Cost
Center
Profit
Center
I/T
Investment
Center
Service
Center
Divisi teknologi informasi sebagai suatu pusat investasi (investment center) memiliki arti bahwa
perusahaan memposisikan divisi tersebut sebagai lembaga litbang, atau penelitian dan pengembangan.
Sebagai layaknya lembaga litbang yang lain, perusahaan memberikan investasi khusus bagi divisi yang
bersangkutan, untuk mengasilkan produk-produk baru yang dapat memberikan keunggulan kompetitif
(competitive advantage) bagi perusahaan di masa-masa mendatang. Struktur organisasi divisi teknologi ini
biasanya berdasarkan portfolio program atau proyek yang dicanangkan. Target untuk menyelesaikan suatu
proyek pembuatan produk tertentu biasanya berkisar antara 3-5 tahun, atau bahkan ada yang sampai
sepuluh tahun. Contoh dari perusahaan yang melakukan investasi litbang pada divisi teknologi
informasinya adalah sebuah bank yang memiliki program untuk membuat Mini ATM, yaitu sebuah
peralatan seperti kalkulator layar lebar yang dapat dibeli oleh para nasabah, dimana melalui peralatan
tersebut, para pelanggan dapat melakukan beberapa transaksi-transaksi perbankan seperti credit transfer,
memeriksa saldo tabungan, membayar rekening listrik dan telepon, mengirimkan pesan kepada customer
service, mencari informasi, dan lain sebagainya. Dengan memiliki alat komunikasi dan transaksi ini
dikemudian hari, akan menambah keunggulan bank yang bersangkutan dibandingkan dengan saingannya.
Alasan mengapa harus dikerjakan oleh bagian divisi teknologi internal adalah agar teknologi yang
bersangkutan tidak dapat ditiru oleh bank-bank yang lain.
Bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa, divisi teknologi informasi biasanya diposisikan
sebagai suatu pusat pelayanan, atau service center. Dalam industri jasa, filosofi yang dipergunakan adalah
selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dari segi pelayanan. Kalau bicara mengenai kepuasan pelayanan,
berarti berusaha untuk memberikan fleksibilitas yang sebesar-besarnya kepada para pelanggan dalam arti
bahwa dimana saja, kapan saja, dengan cara apa saja, pelanggan dapat menikmati jasa yang ditawarkan
perusahaan dengan tingkat convinience yang tinggi. Dengan kata lain, pelayanan yang diberikan harus
lintas batas dan lintas waktu (time and space). Kalau bicara mengenai pelayanan lintas batas dan lintas
waktu, berarti berhubungan dengan teknologi informasi. Suatu perusahaan distribusi berusaha
meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan utamanya (principal) dengan cara memberikan fasilitas
khusus untuk melihat profil geografis penjualan produk-produk mereka di pasar Indonesia. Dengan fasilitas
ini mereka dapat melihat trend penjualan setiap produk di seluruh lokasi mulai dari tingkat propinsi sampai
ke outlet-outlet. Terhadap tipe pelanggan lainnya (outlet), perusahaan dapat memberikan fasilitas berupa
pemesanan (order) produk melalui internet dengan pengiriman barang tidak lebih dari 24 jam dan service
level yang tinggi (paling tidak 95%).
Pertanyaan umum kemudian timbul. Apakah sebuah divisi teknlogi harus memilih salah satu peran center
yang dijelaskan di atas? Jawabannya adalah tidak selalu. Terkadang sebuah departemen teknologi informasi
dapat berperan sebagai cost center dan service center sekaligus, seperti yang biasa terjadi pada perusahaan
pelayanan penerbangan. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur biasanya
memperlakukan teknologi informasi sebagai investment center pada awalnya, untuk akhirnya menjadi
profit center di masa mendatang. Untuk benar-benar mengetahui posisi teknologi informasi yang tepat bagi
sebuah perusahaan, sebuah assessment untuk merumuskan strategi teknologi informasi yang sejalan dengan
strategi bisnis dan manajemen perusahaan harus dilakukan sebelum langkah-langkah investasi dilakukan.
Jika tidak, fenomene over investment atau under investment di bidang teknologi informasi akan terjadi
yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan dalam kurun waktu jangka pendek, menengah,
dan panjang.