Anda di halaman 1dari 6

PERJUANGAN DAN DO’A

Firman supriadi, lahir di pegunungan terpencil desa Lenangguar pada tahun 1983 anak ke
3 dari 4 bersaudara. Menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di desa Lenangguar
kemudian melanjutkan SMA ke kota Sumbawa Besar dan berhasil masuk di sekolah
pavorit SMA Negeri 1 Sumbawa tanpa tes dan mengambil jurusan IPS. Sejak Kecil saya
punya impian untuk bisa melihat luasnya dunia, namun keterbatasan ekonomi membuat
saya hanya berangan-angan. Saya lahir dari keluarga kurang mampu, ibu dan bapak
berprofesi sebagai petani, namun saya bersyukur karena kedua orang tua saya meletakkan
pendidikan pada tempat tertinggi. Dan terbukti di tengah kesulitan ekonomi keluarga
kami, mampu menyelesaikan pendidikan keempat anaknya hingga lulus SMA, sebuah
kenyataan yang jarang kita temui di keluarga lain di kampung saya pada waktu itu.
Melewati masa SMA yang begitu sulit, harus bolos setiap hari sabtu untuk kerja buat
bayar BP3, pindah tempat tinggal dan numpang dirumah orang sambil cuci piring, satu
bungkus sarimi diamasak 2 kali untuk pagi dan siang sudah menjadi hal yang biasa dan
sangat saya nikmati, namun menyenangkan bagi saya bisa satu sekolah dan bersaing
dengan teman-teman keturunan China yang katanya terkenal pandai dan membuat nyali
ciut. Namun kabar tidak selalu sesuai dengan kenyataan karena prestasi merekapun biasa-
biasa saja. Semasa SD saya sudah menjadi ketua kelas dan berlanjut hingga saya SMP
sebagai ketua OSIS dan SMA sebagai ketua remaja Musollah. Kepercayaan teman-teman
ternyata membuka fikiran saya bahwa memimpin itu adalah seni untuk mencapai tujuan
bersama dan menjadi awal perkenalan saya dengan berbagai macam organisasi. Diantara
keempat saudara saya, saya merasa bersyukur karena takdir hidup lebih baik dari mereka.
Saya menyadari bahwa saya tidak memiliki keahlian khusus dibidang ilmu terapan yang
dapat saya banggakan sebagai kelebihan, karena sedikit ilmu yang saya aplikasikan di
dunia kerja saya peroleh secara otodidak tanpa melalui pendidikan non formal seperti
kursus dan lain sebagainya. Meski dengan pengetahuan terbatas, namun satu hal yang
pasti saya banggakan karena saya mampu berencana, berbuat, memimpin, merasakan,
mendengar dan memberi pengaruh yang dapat diterima dengan baik di dalam komunitas
saya dimanapun saya berada. Pengaruh itu terus berlanjut di perguruan tinggi setelah saya
berhasil masuk kuliah di IKIP Mataram tahun 2002 karena saya mendapat kepercayaan
lebih banyak lagi dari komunitas saya sebagai Ketua HMJ-Bio, di bidang akademik saya
dipercaya menjadi Koordinator assisten Praktikum MIPA, sampai nilai kejujuranpun saya
mendapat tempat sebagai bendahara wisma Mahasiswa Sumbawa Mataram selama tiga
periode berturut-turut. Ketekunan saya dalam organisasi kampus ternyata mampu
memberi pengaruh positif terhadap perkembangan akademik dan perkuliahan. Adalah
rezim kampus pada waktu itu yang saya nilai sangat lemah dalam manajemen, lamban
melakukan perubahan kebijakan dan membuat terobosan baru sehingga menghambat
kemajuan kampus, indikasi penyelewengan keuangan lembaga sehingga kami mahasiswa
tidak mendapatkan layanan pendidikan yang memuaskan. Akhirnya pada tahun 2006
menjelang wisuda, saya bersama beberapa rekan organisasi mencoba memfasilitasi dan
menjadi penengah agar diadakannya dialog dengan pihak rektorat selaku penentu
kebijakan. Namun harapan tidaklah selalu sejalan dengan kenyataan karena kejadian
tersebut berbuntut panjang dengan meninggalnya satu rekan mahasiswa akibat aksi
anarkis yang tidak kami rencanakan, dan peristiwa ini sempat menjadi tren topik
pemberitaan oleh media televisi nasional dan mendapat perhatian dari menteri
pendidikan. Namun inilah awal mulanya perubahan di kampus ikip mataram yang kini
sudah mengaplikasikan tekhnologi dalam berbagai bentuk aktivitas perkuliahan. Prihatin
dengan keadaan pendidikan di kampung, saya tidak kuasa menolak panggilan untuk
pulang meskipun saya harus meninggalkan pekerjaan sebagai assiten dosen muda tidak
tetap di IKIP mataram. Bersama beberapa teman, selanjutnya kami mencoba untuk
merintis berdirinya sekolah negeri dengan harapan dapat mendekatkan anak bangsa yang
baru menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP kepada akses pendidikan sehingga
mereka tidak lagi harus ke kota untuk melanjutkan sekolah menengah atas. Maklum dari
sejak orde baru sampai tahun 2007 kami harus melanjutkan pendidikan tingkat
SMA/SMK di kota Kabupaten dan membuat angka putus sekolah tingkat SMP pada
waktu itu cukup tinggi. Faktor lain yang membuat saya semakin termotivasi adalah
dorongan yang kuat untuk membangun tanah kelahiran dan upaya untuk membantu
menciptakan lapangan pekerjaan bagi teman-teman yang pada waktu itu sudah berhasil
memperoleh gelar sarjana namun belum memperoleh pekerjaan. Berawal dari sinilah
peranan saya sebagai seorang guru sesungguhnya dimulai. Tentu banyak hal yang harus
kami persiapkan agar keinginan untuk merintis sekolah baru dapat terwujud mulai
menyusun dan mengajukan proposal perijinan, melakukan sosisalisai kepada masyarakat,
merekrut peserta didik dan tenaga kependidikan serta memimpin tim untuk
mempersiapkan segala bentuk administrasi yang dibutuhkan sebagai syarat berdirinya
sekolah baru. Seperti kata pepatah “tidak ada perjuangan yang sia-sia karena usaha tidak
akan menghianati hasil”. Akhirnya pada tahun 2008 berdirilah SMK Negeri 1 Lenangguar
sebagai sekolah berbasis pada kompetensi di bidang pertanian dan kehutanan . Semangat
muda yang begitu bergelora membuat saya terus berfikir dan mencari cara agar sekolah
baru di atas gunung ini dapat diakui eksistensinya ditengah masyarakat luas kabupaten
Sumbawa. Meski dengan segala keterbatasan fasilitas yang dimiliki sekolah waktu itu,
saya tetap nekad mengikutkan perwakilan diberbagai kegiatan kesiswaan tingkat
kabupaten. Dan sekali lagi usaha tidak pernah menghianati hasil. Kegiatan lomba menulis
Essay dan artikel yang diikuti oleh Guru, kepala sekolah dan siswa SMA/SMK dalam
rangka HUT kabupaten Sumbawa berhasil diraih oleh guru dan siswa dari SMKN 1
Lenangguar sebagai juara pertama. Sebuah kebanggaan tersendiri dapat
mempersembahkan piala sebagai trofi pertama yang di pajang dalam lemari koleksi
sekolah baru.

Namun bukanlah rahasia umum lagi jika sekolah berjalan tanpa hambatan. Banyak
kendala yang harus dihadapi guru termasuk saya, mulai dari terbatasnya fasilitas,
heterogenitas prilaku siswa yang membuat darah naik turun lebih cepat serta besaran
honor yang hanya cukup untuk hidup satu minggu. Tentu bukan masalah tanpa solusi.
Keinginan yang kuat untuk maju membuat saya tetap berpegang pada prinsip “bekerjalah
dengan ikhlas, mengabdilah dengan jiwa, maka nilai akan datang sendiri kepadamu”.
Alhamdulillah tahun 2009 Allah buka pintu rezeki bagi saya sehingga bisa lulus seleksi
Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai buah dari keikhlasan dan kesabaran yang saya
junjung. Dengan demikian maka berakhirlah masa pengabdian saya sebagai guru honorer
di SMK Negeri 1 Lenangguar. Meski singkat namun bermakna karena harapan saya
sebagai guru terwujud untuk mendekatkan anak bangsa pada akses pendidikan.
Rangkaian peristiwa itulah yang menyertai perjalanan hidup sebelum akhirnya
kesuksesan itu tercapai. Serangkaian peristiwa yang memerlukan perjuangan dan
membutuhkan lebih dari sekedar pengorbanan. Demikian itu kenyataan yang harus saya
lalui sebelum akhirnya mencapai taraf sekarang ini untuk berani bersaing dengan putra-
putri terbaik bangsa dalam rangka mengejar mimpi yang sama untuk membangun negeri.
Setiap orang tentu pernah dan ingin merasakan sukses di dalam hidupnya meskipun
dengan kriteria serta standar sukses yang berbeda. Kesuksesan yang ingin terus diraih
tanpa rasa puas sampai akhirnya mencapai pada satu titik kejayaan.
Dari serangkaian sukses yang pernah saya raih, tidak pernah ada kebahagiaan yang begitu
sangat berarti bagi saya ketika kedua orang tua saya mendapatkan undangan untuk hadir
sebagai pendamping dalam acara wisuda pada tahun 2006. Suatu kebanggaan tersendiri
bagi saya karena berhasil memperoleh gelar sarjana pendidikan sekaligus mampu
menyelesaikan amanah orang tua sebagai delegasi keluarga dengan predikat cumlaude.
Kebanggaan yang menurut saya pantas untuk dibagi karena ini adalah suatu kenyataan
yang jarang kita temukan di kampung saya pada waktu itu. Mungkin bagi sebagian orang
memperoleh gelar sarjana adalah hal yang biasa saja, tetapi menjadi luar biasa bagi saya
karena perjuangan dan pengorbanan yang menyertai kesuksesan tersebut begitu luar biasa
hingga berkesan sampai dengan saat ini. Begitu banyak suka dan duka berjalan beriringan
menemani hari-hari selama saya menempuh pendidikan dibangku kuliah. Berpuasa
adalah solusi terbaik ketika bekal hidup bulanan mulai menipis sambil berkirim surat
kepada orang tua melalui agen bus karena jaringan telepon belum masuk kampung
meskipun hanya untuk bertanya tentang kabar keluarga. Namun seperti yang saya
katakana itulah perjuangan dan saya sangat menikmati hal tersebut. Jikalau boleh saya
umpamakan perjuangan itu tidak ubahnya seperti kehidupan anak-anak yang dikisahkan
oleh Andrea Hirata di dalam Trilogi Laskar Pelangi, terima kasih buat mas Andrea,
goresanmu sangat menginspirasi bagi saya.
Keberhasilan saya memperoleh gelar sarjana ditengah himpitan ekonomi keluarga
menjadi awal bagi rentetan kesuksesan-kesuksesan saya selanjutnya. Ada begitu banyak
kejadian luar biasa yang terjadi ketika segala sesuatu diawali oleh niat yang tulus dan hati
yang ikhlas. Menjadi dosen muda tidak tetap, lulus seleksi calon pegawai negeri sipil
dengan menyingkirkan 300 peserta untuk 1 formasi yang tersedia, merintis pendirian
SMK Negeri adalah tiga rangkaian capaian sukses terbesar yang saya peroleh setelah
wisuda. Tekad yang kuat untuk menegakkan prinsip bahwa hidup saya harus lebih baik
minimal satu tingkat dari orang tua berhasil saya wujudkan, bahkan saya berfikir sudah
melampaui sangat jauh, namun bukan berarti saya akan berhenti sampai disini. Banyak
hal yang masih ingin saya kerjakan untuk negeri ini meskipun dengan peran yang begitu
sangat kecil. Sayapun ingin berbagi pengalaman dengan sekian banyak anak-anak didik
bahwa sukses itu adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Keberhasilan atau kesuksesan
bukanlah tempat berhenti dan berlabuh, tapi sebagai tempat mempersiapkan diri untuk
menyongsong permasalahan selanjutnya. Kesuksesan adalah sebuah perjalanan dari
pucuk kesuksesan menuju pucuk kesuksesan lainnya. Tidak ada kesuksesan yang bisa
dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras,
keuletan, kegigihan, dan kedisiplinan. Hal itu juga harus dibarengi dengan sikap pantang
menyerah dan tidak cepat putus asa. Semua cita-cita dan ambisi hanya bisa direngkuh
apabila kita mau terus belajar berbagai hal, dimana pun dan kepada siapapun. Materi
bukanlah satu-satunya ukuran untuk meraih kesuksesan karena ada banyak ukuran
tergantung dari tujuan masing-masing orang. Kesuksesan adalah suatu hasil yang sesuai
tujuan dan diukur melalui betapa efektif dan efisien kita mencapainya. Kita tidak boleh
lengah dengan orang yang berpendapat bahwa kesuksesan hanya semata-mata bertolak
dari materi. Padahal sukses butuh proses dengan visi yang jelas, kualitas, dan kecepatan.
Untuk itulah saya akan terus bermimpi, terus mencoba dan berusaha tentunya dengan
berdo’a guna meraih suskes-sukses berikutnya.

Berbekal tekad itulah yang saya bawa ke tempat tugas kedua saya di SMK Negeri 1 Alas.
Sejak Tugas dimulai tahun 2010 keterlibatan saya di tim kurikulum selama 4 tahun
melalui penertiban segala macam administrasi memberi dampak besar terhadap hasil
akreditasi beberapa program studi yang semula mendapat nilai C berhasil menjadi B+.
Sebagai guru, tentu punya harapan besar terhadap anak didiknya agar bisa menjadi anak-
anak bangsa yang sukses. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka pendidikan menjadi
suatu keharusan sebagai jalan keluar yang harus di ambil. Pendidikan yang mampu
merubah pola fikir anak bangsa menjadi generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa
yang kelak akan mengembalikan negeri ini sesuai dengan arah dan tujuannya. Oleh
karena itu tidak boleh ada lagi anak-anak bangsa yang tidak bisa sekolah dengan alasan
apapun. Sekecil apapun keterlibatan kita dalam memainkan peran akan sangat
berpengaruh terhadap keberlangsungan bangsa dan Negara yang kita cintai. Teruslah
belajar anak-anakku dan teruslah mengajar wahai guru-guru hebat, karena semua pasti
akan indah pada waktunya.

BIODATA
1. Nama : FIRMAN SUPRIADI, S.Pd
2. NIP : 19830815 201001 1 024
3. Tempat/Tanggal lahir : Lenangguar/15 Agustus 1983
4. Pangkat/Golongan : Guru Pertama/III.c
5. Pendidikan S-1 Terakhir : A.IV/Biologi
6. Asal PerguruanTinggi S-1 : IKIP Mataram
ProgramStudi : FPMIPA
(Akreditasi Prodi: B )
7. Instansi/TempatKerja : SMK Negeri 1 Alas
Alamat Instansi/Tempat Kerja : Jl. Raya Sumbawa-Alas Kec. Alas Desa
Lab. Alas Kab. Sumbawa-NTB 84353
No.Telp : (0372-9291716)
8. No.SK.Pengangkatan Pertama : 424 TAHUN 2010
TMT : 01 - 01 - 2010
9. Alamat Rumah : Dusun Santong RT/RW 004/007
Desa Dalam Kecamatan Alas
No.HP : 081909153728
Alamat email : firmanyadistira@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai