Anda di halaman 1dari 14

CATATAN KULIAH PATOLOGI KULIT

PATOLOGI SISTEMIK I
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
OLEH : Dr. Drh Sri Estuningsih MSi,

PATAOLOGI PENYAKIT KULIT = DERMATOPATOLOGI


Review
HAKEKAT dan fungsi KULIT
1. Menghubungkan hewan dengan lingkungan luar.
2. Merupakan bagian terluas dibandingkan bagian tubuh lainnya.
3. Berfungsi sebagai pelindung tubuh : terhadap bahaya fisik, bahan kimia,
thermoregulator, menahan cairan tubuh, sintesa vit. D, alat sensor komunikasi,
immunosurvaillence (memproduksi cytokines dan memiliki sel komponen
sistem kekebalan (sel lengerhans dan limphosit).
4. Mampu melakukan proses persembuhan dengan cepat ( setelah terpapar
kerusakan ringan sedang).
5. Menggambarkan kondisi kesehatan tubuh ybs (penyakit nutrisi, metabolisme
dan penyakit kronis).
6. Memiliki kemampuan antimikrobial.
7. Menyimpan cadangan elektrolit, air, vitamin, lemak dan karbohidrat.
8. Memiliki pigmen dan mampu melaksanakan pigmentasi sebagai usaha
pelindung tubuh terhadap sinar matahari.
9. Dilengkapi dengan adnexa, memiliki struktur khas kuku, tanduk, sisik, rambut
dan bulu.
KULIT NORMAL
terdiri dari 3 lapis ;
epidermis.
dermis.
subkutis.
LAPISAN EPIDERMIS:
Bagian terluar, pada susunannya sebagai suatu struktur memiliki komponen
sel:
Keratinosit, merupakan bagian terbanyak diantara sel lainnya, memproduksi
keratin.
Melanosit adalah Sel yang memproduksi melanin.
Sel Langerhans merupakan fogosit yang berperan dalam proses penangkapan
antigen.
Merkel cell merupakan sel neuroendokrin yang fungsinya masih belum
diketahui.
Susunan lapisan epedermis menunjukkan tingkat kematangan sel yang dimulai dari
lapis termuda. Proses maturasi berlangsung sekitar 30 hari. Penting dicatat bahwa
mitosisnya hanya terjadi pada lapis basal saja. Melanosit dan markel cell hanya
terdapat pada lapis basal saja, sedangkan sel Langerhans terdapat disemua lapis sel
secara acak.

Skema kulit normal

KERATINOSIT :
Tersusun menjadi beberapa lapis :
Lapis basal, terdiri dari sel yang aktif membelah.
lapis spinosa, terdiri dari sel yang berbentuk poligonal dihubungkan satu lapis
dengan lainnya oleh intercelluler bridges.
Lapis granular, sel-selnya pipih memiliki granul keratohyalin.
Lapisan keratin merupakan lapisan tersusun dari keratin tidak ada struktur inti
pada lapisan ini.

LAPISAN DERMIS:
Dipisah dari lapisan epidermis oleh membran basalis yang merupakan
bagian penting dari dermo-epidermis junction yang terdiri dari lamina
lucida, densa sarta zona sublaminar.
Dermis terdiri dari jalinan jaringan ikat longar yang dilengkapi oleh sistem
kapiler buluh darah, folikel rambut, kelenjar keringat yang memiliki saluran
pembuluh darah, folikel rambut, kelenjar keringat yang memiliki saluran
sendiri, kelenjar sebaceous yang pada folikel rambut.

DERMATOPATHOLOGY
KELAINAN PADA LAPISAN EPIDERMIS ;
No
1

Istilah
Hyperkeratosis

2
3

Hypokeratosis
Dyskeratosis
Hypergranulosis

Hypogranulosis

Hyperplasia

Achantosis

definisi
penebalan str. corneum. Berdasarkan bentuk
selnya dibagi menjadi:
a. Ortokeratotic Hyperkeratosis : lapisan keratin
berpigmen, keratinosis tidak berinti.
b. Parakeratotic Hyperkeratosis : keratinosis
berinti.
lapisan keratin ( str. corneum) menjadi tipis.
kegagalan proses keratinisasi secara individu
keratinosit
Penebalan str. granulosum. Sering terjadi
menyertai dermatosis dengan orthokeratotic
hyperkeratosis dan hyperplasia epidermis
Penebalan str. granulosum. Sering terjadi
menyertai dermatosis dengan Parakeratotic
Hyperkeratosis
Penebalan lepisan epidermis yang tidak
mengandung keratin ( tidak mengalami
kornifikasi), artinya terjadi pertambahan sel
epidermal. Bentuknya bisa tidak beraturan,
beraturan (psoriasiformis), membentuk papilpapil yang menjulur ke permukaan kulit, dan
pseudocarsinomateus (pseudoepitheliomateous).
Penebalan str. spinosum, kemungkinan besar
mengarah keperubahan kulit hyperplasia.

Hypoplasia

Penipisan lapisan epidermis yang mengalami


kornifikasi, disebabkan oleh berkurangnya
jumlah sel.

Atrophy

Penipisan lapisan epidermis yang tidak memiliki


corneum mengecilnya ukuran sel.

Necrosis

Kematian sel atau jaringan pada suatu individu


yang ditandai oleh
kayorrhexis (inti
terpigmentasi), pyknosis (inti mengecil dan
hyperkhromatik)
serta
karyolysis
(inti
menghilang).

Spongiosis
(interceluler jarak celah intercelluler meluas.
Edema)
Intracelluler Edema
Disebut juga degenerasi juga hydropis atau
degenerasi vacouler, terjadi perubahan yang khas
berupa pembengkakan sel, sitoplasma pucat dan
letak inti sel berubah.
Balloning
Degeneration Perubahan degeneratif yang khas terjadi pada
(koilocytosis)
lapisan
epidermis,
ditandai
dengan
pembengkakkan yang nyata sel epitel epidermis,
sitoplasma berkesan eosinofilik tanpa ditandai
oleh pembentukkan vokuola. Spesifik ditemukan

pada infeksi virus.


Acantholysis

Hilangnya daya perlekatan diantara sel-sel


epidermis, menyebabkan terbentuknya celah
intra epitel, pembentukan vesicel atau kantung
dan bullae. Jika dalam kantung terdapat sel,
maka sel tersebut adalah Acantholysis

Degenerasi Hydropis Sel edema intraselluler yang terbatas pada lapisan sel
basal. dapat terjadi pada lapisan folikel rambut,
Basal
sehingga terbentuknya vesicle yang dapat
menyebabkan
penipisan
lapisan
dermoepidermal.
Cheft/Celah

Mikrovesicle,
Bullae

Suatu ruangan sempit yang pada epidermis atau


pada regio DEJ yang dapat disebabkan oleh
acantholysis atau degenerasi lapisan hidropis
lapisan sel-sel basal. Juga dapat terbentuk akibat
luka buatan waktu dilakukan biopsi.
Vesicle, terminologi ini menunjukkan ukurannya
merupakan satu ruangan yang berisi, ruangan
tersebut umumnya aselluler terbentuk pada
lapisan dermis atau dibawah lapisan epidermis.

Mikoabses dan Fustula

dua
terminologi
yang
sama
untuk
menggambarkan berubahan terbentuknya suatu
ruangan interepidermal atau subepidural yang
berisi
sel
radang.
Tergantung
ukuran
ruangannya, mikroabses bisa kecil dan bisa
cukup besar.

Mikropigmentasi
(Hyperpigmentosis)

bila jumlah melanin terdapat terdapat berlebihan


pada lapisan epidermis dan sering ditemukan
pada makrofag lapisan dermis.

Hypopigmentasi

melanin yang jumlahnya menurun.

Beberapa contoh skema kelainan epidermis

1. :: KALAINAN PADA LAPISAN DERMIS


No

Istilah

definisi
Terakumulasinya suatu material pada dermis
yang berwarna lebih eosinofilik, mengkilap
dan berkilat.

Hyalinasi

Degenerasi Fibrosa

Terjadi deposit atau pergantian komponen


dermis dengan suatu substansi yang berwarna
eosinofilik, fibriler atau granular.

3.

Kolagenolisis

Terdapat
suatu
substansi
homogenuos
berwarna eosinofilik pada suatu dermis yang
mengantikan struktur detail collagen yang
menghilang.

Mineralisasi Distrofik

Deposisi bahan yang mengandung garam


kalsium tampak sebagai material yang
berwarna basofilik, amorphus atau material
bergranul disekitar jaring-jaring collagen
(calsinosis cutis).

Atrophy

bila serat collagen badan fibroblas berkurang


jumlahnya, menyebabkan bagian dermis
menipis.

Desmoplasia

bila fibroplasia dirangsang oleh terbentuknya


neoplasma.

No

Istilah
Fibroplasia

definisi
pembentukkan dan pertumbuhan jaringan ikat
fibrosa, sering disebut pembentukan jaringan
granulasi.

Fibrosis

Kelanjutan proses fibrosplasia yang ditandai


dengan meningkatnya fibroblas dan jaringan
ikat collagen.

Sclerosis

Terbentuknya scars/cicatrik merupakan titik


akhir (end point) fibrosis, terdapat banyak
jaringan ikat collagen berwarna eosinifilik,
fibroblas pada keadaan ini sudah berkurang.

Papallomatosis

Papilae melanin tumbuh menjulur menyundul


lapisan epidermis menyebabkan terjadinya
kesan undulasi yang irreguler pada permukaan
kulit.

Pigmentosis

Granul melanin tampak bebas tersebar


dibagian subepidermal dan diingesti oleh
melanophag.

Edema

Degenerasi Mucinous

Penimbungan cairan di dermal yang dikenali


dengan adanya dilatasi ruangan buluh limfatik
(umumnya tidak tampak) dan meluasnya
ruangan-ruangan diantara buluh darah dan
collagen di bagian perivaskular atau diantara
jaringan-jaringan collagen
terdapat
sejumlah
substansi
berkesan
amorphous, menggantikan collagen yang
bergenerasi dan terdapat disekitar buluh darah
adnexa. Normal ditemukan pada anjing jenis
chinese shar pei

KELAINAN PADA FOLIKEL RAMBUT


1. Poral (follicular keratosis) : hyperkeratosis pada epitel folikel ranbut, dapat
menyebakan timbulnya sumbatan dan perluasan
lumen folikel rambut dan berpotensi terjadinya
siste folikel rambut.
2.Perifolliculitis : paradangan jaringan (dermis) disekitar folikel rambut.
3.Folliculitis : peradangan folikel rambut.
4.Furunculosis : folliculitis yang berkelanjutan hingga sering terbentuk perforasi
(lubang) dan terjadi penetrasi hingga sering terbetuk deposisi
keratin atau terdapat keratin atau terdapat keratin bebas didalam
lapisan dermis. bisanya selalu diikuti oleh radang
pyogranulomatous yang intensif
5.Follicular atrophy : terjadinya involusi (bisanya granul) follikel rambut
6.Telogenization : follikel rambut dalam keadan istirahat (fase telogen) 7.Follicular
dystrophy : folikel rambut tidak tumbuh sempurna (abnormal

KELAINAN PADA KELENJAR RAMBUT


1. Sebacious Adenitis : peradangan kelenjar sebaceous
2. Hydradenitis: peradangan kelenjar keringat

PENYAKIT KULIT SPESIFIK


Berdasarkan penyebabnya penyakit kulit diklasifikasikan sbb:
1. Herediter/congenitalis
2. Berhubungan dengan lingkungan
3. Berhubungan dengan reaksi imun
4. Kelainan endokrin
5. Akibat faktor nutrisi
A. PENYAKIT KULIT HEREDITER
1. Acanthosis Nigrichans : jika ditemukan hampir khas pada breed
dachshunds. kelainan PA yang ditemukan adalah hyperpigmentasi
bilateralis axilla, lichnifikasi dan alopecia. Perubahan tersebut dapat
meluas dan berkembang menjadi infiksi sekunder berupa seborrhea
dan pyoderma
2. Collagen Dysplasia =dematosparaxis = cutaneus asthenia. Kulit
kencang, fragil atau mudah sobek, terjadi kebanyakan pada hewan
domestik. Penyebabnya adalah menurunnya kemampuan sintesa
collagen dan kelainan tertantu dalam pengikatan collagen, walupun
sintesa collagen normal
3. Ephitellioghenesis Imperfecta : merupakan kesalahan atau kegagalan
pertumbuhan epidermis dan adnexa pada kulit dan mukosa mulut.
bentuk PA adalah lesio sirkumskripta yang tidak ditemukan epitel
dibagian tersebut
4. Ichtyosis : kebanyak ditemukan pada anjing dan sapi terbagi menjadi
ichtyosis fetalis yang bersifat lethal, hewan biasanya lahir mati (still
born) kulit disertai alopecia yang ditutupi dengan keratin tebal
membentuk fisura. biasanya kulit demikian mengalami kegagalan
desquamasi korneum epitel. bentuk lain adalah ichthyolisis
congenitalis, terbawa sampai beberapa saat setelah lahir.
B. PENYAKIT KULIT yang BERHUBUNGAN dengan LINGKUNGAN
1. Solar Dermatitis :
Terbakar matahari, yang dapat terjadi pada semua hewan piaraan.
Bagian kulit yang terkena adalah yang tidak memiliki pigmen seperti
ujung telinga, kelopak mata, hidung (kucing berkulit pucat), ventral
abdomen anjing, anak babi yang berkulit berwarna muda, ambing dan
puting kambing. perubahan awal yang terlihat adalah dyskeratosis,
diikuti oleh hyperkeratosis, akantolisis, hyperemia, edema, radang
perivascular, pembengkakkan endothel dan peradarahan. Jaringan
elastis dapat rusak karena radiasi matahari UV dari sinar matahari
menghasilkan kerusakan kulit yang disebut dengan solar elastis.
banyak terjadi pada anjing dan kuda.
2. Solar Dermatitis dan Neoplasia :
Merupakan ekspose kronis terhadap radiasi UV sinar matahari dapat
menyebabkan tumbuhnya neoplasma pada lapisan epidermis dan dermis
tergantung pada lapisan epidermis, tergantung dalamnya kemampuan
penetrasi radiasi UV. Radiasi dapat membentuk oksigen radikal bebas
yang menghancurkan sel. Demikian pula radiasi UV mampu merusak
(secara langsung) DNA dengan cara menghasilkan thiamidine dimer yang

menyebabkan mutasi DNA dan menyebabkan terbentuknya neoplasma.


Radiasi UV juga dapat menyebabkan depresi imun sistem pada bagian
kulit. Neoplasma yang paling sering terjadi adalah akibat induksi UV
adalah squamous cell carsinoma yang sering mengerang ujung telinga
kucing yang berkulit putih ataupun bagian kulit yang tidak ditutupi oleh
rambut pada kuda dan anjing
3. Photosensitisasi
Terjadi jika terdapat suatu agen kimia yang photodinamik terdapat pada
kulit dan mengabsorsi gelombang panjang sinar UV dari matahari.
aktivitas agen photodinamik menyebabakn terjadinya kerusakan
jaringan kulit. Bagian kulit yang kurang mengandung pigmen atau yang
tidak memiliki pigmen akan terpapar lebih dahulu dan lebih cepat.
C. PENGARUH BAHAN KIMIA TERHADAP KULIT :
1. Contact Dermatitis :
Ada dua yaitu dermatitis kontak langsung dan dermatitis yang
disertai oleh respon kekebalan. Ruminansia kecil banyak
mengalami jenis kontak dermatitis langsung, sedangkan kontak
dermatitis akibat kekebalan sering terjadi pada kuda. lesio yang
ditemukan adalah : jejak erythematous, papula kadang disertai
vesiculasi. Jika terkena trauma ringan akan terjadi ekskoriasio, ulcer
dan crusta. Perubahan HP : spongiosis atau dermatitis hyperplastik
disertai radang imflamasi perivasculer. Agens kausatik dapat
menyebabkan nekrosa epidermis
2. Kelainan Kulit Akibat Pengaruh Fisis
a. Acaral Lick Dermatitis = Lick Granuloma :
Merupakan lesio psikogenik yang umum ditemukan. Perubahan
mencolok tampak pada bagian diatas ekstemitas: kelainan ini
banyak diderita oleh hewan breed besar yang memilki kebiasaan
menjilat badannya. Lesio biasanya tinggal pada tempat yang
sering dikenakan truma berulang tersebut. Ciri lesio adalah
sirkumkripta, alopesia lokal, penebalan kulit kadang disertai
ulcerasi. Salah satu contoh hewan yang sering menderita adalah
yellow Labrador retriver. Perubahan histopathology ditandai
dengan hyperkeratosis dan hyperplasia epidermis (bentuk
irreguler atau bahkan pseudoepithelliomatosa) yang melibatkan
epidermis dan lapisan/ regio folikuler lapisan epitel. Terjadi pula
fibrosis di bagian dermal, terlihat dengan tanda-tanda adanya
akumulasi fibroblas dan serat-serat kolagen yang tumbuh paralel
dengan folikel rambut (khas karena dijilat = vertikal streaking).
selain itu ditumakan pula reaksi peradangan lymphoplasmacytic
perivascular serta terjadi hyperplasia kelenjar sebaceous.
b. Feline Psychogenic Alopecia:
Merupakan alopesia partial akibat kebiasan menjilat (trauma fisis
lemah). Lesio alopesia terdapat di bagian midline tubuh, prinium,
siku atau abdomen secara umum hasil biopsi menunjukkan
susunan normal kulit, alopecia terjadi karena rambut patah akibat
trauma tersebut
c. Callus
Merupakan suatu penonjolan kulit berbentuk irregule, menyertai
plaque yang menebal akibat friksi yang biasanya mengenai
bagian tubuh yang menonjol (prominensial region sautu bagian

tubuh yang secara anatomis di situ terdapat penonjolan tulang,


contohnya siku) banyak terjadi pada babi dan anjing breed besar.
secara HP tampak perubahan hyperplastik epidermis dan folikel
hyperplasia serta orthokeratotic hyperkeratosis pada folikel
rambut dan dermal fibrosis superficialis, struktur ini bisa pecah
dan menyebabkan terjadinya furunculosis.
d. Dermatitis Pyotraumatica
Dermatitis Pyotraumatia disebut sebagai Hot Spot. Perubahan
ini ditunjukkan sebagai fokus dermatitis yang erosif hinggga
ulceratif dan eksudatif, kadang disertai foliculitis supuratif.
Biasanya terjadi akibat garukan atau gigitan yang menyertai
kelainan kulit lain. Secara klinis hewan menderita pruritis
awalnya berupa kemerahan yang kemudian mengeluarkan
eksudat serous. Lesio biasanya berbatas jelas. Anjing yang
memiliki rambut panjang atau tebal memiliki predisposisi yang
untuk penyakit ini.
D. PENYAKIT KULIT INFEKSIUS
INFEKSI KULIT OLEH BAKTERI
Banyak bakteri yang dapat menyebabkan kelainan kulit pada
hewan, terbanyak ditemukan pada bangsa anjing menyusul
(dengan kasus lebih jarang) pada hewan domestik. Secara umum
bakteri menyebabkan pyometra, sifat lesio pada kulit akibat
infeksi bakteri bisa superfisial (superfisial dermatitis) bisa lebih
dalam/profundal yang disebut deep dermatitis.
PYODERMA SUPERFICIALIS :Melibatkan lapisan superficial
kulit = epidermis dan folikel rambut bagian superficial = bagian
infundibulum. Pada umumnya tidak menyebabkan penggertakkan
reaksi pertahanan pada limphonodus dan persembuhan tidak
menyebabkan terbentuknya jaringan ikat/scars. Perubahan
patologi anatomi yang ditemukan adalah: erythemetosa, pustula
folikulosentris, papula, crusta dan epidermal korelat. HP terdapat
intradermal pustula dan folikulitis bersifat supuratif yang
superficial. Penyakit yang mengambarkan kondisi patologis ini
adalah impetigo, eksudatif dermatitis.
DEEP PYODERMA :
Banyak ditemukan pada anjing, biasanya melibatkan folikel
rambut, kulit bagian dermis sehingga persembuhannya
menghasilkan fibrosis yang disebut scars. PA yang tampak adalah
papula hingga terbentuk nodula, pustula folikulosentris, biasanya
menyebabkan perubahan pada limphnode regional terdekat
(membengkak). HP terlihat berupa folikulitis, furunculitis,
dermatitis nodularis difusa atau berupa spot saja bahkan berupa
panniculitis. Staphylococcus intermedius pada anjing dapat
merupakan bakteri penginfeksi setelah infeksi primer oleh parasit
demodex folicularis. German shepherd adalah anjing yang rentan
terhadap keadan ini (folikulitis, furunculitis dan cellilitis).
Beberapa bakteri dapat menyebabkan dematitis granulomatosa,
biasanya yang menyebabkan perubahan ini adalah bakteri saprofit
yang resisten, lesio nodul dapat berkembang menjadi ulcer dan
membentuk fistula di permukaan kulit. Agens berupa
mycobakterium, actinomyces, actinobaccillus dan nocardia. HP
tampak infiltrasi sel radang yang biasanya teratur membentuk

10

lapisan dari luar ke sentral berupa fibrosit, giant cell type


langhans, makrofag, limfosit dan polymorphonuclear cells (PMN).

INFEKSI KULIT oleh FUNGI ;


Seperti halnya dermatitis akibat bakteri, lesio kulit yang
disebabkan oleh fungi dapat bersifat superfisial ataupun
profundal/dalam/deep. Kebanyakan infeksi kulit akibat jamur
bersifat superficial seperti pada infeksi oleh dermatophyta atau
khamir seperti Alassezmia pachydermatis perubahan PA yang
tampak adalah : hyperkeratosis, alopecia (rambut rontok), radang
biasanya tidak terlalu mencolok (minimal). Pada kasus dermatosis
kronis (pada sapi) sering terjadi hyperkeratosis dan hyperplasia
epidermis. Infeksi kulit yang dalam dapat terjadi oleh Sporotrix
schenkii, Blastomyces dermatitis, Histoplasma capsulatum dan
Coccidiodes iminitis
INFEKSI KULIT OLEH VIRUS;
Golongan yang penting menyerang kulit adalah Pox Virus,
Parapox Virus, Herves, Virus, Papilloma Virus dan Vesicel Virus
(termasuk disini penyebab Foot and Mouth Disease, Swin
Vesicular Disease,Vesicular Stomatitis, Vesicular Exentema dan
Bovine Virus Diarrhae) kecuali Papilloma Virus semua golongan
virus diatas adalah golongan patogen penting untuk hewan besar.
Vesicel Virus merupakan virus yang menyukai epidermis
menyebakan terbentuknya lesio bila virus menyerang langsung
keratinosit yang kemudian membentuk vesicel dan bullae yang
bisa pecah meninggalkan erosis berlubang
Infeksi Pox Virus dimulai dengan terbentuknya lesio berupa
macula erythematosa yang kemudian berkembang menjadi papula
dan akhirnya terbentuk pustular crusta. Pada beberapa spesies
infeksi Pox Virus juga ditandai oleh proliferasi epidermis yang
nyata.
Jenis virus lain yamg mampu menginfeksi kulit adalah blue
tongue, malignant catharral fever yang menyeabakn lesio akibat
terjadinya ischemia sebagai respon kerusakan sekunder akibat
infeksi sel endotel buluh darah kecil pada dermal yang
menghasilkan mikrothrombosis.
Papilloma virus lebih sering menginduksi lesio kulit pada hewan
muda, lesio yang terbentuk dapat menghilang dengan sendirinya
(luasnya sempit atau papil sedikit terbentuk) atau sering disebut
self limiting. Seringkali papilloma yang diinduksi virus ini
ditemukan pada hewan dalam kondisi immunosupresi.

INFESTASI KULIT OLEH PARASIT


KUTU DAN CAPLAK:
Parasit yang paling sering menyerang dan menyebabakan kerusakan kulit pada
anjing peliharaan. Caplak menyebabakan keruskan kulir kakibat gigitan, kehialangan
sejumlah darah dan anemia jika parasit in sangant berat. Selain itu menyababkan

11

reaksi hypersensitif tipe I dan IV yang merupakan respon terhadap saliva caplak. PA
menyerang bagian kulit doral lateral mulai dari punggung, ekor, bagian kaudal medial
paha, ventral abdomen dan regio planks (= legok lapar). Pada kucing lebih banyak
menyerang bagian dorsal leher dengan bentuk lesio berupa eritythemotosa, papula
pruritusa, seringkali disertai dengan eksokrisi. Jika infeksi berjalan kronis maka akan
berkembang menjadi hyperpigmentasi dan lichnifikasi (kulit atropi dan berlipat-lipat).
Contoh caplak anjing adalah Rhipicephalus sanguinus, pada sapi Boophilus
macroplus dan Amlyoma sp.
TUNGAU
Banyak menyerang hewan hewan piara. Reaksi kulit bervariasi tergantung pada
jumlah parasit yang menginfestasi tubuh hewan tersebut, status host tersebut, lokasi
parasit pada tubuh host dan status kekebalan host yang ditumpanginya. Contohnya
kasus yang terbanyak adalah demodecosis dan scabies. Demodecosis adalah suatu
istilah untuk menggambarkan keadaan hewan yang sakit akibat infestasi demodex.
Penyakit tidak umum diderita oleh hewan domestik selain anjing. Sebagian besar
hewan termasuk manusia mampu menahan populasi tertentu artinya memiliki
resistensi dengan menahan hanya pada jumlah tertentu demodex ini hidup sebagai
parasit pada folikel rambut atau kelenjar sebaceous. Pada anjing transmisi penyakit
ini bisa trejadi dari induk ke anak pada saat menyusui. Demodekosis pada anjing
umumnya terjadi pada anak anjing atau pada anjing dewasa yang mengalami
gangguan imunologis. Lesio dapat lokal ataupun general.
Lesio patologi anatomis demodekosis lokal adalah kullit bersisik,
erytematosa, terdapat foci makula yang alopesik pada wajah dan bibir atau pada paha
belakang. Perubahan histopatologis yang dapat ditemukian adalah inflamasi
lymphoplasmacytic prifollicularis yang disertai hyperkeratosis, sebaceous adenitis,
gangguan pigmentasi dan infiltrasi tungau ke dalam kantung folikel rambut. Sering
terjadi infeksi sekunder oleh bakteri menyebabkan infeksi dermis, kantung folikel
rambut pecah dan menghasilkan furunculosis.
Penyakit parasitik lain dapat diebabkan oleh gigitran serangga (lalat dan
nyamuk) yang menghasilkan lesio yang cukup jelas di atas permukaan kulit terlebih
bila terjadi reaksi hypersensitifitas terhadap antigen serangga tersebut.
Larva lalat (Crysomya beziana) dapat menyebabkan kerusakan yang dalam dari kulit
(Myasis).
E. Penyakit Kulit yang Berhubungan dengan Reaksi Imun
Penyakit kulit akibat reaksi imun dapat digolongkan menjadi reaksi
hypersensitifitas (Alergi)_ dan penyakit autoimmun. Semua bentuk reaksi
hypersensitifitas dapat terjadi pada kulit.

PENYAKIT KULIT AKIBAT ALERGI


HYPERSENSITIF TYPE I
Pada pengamatan PA memberikan menifestasi sebagai urtikaria atau wheals
merupakan edema berbentuk plaque di atas permungkaan kulit. Perubahan terjadi
setelah kulit berkontak dengan alergen (gigitan serangga atau antigen ayang
terkandung dalam debu di lingkungan dan terinhalasi). Perubahan PH yang terlihat
adalah edema, dilatasi kapiler darah, degranulasi sel mast dan infiltrasi sel
eosinifhilik. Kasus terbanyak alergen ditemukan pada hewan kecil yang secara klinis
sering hypersensitifitas type I ini disebut sebagai reaksi atropy. Reaksi semacam ini
dapat pula desebabkan oleh alergen asal pakan.
HYPERSENSITIF TYPE II
Kebanyakan reaksi type II ini berhubungan dengan penyakit autoimun

12

HYPERSENSITIF TYPE III


Reaksi type ini diperantarai oleh pembentukan komlek antigen antibody dan
komlemen. Keruasakan jaringan akibat hadirnya enzim lizozozm yang dilepaskan
dari neutrofil yang yang terundang ketempat peradangan karena hadirnya atau
diproduksinya dan dilepaskannya cytokines. Hal seperti diatas dapat terjadi sebagai
akibat penyakit autoimun (systemic lupus erithemateus = SLE) atau sebagai
konsekuensi infeksi Streptococcus equi pada kuda (purpura haemorrrhagica)
HYPERSENSITIF TYPE IV
Diperantarai oleh hadirnya sel T yang telah tersensitisasi. Menifestasi perubahan kulit
akibat hypersensitif type ini adalah radang granulomatosa. Hal seperti ini juga tampak
pada uji intra dermal terhadap tuberkulin yang bereaksi positif pada kejadian
histoplasmosis dan coccidiodomycosis
Pada kejadian tertemtu reaksi hypersensitif kulit dapat terjadi bersamaan seperti type
I dan IV pada dermatitis akibat gigitan serangga lalat
AUTOIMUN DERMATOSIS
Penyakit autoimun merupakan penyakit yang tidak umum, tergolong arang terjadi.
Pada dasarnya kejadian penyakit ini terjadi akibat terbentuknya autoantibody. Pada
kelainan kulit autoimun terjadi perlawanan autoantibodi terhadap salah satu atau
beberapa komponen kulit atau permungkaan mukosa (hypersensitif type II). Sistem
organ tubuh laianya dapat ikut serta pada kejadiannya.
Saat ini deteksi terhadap penyakit autoimun sudah berkembang sejalan dengan
berkembangnya
teknik
immunositikimia
atau
menggunakan
teknik
immunofluorescent. Dengan teknik ini dimungkin pelacakan terhadap adanya
antibodi yang tertentuk dibentuk oleh tubuh penderita. Autoimun dematosis dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu: kelompokan penyakit yang dapat dikatagorikan ke
dalam grup pemphigus dan pemphigoid (Blistering = melepuh, terjadi edema pada
subdermis). Autoimun dermatosis type ini disebabkan karena dihasilkannnya
antibody terhadap komponen intraselluler lapis sel epitel banyak lapis dan membran
sel basalis. Type ke II adalah lupus erythematous yang melibatkan pembentukan
antibody terhadap inti sel dan kelompok anti body lainnya. Bentuk komponen
penyakit dicirikan dengan adanya tanda-tanda klinis berupa polyartritis, anemia
hemolitik. Glomeruloneptritis dan demam tinggi yang mengagamberkan kelainan
perubahan multi sistemik tubuh.

PEMPHIGUS/PEMPHIGOID KOMPLEX
Termasuk kedalam perubahan ini adalah pemphigus vulgaris dan vegetans, yang
biasanya terjadi pada anjing. Pemphigus erythemateus dan bullous pemphigus terjadi
pada kucing. Sedangkan pemphigus foliaceus terjadi pada kuda. Semua pemphigus
ini terjadi akibat terbentuknya autoantibodi terhadap phakoglobulin yang merupakan
komponen desmosom dan zona adherence jungtion daya khohesi diantaranya
keratinosit. Keadaan ini mengakibatkan terlepasnya kulit bagian luar (= acantholysis)
dan terbentuknya vesiculae.
Pada bullous pemphigus antibodi yang terbentuk adalah inti menyebabkan
terpisahnya zona dermo-epidermal jungtion dan pembentukan vesiculae
SYSTEMIC DAN DISCOID LUPUS ERYTHEMATOUS (SLE)
Systemic lupus erythematous merupakan penyakit autoimun yang paling jarang
terjadi. Penyebabanya tidak jelas, tetapi mungkin multifaktorial sifatnya,
kemungkinan ada hubungan dengan faktor genetis, infeksi virus, kelaina atau

13

penyimpangan sistem kebal, pengaruh sinar mathari, ataupun reaksi obat. Perubahan
kulit yang terjadi adalah erupsi vesikulo-bullous pada kulit dan mukokutan, alopecia,
eryhtema, erosi, ulcer/ulcus, scrusta, depigmentasi atau bahkan hyperpigmentasi.
Discoid lupus erithemathous. Lebih sering terjadi dibandingkan dengan SLE penyakit
ini terbatas hanya pada kulit, biasanya pada bagian atas hidung. Perubahan kulit yang
ditemukan adalah erythema dan depigmentasi. Kelaianan ini bisa ditemukan pada
anjing ras Collie, sehingga sering disebut Collie nose atau nasal solar dermatitis.
HP yang teramati adalah infiltarsi mononuklear sel, membran basal menebal dan ada
yang rusak/hancur.
F. PENYAKIT KULIT AKIBAT KELAINAN ENDOKRIN
Ketidak seimbangan hormon akan memnyebabkan kelainan kulit melalui proses
pergantian kulit secara periodik, inisiasi pembentukan sel baru, gangguan
pertumbuhan sel baru, gangggaun pertumbuhan rambut. Alopecia sering terjadi
menyertai ketidak seimbangan hormonal, bentuk ini merupakan bentuk umum
ditemukan pada dermatosis akibat hormon.
Alopecia disebabkan oleh kegagalan insiasi antigen bakal rambut dan kegagalan
sinkronisasi folikel rambut sehingga fase telogen ini kegagalan sinkronisasi folikel
rambut atau bulu yang mudah rontok sekalipun dengan friksi lemah.
Tanda-tanda dermatosis akibat gangguan hormonal:
Alopecia biasanya simetris bilateral
Alopecia non pruritus sering dikuti oleh hyperpigmentasi
Perubahan sistemik seperti lethargy, polydipsia, poliuria, gynecomastia dan
perubahan berbentuk ideal tubuh
Banyak menyerang hewan separoh baya
G. PENYAKIT KULIT AKIBAT FAKTOR NUTRISI
Disebabkan oleh defisiensi baik kekurangan dengan nutrisi disebabkan oleh defisiensi
baik kekurangan pasokan nutrien ataupun hambatan metabolisme nutrisi tersebut.
Beberpa faktor dibawah ini penting kaitannya dengan penyakit kulit : defisiensi zinc,
protein, kalori, asam lemak, vitamin A, viatam C dan E, riboflavin, biotin, niasin,
iodin, cobalt, dan copper. Perubahan yang nampak adalah bersisik, rambut rontok,
pada defisiensi zinc terjadi parakeratosi (babai sensitif) kurang protien kalori akan
para keratotik hyperkerotosis (anjing); sedangkan defesiensi copper menyebabkan
kerontokan rambut/bulu.

14

Anda mungkin juga menyukai