Gaya Kepemimpinan seorang kepala desa dapat diketahui dari berbagai aspek dan
faktor. Beberapa aspek atau faktor dalam melaksanakan gaya kepemimpinan dapat
tersebut diantaranya diketahui dari berbagai kegiatan dan pengalaman yang dilaksanakan
serta yang dimiliki oleh kepala desa dalam menjalankan pemerintahan. Selain itu
kepribadian yang dimiliki oleh seorang kepala desa dalam menghadapi kondisi
lingkungan sosial dan kemasyarakatan juga dapat menentukan gaya kepemimpinan yang
dilaksanakan atau yang dipilih oleh kepala desa sebagai seorang pemimpin. Berdasarkan
hasil pra-riset dan riset yang dilakukan sebelum menyusun proposal penelitan dan temuan
dilapangan selama penelitian, sehingga dapat di kerucutkan dalam tiga aspek atau fokus
yang menentukan gaya kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa
hubungan sosioemosional dan timbal - balik Bapak Sulomo Achmad terhadap masyarakat
maupun dukungan dari masyarakat Desa Catur terhadap beliau. Selain itu peneliti juga
dihadapi beliau sampai memutuskan untuk mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai
kepala desa. selain itu bentuk komunikasi yang dilakukan terhadap masyarakat dalam
melaksanakakan pembangunan. Sehingga aspek inilah yang dapat dijadikan dasar dalam
memenuhi syarat-syarat maupun munculnya sifat-sifat kepemimpinan yang beliau miliki
Kepala Desa Catur periode 1998-2013 bernama lengkap Sulomo Achmad lahir di
Boyolali 5 Juli 1951, beliau adalah anak terakhir dari 9 bersaudara dari pasangan Kasan
Rejo Mansur dan Umi Kulsum. Ayah dari Bapak Sulomo yaitu Kasan Rejo Mansur
merupakan seorang petani serta pemuka agama dan tokoh masyarakat di Desa Catur
khususnya Dukuh Wonotoro. Bapak Sulomo Achmad juga dibesarkan dari keluarga yang
sederhana, sehingga membuat beliau sudah merantau sejak kecil. Selepas lulus sekolah
dasar, beliau memutuskan untuk merantau ke Semarang guna melanjutkan niatnya untuk
Selanjutnya di Semarang beliau sempat ikut dengan salah satu kakaknya yaitu
Bapak Marzuki yang saat itu bekerja sebagai hakim di pengadilan agama, tetapi tidak
berselang lama karena kondisi yang dialami kakaknya juga sulit waktu itu membuat
Bapak Sulomo memutuskan untuk mencoba mencari tempat lain sebagai tempat
menginap dan berusaha untuk mencari biaya sekolah serta untuk hidup sehari-hari,
karena beliau menyadari dan tidak ingin menjadi beban kakaknya. Setelah beliau
memutuskan untuk tidak tinggal bersama kakaknya, Bapak Sulomo tinggal di asrama haji
yaitu PHI Semarang yang sekaligus bekerja disana sebagai tukang bersih-bersih dan
pengangkut barang bawaan jamaah haji. Perjalanan haji pada waktu itu masih
menggunakan kapal laut sebagai kendaraan untuk melaksanakan ibadah haji. Hal ini
Dia (Bapak Sulomo) mempunyai tekad untuk bisa sekolah minimal sampai tamat
SLTA, sehingga dia memutuskan untuk ikut dengan saya yang saat itu kebetulan
bekerja di Semarang. Adek saya ini ingin melanjutkan SLTP di Semarang waktu
itu. Selang beberapa waktu dia memutuskan untuk tinggal di PHI karena mau
sekalian mau bekerja disana. Karena kondisi orang tua kami pada waktu itu juga
tidak mampu untuk membiayai sekolah ketingkat SLTP apalagi SMA
(wawancara pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 14.00)
Pernyataan diatas juga dibenarkan oleh Bapak Sulomo sendiri bahwasanya:
Waktu di Semarang saya juga tidak lama ikut dengan kakak saya, karena kondisi
kakak saya sendiri juga susah waktu itu. Akhirnya saya diperbolehkan mondok
(tinggal) di asrama haji Semarang atau PHI karena pada waktu perjalanan ibadah
haji masih menggunakan kapal laut, disana saya bekerja dengan menjadi tukang
bantu-bantu nyapu dan ngepel serta membawakan barang-barang jamaah haji.
Penghasilan dari hasil bantu-bantu di PHI itu yang bisa membuat saya untuk
melanjutkan sekolah di SMPN 5 Semarang serta untuk biaya hidup sehari-hari.
(wawancara pada tanggal 12 Mei 2014 pukul 10.30 WIB, Bertempat di rumah
Bapak Sulomo Achmad)
Selepas tamat SMP di Semarang, Bapak Sulomo Achmad memutuskan untuk
Surakarta yang jaraknya sekitar 25 km dari rumahnya, hal ini membuat beliau kembali
mencari tempat tinggal mengingat jarak sekolah yang cukup jauh dari rumahnya. Selama
di Surakarta beliau menginap di Kantor Balai Kota Surakarta, sebagai bentuk terima
kasihnya karena telah diperbolehkan menginap disana, beliau sering ikut membantu
pekerjaan pegawai yang berdinas di Kantor Balai Kota Surakarta khususnya di bidang
kepegawaian atau BKD (Badan Kepegawaian Daerah) karena disana beliau juga sering
diberi jatah makan oleh pegawai Pemda Surakarta. Kemampuanya untuk bisa mengetik
dengan menggunakan alat manual waktu itu, membuat beliau sering dimintai tolong oleh
pegawai pemda untuk membantu mengetik berkas-berkas yang ada. Selain karena
kemampuannya tersebut, keuletan dan sikap rajinnya menjadi faktor lain yang membuat
jasa Bapak Suparno yang saat itu pada tahun 1971 menjadi Kepala Dinas Kepegawaian
Surakarta. Beliau menjelaskan bahwa selepas lulus SMA beliau masih sering ikut
membantu di kantor dinas tersebut. Sehingga, Bapak Suparno menawari Bapak Sulomo
pendapat Bapak Sulomo Achmad sudah seharusnya sebagai putra daerah dirinya harus
dapat ikut berpartisipasi dalam membangun desa tempat dimana beliau dilahirkan.
Sehingga pada tahun 1990 beliau memutuskan untuk maju mencalonkan diri sebagai
Kepala Desa Catur. Namun pada saat itu beliau kalah dalam pemilihan kepala desa
Sebagai putra daerah saya itu memiliki keinginan dan merasa terpanggil untuk
dapat membangun Desa Catur ini, sehingga pada tahun 1990 saya memutuskan
untuk maju mencalonkan diri sebagai kepala desa karena juga ada permintaan dari
sebagian masyarakat Desa Catur sendiri. Saat itu hanya ada dua calon yang maju
yaitu saya dan Mas Bambang Budi Utomo, namu saya waktu itu kalah selisih
sebelas suara dari dia, bagi saya itu tidak masalah karena niat saya waktu itu ingin
membangun desa tidak ada yang lain. Akhirnya saya kembali bekerja di Pemda
Surakarta setelah tidak terpilih dalam pemilihan kepala desa tersebut.
(Wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30 WIB bertempat dikediaman
Bapak Sulomo Achmad)
Pada tahun 1998 dimana diadakan kembali pemilihan kepala desa. Bapak Sulomo
Achmad mencalonkan diri lagi sebagai Kepala Desa Catur beliau akhirnya terpilih
setelah memperoleh suara yang lebih banyak dari Kepala Desa Catur sebelumnya yaitu
Bapak Bambang Budi Utomo sebagai calon incumbent. Bapak Sulomo Achmad
menjelaskan bahwasanya sebenarnya beliau tidak ingin mencalonkan diri lagi sebagai
Kepala Desa Catur saat itu, dikarenakan beliau tidak memiliki kekuatan finansial untuk
mencalonkan diri. Akan tetapi berdasarkan dorongan dari masyarakat juga yang membuat
beliau mau untuk mencalonkan diri kembali. Sebagaimana disampaikan juga oleh Bapak
Suali sebagai salah satu tokoh masyarakat dan pemuka agama di Desa Catur bahwasanya:
aspek yang mendorong Bapak Sulomo Achmad untuk maju sebagai Kepala Desa Catur.
Pertama aspek yang timbul dari dalam pribadi Bapak Sulomo Achmad sendiri sebagai
salah satu masyarakat Desa Catur yang ingin ikut berkontribusi secara langsung dalam
membangun Desa Catur, yaitu dengan menjadi seorang kepala desa. Hal tersebut didasari
pada pengalaman beliau sendiri sewaktu masih di usia sekolah yang mengalami kesulitan
untuk mengakses layanan pemerintah terutama dalam hal pendidikan. Selanjutnya yang
kedua adalah dukungan dari masyarakat berdasarkan pengalaman yang dimiliki Bapak
Sulomo Achmad dalam bidang pemerintahan yang dimana waktu itu Beliau bekerja di
Dinas Pemerintah Kota Surakarta dan kejenuhan masyarakat terhadap kondisi lingkungan
di Desa Catur yang semakin tidak kondusif serta menginginkan adanya perubahan
sendiri. Sehingga masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang dapat membawa Desa
Pada awal kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa Catur
tahun 1998, target pertamanya adalah beliau mempunyai keinginan agar bisa lebih dekat
dengan masyarakat Desa Catur. Menurutnya bahwa segala aspek pembangunan desa baik
secara fisik maupun non-fisik harus melibatkan masyarakat, sehingga dalam melibatkan
masyarakat harus memiliki hubungan yang baik antara kepala desa dengan perangkat dan
pembangunan desa dapat berjalan dengan lancar serta mendapat dukungan dari
Mengingat bahwa dalam politik diwilayah pedesaan lebih dinamis dan lebih
rentan, oleh sebab itu Bapak Sulomo Achmad diawal kepemimpinannya juga berusaha
untuk meredam gesekan yang terjadi antar masyarakat Desa Catur pasca pemilihan
kepala desa. Sebagai wujud pendekatan yang diaplikasikan oleh Bapak Sulomo Achmad
adalah dalam bentuk melakukan kunjungan kerja ke tiap dukuh di wilayah Desa Catur
bersama perangkat desa dalam rangka mendekatkan diri dan mendengarkan aspirasi
maupun kegiatan disuatu dukuh. Sehingga apabila setiap dukuh mendapat kunjungan
rutin maka tidak akan ada dikotomi wilayah atau kecemburuan prioritas pembangunan
antar dukuh di wilayah Desa Catur. Hal tersebut dijelaskan oleh Bapak Wachid selaku
kegiatan tersebut secara lebih jauh adalah sebagai bentuk pendekatan persuasif terhadap
masyarakat Desa Catur agar kedepannya beliau lebih mudah untuk mengkondisikan
masyarakatnya apabila ada suatu masalah atau kegiatan baik pembangunan maupun kegiatan
lainnya di Desa Catur. Sebagaimana pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Sulomo Achmad
bahwasanya:
Upaya kita sebagai pemerintah desa untuk turun langsung ke masyarakat adalah
menghadiri rapat-rapat RT ataupun sambung rasa dengan masyarakat di tiap dukuh.
Sebenarnya adalah niat awal saya agar jajaran perangkat desa ini bisa turun langsung ke
masyarakat untuk menghimpun usulan usulan maupun keluh kesah dari masyarakat
baik usulan pembangunan ataupun masalah pertanian. Sehingga nanti apabila masyarakat
Desa Catur ini sudah dekat dengan pemerintah desa akan muncul ewuh pakewuh (rasa
sungkan). Ketika budaya ini sudah timbul maka kita nantinya akan mudah
mengkondisikan masyarakat. (wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30 WIB,
bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad)
Selain pernyataan diatas sebagai bentuk silaturahmi dan mendekatkan diri antara
Pemerintah Desa Catur dengan masyarakatnya. Bapak Sulomo Achmad juga mengadakan
pengajian rutin setiap Jumat legi pada kalender jawa atau lebih tepatnya setiap satu bulan sekali
yang bertempat di Balai Desa Catur. Pengajian tersebut dimaksudkan untuk mempererat tali
persaudaraan dan silaturahmi bagi masyarakat Desa Catur dan Pemerintah Desa Catur. Selain itu,
pengajian tersebut juga sering dijadikan tempat sosialisasi Pemerintah Desa Catur apabila ada
informasi baik program pembangunan maupun kebijakan dari luar maupun dari pemerintah desa
sendiri. Berikut ini adalah salah satu dokumentasi kegiatan pengajian yang dilaksanakan rutin
Hasil dari pengajian rutin yang dilaksanakan setiap bulan oleh pemerintah Desa Catur
terbukti cukup membantu sosialisasi dan penyampaian berbagai macam informasi kepada
masyarakat. Sebagai contoh adalah penyampaian tentang pembayaran pajak bumi dan bangunan
(PBB), kerja bakti untuk bersih desa, serta laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanan di Desa
Catur. Sehingga masyarakat dapat langsung menilai atau mengikuti perkembangan yang telah
dilaksanakan pemerintah Desa Catur. Sebagaimana dijelaskan oleh salah satu warga Desa Catur
sebagai petani saya rasa kegiatan pengajian jumat legi merupakan salah satu cara yang
efektif bagi pemerintah Desa Catur untuk menjalin silaturahmi dengan masyarakat.
Selain itu masyarakat yang sebagian besar petani juga tidak keberatan meluangkan
waktunya sebulan sekali apalagi untuk pengajian, hal ini menjadi sarana masyarakat
memperoleh info baik perkembangan desa ataupun program-progam baik yang akan
dilaksanakan maupun yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah Desa Catur (Tasrin)
Selain itu Bapak Suali selaku pengurus P2A juga menambahkan bahwasanya:
Kegiatan keagamaan di Desa Catur juga menjadi prioritas pemerintah Desa Catur
selama kepemimpinan Bapak Sulomo, karena desa juga menganggarkan insentif bagi
guru ngaji dan guru honorer paud Desa Catur. (wawancara)
Bentuk kegiatan lain yang diprakarsai oleh Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa
Catur saat itu adalah dengan meminta masyarakat Desa Catur untuk melaksanakan sholat iedul
fitri di satu tempat yaitu di lapangan desa. Hal ini terbukti efektif untuk menyatukan masyarakat
Desa Catur dan sebagai ajang sosialisasi dan pemberian informasi terkait perkembangan dan
kondisi Desa Catur terlebih untuk masyarakat Desa Catur yang selama ini merantau diluar
Sehingga dengan memanfaatkan momen ini diharapkan putra-putri daerah yang merantau
mendapat informasi yang jelas dan juga dapat membantu pembangunan desa kedepannya.
Selain mengadakan pengajian rutin jumat legi, saya juga mengambil kebijakan agar
masyarakat Desa Catur ini khususnya ketika iedul fitri bisa melaksanakan shola ied
secara bersama-sama dilapangan desa. Dikarenakan di Desa Catur ini juga banyak yang
merantau jadi saya berharap agar yang merantau ini juga mengetahui perkembangan apa
saja yang terjadi di desanya, syukur-syukur putra-putri daerah yang merantau ini dapat
memberi sumbangsih baik ide maupun materil guna meningkatkan pembangunan desa.
sebagai contoh sumbangan untuk masjid didukuh karakan dan catur itu ketika momen
iedul fitri kita sampaikan dan tidak sedikit yang memberi bantuan. (Wawancara pada
tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30 WIB, bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad)
Pernyataan Bapak Sulomo diatas senada dengan pernyataan Bapak Ahmad Suryanto
selaku Kaur Kesra Desa Catur bahwasanya:
Sebelum kepemimpinan Bapak Sulomo dahulu sholat Iedul Fitri biasanya dilaksanakan
di masjid masing-masing dukuh. Saya waktu itu yang masih belum menjadi Kaur Kesra
juga mengetahui kalau waktu itu Bapak meminta untuk pelaksanaan sholat Ied
dilaksankan bersama-sama di lapangan desa. Hal ini masih terus berlangsung sampai saat
ini meskipun Bapak sudah tidak menjabat sebagai kepala desa. (Wawancara pada tanggal
12 mei 2014 pukul 19.30 WIB, bertempat dikediaman Bapak Suryanto)
Selain itu pada tahun 2000-an Bapak Sulomo Achmad bersama pemerintah Desa Catur
juga menyampaikan informasi kepada masyarakat bahwasanya di Desa Catur akan didirikan
SMA Negeri. Informasi tersebut disampaikan guna melihat respon dan tanggapan dari
masyarakat. Hasilnya pemerintah Desa Catur mendapat dukungan yang besar dari masyarakat.
Meskipun juga ada sebagian masyarakat yang meragukan bahwa suatu hal yang mustahil Desa
Catur bisa berdiri SMA Negeri. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Wachid, bahwasanya:
Bapak itu (Kepala Desa) dulu mewacanakan kepada masyarakat waktu di pengajian
maupun forum bahwasanya Desa Catur ini akan didirikan sebuah SMA Negeri, akan
tetapi masyarakat banyak yang tidak percaya. Saya sendiri saja juga belum seratus persen
percaya, akhirnya bapak itu sering mencari informasi ke pemerintah pusat. Sampai pada
akhirnya ada peluang itu baru saya percaya yang waktu itu pemerintah desa bersama
BPD dan tokoh masyarakat setuju untuk menghibahkan tanah kas desa untuk didirikan
SMA jika memang bantuan itu benar adanya. (wawancara pada tanggal 5 Mei 2014
pukul 07.30 Bertempat di kediaman Bapak Wachid)
Hal tersebut selaras dengan pernyataan Bapak Sulomo Achmad selaku Kepala Desa
.Ketika itu tahun 2000-an saya sering bolak-balik ke Jakarta guna mencari
informasi ke Kementerian Pendidikan apakah ada paket bantuan pendirian SMA dan
ternyata ada. Akhirnya kita kejar untuk membuat proposal dan memenuhi syarat-syarat
agar bantuan tersebut bisa masuk di desa kita. Akhirnya tahun 2004 kita mendapat
kabar bahwa proposal yang kita ajukan diterima. (wawancara pada tanggal 12 mei
2014 pukul 10.30 bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad).
Beliau juga menjelaskan bahwa proses pendirian SMA di Desa Catur sendiri memang
sudah dipersiapkan sejak lama oleh beliau dan Pemerintah Desa Catur. Menurutnya kesediaan
dan kekompakan antar unsur desa diantaranya segenap masyarakat, tokoh masyarakat, BPD dan
Pemerintah Desa Catur sendiri untuk bersepakat menghibahkan tanah kas desa adalah efek dari
Kejelian Bapak Sulomo Achmad dalam memanfaatkan kegiatan yang diadakan oleh
Pemerintah Desa Catur juga sangat terlihat dari penyampaian informasi bahkan dimanfaatkan
untuk menggerakan masyarakat Desa Catur. Pengajian yang diadakan juga sebagai ajang Bapak
Sulomo untuk me-refresh terkait visi dan misi pembangunan maupun kegiatan Desa Catur yang
bersifat Top-Down dari pemerintah Desa Catur kepada masyarakat luas yang nantinya tanggapan
ataupun usulan dari masyarakat akan ditampung dalam rapat-rapat RT maupun dalam kunjungan
perangkat desa ke dukuh. Salah satunya adalah tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi ketika
Bapak Sulomo Achmad sebagai kepala Desa Catur. Hal tersebut banyak dipengaruhi dari
program program maupun kebijakan Pemerintah Desa Catur yang mengharuskan keterlibatan
masyarakat untuk ikut andil bagian dalam setiap kebijakan ataupun program yang dijalankan.
Diantaranya adalah kegiatan kerja bakti bersih jalan desa, pembangunan talud jalan maupun
irigasi, pembangunan jalan poros desa, pembangunan masjid maupun kegiatan pemberantasan
hama pertanian.
Keikut sertaan masyarakat Desa Catur yang tinggi salah disebabkan tidak adanya batasan
antara perangkat desa dengan masyarakat lainnya dalam suatu kegiatan. Sehingga pemerintah
desa tidak hanya membuat kebijakan atau program tetapi juga ikut terlibat dalam setiap realisasi
program yang dilaksanakan. Selain itu, budaya ewuh pakewuh yang sudah ada sejak lama dan
kembali ditekankan oleh pemerintah desa juga berdampak positif. Salah satunya adalah
pembangunan talud di jalan Dukuh Giring tahun 2009, dimana masyarakat melaksanakan
swadaya guna mensukseskan salah satu program pembangunan desa yang pendanaanya berasal
Pembangunan talud di Dukuh Giring merupakan salah satu contoh tingginya partisipasi
masyarakat Desa Catur, meskipun pembangunanya berada di Dukuh Giring akan tetapi setelah
ada komando dari pemerintah desa maka masyarakat satu desa ikut bersama-sama datang untuk
mempercepat pembangunan
Selain itu Bapak Sulomo Achmad juga menambahkan bahwa:
Masyarakat itu saya tantang dulu, ketika ada bantuan mau tidak untuk turut serta merealisasikan
artinya berswadaya mau untuk nyumbang minimal tenaga atau bisa makanan untuk yang
kerjabakti membangun itu. Karena masyarakat menyanggupi bahkan ada yang berani tombok
(menambahi). Kita sebagai pemerintah desa juga semangat untuk mencarikan bantuan baik ke
kabupaten, privinsi bahkan ke pusat sekalipun. Contohnya untuk pembangunan talud di Dukuh
Giring itu yang ketentuan waktu pengerjaanya satu bulan bisa kita selesaikan dalam waktu 1
minggu
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat adanya hubungan mutualisme antara
masyarakat dengan pemerintah desa. Dimana bantuan yang masuk ke wilayah Desa Catur dapat
masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Tasrin selaku salah satu warga Dukuh Giring,
bahwsanya:
setiap program atau bantuan itu mas, pasti kalau tidak disampaikan dipengajian juga akan
disampaikan di rapat RT baik oleh Bapak Kepala Desa sendiri ataupun perangkat desa lainnya.
Sehingga kita tau mana prioritas pembangunan yang harus didahulukan dan bantuan apa saja
yang masuk ke Desa Catur ini.
Hal diatas juga diperkuat pernyataan Bapak Sulomo Achmad yang menerangkan bahwa:
Bantuan yang kita peroleh maupun kita usulkan pasti kan kita saring ataupun sampaikan kepada
masyarakat, baik di pengajian jumat legi atau pas sholat iedul fitri jadi masyarakat yang sedang
pulang kampung-pun tau Desa Catur ini sampai mana perkembangannya. Bahkan setiap program
kita buatkan kepanitiaan sendiri yang terdiri dari unsur desa (perangkat, BPD dan masyarakat).
Sehingga jelas pertanggungjawabanya
Latar Belakang Kelembagaan
mendukung kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa Catur periode
2007-2013. Faktor tersebut berupa dukungan Perangkat Desa Catur selama Bapak
Sulomo Achmad memimpin, selain itu kemampuan beliau untuk menjalin komunikasi
yang baik dengan pemerintah kecamatan dan kabupaten maupun lembaga lainnya juga
ikut andil dalam menentukan arah kepemimpinan beliau selama memimpin Desa Catur
Pada Tahun 1998 ketika awal bapak Sulomo Achmad masih menjabat sebagai
Kepala Desa Catur periode pertama, beberapa perangkat Desa Catur sudah mulai
memasuki usia pensiun. Sehingga secara tidak langsung hal tersebut sedikit
pengarsipan. Dikarenakan saat itu segala bentuk pengarsipan masih berjalan secara
manual. Saat itu Sekretaris Desa Bapak Bisri yang sudah akan memasuki usia pensiun
dibantu oleh Bapak Wachid yang saat itu masih berusia 20 tahun untuk membantu tugas-
tugas sebagai seorang sekretaris desa. Tidak lama berselang setelah Bapak Sulomo
Achmad dilantik sebagai Kepala Desa Catur, Bapak Bisri selaku sekretaris desa saat itu
Desa Catur. Pada waktu itu karena Bapak Wachid yang selama ini membantu Bapak Bisri
ditunjuk sebagai PJ (Penanggung Jawab) sementara oleh Bapak Kepala Desa guna
bahwasanya:
Awal bapak itu memimpin sebenarnya saya tidak banyak ikut serta karena
waktu itu saya masih nyambi di radio sebagai penyiar. Walaupun sebanarnya
kegiatan desa Pak Bisri itu sudah banyak mendelegasikan kepada saya. Waktu
itu saya masih muda masih 20 tahun, kuliah dan jarang di rumah, berangkat ke
kantor (balai desa) hanya sebentar. Apa yang diserahkan Pak Bisri disitu ya saya
kerjakan, kadang saya kerjakan di rumah. Akhirnya belum lama Bapak Sulomo
baru menjadi kepala desa Pak Bisri meninggal, sehingga waktu itu saya diangkat
sebagai PJ Sekdes, karena undang-undang pada waktu itu no 5 tahun 1999, kan
diubah dengan UU baru bahwa pada waktu itu perangkat desa diangkat oleh
kabupaten, seketika itu karena ada kebutuhan dengan UU 32 tahun 2004 yang
mengatur adanya BPD mempunyai kewenangan yg lebih gitu kan, kemudian
saya tahun 1999 saya diangkat jadi PJ sampai menunggu UU baru terbentuknya
BPD, baru pada tahun 2002 saya diangkat sebagai sekdes. (wawancara pada
tanggal 5 Mei 2014 pukul 07.30 Bertempat di kediaman Bapak Wachid)
Pada waktu itu Bapak Sulomo Achmad memang menginginkan adanya reformasi
perangkat desa yang lama adalah mereka yang masih muda dan paling tidak adalah
lulusan sarjana. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
kualitas kerja Pemerintah Desa Catur serta peran putra daerah atau pemuda untuk mau
bersama-sama membangun Desa Catur. Terbukti saat ini separuh dari jumlah Perangkat
Desa Catur merupakan lulusan sarjana dan separuhnya lagi mengenyam pendidikan
sampai bangku SLTA. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel perangkat Desa Catur tahun
TEMPAT DAN
NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN
TANGGAL LAHIR
1 2 3 4 5
1 Sulomo Achmad K. Boyolali, 05 Juli 1951 Kepala Desa SLTA
KadusIII pertanian
pendidikan wisata
timur)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh perangkat Desa Catur
mengalami pergantian pada masa kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad. Pergantian tersebut
terjadi akibat perangkat desa sebelumnya rata-rata sudah memasuki usia pensiun, sehingga
dengan reformasi aparatur desa yang baru diharapkan dapat mendukung visi dan misi dari kepala
desa. dilihat dari tingkat pendidikan perangkat desa saat ini, secara langsung maupun tidak
langsung banyak mendukung proses pelayanan dan pelakasanaan program yang dijalankan oleh
Pemerintah Desa Catur. Dikarenakan proses pelayanan dan pengarsipan sudah tidak dilakukan
secara manual dan sebagian besar perangkat desa menguasai penggunaan perangkat komputer.
hal ini sesuai dengan harapan saya, ketika perangkat desa yang baru ini punya tingkat
pendidikan yang lebih tinggi maka secara pola pikir dapat memberikan sumbangsih guna
kemajuan desa. selain itu kalau perangkat desa ini menguasai perangkat komputer kan
pengarsipan desa jadi lebih tertata dan pelayanan masyarakat juga lebih cepat dan
mudah ( )
Selain itu Bapak Sulomo juga telah membagi wewenang dalam menjalankan
pemerintahan dimana Desa Catur terbagi kedalam tiga bagian sesuai dengan potensi wilayah
Pengambilan Keputusan
Dapat diketahui bahwa salah satu hal yang dilihat dari seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya adalah cara yang dipilih atau yang dilakukan dalam
mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini pula yang juga menentukan gaya
seorang pemimpin sehingga memiliki ciri khas tersendiri dalam memimpin. Di antaranya
adalah kebijakan yang dihasilkan beliau selama memimpin, selain itu juga tentang
bagaimana cara beliau dalam menghadapi suatu masalah yang timbul ditengah-tengah
Awal ketika menjabat pada tahun 1998, Bapak Sulomo Achmad mengambil langkah
untuk mengoreksi pajak tanah kas desa yang menurutnya terdapat kejanggalan. Hal ini
terbukti dengan ditemukannya fakta bahwa selama ini desa telah membayar tanah kas
desa yang luasnya tidak sesuai dengan apa yang telah dibayarkan, sehingga APBDes
menjadi tidak sehat dan tidak seimbang. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sulomo
Achmad bahwasanya:
ketika awal-awal saya menjabat, saya mendapati ada yang janggal dengan pajak
tanah kas desa yang dibayarkan kepada pemerintah. Dimana saya mendapati
bahwa pajak tanah kas yang dibayarkan kepada pemerintah tidak sesuai dengan
tanah kas desa yang dimiliki. Sehingga Desa harus membayarkan pajak yang
sebenernya desa tidak memiliki tanah kas sebanyak itu, saya memerintahkan pak
sekdes untuk mengaudit dan benar saja ada selisih pajak yang dibayarkan dengan
tanah kas yang dimiliki desa. (Wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30
WIB bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad)
Pernyataan tersebut juga diamini oleh Sekretaris Desa yaitu Bapak Wachid yang
dimana beliau juga baru menjabat sebagai Sekretaris Desa Catur setelah menggantikan
Sekretaris Desa Catur sebelumnya yaitu Bapak Bisri dan menjadi PJ sementara beberapa
saat setelah Bapak Bisri meninggal dunia sampai akhirnya diangkat menjadi Sekretaris
Pertama kali yang saya kerjakan sebagai PJ sekdes adalah saya diperintahkan
langsung oleh bapak (Kepala Desa) untuk mencari selisih antara kas desa dengan
pajaknya. Bapak meminta segera karena menurutnya hal ini tidak bisa dibiarkan
berlarut-larut guna menyelamatkan keuangan desa. Benar saja luas tanah kas desa
yang hanya 11 hektar luasnya, tetapi yang kita bayar pajaknya selama ini itu 22
hektar. Hal ini sudah berlangsung semenjak lama makanya bapak meminta ini
segera diseleseikan. Akhirnya kita membuat surat pengajuan ke KPBBD yg
mengurus pajak waktu itu untuk dikoreksi. Sampai akhirnya temuan yang terjadi
di Desa Catur ini dijadikan acuan oleh Bapak Bupati waktu itu untuk meng-audit
ulang tanah kas desa di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali agar tidak terjadi
kasus yang sama dikemudian hari. (wawancara pada tanggal 5 Mei 2014 pukul
07.30 Bertempat di kediaman Bapak Wachid)
2. Hasil Pembangunan Fisik Desa Catur Melalui Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
Pembangunan Desa merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang
kepala desa. sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Desa tahun 2014 pasal 26
sebagai penguat PP No.72 Tahun 2005 pasal 14 merupakan tugas seorang kepala desa untuk
langsung pembangunan di Desa Catur selama masa kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad
antara tahun 2007 sampai 2013 mengalami banyak perubahan. Berdasarkan Laporan Akhir
Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Desa (LKPJ-AMJ) dan observasi penulis serta
diperkuat pernyataan oleh beberapa narasumber dilapangan, Desa Catur selama masa
kepemimpinan Bapak Sulomo Achmad banyak mengalami perubahan kearah yang lebih baik
Selama 2 periode memimpin Desa Catur, pada periode pertama Bapak Sulomo Achmad
sebagai Kepala Desa Catur lebih fokus pada peningkatan kualitas sumber daya aparatur desa dan
perbaikan administrasi desa yang saat itu masih belum tertata rapi. Sehingga setelah dirasa
Pemerintah Desa Catur siap dan mengalami reformasi birokrasi yang lebih tertata serta
masyarakat bisa dikondisikan untuk bisa menerima dan melaksanakan pembangunan fisik,
barulah Bapak Sulomo Achmad beserta Pemerintah Desa Catur aktif mengajukan berbagai
Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan infrastruktur desa terutama akses jalan,
irigasi, rumah ibadah dan sarana pendidikan. Sebagai salah satu contoh yaitu melalui jalan
penghubung antar desa yang dapat menunjang perekonomian Desa Catur. Salah satunya adalah
jalan penghubung antara Desa Catur dengan Desa Papringan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Semarang melalui Dukuh Gumuk Ngembes. Sebelumnya masyarakat Desa Catur maupun Desa
Papringan harus melalui jalan memutar yang cukup jauh yaitu sekitar 4 km. Setelah adanya akses
jalan dan jembatan yang menghubungkan kedua desa ini, masyarakat hanya perlu menempuh
jarak kurang lebih 1 km. sehingga hal ini dapat lebih menghemat waktu dan biaya serta
memudahkan akses dan menghubungkan kedua desa tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh
Waktu itu dari Desa Catur ke Desa Papringan harus memutar jalan sejauh 4km.
Akhirnya di Dukuh Gumuk Ngembes itu ada jalan setapak yang dipisahkan oleh sungai
kecil untuk menuju Desa Papringan akhirnya kita usulkan untuk PNPM tahun 2004
kemudian disambung Program Pengembangan Kecamatan (PPK) tahun 2004. Disana kita
usulkan untuk pembangunan jalan dan jembatan (wawancara pada tanggal 12 mei 2014
pukul 10.30 bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad).
Pernyataan Bapak Sulomo diatas juga dipertegas oleh Bapak Wachid selaku Sekretaris
Desa Catur. Bahwasanya setelah adanya jalan dan jembatan penghubung antara Desa Catur
dengan Desa Papringan tersebut memudahkan masyarakat untuk dapat mengakses jalan
khususnya bagi masyarakat Dukuh Gumuk Ngembes bahwasanya mereka tidak perlu memutar
jauh apabila menggunakan kendaraan bermotor. Diketahui juga bahwa Desa Papringan
merupakan salah satu akses jalan alternatif yang digunakan oleh masyarakat untuk menuju ke
Daerah Ampel, Salatiga dan Semarang. Selain hal tersebut dengan adanya jembatan dan akses
jalan masyarakat khususnya Dukuh Gumuk Ngembes merasakan dampak adanya kenaikan nilai
harga jual tanah disektiar jalan penghubung kedua desa tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh
Dahulu itu tidak ada jalan cuma ada pematang yg besar. kemudian tahun 2004 ada
program PNPM dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Desa Catur digunakan
untuk pengembangan jalan yang berdampak bagi perekonomian Desa Catur. Selain itu,
dahulu tanah disekitar jalan itu tidak laku tetapi sekarang sudah minta tinggi harganya.
(wawancara tanggal 30 November 2014 pukul 07.34 bertempat di lokasi jembatan
penghubung dukuh Gumuk Ngembes Desa Catur dengan Desa Papringan).
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar
Gambar : jembatan dan jalan penghubung antara Dukuh Gumuk Ngembes Desa Catur
dengan Desa Papringan (dokumentasi peneliti pada tanggal 30 november 2014 pukul
07.11)
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan, jalan dan jembatan diatas memang
dibangun dari tanah persawahan yang dihibahkan oleh masyarakat. Menurut Bapak Wachid
pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah desa terkait pandangan kedepannya apabila adanya
akses jalan yang menghubungkan antar desa tersebut. Hal ini terbukti dengan pernyataan Bapak
Wachid diatas bahwa meningkatnya harga tanah di sekitar jalan tersebut. Selain itu peneliti juga
melihat tidak jauh dari jembatan dan jalan tersebut juga terdapat peternakan ayam potong yang
cukup besar. Sehingga hal ini dapat menunjukan bahwa diaerah yang dahulunya jarang diakses
oleh masyarakat saat ini sudah mulai digunakan untuk usaha yang berkontribusi meningkatkan
Desa Catur yang merupakan daerah pertanian tentunya masalah irigasi juga menjadi salah
satu fokus pembangunan di masa pemerintahan Bapak Sulomo Achmad sebagai Kepala Desa
Catur. Hal tersebut direalisasikan dengan adanya perbaikan saluran irigasi dan talud yang berada
di wilayah Desa Catur, dimana sebagaian besar saluran irigasi diwilayah Desa Catur sudah
dibangun dengan bangunan beton permanen dan hanya sebagian wilayah kecil yang masih
berupa saluran dalam bentuk tanah. Sehingga dengan permnanennya saluran irigasi diwilayah
Desa Catur dapat memperlancar penyaluran air ke sawah masyarakat dan meningkatkan hasil
produksi padi diwilayah Desa Catur. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Wachid bahwasanya:
Desa Catur ini kan wilayah pertaniannya cukup besar, oleh sebab itu pembangunan
Selain pembangunan jembatan penghubung antar desa, salah satu pembangunan yang
paling dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Catur khususnya adalah berdirinya Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sambi di wilayah Desa Catur pada tahun 2004. Peneliti juga
menemukan bahwasanya dengan adanya SMA Negeri 1 Sambi ini menjadi salah satu faktor
penting bagi Desa Catur untuk memperoleh bantuan pembangunan. Salah satunya adalah akses
perbaikan jalan guna menunjang dan memudahkan masyarakat untuk memperoleh akses
pendidikan. Selain hal tersebut ketersediaan masyarakat dan Pemerintahan Desa Catur untuk
menghibahkan sebagian tanah kas desa juga mendapat apresiasi tersendiri dari pemerintah pusat
maupun daerah sebagai bentuk kesungguhan Pemerintah Desa Catur untuk memajukan
kas desa hasil hibah dari masyarakat dan Pemerintah Desa Catur. Pembangunan SMA Negeri 1
Sambi pada gambar ini sesuai dengan harapan dari Bapak Kepala Desa Catur saat itu yang
setidaknya tingkat SLTA serta perbaikan akses jalan yang baik guna menunjang keberadaan
SMA Negeri 1 Sambi tersebut, dimana salah satunya adalah terlihat jalan didepan sekolah sudah
dimana beliau dahulu merasakan bahwa jarak yang jauh untuk mengakses pendidikan khususnya
tingkat SLTA cukup menjadi persoalan bagi sebagian masyarakat di desanya. Dikarenakan
bahwa jarak yang jauh akan berimbas pada pengeluaran uang akomodasi dan memberatkan
sekolah yang berada dilingkungan Desa Catur akan sangat membantu menekan pengeluaran
yang harus dikeluarkan oleh masyarakat di wilayah Desa Catur maupun sekitar desa.
saya sendiri dulu merasakan kalau mau sekolah saja orang tua tidak mampu apalagi
untuk uang saku ke kota. Untuk makan sehari-hari saja kalau tidak ada tekad saya rasa
juga susah. Saya ini kan orang tua dulu juga petani, untuk mencari uang sebagai buruh
tani sekarang ini misalnya hanya 25 -30 ribu/ hari itu untuk kebutuhan harian saja sudah
pas-pasan apalagi untuk biaya sekolah. Saya dahulu setiap hari harus berjalan kaki dari
desa sampai sekolah itu kan paling tidak 10 km karena waktu itu belum ada kendaraan
dan jalan masih tanah, dari sinilah saya terpanggil bagaimana kita untuk memajukan
daerah (desa). Salah satunya dengan mengusahakan untuk dapat berdirinya SMA di Desa
Catur ini. (wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30 bertempat di kediaman
Bapak Sulomo Achmad).
Selain pernyataan diatas Bapak Sulomo Achmad juga menginginkan bahwa di era
globalisasi seperti saat ini tentunya arus informasi dan kebudayaan yang masuk akan sulit
dikendalikan baik yang baik maupun yang buruk. Oleh sebab itu dengan adanya SMAN ini
diharapkan akan sedikit mengurangi efek dari kenakalan remaja. Dikarenakan orang tua akan
lebih mudah mengawasi dan letak sekolah yang masih di pedesaan sehingga siswa yang
bersekolah di lingkungan yang lebih kondusif jika dibandingkan dengan lingkungan yang berada
di daerah perkotaan. Hal tersebut cukup terbukti dengan banyaknya masyarakat Desa Catur dan
desa lain yang berdekatan dengan Desa Catur yang menyekolahkan anaknya di SMA Negeri 1
Sambi, karena sebelumnya untuk menjangkau sekolah setingkat SLTA berjarak lebih dari 10
Km.
Saat ini SMA Negeri 1 Sambi telah mengalami perubahan status dari SMA Negeri
menjadi SMK Negeri 1 Sambi yang berjalan sepenuhnya pada tahun ajaran baru 2015. Sehingga
pada tahun ajaran baru 2015 SMA N 1 Sambi berubah status sepenuhnya menjadi SMK N 1
untuk ruang praktek juga sudah dilakukan sebagai ciri khas warna untuk SMK.
Menurut penjelasan yang disampaikan oleh Bapak Sulomo Achmad bahwasanya SMA
Negeri 1 Sambi setelah hampir 10 tahun berdiri mengalami banyak perubahan. Menurutnya
setelah di evaluasi bahwsanya masyarakat lebih cinderung menginginkan anaknya setelah tamat
SLTA dapat langsung terjun ke dunia kerja. Selain itu juga, hanya sedikit lulusan yang bisa
SMA karena alasan tersebut. Sehingga akan lebih baik apabila SMA Negeri 1 Sambi berubah
status menjadi SMK Negeri 1 Sambi dan diharapkan mampu menjawab kebutuhan dan menarik
Sekarang untuk yang SMA saya masih berperan soalnya ketua komite sekolah itu sejak
berdiri sampai saat ini itu masih saya yang pegang. Setelah berdirinya SMA ini ternyata
kurang diminati masyarakat dan akhirnya untuk tahun 2014 ini kita usulkan untuk
dirubah menjadi SMK dengan jurusan otomotif, jurusan keperawatan terus jaringan
computer. Soalnya ini juga menjadi aspirasi masyarakat yang dimana setelah lulus bisa
langsung kerja kan peluangnya juga dari SMK. Alhamdulillah saat ini juga sudah
disetujui oleh Bapak Bupati. (wawancara pada tanggal 12 mei 2014 pukul 10.30
bertempat di kediaman Bapak Sulomo Achmad).
Selain sebagai komite SMK N 1 Sambi, Bapak Sulomo saat ini juga masih sebagai
komite MTsN 1 Sambi. Madrasah yang juga berada di Dukuh Wonotoro, Desa Catur ini menurut
Bapak Sulomo juga mengalami banyak kemajuan, terlebih setelah diselesaikanya status
kepemilikan tanah yang diatasnya berdiri MTsN 1 Sambi. Dikarenakan pada saat itu tahun 2004
status kepemilikan tanah merupakan tanah pribadi masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh
Mts yang berada didukuh wonotoro itu dulunya merupakan tanah milik perorangan, oleh
sebab itu Departemen Agama selaku pengelola sekolahan juga terkesan enggan untuk
memberikan bantuan pembangunan sekolah dikarenakan takut nantinya akan menimbulkan
masalah dikemudian hari terutama dalam kepemilikan lahan, akan tetapi setelah pemilik tanah
mau mewakafkan tanah tersebut kepada desa akhirnya sekarang Mts sudah berstatus Negeri dan
bantuan terutama gedung untuk kelas dapat direalisasikan ()
Hal diatas juga diperkuat oleh pernyataan salah satu guru sekaligus pemuda asli dukuh wonotoro
Dahulu sekitar tahun 2005 Mts Wonotoro ini sudah mau tutup, dikarenakan murid yang sedikit
dan tidak ada bantuan pembangunan. Hal ini dikarenakan statusnya waktu itu yang masih swasta
dan masalah kepemilikan lahan yang masih milik pribadi. Akan tetapi sekarang setelah statusnya
menjadi Negeri dan masalah Kepemilikan lahan selesai jumlah murid dan pembangunannya
banyak perubahan.
Selain itu pada masa pemerintahan Bapak Sulomo Achmad juga terlaksananya
pembangunan sekolah PAUD yang berada tepat dibelakang kantor Pemerintah Desa Catur yang
juga berdiri diatas tanah wakaf dari seorang warga masyakarat Desa Catur. Sebagaimana dapat
dilihat pada gambar berikut:
Selain melengkapi ketersediaan akses pendidikan dari PAUD sampai SLTA, Pemerintah
Desa Catur tidak melupakan pembangunan infrastruktur irigasi. Mengingat bahwa mata
pencaharian utama masyarakat Desa Catur merupakan pertanian, sehingga setiap tahunnya
didalam RPJM Desa terdapat usulan perbaikan saluran irigasi. Sebagaimana dapat dilihat pada