Anda di halaman 1dari 28

A.

Penyajian Data Fokus Penelitian

1. Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Catur Periode 2007-2013

Gaya Kepemimpinan seorang kepala desa dapat diketahui dari berbagai aspek dan

faktor. Beberapa aspek atau faktor dalam melaksanakan gaya kepemimpinan dapat

tersebut diantaranya diketahui dari berbagai kegiatan dan pengalaman yang dilaksanakan

serta yang dimiliki oleh kepala desa dalam menjalankan pemerintahan. Selain itu

kepribadian yang dimiliki oleh seorang kepala desa dalam menghadapi kondisi

lingkungan sosial dan kemasyarakatan juga dapat menentukan gaya kepemimpinan yang

dilaksanakan atau yang dipilih oleh kepala desa sebagai seorang pemimpin. Berdasarkan

hasil pra-riset dan riset yang dilakukan sebelum menyusun proposal penelitan dan temuan

dilapangan selama penelitian, sehingga dapat di kerucutkan dalam tiga aspek atau fokus

yang menentukan gaya kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa

Catur periode 2007-2013 dalam melaksanakan pembangunan di Desa Catur Kecamatan

Sambi Kabupaten Boyolali, diantaranya:

a. Latar Belakang Kemasyarakatan

Latar belakang kemasyarakatan yang dimaksud peneliti disini adalah bentuk

hubungan sosioemosional dan timbal - balik Bapak Sulomo Achmad terhadap masyarakat

maupun dukungan dari masyarakat Desa Catur terhadap beliau. Selain itu peneliti juga

berusaha menjelaskan terkait kondisi lingkungan dan sosial kemasyarakatan yang

dihadapi beliau sampai memutuskan untuk mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai

kepala desa. selain itu bentuk komunikasi yang dilakukan terhadap masyarakat dalam

melaksanakakan pembangunan. Sehingga aspek inilah yang dapat dijadikan dasar dalam
memenuhi syarat-syarat maupun munculnya sifat-sifat kepemimpinan yang beliau miliki

serta gaya kepemimpinan yang dilaksanakan dalam memimpin Desa Catur.

Kepala Desa Catur periode 1998-2013 bernama lengkap Sulomo Achmad lahir di

Boyolali 5 Juli 1951, beliau adalah anak terakhir dari 9 bersaudara dari pasangan Kasan

Rejo Mansur dan Umi Kulsum. Ayah dari Bapak Sulomo yaitu Kasan Rejo Mansur

merupakan seorang petani serta pemuka agama dan tokoh masyarakat di Desa Catur

khususnya Dukuh Wonotoro. Bapak Sulomo Achmad juga dibesarkan dari keluarga yang

sederhana, sehingga membuat beliau sudah merantau sejak kecil. Selepas lulus sekolah

dasar, beliau memutuskan untuk merantau ke Semarang guna melanjutkan niatnya untuk

dapat duduk di bangku SMP.

Selanjutnya di Semarang beliau sempat ikut dengan salah satu kakaknya yaitu

Bapak Marzuki yang saat itu bekerja sebagai hakim di pengadilan agama, tetapi tidak

berselang lama karena kondisi yang dialami kakaknya juga sulit waktu itu membuat

Bapak Sulomo memutuskan untuk mencoba mencari tempat lain sebagai tempat

menginap dan berusaha untuk mencari biaya sekolah serta untuk hidup sehari-hari,

karena beliau menyadari dan tidak ingin menjadi beban kakaknya. Setelah beliau

memutuskan untuk tidak tinggal bersama kakaknya, Bapak Sulomo tinggal di asrama haji

yaitu PHI Semarang yang sekaligus bekerja disana sebagai tukang bersih-bersih dan

pengangkut barang bawaan jamaah haji. Perjalanan haji pada waktu itu masih

menggunakan kapal laut sebagai kendaraan untuk melaksanakan ibadah haji. Hal ini

senada dengan pernyataan Bapak Marzuki yang menjelaskan bahwasanya:

Dia (Bapak Sulomo) mempunyai tekad untuk bisa sekolah minimal sampai tamat
SLTA, sehingga dia memutuskan untuk ikut dengan saya yang saat itu kebetulan
bekerja di Semarang. Adek saya ini ingin melanjutkan SLTP di Semarang waktu
itu. Selang beberapa waktu dia memutuskan untuk tinggal di PHI karena mau
sekalian mau bekerja disana. Karena kondisi orang tua kami pada waktu itu juga
tidak mampu untuk membiayai sekolah ketingkat SLTP apalagi SMA
(wawancara pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 14.00)
Pernyataan diatas juga dibenarkan oleh Bapak Sulomo sendiri bahwasanya:
Waktu di Semarang saya juga tidak lama ikut dengan kakak saya, karena kondisi
kakak saya sendiri juga susah waktu itu. Akhirnya saya diperbolehkan mondok
(tinggal) di asrama haji Semarang atau PHI karena pada waktu perjalanan ibadah
haji masih menggunakan kapal laut, disana saya bekerja dengan menjadi tukang
bantu-bantu nyapu dan ngepel serta membawakan barang-barang jamaah haji.
Penghasilan dari hasil bantu-bantu di PHI itu yang bisa membuat saya untuk
melanjutkan sekolah di SMPN 5 Semarang serta untuk biaya hidup sehari-hari.
(wawancara pada tanggal 12 Mei 2014 pukul 10.30 WIB, Bertempat di rumah
Bapak Sulomo Achmad)
Selepas tamat SMP di Semarang, Bapak Sulomo Achmad memutuskan untuk

melanjutkan sekolahnya ke SMA di Surakarta. Beliau bersekolah di SMA Al-Islam

Surakarta yang jaraknya sekitar 25 km dari rumahnya, hal ini membuat beliau kembali

mencari tempat tinggal mengingat jarak sekolah yang cukup jauh dari rumahnya. Selama

di Surakarta beliau menginap di Kantor Balai Kota Surakarta, sebagai bentuk terima

kasihnya karena telah diperbolehkan menginap disana, beliau sering ikut membantu

pekerjaan pegawai yang berdinas di Kantor Balai Kota Surakarta khususnya di bidang

kepegawaian atau BKD (Badan Kepegawaian Daerah) karena disana beliau juga sering

diberi jatah makan oleh pegawai Pemda Surakarta. Kemampuanya untuk bisa mengetik

dengan menggunakan alat manual waktu itu, membuat beliau sering dimintai tolong oleh

pegawai pemda untuk membantu mengetik berkas-berkas yang ada. Selain karena

kemampuannya tersebut, keuletan dan sikap rajinnya menjadi faktor lain yang membuat

para pegawai pemda untuk tidak segan-segan meminta jasanya. Sebagaimana

diungkapkan oleh Bapak Sulomo, bahwasanya:


Setelah lulus dari SMP di Semarang saya ke Solo untuk melanjutkan SMA di Al-
Islam Surakarta, itu saja sambil saya nyambi-nyambi. Saya biasanya di Balai Kota
Surakarta itu ikut bersih-bersih, Berhubung saya juga bisa mengetik karena pada
waktu itu masih memakai mesin ketik manual, saya disuruh untuk membantu
ngetik setiap hari itu. Kadang-kadang ya dikasih honor kadang tidak, orang saya
sendiri juga belum punya status (kepegawaian). (wawancara pada tanggal 12 mei
2014 pukul 10.30 WIB, bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad)
Bapak Sulomo Achmad juga menambahkan dirinya diangkat pegawai juga berkat

jasa Bapak Suparno yang saat itu pada tahun 1971 menjadi Kepala Dinas Kepegawaian

Surakarta. Beliau menjelaskan bahwa selepas lulus SMA beliau masih sering ikut

membantu di kantor dinas tersebut. Sehingga, Bapak Suparno menawari Bapak Sulomo

Achmad sebagai tenaga honorer di Dinas Kepegawaian Surakarta yang kemudian

diangkat menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) di dinas yang sama.

Setelah tujuh belas tahun bekerja di Pemerintahan Daerah Surakarta, beliau

berkeinginan untuk dapat berkontribusi langsung dalam membangun desanya. Menurut

pendapat Bapak Sulomo Achmad sudah seharusnya sebagai putra daerah dirinya harus

dapat ikut berpartisipasi dalam membangun desa tempat dimana beliau dilahirkan.

Sehingga pada tahun 1990 beliau memutuskan untuk maju mencalonkan diri sebagai

Kepala Desa Catur. Namun pada saat itu beliau kalah dalam pemilihan kepala desa

tersebut. Sehingga memutuskan untuk kembali bekerja di Pemda Surakarta. Sebagaimana

penjelasan yang disampaikan oleh Bapak Sulomo sendiri bahwasanya:

Sebagai putra daerah saya itu memiliki keinginan dan merasa terpanggil untuk
dapat membangun Desa Catur ini, sehingga pada tahun 1990 saya memutuskan
untuk maju mencalonkan diri sebagai kepala desa karena juga ada permintaan dari
sebagian masyarakat Desa Catur sendiri. Saat itu hanya ada dua calon yang maju
yaitu saya dan Mas Bambang Budi Utomo, namu saya waktu itu kalah selisih
sebelas suara dari dia, bagi saya itu tidak masalah karena niat saya waktu itu ingin
membangun desa tidak ada yang lain. Akhirnya saya kembali bekerja di Pemda
Surakarta setelah tidak terpilih dalam pemilihan kepala desa tersebut.
(Wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30 WIB bertempat dikediaman
Bapak Sulomo Achmad)
Pada tahun 1998 dimana diadakan kembali pemilihan kepala desa. Bapak Sulomo

Achmad mencalonkan diri lagi sebagai Kepala Desa Catur beliau akhirnya terpilih

setelah memperoleh suara yang lebih banyak dari Kepala Desa Catur sebelumnya yaitu

Bapak Bambang Budi Utomo sebagai calon incumbent. Bapak Sulomo Achmad

menjelaskan bahwasanya sebenarnya beliau tidak ingin mencalonkan diri lagi sebagai

Kepala Desa Catur saat itu, dikarenakan beliau tidak memiliki kekuatan finansial untuk

mencalonkan diri. Akan tetapi berdasarkan dorongan dari masyarakat juga yang membuat

beliau mau untuk mencalonkan diri kembali. Sebagaimana disampaikan juga oleh Bapak

Suali sebagai salah satu tokoh masyarakat dan pemuka agama di Desa Catur bahwasanya:

selain kondisi pembangunan fisik dan yang terpenting adalah pembangunan


moral masyarakat Desa Catur saat itu yang membuat sebagian besar masyarakat
Desa Catur meminta kembali Bapak Sulomo untuk mencalonkan lagi sebagai
Kepala Desa Catur. Hal ini disebabkan karena memang efek dari pemilihan
kepala desa sebelumnya yang saat itu Bapak Sulomo hanya kalah beberapa suara
dari Bapak Bambang. Sehingga ketika pemilihan kedua ini dukungan kekuatan
dari masyarakat masih sama-sama kuat. Terlebih selama kepemimpinan Bapak
Bambang, sebagian masyarakat banyak yang kurang puas karena masih maraknya
perjudian dan minum-minuman keras. (Wawancara pada tanggal 14 mei 2014
pukul 16.00 WIB bertempat dikediaman Bapak Suali)
Di lihat dari beberapa pernyataan diatas bahwasanya peneliti melihat terdapat dua

aspek yang mendorong Bapak Sulomo Achmad untuk maju sebagai Kepala Desa Catur.

Pertama aspek yang timbul dari dalam pribadi Bapak Sulomo Achmad sendiri sebagai

salah satu masyarakat Desa Catur yang ingin ikut berkontribusi secara langsung dalam

membangun Desa Catur, yaitu dengan menjadi seorang kepala desa. Hal tersebut didasari

pada pengalaman beliau sendiri sewaktu masih di usia sekolah yang mengalami kesulitan

untuk mengakses layanan pemerintah terutama dalam hal pendidikan. Selanjutnya yang
kedua adalah dukungan dari masyarakat berdasarkan pengalaman yang dimiliki Bapak

Sulomo Achmad dalam bidang pemerintahan yang dimana waktu itu Beliau bekerja di

Dinas Pemerintah Kota Surakarta dan kejenuhan masyarakat terhadap kondisi lingkungan

di Desa Catur yang semakin tidak kondusif serta menginginkan adanya perubahan

khususnya dalam pembangunan infrastruktur maupun kualitas masyarakat Desa Catur

sendiri. Sehingga masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang dapat membawa Desa

Catur yang lebih baik.

Pada awal kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa Catur

tahun 1998, target pertamanya adalah beliau mempunyai keinginan agar bisa lebih dekat

dengan masyarakat Desa Catur. Menurutnya bahwa segala aspek pembangunan desa baik

secara fisik maupun non-fisik harus melibatkan masyarakat, sehingga dalam melibatkan

masyarakat harus memiliki hubungan yang baik antara kepala desa dengan perangkat dan

BPD selaku pemerintah desa beserta dengan masyarakatnya. Sehingga pelaksanaan

pembangunan desa dapat berjalan dengan lancar serta mendapat dukungan dari

masyarakat itu sendiri.

Mengingat bahwa dalam politik diwilayah pedesaan lebih dinamis dan lebih

rentan, oleh sebab itu Bapak Sulomo Achmad diawal kepemimpinannya juga berusaha

untuk meredam gesekan yang terjadi antar masyarakat Desa Catur pasca pemilihan

kepala desa. Sebagai wujud pendekatan yang diaplikasikan oleh Bapak Sulomo Achmad

adalah dalam bentuk melakukan kunjungan kerja ke tiap dukuh di wilayah Desa Catur

bersama perangkat desa dalam rangka mendekatkan diri dan mendengarkan aspirasi

langsung dari masyarakat dengan cara menghadiri rapat-rapat RT (Rukun Tetangga)

maupun kegiatan disuatu dukuh. Sehingga apabila setiap dukuh mendapat kunjungan
rutin maka tidak akan ada dikotomi wilayah atau kecemburuan prioritas pembangunan

antar dukuh di wilayah Desa Catur. Hal tersebut dijelaskan oleh Bapak Wachid selaku

Sekretaris Desa Catur bahwasanya:

Awal Bapak memimpin itu beliau mempunyai keinginan bagaimana agar


Pemerintah Desa Catur ini bisa lebih dekat dengan masyarakat. Akhirnya
beliau bersama saya dan perangkat desa lainnya melakukan kunjungan ke
dukuh-dukuh baik dalam rapat RT maupun kumpulan yang dilakukan oleh
masyarakat kita biasanya ikut disana. Harapannya untuk mendekatkan
pemerintah desa dengan masyarakatnya, sehingga kedepannya juga dapat
dijadikan ajang sosialisasi dan lebih mudah mengkondisikan apabila ada
permasalahan dengan masyarakat secara langsung. (wawancara pada tanggal
5 Mei 2014 pukul 07.34 Bertempat di kediaman Bapak Wachid)
Pernyataan dari Bapak Wachid juga dibenarkan oleh Bapak Sulomo Sendiri bahwasanya

kegiatan tersebut secara lebih jauh adalah sebagai bentuk pendekatan persuasif terhadap

masyarakat Desa Catur agar kedepannya beliau lebih mudah untuk mengkondisikan

masyarakatnya apabila ada suatu masalah atau kegiatan baik pembangunan maupun kegiatan

lainnya di Desa Catur. Sebagaimana pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Sulomo Achmad

bahwasanya:

Upaya kita sebagai pemerintah desa untuk turun langsung ke masyarakat adalah
menghadiri rapat-rapat RT ataupun sambung rasa dengan masyarakat di tiap dukuh.
Sebenarnya adalah niat awal saya agar jajaran perangkat desa ini bisa turun langsung ke
masyarakat untuk menghimpun usulan usulan maupun keluh kesah dari masyarakat
baik usulan pembangunan ataupun masalah pertanian. Sehingga nanti apabila masyarakat
Desa Catur ini sudah dekat dengan pemerintah desa akan muncul ewuh pakewuh (rasa
sungkan). Ketika budaya ini sudah timbul maka kita nantinya akan mudah
mengkondisikan masyarakat. (wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30 WIB,
bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad)

Selain pernyataan diatas sebagai bentuk silaturahmi dan mendekatkan diri antara

Pemerintah Desa Catur dengan masyarakatnya. Bapak Sulomo Achmad juga mengadakan

pengajian rutin setiap Jumat legi pada kalender jawa atau lebih tepatnya setiap satu bulan sekali
yang bertempat di Balai Desa Catur. Pengajian tersebut dimaksudkan untuk mempererat tali

persaudaraan dan silaturahmi bagi masyarakat Desa Catur dan Pemerintah Desa Catur. Selain itu,

pengajian tersebut juga sering dijadikan tempat sosialisasi Pemerintah Desa Catur apabila ada

informasi baik program pembangunan maupun kebijakan dari luar maupun dari pemerintah desa

sendiri. Berikut ini adalah salah satu dokumentasi kegiatan pengajian yang dilaksanakan rutin

setiap jumat legi yang diadakan oleh Pemerintah Desa Catur:

Hasil dari pengajian rutin yang dilaksanakan setiap bulan oleh pemerintah Desa Catur

terbukti cukup membantu sosialisasi dan penyampaian berbagai macam informasi kepada

masyarakat. Sebagai contoh adalah penyampaian tentang pembayaran pajak bumi dan bangunan

(PBB), kerja bakti untuk bersih desa, serta laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanan di Desa

Catur. Sehingga masyarakat dapat langsung menilai atau mengikuti perkembangan yang telah

dilaksanakan pemerintah Desa Catur. Sebagaimana dijelaskan oleh salah satu warga Desa Catur

yaitu Bapak Tasrin bahwasanya:

sebagai petani saya rasa kegiatan pengajian jumat legi merupakan salah satu cara yang
efektif bagi pemerintah Desa Catur untuk menjalin silaturahmi dengan masyarakat.
Selain itu masyarakat yang sebagian besar petani juga tidak keberatan meluangkan
waktunya sebulan sekali apalagi untuk pengajian, hal ini menjadi sarana masyarakat
memperoleh info baik perkembangan desa ataupun program-progam baik yang akan
dilaksanakan maupun yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah Desa Catur (Tasrin)
Selain itu Bapak Suali selaku pengurus P2A juga menambahkan bahwasanya:
Kegiatan keagamaan di Desa Catur juga menjadi prioritas pemerintah Desa Catur
selama kepemimpinan Bapak Sulomo, karena desa juga menganggarkan insentif bagi
guru ngaji dan guru honorer paud Desa Catur. (wawancara)
Bentuk kegiatan lain yang diprakarsai oleh Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa

Catur saat itu adalah dengan meminta masyarakat Desa Catur untuk melaksanakan sholat iedul

fitri di satu tempat yaitu di lapangan desa. Hal ini terbukti efektif untuk menyatukan masyarakat

Desa Catur dan sebagai ajang sosialisasi dan pemberian informasi terkait perkembangan dan

kondisi Desa Catur terlebih untuk masyarakat Desa Catur yang selama ini merantau diluar

daerah. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar:

Sehingga dengan memanfaatkan momen ini diharapkan putra-putri daerah yang merantau

mendapat informasi yang jelas dan juga dapat membantu pembangunan desa kedepannya.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sulomo Achmad bahwasanya:

Selain mengadakan pengajian rutin jumat legi, saya juga mengambil kebijakan agar
masyarakat Desa Catur ini khususnya ketika iedul fitri bisa melaksanakan shola ied
secara bersama-sama dilapangan desa. Dikarenakan di Desa Catur ini juga banyak yang
merantau jadi saya berharap agar yang merantau ini juga mengetahui perkembangan apa
saja yang terjadi di desanya, syukur-syukur putra-putri daerah yang merantau ini dapat
memberi sumbangsih baik ide maupun materil guna meningkatkan pembangunan desa.
sebagai contoh sumbangan untuk masjid didukuh karakan dan catur itu ketika momen
iedul fitri kita sampaikan dan tidak sedikit yang memberi bantuan. (Wawancara pada
tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30 WIB, bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad)
Pernyataan Bapak Sulomo diatas senada dengan pernyataan Bapak Ahmad Suryanto
selaku Kaur Kesra Desa Catur bahwasanya:
Sebelum kepemimpinan Bapak Sulomo dahulu sholat Iedul Fitri biasanya dilaksanakan
di masjid masing-masing dukuh. Saya waktu itu yang masih belum menjadi Kaur Kesra
juga mengetahui kalau waktu itu Bapak meminta untuk pelaksanaan sholat Ied
dilaksankan bersama-sama di lapangan desa. Hal ini masih terus berlangsung sampai saat
ini meskipun Bapak sudah tidak menjabat sebagai kepala desa. (Wawancara pada tanggal
12 mei 2014 pukul 19.30 WIB, bertempat dikediaman Bapak Suryanto)
Selain itu pada tahun 2000-an Bapak Sulomo Achmad bersama pemerintah Desa Catur

juga menyampaikan informasi kepada masyarakat bahwasanya di Desa Catur akan didirikan

SMA Negeri. Informasi tersebut disampaikan guna melihat respon dan tanggapan dari

masyarakat. Hasilnya pemerintah Desa Catur mendapat dukungan yang besar dari masyarakat.

Meskipun juga ada sebagian masyarakat yang meragukan bahwa suatu hal yang mustahil Desa

Catur bisa berdiri SMA Negeri. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Wachid, bahwasanya:

Bapak itu (Kepala Desa) dulu mewacanakan kepada masyarakat waktu di pengajian
maupun forum bahwasanya Desa Catur ini akan didirikan sebuah SMA Negeri, akan
tetapi masyarakat banyak yang tidak percaya. Saya sendiri saja juga belum seratus persen
percaya, akhirnya bapak itu sering mencari informasi ke pemerintah pusat. Sampai pada
akhirnya ada peluang itu baru saya percaya yang waktu itu pemerintah desa bersama
BPD dan tokoh masyarakat setuju untuk menghibahkan tanah kas desa untuk didirikan
SMA jika memang bantuan itu benar adanya. (wawancara pada tanggal 5 Mei 2014
pukul 07.30 Bertempat di kediaman Bapak Wachid)
Hal tersebut selaras dengan pernyataan Bapak Sulomo Achmad selaku Kepala Desa

Catur saat itu yang menerangkan bahwasanya:

.Ketika itu tahun 2000-an saya sering bolak-balik ke Jakarta guna mencari
informasi ke Kementerian Pendidikan apakah ada paket bantuan pendirian SMA dan
ternyata ada. Akhirnya kita kejar untuk membuat proposal dan memenuhi syarat-syarat
agar bantuan tersebut bisa masuk di desa kita. Akhirnya tahun 2004 kita mendapat
kabar bahwa proposal yang kita ajukan diterima. (wawancara pada tanggal 12 mei
2014 pukul 10.30 bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad).
Beliau juga menjelaskan bahwa proses pendirian SMA di Desa Catur sendiri memang

sudah dipersiapkan sejak lama oleh beliau dan Pemerintah Desa Catur. Menurutnya kesediaan

dan kekompakan antar unsur desa diantaranya segenap masyarakat, tokoh masyarakat, BPD dan

Pemerintah Desa Catur sendiri untuk bersepakat menghibahkan tanah kas desa adalah efek dari

berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Catur diatas.

Kejelian Bapak Sulomo Achmad dalam memanfaatkan kegiatan yang diadakan oleh

Pemerintah Desa Catur juga sangat terlihat dari penyampaian informasi bahkan dimanfaatkan

untuk menggerakan masyarakat Desa Catur. Pengajian yang diadakan juga sebagai ajang Bapak

Sulomo untuk me-refresh terkait visi dan misi pembangunan maupun kegiatan Desa Catur yang

bersifat Top-Down dari pemerintah Desa Catur kepada masyarakat luas yang nantinya tanggapan

ataupun usulan dari masyarakat akan ditampung dalam rapat-rapat RT maupun dalam kunjungan

perangkat desa ke dukuh. Salah satunya adalah tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi ketika

ada kerja bakti maupun kegiatan swadaya masyarakat.

Partisipasi masyarakat Desa Catur dapat dikatakan meningkat selama kepemimpinan

Bapak Sulomo Achmad sebagai kepala Desa Catur. Hal tersebut banyak dipengaruhi dari

program program maupun kebijakan Pemerintah Desa Catur yang mengharuskan keterlibatan

masyarakat untuk ikut andil bagian dalam setiap kebijakan ataupun program yang dijalankan.

Diantaranya adalah kegiatan kerja bakti bersih jalan desa, pembangunan talud jalan maupun

irigasi, pembangunan jalan poros desa, pembangunan masjid maupun kegiatan pemberantasan

hama pertanian.
Keikut sertaan masyarakat Desa Catur yang tinggi salah disebabkan tidak adanya batasan

antara perangkat desa dengan masyarakat lainnya dalam suatu kegiatan. Sehingga pemerintah

desa tidak hanya membuat kebijakan atau program tetapi juga ikut terlibat dalam setiap realisasi

program yang dilaksanakan. Selain itu, budaya ewuh pakewuh yang sudah ada sejak lama dan

kembali ditekankan oleh pemerintah desa juga berdampak positif. Salah satunya adalah

pembangunan talud di jalan Dukuh Giring tahun 2009, dimana masyarakat melaksanakan

swadaya guna mensukseskan salah satu program pembangunan desa yang pendanaanya berasal

dari P2SPP Kabupaten Boyolali. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar:


Bapak Wachid menjelaskan bahwasanya:

Pembangunan talud di Dukuh Giring merupakan salah satu contoh tingginya partisipasi
masyarakat Desa Catur, meskipun pembangunanya berada di Dukuh Giring akan tetapi setelah
ada komando dari pemerintah desa maka masyarakat satu desa ikut bersama-sama datang untuk
mempercepat pembangunan
Selain itu Bapak Sulomo Achmad juga menambahkan bahwa:

Masyarakat itu saya tantang dulu, ketika ada bantuan mau tidak untuk turut serta merealisasikan
artinya berswadaya mau untuk nyumbang minimal tenaga atau bisa makanan untuk yang
kerjabakti membangun itu. Karena masyarakat menyanggupi bahkan ada yang berani tombok
(menambahi). Kita sebagai pemerintah desa juga semangat untuk mencarikan bantuan baik ke
kabupaten, privinsi bahkan ke pusat sekalipun. Contohnya untuk pembangunan talud di Dukuh
Giring itu yang ketentuan waktu pengerjaanya satu bulan bisa kita selesaikan dalam waktu 1
minggu
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat adanya hubungan mutualisme antara

masyarakat dengan pemerintah desa. Dimana bantuan yang masuk ke wilayah Desa Catur dapat

direalisasikan dan dipertanggungjawabkan secara bersama-sama. Transparansi program dan

pelaksanaan pembangunan juga merupakan salah satu yang menimbulkan kepercayaan di

masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Tasrin selaku salah satu warga Dukuh Giring,

bahwsanya:

setiap program atau bantuan itu mas, pasti kalau tidak disampaikan dipengajian juga akan
disampaikan di rapat RT baik oleh Bapak Kepala Desa sendiri ataupun perangkat desa lainnya.
Sehingga kita tau mana prioritas pembangunan yang harus didahulukan dan bantuan apa saja
yang masuk ke Desa Catur ini.
Hal diatas juga diperkuat pernyataan Bapak Sulomo Achmad yang menerangkan bahwa:

Bantuan yang kita peroleh maupun kita usulkan pasti kan kita saring ataupun sampaikan kepada
masyarakat, baik di pengajian jumat legi atau pas sholat iedul fitri jadi masyarakat yang sedang
pulang kampung-pun tau Desa Catur ini sampai mana perkembangannya. Bahkan setiap program
kita buatkan kepanitiaan sendiri yang terdiri dari unsur desa (perangkat, BPD dan masyarakat).
Sehingga jelas pertanggungjawabanya
Latar Belakang Kelembagaan

Selain adanya dukungan latar belakang kemasyarakatan, terdapat faktor yang

mendukung kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa Catur periode

2007-2013. Faktor tersebut berupa dukungan Perangkat Desa Catur selama Bapak

Sulomo Achmad memimpin, selain itu kemampuan beliau untuk menjalin komunikasi

yang baik dengan pemerintah kecamatan dan kabupaten maupun lembaga lainnya juga

ikut andil dalam menentukan arah kepemimpinan beliau selama memimpin Desa Catur

khususnya dalam pembangunan infrastruktur.

Pada Tahun 1998 ketika awal bapak Sulomo Achmad masih menjabat sebagai

Kepala Desa Catur periode pertama, beberapa perangkat Desa Catur sudah mulai

memasuki usia pensiun. Sehingga secara tidak langsung hal tersebut sedikit

memperlambat pelaksanaan pemerintahan Desa Catur terutama dalam masalah

pengarsipan. Dikarenakan saat itu segala bentuk pengarsipan masih berjalan secara

manual. Saat itu Sekretaris Desa Bapak Bisri yang sudah akan memasuki usia pensiun

dibantu oleh Bapak Wachid yang saat itu masih berusia 20 tahun untuk membantu tugas-

tugas sebagai seorang sekretaris desa. Tidak lama berselang setelah Bapak Sulomo

Achmad dilantik sebagai Kepala Desa Catur, Bapak Bisri selaku sekretaris desa saat itu

meninggal dunia. Sehingga terjadi kekosongan jabatan sekretaris desa di Pemerintahan

Desa Catur. Pada waktu itu karena Bapak Wachid yang selama ini membantu Bapak Bisri

ditunjuk sebagai PJ (Penanggung Jawab) sementara oleh Bapak Kepala Desa guna

mengisi kekosongan tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Wachid

bahwasanya:
Awal bapak itu memimpin sebenarnya saya tidak banyak ikut serta karena
waktu itu saya masih nyambi di radio sebagai penyiar. Walaupun sebanarnya
kegiatan desa Pak Bisri itu sudah banyak mendelegasikan kepada saya. Waktu
itu saya masih muda masih 20 tahun, kuliah dan jarang di rumah, berangkat ke
kantor (balai desa) hanya sebentar. Apa yang diserahkan Pak Bisri disitu ya saya
kerjakan, kadang saya kerjakan di rumah. Akhirnya belum lama Bapak Sulomo
baru menjadi kepala desa Pak Bisri meninggal, sehingga waktu itu saya diangkat
sebagai PJ Sekdes, karena undang-undang pada waktu itu no 5 tahun 1999, kan
diubah dengan UU baru bahwa pada waktu itu perangkat desa diangkat oleh
kabupaten, seketika itu karena ada kebutuhan dengan UU 32 tahun 2004 yang
mengatur adanya BPD mempunyai kewenangan yg lebih gitu kan, kemudian
saya tahun 1999 saya diangkat jadi PJ sampai menunggu UU baru terbentuknya
BPD, baru pada tahun 2002 saya diangkat sebagai sekdes. (wawancara pada
tanggal 5 Mei 2014 pukul 07.30 Bertempat di kediaman Bapak Wachid)
Pada waktu itu Bapak Sulomo Achmad memang menginginkan adanya reformasi

aparatur pemerintahan di Desa Catur mengingat beberapa perangkat desa sudah

memasuki usia pensiun. Sehingga beliau menginginkan nantinya yang menggantikan

perangkat desa yang lama adalah mereka yang masih muda dan paling tidak adalah

lulusan sarjana. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan

kualitas kerja Pemerintah Desa Catur serta peran putra daerah atau pemuda untuk mau

bersama-sama membangun Desa Catur. Terbukti saat ini separuh dari jumlah Perangkat

Desa Catur merupakan lulusan sarjana dan separuhnya lagi mengenyam pendidikan

sampai bangku SLTA. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel perangkat Desa Catur tahun

2013 dibawah ini:

TEMPAT DAN
NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN
TANGGAL LAHIR
1 2 3 4 5
1 Sulomo Achmad K. Boyolali, 05 Juli 1951 Kepala Desa SLTA

2 Drs. Much. Wachid Boyolali, 07 Juli 1966 Sekretaris Desa Sarjana S1

3 Umi Basiroh, SE Boyolali, 12 Oktober Kaur Sarjana S1


1973 Pemerintahan
4 Mulyadi SLTA
Boyolali, 13 Juli 1978 Kaur
5 Subakir SLTA
Pembangunan
Boyolali, 07 April 1969
6 Ahmad Suryanto Sarjana S1
Kaur Keamanan
Boyolali, 02 Juni 1971
7 Wirahayu SLTA
Kaur Kesra
Boyolali, 09 Desember
8 Samsuri SLTA
1964 Kaur Umum

9 Mursid Gunadi Sarjana S1


Boyolali, 09 Juli 1972 Kadus I (pertanian

10 Hendro Santoso perikanan Selatan Sarjana S1


Boyolali, 02 Pebruari
barat)
1974
Kadus II
Boyolali, 04 Mei 1978
(peternakan &
pertanian utara
desa)

KadusIII pertanian
pendidikan wisata
timur)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh perangkat Desa Catur

mengalami pergantian pada masa kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad. Pergantian tersebut

terjadi akibat perangkat desa sebelumnya rata-rata sudah memasuki usia pensiun, sehingga
dengan reformasi aparatur desa yang baru diharapkan dapat mendukung visi dan misi dari kepala

desa. dilihat dari tingkat pendidikan perangkat desa saat ini, secara langsung maupun tidak

langsung banyak mendukung proses pelayanan dan pelakasanaan program yang dijalankan oleh

Pemerintah Desa Catur. Dikarenakan proses pelayanan dan pengarsipan sudah tidak dilakukan

secara manual dan sebagian besar perangkat desa menguasai penggunaan perangkat komputer.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sulomo bahwasanya:

hal ini sesuai dengan harapan saya, ketika perangkat desa yang baru ini punya tingkat
pendidikan yang lebih tinggi maka secara pola pikir dapat memberikan sumbangsih guna
kemajuan desa. selain itu kalau perangkat desa ini menguasai perangkat komputer kan
pengarsipan desa jadi lebih tertata dan pelayanan masyarakat juga lebih cepat dan
mudah ( )

Selain itu Bapak Sulomo juga telah membagi wewenang dalam menjalankan

pemerintahan dimana Desa Catur terbagi kedalam tiga bagian sesuai dengan potensi wilayah

sesuai dengan Kepala Dusun di Desa Catur

Pengambilan Keputusan

Dapat diketahui bahwa salah satu hal yang dilihat dari seorang pemimpin dalam

menjalankan kepemimpinannya adalah cara yang dipilih atau yang dilakukan dalam

mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini pula yang juga menentukan gaya

seorang pemimpin sehingga memiliki ciri khas tersendiri dalam memimpin. Di antaranya

adalah kebijakan yang dihasilkan beliau selama memimpin, selain itu juga tentang

bagaimana cara beliau dalam menghadapi suatu masalah yang timbul ditengah-tengah

masyarakat maupun dalam pemerintahan Desa Catur.

Awal ketika menjabat pada tahun 1998, Bapak Sulomo Achmad mengambil langkah

untuk mengoreksi pajak tanah kas desa yang menurutnya terdapat kejanggalan. Hal ini
terbukti dengan ditemukannya fakta bahwa selama ini desa telah membayar tanah kas

desa yang luasnya tidak sesuai dengan apa yang telah dibayarkan, sehingga APBDes

menjadi tidak sehat dan tidak seimbang. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sulomo

Achmad bahwasanya:

ketika awal-awal saya menjabat, saya mendapati ada yang janggal dengan pajak
tanah kas desa yang dibayarkan kepada pemerintah. Dimana saya mendapati
bahwa pajak tanah kas yang dibayarkan kepada pemerintah tidak sesuai dengan
tanah kas desa yang dimiliki. Sehingga Desa harus membayarkan pajak yang
sebenernya desa tidak memiliki tanah kas sebanyak itu, saya memerintahkan pak
sekdes untuk mengaudit dan benar saja ada selisih pajak yang dibayarkan dengan
tanah kas yang dimiliki desa. (Wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30
WIB bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad)
Pernyataan tersebut juga diamini oleh Sekretaris Desa yaitu Bapak Wachid yang

dimana beliau juga baru menjabat sebagai Sekretaris Desa Catur setelah menggantikan

Sekretaris Desa Catur sebelumnya yaitu Bapak Bisri dan menjadi PJ sementara beberapa

saat setelah Bapak Bisri meninggal dunia sampai akhirnya diangkat menjadi Sekretaris

Desa Catur. Bapak Wachid menjelaskan bahwasanya :

Pertama kali yang saya kerjakan sebagai PJ sekdes adalah saya diperintahkan
langsung oleh bapak (Kepala Desa) untuk mencari selisih antara kas desa dengan
pajaknya. Bapak meminta segera karena menurutnya hal ini tidak bisa dibiarkan
berlarut-larut guna menyelamatkan keuangan desa. Benar saja luas tanah kas desa
yang hanya 11 hektar luasnya, tetapi yang kita bayar pajaknya selama ini itu 22
hektar. Hal ini sudah berlangsung semenjak lama makanya bapak meminta ini
segera diseleseikan. Akhirnya kita membuat surat pengajuan ke KPBBD yg
mengurus pajak waktu itu untuk dikoreksi. Sampai akhirnya temuan yang terjadi
di Desa Catur ini dijadikan acuan oleh Bapak Bupati waktu itu untuk meng-audit
ulang tanah kas desa di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali agar tidak terjadi
kasus yang sama dikemudian hari. (wawancara pada tanggal 5 Mei 2014 pukul
07.30 Bertempat di kediaman Bapak Wachid)
2. Hasil Pembangunan Fisik Desa Catur Melalui Gaya Kepemimpinan Kepala Desa

Catur Periode 2007-2013.

Pembangunan Desa merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang

kepala desa. sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Desa tahun 2014 pasal 26

sebagai penguat PP No.72 Tahun 2005 pasal 14 merupakan tugas seorang kepala desa untuk

mengkoordinasi pembangunan yang bersifat partisipasif. Secara langsung maupun tidak

langsung pembangunan di Desa Catur selama masa kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad

antara tahun 2007 sampai 2013 mengalami banyak perubahan. Berdasarkan Laporan Akhir

Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Desa (LKPJ-AMJ) dan observasi penulis serta

diperkuat pernyataan oleh beberapa narasumber dilapangan, Desa Catur selama masa

kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad banyak mengalami perubahan kearah yang lebih baik

terutama dalam pembangunan fisik.

Selama 2 periode memimpin Desa Catur, pada periode pertama Bapak Sulomo Achmad

sebagai Kepala Desa Catur lebih fokus pada peningkatan kualitas sumber daya aparatur desa dan

perbaikan administrasi desa yang saat itu masih belum tertata rapi. Sehingga setelah dirasa

Pemerintah Desa Catur siap dan mengalami reformasi birokrasi yang lebih tertata serta

masyarakat bisa dikondisikan untuk bisa menerima dan melaksanakan pembangunan fisik,

barulah Bapak Sulomo Achmad beserta Pemerintah Desa Catur aktif mengajukan berbagai

proposal bantuan untuk meningkatkan pembangunan desa.

Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan infrastruktur desa terutama akses jalan,

irigasi, rumah ibadah dan sarana pendidikan. Sebagai salah satu contoh yaitu melalui jalan

penghubung antar desa yang dapat menunjang perekonomian Desa Catur. Salah satunya adalah

jalan penghubung antara Desa Catur dengan Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Semarang melalui Dukuh Gumuk Ngembes. Sebelumnya masyarakat Desa Catur maupun Desa

Papringan harus melalui jalan memutar yang cukup jauh yaitu sekitar 4 km. Setelah adanya akses

jalan dan jembatan yang menghubungkan kedua desa ini, masyarakat hanya perlu menempuh

jarak kurang lebih 1 km. sehingga hal ini dapat lebih menghemat waktu dan biaya serta

memudahkan akses dan menghubungkan kedua desa tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh

Bapak Sulomo Achmad bahwasanya:

Waktu itu dari Desa Catur ke Desa Papringan harus memutar jalan sejauh 4km.
Akhirnya di Dukuh Gumuk Ngembes itu ada jalan setapak yang dipisahkan oleh sungai
kecil untuk menuju Desa Papringan akhirnya kita usulkan untuk PNPM tahun 2004
kemudian disambung Program Pengembangan Kecamatan (PPK) tahun 2004. Disana kita
usulkan untuk pembangunan jalan dan jembatan (wawancara pada tanggal 12 mei 2014
pukul 10.30 bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad).
Pernyataan Bapak Sulomo diatas juga dipertegas oleh Bapak Wachid selaku Sekretaris

Desa Catur. Bahwasanya setelah adanya jalan dan jembatan penghubung antara Desa Catur

dengan Desa Papringan tersebut memudahkan masyarakat untuk dapat mengakses jalan

khususnya bagi masyarakat Dukuh Gumuk Ngembes bahwasanya mereka tidak perlu memutar

jauh apabila menggunakan kendaraan bermotor. Diketahui juga bahwa Desa Papringan

merupakan salah satu akses jalan alternatif yang digunakan oleh masyarakat untuk menuju ke

Daerah Ampel, Salatiga dan Semarang. Selain hal tersebut dengan adanya jembatan dan akses

jalan masyarakat khususnya Dukuh Gumuk Ngembes merasakan dampak adanya kenaikan nilai

harga jual tanah disektiar jalan penghubung kedua desa tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh

Bapak Wachid Bahwasanya:

Dahulu itu tidak ada jalan cuma ada pematang yg besar. kemudian tahun 2004 ada
program PNPM dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Desa Catur digunakan
untuk pengembangan jalan yang berdampak bagi perekonomian Desa Catur. Selain itu,
dahulu tanah disekitar jalan itu tidak laku tetapi sekarang sudah minta tinggi harganya.
(wawancara tanggal 30 November 2014 pukul 07.34 bertempat di lokasi jembatan
penghubung dukuh Gumuk Ngembes Desa Catur dengan Desa Papringan).
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar

Gambar : jembatan dan jalan penghubung antara Dukuh Gumuk Ngembes Desa Catur
dengan Desa Papringan (dokumentasi peneliti pada tanggal 30 november 2014 pukul
07.11)
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan, jalan dan jembatan diatas memang

dibangun dari tanah persawahan yang dihibahkan oleh masyarakat. Menurut Bapak Wachid

bahwasanya kemauan masyarakat untuk menghibahkan sebagian tanahnya dikarenakan

pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah desa terkait pandangan kedepannya apabila adanya

akses jalan yang menghubungkan antar desa tersebut. Hal ini terbukti dengan pernyataan Bapak

Wachid diatas bahwa meningkatnya harga tanah di sekitar jalan tersebut. Selain itu peneliti juga

melihat tidak jauh dari jembatan dan jalan tersebut juga terdapat peternakan ayam potong yang

cukup besar. Sehingga hal ini dapat menunjukan bahwa diaerah yang dahulunya jarang diakses

oleh masyarakat saat ini sudah mulai digunakan untuk usaha yang berkontribusi meningkatkan

perekonomian masyarakat khususnya di Dukuh Gumuk Ngembes tersebut.

Desa Catur yang merupakan daerah pertanian tentunya masalah irigasi juga menjadi salah

satu fokus pembangunan di masa pemerintahan Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa
Catur. Hal tersebut direalisasikan dengan adanya perbaikan saluran irigasi dan talud yang berada

di wilayah Desa Catur, dimana sebagaian besar saluran irigasi diwilayah Desa Catur sudah

dibangun dengan bangunan beton permanen dan hanya sebagian wilayah kecil yang masih

berupa saluran dalam bentuk tanah. Sehingga dengan permnanennya saluran irigasi diwilayah

Desa Catur dapat memperlancar penyaluran air ke sawah masyarakat dan meningkatkan hasil

produksi padi diwilayah Desa Catur. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Wachid bahwasanya:

Desa Catur ini kan wilayah pertaniannya cukup besar, oleh sebab itu pembangunan

saluran irigasi juga menjadi prioritas pemerintah desa.

Selain pembangunan jembatan penghubung antar desa, salah satu pembangunan yang

paling dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Catur khususnya adalah berdirinya Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sambi di wilayah Desa Catur pada tahun 2004. Peneliti juga

menemukan bahwasanya dengan adanya SMA Negeri 1 Sambi ini menjadi salah satu faktor

penting bagi Desa Catur untuk memperoleh bantuan pembangunan. Salah satunya adalah akses

perbaikan jalan guna menunjang dan memudahkan masyarakat untuk memperoleh akses

pendidikan. Selain hal tersebut ketersediaan masyarakat dan Pemerintahan Desa Catur untuk

menghibahkan sebagian tanah kas desa juga mendapat apresiasi tersendiri dari pemerintah pusat

maupun daerah sebagai bentuk kesungguhan Pemerintah Desa Catur untuk memajukan

daerahnya. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut:


Gambar: SMA N 1 Sambi tampak dari depan, Huruf A pada tulisan SMA

Gambar: Jalan didepan SMA N 1 Sambi yang sudah mengalami berbaikan.


Pada gambar diatas menunjukan gedung SMA Negeri 1 Sambi yang berdiri diatas tanah

kas desa hasil hibah dari masyarakat dan Pemerintah Desa Catur. Pembangunan SMA Negeri 1

Sambi pada gambar ini sesuai dengan harapan dari Bapak Kepala Desa Catur saat itu yang

berkeinginan untuk memudahkan masyarakatnya dalam memperoleh akses pendidikan sampai

setidaknya tingkat SLTA serta perbaikan akses jalan yang baik guna menunjang keberadaan

SMA Negeri 1 Sambi tersebut, dimana salah satunya adalah terlihat jalan didepan sekolah sudah

diaspal dengan baik.

Sebagaimana yang dialami sendiri berdasarkan pengalaman Bapak Sulomo Achmad,

dimana beliau dahulu merasakan bahwa jarak yang jauh untuk mengakses pendidikan khususnya

tingkat SLTA cukup menjadi persoalan bagi sebagian masyarakat di desanya. Dikarenakan

bahwa jarak yang jauh akan berimbas pada pengeluaran uang akomodasi dan memberatkan

perekonomian masyarakat di desanya. Sehingga upaya pemerintah desa untuk menyediakan

sekolah yang berada dilingkungan Desa Catur akan sangat membantu menekan pengeluaran

yang harus dikeluarkan oleh masyarakat di wilayah Desa Catur maupun sekitar desa.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sulomo Achmad, bahwasanya:

saya sendiri dulu merasakan kalau mau sekolah saja orang tua tidak mampu apalagi
untuk uang saku ke kota. Untuk makan sehari-hari saja kalau tidak ada tekad saya rasa
juga susah. Saya ini kan orang tua dulu juga petani, untuk mencari uang sebagai buruh
tani sekarang ini misalnya hanya 25 -30 ribu/ hari itu untuk kebutuhan harian saja sudah
pas-pasan apalagi untuk biaya sekolah. Saya dahulu setiap hari harus berjalan kaki dari
desa sampai sekolah itu kan paling tidak 10 km karena waktu itu belum ada kendaraan
dan jalan masih tanah, dari sinilah saya terpanggil bagaimana kita untuk memajukan
daerah (desa). Salah satunya dengan mengusahakan untuk dapat berdirinya SMA di Desa
Catur ini. (wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30 bertempat di kediaman
Bapak Sulomo Achmad).
Selain pernyataan diatas Bapak Sulomo Achmad juga menginginkan bahwa di era

globalisasi seperti saat ini tentunya arus informasi dan kebudayaan yang masuk akan sulit
dikendalikan baik yang baik maupun yang buruk. Oleh sebab itu dengan adanya SMAN ini

diharapkan akan sedikit mengurangi efek dari kenakalan remaja. Dikarenakan orang tua akan

lebih mudah mengawasi dan letak sekolah yang masih di pedesaan sehingga siswa yang

bersekolah di lingkungan yang lebih kondusif jika dibandingkan dengan lingkungan yang berada

di daerah perkotaan. Hal tersebut cukup terbukti dengan banyaknya masyarakat Desa Catur dan

desa lain yang berdekatan dengan Desa Catur yang menyekolahkan anaknya di SMA Negeri 1

Sambi, karena sebelumnya untuk menjangkau sekolah setingkat SLTA berjarak lebih dari 10

Km.

Saat ini SMA Negeri 1 Sambi telah mengalami perubahan status dari SMA Negeri

menjadi SMK Negeri 1 Sambi yang berjalan sepenuhnya pada tahun ajaran baru 2015. Sehingga

pada tahun ajaran baru 2015 SMA N 1 Sambi berubah status sepenuhnya menjadi SMK N 1

Sambi. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut:


Gambar: Salah satu pembangunan gedung praktek baru SMKN 1 Sambi, pewarnaan biru

untuk ruang praktek juga sudah dilakukan sebagai ciri khas warna untuk SMK.

Menurut penjelasan yang disampaikan oleh Bapak Sulomo Achmad bahwasanya SMA

Negeri 1 Sambi setelah hampir 10 tahun berdiri mengalami banyak perubahan. Menurutnya

setelah di evaluasi bahwsanya masyarakat lebih cinderung menginginkan anaknya setelah tamat

SLTA dapat langsung terjun ke dunia kerja. Selain itu juga, hanya sedikit lulusan yang bisa

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan masyarakat kurang berminat menyekolahkan ke

SMA karena alasan tersebut. Sehingga akan lebih baik apabila SMA Negeri 1 Sambi berubah

status menjadi SMK Negeri 1 Sambi dan diharapkan mampu menjawab kebutuhan dan menarik

minat masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sulomo Achmad, bahwasanya:

Sekarang untuk yang SMA saya masih berperan soalnya ketua komite sekolah itu sejak
berdiri sampai saat ini itu masih saya yang pegang. Setelah berdirinya SMA ini ternyata
kurang diminati masyarakat dan akhirnya untuk tahun 2014 ini kita usulkan untuk
dirubah menjadi SMK dengan jurusan otomotif, jurusan keperawatan terus jaringan
computer. Soalnya ini juga menjadi aspirasi masyarakat yang dimana setelah lulus bisa
langsung kerja kan peluangnya juga dari SMK. Alhamdulillah saat ini juga sudah
disetujui oleh Bapak Bupati. (wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30
bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad).
Selain sebagai komite SMK N 1 Sambi, Bapak Sulomo saat ini juga masih sebagai

komite MTsN 1 Sambi. Madrasah yang juga berada di Dukuh Wonotoro, Desa Catur ini menurut

Bapak Sulomo juga mengalami banyak kemajuan, terlebih setelah diselesaikanya status

kepemilikan tanah yang diatasnya berdiri MTsN 1 Sambi. Dikarenakan pada saat itu tahun 2004

status kepemilikan tanah merupakan tanah pribadi masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh

Bapak Wachid bahwasanya:

Mts yang berada didukuh wonotoro itu dulunya merupakan tanah milik perorangan, oleh
sebab itu Departemen Agama selaku pengelola sekolahan juga terkesan enggan untuk
memberikan bantuan pembangunan sekolah dikarenakan takut nantinya akan menimbulkan
masalah dikemudian hari terutama dalam kepemilikan lahan, akan tetapi setelah pemilik tanah
mau mewakafkan tanah tersebut kepada desa akhirnya sekarang Mts sudah berstatus Negeri dan
bantuan terutama gedung untuk kelas dapat direalisasikan ()
Hal diatas juga diperkuat oleh pernyataan salah satu guru sekaligus pemuda asli dukuh wonotoro

yaitu saudara Burhan yang menerangkan bahwa:

Dahulu sekitar tahun 2005 Mts Wonotoro ini sudah mau tutup, dikarenakan murid yang sedikit
dan tidak ada bantuan pembangunan. Hal ini dikarenakan statusnya waktu itu yang masih swasta
dan masalah kepemilikan lahan yang masih milik pribadi. Akan tetapi sekarang setelah statusnya
menjadi Negeri dan masalah Kepemilikan lahan selesai jumlah murid dan pembangunannya
banyak perubahan.
Selain itu pada masa pemerintahan Bapak Sulomo Achmad juga terlaksananya
pembangunan sekolah PAUD yang berada tepat dibelakang kantor Pemerintah Desa Catur yang
juga berdiri diatas tanah wakaf dari seorang warga masyakarat Desa Catur. Sebagaimana dapat
dilihat pada gambar berikut:

Selain melengkapi ketersediaan akses pendidikan dari PAUD sampai SLTA, Pemerintah
Desa Catur tidak melupakan pembangunan infrastruktur irigasi. Mengingat bahwa mata
pencaharian utama masyarakat Desa Catur merupakan pertanian, sehingga setiap tahunnya
didalam RPJM Desa terdapat usulan perbaikan saluran irigasi. Sebagaimana dapat dilihat pada

Anda mungkin juga menyukai