Anda di halaman 1dari 4

Furunkulosis, Penyakit Kulit Akibat Infeksi

Kuman
Apakah anda atau anak anda sering terkena penyakit kulit karena alergi atau
infeksi? Tahukah anda kalo penyakit kulit itu tidak lah sama jenis maupun
obatnya. Maka hati-hatilah mengobati penyakit kulit anda dengan obat-obat yang
sering ditemukan dipasaran, salah-salah penyakit kulit anda tambah parah jadinya.
Ulasan ini adalah tentang salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi,
yang sangat sering ditemukan di masyarakat terutama pada anak-anak.
Furunkolosis namanya, adalah salah satu bentuk daripada pioderma. Di bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
insidennya menduduki tempat ketiga terbanyak, dan berhubungan erat dengan
keadaan sosial ekonomi.
Furunkolosis dapat menimbulkan komplikasi yang fatal. Salah satunya adalah
furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi
oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih dalam
atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila
higinis penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering
kambuh. Berikut akan dipaparkan dari penyebab, patogenesis, sampai
penanganannya.
Mengenai Pengertian dari Penyakit ini
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan
Streptococcus atau oleh keduanya. Furunkel adalah peradangan pada folikel
rambut dan jaringan yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. Apabila furunkelnya lebih dari satu maka disebut furunkolosis.
Penyebaran
Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Di bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan
sosial ekonomi.
Furunkel lebih sering pada musim panas, karena banyak berkeringat. Dari segi
umur onsetnya dapat terjadi pada anak-anak dan juga orang muda. Frekuensinya
lebih banyak pada anak laki-laki.
Etiologi / Penyebab
Etiologinya kebanyakan oleh Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel
berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan
berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini
yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi
manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1.
2.

manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan


streptococcus.
Faktor Predisposisi yang mempengaruhi munculnya penyakit ini
Sebenarnya yang mempengaruhi untuk terjadinya pioderma, khususnya furunkel
atau furunkolosis ada tiga faktor yaitu faktor host, agent, dan lingkungan.
Faktor host
higinis yang jelek
diabetes militus
kegemukan
sindrom hiper Ig E
carier kronik S. aureus (hidung)
gangguan kemotaktik
ada penyakit yang mendasari seperti HIV
sebagai komplikasi dari dermatitis atopi, ekscoriasi, scabies atau pedikulosis
(adanya lesi pada kulit atau kulit tidak utuh bisa juga karena garukan atau sering
bergesekan)
Agent : biasanya S. aureus
Lingkungan
lingkungan yang kotor atau kebersihannya jelek
iklim panas
Patofisiologi, Patogenesis, Patologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain
faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana
adanya ketidak seimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus
mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan
substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer
polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan
eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat
atau lisozim. Hal ini merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini
menyebabkan monosit membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi
opsonik, dan zat ini juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit
polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan
komplement.
Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat
lainnya. Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut
menimbulkan nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin
disekitar lesi dan didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan
dinding yang membatasi preses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan
kemudian jaringan fibrosis. Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan
nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada

1.
2.
3.

daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar,
rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya
sembuh.
Gambaran Klinik
Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan
perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan
yang berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi
proses supurasi dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi.
Pada bagian tengah lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan
nekrotik, dan disebut mata bisul (core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik
tersebut akan keluar. Perawatan khusus ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel
yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral
kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial. Masalah lain yaitu
bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih dalam atau lebih luas sehingga bisa
juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek atau
menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh. Predileksi penyakit
ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada wajah, punggung, kepala,
ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak
bergesekan.
Efloresensi, lesi awal berupa infiltrat kecil, membesar membentuk nodul
eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata bisul), kemudian
melunak menjadi abses, pecah, terbentuk ulkus.
Bagaimana Mendiagnosisnya.
Diagnosis furunkel atau furunkolosis kebanyakan dapat ditegakkan secara klinis
mengingat gambaran klinisnya yang khas yaitu lesi awal berupa infiltrat kecil,
membesar membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core
(mata bisul), kemudian melunak menjadi abses, pecah, terbentuk ulkus. Tetapi
untuk lebih menegakkan diagnosisnya yaitu dari segi :
anamnesis : timbul bisul atau benjolan yang nyeri dan ada matanya.
pemeriksaan fisik khususnya efloresensi nodul eritema berbentuk kerucut, dan
ditengahnya terdapat core
pemeriksaan penunjang : pengecatan Gram, kultur dan tes sensitivitas
Diagnosis banding
Diagnosis banding furunkolosis adalah folikulitis dan karbunkel. Antara
furunkolosis dan folikulitis dapat dibedakan dari segi efloresensinya kalau pada
folikulitis berupa macula eritematus, papul, pustula, tidak terdapat core dan
jaringan disekitarnya tidak meradang. Antara furunkolosis dengan karbunkel,
dapat dibedakan dari segi efloresensinya mirip dengan furunkel hanya saja
ukurannya lebih besar dan mata bisulnya lebih dari satu. Dan biasanya sering
dijumpai pada penderita DM.

1.

2.
3.
4.

1.

1.

Komplikasi
Berikut adalah beberapa komplikasi furunkel:
furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang
dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas
ke dalam intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada
vena tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus
yang nantinya bisa menjadi meningitis.
selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup
jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal
furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh higine yang buruk
Tentang Penatalaksanaan / Pengobatannya
Adapun penatalaksanaan untuk furunkelatau furunkolosisi adalah sebagai berikut:
Topikal
Topical diberikan salep yang mengandung basitrasin dan neomisin, asam fusidat ,
natrium fusidat atau yang mengandung mupirosin. Bila terjadi ulkus atau lesi
masih eksudatif dilakukan kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus
1/ 5000, larutan rivanol 0,1% atau povidin iodine 5%-10%.
Sistemik
Sistemik diberikan antibiotic, seperti
Koksasilin 3 x 500 mg per oral/ hari selama 5-7 hari atau
Sefadroksil 2 x 500 mg peroral/ hari selama 10-14 hari
Bila alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin
Pada furunkel maligna diberikan sefotaksim 1 gram intramuskuler per 8 jam
selama 10 hari.
Prognosis
Umumnya baik. Asalkan mendapatkan penanganan yang adekuat dan faktor
penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik bila terjadi
komplikasi.
Asam fusidat adalah antibiotika steroidal dengan mekanisme kerja mempengaruhi fungsi
faktor elongasi (EF-G) dengan menstabilkan EF-G-GDP-ribosome complex, mencegah
translokasi ribosom dan daur ulang bentuk EF-G.

Anda mungkin juga menyukai