Anda di halaman 1dari 16

Dampak Event Pariwisata

14-Jun-2011 16:56

1.1.

Latar Belakang

Kepariwisataan Indonesia merupakan penggerak perekonomian nasional yang potensial


untuk memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi di masa yang akan datang.
Pada tahun 2008 kepariwisataan Indonesia berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) sebesar Rp. 153,25 trilyun atau 3,09% dari total PDB Indonesia (BPS, 2010). Pada
tahun 2009, kontribusinya meningkat menjadi 3,25%. Pertumbuhan PDB pariwisata pun
sejak tahun 2001 selalu menunjukkan angka pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan
PDB nasional. Walaupun masih menunjukkan angka sementara, pada tahun 2009
pertumbuhan PDB pariwisata mencapai 8,18%, sedangkan PDB nasional hanya 4,37%.
Pada tahun yang sama, devisa dari pariwisata meurpakan kontributor terbesar ketiga
devisa negara, setelah minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Peringkat ini
menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat sejak tahun 2006 yang hanya
menempati peringkat ke-6 dari 11 komoditi sumber devisa negara.
Berbagai program pemerintah untuk meningkatkan kinerja kepariwisataan Indonesia
sebagai sektor andalan pembangunan nasional terus dilakukan, antara lain dengan
menyelenggarakan program Visit Indonesia Year yang terakhir ini dilaksanakan pada tahun
2009

dengan

tema

Marine

&

MICE.

Penyelenggaraan

MICE

diharapkan

dapat

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara, domestik, maupun mancanegara ke


Indonesia untuk mengejar target jumlah kunjungan yang telah ditetapkan.
Dalam rangka mendukung program tersebut, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
telah

menetapkan

13

destinasi

MICE (meeting,

incentive,

convention,

and

exhibition) unggulan, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Balikpapan, Medan, BatamBintan, Padang-Bukittinggi, Makassar, Manado, Palembang, Mataram, dan Bandung.
Penetapan 13 destinasi MICE unggulan ini telah mendorong diselenggarakannya ratusan
event nasional maupun internasional di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2008, di
Indonesia telah diselenggarakan 400 event nasional dan 225 eventinternasional. Pada
tahun 2009, sampai bulan April saja sudah mencapai 164 event nasional dan 181
internasional.
Penyelenggaraan event yang telah berlangsung di Indonesia memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap destinasi penyelenggara, baik manfaat ekonomi, sosial, maupun
budaya. Belum banyak, bahkan sangat sedikit penelitian yang menganalisis dampak
penyelenggaraan event di Indonesia.

Kementerian

Kebudayaan

dan

Pariwisata

Republik

Indonesia

saat

ini

sedang

menyelenggarakan kegiatan Penelitian Dampak Event Pariwisata, dengan fokus pada


dampak ekonomi yang dihasilkan dari penyelenggaraan event. Lima destinasi MICE
unggulan menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu Batam-Bintan, Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, dan Bali.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu melakukan kegiatan penelitian dengan
judul penelitian Dampak Eventt Pariwisata. Melalui kegiatan ini, maka diharapkan dapat
diketahui dampak eventt pariwisata dalam pembangunan kepariwisataan di Indonesia.

1.2.

Masalah

Dalam kegiatan pada suatu eventt di daerah belum diketahui secara jelas dan terukur
mengenai dampak ekonomi dari penyelenggaraan suatu eventt. Bagaimana dampaknya
kepada masyarakat baik sebelum maupun saat eventt berlangsung. Pada penelitian ini
mencoba untuk membahas permasalahan tersebut.

1.3.

Tujuan dan Sasaran

Penulisan laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran hasil survei persepsi
terhadap dan dampak ekonomi dari penyelenggaraan eventt di Bali,Bandung, Jakarta,
P.Bintan dan Yogyakarta.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang ditetapkan adalah:
1.

Teridentifikasinya karakteristik perjalanan wisata peserta/pengunjung event selama

berada di destinasi event.


2.

Teridentifikasinya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan event dan dampak

ekonomi yang diperoleh.


3.

Teridentifikasinya

penyelenggaraan event.

persepsi

peserta/pengunjung

dan

masyarakat

tentang

1.4.

Ruang Lingkup

Kebijakan pemerintah dalam melakukan promosi pariwisata atau mengikuti eventt-eventt


pariwisata baik di dalam maupun luar negeri merupakan kebijakan yang harus didukung
oleh

berbagai

pihak

dalam

upaya

memajukan

kepariwisataan

dan

mendorong

perekonomian nasional.
1. Lingkup wilayah
Yang menjadi lokasi penelitan adalah penyelenggaraan eventt yang diselenggarakan di
Provinsi Bali, Provinsi Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kepulauan Riau.
2. Lingkup Penelitian
Lingkup materi laporan survei Penelitian Dampak Event Pariwisata mencakup:
a.
b.

Karakteristik responden pengunjung/peserta event pariwisata.


Karakteristik

responden

masyarakat

di

sekitar

lokasi

penyelenggaraan

event pariwisata.
c.

Karakteristik perjalanan wisata pengunjung/peserta event pariwisata.

d.

Keterlibatan masyarakat sekitar lokasi penyelenggaraan event pariwisata.

e.

Dampak ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar lokasi penyelenggaraan event

pariwisata.

1.5.

Masukan (Input)

Dalam upaya mencapai sasaran penelitian, maka memerlukan masukan dan kebutuhan
untuk melasanakan penelitian ini, antara lain anggaran yang tersedia/ dana, SDM, waktu,
Pokja dan dokumen lainnya.

1.6.

Metode Penelitian

Metode dalam melaksanakan penelitian ini dengan melakukan survey. Sedangkan

pengumpulan data yang akan digunakan melalui:


1. Studi kepustakaan (library research). Pengumpulan data kepustakaan dilakukan
terhadap data dan informasi dalam bentuk buku, laporan, hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh berbagai pihak, makalah dan jurnal yang terkait dan relevan
dengan dampak eventt kepariwistaan.
2. Data primer, sebagai data utama, dalam penelitian ini pengumpulan data
menggunakan observasi dan wawancara guna memperoleh fakta terkini tentang
data dan informasi yang terkait dengan dampak eventt kepariwisataan di daerah
lokasi penelitian;
Sebagai pengumpulan data, peneliti menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup
untuk pengunjung dan menggunakan pertanyaan terbuka untuk masyarakat. Masyarakat
yang dimaksud terdiri dari beberapa kelompok yaitu kelompok pengusaha, kelompok
petani, masyarakat industry dan masyarakat di sekitar eventt berlangsung.
1.6.1. Instrument Penelitian
data yang dikumpulkan untuk mendukung Penelitian Dampak Event Pariwisata dijaring
dengan menggunakan dua alat survei, yaitu pedoman wawancara dan kuesioner. Pedoman
wawancara dibuat untuk menjaring informasi dari pengelola event pariwisata. Sementara
itu, kuesioner dibuat dan disebarkan untuk memperoleh informasi dari responden
peserta/pengunjung dan masyarakat.
Informasi yang dijaring dengan pedoman wawancara adalah informasi tentang hal-hal
berikut ini:
1.

Jumlah peserta yang berpartisipasi dalam event yang diselenggarakan dan

pencapaian target jumlah peserta.


2.

Daerah/negara asal peserta event.

3.

Metoda yang digunakan untuk mempromosikan event.

4.

Lama waktu penyiapan event.

5.

Lama tinggal peserta di lokasi event.

6.

Tenaga kerja yang terlibat dalam penyelenggaraan event.

7.

Dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal.

8.

Tujuan utama penyelenggaraan event.

9.

Frekuensi penyelenggaraan event.

10. Urgensi untuk diselenggarakan lagi tahun depan.


Kuesioner yang disebarkan kepada responden peserta/pengunjung bertujuan untuk
menjaring informasi tentang:
1.

Profil peserta/pengunjung (karakteristik demografis, geografis, dan ekonomi).

2.

Pola perjalanan responden selama berada di destinasi event (sumber informasi, moda

transportasi, teman dalam mengikuti event, pengatur kegiatan, akomodasi, lama tinggal,
pola pembelian makanan/minuman, pola pembelian cenderamata, kegiatan dan tempat
yang paling disukai).
3.

Pola pengeluaran selama berwisata (rata-rata pengeluaran dan komposisinya).

4.

Persepsi peserta/pengunjung terhadap penyelenggaraan event.

Kuesioner lainnya disebarkan kepada masyarakat sekitar lokasi penyelenggaraan event


dan bertujuan untuk menjaring informasi tentang:
1.
2.

Profil masyarakat (karakteristik demografis, geografis, dan ekonomi).


Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan event (jenis keterlibatan, lama

keterlibatan, serta hal berkesan/mengganggu dan manfaat yang dirasakan selama


keterlibatan).
3.

Dampak ekonomi yang diperoleh masyarakat (penghasilan tambahan yang diperoleh

dari event dan manfaat ekonomi lain yang dirasakan).


4.

Persepsi masyarakat terhadap penyelenggaraan event.

5.

Harapan masyarakat terhadap penyelenggaraan event.

1.6.2. Tehnik Pengumpulan Data


Sesuai dengan alat surveinya, metoda yang digunakan untuk menjaring informasi dari
informan dan responden dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1.

Wawancara mendalam dengan pengelola event: dilakukan secara tatap muka

langsung dengan dipandu dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan.


2.

Penyebaran kuesioner kepada peserta/pengunjung: dilakukan secara tatap muka

langsung, surveyor bertanya langsung kepada responden dipandu dengan kuesioner yang
telah disiapkan untuk menjaring informasi dari peserta/pengunjnung.
3.

Penyebaran kuesioner kepada masyarakat: dilakukan secara tatap muka langsung,

surveyor bertanya langsung kepada responden dipandu dengan kuesioner yang telah
disiapkan untuk menjaring informasi dari masyarakat.

1.6.3.

Metode Pengambilan sample

Populasi penelitian ini adalah para pengunjung, masyarakat dan penyelenggara eventt.
Jumlah responden yang diwawancarai adalah 60 pengunjung, 40 masyarakat yang terlibat,
2 hotel dan 1-2 penyelenggara eventt
Dalam mewawancarai responden terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan yakni
-Berusia diatas 15 tahun atau sudah dewasa
-Warga Negara Indonesia

1.6.4.

Analisis data

Setelah dilakukan SPSS 15.0 maka penuis akan menganalisa dengan kualitatif dengan
menggunakan analisa deskriptif. Pengolahan data menggunakan cross check terhadap
temuan-temuan yang terungkap baik dalam kegiatan library maupun field search dan akan
dianalisa dengan menggunakan SPSS untuk data kuantitatif dan analisa deskriptif sebagai
pelengkap sehingga dapat mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Hasil
pengolahan yang dilakukan secara verbal dan spatial selanjutnya digunakan sebagai
acauan dalam menjabarkan dampak eventt pariwisata di lokasi penelitian.

1.7.

Sistematika Laporan

Laporan survei Penelitian Dampak Event Pariwisata (Kasus: Kota Bandung) ini terdiri dari
tujuh bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN, yaitu bab awal dari laporan ini, berisi tentang latar belakang, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup, dan sistematika laporan survey.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, berisikan penjelasan mengenai
pengertian atraksi wisata, pariwisata eventt dan pengembangan eventt pariwisata
BAB 3

PROFIL DAERAH DAN KEGIATAN EVENTT, menggambarkan profil daerah dan

kegiatan eventt yang disurvei


BAB4

PROFIL

RESPONDEN

PESERTA/PENGUNJUNG,

KARAKTERISTIK

menggambarkan

PERJALANAN

karakteristik

WISATA

perjalanan

RESPONDEN

wisata

pengeluaran peserta/pengunjung selama berwisata di Kota Bandung

dan

pola

dalam rangka

mengunjungi event sebagai salah satu daya tarik wisata.


BAB 5

KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN EVENT DAN DAMPAK

EKONOMI YANG DIPEROLEH, menjelaskan tentang sejauh mana keterlibatan masyarakat


dalam penyelenggaraan event dan seberapa besar dampak ekonomi yang diperoleh
masyarakat, terutama terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
BAB 6 PERSEPSI TERHADAP PENYELENGGARAAN EVENT, berisi penjelasan mengenai p
A.

ersepsi peserta/pengunjung terhadap event yang diselenggarakan, termasuk

kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi persepsi.


BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi kesimpulan dari hasil analisis terhadap data
hasil survei, dan juga rekomendasi bagi penyelenggaraan penelitian maupun bagi
penyelenggaraan event.

1.8.

Hasil (Outcome)

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat diketahui manfaat ekonomi dari
penyelenggaraan eventt pariwisata

2.1.Atraksi Wisata
Atraksi merupakan sektor yang sangat kompleks dalam industri pariwisata, (Swarbrooke
(1995:3). Atraksi adalah sesuatu yang permanen dalam daerah tujuan wisata. Atraksi
ditujukan untuk kepada pengunjung, yang tujuan utamanya untuk memberikan akses
kepada

masyarakat

umum

berupa

hiburan,

untuk

bersenang-senang,

pendidikan,

menyaksikan sesuatu yang menarik . Hal ini harus terbuka untuk umum tanpa harus ada
pemesanan, harus di publikasikan setiap tahun dan harus dapat menarik wisatawan dan
masyarakat lokali. (Scottish Touris Board, 1991). Atraksi juga merupakan sumber daya yang
bersifat alami yang dikontrol dan diatur untuk bersenang-senang, hiburan, musik dan
pendidikan yang dikunjungi oleh publik (Middleton, 1988).
Dari berbagai penelitian ilmiah bidang pariwisata, atraksi diklasifikasikan sebagai atribut
dari suatu tempat seperti keindahan alam, iklim, situs, dan budaya. Definisi atraksi wisata
yang lain adalah segala hal yang membuat wisatawan tertarik (Lundberg,1985: 33);
atraksi bisa berupa situs atraksi atau peristiwa-peristiwa, dimana keduanya merupakan
pengaruh gravitasi yang mempengaruhi (Burkart dan Medlik,1974: 44); atraksi adalah
merupakan daya pikat, jika tidak demikian, tidak bisa dikatakan sebagai sebuah atraksi
(Gunn,1972: 37), terkadang alam dan sejarah mempunyai daya tarik intrinsik (Gunn,1979:
71) dan, yang paling nyata, atraksi memiliki kesatupaduan, keunggulan unik yang mampu
menarik wisatawan (Schmidt, 1989: 447). Kata atraksi, daya pikat merupakan kata yang
menarik dalam penjabaran atraksi wisata. Namun hal ini pun masih ditentang kembali oleh
Pigram (1983:193), bahwa atraksi sebagai daya pikat bukanlah semata-mata sebuah
kesatupaduan. Ungkapan seperti atraksi, faktor pendorong, kesatupaduan memiliki arti
yang biasa. Makna yang lebih berarti, akan terungkap ketika terjadinya suatu proses.
Melalui contoh Bumi menjaga keseimbangan dengan daya tarik gravitasi, dan magnet
menarik besi dengan gaya tarik magnet. Proses tersebut melibatkan sebuah kesatupaduan
sifat didalam menarik suatu benda yang mampu membuat suatu perubahan fisik dan
menggerakkan benda lain didalam suatu area.
Sebagai

tempat

yang

menawarkan

atraksi,

daerah

tujuan

wisata

mempunyai

keistimewaan pada suatu wilayah sebagai suatu tempat untuk berlibur dengan kriteria
sebagai berikut:
1.

Sesuatu yang menarik wisatawan yang berbeda dari tempat asalnya dimana

wisatawan dapat melakukan aktivitas yang sesuai dengan keinginannya.


2.

Memberikan kesenangan dan pengalaman yang menarik, kepuasan

pengunjung/wisatawan untuk menghabiskan waktu berliburnya.


3.

Mengembangkan potensi pengetahuan/pendidikan

4.

Menyajikan atraksi wisata, memberikan kesenangan kepada wisatawan.

5.

Kemungkinan membayar dalam kunjungannya (Walsh-Heron and Stevens,

1990 ed. Swarbrooke, 1995:4)


Dari definisi diatas, Atraksi wisata terbagai dalam 4 kelompok (Swarbrooke,1996:5)
1.

Menonjolkan keistimewaan kealamian lingkungan

2.

Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya tergantung kepada

tujuan para pengunjung, seperti kegiatan budaya dan tempat bersejarah, akan tetapi
sekarang ada beberapa wisatawan yang menggunakannya untuk kegiatan bersantai
3.

Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya dengan desain untuk

menarik wisatawan dan kebutuhan tujuan mereka seperti seperti Taman Safari
4.

Special event

2.2.Pariwisata Event
Event is

affair;

effect;

happening;

notable

occurance (Getz,glossary).

Event

dapat

dikategorikan sebagai kegiatan, kejadian yang dapat dirancang dengan tujuan positif
maupun negatif serta kejadian yang tanpa diduga-duga yang menjadi kenyataan.
Kegiatan event, secara keseluruhan dapat dibedakan atas 2 (dua) hal yaitu :
1.

Event yang dikemas, yang dapat dilihat dari 2 (sua) sisi, dikemas dengan tujuan

positif dan dikemas secara negatif. Contoh event yang dikemas dengan tujuan positif
adalah event yang selama ini dikenal sebagai event wisata (festival, carnaval, special
event, , event budaya, event sosial, event politik, event olahraga,
Sedangkan

event

yang

dikemas

dengan

tujuan

negatif

dilihat

wedding event .
dari

perspektif

kepariwisataan termasuk dalam hal ini adalah demonstrasi, kerusuhan, peledakan bom.
2.

Event yang tidak dikemas, adalah kejadian yang biasanya terjadi secara tiba-tiba,

mendadak, tanpa perencanaan, tidak diharapkan, tanpa memerlukan organizer. Contoh


event ini adalah tsunami, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain sebagainya.
Event yang terkait kepariwisataan dapat dilihat atas lingkup (a) Festivals, Special Event,
Mega Event (Getz:1991), (b) Major Event (Torkildson,1986:456). Seperti diungkapkan
diatas, event dalam kamus secara umum dapat berarti sesuatu yang terjadi, kejadian,
sebagai suatu hasil atau bagian dari kegiatan olahraga (Getz, 1991:43).
A special event is a onetime or infrequently occurring event outside the normal program or
activities of the sponsoring or organizing body.To the customer, a special event is an
opportunity for a leisure, social, or cultural experience outside the normal range of choices
or beyond everyday experience.
Tidak semua kegiatan bisa dikategorikan event wisata. Event dapat dikategorikan sebagai
event wisata, apabila event tersebut memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu :
1. Berbeda dengan atraksi dalam bentuk permanen (patung, pura, gedung)
2. Mempunyai kepastian atau ketentuan kegiatan (fixed time)
3. Biasanya memiliki waktu yang pendek
4. Biasanya terlibat masyarakat atau kelompok tertentu
5. Dapat berdiri sendiri, tanpa harus terikat dengan atraksi permanen
Menurut

Getz

(1991:45),

dalam

bukunya

Festivals,

Special

Event

and

Tourism, memberikan gambaran Pariwisata event dilihat dari sisi penawaran. Terdapat 7
(tujuh) elemen yang ada dalam sebuah daerah tujuan wisata untuk dapat tidaknya sebuah
daerah menyelenggarakan kegiatan event wisata. Adapun ketujuh elemen tersebut (1)
infrastruktur (2) akomodasi (3)transportasi (4) atraksi (5) katering (6) pedagang pengecer
(7) sarana rekreasi atau hiburan.
Dari ketujuh elemen tersebut, wisatawan yang datang ke destinasi dapat menikmati 3
bagian elemen atraksi, yang disebut Atraksi Mutlak, Atraksi Permanen, dan event (Ambient
Atraction, Permanent Atraction, danevent). Karakteristik dari Pariwisata event adalah
sebagai berikut :

1.

Terbuka untuk umum

2.

Tujuan utamanya untuk memperingati atau memamerkan tema tertentu

3.

Diselenggarakan dalam jangka waktu setahun atau kurang

4.

Ada acara pembukaan dan penutupan

5.

Struktur organisasi yang dibentuk tidak permanen

6.

Program acara terdiri dari beberapa aktivitas

7.

Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama dalam satu

wilayah.

2.3.Tahapan Pengembangan Pariwisata Event


Event dalam kaitannya dengan perencanaan destinasi wisata, Getz (1991:5) menyebutkan
Event mempunyai peranan penting dalam pembangunan pariwisata. Terdapat 4 (empat)
hal penting perlunya pariwisata event antara lain:
1. Event sebagai atraksi (attraction), sangat jelas dapat diungkapkan dimana kegiatan
Pariwisata event merupakan atraksi/daya tarik tersendiri bagi sebuah destinasi. Atraksi
adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat/dinikmati. Atraksi menunjukkan hal utama
pilihan wisatawan konvensi menilai Bali (Mahadewi,2004).
2. Event sebagai pemberi citra destinasi (image maker); melalui kegiatan event sebuah
destinasi dapat memasarkan dirinya untuk memberikan kesan dan pandangan terhadap
destinasi yang ditawarkan.
3. Event sebagai pendorong tumbuhnya atraksi wisata (animators of static attractions).
Melalui kegiatan event, dapat ditunjukkan segala bentuk atraksi yang merupakan ajang
aktivitas dan kreativitas pelaku event.
4. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain (catalyst for other
development). Melalui event, pertumbuhan sektor lain secara tidak langsung tumbuh untuk
melengkapi kegiatan event yang dilaksanakan.
Hal yang paling mendasar dan aspek penting dari Pariwisata event adalah untuk upaya

mendatangkan wisatawan baik domestic maupun mancanegara (Getz, 1991:5). Getz juga
menyampaikan, tidak semua event yang ditawarkan mampu menarik bagi wisatawan.
Adakalanya wisatawan datang bersamaan dengan kegiatan event, hanya untuk melihat
peluang apa yang bisa dilakukannya selama event. Dalam hal ini wisatawan yang datang
adalah untuk bisnis. Sehingga batasan Pariwisata yang menyebutkan Pariwisata adalah
kegiatan bersenang-senang dan mengeluarkan uang, dalam hal event dapat terjadi
menjadi kegiatan untuk bisnis dan mendapatkan uang. Gunn (1988,ed.Getz, 1991:6),
menyebutkan atraksi pada sebuah destinasi merupakan promosi paling efektif dalam
mengemas kegiatan event. Atraksi yang atraktif dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
menentukan sebuah event menjadi manarik atau tidak (Getz,1991:6). Gambar 1 berikut
menunjukkan hubungan kegiatan event dan Pariwisata.

Gambar 1. Hubungan Pariwisata dengan kegiatan Festival dan Special Event(Getz, 1991:6)

Getz mengemukakan pendapatnya bahwa kegiatan event dapat menjadi katalis, image
maker, atraksi, animator dan sebagai bentuk pariwisata alternatif serta pengembangan
yang berkesinambungan.
Event are an important part of any comprehensive community recreation
programme. They capture the imagination. Events can involve the community; they can
increase awareness; they can help put an organization or an activity on the map.Event can
bring top class performers, entertainment, novelty, adventure, surprise and fun to add
height, width, depth and glamour to a programme(Torkildson, 1986:456).

Event adalah adalah bagian penting dari keseluruhan kegiatan rekreasi yang
ditawarkan. Kegiatan event banyak melibatkan masyarakat dan dapat memberikan
kesejahteraan;

melibatkan

organisasi

secara

langsung

dalam

kegiatan

yang

diselenggarakan. Penanganan yang profesional dalam kegiatan event, dapat memberi nilai
tambah

bagi

program

wisata

yang

ditawarkan.

Penanganan

yang

buruk

dalam

menyelenggarakan kegiatan event dapat berakibat berkurangnya nilai event yang


ditawarkan (Torkildson, 1986:456). Hal ini dapat berakibat buruk bagi nama baik pihak
penyelenggara

yang

menawarkannya.

Yang

perlu

mendapat

perhatian

adalah

para Recreation Manager hendaknya dapat mengontrol pelaksanaan kegiatan event dari
awal perencanaan sampai event berlangsung. Bagamanapun juga kegiatan event adalah

kegiatan berwisata yang tujuan utamanya adalah untuk bersenang-senang, to switch off
and relax(Krippendorf dalam France, 1997:39).
Untuk mengerti bagaimana sebuah kawasan dapat berkembang menjadi kawasan dengan
pariwisata

event

dengan

mengadopsi

Getz

(1991:140,187)

membagi

tahapan

perencanaan pemasaran pariwisata event menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
tahap perencanaan yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan secara individu dan
kolektif. Tahap ini pada awalnya dicirikan oleh adanya kesadaran sebagian kecil penduduk
lokal akan peluang pemanfaatan sumberdaya lokal dalam perencanaan sosial ekonomi.
Tahap ini merupakan evolusi awal ketika atraksi dengan aktivitasnya mengintegrasikan
konsep pariwisata dalam proses pembangunan ekonominya. Proses dalam tahap ini
berjalan lambat dimana hanya sedikit wisatawan tiba untuk menyaksikan tetapi beberapa
penduduk lokal telah menyadari akan peluang yang ditawarkannya. Tahap ini lebih bersifat
inisiatif secara individual. Seiring diterimanya ide pariwisata maka akan diadopsi secara
kolektif yang dicirikan oleh diadopsi dan diimplementasikannya ide pariwisata sebagai
bagian dari pembangunan ekonomi secara kolektif oleh komunitas tersebut. Tahap ini
merupakan tahap perencanaan dan pengimplementasian strategi untuk kepentingan
bersama. Hal ini akan diakomodasikan dalam kerangka perencanaan yang bersifat formal
berdasarkan kerjasama antara penduduk, organisasi, dan lembaga bisnis di kawasan
tersebut. Tidak tertutup kemungkinan untuk menjajaki kemitraan antar organisasi lokal,
regional, nasional dan pemerintah. Contohnya, diakomodasikannya festival dan event
budaya untuk menarik lebih banyak wisatawan masuk ke kawasan tersebut oleh
Pemerintah Daerah.
Tahap kedua merupakan tahap penguatan sistem sosial (network) yang dicirikan oleh
dibangunnya kemitraan antara komunitas lokal dengan lembaga pariwisata formal untuk
menjamin

keberlanjutan

atraksi

pariwisata.

Pada tahap ini

komponen

pendukung

pariwisata mulai dilembagakan untuk menjamin pengelolaan pariwisata yang memberikan


manfaat dan keuntungan dalam jangka pendek dengan tidak melupakan konservasi
sumber daya untuk kepentingan jangka panjang. Termasuk dalam tahap ini berupa
peningkatan efesiensi dan efektifitas pengembangan sumberdaya yang ada. Organisasi
pariwisata

yang

dibangun

untuk

mengelola

atraksi

dengan

aktivitasnya

tersebut

mengambil kendali semua proses pengembangan untuk menjamin keterpaduan dan


integrasi pemasaran destinasi.
Tahap terakhir merupakan implementasi/pelaksanaan pariwisata event yang dicirikan oleh
telah berjalannya pariwisata event melalui festival. Ada pengembangan kerjasama
pemasaran destinasi jangka panjang yang sepenuhnya terpadu.

Dalam tahap ini,

perencanaan pengembangan harus bertanggung jawab, berdasar kebutuhan lokal, dan


dapat menjangkau dan menjamin keuntungan komunitas lokal dalam jangka pendek dan

jangka panjang dengan tanpa melupakan isu konservasinya. Tahap ini mengandung
beberapa prinsip pokok yaitu strategic plan for destination area, product development,
product-market matching, market research, policies and priorities (Getz, 1991: 140).

2.4.Dampak Event Pariwisata


Kegiatan event dapat dikatakan kegiatan pariwisata karena para pengunjung event
melakukan

suatu

perjalanan

yang

meninggalkan

tempat

asal

mereka

dengan

menghabiskan uang dan waktu serta dilaksanakan dengan bersenang-senang.


Suatu destinasi wisata tempat penyelenggaraan event yang dikunjungi wisatawan dapat
dipandang sebagai konsumen sementara. Mereka datang ke daerah tersebut dalam jangka
waktu tertentu, menggunakan sumber daya dan fasilitasnya, dan biasanya mengeluarkan
uang untuk berbagai keperluan, tidak dapat dibantah bahwa hal itu akan berdampak pada
kehidupan ekonomi destinasi tersebut. Dampak ekonomi yang ditimbulkan, secara
langsung maupun tidak langsung serta dapat bersifat positif maupun negatif. Cohen (1984,
dalam Pitana, 2009) mengemukakan bahwa dampak pariwisata terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar, yaitu:
1.

dampak terhadap penerimaan devisa

2.

dampak terhadap pendapatan masyarakat

3.

dampak terhadap kesempatan kerja

4.

dampak terhadap harga-harga

5.

dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan

6.

dampak terhadap kepemilikan dan control

7.

dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan

8.

dampak terhadap pendapatan pemerintah.

Berridge (2007) menulis ada sumber lain mengemukakan pentingnya dampak event untuk
dipelajari lebih jauh. Hal sama juga diungkapkan oleh Chernushenko, 1994; Getz, 1997;
Hall,1997; Roche,2000; Gratton & Henry,2001; Shibli & Gratton,2001; Berridge,2004;
Shone & Parry, 2004; Allen et al.,2005; Bowdin et al.2006b; yang menekankan dampak

penyelenggaraan event berakibat secara makro dan mikro serta memberi banyak
pengalaman. Dampak yang ditimbulkan dapat secara ekonomi, politik dan sosial.
Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian, diantaranya sebagai berikut
(Leiper, 1990 dalam Pitana, 2010).
a.

Pendapatan dari penukaran valuta asing

b.

Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri

c.

Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata

d.

Pendapatan pemerintah

e.

Penyerapan tenaga kerja

f.
g.

Multiplier effects
Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal

Di samping dampak positif bagi perekonomian di atas, Pitana mengutip WTO (1980: 9-12)
mengidentifikasi dampak positifnya sebagai berikut.
a.

Meningkatnya permintaan akan produk pertanian lokal.

b.

Memacu pengembangan lokasi atau lahan yang kurang produktif

c.

Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik dan tipikal bagi suatu

daerah atau negara


d.

Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk perikanan dan laut

e.

Mendorong pengembangan wilayah dan penciptaan kawasan ekonomi baru

f.

Menghindari konsentrasi penduduk dan penyebaran aktifitas ekonomi

g.

Penyebaran infrastruktur ke pelosok wilayah

h.

Manajemen pengelolaan sumber daya sebagai sumber revenue bagi otoritas lokal

Di samping dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yang telah diuraikan di atas, juga
tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa dampak negatif dari keberadaan pariwisata bagi

ekonomi suatu daerah atau negara. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut (Mathieson dan Wall, 1982 dalam Leiper, 1990: 233).
a.

Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata

b.

Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah

c.

Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang diperlukan dalam

pariwisata sehingga tidak terserapnya produk lokal


d.

Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat sehingga

pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya


e.

Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat.

Menurut WTO (1980: 9-12) dampak negatif pariwisata lainnya bagi ekonomi suatu daerah
atau negara selain diantaranya sebagai berikut.
a.

Kelangkaan akan sumber bahan makanan

b.

Ketidakcocokan produk lokal dengan permintaan pasar pariwisata

c.

Kelangkaan sumber energi dan bertambahnya biaya pengolahan limbah

Anda mungkin juga menyukai