14-Jun-2011 16:56
1.1.
Latar Belakang
dengan
tema
Marine
&
MICE.
Penyelenggaraan
MICE
diharapkan
dapat
menetapkan
13
destinasi
MICE (meeting,
incentive,
convention,
and
exhibition) unggulan, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Balikpapan, Medan, BatamBintan, Padang-Bukittinggi, Makassar, Manado, Palembang, Mataram, dan Bandung.
Penetapan 13 destinasi MICE unggulan ini telah mendorong diselenggarakannya ratusan
event nasional maupun internasional di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2008, di
Indonesia telah diselenggarakan 400 event nasional dan 225 eventinternasional. Pada
tahun 2009, sampai bulan April saja sudah mencapai 164 event nasional dan 181
internasional.
Penyelenggaraan event yang telah berlangsung di Indonesia memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap destinasi penyelenggara, baik manfaat ekonomi, sosial, maupun
budaya. Belum banyak, bahkan sangat sedikit penelitian yang menganalisis dampak
penyelenggaraan event di Indonesia.
Kementerian
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Republik
Indonesia
saat
ini
sedang
1.2.
Masalah
Dalam kegiatan pada suatu eventt di daerah belum diketahui secara jelas dan terukur
mengenai dampak ekonomi dari penyelenggaraan suatu eventt. Bagaimana dampaknya
kepada masyarakat baik sebelum maupun saat eventt berlangsung. Pada penelitian ini
mencoba untuk membahas permasalahan tersebut.
1.3.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran hasil survei persepsi
terhadap dan dampak ekonomi dari penyelenggaraan eventt di Bali,Bandung, Jakarta,
P.Bintan dan Yogyakarta.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang ditetapkan adalah:
1.
Teridentifikasinya
penyelenggaraan event.
persepsi
peserta/pengunjung
dan
masyarakat
tentang
1.4.
Ruang Lingkup
berbagai
pihak
dalam
upaya
memajukan
kepariwisataan
dan
mendorong
perekonomian nasional.
1. Lingkup wilayah
Yang menjadi lokasi penelitan adalah penyelenggaraan eventt yang diselenggarakan di
Provinsi Bali, Provinsi Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kepulauan Riau.
2. Lingkup Penelitian
Lingkup materi laporan survei Penelitian Dampak Event Pariwisata mencakup:
a.
b.
responden
masyarakat
di
sekitar
lokasi
penyelenggaraan
event pariwisata.
c.
d.
e.
pariwisata.
1.5.
Masukan (Input)
Dalam upaya mencapai sasaran penelitian, maka memerlukan masukan dan kebutuhan
untuk melasanakan penelitian ini, antara lain anggaran yang tersedia/ dana, SDM, waktu,
Pokja dan dokumen lainnya.
1.6.
Metode Penelitian
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
Pola perjalanan responden selama berada di destinasi event (sumber informasi, moda
transportasi, teman dalam mengikuti event, pengatur kegiatan, akomodasi, lama tinggal,
pola pembelian makanan/minuman, pola pembelian cenderamata, kegiatan dan tempat
yang paling disukai).
3.
4.
5.
1.
langsung, surveyor bertanya langsung kepada responden dipandu dengan kuesioner yang
telah disiapkan untuk menjaring informasi dari peserta/pengunjnung.
3.
surveyor bertanya langsung kepada responden dipandu dengan kuesioner yang telah
disiapkan untuk menjaring informasi dari masyarakat.
1.6.3.
Populasi penelitian ini adalah para pengunjung, masyarakat dan penyelenggara eventt.
Jumlah responden yang diwawancarai adalah 60 pengunjung, 40 masyarakat yang terlibat,
2 hotel dan 1-2 penyelenggara eventt
Dalam mewawancarai responden terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan yakni
-Berusia diatas 15 tahun atau sudah dewasa
-Warga Negara Indonesia
1.6.4.
Analisis data
Setelah dilakukan SPSS 15.0 maka penuis akan menganalisa dengan kualitatif dengan
menggunakan analisa deskriptif. Pengolahan data menggunakan cross check terhadap
temuan-temuan yang terungkap baik dalam kegiatan library maupun field search dan akan
dianalisa dengan menggunakan SPSS untuk data kuantitatif dan analisa deskriptif sebagai
pelengkap sehingga dapat mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Hasil
pengolahan yang dilakukan secara verbal dan spatial selanjutnya digunakan sebagai
acauan dalam menjabarkan dampak eventt pariwisata di lokasi penelitian.
1.7.
Sistematika Laporan
Laporan survei Penelitian Dampak Event Pariwisata (Kasus: Kota Bandung) ini terdiri dari
tujuh bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN, yaitu bab awal dari laporan ini, berisi tentang latar belakang, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup, dan sistematika laporan survey.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, berisikan penjelasan mengenai
pengertian atraksi wisata, pariwisata eventt dan pengembangan eventt pariwisata
BAB 3
PROFIL
RESPONDEN
PESERTA/PENGUNJUNG,
KARAKTERISTIK
menggambarkan
PERJALANAN
karakteristik
WISATA
perjalanan
RESPONDEN
wisata
dan
pola
dalam rangka
1.8.
Hasil (Outcome)
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat diketahui manfaat ekonomi dari
penyelenggaraan eventt pariwisata
2.1.Atraksi Wisata
Atraksi merupakan sektor yang sangat kompleks dalam industri pariwisata, (Swarbrooke
(1995:3). Atraksi adalah sesuatu yang permanen dalam daerah tujuan wisata. Atraksi
ditujukan untuk kepada pengunjung, yang tujuan utamanya untuk memberikan akses
kepada
masyarakat
umum
berupa
hiburan,
untuk
bersenang-senang,
pendidikan,
menyaksikan sesuatu yang menarik . Hal ini harus terbuka untuk umum tanpa harus ada
pemesanan, harus di publikasikan setiap tahun dan harus dapat menarik wisatawan dan
masyarakat lokali. (Scottish Touris Board, 1991). Atraksi juga merupakan sumber daya yang
bersifat alami yang dikontrol dan diatur untuk bersenang-senang, hiburan, musik dan
pendidikan yang dikunjungi oleh publik (Middleton, 1988).
Dari berbagai penelitian ilmiah bidang pariwisata, atraksi diklasifikasikan sebagai atribut
dari suatu tempat seperti keindahan alam, iklim, situs, dan budaya. Definisi atraksi wisata
yang lain adalah segala hal yang membuat wisatawan tertarik (Lundberg,1985: 33);
atraksi bisa berupa situs atraksi atau peristiwa-peristiwa, dimana keduanya merupakan
pengaruh gravitasi yang mempengaruhi (Burkart dan Medlik,1974: 44); atraksi adalah
merupakan daya pikat, jika tidak demikian, tidak bisa dikatakan sebagai sebuah atraksi
(Gunn,1972: 37), terkadang alam dan sejarah mempunyai daya tarik intrinsik (Gunn,1979:
71) dan, yang paling nyata, atraksi memiliki kesatupaduan, keunggulan unik yang mampu
menarik wisatawan (Schmidt, 1989: 447). Kata atraksi, daya pikat merupakan kata yang
menarik dalam penjabaran atraksi wisata. Namun hal ini pun masih ditentang kembali oleh
Pigram (1983:193), bahwa atraksi sebagai daya pikat bukanlah semata-mata sebuah
kesatupaduan. Ungkapan seperti atraksi, faktor pendorong, kesatupaduan memiliki arti
yang biasa. Makna yang lebih berarti, akan terungkap ketika terjadinya suatu proses.
Melalui contoh Bumi menjaga keseimbangan dengan daya tarik gravitasi, dan magnet
menarik besi dengan gaya tarik magnet. Proses tersebut melibatkan sebuah kesatupaduan
sifat didalam menarik suatu benda yang mampu membuat suatu perubahan fisik dan
menggerakkan benda lain didalam suatu area.
Sebagai
tempat
yang
menawarkan
atraksi,
daerah
tujuan
wisata
mempunyai
keistimewaan pada suatu wilayah sebagai suatu tempat untuk berlibur dengan kriteria
sebagai berikut:
1.
Sesuatu yang menarik wisatawan yang berbeda dari tempat asalnya dimana
4.
5.
2.
tujuan para pengunjung, seperti kegiatan budaya dan tempat bersejarah, akan tetapi
sekarang ada beberapa wisatawan yang menggunakannya untuk kegiatan bersantai
3.
Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya dengan desain untuk
menarik wisatawan dan kebutuhan tujuan mereka seperti seperti Taman Safari
4.
Special event
2.2.Pariwisata Event
Event is
affair;
effect;
happening;
notable
occurance (Getz,glossary).
Event
dapat
dikategorikan sebagai kegiatan, kejadian yang dapat dirancang dengan tujuan positif
maupun negatif serta kejadian yang tanpa diduga-duga yang menjadi kenyataan.
Kegiatan event, secara keseluruhan dapat dibedakan atas 2 (dua) hal yaitu :
1.
Event yang dikemas, yang dapat dilihat dari 2 (sua) sisi, dikemas dengan tujuan
positif dan dikemas secara negatif. Contoh event yang dikemas dengan tujuan positif
adalah event yang selama ini dikenal sebagai event wisata (festival, carnaval, special
event, , event budaya, event sosial, event politik, event olahraga,
Sedangkan
event
yang
dikemas
dengan
tujuan
negatif
dilihat
wedding event .
dari
perspektif
kepariwisataan termasuk dalam hal ini adalah demonstrasi, kerusuhan, peledakan bom.
2.
Event yang tidak dikemas, adalah kejadian yang biasanya terjadi secara tiba-tiba,
Getz
(1991:45),
dalam
bukunya
Festivals,
Special
Event
and
Tourism, memberikan gambaran Pariwisata event dilihat dari sisi penawaran. Terdapat 7
(tujuh) elemen yang ada dalam sebuah daerah tujuan wisata untuk dapat tidaknya sebuah
daerah menyelenggarakan kegiatan event wisata. Adapun ketujuh elemen tersebut (1)
infrastruktur (2) akomodasi (3)transportasi (4) atraksi (5) katering (6) pedagang pengecer
(7) sarana rekreasi atau hiburan.
Dari ketujuh elemen tersebut, wisatawan yang datang ke destinasi dapat menikmati 3
bagian elemen atraksi, yang disebut Atraksi Mutlak, Atraksi Permanen, dan event (Ambient
Atraction, Permanent Atraction, danevent). Karakteristik dari Pariwisata event adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama dalam satu
wilayah.
mendatangkan wisatawan baik domestic maupun mancanegara (Getz, 1991:5). Getz juga
menyampaikan, tidak semua event yang ditawarkan mampu menarik bagi wisatawan.
Adakalanya wisatawan datang bersamaan dengan kegiatan event, hanya untuk melihat
peluang apa yang bisa dilakukannya selama event. Dalam hal ini wisatawan yang datang
adalah untuk bisnis. Sehingga batasan Pariwisata yang menyebutkan Pariwisata adalah
kegiatan bersenang-senang dan mengeluarkan uang, dalam hal event dapat terjadi
menjadi kegiatan untuk bisnis dan mendapatkan uang. Gunn (1988,ed.Getz, 1991:6),
menyebutkan atraksi pada sebuah destinasi merupakan promosi paling efektif dalam
mengemas kegiatan event. Atraksi yang atraktif dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
menentukan sebuah event menjadi manarik atau tidak (Getz,1991:6). Gambar 1 berikut
menunjukkan hubungan kegiatan event dan Pariwisata.
Gambar 1. Hubungan Pariwisata dengan kegiatan Festival dan Special Event(Getz, 1991:6)
Getz mengemukakan pendapatnya bahwa kegiatan event dapat menjadi katalis, image
maker, atraksi, animator dan sebagai bentuk pariwisata alternatif serta pengembangan
yang berkesinambungan.
Event are an important part of any comprehensive community recreation
programme. They capture the imagination. Events can involve the community; they can
increase awareness; they can help put an organization or an activity on the map.Event can
bring top class performers, entertainment, novelty, adventure, surprise and fun to add
height, width, depth and glamour to a programme(Torkildson, 1986:456).
Event adalah adalah bagian penting dari keseluruhan kegiatan rekreasi yang
ditawarkan. Kegiatan event banyak melibatkan masyarakat dan dapat memberikan
kesejahteraan;
melibatkan
organisasi
secara
langsung
dalam
kegiatan
yang
diselenggarakan. Penanganan yang profesional dalam kegiatan event, dapat memberi nilai
tambah
bagi
program
wisata
yang
ditawarkan.
Penanganan
yang
buruk
dalam
yang
menawarkannya.
Yang
perlu
mendapat
perhatian
adalah
para Recreation Manager hendaknya dapat mengontrol pelaksanaan kegiatan event dari
awal perencanaan sampai event berlangsung. Bagamanapun juga kegiatan event adalah
kegiatan berwisata yang tujuan utamanya adalah untuk bersenang-senang, to switch off
and relax(Krippendorf dalam France, 1997:39).
Untuk mengerti bagaimana sebuah kawasan dapat berkembang menjadi kawasan dengan
pariwisata
event
dengan
mengadopsi
Getz
(1991:140,187)
membagi
tahapan
perencanaan pemasaran pariwisata event menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
tahap perencanaan yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan secara individu dan
kolektif. Tahap ini pada awalnya dicirikan oleh adanya kesadaran sebagian kecil penduduk
lokal akan peluang pemanfaatan sumberdaya lokal dalam perencanaan sosial ekonomi.
Tahap ini merupakan evolusi awal ketika atraksi dengan aktivitasnya mengintegrasikan
konsep pariwisata dalam proses pembangunan ekonominya. Proses dalam tahap ini
berjalan lambat dimana hanya sedikit wisatawan tiba untuk menyaksikan tetapi beberapa
penduduk lokal telah menyadari akan peluang yang ditawarkannya. Tahap ini lebih bersifat
inisiatif secara individual. Seiring diterimanya ide pariwisata maka akan diadopsi secara
kolektif yang dicirikan oleh diadopsi dan diimplementasikannya ide pariwisata sebagai
bagian dari pembangunan ekonomi secara kolektif oleh komunitas tersebut. Tahap ini
merupakan tahap perencanaan dan pengimplementasian strategi untuk kepentingan
bersama. Hal ini akan diakomodasikan dalam kerangka perencanaan yang bersifat formal
berdasarkan kerjasama antara penduduk, organisasi, dan lembaga bisnis di kawasan
tersebut. Tidak tertutup kemungkinan untuk menjajaki kemitraan antar organisasi lokal,
regional, nasional dan pemerintah. Contohnya, diakomodasikannya festival dan event
budaya untuk menarik lebih banyak wisatawan masuk ke kawasan tersebut oleh
Pemerintah Daerah.
Tahap kedua merupakan tahap penguatan sistem sosial (network) yang dicirikan oleh
dibangunnya kemitraan antara komunitas lokal dengan lembaga pariwisata formal untuk
menjamin
keberlanjutan
atraksi
pariwisata.
komponen
pendukung
yang
dibangun
untuk
mengelola
atraksi
dengan
aktivitasnya
tersebut
jangka panjang dengan tanpa melupakan isu konservasinya. Tahap ini mengandung
beberapa prinsip pokok yaitu strategic plan for destination area, product development,
product-market matching, market research, policies and priorities (Getz, 1991: 140).
suatu
perjalanan
yang
meninggalkan
tempat
asal
mereka
dengan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Berridge (2007) menulis ada sumber lain mengemukakan pentingnya dampak event untuk
dipelajari lebih jauh. Hal sama juga diungkapkan oleh Chernushenko, 1994; Getz, 1997;
Hall,1997; Roche,2000; Gratton & Henry,2001; Shibli & Gratton,2001; Berridge,2004;
Shone & Parry, 2004; Allen et al.,2005; Bowdin et al.2006b; yang menekankan dampak
penyelenggaraan event berakibat secara makro dan mikro serta memberi banyak
pengalaman. Dampak yang ditimbulkan dapat secara ekonomi, politik dan sosial.
Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian, diantaranya sebagai berikut
(Leiper, 1990 dalam Pitana, 2010).
a.
b.
c.
d.
Pendapatan pemerintah
e.
f.
g.
Multiplier effects
Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal
Di samping dampak positif bagi perekonomian di atas, Pitana mengutip WTO (1980: 9-12)
mengidentifikasi dampak positifnya sebagai berikut.
a.
b.
c.
Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik dan tipikal bagi suatu
e.
f.
g.
h.
Manajemen pengelolaan sumber daya sebagai sumber revenue bagi otoritas lokal
Di samping dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yang telah diuraikan di atas, juga
tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa dampak negatif dari keberadaan pariwisata bagi
ekonomi suatu daerah atau negara. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut (Mathieson dan Wall, 1982 dalam Leiper, 1990: 233).
a.
b.
c.
Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat sehingga
Menurut WTO (1980: 9-12) dampak negatif pariwisata lainnya bagi ekonomi suatu daerah
atau negara selain diantaranya sebagai berikut.
a.
b.
c.