Sikap
Sikap
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGETAHUAN
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai (Salam, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What. Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan
atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang
berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).
2. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
B. SIKAP
1. Pengertian Sikap
Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang dimaksud dengan sikap
itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain bila dibandingkan dengan ahli lainnya.
Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, diambil beberapa pengertian yang
diajukan oleh beberapa ahli, antara lain:
a. Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik
bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek-objek
psikologis, seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan
(Zuriah, 2003).
b. Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecendrungan
(tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan
sesuatu, baik secara positif maupun secara negative terhadap suatu lembaga,
peristiwa, gagasan atau konsep.
c. Paul Massen dan David Krech, berpendapat sikap merupakan suatu system dari
tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi (pengenalan), feeling
(perasaan), dan action tendency (kecendrungan untuk bertindak) (Yusuf, 2006).
d. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa sikap adalah kesiapan
seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Azwar, 2007).
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
kondisi mental relative menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang tertentu
yang mempunyai arti baik bersifat positif, netral, atau negative yang mengangkat aspekaspek kognisi, afeksi, dan kecendrungan untuk bertindak.
2. Unsur (Komponen) Sikap
Menurut Yusuf (2006) unsur (komponen) yang membentuk struktur sikap, yaitu:
a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi
apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi dan kepercayaan
yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif
disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut masalah issu atau
problem controversial.
b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan
dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang
negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah
emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh
yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi disamakan
dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component, yaitu komponen
yang berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya
kecendrungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Merupakan aspek kecendrungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki
seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang akan dihadapi
3. Kategori Sikap
a. Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari:
1) Sikap Positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
menghadapkan objek tertentu.
2) Sikap Negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
b. Menurut Azwar (2007), sikap terdiri dari:
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat
dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap gizi.
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu
tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung yang tidak berstruktur
misalnya mengukur sikap dan survei (misal public option survey). Sedangkan secara
langsung yang berstruktur yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaanpertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan
dan langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti (Arikunto, 2002).
7. Pengukuran Sikap Model Guttman
Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan
jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan ya, dan tidak,
positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala guttman ini pada
umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar
nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala
likert (Hidayat, 2007).
C. MAKROSOMIA
1. Pengertian
Makrosomia atau bayi besar adalah bila berat badan bayi melebihi dari 4000
gram. (Wiliiam, 2001). Dalam dunia kedokteran makrosomia disebut giant baby.
Menurut Cunningham (2005) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram
atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
2. Karakteristik Makrosomia
a. Mempunyai wajah berubi (menggembung), pletoris (wajah tomat)
b. Badan montok dan bengkak
c. Kulit kemerahan
d. Lemak tubuh banyak
e. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata
3. Etiologi
a. Genetik, obesitas dan overweight yang dialami ayah ibu dapat menurun pada bayi.
b. Pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan
yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi
yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata.
c. Ibu dengan diabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada berat
badan bayi. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka janin dapat tumbuh
makin subur.
d. Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia, ibu yang sebelumnya
pernah melahirkan bayi makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali
melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan
bayi makrosomia.
e. Multigravida, ada kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih
besar daripada anak pertama.
f. Usia gestasi lama
g. Usia ibu
h. Wanita hamil yang memiliki berat badan yang lebih dari 150 kg, janinnya
memiliki risiko 30% mengalami makrosomia (Pendit, 2004).
4. Diagnosis
Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat
diperkirakan dengan cara:
a. Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkannya dan
adanya diabetes milletus
b. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (edema dan
sebagainya)
c. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvik, dalam hal ini
dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi (Mochtar, 1998).
5. Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gram umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih besar
dari 4500-5000 gram atau pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan pada
bahu yang lebar. Apabila disproporsi sefalo atau feto-pelvic ini dibiarkan maka
terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin (Mochtar, 1998).
6. Penanganan
a. Pada disproporsi sefalo dan feto-pelvic yang sudah diketahui dianjurkan untuk
seksio caesar.
b. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup
lebar dan janin diusahakan lahir, atau bahu diperkecil dengan melakukan
kleidotomi unilateral atau bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik
dan untuk cedera postkleidotomi dikonsulkan ke bagian bedah.
c. Apabila janin meninggal lakukan embriotomi (Mochtar, 1998).
7. Komplikasi
a. Komplikasi pada Ibu
1) Ibu mengalami robekan perineum
2) Persalinan dengan operasi caesar
3) Kehilangan darah dalam jumlah banyak saat persalinan
4) Ruptur uteri dan serviks