisorei, Nerek Naisorei, meninjau dan menetapkan visi, misi dan sasaran LEMASA serta mengkaji dan menilai serta memutuskan Laporan Pertanggungjawaban
Pengelolaan LEMASA selama lima tahun, jelas David.
Masih menurut David, tujuan lain dari
Musdat adalah menetapkan aturan dan
pedoman hidup masyarakat hukum adat
Amungme menyangkut sejumlah hal diantaranya pendidikan nilai yang mencakup pelestarian seni dan budaya serta
penyelesaian sengketa. Selain itu menjamin hak-hak dasar seperti hak adat, hak
ulayat dan Hak Asasi Manusia serta hak
politik, juga menjalin hubungan dengan

pemerintah maupun pihak swasta serta


masyarakat hukum adat yang lain tanpa
mengorbankan kemandirian dan eksistensi lembaga adat.
Kelembagaan LEMASA
David mengingatkan tugas Musdat tidak bisa disamakan dengan tugas Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme
(LEMASA). Tugas LEMASA adalah
mengelola dan mewujudkan hasil-hasil
keputusan Musdat, selain itu menerjemahkan hasil-hasil keputusan Musdat
kedalam bentuk perencanaan program
kerja tahunan LEMASA.
Selebihnya, kata David, membuat laporan pertanggungjawaban kepada Musdat atas pengelolaan LEMASA selama
lima tahun serta membuat LPJ dan kemajuan pengelolaan kegiatan tahunan
LEMASA untuk dipublikasikan kepada
masyarakat hukum adat Amungme.
Sementara itu, Direktur Eksekutif
sebagai pelaksana operasional sehari-hari
LEMASA bertugas menjalankan program-program hasil Musdat dengan tugas
pokok sebagaimana dikatakan David
Beanal yaitu mengelola operasional LEMASA sehari-hari, menyusun rencana
program dan anggaran tahunan berdasarkan hasil keputusan Musdat dan diajukan ke rapat Amungme Naisorei atau
Dewan Adat, mengorganisasikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
pengelolaan kegiatan program dan anggaran tahunan.
Juga membuat dan mempertanggungjawabkan kemajuan pengelolaan kegiatan
tahunan LEMASA kepada Rapat Amungme Naisorei serta memilih, mengangkat dan memberhentikan karyawan
operasional LEMASA, begitu kata David. (marsel douw)

Penandatanganan berita acara


Sertijab Kabag SDM dari Piet
Maturbongs kepada Beatrix Irap
disaksikan Sekretaris Eksekutif
LPMAK, John Nakiaya.

JULI 2006 I 11

PROFIL

LAndAS

Ingin Berbuat yang Terbaik


BAGI Agapitus Fransiskus Maturbongs, motivasi awal bergabung dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) tak lebih dari sekadar ingin berbuat yang terbaik bagi masyarakat
Amungme dan Kamoro dalam kepemimpinan Sekretaris Eksekutif, John
Nakiaya.
Putra Mimika kelahiran Kampung
Mupuruka, Distrik Mimika Barat Tengah, 13 November 1946 itu resmi
bergabung menjadi Karyawan LPMAK pada 25 Agustus 2003 lalu. Pemegang ID Card LPMAK bernomor
171024 itu sebelumnya ikut menangani bidang pendidikan sebagai Pembina Asrama Kwamki Lama, Timika
pada periode 1997 hingga 1998. Selanjutnya pada 1999 hingga 2000, lelaki
yang akrab disapa Pak Piet oleh
teman-teman sekantor itu dipercayakan sebagai Korwil Beasiswa LPMI
Jayapura.
Sebagai Kepala Bagian SDM di lingkungan LPMAK, mantan dosen pada
Institut Pastoral Indonesia (IPI) itu
mengakui ketika seseorang memutuskan bekerja di LPMAK maka ia harus
bersedia bekerja dalam tekanan.
Saya berterima kasih karena bisa
bergabung dengan teman-teman karyawan yang punya cita-cita yang sama. Selama bergabung dengan LPM-

AK, saya merasa belum berbuat banyak.


Masih banyak hal yang masih perlu dibenahi secara bersama dibidang pengembangan karyawan asli Suku Amungme
dan Kamoro. Sebagai lembaga yang masih
muda, sebetulnya saya lebih berkecenderungan untuk menekankan segi proses
pengembangan karyawan ke arah profesionalismenya dari pada tuntutan profesionalisme itu sendiri. Dengan cara kerja
seperti itu saya merasa dapat memberikan support kepada karyawan sesuai tugas-pokok dan fungsi mereka masingmasing dalam posisi saya sebagai Kepala
Bagian SDM, kata Piet yang memasuki
usia pensiun pada Senin (3/6) lalu.
Berdasarkan pengalaman ketika bekerja pada lembaga lain, Piet mengakui
jika dapat membandingkan LPMAK dengan lembaga lain maka jujur saja harus
diakui bahwa LPMAK tidak punya kesulitan dalam hal dana dan fasilitas yang
dibutuhkan untuk bekerja.
Harapan saya setelah tidak bergabung
lagi bersama teman-teman di LPMAK
adalah LPMAK akan bertumbuh sebagai
suatu lembaga yang mandiri dalam mengemban misi pengembangan masyarakat
yang kena-mengena pada budaya manusia
Amungme - Kamoro dan lima suku lain
di Kabupaten Mimika, dengan programprogram nyata. Selain itu ada upayaupaya yang terus menerus untuk mendampingi masyarakat dalam usaha

mereka untuk membebaskan diri dari segala bentuk keterbelengguan adat, tradisi,
budaya, dan turut menciptakan suasana
hidup, dimana tidak ada yang menindas
maupun tertindas, serta menjalankan
proses penyadaran dan pembinaan masyarakat. sebagai usaha pemberantasan
penderitaan. Maka aspek PENYADARAN & PEMBINAAN masyarakat adalah dua kata kunci dalam program pengembangan masyarakat yang sesungguhnya, jelas ayah dari tiga orang putri
buah pernikahannya dengan Genoveva
Resubun itu.
Sosok seorang Piet Maturbongs memang tak asing lagi di kalangan masyarakat Papua, utamanya masyarakat di
wilayah Pegunungan Tengah, Provinsi
Papua. Pasalnya, sebagian besar waktunya pernah dilewati bersama mereka
ketika masih melayani wilayah pedalaman Papua sebagai petugas pastoral Gereja Katolik Keuskupan Jayapura.
Pada 1952 hingga 1958, Piet kecil
menamatkan pendidikan VVS-nya di
Kaokanao, kemudian melanjutkan pada
PMS di Abepura pada 1959 hingga 1963.
Setelah itu, pada 1964 hingga 1966, ia
melanjutkan pendidikan SGA di Biak
selama tiga tahun dan kembali ke Abepura
untuk mengikuti Akademi Theologi Katolik pada 1969 hingga 1972 berikut Sekolah Tinggi Filsafat Teologi pada 1978.
Ibarat kata orang bijak, sambil menye-

lam minum air. Itu dibuktikan ketika menekuni pendidikan Piet juga melakukan
karya-karya pastoralnya sebagaimana
dikatakan, pada 1966 hingga
1969 menjadi guru SD di
Musatfak, Lembah Baliem. Kemudian pada
1972 hingga 1975 menjalani tugas Diakon pada Gereja Katedral
sambil menjadi guru
pada SMA Gabungan
Kristen-Katolik, Dok V
Jayapura. Lantas pada
1976 hingga 1978 dimutasikan ke Abepura
sebagai Diakon Paroki Abepura

dan mengajar pada SMA Negeri


Abepura.
Pada 1979 hingga 1980 saya dikirim ke Epouto, Enarotali sebagai petugas gereja dan
pada 1981 hingga 1990
kembali ke Jayapura sebagai Delegatus Pastoral Keuskupan Jayapura, ujarnya.
(hendrikus purnomo)

Bercita-cita Mengkaderkan
Banyak Pelayan Umat
RABU 7 Juni 2006 lalu merupakan hari bersejarah
bagi Anggota Badan Pengurus LPMAK yang satu ini.
Hari itu genap berusia 25 tahun, Pastor Jack Mote
mengabdikan dirinya sebagai pelayan umat di lingkungan Gereja Katolik setelah mengucapkan kaul
kekalnya sebagai seorang pastor dengan menerima
Sakramen Imamat.
Sejak ditahbiskan menjadi imam projo di lingkungan
Gereja Katolik Keuskupan Jayapura pada 6 Juni 1981
lalu, saya bercita-cita mengkaderkan putra-putri Papua
menjadi petugas gereja dan petugas pemerintah yang
beriman dalam melaksanakan tugasnya. Kemudian di
Timika ini saya berharap dan senang jika banyak anakanak asal tujuh suku di Kabupaten Mimika menjadi
petugas gereja, terutama pastor atau pendeta dan
petugas pemerintah atau swasta yang beriman dan
menyandarkan hidup pada Allah Bapa, Putra dan Roh
Kudus. Sehingga dalam melayani masyarakat yang
adalah umat gereja itu mereka lebih mengutamakan
kepentingan banyak orang, kata Pastor Jack Mote, Pr
kepada LAndAS, Kamis (22/6) lalu.
Pastor Jack yang merayakan pesta perak (25 tahun)
imamat pada 7 Juni 2006 itu mengisahkan, keinginannya untuk menjadi imam bermula saat masih di Kelas I
Sekolah Dasar (SD) YPPK Waghete, Kabupaten Paniai
pada 1961 silam. Hal ini lantaran ketika ayahnya
meninggal dunia, seorang pastor asal Belanda yang kala
itu melayani umat di Paroki Waghete memberi
perhatian pada diri dan keluarganya, sehingga kendati
belum dibaptis namun Jack sudah terlibat dalam
melayani imam di sekitar altar saat misa di gereja.
Keinginan menjadi pastor tak berjalan mulus, ia
banyak menuai kendala saat hendak masuk Seminari
Menengah Santo Paulus Abepura, Jayapura pada 1967.
Pastor Paroki Waghete waktu itu berkehendak lain
karena melihat status sosial orang tua Jack Mote yang
kaya menurut ukuran masyarakat setempat.
Saya ditolak oleh Pastor Paroki Waghete ketika mau
masuk Seminari dengan alasan bapak saya banyak istri
dan memiliki babi yang banyak, sehingga saya dinilai
lebih baik mengurus harta ayah saya dari pada
melanjutkan pendidikan. Padahal hasil tes masuk ke
Seminari dinyatakan lulus murni dengan nilai rata-rata
sembilan. Akhirnya saya menceritakan hal tersebut
kepada pastor yang lain yakni Pastor Tetro asal
Belanda yang melayani umat di Kabupaten Paniai sejak
1950-an sampai 1980-an. Pastor Tetro melaporkan
kondisi saya kepada Rektor Seminari, akhirnya saya

12 I JULI 2006

diterima dan masuk pada Maret 1967, kenang Jack Mota yang
lahir di Waghete, 19 Maret 1952 itu sambil menambahkan,
setelah 25 tahun menjadi imam dirinya akan bertemu dengan
Pastor Tetro yang masih hidup sampai sekarang di Negeri
Belanda. Dalam tahun ini saya akan bertemu pastor Tetro di
Negeri Belanda, ujarnya.
Lulus dari Seminari St.Paulus Abepura (1967-1969), ia
kemudian melanjutkan ke SMA Gabungan Dok V Jayapura
(1970-1972) setelah itu ke Akademi Teologi Kateketik (kini
Sekolah Tinggi Fajar Timur/STFT) Jayapura (1973-1976). Pada
1977-1980 melanjutkan lagi pendidikan di Seminari Tinggi
Yogyakarta.
Sekembali dari Yogyakarta saya ditugaskan di Paroki
Kaokanao dan pada Februari 1981 saya menerima Tahbisan
Diakonat. Selanjutnya bertempat di Waena-Jayapura pada 7
Juni 1981 saya bersama dua rekan saya ditahbiskan menjadi
Imam Projo di lingkungan Keuskupan Jayapura. Setelah menjadi
imam saya ditugaskan kembali ke Kaokanao sebagai Pastor
Paroki dengan wilayah kerja sampai ke Tembagapura selama
lima tahun dan pada Oktober 1986 saya pindah ke Paroki
Katedral Jayapura sebagai Pastor Paroki merangkap Dekan
Dekanat Jayapura. Kemudian menjadi Dekan Dekanat Keerom
dan Pastor Paroki untuk beberapa daerah di sekitarnya selama 5
tahun (1986-1998). Selanjutnya saya ditugaskan untuk
mengikuti Kursus Pastoral di IEBI, Filipina (1998-2000) dan
sekembali dari Filipina ditugaskan sebagai Pastor Paroki
Argapura, Jayapura (2000-2002). Lalu pada 2002-2003 sebagai
Pastor Paroki Tiga Raja Timika merangkap Dekan Dekanat
Mimika-Akimuga, urai Pastor yang selama bertugas di wilayah
Kota Jayapura dan sekitarnya dipercayakan sebagai Vikaris
Jenderal (Vikjen) atau Wakil Uskup Keuskupan Jayapura itu.
Sekarang setelah Timika menjadi Keuskupan sendiri juga
saya masih dipercayakan sebagai Vikjen Keuskupan Timika,
Dekan Dekanat Mimika-Akimuga dan menangani Paroki-Paroki
seperti Akimuga, Mapurujaya dan Calon Paroki SP 3, Timika
yang tidak ada Pastor Paroki, kata Pastor pemilik Semboyan
Imamat Akulah pokok anggur yang sejati dan kamulah
ranting-rantingnya (Yohanes, 15:1-8) dan Akulah jalan,
kebenaran dan hidup (Yohanes, 14:6) itu.
Mangapa Pastor Jack memilih semboyan imamat itu?
Pengalaman hidup imamat saya selama 25 tahun ini sangat
bertentangan dengan adat dan budaya saya sebagai anak koteka
yang mewajibkan laki-laki harus ini dan itu dalam hal duniawi.
Banyak pikiran dan keinginan duniawi tetapi saya selalu melihat
salib Yesus dan dikuatkanNya serta melihat yang lebih terbaik.
Yesus itulah jalan, kebenaran dan hidup, juga Yesuslah pokok
anggur yang sejati. Saya sandarkan hidup pada pokok anggur
sejati dan selalu memberikan jalan, kebenaran dan hidup yang
baik, jelasnya. (marsel dou)

EKONOMI

LAndAS

Dana Ekonomi 2006 Mulai Digulirkan

LANDAS/HENDRIK

Pertemuan bersama Biro Ekonomi Tujuh Suku LPMAK didampingi Konsultan Bina Swadaya dengan pihak Bank Papua
menyangkut persiapan pencairan dana ekonomi kerakyatan.

UNTUK menunjang dan memperlancar keberlangsungan usaha dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) binaan LPMAK melalui Biro Ekonomi Tujuh Suku, pada pertengahan 2006 ini,
LPMAK kembali menggulirkan dana sebesar Rp 11.752.186.000,- Kucuran dana
tersebut diperuntukkan bagi tujuh biro
suku masing-masing Biro Amungme sebesar Rp 2.554.823.000,- yang diperuntukkan bagi 318 KSM. Biro Kamoro Rp 2.554.823.000,- untuk 264 KSM.
Biro Damal Rp 1.328.508.000,- untuk
132 KSM. Biro Dani Rp 1.328.508.000,untuk 129 KSM. Biro Moni Rp 1.328.508.000,- untuk 160 KSM. Biro MeeRp 1.328.508.000,- untuk 166 KSM.
Sedangkan Biro Nduga mengantongi dana
sebesar Rp 1.328.508.000,- namun
jumlah KSM yang berhak atas dana
tersebut masih dalam proses identivikasi.
Proses pencairan dana ekonomi kerakyatan merupakan tahapan akhir dari
berbagai persiapan yang dilakukan oleh
masing-masing biro selama beberapa bulan terakhir. Setelah melakukan evaluasi
dan monitoring terhadap KSM dari
masing-masing biro suku, proses selanjutnya adalah identifikasi KSM yang dinilai layak untuk mendapat bantuan dana
ekonomi. Sedangkan KSM yang dinilai
gagal dalam memanfaatkan dana tersebut,

praktis tak lagi memperoleh bantuan


dana dan KSM tersebut digantikan dengan kelompok baru yang lebih berkomitmen untuk maju dan berkembang dengan memanfaatkan bantuan dana ekonomi kerakyatan.
Kesepakatan bersama
Menjelang pencairan dana tersebut,
pada Senin (26/6) lalu bertempat di Meeting Room LPMAK III, Jln Yos Sudarso,
Timika, kepala biro dari masing-masing
biro suku melakukan penandatanganan
kesepakatan proses pencairan dengan
Bank Papua cabang Timika. Sedikitnya
terdapat 11 kesepakatan yang ditandatangani antara lain:
Pertama, diharuskan satu minggu sebelum pencairan dana ekonomi, semua
administrasi pembukaan rekening baru
dan pergantian pengurus lama sesuai
keputusan tim ekonomi dan tim managemen LPMAK, sudah beres.
Kedua, Kepala Biro diharapkan mengumpulkan foto copy KTP dari ketua
dan bendahara yang akan dibuka rekeningnya kemudian diberikan kepada
pihak bank. Kepala Biro terlebih dahulu
memeriksa kelengkapan pembukaan rekening sebelum peserta kelompok datang
ke bank menandatangani speciment tandatangan dan menunjukkan KTP asli.
Ketiga, Slip penarikan harus ditanda-

tangani oleh ketua, bendahara dan kepala


biro. Pada waktu pengambilan uang di
bank, minimal dihadiri oleh ketua dan

bendahara dengan membawa KTP asli


yang masih berlaku. Dalam melakukan
penarikan uang diharuskan membawa
buku rekening dan buku tersebut dipegang
oleh pengurus kelompok.
Keempat, tidak ada pergantian kelompok kecuali salahsatu ketua/bendahara
meninggal dunia atau berhalangan maka
pergantian kelompok dilakukan dengan
cara biro mengajukan pergantian kepada
tim ekonomi diketahui oleh Kabag Accounting dan kemudian dibuat surat ke
Bank Papua oleh pimpinan LPMAK.
Kelima, pemegang buku rekening
adalah ketua dan bendahara. Keenam,
penarikan harus dibagi dalam dua termin
dan jumlah hari yang diperlukan dalam
penarikan.
Ketujuh, saldo minimal yang disepakati untuk tinggal di rekening sebesar Rp
500.000,Delapan, adanya kesepakatan dengan
kelompok bahwa LPMAK berhak
melakukan pemblokiran rekening bila
terjadi penyelewengan dana atau tidak
adanya kerjasama dengan kelompok
sesuai usulan biro maka LPMAK melalui
biro dapat menarik buku rekening kelompok tersebut.
Sembilan, disepakati pembukaan
rekening Suku Mee dan Kamoro dibuka
lebih dulu tapi proses pencairannya dilakukan paling akhir setelah suku-suku
lain.

Sepuluh, setiap suku diberi lima hari


untuk proses pencairan dana.
Tetap diawasi
Menyikapi pencarian dana tersebut,
Sekretaris Eksekutif LPMAK, John Nakiaya mengimbau kelompok-kelompok
penerima dana bantuan agar memanfaatkan dana sesuai program yang telah disepakati. Jangan sampai, menurut John,
dana tersebut diselewengkan untuk halhal konsumtif.
LPMAK sebagai pengelola akan melakukan pengawasan melalui para field supervisor dari masing-masing biro. Jadi,
kalau ketahuan ada yang coba-coba menyelewengkan dana tersebut maka akan
dikenakan sanksi. Masih banyak masyarakat yang antre untuk mendapatkan
bantuan dana sehingga bagi mereka yang
melanggar akan dihentikan dan dialihkan
kepada KSM lain, tegas John mengingatkan.
Senada dengan John, Konsultan Bina
Swadaya Jakarta, Padmo mengingatkan
Kepala Biro Ekonomi Tujuh Suku dalam
pemilihan pengurus kelompok tidak boleh
pilih kasih atau ada kepentingan lain yang
ikut terbonceng. Keberhasilan kelompok,
menurut Padmo sangat ditentukan juga
oleh field supervisor dan kepala biro, jadi
bagi KSM-KSM yang gagal otomatis
kepala biro dan FS nya juga gagal dalam
mendampingi mereka. (thobias maturbongs)

Kepala Biro Ekonomi Suku Dani, Wilem Waker ikut mengawasi proses pencairan dana ekonomi 2006.

LANDAS/HENDRIK

MERAIH gelar kesarjanaan adalah


impian semua orang. Tak jarang,
dengan gelar tersebut orang berpikir
sangat mudah memperoleh pekerjaan.
Adapula yang berpendapat, gelar
kesarjanaan bisa mengangkat status
sosial seseorang di kalangan masyarakat atau keluarga.
Pemahaman tersebut justru bertolak belakang dengan seorang Edward
Kiwak yang kesehariannya menjabat
Kepala Biro Pengembangan Ekonomi
Suku Damal di lingkungan Lembaga
Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK).
Lelaki kelahiran Kampung Wanbe,
Distrik Beoga, Kabupaten Puncak Jaya, 28 Mei 1967 silam itu mengakui
latar belakang pendidikannya sebatas
SLTP.
Tetapi bagi saya apalah artinya
berpendidikan tinggi kalau dalam kerjanya tidak punya moral dan hati untuk membangun masyarakat. Saya sudah makan asam-garam tentang bagaimana kesusahan atau senang-senang
yang dirasakan masyarakat. Ini menjadi bekal bagi saya sehingga dalam
membagi dana pengembangan ekonomi LPMAK untuk Suku Damal saya

bagi secara merata kepada semua Kelompok Swadaya Masyarakat, kata lelaki
yang murah senyum ini.
Menghadapi KSM binaan LPMAK
melalui Biro Suku Damal, Edward punya
resep khusus untuk membina hubungan
dengan mereka. Kita boleh tegas tetapi
harus memahami dan menjiwai perasaan
yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Saya selalu menganggap penderitaan
atau kesenangan masyarakat adalah bagian dari penderitaan dan kesenangan
saya juga, ujarnya.
Itulah yang membuat Edward selalu
konsisten bahwa hak-hak masyarakat
penerima dana ekonomi kerakyatan khususnya Suku Damal di Kabupaten Mimika harus benar-benar sampai ke tangan
mereka. Tapi, bagi dia, hak-hak tersebut
harus dibalas dengan kewajiban masyarakat untuk mengelola dana secara baik.
Logikanya sederhana saja, masyarakat tujuh suku, khususnya KSM Suku
Damal yang menerima bantuan dana pengembangan usaha dari LPMAK agar dapat memanfaatkannya dengan baik dan
sesuai sasaran. Jika disalahgunakan maka
jangan harap untuk diberikan lagi pada
tahun mendatang. LPMAK sudah punya aturan dan saya ikuti itu, bahwa ban-

tuan dana oleh LPMAK itu untuk usaha


bukan untuk yang lain-lain. Saya tegaskan bahwa KSM yang sudah terima dana
usaha tetapi tidak ada hasilnya maka
saya matikan dan tidak dikasih uang lagi
pada tahun berikut, tegasnya sembari
menambahkan, ketegasan itu telah dilaksanakan sejak 2004 lalu.
Saya matikan banyak KSM Biro Damal pada 2004 lalu, karena bantuan dana
usaha yang diterima dari LPMAK tahun
2003 tidak dipakai untuk usaha. KSM
macam ini saya mau kasih pada tahun
anggaran 2006 ini, karena mereka telah
meminta maaf dan menyesalinya serta
mengaku tidak akan mengulangi perbuatan yang sama pada tahun-tahun mendatang, tambahnya.
Perjalanan panjang Edward Kiwak
menduduki kursi Kepala Biro Suku Damal tampaknya menjadi catatan tersendiri dalam sejarah hidupnya. Pasalnya, menurut pengakuan Edward, kerap
orang berpikir dengan hanya berijazah
SLTP sebaiknya tinggal di kampung.
Tetapi sejak saya berumur 14 tahun
pada 1982 lalu saya sudah merantau ke
Timika dan bersama teman-teman ikut
bangun jalan Timika-Mapurujaya dan
beberapa jalan yang lain dengan membuat

rel kayu agar truk bisa melintas untuk


menimbun jalan dengan material.
Beberapa tahun di Timika, Edward
merantau ke Kabupaten Nabire kemudian
lanjut lagi ke Waropen. Di sana dia bekerja pada perusahaan HPH PT Wapoga
Timber.
Di situ saya dipercayakan menjadi
mandor dan membimbing para buruh
yang menjadi anak buah. Upah mereka
juga saya yang urus sehingga pada saat
upah dibayar saya kumpulkan mereka
dan beritahukan bahwa kita dapat
uang sekian, jadi kita bagi rata saja.
Prinsip saya, tidak boleh ada
yang dapat lebih walaupun
hanya lebih seribu rupiah,
kalau dapat Rp 10.000 maka
semuanya Rp 10.000, katanya sambil menambahkan
di.PT Wapoga dia bekerja
sejak 1991-1992 dan
pindah ke wilayah Wasior,
Kabupaten
Te l u k
Mondama.

Setelah beberapa waktu kemudian


Edward kembali ke Timika dan bekerja
di PT Incubator PT Buma Kumawa
Timika sejak 1995-1999. Selanjutnya
dipercayakan oleh masyarakat Suku
Damal di Rayon I Kwamki Lama untuk menjadi Ketua TPPD dan dijalaninya selama dua tahun (1999-2000).
Kemudian pada 31 Agustus 2002
Eddy dipilih oleh masyarakatnya untuk menduduki jabatan Kepala Biro
Pengembangan Ekonomi suku Damal
LPMAK. Namun menjadi Kabiro
Damal ini tidak jalan mulus
akibat adanya pihak-pihak
tertentu di kalangan Suku
Damal yang mempolemikkannya.
Akibatnya saya terlambat dan baru mulai aktif kerja di LPMAK pada 14
Agustus 2003, ujarnya. (marselus
dou)

LANDAS/MARSEL

Apalah Arti Pendidikan Kalau Tak Bermoral

Edward Kiwak

JULI 2006 I 13

EKONOMI

LAndAS

FS Harus Menjadi
Guru bagi KSM

LANDAS/MARSEL

Kepala Biro Ekonomi Suku Amungme, Yohanes Kum memberikan pengarahan kepada KSM asal Suku Amungme di
Kampung Banti, Distrik Tembagapura.

KSM Amungme Minati Usaha Koperasi


PADA setiap tahun, termasuk 2006
ini Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) mengucurkan dana pengembangan ekonomi bagi masyarakat Suku
Amungme, Kamoro, Dani, Damal,
Nduga, Moni dan Mee di wilayah
Kabupaten Mimika. Dana tersebut
dibagikan kepada masyarakat yang
akrab disebut masyarakat tujuh suku
itu untuk pengembangan berbagai jenis usaha sesuai yang diminati.
Masyarakat tujuh suku penerima
dana yang bersumber dari Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) itu menyebar selain di dataran
rendah (Low Land) juga tersebar di
wilayah dataran tinggi (High Land)
Kabupaten Mimika. Adalah masyarakat Suku Amungme yang bermukim
di perkampungan wilayah High Land
Mimika seperti Kampung Banti,
Opitawak, Tsinga, Aroanop, Hoya
dan lain-lain.
Dalam rangka mempersiapkan
warga Amungme di wilayah yang sangat dekat dengan areal kerja PTFI
itu, pada Rabu (30/5) dan Kamis (31/
5) lalu Biro Ekonomi Suku Amungme,
melakukan pembentukan Kelompok
Swadaya Mandiri (KSM) sekaligus
mensosialisasikan kebijakan dan prosedur dana pengembangan ekonomi

kerakyatan. Mereka juga diberi pelatihan


tentang cara mengelola KSM secara baik
bagi pengurus KSM.
Masyarakat diberi kesempatan untuk memilih Badan Pengurus KSM dan
jenis usaha yang hendak dilakukan pada
Tahun 2006 ini. Hasilnya, sudah terbentuk sembilan KSM dari kampungkampung di sekitar Tembagapura. Sedangkan jenis usaha yang dipilih masyarakat adalah bidang koperasi, semua
kampung memilih koperasi sebagai usaha
andalan pada tahun anggaran 2006 ini,
kata Kepala Biro Amungme, Yohanes
Kum kepada LAndAS di Banti, Selasa
(30/5).
Kampung Banti diharapkan bisa
menjadi contoh bagi kampung-kampung
sekitar dalam pengembangan usaha dengan uang yang dibantu LPMAK. Pasalnya, Kampung Banti memiliki banyak
kemudahan ketimbang kampung lainnya
di sekitar Kota Tembagapura. Terus terang saya mau sampaikan bahwa LPMAK sudah berikan dana pengembangan
usaha pada tahun 2004 dan 2005 tetapi
hasilnya tidak ada. Kami berharap agar
tahun ini ada kelompok yang berhasil.
Kami juga berharap agar tokoh-tokoh
masyarakat harus memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang pentingnya dan manfaat serta tujuan
dari dana pengembangan ekonomi ini.

Dana ini bukan untuk dibagi-bagi atau


hanya menjadi milik, jelas Yohanes
Kum.
Materi Pelatihan
Pembentukan KSM itu disertai
pemberian materi pelatihan berupa
10 pedoman pokok KSM yang disampaikan Purwoto dan Suryantopo
dari Konsultan LPMAK asal Bina
Swadaya Jakarta. Mereka didampingi seorang penerjemah Bahasa
Amungme, Pieter Yawame. Ke-10
pedoman KSM yang dijelaskan itu
antara lain, kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal, dibangun dari
oleh dan untuk anggota, keanggotaan
kelompok bersifat sukarela dan terbuka, bertujuan untuk mensejahterakan anggota-anggotanya, mengadakan
pertemuan (rapat anggota secara rutin, mengadakan pendidikan secara
teratur, mengadakan simpanan/menabung secara teratur, membuat usahusaha bersifat produktif, keputusan
tertinggi adalah rapat anggota dan tata
laksana/pengelolaan manajemen kelompok bersifat terbuka.
Materi lain yang turut diberikan
antara lain tugas-tugas ketua, sekretaris dan bendahara serta anggota-anggotanya yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari maju tidaknya sebuah
kelompok. (marselus dou)

PEMBINAAN terhadap Kelompok


Swadaya Masyarakat (KSM) tujuh suku
binaan LPMAK tak cukup sebatas memberikan materi dan praktek menjelang
pencairan dana ekonomi kerakyatan
setiap tahun. Selebihnya, para KSM harus didampingi setiap saat sepanjang
KSM tersebut aktif mengelola dana untuk pengembangan usahanya.
Untuk melakukan pembinaan dan
pendampingan terhadap KSM, seorang
Field Supervisor (FS) dituntut untuk bisa
menjadi guru bagi KSM. Itu berarti, FS
harus memiliki kemampuan dan ketrampilan setingkat diatas KSM yang dibina.
Selama ini kita minta supaya masyarakat yang tergabung dalam KSM harus
berubah dari pola lama ke pola modern
tapi semua itu percuma kalau FS-nya
tidak memiliki kemampuan dan ketrampilan khusus untuk memberikan pemahaman kepada KSM tentang bagaimana
cara merubah pola pengembangan usaha
dari yang bersifat tradisional menuju modern, jelas Field Supervisor Biro Ekonomi Suku Dani, Yasin Wakerkwa, Rabu
(5/6) lalu.
Tak dipungkiri bahwa selama ini FS
Biro Ekonomi Tujuh Suku mendapat
pelatihan, namun sebagai petugas lapangan tentunya wawasan berpikir dan kemampuan memberikan pendampingan
itu setidaknya perlu mendapat nuansa
baru sebagai pembanding. Artinya, menurut Yasin tak berlebihan juga apabila
para FS dari masing-masing biro dikirim
mengikuti pelatihan dan studi banding
ke lembaga lain yang punya kemiripan

LANDAS/HENDRIK

Yasin Wakerkwa

program seperti LPMAK.


Kita tidak bisa bergantung dan berharap terus pada Konsultan Bina Swadaya Jakarta karena sewaktu-waktu mereka akan pulang ke Jakarta, karena itu
FS harus dipersiapkan secara baik untuk
menggantikan peran konsultan selama
ini, ujarnya.
Biro Ekonomi Suku Dani memiliki
beberapa wilayah kerja yang dilayani sedikitnya tiga orang FS dan Yasen Waker
adalah salah seorang yang bertugas melayani sekitar 43 KSM di Wilayah II
yang meliputi SP III, V, VI, VII, IX dan
Timika Kota. Menurut pengakuan Yasen,
mayoritas KSM di wilayah tersebut lebih berorientasi pada jenis usaha ternak
babi secara tradisional. Untuk merubah
pola ternak ke cara modern diperlukan
waktu.(thobias maturbongs)

LANDAS/THOBIAS

Sekretaris Eksekutif LPMAK John Nakiaya menerima penjelasan dari


Manajemen PT Mitraartha Gema Pertiwi Surabaya yang mengerjakan long
boat pesanan LPMAK.

IKLAN KITA IKLAN KITA IKLAN KITA IKLAN KITA IKLAN KITA IKLAN KITA IKLAN KITA IKLAN KITA
DIJUAL
Ikan Segar
Ikan Emas

DIJUAL

DIJUAL

RENTAL KOMPUTER

DIJUAL

Telor Ayam Kampung


Ayam Potong Lokal

Sayur-sayuran segar:
Sawi, Bayam cabut, Kangkung
cabut, Cabe, Terong & Kacang
Panjang

Pengetikan, Print
(Hitam Putih / Warna)

Telor Ayam

Hubungi :

Hubungi :

Hubungi :

Yosias Magai
Utikini, SP XII

Hubungi :

Hubungi :

Mathias L Rumi
SP 3

Nico Deikme, SP 5

Miliar Kogoya
Kinaonak, Jl. Ahmad Yani

Yohanes Gobai
SP IX

JASA MENJAHIT

DIJUAL

RENTAL & KURSUS

BUAH BUAHAN

DIJUAL

Pakaian Pria & Wanita

Ikan-ikan Segar
(hidup langsung dari kolam)
Ikan Emas, Mujahir & Nila

Rental Komputer & Kursus Bahasa


Inggris

Buah Nanas Segar

Kambing

Hubungi :

Agustinus Ikikitaro,

Hubungi :

Hubungi :

Hubungi :

Blandia Kiwak
Kwamki Lama

Hubungi :

SP3 Jalur 1

Pumanuok Wetapo
Paecoc

Daniel Magai, Martinus Magai


Kwamki Lama

Aser Yumai
SP 2

DIJUAL

DIJUAL

DIJUAL

DIJUAL

Sayur-sayuran segar:
Jagung, Sawi, Bayam cabut,
Kangkung cabut, Cabe,
Terong & Kacang Panjang

Babi Toraja
Bibit dan Ternak Potong

Kerajinan Noken

Telor Itik (Bebek)

Hubungi :

Hubungi :

Hubungi :

Octo Kogoya
Kwamki Lama

Hubertina Dogopia
SP 2 Jalur 2

Hubungi : Yohanes Wea


Km 11, Kampung Kadun Jaya

DIJUAL

DIJUAL

COUNTER HP

SOUVENIR

Babi Toraja
Bibit dan Ternak Potong

Sayur-sayuran segar:
Jagung, Sawi, Bayam cabut,
Kangkung cabut, Cabe, Terong,
Patatas & Kacang Panjang

HP Baru, Asesories HP, Voucher


SIMpati, Mentari, dll

Marius Kutapo, SP1

Berbagai Macam Ukiran Kamoro : Patung Bitoro, Perahu Kamoro, dll

Hubungi :

Hubungi :

Hubungi :

Yohanes Dogopia
Ujung Airport

Rine Gwijangge

Karlinda Wasereak
Jl. Yos Sudarso, Nawaripi

14 I JULI 2006

Irigasi

Hubungi : 1. David Katdipukaro Kelp. Naiti II, SP2 Jalur 1


2. Kasimirus Katdipukaro Sempan, Perum Bumi Kamoro
UNTUK INFORMASI PEMASANGAN IKLAN HUBUNGI BAGIAN REDAKSI
SETIAP HARI SENIN S/D JUMAT PADA JAM KERJA

OPINI / TIPS

LAndAS

Cara Memelihara Ayam Negeri

WEB

Memilih Varietas Ayam


Suatu varietas ayam adalah suatu ras
atau family dari ayam yang memiliki kesamaan umum dalam hal ukuran, bentuk
atau profil, dan pembawaan. Semua ayam
dalam satu varietas akan memiliki karakteristik yang sama yaitu: warna kulit, Varietas ini selanjutnya dibagi ke dalam
beberapa kelas. Kelas ayam yang sudah
banyak dibudidayakan pada umumnya
diberi nama yang dikaitkan dengan tempat asalnya, misalnya American, Asiatic,
English, Mediteranian, dan semacamnya.
Untuk memulai usaha kecil-kecilan di
bidang peternakan ayam, ada tiga jenis
varietas yang bisa dipilih berdasarkan tujuan pemeliharaannya, yaitu: ayam petelur, ayam pedaging atau ayam potong,
dan ayam berfungsi ganda untuk kedua
maksud tersebut.
Ayam Petelur
Ayam ini tubuhnya relatif lebih kecil.
Produksi telurnya antara 250 sampai 280
butir per tahun. Telur pertama dihasilkan
pada saat berumur 5 bulan dan akan terus

menghasilkan telur sampai umurnya


mencapai 10 - 12 tahun. Umumnya,
produksi telur yang terbaik akan diperoleh pada tahun pertama ayam mulai
bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun
berikutnya cenderung akan terus menurun.
Ada dua pilihan untuk ayam petelur
ini yang dibedakan dari warna telurnya,
yaitu:
Telur berwarna putih
Ayam petelur dengan telur berwarna
putih yang terbaik adalah dari Jenis
ras Leghorn. Hanya saja ayam ini suka
terbang dan sangat berisik. Jenis ras
lainnya yang menghasilkan telur putih
diantaranya adalah Minorcas. Anconas, dan California White
Telur berwarna coklat
Sedangkan ayam peterlur dengan telur
berwarna coklat yang terbaik adalah
dari Jenis ras Production Red. Ayam
hibrida ini adalah hasil perkawinan
silang dari ayam petelur Rhode Islands
Red dan New Hampshire. Sedangkan
ayam ras Rhode Islands Red dan New
Hampshire sendiri sudah tergolong
sebagai ayam petelur yang baik dalam
menghasilkan telur berwarna coklat.
Ayam Pedaging
Ayam silang Cornish Rock adalah
ayam pedaging yang tergolong terbaik
pada saat ini. Ayam ini merupakan hasil
silang dari Cornish dan Plymouth Rock.
Ayam pedaging lainnya yang tergolong
baik adalah dari jenis ras Brahmas,
Cochins, dan Cornish. Ayam pedaging
yang baik adalah ayam yang mengkonsumsi dua kilogram pakan untuk menghasilkan satu kilogram berat tubuhnya.
Ayam betina pada umumnya djual ke

WEB

Ayam Petelur varietas White Leghorn dan Red Leghorn

pasar pada saat beratnya mencapai antara


satu tiga per empat kg sampai dua setengah kg sedangkan ayam jantan antara
tiga kilo gram sampai empat kilo gram.
Ayam yang semakin cepat pertumbuhannya maka semakin ekonomis unuk dipelihara.
Ayam Berfungsi Ganda
Ayam pada jenis ini merupakan campuran antara ayam petelur dan ayam
pedaging. Dominiques, Plymouth Rocks,
Sussex, Orpington, and Wynadottes adalah beberapa ras ayam dari ayam berfungsi ganda. Ayam kampung di negara
kita adalah termasuk pada jenis ini.Telur
ayam jenis ini berwarna coklat dan mereka
membesarkan sendiri anak-anaknya.
Pada umumnya mereka tidak mengasilkan
berat tubuh secepat ayam pedaging dan
juga tidak menghasilkan telur sebanyak
ayam petelur. Ayam ini berciri khas sebagai ayam yang dipelihara di halaman
belakang rumah. Peternak akan memperoleh telur ayam untuk konsumsi seharihari disamping sesekali memperoleh daging ayam jantan dari kelebihan jumlah
yang diperlukan dan daging ayam-ayam
tua yang sudah tidak produktif lagi.
Pertimbangan lain dalam memilih jenis
varietas ayam adalah kondisi cuaca lokal
di tempat peternakan berada.
Ayam yang berbulu tebal akan lebih
cocok dipelihara ditempat yang bercuaca
lebih dingin dari pada ayam yang berbulu
tipis. Orpingtons, Brahmas, Cochins.
Plymouth Rocks, Rhode Island Reds dan
Wyandottes adalah ayam-ayam yang
berbulu tebal yang berarti cocok pada
cuaca dingin. Leghorn, Minorca, Andalusian, Hamburgs dan ayam Mediterranean lainnya akan lebih baik dipelihara
pada tempat-tempat yang bercuaca lebih
hangat.
Untuk lebih jelasnya dalam menentukan varietas yang cocok dengan cuaca
lokal di tempat Anda, sebaiknya dikonsultasikan pada Dinas Peternakan Ayam
setempat atau perusahaan ternak ayam
terdekat.
Lebih lanjut, sebaiknya dibiasakan
membeli anak ayam yang berkualitas
sesuai kebutuhan. Apabila anak ayam dibeli dari perusahaan peternakan ayam,
mintalah sekalian divaksinasi terhadap
penyakit Marek. Vaksinasi ini sebaiknya
dilakukan segera setelah anak ayam dientaskan agar sepanjang hidupnya tercegah
dari serangan penyakit Marek yang
sangat mematikan. Untuk broiler atau
ayam pedaging, agar lebih murah harganya, pilihlah anak ayam yang belum diseleksi kelaminnya (straight-run).
Hendaknya diingat bahwa pada waktu
memilih varietas ayam ini apabila ada
yang cocok jangan dulu langsung dibeli.
Anggap saja Anda berada dalam tahapan
sedang melakukan survey, bukan sedang
membeli. Pembelian anak ayam sebaiknya dilakukan apabila segala persiapan untuk kedatangan anak ayam telah
selesai dikerjakan, karena apabila belum
siap maka risiko kematian anak ayam
yang baru dibeli tersebut akan sangat
tinggi. (*)

Red Leghorn

WEB

Pengelolaan Ayam Petelur


PENGELOLAAN ayam petelur yang baik adalah sangat penting untuk
mempeoleh tingkat produksi telur yang tinggi. Apabila ayam petelur dipupuk
sebagai sumber penghasilan yang menguntungkan, maka mereka harus tumbuh
berkesinambungan sepanjang masa perkembangannya. Pedoman berikut ini
dapat membantu dalam mensukseskan proses pertumbuhan dan perkembangan
ayam petelur selama masa pertumbuhannya:
RUANGAN - Untuk setiap 100 ayam petelur harus memiliki ruang antara
25 m2 sampai 100 m2. Sediakan 0,2 sampai 0,3 m2 per ayam apabila
dibiarkan tumbuh di luar kandang.
MAKANAN - Sediakan pakan penumbuh (growing mash) yang baik di
depan ayam sepanjang waktu. Pakan yang komplit dari pabrik biasanya
telah mengandung semua nutrisi yang diperlukan. Pengoplosan pakan
dengan menambahkan pakan dari luar (misalnya jagung) dapat menyebabkan
terjadinya ketidak-seimbangan yang pada akhirnya hasil yang diperoleh
akan mengecewakan.
AIR - Pada masa pertumbuhannya ayam petelur akan banyak minum dan
membutuhkan banyak air untuk menjaga pertumbuhan yang normal. Air
harus tetap segar dan dingin.Air mancur dijaga agar senantiasa dalam keadaan
yang baik dan selalu dibersihkan setiap hari.
PENEDUH - Pada musim panas, ayam petelur akan merasa lebih nyaman
apabila diberi tempat meneduh.
PISAHKAN AYAM PETELUR MUDA DARI YANG LEBIH TUA - Ini
akan menolong mengurangi kemungkinan menyebarnya penyakit dari induk
ayam yang lebih tua ke yang lebih muda.
TEMPAT BERTEDUH - Sediakan satu tempat berteduh yang berukuran
3 x 4 meter untuk tiap 100 sampai 125 ayam petelur.
PENCEGAHAN PARASIT - Ayam petelur dapat terkena penyakit cacing.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, terdapat sejumlah obat yang dapat
dipergunakan untuk mencegah parasit pada ayam yang datangnya dari
dalam. Dengan pengelolaan dan sanitasi yang baik dapat membantu
mengurangi terjangkitnya parasit. Periksalah beberapa ayam petelur dari
waktu ke waktu untuk parasit yang datangnya dari luar seperti kutu ayam.
LINDUNGI DARI MUSUHNYA - Yakinkan bahwa binatang pemangsa
tidak dapat memasuki bangunan tempat ayam tidur di malam hari. Saat
ayam petelur sedang tumbuh adalah saat yang paling baik untuk membentuk
berat tubuhnya yang baik, kuat dan penuh vitalitas. Saat yang paling kritis
selama hidupnya ayam petelur adalah selama masa pertumbuhannya.
Apabila Anda menginginkan ayam yang memberikan keuntungan, maka
perhatikan bahwa mereka berkembang dengan baik selama masa
pertumbuhannya. (*)

JULI 2006 I 15

KO SU TAU KAH.?

LAndAS

Pernyataan Keputusan Rapat Badan Pengurus (BP)


Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK)
PADA Kamis (27/4/2006) lalu, bertempat di Hotel Ritzy Manado, Provinsi Sulawesi Utara, Badan
Pengurus Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (BP-LPMAK) menggelar
rapat membahas sejumlah hal berkaitan dengan operasional kelembagaan. Rapat tersebut merupakan
rapat rutin sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) LPMAK pasal 16 ayat 1
yang menyebutkan Rapat BP diadakan empat kali dalam setahun setiap tiga bulan sekali atau setiap
waktu bilamana dipandang perlu oleh anggota BP. Rapat yang berlangsung di Ritzy Hotel itu dipimpin
Wakil Ketua BP, Leonard D Piry dan dihadiri sejumlah Anggota BP masing-masing:
1. LEONARD D. PIRY, selaku perwakilan dari Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro
(LEMASKO), selaku wakil dari LEMASKO, dalam hal ini bertindak selaku Wakil Ketua dari
Badan Pengurus lembaga,
2. MATIAS KATAGAME, selaku perwakilan dari Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme
(LEMASA), selaku wakil dari LEMASA, dalam hal ini bertindak selaku anggota dari Badan
Pengurus lembaga,
3. YOHANES DEIKME, selaku perwakilan dari Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme
(LEMASA), selaku wakil dari LEMASA, dalam hal ini bertindak selaku anggota dari Badan
Pengurus lembaga,
4. DIONISIUS MAMEYAO, selaku kuasa dari Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Mimika, selaku wakil dari Pemerintah Kabupaten Mimika, dalam hal ini bertindak
selaku anggota dari Badan Pengurus lembaga,
5. STANCE TRIWANDONO, selaku Manager SLD dari PT Freeport Indonesia (PTFI), dalam hal
ini bertindak selaku anggota dari Badan Pengurus lembaga,
6. PASTOR JACK MOTE Pr, selaku perwakilan dari Gereja Katolik Dekenat Mimika - Akimuga
(Gereja Katolik), selaku wakil dari Gereja Katolik, dalam hal ini bertindak selaku anggota dari
Badan Pengurus lembaga,
Wakil Ketua BP, Leonard D Piry mengawali rapat tersebut menyatakan hal-hal sebagai berikut:
- Bahwa dalam rapat ini telah hadir 6 (enam) orang dari 9 (sembilan) orang anggota Badan Pengurus
lembaga sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat 1 huruf a jo. ayat 8 anggaran dasar lembaga,
Rapat telah memenuhi korum kehadiran dan berwenang mengambil keputusan yang syah berdasarkan
hukum.
- Bahwa sebagaimana undangan rapat maka Rapat diadakan dengan acara:
1. Pembacaan Rekomendasi Hasil Evaluasi Renstra LPMAK 2004-2006.
2. Laporan Tindak Lanjut Keputusan Rapat BP tanggal 22 Maret 2006.
3. Laporan Tindak Lanjut Keputusan Rapat BP tanggal 28 Maret 2006.
4. Proses Audit Laporan Keuangan LPMAK tahun buku 2004-2005.
5. Pendelegasian Wewenang dari BP kepada Tim Manajemen tentang Investasi Jangka Pendek.
6. Rencana Pertemuan LSM-LSM Kesehatan di Jayapura, 8-9 Mei 2006.
7. Rencana Audit Program Kesehatan oleh Deloitte
8. Revisi Pengalihan Anggaran untuk Pembangunan Pagar Tanah SP V.
9. Revisi Pengalihan Anggaran untuk Pembangunan Tambatan dan Gudang Perahu di Mapurujaya.
10. Revisi Pengalihan Anggaran untuk Pembangunan Lobby LPMAK I
11. Penambahan Anggaran Audit Fee untuk Auditor External E & Y.
12. Revisi Pengalihan Anggaran untuk Pembangunan Jalan Masuk Asrama SP IV.
13. Revisi Pengalihan Anggaran Operasional Lemasko
14. Penambahan Struktur Baru, Bagian SIM (Sistim Informasi Manajemen).
15. Penambahan Staff Field Auditor, Bagian Keuangan.
16. Revisi Pedoman Beasiswa
17. Prosedur Keuangan tentang Sistim Akrual
18. Perubahan Biaya Administrasi RSMM
19. Masalah Pinjaman Uang oleh Anggota BM-BP
20. Masalah Bapak Yakobus Owemena
21. Tuntutan Anak-Anak Asrama Amole
22. Informasi dari Pemerintah Daerah Mimika
23. Informasi dari Lembaga Donor/PTFI
Setelah para anggota Badan Pengurus yang hadir membicarakan acara rapat tersebut secara seksama,
kemudian Rapat mengambil keputusan sebagai berikut :
1. Menerima hasil rekomendasi evaluasi Renstra LPMAK tahun 2004-2006 dengan beberapa perbaikan
sebagaimana terlampir dalam notulensi.
2. Menerima Laporan Tindak Lanjut Keputusan Rapat BP tanggal 22 Maret 2006 yang disampaikan
oleh Sekretaris Eksekutif dengan beberapa catatan sesuai notulensi terlampir.
3. Menerima Laporan Tindak Lanjut Keputusan Rapat BP tanggal 28 Maret 2006 yang disampaikan
oleh Sekretaris Eksekutif dengan beberapa catatan sesuai notulensi terlampir.
4. Menyetujui untuk mengalihkan dana pembangunan gedung serba guna untuk pembangunan pagar
tanah SP V. Selanjutnya Rapat menugaskan Tim Manajemen untuk membuat analisa tentang

peruntukan tanah tersebut


5. Menyetujui untuk mengalihkan dana dari anggaran pembangunan gedung serba guna untuk
pembangunan tambatan dan gudang perahu di Mapurujaya. Selanjutnya Rapat menugaskan Tim
Manajemen untuk mengecek status tanah termasuk biaya pembebasan tanah serta perawatannya.
6. Menunda pembahasan tentang revisi anggaran pembangunan lobby kantor LPMAK I dan akan
diusulkan dalam Rapat Revisi Anggaran BM pada bulan Juni 2006.
7. Menyetujui untuk mengalihkan dana dari anggaran medical audit RSMM dan RSWB untuk menambah
audit fee Auditor Eksternal E & Y dengan catatan perlu dilakukan negosiasi ulang tentang audit fee
tersebut. Mengenai jumlah dananya, akan disesuaikan dengan hasil negosiasi auditor E & Y. Wakil
Ketua BP dan Tim Keuangan akan ikut dalam negosiasi dengan konsultan audit E & Y.
8. Menugaskan Tim Manajemen untuk membuat analisa tentang pembangunan jalan masuk ke Asrama
SP IV dan akan disampaikan kepada BP untuk dibahas dalam Rapat berikut, selain itu Rapat juga
menugaskan Tim Manajemen dan Wakil Pemda di BP untuk melakukan koordinasi dengan pihak
Pemda Mimika mengenai status tanah pembangunan jalan tersebut.
9. Menolak permohonan bantuan dana yang diajukan oleh Lemasko sebesar Rp 10.000.000.- (sepuluh
juta rupiah) untuk biaya rekaman group Yoamako pimpinan Philipus Monaweyau. Selanjutnya
Rapat menugaskan Sekretaris Eksekutif untuk menindaklanjuti keputusan ini.
10. Menyetujui untuk menggunakan jasa konsultan dalam pengelolaan IT LPMAK. Selanjutnya
Rapat menugaskan Sekretaris Eksekutif untuk menindaklanjuti keputusan ini.
11. Menyetujui untuk menambah 1 (satu) tenaga Field Auditor Bagian Keuangan. Selanjutnya Rapat
menugaskan Sekretaris Eksekutif untuk menindaklanjuti keputusan ini.
12. Menyetujui revisi pedoman beasiswa yang diajukan oleh Tim Manajemen. dan menugaskan
Sekretaris Eksekutif untuk melakukan sosialisasi kepada peserta program beasiswa.
13. Rapat menegaskan kembali bahwa semua komitmen bantuan dan sumbangan kepada lembaga mitra
LPMAK wajib dilakukan pencatatan secara akrual pada tahun buku anggaran persetujuan tersebut
dibuat/diputuskan.
14. Menyetujui perubahan peruntukan anggaran Lemasko tahun 2006 sebesar Rp 250.000.000.- (dua
ratus lima puluh juta rupiah) dari biaya operasional program lembaga untuk pembangunan patung
Mapuruwau, sedangkan mengenai penimbunan lokasi Festival Kamoro Kakuru 2005 sebesar Rp
280.000.000.- (dua ratus delapan puluh juta rupiah) dan biaya kontraktor Kamoro Kakuru 2004
sebesar Rp 75.000.000.- (tujuh puluh lima juta rupiah) Rapat menugaskan Lemasko untuk melengkapi
dokumen-dokumen yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur keuangan LPMAK.
15. Menyetujui kenaikan biaya administrasi RSMM, untuk biaya pendaftaran Poliklinik dari Rp
2.000.- menjadi Rp 5.000.- dan biaya pendaftaran UGD dari Rp 5.000,- menjadi Rp 10.000.-,
selanjutnya Rapat menugaskan Sekretaris Eksekutif untuk menindaklanjuti keputusan ini.
16. Menegaskan kembali Keputusan BM bahwa segala permintaan pinjaman uang yang bersifat
pribadi oleh anggota BM atau BP kepada Lembaga tidak diperbolehkan, selanjutnya Rapat
menugaskan Tim Manajemen untuk menyampaikan laporan kepada BM untuk mengingatkan
kembali tentang keputusan tersebut.
17. Menyetujui untuk menutup Asrama Amole pada bulan Juni 2006, selanjutnya anak-anak 3 desa
yang ada di Asrama Amole akan dikirim ke luar Mimika, selanjutnya menugaskan Sekretaris Eksekutif
dan Biro Pendidikan untuk menindaklanjuti keputusan ini berdasarkan pedoman yang yang berlaku.
18. Menyetujui usulan dari wakil lembaga donor untuk mempublikasikan hasil keputusan rapat BMBP yang terkait dengan kepentingan masyarakat luas melalui media cetak dan/atau elektronik.
19. Mengijinkan lembaga donor untuk memaparkan hasil-hasil dari pengelolaan dana 1% yang oleh
LPMAK kepada pihak-pihak lain bila dibutuhkan.
Oleh karena tidak ada hal-hal lain yang perlu dibicarakan maka Ketua menutup Rapat ini.
Dari segala sesuatu yang telah dibicarakan dan diputuskan maka dibuatlah Pernyataan Keputusan
Rapat ini untuk ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Badan Pengurus (BP) Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK),
LEONARD D. PIRY

______________________________

MATIAS KATAGAME

______________________________

YOHANES DEIKME

______________________________

DIONISIUS MAMEYAO ______________________________


STANCE TRIWANDONO ______________________________
PASTOR JACK MOTE Pr______________________________

Bantuan Dana Buat Korban Gempa Yogyakarta

Paul Sudiyo

LANDAS/HENDRIK

SUDAH menjadi komitmen bagi


Lembaga Pengembangan Masyarakat
Amungme dan Kamoro (LPMAK)
untuk tetap memberikan bantuan kemanusiaan bagi warga masyarakat
Papua di Bumi Cenderawasih yang
mengalami musibah bencana alam.
Menyusul komitmen kemanusiaan
tersebut, ketika gempa bumi melanda
Kota Yogyakarta pada Sabtu (27/5)
lalu berikut sejumlah warga Papua
yang berada di Kota Gudeg itu ikut

menjadi korban, lagi-lagi LPMAK


mengarahkan perhatiannya kepada para
korban asal Papua di wilayah tersebut.
Kebetulan, para korban bencana itu
sebagiannya merupakan peserta program
beasiswa yang didanai LPMAK melalui
Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia
(PTFI). Untuk membantu para korban,
LPMAK menyalurkan bantuan uang
senilai Rp 100 juta. Dari total jumlah
dana bantuan itu, 75 persen diperuntukkan bagi peserta program beasiswa sedangkan 25 persen lainnya untuk warga
Papua Umum.
Sekretaris Eksekutif LPMAK, John
Nakiaya dan Kepala Bagian Keuangan
LPMAK, Ronald Simarmata yang diutus
melihat para korban di Yogyakarta beberapa waktu lalu tak berhasil menjangkau lokasi bencana. Karena situasi tidak
memungkinkan maka kami tidak masuk
ke Yogyakarta dan hanya sampai di
Semarang, jelas Ronald dalam laporannya yang diterima Redaksi LAndAS,
Jumat (23/6).
Di Semarang, utusan LPMAK itu
membicarakan masalah teknis penyalur-

an bantuan bersama pihak Yayasan Binterbusih. Bantuan dana bagi peserta program beasiswa ditangani langsung Yayasan Binterbusih, sedangkan untuk masyarakat Papua Umum diserahkan langsung ke Posko Papua Umum yang beralamat di Asrama Kamasan, Jl Kusumanegara, Yogyakarta. Menurut Ronald
bantuan dana tersebut tetap akan dipertanggungjawabkan kepada LPMAK.
Jadi bantuan melalui Posko Papua
Umum telah dibuat surat resmi dan Posko
tersebut akan menyalurkan sesuai mekanisme panitia. Begitupun juga dengan
Yayasan Binterbusih. Dalam surat diminta Panitia Posko wajib membuat pertanggungjawaban bentuk apa dan kepada
siapa dana tersebut disalurkan, kata Ronald.
Sesuai skala prioritas
Sementara itu, Pengelola Yayasan Binterbusih di Semarang, Paul Sudiyo yang
dihubungi LAndAS melalui saluran telepon, Rabu (28/6) lalu mengakui, dana
bantuan LPMAK sebesar 75 persen dari
total dana itu telah digunakan untuk membantu peserta program beasiswa korban

bencana alam.
Kami betul-betul selektif dalam
memberikan bantuan sesuai skala prioritas. Jadi, bagi mereka yang tempat kostnya rusak diberikan bantuan biaya hidup
selama tiga bulan. Kemudian bagi mereka yang fasilitas belajarnya seperti
computer dan buku-buku yang rusak juga
mendapat bantuan tersebut, jelas Paul.
Pengetatan pemberian bantuan itu sangat

beralasan karena menurut Paul apabila


hanya sekadar memberikan bantuan
uang maka tentunya banyak penyelewengan yang bakal terjadi. Bantuan
dana untuk korban gempa di Yogyakarta merupakan persetujuan Badan
Pengurus LPMAK setelah memutuskan mengalihkan dana bantuan Yahukimo sebesar Rp 75 juta dari dana proyek khusus. (thobias maturbongs)

LANDAS/HENDRIK

16 I JULI 2006

Anda mungkin juga menyukai