II
Identitas Pasien
Nama
Umur
JenisKelamin
Pekerjaan
Tanggal Masuk
RM
: Tn. F
: 17 Th
: Laki-Laki
: Pelajar
: 20 November 2014
: 42 59 55
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Benjolan pada lengan kanan
Anamnesis Tambahan :
Dialami sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan tersebut awalnya kecil, lama-kelamaan
membesar. Nyeri kadang-kadang muncul seperti kram, demam hilang timbul 1
bulan terakhir, tidak ada keluhan mual, maupun muntah, nafsu makan menurun
dan berat badan dirasakan menurun.
Riwayat sebelumnya: Pasien mengatakan 5 tahun yang lalu pasien pernah
mengalami kecelakaan dan tangan kanan mengalami keseleo. Namun pasien tidak
III
berobat ke dokter, hanya berobat ke dukun dan tangan yang sakit sering diurut.
Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum : Sakit sedang
Tanda vital :
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 78 x/menit, kuat angkat
Pernapasan : 16 x/menit
Suhu
: 37,0 0C
Kepala
: Tidak ada kelainan
Mata
: Konjunctiva anemis -| Hidung
:Tidak ada kelainan
Telinga: Tidak ada kelainan
Leher
: Tidak ada kelainan
Thorax
: Dalam batas normal
Abdomen
: Dalam batas normal
Ekstremitas:
Ekstremitas superior :
o Regio. Antebrahii Dextra
Inspeksi : Tampak benjolan di proksimal antebrahii, warna sama
dengan warna kulit, venektasi (+), deformitas (-),
IV
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Motorik (Kekuatan)
o Ekstremitas superior : 5/5
o Ekstremitas inferior : 5/5
Pemeriksaan Sensorik
: Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
WBC : 7.24 x 103/uL
RBC : 5.53 x 106/uL
HGB: 16,2 g/dL
HCT : 47.3 %
PLT : 248 x 103/uL
Foto Antebrachii ap/lat
Biopsi
Sediaan hapusan terdiri dari sel-sel radang limfosit yang cukup padat pada
satu focus tampak sel-sel maligna, pleomorfik, terdapat area nekrosis
diantaranya.
Kesan : Radang granulomatous dd Soft tissue sarkoma
CT Scan Antebrachii
VI
Resume
Laki-laki 17 tahun, masuk dengan keluhan benjolan di tangan kanan
yang dialami sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan tersebut awalnya kecil, lamakelamaan membesar. Nyeri kadang-kadang muncul seperti kram, demam
hilang timbul 1 bulan terakhir, nafsu makan menurun dan berat badan
dirasakan menurun. Riwayat sebelumnya : Pasien mengatakan 5 tahun yang
lalu pasien pernah mengalami kecelakaan dan tangan kanan mengalami
keseleo. Namun pasien tidak berobat ke dokter, hanya berobat ke dukun dan
tangan yang sakit sering diurut. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan tandatanda vital dalam batas normal, pemeriksaan kepala, mata, hidung, telinga,
3
Diagnosis
Osteomielitis Antebrachii Dekstra
VIII
Penatalaksanaan
- Terapicairan
- Antibiotik
- Rencanakan operasi
II. DISKUSI
OSTEOMIELITIS
A. PENDAHULUAN
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada
tulang dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik
(Randall, 2011).
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan
bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh
bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik
adalah
kuman
Pseudomonas, dan
Staphylococcus
Klebsiella.
aureus
Pada
(89-90%),
periode neonatal,
Escherichia coli,
Haemophilus
kasus per
5.000
anak.
Prevalensi
neonatal adalah
sekitar 1
kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah
sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas
osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis
berat yang mendasari. (Randall, 2011)
B. DEFINISI
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada
tulang dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik
(Randall, 2011). Dalam kepustakaan lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah
radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen
infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat
tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan
periosteum. (Dorland, 2002).
C. INSIDENS
1 Morbiditas
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi
neonates adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada
pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis
setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien dengan DM).
insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
penduduk. (Randall, 2011).
Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi
lokal ke jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi
kronis,
dengan
rasa
nyeri dan
kecacatan;
amputasi
ekstremitas
vertebral
mengembangkan
temuan
neurologis
atau kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak dengan
osteomielitis tulang panjang dapat berkembang menjadi trombosis vena
dalam (DVT). Perkembangan DVT juga dapat menjadi penanda adanya
penyebarluasan infeksi. (Randall, 2011).
Komplikasi vaskular tampaknya lebih
umum
dijumpai
dengan
Methicillin-Resistant
Staphylococcus
Mortalitas
Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis
Ras
Tidak ada peningkatan kejadian osteomielitis dicatat berdasarkan ras.
(Randall, 2011).
4
Jenis kelamin
Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkatkan melalui
Usia
Secara
distribusi
usia
bimodal.
D. ETIOLOGI
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan
bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh
bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik
adalah
kuman
Pseudomonas, dan
Staphylococcus
Klebsiella.
aureus
Pada
(89-90%),
periode neonatal,
Escherichia coli,
Haemophilus
b.
c.
d.
dan
Streptococcus.
2. Osteomielitis langsung
a.
b.
c.
E. PATHOPHYSIOLOGY
Infeksi pada osteomyelitis dapat terjadi lokal atau dapat menyebar melalui
periosteum, korteks, sumsum tulang, dan jaringan retikular. Jenis bakteri bevariasi
berdasarkan pada umur pasien dan mekanisme dari infeksi itu sendiri.
Terdapat dua kategori dari osteomyelitis akut:
1. Hematogenous osteomyelitis, infeksi disebabkan bakteri melalui darah.
Acute hematogenous osteomyelitis, infeksi akut pada tulang disebabkan
bakteri yang berasal dari sumber infeksi lain. Kondisi ini biasanya terjadi
pada anak-anak. Bagian yang sering terkena infeksi adalah bagian yang
sedang bertumbuh pesat dan bagian yang kaya akan vaskularisasi dari
metaphysis. Pembuluh darah yang membelok dengan sudut yang tajam
pada distal metaphysis membuat aliran darah melambat dan menimbulkan
endapan dan trombus, tulang itu sendiri akan mengalami nekrosis lokal
dan akan menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Mula-mula terdapat
fokus infeksi didaerah metafisis, lalu terjadi hiperemia dan udem. Karena
tulang bukan jaringan yang bisa berekspansi maka tekanan dalam tulang
ini menyebabkan nyeri lokal yang sangat hebat.
Infeksi dapat pecah ke subperiost, kemudian menembus subkutis dan
menyebar menjadi selulitis atau menjalar melalui rongga subperiost ke
diafisis. Infeksi juga dapat pecah kebagian tulang diafisis melalui kanalis
medularis.
Penjalaran subperiostal kearah diafisis akan merusak pembuluh
darah yang kearah diafisis, sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang
disebut
sekuester.
Periost
akan
membentuk
tulang
baru
yang
dengan pembedahan ortopedi dan fraktur terbuka. Rasio antara pria dan
wanita 2 :1.
F. KLASIFIKASI
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan
ostemielitis. Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dari
timbulnya gejala : akut, subakut, dan kronik. Osteomielitis akut diidentifikasi
dengan adanya onset penyakit dalam 7-14 hari. Infeksi akut umumnya
berhubungan dengan proses hematogen pada anak. Namun, pada dewasa juga
dapat berkembang infeksi hematogen akut khususnya setelah pemasangan
prosthesa dan sebagainya. (David,1987).
Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan.
Sedangkan osteomielitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalanan
klinisnya terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya
nekrosis tulang pada episentral yang disebut sekuester yang dibungkus
involukrum. (David,1987).
Sistem
klasifikasi
mengkategorisasikan
lainnya
infeksi
dikembangkan
muskuloskeletal
oleh
Waldvogel
berdasarkan
etiologi
yang
dan
10
11
daerah ini melambat sehingga kuman akan berhenti di sini dan berproliferasi.
(Sjamsuhidajat, 2004).
Secara klinis, penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi akut.
Nyeri biasanya terlokalisasi meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh
lain di dekatnya. Sebagai contoh, apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut,
maka sendi panggul juga harus dievaluasi akan adanya arthritis. Penderita
biasanya akan menghindari menggunakan bagian tubuh yang terkena
infeksi.Etiologi tersering adalah kuman gram positif yaitu Staphylococcus
aureus. (Sjamsuhidajat, 2004).
Gejala klinis osteomielitis akut sangat cepat, diawali dengan nyeri lokal
hebat yang terasa berdenyut. Pada anamnesis sering dikaitkan dengan riwayat
jatuh sebelumnya disertai gangguan gerak yang disebut pseudoparalisis.
Dalam 24 jam akan muncul gejala sistemik berupa seperti demam, malaise,
cengeng, dan anoreksia. Nyeri terus menghebat dan disertai pembengkakan.
Setelah beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai subkutan
akan menimbulkan selulitis sehingga kulit akan menjadi kemerahan. Oleh
karenanya, setiap selulitis pada bayi sebaiknya dicurigai dan diterapi sebagai
osteomielitis sampai terbukti sebaliknya. (Hidiyaningsih, 2012).
Pada pemeriksaan laboratorium darah, dijumpai leukositosis dengan
predominasi sel-sel PMN, peningkatan LED dan protein reaktif-C (CRP).
Aspirasi dengan jarum khusus untuk membor dilakukan untuk memperoleh
pus dari subkutan, subperiosteum, atau fokus infeksi di metafisis. Kelainan
tulang baru tampak pada foto rongent akan tampak 2-3 minggu. Pada awalnya
tampak reaksi periosteum yang diikuti dengan gambaran radiolusen ini baru
akan tampak setelah tulang kehilangan 40-50% masa tulang. MRI cukup
efektif dalam mendeteksi osteomielitis dini, sensitivitasnya 90-100%.
Skintigrafi tulang tiga fase dengan teknisium dapat menemukan kelainan
tulang pada osteomielitis akut, skintigrafi tulang khusus juga dapat dibuat
12
Osteomielitis Subakut.
Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik. Infeksi
ini biasanya disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah dan tidak
memiliki gejala. Osteomielitis subakut memiliki gambaran radiologis yang
merupakan kombinasi dari gambaran akut dan kronis. Seperti osteomielitis
akut, maka ditemukan adanya osteolisis dan elevasi periosteal. Seperti
osteomielitis kronik, maka ditemukan adanya zona sirkumferensial tulang
yang sklerotik. Apabila osteomielitis subakut mengenai diafisis tulang
13
Brodie Abses.
Lesi ini, awalnya ditemukan oleh Brodie pada tahun 1832, merupakan
bentuk
lokal
osteomielitis
subakut,
dan
sering
disebabkan
oleh
14
nekrotik
akan
menjadi
tempat
yang
menguntungkan
untuk
15
G. MANIFESTASI KLINIS
Osteomielitis hematogeneus biasanya memiliki progresivitas gejala yang
lambat.osteomielitis langsung (direct osteomyelitis) umumnya lebih terlokalisasi
dengan tanda dan gejala yang menonjol. Gejala umum dari osteomielitis meliputi :
1. Osteomielitis hematogenus tulang panjang
Kelelahan
Irritabilitas
16
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap:
Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal.
Adanya
Tingkat
C-reaktif
dan nonspesifik;
penelitian
ini
protein
biasanya
mungkin
tinggi
lebih berguna
kronis seringkali
50%
pasien
aspirasi memiliki
hasil
edema jaringan
Perubahan
tulang tidak
setelah
terinfeksi.
hari dan
pada
17
awalnya bermanifestasi
sebagai
elevasi
periosteal
hari,
diikuti
90%
oleh
pasien
polos, CT,
Sensitivitas berkisar
antara 90-
pada
orang
dewasa
dengan temuan
dramatis
normal
menurun dalam
67
gallium
dan /
rutin
Hal
untuk
ini
tidak direkomendasikan
untuk
sejak
1-2 hari
gejala.
Kelainan
kumpulan cairan
tulang.
18
I. DIAGNOSIS BANDING
Osteomielitis mudah didiagnosis secara klinis, pemeriksaan radiologis dan
tambahan seperti CT dan MRI jarang diperlukan. Namum demikian,
seringkali osteomielitis memiliki gejala klinis yang hampir sama dengan yang
lain. Khususnya dalam keadaan akut, gejala klinis yang muncul sama seperti
pada histiocytosis sel Langerhans atau sarkoma Ewing. Perbedaan pada
setiap masing-masing kondisi dari jaringan lunak. Pada osteomielitis, jaringan
lunak terjadi pembengkakan yang difus. Sedangkan pada sel langerhan
histiocytosis tidak terlihat secara signifikan pembengkakan jaringan lunak
atau massa. Sedangkan pada ewing sarkoma pada jaringan lunaknya terlihat
sebuah massa. Durasi gejala pada pasien juga memainkan peranan penting
untuk diagnostik. Untuk sarkoma ewing dibutuhkan 4-6 bulan untuk
menghancurkan tulang sedangkan osteomielitis 4-6 minggu dan histiocytosis
sel langerhans hanya 7-10 hari. (Adam, 2004)
- Selulitis.
- Gangren gas.
- Gout dan Pseudogout.
- Neoplasma, pada tulang belakang.
- Kelumpuhan pada masa anak-anak.
- Osteosarkoma.
- Tumor Ewing.
- Infeksi pada saraf spinal.
J. TERAPI
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan
pemberian antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena
Staphylococcus merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang
dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah negatif, maka
diperlukan aspirasi subperiosteum atau aspirasi intramedula pada tulang yang
terlibat. Pasien diharuskan untuk tirah baring, keseimbangan cairan dan elektrolit
dipertahankan, diberikan antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi
dengan gips. Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian
19
20
Hs-CRP meningkat tajam saat terjadi inflamasi dan menurun jika terjadi
perbaikan sedang LED naik kadarnya setelah 14 hari dan menurun secara
lambat sesuai dengan waktu paruhnya.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang
terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan
daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi
antibiotik dianjurkan. Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan adjuvan
terhadap
debridemen
bedah.
Dilakukan
sequestrektomi
(pengangkatan
21
yang terlibat. Pada infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat
mengakibatkan terjadinya fraktur patologis. (Hidiyaningsih, 2012)
Indikasi dilakukannya pembedahan ialah :
1.
2.
3.
4.
Adanaya sequester.
Adanya abses.
Rasa sakit yang hebat.
Bila mencurigakan adanya
perubahan
kearah
keganasan
(karsinoma Epidermoid).
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting
dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol
hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal
selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi
ini. (Canale, 2007)
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi
dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah
kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang. Saat yang terbaik
untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup kuat;
mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan. (Canale, 2007)
Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh (Hidiyaningsih, 2012):
22
1. Pemberian
antibiotik
yang
tidak
cocok
dengan
mikroorganisme
penyebabnya
2. Dosis yang tidak adekuat
3. Lama pemberian tidak cukup
4. Timbulnya resistensi
5. Kesalahan hasil biakan
6. Pemberian pengobatan suportif yang buruk
7. Kesalahan diagnostik
8. Pada pasien yang imunokempremaise
K. KOMPLIKASI
1 Kematian tulang (osteonekrosis) : Infeksi pada tulang dapat menghambat
sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi
nekrosis pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi untuk
2
5
6
7
23
Selulitis
L. PROGNOSIS
Prognosis bevariasi, tergantung pada kecepatan dalam mendiagnosa dan
melakukan penanganan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Greenspan. Orthopedic Imaging: A Practical Approach, 4th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. USA. 2004.
Anonym,
Osteomyelitis.2011.
Available
from:
http://www.mayoclinic.com/health/ osteomyelitis/DS00759
Anonym, OSTEOMIELITIS : Perkembangan 10 tahun Terakhir. Available
from: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_023_sendi_&_tulang.pdf
Daniel, Lew, et al. 2012. Review Article Current Concepts OSTEOMYELITIS
available
from
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/nejm199704033361406
David R, Barron BJ, Madewell JE. Osteomyelitis, acute and chronic. Radio Clin
North Am 1987;25:1171-1201.
David C. Dugdale, 2009. http://www.umm.edu/imagepages/9712.htm
Hidyaningsih, Referat Osteomielitis. Jakarta:2012. h : 10-24.
Randall W King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni. Osteomyelitis in
Emergency
Medicine.
Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview#showall
Robin, Cotrans. Pathologic Basis of Disease 7th Edition. 2007
Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi
Song, Kit M ; Sloboda, John F. Journal of the American Academy of Orthopaedic
Surgeons. 2001.
25