Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007). Seseorang yang mengalami masalah perilaku kekerasan
harus diberikan rencana dan tindakan yang seseuai sehingga pola ekspresi
kemarahannya dapat diubah menjadi perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan
langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi
sumber kemarahan tersebut.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah
sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secra tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti
memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga da marah-marah
merupakan alasna utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan
oleh keluarga belum memadai, keluarga sehausya mendappat pendidikan kesehatan
tentnag cara merawatklien.
Respon melawan dan menentanng merupakan respon maladaptif, yang timbul
sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan memicu
individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan memnentang.
Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu
agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai sampai pada
perilaku kekerasan atau gaduh gelisah.
Menuruut WHO (2013) skizofreni adalah bentuk yang parah dari penyakit
mental yang mempengaruhi 7 per 1000 dari populasi orang dewaasa terutma pada

kelompok usia 15-35 tahun. Meskipun insiden rendah (3-10.000), prevalensinya


tinggi disebabkan oleh kronisitas skizofrenia
Di Indonesia, data Riskesdas (2013) menunjukkan rata-rata angka gangguan
jiwa berat seperti skizofrenia sebesar 17 % atau 400.000 orang. Skizofrenia
merupakan
Dari data yang didapat dari IGD RSJD Sambang Lihum, pada bulan Desember
2014 kasus yang ditangani antara lain 140 kasus PK, halusinasi 87 kasus, waham 2
kasus, isos 20 kasus, harga diri rendah 7 kasus, defisit perawatan diri 3 kasus, resiko
bunuh 3 kasus dan napza 14 kasus. Dari data yang diperoleh, dapat diambil
kesimpulan kasus yang terbanyak di IGD RSJ Sambang Lihum adalah Perilaku
kekerasan yaitu sebanyak 140 kasus. Maka dari itu kami tertarik untuk mengambil
kasus seminar mengenai penanganan kasus perilaku kekerasan di RSJD Sambang
Lihum.

Anda mungkin juga menyukai