Anda di halaman 1dari 209

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


2011

Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara


Edisi Tahun 2011

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Manajemen Keuangan Negara

Jakarta LAN 2011


VIII hlm: 15 x 21 cm

ISBN: xxx xxxx xx x

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Untuk mewujudkan pejabat strukltural eselon IV yang
berkemampuan melaksanakan tugas jabatannya secara
profesional, sesuai amanah Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Lembaga
Administrasi Negara telah memperbaharui keseluruhan sistem
penyelenggaraan Diklat aparatur. Pembaharuan ini merupakan
antisipasi terhadap perkembangan lingkungan strategis Sistem
Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kian
hari kian dinamis.
Agar pembaharuan sistem Diklat aparatur ini dapat
diterapkan secara konsisten di seluruh Indonesia, maka LAN
menerapkan kebijakan standarisasi program Diklatpim Tingkat
IV. Proses standarisasi meliputi keseluruhan aspek
penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang
meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya,
metode dan skenario pembelajaran, persyaratan peserta, tenaga
pengajar, kualifikasi pengelola dan penyelenggara sampai pada
pengadministrasian
penyelenggaranya.
Dengan
proses
standarisasi ini, maka implementasi pembaharuan sistem Diklat
aparatur termasuk kualitas alumninya dapat lebih terjamin.
Salah satu unsur penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV
yang mengalami proses standarisasi adalah modul untuk para
peserta (participants book). Dengan modul yang standar ini,

iv

diharapkan peserta Diklatpim Tingkat IVdi seluruh Indonesia


dapat mengikuti proses pembelajaran dengan efektif sehingga
kompetensi kepemimpinan taktikal yang menjadi sasaran
penyelenggaraan Diklatpim Tk. III ini dapat dicapai tanpa
menemui kendala yang berarti.
Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan
modul-modul dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini,
dan mengharapkan agar peserta Diklatpim Tingkat IV dapat
memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali
kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para
Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama
Diklat berlangsung. Semoga modul ini dapat dipergunakan
sebaik-baiknya.
Kepada Drs. Sukadarto, SH, MM dan Marsono, SE,
MM, selaku penulis modul ini, seluruh anggota tim penulis
modul dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur ini termasuk
tim pembaharuan sistem Diklat aparatur, kami ucapkan terima
kasih atas kesungguhan dan dedikasinya.
Jakarta,

Desember 2011
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

ASMAWI REWANSYAH

KATA PENGANTAR
Sebagai sebuah Diklat berbasis kompetensi, penyelenggaraan
Diklatpim Tk. IV dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur
ini membutuhkan sejumlah sarana pembelajaran yang yang
efektif membantu SDM kediklatan dalam mewujudkan
kompetensi kepemimpinan taktikal pada masing-masing peserta
Diklat. Di antara berbagai sarana yang ada, modul memainkan
peranan yang sangat signifikan, karena dalam modul itulah
konsep, teori termasuk praktek yang dibutuhkan untuk
membangun kompetensi tersebut tertuang dan dapat dibaca
oleh peserta, widyaiswara, pengelola dan penyelenggara Diklat.
Oleh karena itu, kami berharap modul ini dapat memainkan
peranan tersebut.
Mengacu pada modul ini, maka: (1) widyaiswara atau
fasilitator Diklatpim Tk. IV dapat merancang proses
pembelajaran; (2) peserta Diklat dapat mempersiapkan dirinya
untuk menerima kompetensi yang akan diperolehnya; (3)
pengelola dan penyelenggara dapat merencanakan dalam
memberikan dukungan agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan efektif.
Yang spesifik dari modul dalam sistem pembaharuan
Diklat aparatur ini adalah adanya lembar kerja atau worksheet.
Setiap peserta Diklatpim Tk. IV wajib mengerjakan tugas-tugas
yang dituntut dalam lembar kerja tersebut. Kemampuan peserta
mengerjakan lembar kerja ini merupakan bukti bahwa peserta
tersebut telah memiliki kompetensi yang dibangun oleh modul
ini. Oleh karena itu, lembar kerja ini merupakan data atau
rekam jejak yang ditinggalkan oleh peserta Diklatpim Tk.IV.
Bagi Lembaga Administrasi Negara, lembar kerja pada
modul itu adalah acuan utama dalam memonitor dan
mengevaluasi suatu penyelenggaraan Diklat. Peserta Diklatpim
Tk. IV yang mampu mengerjakan lembar kerja tersebut dengan
v

vi

penuh komitmen dan integritas, sehingga hasilnya baik akan


terdeteksi oleh Lembaga Administrasi Negara melalui programprogram monitoring dan evaluasi Diklat yang dilaksanakan.
Selamat memanfaatkan modul Diklat Kepemimpinan
Tingkat IV ini. Semoga melalui modul ini, kompetensi
kepemimpinan operasional bagi peserta Diklat Kepemimpinan
Tingkat IV dapat tercapai.
Jakarta,

Desember 2011

DEPUTI BIDANG
PEMBINAAN PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN APARATUR

ENDANG WIRJATMI TRILESTARI

DAFTAR ISI
SAMBUTAN.................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................
BAB I
BAB II

BAB III

BAB IV

PENDAHULUAN .
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN
MANAJEMEN
KEUANGAN .
A.
Keuangan Negara .
B.
Manajemen Keuangan
Negara .
ASAS ASAS KEUANGAN NEGARA, FUNGSI,
KEKUASAAN
ATAS
PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA ..
A.
Asas Keuangan Negara ..
B.
Fungsi Keuangan Negara
C.
Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan
Negara .............................................
TEKNIK
PENGELOLAAN
KEUANGAN
NEGARA (APBN) ....
A.
Penyusunan APBN ....................................
B.
Pengalokasian Anggaran
Dalam DIPA ............................. .............
C.
Pelaksanaan Anggaran ...................... .......
D.
Pengawasan ..............................................
E.
Pertanggungjawaban
dan Pelaporan ............................... .........
vii

iii
v
vii
Hal.
1
3
3
6

8
8
9
9
13
13
15
18
40
48

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

BAB V

BAB VI

viii

TEKNIK
PENGELOLAAN
KEUANGAN
DAERAH (APBD) ....
A.
PERENCANAAN .................
1.
Perencanaan APBD ...........
2.
Asas Umum Manajemen Keuangan
Daerah .............
Asas Umum dan Struktur APBD ..........
3.
Penyusunan
Rancangan
APBD ..............
4.
Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara ...........................................
5.
Penetapan APBD ................................
6.
Kewenangan Fungsional Dalam
Manajemen Keuangan Daerah .............

65

B.

81
81

PELAKSANAAN ..................
1.
Asas Mekanisme Pelaksanaan
APBD ................................................
2.
Laporan Realisasi Semester I APBD
3.
dan Perubahan APBD ......................
4.
Penatausahaan
Keuangan
Daerah .........
5.
Pertanggungjawaban
Pengelolaan
APBD...
6.
Pengendalian Defisit dan Penggunaan
Surplus ......
7.
Pemeriksaan
dan
Pertanggungjawaban APBD ........
8.
Pembinaan dan Pengawasan
Penglolaan Keuangan
Daerah .................................
PENERAPAN
TEKNIK
PENGELOLAAN
KEUANGAN DALAM
ORGANISASI ............................

65
65
68
68
72
73
75
76

93
94
96
97
100
102

104

Modul Diklatpim Tingkat IV

DAFTAR PUSTAKA

ix

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana
tercantum dalam alinea IV Pembukan UUD 1945 dibentuk Pemerintah
Negara yang menyelenggarakan fungsi dalam berbagai urusan
pemerintahan . Pembentukan pemerintah negara tersebut menimbulkan
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang harus
diselenggarakan dalam suatu tata pengelolaan keuangan negara.
Guna

mendukung

terwujudnya

good

governance

dalam

penyelenggaraan pemerintahan negara,tersebut, maka pengelolaan


keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan
bertanggung jawab. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara menganut asas yang telah lama dikenal dalam
pengelolaan keuangan negara seperti asas tahunan, universalitas,
kesatuan dan asas spesialis maupun asas asas baru sebagai pencerminan
best practices

dalam pengelolaan negara, antara lain akuntablitas,

profesional, proporsional, keterbukaan, dan pemeriksaan keuangan oleh


BPK yang bebas dan mandiri.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

Dalam pengelolaan

keuangan negara mencakup

seluruh

rangkaian kegiatan mulai dari perumusan kebijaksaaan dan pengambilan


keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Bahan ajar untuk
Diklat Pimpinan Tingkat IV ini adalah teknik pengelolaan keuangan
negara (APBN) termasuk keuangan daerah (APBD), meliputi :
1. Pendahuluan;
2. Pengertian keuangan negara dan manajemen keuangan negara;
3. Asas keuangan negara, fungsi dan kekuasaan atas pengelolaan
keuangan negara;
4. Teknik pengelolaan keuangan (APBN));
5. Teknik pengelolaaan keuangan negara (APBD);
6. Penerapkan teknik pengelolaan keuangan negara dalam
organisasi.
Pembelajaran disajikan secara komunikatif meliputi : ceramah,
tanya jawab, diskusi dan demontrasi. Keberhasilan pembelajaran
ini dapat dinilai dari kemampuan peserta dalam menerapkan teknik
pengelolaan keuangan negara.

BAB II
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN
MANAJEMEN KEUANGAN

A. Keuangan Negara
1. Dalam buku Keuangan Negara dari Badan Pemeriksa Keuangan
(1998) dinyatakan bahwa: keuangan negara adalah kekayaan
yang dikelola oleh pemerintah meliputi uang dan barang yang
dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki; hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang; dana-dana pihak
ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan atau
dijamin baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badanbadan usaha, yayasan maupun institusi lainnya.
2. Menurut M. Hadi, Keuangan Negara adalah: Semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala
sesuatu, baik uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
dimaksud (1973).
3. M. Subagio mengemukakan pengertian keuangan negara secara
lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut: Keuangan Negara terdiri
3

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

atas hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang
yang

dapat

dijadikan

milik

negara

berhubung

dengan

pelaksanaan hak dan kewajibannya itu.


Hak Negara meliputi hak menciptakan uang, hak mendatangkan
hasil; hak melakukan pungutan hak meminjam dan hak
memaksa.
Kewajiban Negara meliputi kewajiban menyelenggarakan tugas
negara demi kepentingan masyarakat; dan kewajiban membayar
hak-hak tagihan pihak ketiga (1988).
4. Harjono Sumosudirdjo mengartikan Keuangan Negara sebagai:
semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang
yang dapat dijadikan kekayaan negara, berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (1983).
5. Juniadi Soewartoyo, SE, M.Si menyatakan bahwa apabila
keuangan negara diberikan arti luas, maka ruang lingkupnya
mencakup dua kegiatan pengelolaan, yaitu;
a)

Pengelolaan keuangan negara melalui anggaran negara


atau

pengelolaan

secara

langsung.

Ini

merupakan

pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan dalam


APBN untuk tingkat pemerintah pusat serta APBD untuk
tingkat pemerintah provinsi, kabupaten dan kota dengan

Modul Diklatpim Tingkat IV

pengaturannya berupa antara lain Undang-undang APBN dan


Peraturan Presiden tentang pelaksanaan APBN yang
diterbitkan setiap tahun anggaran.
b)

Pengelolaan keuangan negara yang dipisahkan dari


anggaran negara yakni yang dilaksanakan oleh berbagai
bentuk usaha dari BUMN/BUMD sampai dengan yayasan
yang didirikan pemerintah. Peraturannya melalui ketentuan
hukum yang berlaku umum untuk dunia usaha seperti KUH
Perdata, KUH Dagang serta berbagai peraturan perundangan
lainnya yang berkaitan dengan dunia usaha seperti Undangundang Perbankan atau Perseroan Terbatas.

Dari penjelasan di atas, khususnya pengelolaan keuangan negara


melalui anggaran negara atau pengelolaan secara langsung, maka
manajemen keuangan negara sudah termasuk di dalamnya aspek-aspek
keuangan daerah yang harus dikelola dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Dengan perkataan lain pengelolaan keuangan
negara merupakan bagian dari keuangan negara sebagai disiplin ilmu
yang berdiri sendiri. Dilihat dari segi pengelolaan (manajemen) maka
terdapat pemisahan antara pengelolaan keuangan oleh pemerintah pusat
dan pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa


pengertian keuangan negara tidak hanya berupa uang negara, melainkan
seluruh kekayaan negara termasuk di dalamnya segala hak dan
kewajiban yang timbul karenanya, baik kekayaan itu berada dalam
pengelolaan para pejabat/lembaga pemerintah, pengelola bank-bank
pemerintah, yayasan pemerintah, badan usaha negara dan badan usaha
lainnya dimana pemerintah mempunyai kepentingan khusus dan terikat
dalam perjanjian dengan penyertaan pemerintah ataupun penunjukan
pemerintah.
Pengertian keuangan negara secara yuridis formal (Undangundang No.17 Tahun 2003) adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik berupa barang
maupun uang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Sebagai definisi yang digunakan pada buku ini Manajemen
Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pengelolaan keuangan
negara yang dituangkan dalam anggaran. Secara ringkas kegiatan
pengelolaan itu dimulai dari perumusan kebijakan/pengambilan
keputusan, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran sampai dengan
pengawasan / pemeriksaan dan pelaporan / pertanggung jawaban
pelaksanaan anggaran.

Modul Diklatpim Tingkat IV

Cakupannya meliputi kegiatan pengelolaan anggaran pendapatan


dan belanja negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara
yang dibiayai dari keuangan negara yang diarahkan pada pelayanan
negara dalam memberdayakan masyarakat.
Undang-undang tentang BPK tidak merumuskan pengertian
pengelolaan keuangan negara secara tegas, tetapi keuangan negara yang
diperiksa oleh lembaga negara tersebut hingga saat ini ialah keuangan
negara yang dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badanbadan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Menurut segi
yuridis, BPK berpendapat bahwa pengertian keuangan negara yang
dikehendaki UUD 1945 dan Undang-undang No.5 Tahun 1973 tentang
BPK meliputi:
Pertama, seluruh penerimaan dan pengeluaran, baik yang menyangkut
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan badan-badan usaha
milik negara dan daerah maupun institusi yang menggunakan
modal atau kelonggaran dari negara atau masyarakat.
Kedua,

seluruh kekayaan negara berupa harta yang berbentuk uang,


barang, piutang, jasa serta hak-hak negara seperti: hak-hak
menagih atas kontrak berupa pertambangan, hak penangkapan
ikan, pengusahaan hutan, kewajiban-kewajiban atau utangutang negara seperti dana pensiun, asuransi kesehatan,
jaminan sosial tenaga kerja, kekayaan bersih negara dan
kekayaan alamnya.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

Ketiga,

kebijaksanaan-kebijaksanaan

anggaran,

fiskal,

moneter

beserta akibatnya dibidang ekonomi.


Keempat, keuangan lainnya yang dikelola oleh pemerintah pusat dan
daerah dan badan-badan yang menjalankan kepentingan
negara atas uang yang dimiliki negara ataupun uang/dana
yang dimiliki masyarakat.
Atas dasar hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwasannya
cakupan keuangan negara lebih luas dari pengelolaan keuangan negara
yang

tidak

semata-mata

kegiatan,

melainkan

mencakup

kekuasaan/kewenangan, hak dan kewajiban dan akibat-akibat dari


pelaksanaan kekuasaan itu, termasuk juga uang, barang dan atau asset
yang dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah serta institusi
pemerintahan lainnya.
Dari

aspek

otoritas

(kewenangan)

atau

kekuasaan

penyelenggaraan pemerintahan negara, maka kekuasaan pengelolaan


keuangan negara merupakan subsistemnya. Dengan kata lain kekuasaan
pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari kekuasaan
penyelenggaraan pemerintahan (Negara).
B. Manajemen Keuangan Negara
Manajemen Keuangan Negara sebagai bidang studi yang
mempelajari dan diajarkan pada lembaga atau program pendidikan dan

Modul Diklatpim Tingkat IV

pelatihan adalah merupakan bagian penting dari administrasi negara.


Saat ini manajemen keuangan negara telah berkembang sedemikian
rupa terpisah dari bidang studi administrasi negara dalam artian menjadi
fokus telaahan tersendiri dalam konteks bidang profesi yang spesialistis.
Perpaduan bidang studi manajemen dan keuangan negara dalam praktek
menjadikannya ilmu pengetahuan terapan.
Oleh karena itu terminologi manajemen keuangan negara dalam
buku ini merupakan substitusi dari istilah pengelolaan keuangan negara
yang lazim di gunakan dalam ketentuan peraturan perundangan bidang
keuangan negara.

Berdasarkan pertimbangan akademik dan praktis

maka penyebutan bidang studi ini digunakan silih berganti antara


manajemen keuangan negara dengan pengelolaan keuangan negara.
Hal ini mengingat di Indonesia istilah manajemen sering disamakan
dengan istilah pengelolaan, sekalipun tidak sepenuhnya

bermakna

persis sama. Sebagai bidang studi, Manajemen Keuangan Negara terdiri


dari dua istilah yang dipadukan, yaitu Manajemen, dan Keuangan
Negara.

Manajemen

penyelenggaraan

kegiatan

disini

diberikan

pencapaian

pengertian

proses

tujuan organisasi dengan

mendayagunakan sumber daya dalam organisasi. Sumber daya


organisasi salah satunya adalah uang (money).

10

Modul Diklatpim Tingkat IV

11

BAB III
ASAS ASAS KEUANGAN NEGARA, FUNGSI
DAN KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA

A. Asas Keuangan Negara


Dalam rangka mendukung terwujudnya kepemerintahan yang
baik (good governance) dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka
keuangan negara harus diselenggarakan secara profesional, terbuka dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan pokok yang ditetapkan oleh
Konstitusi (UUD 1945).
Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Keuangan Negara
perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam konstitusi
tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi, baik asas-asas yang
telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara seperti azas
tahunan, azas universalitas, azas kesatuan dan azas spesial maupun asasasas baru sebagai pencerminan dari best practice (penerapan kaidahkaidah yang baik) dalam keuangan negara. Asas-asas tersebut,
diantaranya adalah:

12

Modul Diklatpim Tingkat IV

1.
2.
3.
4.
5.

13

Asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil,


Asas profesionalitas,
Asas proporsionalitas,
Asas keterbukaan dalam mengelola keuangan,
Asas pemeriksanaan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
Asas-asas

umum

tersebut

diperlukan

guna

menjamin

terselenggaranya prinsip prinsip pemerintahan yang baik.


Dengan dianutnya asas asas umum tersebut di dalam Undang
Undang Keuangan Negara, pelaksanaan Undang Undang ini selain
menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus
dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi
dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Fungsi Keuangan Negara


Dalam penjelasan Pasal 3 ayat (4) Undang Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keungan Negara, dijelasakan sebagai berikut :
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan;
2. Fungsi perencanaan

mengandung arti bahwa anggaran negara

menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan


pada tahun yang bersangkutan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

14

3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara


menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
4. Fungsi alokasi mengandung arti anggaran negara harus diarahkan
untk mengunrangi pengangguran dan pemborosan sumber`daya,
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian;
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
6. Fungsi stabilitas mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

C. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara


1. Presiden
Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Undang Undang Nomor 17
Tahun 203 bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara sebagai
bagian dari kekuasaan Pemerintahan. Selanjutnya kekuasaan
tersebut dikuasakan kepada:
a. Menteri Keuangan, selaku pengelola fiscal dan wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang
dipisahkan;

Modul Diklatpim Tingkat IV

15

b. Menteri/pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/


Barang Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya;
c. Gubernur/Bupati/Walikota

selaku

Kepala

Pemerintahan

Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili


Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
2. Menteri Keuangan
Selaku pengelola fiskal dan wakil Pemerintah Pusat dalam hal
kepemilikan

kekayaan

negara

yang

dipisahkan.

Menteri

Keuangan sebagai Pembantu Presiden dalam bidang keuangan


bertindak selaku Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah
Republik Indonesia. Pasal 8 Undang-undang No.17 Tahun 2003
menetapkan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas
pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi mikro;
b. Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan
APBN;
c. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
d. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
e. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah
ditetapkan Undang-undang;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

16

f. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara;


g. Menyusun

laporan

keuangan

yang

merupakan

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (APBN);


h. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal
berdasarkan ketentuan undang-undang.
3. Menteri/Pimpinan Lembaga
Setiap

Menteri/Pimpinan

yang

memimpin

Kementerian

Negara/Lembaga adalah sebagai pengguna anggaran/barang dan


berkedudukan selaku Chief Operational Officer (COO) untuk
suatu bidang pemerintahan tertentu. Lembaga dalam hal ini
adalah Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non
Kementerian Negara. Di lingkungan Lembaga Negara, yang
dimaksud dengan Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang
bertanggungjawab atas manajemen keuangan Lembaga yang
bersangkutan. Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna
anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/lembaga yang
dipimpinnya, menurut Pasal 9 UU No.17 Tahun 2003
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menyusun

rancangan

anggaran

Negara/lembaga yang dipimpinnya;


b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

Kementerian

Modul Diklatpim Tingkat IV

17

c. Melaksanakan anggaran Kementerian Negara/lembaga yang


dipimpinnya;
d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak
dan menyetorkan ke Kas Negara;
e. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
Piutang adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara
bukan pajak yang pemungutannya menjadi tanggung jawab
Kementerian

Negara/Lembaga

yang

bersangkutan.

Sedangkan utang dalam hal ini adalah kewajiban negara


kepada pihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan
jasa

yang

kementerian

pembayarannya

merupakan

Negara/Lembaga

berkaitan

tanggungjawab
sebagai

unit

pengguna anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul


berdasarkan Undang-undang/Keputusan Pengadilan;
f. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggungjawab

Kementerian

dipimpinnya;
g. Menyusun
dan
Kementerian

Negara/Lembaga

menyampaikan

Negara/Lembaga

laporan
yang

yang

keuangan
dipimpinnya.

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud


adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam
pengelolaan keuangan negara, termasuk prestasi kerja yang
dicapai atas penggunaan anggaran;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

h. Melaksanakan

18

tugas-tugas

lain

yang

menjadi

tanggungjawabnya berdasarkan ketentuan Undang-undang.


4. Gubernur/Bupati/Walikota
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagian
kekuasaan

Presiden

dalam

mengelola

keuangan

Negara

diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Pengelola


Keuangan Daerah. Selaku Kepala Pemerintahan Daerah,
berwenang

mengelola

keuangan

daerah

dan

mewakili

Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang


dipisahkan dan disesuaikan dengan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan

pemerintahan

negara.

Kekuasaan

dalam

mengelola keuangan daerah tersebut dilaksanakan oleh Kepala


Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah dan Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
Secara lebih rinci kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c :
a. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Kuangan
Daerah selaku pejabat pengelola APBD;
b. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

Modul Diklatpim Tingkat IV

19

Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola


Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
a.

Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;

b.

Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan


APBD;

c.

Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah


ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

d.

Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;

e.

Menyusun

laporan

keuangan

yang

merupakan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;


Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna
anggaran/barang daerah mempunyai tugas :
a. menyusun anggran satuan kerja oerangkat daerah yang
dipimpinnya;
b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c.

Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah


yang dipimpinnya;

d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;


e. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggungf
jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimp;innya;
f. Mengelola barangmilik/kekayaan daerah yang menjadi
tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

20

g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan


kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

21

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

22

BAB IV
TEHNIK PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA (APBN)

A. Penyusunan APBN
Proses

manajemen

(pengelolaan)

keuangan

negara

oleh

Pemerintah Pusat dilandasi oleh dasar hukum yang kuat, yaitu Undang
Undang

No.17

Tahun

2003

tentang

Keuangan

Negara

yang

mempertegas tentang penyusunan APBN (termasuk APBD) dalam hal


ini mengenai tujuan, dan fungsi penganggaran pemerintah, peran
DPR/D dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan
anggaran pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem
penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran penyatuan anggaran
dan penyusunan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam
penganggaran.
Di tinjau dari segi prosesnya, maka manajemen keuangan negara
oleh Pemerintah Pusat diselenggarakan seperti di bawah ini :
Penyusunan APBN diawali dengan proses penyusunan Recana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKKA-KL) bagi
Pemerintah Pusat dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Pemerintah Daerah. Berdasarkan Pasal
23

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

4 Peraturan Pemerintah Nomor

24

21 Tahun 2004 bahwa pendekatan

dalam penyusunan RKA-KL adalah sebagai berikut: (1)

Kerangka

Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM); (2) Penganggaran terpadu


(unified budgeting); dan (3) Penganggaran berbasis kinerja.
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah digunakan untuk
mencapai disiplin fiskal secara berkelanjutan. Penyusunan anggaran
terpadu

dilakukan

dengan

mengintegrasikan

seluruh

proses

perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga


untuk menghasilkan dokumen RKA-KL dengan klasifikasi anggaran
belanja menurut organisasi, fungsi, program, kegaiatan, dan jenis
belanja. Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil
yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan
keluaran tersebut.
Adapun proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga adalah sebagai berikut:
1)

Kementerian Negara/Lembaga menyusun


rencana kerja yang memuat kebijakan, program dan kegiatan yang
dilengkapi sasaran kinerja dengan mengacu kepada prioritas
pembangunan nasional dan pagu indikatif sesuai dengan Surat
Edaran

bersama

Menteri

Perencanaan

Nasional/Bappenes dan Menteri Keuangan;

Pembangunan

Modul Diklatpim Tingkat IV

2)

25

Kementerian Perencanaan Pembangunan


Nasional/Bappenes menelaah rencana kerja yang disampaikan
Kementerian Negara/lembaga berkoordinasi dengan Kementerian
Keuangan;

3)

Menteri/Pimpinan

Lembaga

setelah

menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara


bagi masing-masing program pada pertengahan bulan Juni,
menyesuaikan rencana kerja kementerian negara/lembaga menjadi
RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan;
4)

Kementerian Negara/lembaga membahas


RKA-KL bersama-sama dengan komisi terkait di DPR;

5)

Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan


kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenes;

6)

Kementerian Perencanaan Pembangunan


Nasional/Bappenes menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil
pembahasan bersama DPR dengan Rencana Kerja Pemerintah;

7)

Kementerian

Keuangan

menelaah

kesesuian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR dengan


Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara;
8) Menteri Keuangan menghimpun RKA-KL yang telah ditelaah untuk
selanjutnya bersama-sama dengan Nota Keuangan dan Rancangan
APBN untuk dibahas dalam Sidang Kabinet;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

26

9) Nota keuangan dan Rancangan APBN beserta RKA-KL yang telah


dibahas selanjutnya disampaikan kepada DPR untuk dibahas
bersama dan ditetapkan menjadi Undang Undang APBN;
10) RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Keputusan
Presiden tentang Rincian APBN;
11) Keputusan Presiden tentang Rincian APBN menjadi dasar bagi
masing-masing Kementerian Negara/lembaga untuk menyusun
konsep dokumen pelaksanaan anggaran.

B.

Pengalokasian

Anggaran

Dalam

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)


Pengalokasian Anggaran pada dasarnya menganut pendekatan
klasifikasi ekonomi, yang terdiri dari:
1.

Belanja Pegawai
Belanja ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
a.

Belanja Pegawai mengikat


Belanja pegawai dibutuhkan secara terus menerus dalam satu
tahun dan harus dialokasikan oleh kementerian Negara/Lembaga
dengan jumlah yang cukup pada tahun yang bersangkutan, yaitu:
gaji, gaji dokter PTT dan bidan PTT, honorarium, uang lembur,
vakasi, uang lauk pauk TNI/Polri, uang makan PNS.

Modul Diklatpim Tingkat IV

b.

27

Belanja Pegawai Tidak Mengikat


Belanja pegawai jenis ini diberikan dalam rangka mendukung
pembentukan modal dan/atau kegiatan yang bersifat temporer,
misalnya honor pengelola keuangan, Tim penyusun draft
peraturan perundang-undangan, Tim penyusun Standar Biaya
Khusus

2.

Belanja Barang
Belanja ini merupakan pengeluaran atas pembelian barang dan jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan.
Belanja Barang terdiri dari:
a.

Belanja barang mengikat misalnya:


belanja barang fisik (keperluan sehari-hari) belanja jasa
(langganan daya dan jasa), belanja pemeliharaan, belanja
perjalanan dinas;

b.

Belanja

barang

tidak

mengikat

dibutuhkan secara insidentil misalnya jasa konsultan, sewa, jasa


profesi.
3.

Belanja Modal
Adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal

yang

sifatnya

menambah

asset

dengan

kewajiban

menyediakan biaya pemeliharaan dan memberi manfaat lebih dari 1


tahun, nilainya relatif material.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

28

Belanja Modal terdiri dari:


a.

Belanja Modal Tanah;


Pengeluaran

untuk

pengadaan/pembelian/pembebasan,

penyelesaian balik nama dan sewa tanah, pengosongan,


pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat
serta pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan
dengan pembentukan modal, perolehan hak dan kewajiban atas
tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi tanah.
b.

Belanja Modal Peralatan dan Mesin;


Pengeluaran untuk pengadaan alat-alat dan mesin yang
dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal/aset tetap,
termasuk

biaya

untuk

penambahan,

penggantian

dan

peningkatan kapasitas peralatan dan mesin berat yang dimaksud


untuk memperpanjang masa manfaat maupun meningkatkan
efisiensinya.
c.

Belanja Modal Gedung dan Bangunan;


Pengeluaran untuk perencanaan, pembangunan, pengawasan dan
pengelolaan pembentukan modal untuk membangun gedung dan
bangunan negara yang perhitungannya

mengacu kepada

Keputusan Ditjen Cipta karya tentang Standar Pembangunan


Gedung Negara, termasuk pengadaan berbagai barang kebutuhan
pembangunan gedung dan bangunan.

Modul Diklatpim Tingkat IV

29

Termasuk kelompok belanja modal ini adalah:


a.

Pengadaan/pembangunan

berbagai

gedung dan bangunan yang berfungsi untuk perkantoran,


hunian dan pelayanan;
b.

Belanja untuk kelengkapan prasarana dan


sarana di dalam dan di sekitar (sepanjang berada dalam
komplek) gedung dan bangunan tersebut misalnya instalasi
listrik, telpon, air, jalan komplek, pagar, gorong-gorong
lingkungan pertamanan, lapangan parkir.

c.

Biaya untuk kegiatan rehabilitasi, renovasi


dan restorasi gedung dan bangunan yang diharapkan dapat
memperpanjang

masa

manfaat

dari

aktiva

maupun

meningkatkan efisiensinya.
d.

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan;


Pengeluaran

yang

diperlukan

untuk

pembangunan,

peningkatan / penambahan, penggantian, pembuatan serta


perawatan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
jaringan atau merupakan bagian dari jaringan.
e.

Belanja Modal lainnya.


Pengeluaran yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan
modal untuk pengadaan/pembangunan belanja fisik lainnya

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

30

yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan kriteria


belanja modal. Belanja modal lainnya ini misalnya: kontrak
sewa beli pengadaan/pembelian barang-barang kesenian,
barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum,
serta hewan ternak, ternak peliharaan, buku-buku, jurnal
ilmiah.
4.

Bunga
Bunga

yaitu

pembayaran

yang

dilakukan

atas

kewajiban

penggunaan pokok utang baik utang luar negeri maupun dalam


negeri dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Jenis belanja ini
khusus

digunakan

dalam

kegiatan

dari

Bagian

Anggaran

Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP)


5.

Subsidi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan
jasa untuk memenuhi hajad hidup orang banyak sedemikian rupa
sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat. Belanja
ini antara lain dipergunakan untuk pencalran subsidi kepada
perusahaan negara dan perusahaan swasta.

6.

Bantuan Sosial
Bantuan sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada

Modul Diklatpim Tingkat IV

31

anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakat termasuk


didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang
pendidikan dan keagamaan.
Termasuk bantuan sosial adalah:
a.

Bantuan kompensasi sosial


Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan
kepada masyarakat sebagai dampak dari adanya kenaikan BBM;

b.

Bantuan kepada Lembaga Pendidikan dan Peribadatan


Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan
kepada lembaga pendidikan dan/atau lembaga keagamanan;

c.

Bantuan kepada Lembaga Sosial lainnya


Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan
kepada lembaga sosial lainnya.

7.

Hibah
Hibah atau transfer rutin/modal yang sifatnya tidak wajib kepada
negara lain atau kepada organisasi internasional. Belanja ini antara
lain digunakan untuk hibah kepada pemerintah luar negeri dan
organisasi internasional.

8.

Belanja lain-lain
Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang
tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis belanja butir 1 s.d 7.
Jenis belanja ini dipergunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP).

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

C.

32

Pelaksanaan Anggaran
1.

Pengelola
Anggaran
Dalam rangka persiapan pelaksanaan anggaran, pada setiap awal
tahun anggaran ditetapkan pengelola anggaran. Pengelola
Anggaran terdiri dari :
a.

Pengguna Anggaran (PA);

b.

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

c.

Pejabat Pemungut Penerimaan Negara; (PPPN)/Atasan


Langsung Bendahara Penerimaan;

d.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);

e.

Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM (PPP-SPM);

f.

Bendahara Penerimaan;

g.

Bendahara Pengeluaran;

h.

Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP).


PA
KPA

PPK

PPPSPM

PPPN

BENDAHARA
PENERIMAAN

BENDAHARA
PENGELUARAN

BPP

Modul Diklatpim Tingkat IV

33

2.

Tugas
Pengelola Anggaran
a.

Pengguna Anggaran (PA)


1)

Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran


yang disebut sebagai DIPA yang mengacu kepada RKA
dalam satu tahun anggaran;

2)

Melaksanakan anggaran ;

3)

Menetapkan

para

pejabat

yang

ditunjuk

Anggaran/Pengguna

Barang

sebagai:
a) Kuasa

Pengguna

(KPA/B);
b) Pejabat yang bertugas melaksanakan pemungutan
penerimaan Negara (Pejabat Pemungut Penerimaan
Negara

(PPPN)/Atasan

Langsung

Bendahara

Penerimaan);
c) Pejabat

yang

mengakibatkan

melakukan
pengeluaran

tindakan
anggaran

(Pejabat Pembuat Komitmen/PPK);

yang
belanja

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

34

d) Pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan


perintah

pembayaran

(Pejabat

Penguji

dan

Penandatangan SPM/PPP-SPM);
e) Bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan;
f) Bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
belanja;
g) Menetapkan kembali pejabat yang diberi wewenang
untuk menandatangani surat keputusan kepegawaian
yang mengakibatkan pembebanan pada anggaran
belanja Negara, pada awal tahun yang bersangkutan;
h) Menetapkan Unit Akuntansi Tingkat Pengguna
Anggaran/ Barang, Tingkat Pembantu Pengguna
Anggaran/Barang

Eselon

I,

Tingkat

Pembantu

Pengguna Anggaran/Barang Wilayah dan Tingkat


Kuasa Pengguna Anggaran/Barang;
4)

Menyampaikan DIPA yang telah mendapat


pengesahan kepada Unit Eselon I/II/Satuan Kerja;

4) Menetapkan Rencana Umum Pengadaan;


5) Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan
paling kurang di website;

Modul Diklatpim Tingkat IV

35

6) Menetapkan :
a)

Pemenang pada pelelangan atau penyedia pada


penunjukkan langsung untuk paket pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya dengan
nilai di atas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar
rupiah);

b)

Pemenang pada seleksi atau penyedia pada


penunjukkan langsung untuk paket pengadaan jasa
konsultasi dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,(sepuluh milyar rupiah).

7) Mengawasi pelaksanaan anggaran;


8) Bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan dengan
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b.

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


1) Menandatangani DIPA Satker dan DIPA Revisi;
2) Menetapkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan
POK Revisi yang merupakan penjabaran secara rinci
alokasi

anggaran

dalam

DIPA

Satker

yang

bersangkutan;
3) Menetapkan Rencana Operasional Program/Kegiatan
(ROP/K), Rincian Anggaran Belanja (RAB), dan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

36

Rencana Pelaksanaan dan Penggunaan Anggaran


(RPPA);
4)

Menetapkan
Kegiatan/Kelompok

Tim

Pelaksana

Kerja/Pejabat

Pengadaan

Barang/Jasa yang berada dibawah wewenangnya;


5)

Menetapkan

dan

menugaskan

Bendahara

Pengeluaran Pembantu (BPP);


6)

Melakukan

pembinaan,

pengarahan

dan

pengawasan terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan


dan anggaran;
7)

Menandatangani surat permohonan dispensasi


Uang Persediaan (UP) dan Tambahan Uang Persediaan
(TUP);

8)

Melaporkan hasil pelaksanaan baik pencapaian


fisik maupun keuangan setiap 3 (tiga) bulan sekali
kepada PA;

9)

Melakukan

pemeriksaan

kas

Bendahara

sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Hasil


pemeriksaan

dituangkan

dalam

Berita

Acara

internal

antara

Pemeriksaan Kas;
10)

Melakukan
pembukuan

rekonsiliasi

Bendahara

dan

Laporan

Keuangan

Modul Diklatpim Tingkat IV

37

UAKPA sekurang-kurangnya satu kali dalam satu


bulan sebelum dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN;
11)

Mengesahkan laporan keuangan per-Bulan,


per-Triwulan, per-Semester dan Tahunan berdasarkan
SAI;

12)

Bertanggungjawab atas penyampaian laporanlaporan lainnya antara lain perencanaan kas dan
laporan

monitoring

dan

evaluasi

Pengadaan

Barang/Jasa;
13)

Melakukan
perkiraan

penarikan

perubahan
dana

dan

dan

pengesahan

atau

perkiraan

penyetoran dana secara periodik yaitu bulanan,


mingguan dan harian;
14)
c.

Bertanggung jawab kepada PA.

Pejabat Pemungut Penerimaan Negara (PPPN)/Atasan


Langsung Bendahara Penerimaan.
1)

Mengelola penerimaan negara dalam


Sistem APBN;

2)

Mengintensifkan perolehan pendapatan


yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya;

3)

Melaksanakan

koordinasi

pengendalian penyelenggaraan pelayanan jasa;

dan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

4)

38

Menandatangani

Surat

Perjanjian

Kerjasama Pelayanan Barang/Jasa;


5)

Menandatangani

berita

acara

pemeriksaan kas penerimaan;


6)

Melaksanakan

tertib

administrasi

keuangan sesuai peraturan perundangan-undangan yang


berlaku;
7)

Melaporkan hasil penerimaan negara


setiap akhir bulan kepada KPA;

8)

Melaksanakan pengawasan penerimaan


pelayanan jasa;

9)

d.

Bertangggung jawab kepada KPA.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


1)

Melakukan

koreksi

rencana

dan

jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;


2)

Bersama dengan PPP-SPM menyusun


Rencana Operasional Program/ Kegiatan (ROP/K) yang
berisi

rincian

paket-paket

kegiatan

beserta

jadwal

pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku


dengan

memperhatikan

DIPA,

Petunjuk

Operasional

Modul Diklatpim Tingkat IV

39

Kegiatan, untuk selanjutnya ditetapkan Kuasa Pengguna


Anggaran;
3)

Melakukan koreksi Rincian Anggaran


Biaya (RAB) dan Rencana Pelaksanaan dan Penggunaan
Anggaran (RPPA), dalam hal terjadi revisi anggaran yang
telah ditetapkan/disetujui sebagaimana ditetapkan dalam
POK;

4)

Menyusun rencana penarikan dana


(forecasting) bulanan, mingguan dan harian;

5)

Menetapkan

rencana

pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi spesifikasi teknis


Barang/Jasa, HPS, dan rancangan kontrak;
6)

Menandatangani Pakta Integritas;

7)

Menerbitkan

Surat

Penujukkan

Penyedia Barang/Jasa;
8)

Membuat

ikatan

perjanjian

atau

menandatangani kontrak dengan penyedia Barang/Jasa


sepanjang anggarannya sudah tersedia dan mencukupi;
9)

Melaksanakan

dan

mengendalikan

kontrak dengan penyedia Barang/Jasa;


10)

Melaporkan
Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA;

hasil

pekerjaan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

11)

40

Menyerahkan

hasil

pekerjaan

Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA dengan Berita Acara


Penyerahan;
12)

Melaporkan

kemajuan

pekerjaan

termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan


pekerjaan kepada KPA setiap triwulan;
13)

Menyimpan dan menjaga keutuhan


seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa;

14) Tidak diperkenankan mengadakan ikatan perjanjian atau


menadatangani kontrak dengan penyedia Barang/Jasa apabila
belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran
yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran;
15) Dalam hal diperlukan, PPK dapat mengusulkan kepada KPA
perubahan paket pekerjaan, perubahan jadwal kegiatan
pengadaan, menetapkan tim pendukung, menetapkan tim
atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) untuk
membantu

pelaksanaan

tugas

Pokja

Pengadaan,

dan

menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan


kepada Penyedia Barang/Jasa;
16) Memberitahukan secara tertulis pada Penerima Hak untuk
mengajukan

tagihan

apabila

Penerima

Hak

belum

mengajukan tagihan dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah


timbulnya hak tagih.

Modul Diklatpim Tingkat IV

41

17) Menandatangani persetujuan pembayaran baik melalui UP


dan LS;
18) Menerbitkan dan menyampaikan SPP kepada PPP-SPM;
19) Melakukan pemeriksaan kas BPP dan menandatangani berita
acara pemeriksaan kas BPP;
20) Bertanggung jawab kepada KPA.
e.

Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM (PPP-SPM)


1) Bersama dengan PPK menyusun ROP/K;
2) Meneliti dengan seksama DIPA dan Petunjuk

Pelaksanaan

yang telah disahkan, dan apabila terdapat kekeliruan redaksi,


perhitungan biaya, volume, perubahan lokasi, waktu, serta
harga agar segera mengajukan revisi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
3) Menguji kebenaran material surat-surat tagihan barang/jasa
yang disampaikan oleh penerima hak tagih;
4) Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/
kelengkapan

sehubungan

dengan

ikatan/perjanjian

pengadaan barang/jasa;
5) Meneliti dan menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen
atas pengajuan SPP dari PPK;
6) Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

42

7) Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran


pengeluaran yang bersangkutan;
8) Menerbitkan dan Menandatangani Surat Perintah Membayar
(SPM-UP,

SPM-GU,

SPM-TU)

dan

Surat

Perintah

Membayar Langsung (SPM-LS) yang akan diajukan kepada


KPPN.
9) Bertanggung jawab kepada KPA;
f.

Bendahara Penerimaan
1) Menerima pembayaran berupa uang/cek bank/surat berharga
lainnya melalui rekening Bendahara Penerimaan (tidak
secara langsung);
2) Wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara
yang telah dipungut ke Rekening Kas Negara dalam waktu 1
(satu)

hari

kerja

setelah

penerimaannya

dengan

menggunakan formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP);


3) Membukukan seluruh penerimaan dan penyetoran dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan satuan kerja yang
berada di bawah pengelolaannya;
4) Membuat

laporan

pertanggungjawaban

(LPJ)

secara

bulanan atas uang yang dikelolanya dan menyampaikannya


ke KPPN;

Modul Diklatpim Tingkat IV

43

5) Bertanggungjawab kepada Bendahara Umum Negara


melalui Kuasa Pengguna Anggaran;
g.

Bendahara Pengeluaran
1)

Mengelola

uang

persediaan

yang diterima melalui UP/TUP/GUP/LS Bendahara untuk


kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional kegiatan dan
operasional kantor sehari-hari;
2)

Melaksanakan pembayaran UP
setelah meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang
diajukan oleh KPA/PPK meliputi kuitansi/tanda terima,
faktur pajak, dan dokumen lainnya yang menjadi dasar hak
tagih;

3)

Menguji

kebenaran

perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah


pembayaran, termasuk perhitungan pajak dan perhitungan
kewajiban lainnya kepada pihak ketiga;
4)

Menguji

ketersediaan

dana/kecukupan pagu sisa pagu DIPA untuk jenis belanja


yang dimintakan pembayarannya;
5)

Wajib menolak perintah bayar


dari

KPA/PPK

apabila

dipenuhi sebagai berikut:

persyaratan-persyaratan

tidak

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

44

a)

Kelengkapan
administrasi Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak
terpenuhi;

b)

Kebenaran
perhitungan tagihan yang tercantum dalam Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) tidak terpenuhi;

c)

Tidak

adanya

ketersediaan dana yang bersangkutan.


6)

Menyelenggarakan pembukuan
terhadap seluruh pengeluaran meliputi seluruh transaksi
dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang
berada di bawah pengelolaannya;

7)

Membuat

laporan

pertanggungjawaban (LPJ) secara bulanan atas uang yang


dikelolanya dan menyampaikannya ke KPPN, dan BPK;
8)

Menyetorkan ke kas negara


seluruh sisa uang persediaan/tambahan uang persediaan
pada akhir tahun anggaran;

9)

Melakukan pemungutan PPh


(Pajak

Penghasilan)

serta

pajak

lainnya

dan

membukukannya ke dalam Buku Kas Umum dan Buku


Pajak serta menyetorkannya ke Kas Negara;

Modul Diklatpim Tingkat IV

45

10) Bertanggungjawab atas keadaan kas termasuk pengamanan


dan penyimpanan uang kas serta dokumen-dokumen
lainnya;
11) Menyimpan dan mengarsipkan bukti-bukti kas/Bank,
dokumen sumber pertanggungjawaban keuangan serta
lampirannya;
12) Menyusun dan mengirim Laporan Realisasi Anggaran
Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan Tahunan kepada
Kuasa Pengguna Anggaran;
13) Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang
dilaksanakannya;
14) Bertanggungjawab kepada BUN melalui PA.
h.

Bendahara Pengeluaran Pembantu


1)

BPP bertanggungjawab atas seluruh uang operasional


pekerjaan dalam penguasaannya dan bertanggungjawab
secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakan;

2)

Menyelenggarakan

pembukuan

terhadap

seluruh

pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam rangka


pelaksanaan anggaran belanja satker yang berada di bawah
pengelolaannya;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

3)

46

Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) BPP


kepada Bendahara Pengeluaran paling lambat 5 (lima) hari
kerja bulan berikutnya;

4)

Pada

akhir

tahun

anggaran/kegiatan,

BPP

wajib

menyetorkan seluruh uang dalam penguasaannya yang


berasal dari LS bendahara ke Kas Negara, sedangkan sisa
UP wajib dikembalikan ke Bendahara Pengeluaran;
5)

BPP diangkat dan diberhentikan oleh KPA, namun fungsi


perbendaharaan dipertanggungjawabkan kepada Bendahara
Pengeluaran

3. Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP)

a. Ketentuan Penerimaan PNBP


1) PNBP adalah seluruh pnerimaan Pemerintah Pusat yang
tidak

berasal

dari

penerimaan

pajak,

merupakan

penerimaan negara yang diperoleh karena pemberian


pelayanan jasa atau penjualan barang milik negara oleh
Kementerian/Lembaga Negara kepada masyarakat.
Tidak

semua

Kementerian/Lembaga

memilki/

menyelenggarakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.


2) Semua unit pengelola PNBP tidak diperkenankan
mengadakan pungutan atau tambahan pungutan yang

Modul Diklatpim Tingkat IV

47

tidak tercantum dalam Peraturan Pemerintah tentang Jenis


dan Tarif atas Jenis PNBP.
3) Penerimaan PNBP tersebut tidak boleh digunakan
langsung untuk membiayai pengeluaran.
4) Bendahara Penerimaan dilarang menerima setoran secara
langsung dari wajib setor.
5) Penerimaan

dilakukan

melalui

rekening

Bendahara

Penerimaan baik dengan cara transfer atau setor langsung


di teler bank. Bukti transfer/setor menjadi bukti
penerimaan/dokumen sumber yang harus dibukukan oleh
Bendahara Penerimaan.
6) Penerimaan melalui Pembayaran Langsung antar KPPN
atau LS, dilaksanakan melalui dokumen Surat Perjanjian
Kerjasama/Surat Perintah Kerja, berita acara serah terima
dan kwitansi pembayaran.
b. Ketentuan Penyetoran PNBP
1) Bendahara Penerimaan wajib menyetorkan secara langsung
penerimaan ke

Kas Negara dalam waktu 1 hari kerja

menggunakan formulir SSBP.


2) Pada akhir tahun anggaran, Bendahara Penerimaan wajib
menyetorkan

seluruh uang negara yang dikuasainya ke Kas

Negara menggunakan formulir SSBP.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

48

3) SSBP yang dinyatakan sah menjadi dokumen sumber bagi


Bendahara Penerimaan satuan kerja dalam menatausahakan
PNBP.
4. Prosedur Pengeluaran
Berdasarkan DIPA, PA/KPA melaksanakan kegiatan sesuai Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK), dan memerintahkan pembayaran
tagihan-tagihan atas beban DIPA yang telah ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan pengeluaran dilakukan melalui prosedur pengajuan SPP
dan penerbitan SPM (UP/TUP/GUP/LS Bendahara/LS Pihak
Ketiga).
a. Ketentuan Pengajuan SPP dan penerbitan SPM :
1) SPP dan SPMUP (Uang Persediaan)
a.

Bendahara Pengeluaran menyampaikan permintaan


UP/TUP kepada PPK untuk diterbitkan SPP-UP.

b.

PPK menguji permintaan UP, apabila tidak lengkap dan


benar PPK mengembalikan permintaan UP tersebut
kepada Bendahara Pengeluaran secara tertulis paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
permintaan tersebut.

c.

PPK menerbitkan SPP-UP dan disampaikan kepada


PPP-SPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah

Modul Diklatpim Tingkat IV

49

diterimanya

permintaan

UP

dari

Bendahara

Pengeluaran.
SPP tersebut dibuat berdasarkan :
(1) Pekerjaan yang bersifat kontraktual berdasarkan
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian
Pekerjaan.
(2) Pekerjaan yang bersifat swakelola berdasarkan
bukti-bukti pertanggung jawaban
(kwitansi).
d. Pengujian SPP-UP sampai dengan Penerbitan SPM-UP
diselesaikan paling lambat 2

(dua) hari kerja setelah

SPP-UP beserta dokumen pendukung diterima secara


lengkap dan benar dari PK.
e.

Apabila SPP-UP tidak lengkap dan benar maka PPSPM mengembalikan kepada PPK secara tertulis paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP-UP
tersebut.
f.

Pengujian

SPP-UP

oleh

PPP-SPM

meliputi

pengecekan ketersediaan dana dan kesesuaian dengan


RAB/RPPA.
g.

PPK

mengajukan SPPUP kepada KPA untuk

meminta surat pernyataan dari KPA atau Pejabat yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

50

ditunjuk, yang menyatakan bahwa uang persediaan


tersebut

tidak

untuk

membiayai

pengeluaran-

pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan


pembayaran langsung (LS).
h.

Atas

dasar

SPP

yang

diterima,

PPP-SPM

menerbitkan SPM.
i.

SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi


dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.

j.

KPPN melakukan pengujian substansi dan pengujian


formal terhadap SPM-UP yang selanjutnya akan
menerbitkan (SP2D).

k.

Dengan diterbitkannya SP2D maka pembayaran atas


tagihan-tagihan

tersebut

telah

tercatat

sebagai

pengeluaran atas beban DIPA.


l.

Setiap

Satker

dapat

pengeluaran-pengeluaran
berdasarkan

diberikan

UP

belanja

untuk
barang

kebutuhan sepanjang nilanya

Rp.10.000.000,- dan tidak bersifat kontraktual


yaitu :
(1) 5211 : Belanja Barang Operasional
(2)

5212 : Belanja Barang Non Operasional

(3) 5221 : Belanja Jasa

Modul Diklatpim Tingkat IV

51

(4)

5231 : Belanja Pemeliharaan

(5) 5241 : Belanja Perjalanan Dalam Negeri


(6) 5242 : Belanja Perjalanan Luar
Negeri
(7) 5311 : Belanja Modal Tanah
(8) 5321 : Belanja Modal Peralatan dan

Mesin

(9) 5331 : Belanja Modal Gedung dan


Bangunan
(10)

5341 : Belanja Modal Jalan, Irigasi dan


Jaringan

(11) 5351

Belanja

Pemeliharaan

yang

Dikapitalisasi
(12) 5361
m.

: Belanja Modal Fisik Lainnya

UP dapat diberikan setinggi-tingginya :


(1) 1/12 (satu per-dua belas) dari pagu DIPA
menurut klasifikasi belanja yang diijinkan
untuk

diberikan

UP,

maksimal

Rp.

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk


pagu sampai dengan Rp. 900.000.000,(sembilan ratus juta rupiah).

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

52

(2) 1/18 (satu per-delapan belas) dari pagu DIPA


menurut klasifikasi belanja yang diijinkan
untuk

diberikan

UP,

maksimal

Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk


pagu di atas

Rp. 900.000.000,-

(sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan


Rp. 2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus
juta rupiah).
(3) 1/24 (satu per-dua puluh empat) dari pagu
DIPA menurut

klasifikasi

belanja

yang

diijinkan untuk diberikan UP, maksimal


Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
untuk pagu di atas

Rp.

2.400.000.000,- (dua miliar empat ratus juta


rupiah).
n.

Perubahan besaran UP di luar ketentuan di atas


ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

o.

Pengisian kembali UP (revolving) dapat diberikan


apabila dana UP telah dipergunakan sekurangkurangnya 75% dari dana UP yang diterima serta
sepanjang masih tersedia pagu dalam DIPA.

Modul Diklatpim Tingkat IV

p.

53

Apabila kebutuhan penggunaan kegiatan 1 (satu)


bulan melebihi dari UP yang diterima, PPK dapat
mengajukan TUP yang diatur sebagai berikut :
(1)Kepala KPPN dapat memberikan TUP sampai
dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah)

untuk

klasifikasi

belanja

yang

diperbolehkan diberikan UP bagi instansi


dalam

wilayah

pembayaran

KPPN

bersangkutan.
(2)Permintaan TUP diatas Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja
yang diperbolehkan diberi UP harus mendapat
dispensasi

dari

Kepala

Kanwil

Ditjen

Perbendaharaan.
q.

Penggunaan UP belum mencapai 75% sedangkan


Satker yang bersangkutan memerlukan pendanaan
melebihi sisa dana yang tersedia, Satker tersebut
dapat mengajukan TUP.

2) SPP dan SPM-TUP (Tambahan Uang Persediaan)


a) Masing-masing pengelola kegiatan mengajukan rincian
penggunaan dana TUP berdasarkan RPPA kepada PPK.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

54

b) PPK mengajukan perincian penggunaan dana TUP


kepada

Kepala

KPPN/Kepala

Kanwil

Dirjen

Perbendaharaan dilengkapi dengan Surat Pengantar dari


KPA, salinan rekening Koran Bendahara Pengeluaran
yang menunjukkan saldo terakhir dan Surat Pernyataan
KPA yang berisi keterangan :
(1)

Dana tambahan UP tersebut akan digunakan untuk


keperluan mendesak dan akan habis digunakan
dalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggal
diterbitkan SP2D.

(2)

Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan


ke rekening Kas Negara.

(3)

Tidak

untuk

membiayai

pengeluaran

yang

seharusnya dibayarkan secara langsung.


c) PPK menerbitkan SPP-TUP berikut rincian penggunaan
dana TUP dan disampaikan kepada PPP-SPM paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya Surat
Persetujuan TUP dari Kepala KPPN/Kepala Kanwil
Dirjen Perbendaharaan.
d) Verifikasi SPP-TUP sampai dengan penerbitan SPM
TUP oleh PPP-SPM diselesaikan paling lambat 2 (dua)

Modul Diklatpim Tingkat IV

55

hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara


lengkap dan benar.
e) Atas dasar SPP yang diterima, PPP-SPM menerbitkan
SPM untuk diajukan ke KPPN beserta dengan dokumen
pendukungnya dilengkapi dengan Arsip Data Komputer
(ADK)

dan

salinan

rekening

koran

Bendahara

Pengeluaran yang menunjukkan saldo terakhir.


f) SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi
dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling lambat
2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.
g) KPPN akan menerbitkan SP2D.
3)

SPP dan SPM-GUP dan SPP dan SPM-GU Nihil atas


TUP
1)

Bendahara Pengeluaran dapat melakukan pengisian


kembali (revolving) GUP dan TUP setelah proses
pertanggungjawaban
pengujian

dan

anggaran

meneliti

dengan

melakukan

kelengkapan

bukti-bukti

pertanggungjawaban setelah mencapai minimal 75% dari


nilai SPM-UP, atau SPM-GU atau maksimal 100% untuk
SPM TUP.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

2)

56

Bendahara mengajukan bukti-bukti pengeluaran ke PPK


untuk diterbitkan SPP-GUP dan/atau SPP-GU Nihil atas
TUP.

3)

SPP-GUP dan SPP-GU Nihil atas TUP diterbitkan oleh


PPK dan disampaikan kepada PP-SPM paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah bukti-bukti pengeluaran diterima
secara lengkap dan benar.

4)

PPP-SPM menolak bukti-bukti pertanggungjawaban


yang diajukan apabila
(1) Pengeluaran kegiatan yang melampaui pagu;
(2) Tidak didukung oleh bukti-bukti pengeluaran yang
sah.

5)

Pengujian SPP-GUP sampai dengan penerbitan SPMGUP oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 4 (empat)
hari kerja setelah SPP-GUP beserta dokumen pendukung
diterima secara lengkap dan benar.

6)

Pengujian SPP-GUP Nihil atas TUP sampai dengan


penerbitan SPM-GUP Nihil atas TUP oleh PPP-SPM
diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah
SPP-GUP Nihil atas TUP beserta dokumen pendukung
diterima secara lengkap dan benar dari PPK.

Modul Diklatpim Tingkat IV

7)

57

SPM beserta dokumen pendukung yang dilengkapi


dengan ADK SPM disampaikan ke KPPN paling lambat
2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.

8)

Pengajuan SPM-GUP dan SPM GU Nihil Atas TUP ke


KPPN harus dilengkapi dengan :
(1) Surat Pertanggungjawaban Belanja (SPTB);
(2) atau Pejabat yang ditunjuk, untuk transaksi yang
menurut ketentuan harus dipungut PPN dan PPh;
(3) NPWP diisi sesuai dengan NPWP Bendahara
Pengeluaran;
(4) Salinan SSBP untuk pengembalian sisa dana TUP
jika terdapat sisa TUP di Bendahara Pengeluaran.

4)

SPP dan SPM-LS untuk Pembayaran Belanja Pegawai


a.

Pembayaran gaji induk Salinan Surat Setoran Pajak


(SSP)

yang

telah

susulan/kekurangan

dilegalisir
gaji/gaji

oleh

KPA

terusan/uang

/gaji
duka

wafat/tewas, dilengkapi dengan fotocopy dokumen


pendukung yang telah dilegalisir oleh PPK, daftar dan
rekapnya untuk gaji induk /gaji susulan/kekurangan
gaji/uang duka wafat/ tewas dilengkapi dengan surat
keterangan dan permintaan tunjangan kematian (UDW),
SK CPNS, SK PNS, SK Kenaikan pangkat, SK Kenaikan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

58

Gaji Berkala, SK Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan


Pelantikan, surat pernyataan masih menduduki jabatan,
surat pernyataan melaksanakan tugas, daftar keluarga
(KP4), fotocopy surat nikah, fotocopy akte kelahiran
yang dilegalisir oleh Pejabat Kepegawaian, SKPP, daftar
potongan sewa rumah dinas, surat keterangan masih
sekolah/kuliah, surat pindah, surat kematian, SSP PPh
pasal 21, Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM)
dari KPA/PPK Kelengkapan tersebut di atas digunakan
sesuai peruntukkannya.
b.
a.

Pembayaran lembur dilengkapi dengan daftar


pembayaran

perhitungan

lembur

yang

ditandatangani oleh KPA/ Pejabat yang ditunjuk


dan Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan,
surat perintah kerja lembur, daftar hadir kerja,
daftar hadir lembur, Surat Pertanggungjawaban
Mutlak (SPTJM) dari KPA/PPK, dan SSP PPh
pasal 21.
b.

Pembayaran honor/vakasi dilengkapi dengan surat


keputusan tentang pemberian honor/vakasi, daftar
pembayaran

perhitungan

honor/vakasi

yang

ditanda tangani oleh KPA/pejabat yang ditunjuk

Modul Diklatpim Tingkat IV

59

dan bendahara pengeluaran yang bersangkutan dan


SSP PPh pasal 21.
c.

PPABP menyampaikan tagihan dan dokumen


pendukung SPP-LS yang lengkap dan benar
kepada PPK.

d.

PPK menguji tagihan dan dokumen pendukung SPP-LS,


apabila tidak lengkap dan benar PPK mengembalikan
kepada PPABP secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah diterimanya surat tagihan tersebut.

e.

PPK menerbitkan SPP-LS dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah
dokumen pendukung diterima lengkap dan benar dari
PPABP.

f.

PPK

menyampaikan

SPP-LS

beserta

dokumen

pendukungnya kepada PP-SPM.


g.

Apabila SPP-LS dan dokumen pendukung tidak lengkap


dan benar, maka PP-SPM mengembalikan kepada PPK
secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
diterimanya SPP-LS tersebut.

h.

Pengujian SPP-LS sampai dengan penerbitan SPM-LS


oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari
setelah SPP-LS diterima secara benar dan lengkap dari
PPK.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

i.

60

SPM-LS beserta dokumen pendukung dan ADK SPM


kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan.

5) SPP dan SPM-LS Non Belanja Pegawai


a) Tagihan dan dokumen pendukung SPP-LS yang lengkap
dan benar

diajukan oleh Penerima Hak kepada

KPA/PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah


timbulnya hak tagih.
b)

PPK menguji tagihan dan dokumen pendukung SPPLS, apabila tidak lengkap dan benar maka PPK
mengembalikan kepada penerima hak secara tertulis
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
surat tagih tersebut.

c) PPK menerbitkan SPP-LS dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen
pendukung diterima lengkap dan benar dari penerima
hak.
d)

PPK

menyampaikan

SPP-LS

pendukungnya kepada PP-SPM.

beserta

dokumen

Modul Diklatpim Tingkat IV

e)

61

Apabila SPP-LS dan dokumen pendukungnya tidak


lengkap dan benar, maka PP-SPM mengembalikan
kepada PPK secara tertulis paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah diterimanya SPP-LS tersebut.

f) PP-SPM melakukan pengujian SPP-LS sampai dengan


menerbitkan SPP-LS paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah SPP-LS beserta dokumen pendukung diterima
lengkap dan benar dari PPK.
g)

SPM-LS beserta dokumen pendukung dan ADK


disampaikan ke KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja
setelah SPM diterbitkan.

h)

Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pengadaan barang/


jasa :
(1) Kontrak/SPK

yang

mencantumkan

nomor

rekening rekanan;
(2) Surat

pernyataan

Pejabat

PPK

penetapan rekanan;
(3) Berita acara penyelesaian pekerjaan;
(4) Berita acara serah terima pekerjaan;
(5) Berita acara pembayaran;
(6) Kwitansi yang disetujui oleh PPK;

mengenai

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

(7) Faktur

62

pajak

beserta

SSP

yang

telah

ditandatangani wajib pajak;


(8) Jaminan bank atau yang dipersamakan yang
dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan
non bank;
(9)

Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrakkontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;

(10) Ringkasan kontrak;


(11) Berita acara pada huruf c), d) dan e) di atas dibuat
sekurang-kurangnya dalam rangkap lima dan
disampaikan kepada :
(1) Asli dan satu tembusan untuk PPP-SPM.
(2) Masing-masing satu tembusan untuk para
pihak yang membuat kontrak.
(3) Satu tembusan untuk Panitia/Pejabat PHP.
i) Kelengkapan dokumen SPP-LS Pembayaran biaya
langganan daya dan jasa (listrik, telepon dan air)
(1)Bukti tagihan
(2)

daya dan jasa.


Nomor rekening pihak

ketiga (PT PLN, PT Telkom, PDAM, dll).

Modul Diklatpim Tingkat IV

63

(3)

Dalam hal pembayaran


langganan daya dan jasa belum dapat dilakukan
secara langsung, Satker yang bersangkutan dapat
melakukan pembayaran dengan UP sepanjang
nilainya Rp.10.000.000,-

j) Kelengkapan dokumen SPP-LS Pembayaran Belanja


Perjalanan Dinas.
(1) Pembayaran

belanja

perjalanan

dinas

harus

dilengkapi dengan daftar nominatif pejabat yang


akan melakukan perjalanan dinas, yang berisi
antara lain : informasi mengenai data pejabat
(Nama,NIP, Pangkat/Golongan), tujuan, tanggal
keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya
yang diperlukan untuk masing-masing pejabat.
(2) Daftar nominatif tersebut harus ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang memerintahkan
perjalanan dinas, dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang di KPPN.
(3) Pembayaran

dilakukan

oleh

Bendahara

Pengeluaran yang bersangkutan kepada para


pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas.
6) SPP dan SPM-PNBP

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

64

a) UP/TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP


Rupiah Murni (RM)
b) UP dapat diberikan kepada Satker pengguna sebesar
20% dari pagu dana PNBP pada DIPA maksimal sebesar
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan
melampirkan

daftar

realisasi

pendapatan

dan

penggunaan dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.


Apabila UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP
sebesar

kebutuhan

memperhatikan

riil

maksimum

satu

tahun

dengan

pencairan

(MP).

Kewenangan pemberian TUP mengacu pada ketentuan


yang berlaku.
c) Dana

yang

berasal dari PNBP dapat dicairkan

maksimal sesuai formula sebagai berikut :


MP

( PPP x JS ) JPS

MP

Maksimum pencairan dana

PPP

proporsi

JS

pendapatan
jumlah setoran

JPS

jumlah pencairan dana sebelumnya sampai

pagu

pengeluaran

terhadap

dengan SPM terakhir yang diterbitkan

Modul Diklatpim Tingkat IV

d)

65

Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS PNBP ke KPPN,


Satker pengelola PNBP harus melampirkan daftar
perhitungan jumlah MP.

e)

Pencairan dana harus melampirkan bukti setoran


(SSBP) yang telah dikonfirmasi oleh KPPN.

f)

Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan


tidak boleh melampaui pagu PNBP Satker yang
bersangkutan dalam DIPA.

g)

Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/TUP PNBP


oleh PPK dilakukan dengan mengajukan SPM ke
KPPN setempat cukup dengan melampirkan SPTB

b.

Ketentuan Pembayaran melalui uang persediaan untuk


kegiatan

yang

dilakukan

secara

swakelola

dan

pembayaran langsung (LS-Bendahara)


1) Pembayaran melalui Uang Persediaan (UP)
a. Terkait dengan fungsi BPP selaku perpanjangan
tangan dari Bendahara Pengeluaran, penyaluran dana
dari Bendahara Pengeluaran kepada BPP dapat
bersumber dari SPM UP, SPM TUP dan SPM-LS
Bendahara.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

66

b. BPP mengajukan Rincian UP/Rincian TUP/Rincian


LS

Bendahara

yang

akan

digunakan

untuk

membiayai pekerjaan/sub output.


c. Rincian UP/TUP/LS Bendahara dari BPP merupakan
dokumen pendukung ketika Bendahara Pengeluaran
mengajukan SPM-UP, SPM-TUP, SPM-GUP, SPM
LS Bendahara ke KPPN.
d. UP/TUP/LS Bendahara yang dikelola BPP akan
disalurkan

ke

masing-masing

koordinator

pekerjaan/sub output dengan mekanisme sebagai


berikut :
(1)

Koordinator pekerjaan/sub output mengajukan


formulir kebutuhan uang operasional pekerjaan
kepada BPP disertai dengan daftar rincian
pemberian

honorarium,

pembayaran,

dan/atau

dan/atau
rencana

rencana
pembelian

bahan, dan/atau rencana pembiayaan keperluan


operasional

lainnya,

dan/atau

daftar

pejabat/staf yang akan melaksanakan tugas


perjalanan dinas paling lambat 2 minggu
sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan;
(2)

Pengajuan
pekerjaan

kebutuhan
oleh

uang

koordinator

operasional
pekerjaan/sub

Modul Diklatpim Tingkat IV

67

output diajukan secara bertahap sesuai dengan


RPPA yang telah ditetapkan;
(3)

BPP mengajukan formulir kebutuhan uang


operasional pekerjaan kepada PPK untuk
dimintakan persetujuan;

(4)

Formulir

kebutuhan

pekerjaan

yang

uang

sudah

operasional

disetujui

dan

ditandatangani PPK disampaikan ke PPPSPM;


(5)

PPP-SPM menguji kebenaran jumlah rincian


uang operasional pekerjaan dan memberikan
persetujuan;

(6)

Formulir

kebutuhan

pekerjaan

yang sudah disetujui PPP-SPM

disampaikan

kembali

Pengeluaran

untuk

uang
ke

operasional
Bendahara

diberikan

uang

operasionalnya kepada BPP.


e.

Pertanggungjawaban

Uang

Operasional

Pekerjaan

berupa kwitansi dari BPP beserta sisa uang operasional


(jika ada) ke Bendahara Pengeluaran disampaikan
paling lambat akhir bulan bersangkutan berserta dengan
LPJ BPP, SPTB dan SPP yang belum mendapatkan
pengesahan PPK dan PPP-SPM;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

f.

68

Bendahara Pengeluaran melakukan validasi atas kuitansi


pertanggungjawaban SPTB dan SPP dari BPP dan
apabila tidak ada kesalahan Bendahara Pengeluaran
mengajukan PTB dan SPP ke PPK untuk dimintakan
pengesahan;

g.

Dalam hal PPK menyetujui SPTB dan SPP selanjutnya


SPTB dan SPP diajukan ke PPP-SPM untuk diterbitkan
SPM;

h.

Untuk pengeluaran baik yang menggunakan SPTB atau


kwitansi/tanda

bukti

pembayaran

lainnya

harus

memperhatikan ketentuan peraturan perpajakan yang


berlaku. Surat Setoran Pajak (SSP) berkenaan yang
telah dilegalisir oleh PPK harus dilampirkan pada
SPTB.
i.

BPP mengajukan Laporan Pertanggungjawaban BPP


kepada Bendahara Pengeluran berikutnya disertai
salinan secara bulanan paling lambat 5 (lima) hari kerja
bulan rekening Koran dari bank bulan berkenaan.
Mekanisme tersebut di atas dapat di gambarkan pada
diagram alir sebagai berikut
Diagram Alir
Pembayaran Melalui Penyediaan Uang Persediaan (UP)

Modul Diklatpim Tingkat IV

69

2) Pembayaran Langsung
Kelengkapan pembayaran untuk pengadaan barang/jasa
(pihak II),

dengan kelengkapan dokumen sebagai

berikut :
a.

K
ontrak/SPK yang mencantumkan nomor rekening
rekanan;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

70

b.

S
urat pernyataan PPK mengenai penetapan rekanan;

c.

B
erita acara penyelesaian pekerjaan:

d.

B
erita acara serah terima pekerjaan;

e.
Berita acara pembayaran;
f.

K
witansi yang disetujui oleh PPK;

g.

F
aktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani
wajib pajak;

h.

J
aminan

bank

atau

yang

dipersamakan

yang

dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non


bank;
i.

D
okumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrakkontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;

j.

F
aktur barang

Modul Diklatpim Tingkat IV

71

Mekanisme tersebut di atas dapat di gambarkan pada diagram alir


sebagai berikut:

Diagram Alir
Pembayaran Secara Langsung (LS)

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

5.

72

Verifikasi
a. Prinsip Verifikasi
Dalam melakukan verifikasi hal-hal yang harus diperhatikan :

Modul Diklatpim Tingkat IV

1)

73

Tujuan Anggaran
(a)Tujuan pengeluaran yang ditetapkan sesuai sasaran yang
hendak dicapai sebagaimana dituangkan dalam
DIPA/ROP.
(b)Pelaksanaan anggaran harus dilaksanakan secara hemat,
tidak mewah dan efisien.
(c)Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan dengan
program kerja (jadwal kegiatan). Sehingga hasil yang
akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan,
terpenuhi kuantitas dan kualitasnya.
(d)Penggunaan produksi dalam negeri sepanjang telah
memenuhi persyaratan teknis.

2)

Hak Pembayaran
(a)Hak menguasai Anggaran :
Setiap tagihan kepada Negara, harus didasarkan
kepada perintah (tindakan) yang menguasai anggaran,
yaitu,

KPA/PPK

sebagai

penerima

kuasa

dari

Pengguna Anggaran sebagai pihak yang menguasai


Bagian Anggaran.
(b)Hak menerima Pembayaran
Pengeluaran harus diterimakan kepada yang berhak
menerima pembayaran, yaitu orang/rekanan yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

telah

74

menyerahkan

perintah/permintaan

barang/jasa

KPA/PPK

Satker

sesuai
yang

bersangkutan.
(c)Hak yang menimbulkan Pembayaran
Menimbulkan pembayaran, artinya bahwa hak tagih
dari orang/rekanan telah timbul, dengan kondisi
dimana kewajiban-kewajiban yang diminta oleh
KPA/PPK telah dilaksanakan dan diserahkan serta
diterima oleh petugas/pejabat yang ditunjuk.
3)

Kepatuhan terhadap Peraturan Pengeluaran


(a)Pengeluaran harus sebatas dana yang tersedia. Artinya
bahwa

KPA/PPK

tidak

boleh

mengadakan

pengeluaran apabila dana untuk membiayai tindakan


tersebut tidak tersedia/tidak cukup tersedia.
(b)Tindakan-tindakan yang mengakibatkan hak tagihan
tersebut

(pengeluaran),

penagihan/pengadaannya,
pelaksanaan

pembayaran

baik
penyelesaian

harus

sesuai

cara
serta
dengan

prosedur dan aturan-aturan keuangan yang berlaku,


misalnya :
(1) Pembayaran Belanja Pegawai;
(2) Pengadaan Barang/Jasa;
(3) Perjalanan Dinas, dll.

Modul Diklatpim Tingkat IV

b. Verifikasi

75

Internal

oleh

KPA/Pejabat

Penguji

dan

Penandatangan SPM
Untuk melaksanakan verifikasi internal Satker, KPA berwenang
:
1)

Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak


pihak penagih;

2)

Meneliti

kebenaran

dokumen

persyaratan/kelengkapan

yang

sehubungan

menjadi
dengan

ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;


3)

Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;

4)

Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran


pengeluaran yang bersangkutan;

5)

Memerintahkan pembayaran atas beban APBN.

c. Metode/Cara Verifikasi Internal oleh PPP-SPM


KPA dalam melaksanakan kewenangannya mendelegasikan
kepada PPK dan PPP-SPM. PPP-SPM melakukan verifikasi
dengan cara sebagai berikut :
1)

Verifikasi terhadap bukti-bukti pengeluaran, kwitansi,


Surat Pertangtanggungjawaban (SPJ) dan kontrak dari
masing-masing pengelola kegiatan dan anggaran sebelum

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

76

diproses pertanggung jawabannya

oleh Bendahara

Pengeluaran dan diajukan ke KPPN.


2)

Penggunaan anggaran, Dana UP dialokasikan untuk


pengeluaran berbagai jenis belanja (kecuali belanja
pegawai) dan jenis pengeluaran ini termuat di berbagai
jenis belanja Mata Anggaran Pengeluaran (MAP)/AKUN
yang dimuat dalam DIPA.

3)

Bukti

pengeluaran

terdiri

dari

dokumen

sumber

(kwitansi) dan dokumen pendukung.


4)

Kwitansi sebagai dokumen sumber harus memenuhi


persyaratan antara lain :
(a) Memuat nama yang berhak menerima, uraian dari
yang dibayar, jumlah angka yang dibayar/akan
dibayar dengan angka dan huruf sama, tanggal tanpa
ada coretan atau setipan.
(b) Tahun dan AKUN tertera didalamnya.
(c) Tandatangan dari yang berhak menerima sendiri,
berdasarkan persetujuan PPK, catatan lunas dibayar
oleh Bendahara Pengeluaran.
(d) Verifikasi

sedangkan

untuk

kebenaran

bukti

kwitansi, meliputi :
(1)

Nilai dalam kwitansi harus sama dengan nilai


perhitungan atas realisasi fisik yang tertera

Modul Diklatpim Tingkat IV

77

(2)

Bukti tagihan pembayaran berbentuk sama


seperti lazimnya berlaku umum.

(3)

Bukti kwitansi termasuk bukti pendukungnya


harus asli.

(4)

Bukti kwitansi memakai materai sesuai aturan


yang berlaku.

5)

Dokumen Pendukung
Dokumen

pendukung

merupakan

dokumen

yang

mendukung kwitansi dan merupakan bagian yang tidak


terpisahkan karena kekurangan atau kesalahan dokumen
pendukung akan mengakibatkan semua bukti pengeluran
tidak sah.
Macam dokumen pendukung tergantung dari jenis
pengeluarannya dan prosedur dalam pengadaan barang
dan

jasa.

Sebagai

contoh

misalnya

untuk

jenis

pengeluaran gaji/upah untuk dokumen pendukungnya


dapat

berupa

Surat

Keputusan

tentang

besarnya

honorarium/upah dan nama yang berhak.


6.

Revisi
Anggaran
Revisi anggaran dapat dilakukan sehubungan dengan adanya
perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan dan perubahan DIPA.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

78

a. Revisi karena Perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan


1) Pasal

12

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

69/PMK.02/2010 mengatur tentang revisi anggaran pada


PA/KPA, dengan ketentuan:
(a) tidak mengurangi belanja gaji dan tunjangan lainnya
yang melekat pada gaji;
(b) tidak

mengurangi/merelokasi

anggaran

belanja

mengikat;
(c) pergeseran Komponen lnput untuk kebutuhan Biaya
Operasional;
(d) pergeseran Komponen Input dalam satu Keluaran
(output)

sepanjang

tidak

menambah

komponen

honorarium dan dalam jenis belanja yang sama;


dan/atau
(e) pergeseran komponen Input antar Keluaran (output)
dalam satu kegiatan sepanjang dalam jenis belanja
yang sama.
2) Revisi Anggaran dimaksud dilakukan dengan mengubah
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan ditetapkan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran serta mengubah ADK RKA
berkenaan dengan menggunakan aplikasi RKA-KL.

Modul Diklatpim Tingkat IV

79

3) PA/KPA wajib menyampaikan setiap perubahan ADK


RKA-KL kepada Direktur Jenderal Anggaran c.q. Direktur
Sistem Penganggaran.
b. Revisi terkait dengan Perubahan DIPA.
Batasan Revisi Anggaran
1) Revisi

Anggaran

dapat

dilakukan

sepanjang

tidak

mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap :


a)

kebutuhan Biaya Operasional satuan kerja (Kegiatan


0001 dan Kegiatan 0002) kecuali untuk memenuhi
Biaya Operasional pada satuan kerja lain;

b)

pembayaran berbagai tunggakan;

c)

Rupiah Murni pendamping PHLN;

d)

kegiatan yang bersifat multi years; dan

e)

kelompok pengeluaran/sub kegiatan/kegiatan yang


telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya
sehingga menjadi minus.

2) Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah


target kinerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a)

tidak mengubah sasaran program;

b)

tidak mengubah jenis dan satuan


Keluaran (output) kegiatan; atau

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

c)

80

tidak mengurangi volume Keluaran


(output) Kegiatan prioritas Nasional atau Prioritas
Kementerian Negara/Lembaga.

D.

Pengawasan
1. Pengawasan oleh Atasan Langsung (Unit Kerja)
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung sebenarnya
lebih menekankan pada monitoring rutin yang dilakukan oleh
pimpinan unit kerja terhadap pelaksanaan kegiatan di unit
kerjanya. Monitoring ini dilakukan secara periodik setiap waktu
dengan cara:
a. Mengadakan rapat internal untuk mengetahui output yang
telah dihasilkan beserta progressnya serta kendala yang
dihadapi;
b. Melakukan cross check ke pengelola kegiatan di unit kerja
terkait dengan pelaksanaan tahapan kegiatan dan realisasi
anggaran;
c. Bersama-sama dengan staf memeriksa dokumen yang
terkait dengan pelaksanaan kegiatan.
d. Pengawasan oleh Pengelola Anggaran (Satker)

Modul Diklatpim Tingkat IV

81

Sesuai dengan tugas dan kewenangannya, pengelola Satker


mempunyai peran masing-masing dalam melaksanakan tugas
pengawasan.
a.

Pejabat

Pemungut

Penerimaan Negara (PPPN)/Atasan Langsung Bendahara


Penerimaan, bertugas :
1)

Mengawasi mekanisme proses penerimaan PNBP;

2)

Menandatangani

surat

perjanjian

kerjasama

penyediaan barang/jasa dengan pihak ke tiga


3)

Memeriksa pembukuan Bendahara Penerima setiap

4)

bulan dana memberikan paraf


Mengawasi proses penyetoran penerimaan ke Kas
Negara

b.

Pejabat Penguji dan


Penandatangan SPM.
1)

Memeriksa kembali secara rinci keabsahan dokumen


pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku;

2)

Memeriksa ketersediaan pagu anggaran DIPA untuk


memperoleh

keyakinan

bahwa

melampaui batas pagu anggaran;

tagihan

tidak

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

3)

82

Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan


kelayakan dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai
spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak);

4)

Memeriksa pencapaian tujuan atau sasaran kegiatan


sesuai dengan indicator kinerja yang tercantum dalam
DIPA berkenaan dan atau spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan.

c.

Pejabat

Pembuat

Komitmen (PPK).
1)

Melakukan pemeriksaan Buku Kas Umum (BKU)


setiap bulan dan memberikan paraf;

2)

Menguji kebenaran material surat surat bukti


mengenai hak pihak penagih;

3)

Meneliti

kebenaran

persyaratan/

dokumen

kelengkapan

yang

sehubungan

menjadi
dengan

ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;


4)

Memberikan bimbingan kepada pengelola anggaran


agar sesuai dengan peraturan yang berlaku;

5)

Memerintahkan pembayaran atas beban APBN;

6)

Melakukan pemeriksaan keadaan kas BPP sekurangkurangnya 1 (satu) bulan sekali;

7)

Membuat

Laporan

Keuangan

sesuai

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

dengan

Modul Diklatpim Tingkat IV

83

d.

Kuasa

Pengguna

Anggaran (KPA).
1)

Memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai


dengan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan
dalam DIPA dan ROK;

2)

Melakukan

bimbingan

dan

arahan

terhadap

pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan;


3)

Memeriksa kas Bendahara Pengeluaran sekurangkurangnya 1 (satu) bulan sekali;

4)

Membuat

keputusan-keputusan

dan

tindakan-

tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya


pengeluaran uang atau tagihan atas beban anggaran
DIPA.
2. Pengawasan oleh Inspektorat
Inspektorat melaksanakan pengawasan secara periodik setiap
tahunnya dalam rangka quality assurance yaitu memberikan
jaminan bahwa pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan anggaran
sudah dilakukan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku serta sebagai Sistem Peringatan Dini.
Pengawasan yang dilakukan Inspektorat melalui evaluasi
kinerja, reviu evaluasi tindak lanjut, pemantauan, pemeriksaan
tahunan dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau kegiatan
pengawasan lainnya.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

84

a. Khusus di bidang Keuangan, pengawasan dan pemeriksaan


yang dilakukan oleh Inspektorat meliputi penilaian dan
pengujian terhadap:
1)

Sumber penerimaan keuangan untuk pelaksanaan


program/kegiatan;

2)

Kesesuaian penggunaan/pengeluaran dengan peraturan


perundang-undangan

dan

kebijakan

yang

telah

ditetapkan;
3)

Kesesuaian dan atau keterkaitan penggunaan uang


dengan rencana yang telah ditetapkan;

4)

Kesesuaian

tertib

administrasi

keuangan

dengan

peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang


ditetapkan serta dengan sistem akuntansi keuangan
negara;
b. Prosedur pengawasan dan pemeriksaan.
1)

Memberitahukan terlebih dahulu secara tertulis tentang


rencana pelaksanaan Pengawasan dan Pemeriksaan
kepada obyek yang diperiksa;

2)

Membawa Surat Tugas Pengawasan dan Pemeriksaan


kepada obyek yang diperiksa

Modul Diklatpim Tingkat IV

3)

85

Menjelaskan

program

kerja

Pengawasan

dan

Pemeriksaan kepada pihak yang diperiksa;


4)

Dilaksanakan oleh suatu Tim;

5)

Dilaksanakan di tempat obyek yang diperiksa;

6)

Dilaksanakan pada jam kerja dan hari kerja;

7)

Tim dapat melakukan konfirmasi dan atau pemeriksaan


terhadap pihak ketiga;

8)

Temuan hasil Pengawasan dan Pemeriksaan sementara


dikonfirmasikan oleh Tim kepada pihak yang diperiksa
dalam

bentuk

Naskah

Hasil

Pengawasan

dan

Pemeriksaan (NHPP);
9)

NHPP diekspose dihadapan pimpinan unit kerja untuk


mendapat klarifikasi dengan obyek yang diperiksa;

10) Hasil dari ekspose Pengawasan dan Pemeriksaan


menjadi bahan penyusunan Laporan Hasil Pengawasan
dan Pemeriksaan (LHPP);
11) Melakukan pemantauan atas tindak lanjut temuan atau
rekomendasi;
c. Proses pengawasan dan pemeriksaan.
1)

Persiapan pengawasan pemeriksaan.

2)

Survey pendahuluan.
(a) Mengumpulkan
seperti

data/informasi

peraturan

yang

relevan,

perundang-undangan

yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

86

berlaku, DIPA, ROK, SK, TOR, rencana kerja


(program/kegiatan) yang dilaksanakan oleh yang
diperiksa;
(b) Menelaah kegiatan yang dilaksanakan;
(c) Mengidentifikasi

potensi

kelemahan

dan

kerentanan pelaksanaan program/kegiatan obyek


yang diperiksa.
a)

Penetapan arah dan prioritas pengawasan


dan pemeriksaan.
Diarahkan
pelaksanaan

dan

diprioritaskan

terhadap

program/kegiatan

yang

merupakan penjabaran dari Renstra dan


menekankan untuk menjaga atau mengawal
agar pelaksanaan program/kegiatan berjalan
sesuai dengan rencana dan tujuan yang
ditetapkan serta memberikan rekomendasi
tindakan korektif terhadap on going activity,
sehingga penyimpangan dapat dicegah sedini
mungkin,proses quality assurance, yang pada
akhirnya

dapat

memperbaiki

sistem

pengendalian intern.
b)

Program

kerja

pemeriksaan (PKPP).

pengawasan

dan

Modul Diklatpim Tingkat IV

87

(1) Menetapkan

substansi

pada

obyek

pemeriksaan;
(2) Menetapkan
digunakan

mekanisme
untuk

kerja

yang

melaksanakan

pengawasan dan pemeriksaan;


(3) Menetapkan pembagian tugas Tim;
(4) Menetapkan jadwal kerja.
c)

Susunan Tim, Tim dapat dibentuk dengan


susunan:
(1)

Penanggungjawab/Pengendali Mutu;

(2)

Pengendali Teknis;

(3)

Ketua Tim;

(4)

Anggota Tim.

d)

Penyampaian Surat Pemberitahuan.


(a)

Rencana pelaksanaan pengawasan dan


pemeriksaan;

(b)

Permintaan

bahan-bahan

berupa

data/dokumen/ informasi;
(c)

Susunan Tim pengawas dan pemeriksa;

(d)

Jadwal/lamanya pemeriksaan.

e)

Pelaksanaan
pemeriksaan.
(a)

Pertemuan Awal;

pengawasan

dan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

88

Dijelaskan
lingkup

tujuan dan sasaran, ruang


dan

pengawasan
konfirmasi

waktu

dan
hasil

pelaksanaan

pemeriksaan
tindak

lanjut

serta
atas

rekomendasi aparat pengawas fungsional


seperti BPK;
(b)

Pemeriksaan

data/bahan/

dokumen

sebagai bukti pertanggungjawaban yang


mencakup, kegiatan kajian, diklat dan
kesekretariatan (daftar dokumen dalam
lampiran);
(c)

Melakukan klarifikasi terhadap auditi atas


pemeriksaan

dokumen/bukti

pertanggungjawaban;
(d)

Melakukan

pengecekan

fisik

pembuktian

untuk

keabsahan

pertanggungjawaban;
(e)

Penyusunan draft kertas kerja pengawasan


dan pemeriksaan;

(f)

Penyampaian

draft

Laporan

hasil

pengawasan dan pemeriksaan;


(g)

Pembahasan/ekspose hasil pengawasan


dan pemeriksaan dengan obyek yang

Modul Diklatpim Tingkat IV

89

diperiksa,

serta

obrik

memberikan

tanggapan secara tertulis;


(h)

Penyusunan Laporan hasil pengawasan


dan pemeriksaan;

(i)

Penyampaian laporan Hasil pengawasan


dan pemeriksaan kepada pimpinan dan
obyek pemeriksaan.

3. Pengawasan Eksternal
a. Pengawasan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK)
1) Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor

15

Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan


dan Tanggungjawab Keuangan Negara, dan
Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2006

Tentang BPK, BPK merupakan satu lembaga


negara

yang

bebas

dan

mandiri

dalam

memeriksa pengelolaan keuangan Negara;


2) Dalam
tersebut,

kaitannya dengan
sesuai

dengan

pemeriksaan

tugasnya,

BPK

mempunyai kewenangan (a) menentukan objek


pemeriksaan,(b

merencanakan

dan

melaksanakan pemeriksaan, (c) menentukan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

90

waktu dan metode pemeriksaan (d) menyusun


dan menyajikan laporan pemeriksaan, (e)
meminta keterangan dan/atau dokumen yang
wajib diberikan oleh setiap orang dan atau unit
organisasi

Pemerintah,

(f)

melakukan

pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan


barang milik negara, di tempat pelaksanaan
kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan
negara, (g) pemeriksaan terhadap perhitunganperhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
Negara serta (h) menetapkan jenis dokumen,
data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan Negara;
2) Pernyataan profesional BPK selaku auditor atas
kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam Laporan Keuangan didasarkan pada
kriteria :
a) Kesesuaian

dengan

Standar

Pemerintah;
b) Pengungkapan yang memadai;

Akuntansi

Modul Diklatpim Tingkat IV

91

c) Kepatuhan terhadap ketentuan perundangundangan;


d) Efektivitas

Sistem

Pengendalian

Intern

(SPI);
4) Jenis opini BPK:
a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), diberikan
dengan kondisi:
1)

Laporan
Keuangan

telah

disajikan

dan

diungkapkan secara wajar dalam semua


hal yang material dan informasi keuangan
dalam

Laporan

Keuangan

dapat

digunakan oleh para pengguan Laporan


Keuangan;
2)

Keempat
kriteria yang menjadi kriteriia dalam
penentuan opini dapat dipenuhi;

3)

Semua
koreksi

yang

dapat

mempengaruhi

kewajaran penyajian laporan keuangan


sudah dilakukan oleh auditee;
4)

Hasil reviu
dinyatakan

sependapat

dengan

hasil

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

92

pemeriksaan auditor lain atas laporan


keuangan yang merupakan bagian dari
laporan keuangan entitas yang diberikan
opini atau terhadap hasil pemeriksaan
auditor lain tersebut tidak perlu direviu
karena nilainya tidak material untuk
laporan keuangan yang diberi opini.
b.

Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf


Penjelasan, diberikan dengan kondisi :
1)

Laporan
Keuangan

telah

disajikan

dan

diungkapkan secara wajar dalam semua


hal yang material, kecuali informasi halhal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan,

sehingga

informasi

keuangan dalam Laporan Keuangan yang


tidak dikecualikan dalam opini pemeriksa
dapat digunakan oleh para pengguna
Laporan Keuangan;
2)

Keempat
kriteria kecuali pembatasan ruang lingkup
audit telah dipenuhi;

Modul Diklatpim Tingkat IV

93

3)

Terdapat
koreksi material yang tidak dilaksanakan
oleh auditee;

4)

Hasil
pemeriksaan auditor lain atas bagian
laporan keuangan entitas yang diberikan
opini tidak dapat direviu oleh auditor BPK
sedangkan nilainya material.

c.

Wajar

Dengan

diberikan dengan
1)

Pengecualian(WDP),

kondisi :

Laporan Keuangan tidak disajikan dan


diungkapkan secara wajar dalam semua
hal yang material sehingga informasi
keuangan dalam Laporan Keuangan tidak
dapat digunakan oleh para pengguna
Laporan Keuangan

2)

Pembatasan lingkup audit atas beberapa


akun yang cukup material;

3)

Tidak semua koreksi telah dilakukan oleh


auditee;

4)

Hasil pemeriksaan auditor lain atas


bagian laporan keuangan entitas yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

94

diberi opini tidak dapat direviu oleh


auditor BPK padahal nilainya material.
d.

Tidak Wajar, diberikan dengan kondisi :


1) Laporan Keuangan tidak dapat diperiksa
sesuai

dengan

pemeriksa

tidak

standar

pemeriksaan,

dapat

memberikan

penjelasan bahwa Laporan Keuangan bebas


dari salah saji material, shingga informasi
keuangan dalam Laporan Keuangan tidak
dapat

digunakan

oleh

para

pengguna

Laporan Keuangan.
2) Terdapat 2 (dua) kriteria yang tidak
dipenuhi yaitu kesesuaian dengan SAP dan
konsistensi pelaksanaan SAP;
3) Terdapat koreksi yang sangat material yang
tidak dilaksanakan oleh auditee.
e.

Tidak Memberikan Pendapat, diberikan


dengan kondisi :
1) Keempat kriteria tidak dilaksanakan;

Modul Diklatpim Tingkat IV

95

2) Terdapat pembatasan lingkup audit atas


akun-akun yang sangat material terhadap
penyajian laporan keuangan;
3) Prosedur

alternatif

untuk

menyakini

kewajaran penyajian laporan keuangan tidak


dapat dilaksanakan;
4) Hasil pemeriksaan auditor lain atas bagian
laporan keuangan entitas yang diberi opini
tidak dapat direviu oleh auditor BPK
padahal nilainya sangat material.
b. Pengawasan

oleh

Badan

Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP)


1) Dalam pengelolaan PNBP, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2005 tentang pemeriksaan PNBP, atas
permintaan
dapat

Menteri

melakukan

Keuangan, BPKP

pemeriksaan

khusus

terhadap pengelolaan PNBP.


2) Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan
terhadap wajib bayar:
1) Bertujuan untuk:
a) menguji kepatuhan atas pemenuhan
kewajiban sesuai dengan peraturan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

96

perundang-undangan

di

bidang

PNBP; dan;
b) melaksanakan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan
PNBP.
2) Ruang lingkup pemeriksaan meliputi:
a) penyelenggaraan catatan akuntansi
yang

berkaitan

dengan

objek

pemeriksaan PNBP;
b) laporan keuangan beserta dokumen
pendukung yang berkaitan dengan
objek pemeriksaan PNBP;
c) transaksi keuangan yang berkaitan
dengan pembayaran dan penyetoran
objek pemeriksaan PNBP.
3) Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan
terhadap Instansi Pemerintah:
a) Bertujuan untuk:
(1)

meni
ngkatkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan PNBP;

(2)

men
guji kepatuhan atas pemenuhan

Modul Diklatpim Tingkat IV

97

kewajiban

sesuai

dengan

peraturan perundang-undangan di
bidang PNBP; dan;
(3)

mela
ksanakan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan
PNBP.

b) Ruang lingkup pemeriksaan meliputi:


(1) pengendalian

dan

pertanggungjawaban pemungutan
dan penyetoran PNBP;
(2) penyelenggaraan

pencatatan

akuntansi;
(3) laporan rencana dan realisasi
PNBP;
(4) penggunaan sarana yang tersedia
berkaitan dengan PNBP yang
dikelola Instansi Pemerintah.

E. Pertanggungjawaban Dan Pelaporan


1. Pertanggungjawaban

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

98

Sebagai upaya konkrit dalam mewujudkan transparansi dan


akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Menteri/ pimpinan lembaga/
Gubernur/ Bupati/ Walikota selaku Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang bertanggungjawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan
dalam Undang-undang tentang APBN dari segi manfaat/hasil (outcome).
Sedangkan pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga
bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam
Undang-undang APBN, dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan
(output).
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disampaikan
berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari: (1) laporan
realisasi anggaran, (2) neraca, (3) laporan arus kas, dan (4) catatan atas
laporan keuang yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada
Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN.
Dalam

menyusun

laporan

keuangan

pemerintah

pusat

Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/pengguna


Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi
LaporanRealisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Laporan keuangan tersebut disampaikan Presiden kepada
BPK paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Modul Diklatpim Tingkat IV

99

Laporan pemerintah pusat tersebut yang telah diperiksa oleh BPK harus
disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Pelaporan
1. Laporan Realisasi
a.

Realisasi Anggaran RM
Setiap Bulan PPK masing-masing satker menyusun dan
menyampaikan laporan realisasi anggaran kepada KPA yang
meliputi :
Laporan Realisasi Bulanan paling lambat 1 (satu) minggu
setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan dengan format
laporan :
1)
Realisasi Per Fungsi
2)
Realisasi Per Sub Fungsi
3)
Realisasi Per Program
4)
Realisasi Per Kegiatan
5)
Realisasi Per Sub Kegiatan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

100

6)
Realisasi Per AKUN Per Belanja
b.

Laporan realisasi pendapatan PNBP


Laporan realisasi pendapatan PNBP dan penggunaannya
disampaikan kepada Menteri Keuangan sesuai waktu yang
ditetapkan yaitu :
3) Untuk triwulan I (Januari, Pebruari, Maret) disampaikan
paling lambat tanggal 30 April.
4) Untuk triwulan II (April, Mei, Juni) disampaikan paling
lambat tanggal 31 Juli.
5) Untuk

triwulan

III

(Juli,

Agustus,

September)

disampaikan paling lambat tanggal 31 Oktober.


6) Untuk triwulan IV (Oktober, Nopember, Desember)
disampaikan paling lambat tanggal 31 Januari.
2. Laporan Keuangan
a.

Ketentuan Penyusunan Laporan Keuangan


1) Sebagai entitas pelaporan yaitu unit pemerintahan yang
terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi wajib
menyajikan
laporan

laporan

keuangan

Menteri Keuangan.

dan

pertanggungjawaban

berupa

menyampaikannya

kepada

Modul Diklatpim Tingkat IV

101

2) Laporan Keuangan merupakan pertanggungjawaban


pelaksanaan anggaran yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
3)

Wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi


(SAI) untuk menghasilkan laporan keuangan berupa
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas
Laporan Keuangan.

4) SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan


Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang
Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK dan SIMAK-BMN
dilaksanakan

secara

sinergis

untuk

menghasilkan

Laporan Keuangan. SAK digunakan untuk memproses


transaksi

anggaran

dan

realisasinya,

sehingga

menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. SIMAKBMN memproses transaksi perolehan, perubahan dan
penghapusan BMN untuk mendukung SAK dalam
rangka menghasilkan Neraca. SIMAK-BMN juga
menghasilkan berbagai laporan, buku-buku serta kartukartu yang memberikan informasi manajerial dalam
pengelolaan BMN.
5)

Untuk meyakinkan keandalan laporan keuangan yang


disajikan,

maka

Laporan

Keuangan

sebelum

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

102

disampaikan kepada Menteri Keuangan terlebih dahulu


harus direviu oleh Inspektorat serta disertai dengan
Pernyataan

Tanggung

Jawab

(Statement

of

Responsibility).
6)

Satker sebagai entitas akuntansi wajib menyampaikan


Laporan Keuangan selaku KPA/B secara periodik dan
berjenjang kepada entitas pelaporan.

7)

Satker sebagai UAKPA wajib memproses dokumen


sumber untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa
LRA, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
Satker.

b.

Dokumen Sumber Laporan Keuangan


1)

Dokumen Pendapatan :
a)

Dokumen

Estimasi

Pendapatan

yang

Dialokasikan dalam DIPA.


b)

Dokumen pendapatan berupa Surat Setoran


Bukan Pajak (SSBP)

2)

Dokumen Belanja :
a)

Dokumen pelaksanaan anggaran : DIPA,


Revisi DIPA, POK, RKAKL, Revisi POK atau
RKAKL, Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA),
dokumen

pelaksanaan

dipersamakan;

anggaran

lainnya

yang

Modul Diklatpim Tingkat IV

103

b)

Realisasi Belanja: Surat Perintah Membayar


(SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D),
Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB), Surat
Setoran Pajak (SSP).

c.

Jenis dan Periode Laporan Keuangan


1) Tingkat UAKPA ke KPPN

No

Jenis
Laporan/

1
2
3
4

Bulanan

Periode Pelaporan
Triwulanan Semestera

Tahunan

ADK
LRA
Neraca
ADK
BAR

X
X
X
X

2) Tingkat UAKPA ke tingkat UAPPA-W/UAPPA-E1


No

Jenis
Lapor

Bulanan

an/
1
2

ADK
LRA
Nerac

X
X

3
4
5

a
CaLK
ADK
BAR

X
X

Periode Pelaporan
Triwulana Semestera

Tahunan

X
X

X
X

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

104

3) Tingkat UAPPA-W ke Kanwil Ditjen PBN


No

Jenis
Laporan/

1
2
3

ADK
LRA
Neraca
ADK

Bulanan

Periode Pelaporan
Triwulanan Semesteran

Tahunan

X
X
X

4) Tingkat UAPPA-W ke tingkat UAPPA-E1


No

Jenis
Laporan

1
2
3
4
5

/ ADK
LRA
Neraca
CaLK
ADK
BAR

Bulanan

Periode Pelaporan
Triwulana
Semesteran

Tahunan

n
X
X

X
X
X

X
X
X

X
X

5) Tingkat UAPPA-E1 ke tingkat UAPA


No

Jenis
Laporan/
ADK

Bulanan

Periode Pelaporan
Triwulana
Semesteran
n

Tahunan

Modul Diklatpim Tingkat IV

1
2
3
4
5

LRA
Neraca
CaLK
ADK
BAR

105
X
X

X
X
X

X
X
X

X
X

6) Tingkat UAPA ke Departemen Keuangan c.q. Ditjen.


Perbendaharaan (Unaudited)
No

Jenis
Laporan/

1
2
3
4

Bulanan

ADK
LRA
Neraca
CaLK
ADK

Periode Pelaporan
Triwulanan
Semesteran
X

X
X
X

Tahunan
X
X
X

7) Tingkat UAPA ke Departemen Keuangan c.q. Ditjen.


Perbendaharaan (Audited)
No

Jenis
Laporan/

1
2
3
4

ADK
LRA
Neraca
CaLK
ADK

Bulana

Periode Pelaporan
Triwulanan
Semesteran

Tahunan

n
X
X
X
X

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

d.

106

Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan


1) Tingkat UAKPA
Kegiatan Harian, Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan
Tahunan
a)

Menerima

dan

memverifikasi dokumen sumber transaksi keuangan


dan barang milik negara.
b)

Menyampaikan
dokumen

sumber

transaksi

yang

mendukung

kapitalisasi nilai BMN kepada UAKPB.


c)

Menerima

dan

memproses ADK BMN dari UAKPB setiap bulan.


d)

Merekam dokumen
sumber.

e)

Mencetak

dan

memverifikasi RTH dengan dokumen sumber.


f)

Melakukan posting
data untuk seluruh transaksi keuangan dan BMN
setiap bulan.

g)

Mencetak
memverifikasi buku besar.

dan

Modul Diklatpim Tingkat IV

107

h)

Mencetak

dan

mengirim laporan keuangan beserta ADK ke KPPN


setiap bulan.
i)

Melakukan
rekonsiliasi data dengan KPPN dan menandatangani
Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan
data jika terdapat kesalahan pada data UAKPA.

j)

Mencetak Neraca,
Laporan Realisasi Anggaran, dan menyampaikannya
ke UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke
UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat beserta
ADK setiap bulan.

k)

Menyusun Catatan
atas Laporan Keuangan dan menyampaikan ke
UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke
UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat setiap
semester.

l)

Melakukan

back-

up data.
m)

LRA, Neraca dan


ADK disampaikan UAKPA kepada KPPN selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja bulan berikutnya
sebagai bahan rekonsiliasi data dan pengawasan atas

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

108

ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan


yang berlaku.
n)

Apabila KPA tidak


menyampaikan Laporan Keuangan tersebut, KPPN
dapat menunda penerbitan SP2D atas SPM yang
diajukan oleh KPA.

o)

Penundaan
penerbitan

SP2D

dikecualikan

terhadap

SPM

Belanja Pegawai, SPM-LS dan SPM Pengembalian


(SPM-IB,

SPM-KP,

penerbitan

SP2D

juga

SPM-KC).
tidak

Penundaan
menggugurkan

kewajiban satuan kerja/kuasa pengguna anggaran


untuk menyampaikan laporan keuangan.
p)

Selambatlambatnya 5 (lima) hari kerja setelah batas waktu


penyampaian laporan keuangan ke KPPN, UAKPA
menyampaikan

laporan

keuangan

yang

telah

direkonsialiasi ke UAPPA-W untuk UAKPA Kantor


Daerah dan ke UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor
Pusat beserta ADK dan Berita Acara rekonsiliasi.
2) Tingkat UAPPA-W
Kegiatan Harian, Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan
Tahunan

Modul Diklatpim Tingkat IV

109

a)

Menerima
dan memverifikasi laporan keuangan beserta ADK
yang diterima dari UAKPA setiap bulan.

b)

Menggabun
gkan data laporan keuangan dari masing-masing
UAKPA yang berada di bawahnya.

c)

Melakukan
pencocokan hasil penggabungan data BMN dengan
UAPPB-W setiap semester.

d)

Menyampai
kan data laporan keuangan ke Kanwil Ditjen PBN
sebagai bahan rekonsiliasi setiap triwulan.

e)

Melakukan
rekonsiliasi data dengan Kanwil Ditjen PBN,
menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan
melakukan perbaikan data jika terdapat kesalahan
pada data UAPPA-W.

f)

Mencetak
Neraca,

Laporan

Realisasi

Anggaran,

dan

menyampaikannya ke UAPPA-E1 beserta ADK


sesuai jadwal penyampaian.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

g)

110

Menyusun
Catatan atas Laporan Keuangan dan menyampaikan
ke UAPPA-E1 setiap semester.

h)

Melakukan
back up data.

i)

UAPPA-W
menyampaikan LRA, Neraca, beserta ADK ke
Kanwil Ditjen PBN setempat setiap tanggal 17 bulan
berikutnya sebagai bahan pembanding, dan setiap
tanggal 17 setelah berakhirnya triwulan yang
bersangkutan sebagai bahan rekonsiliasi data.

j)

Kanwil
Ditjen PBN merekonsiliasi data dari UAPPA-W
dengan data yang diterima dari KPPN setiap
triwulanan.

k)

UAPPA-W
menyampaikan ADK dan laporan keuangan yang
telah direkonsiliasi kepada UAPPA-E1 selambatlambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.

3) Tingkat UAPPA-E1
Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan
a)

M
enerima dan memverifikasi laporan keuangan yang

Modul Diklatpim Tingkat IV

111

diterima dari UAPPA-W dan UAKPA Kantor Pusat


setiap triwulan.
b)

M
elakukan pencocokan data BMN UAPPA-E1 dengan
UAPPB-E1.

c)

M
elakukan penggabungan data laporan keuangan yang
diterima dari UAPPA-W/UAKPA kantor pusat yang
berada dilingkup kerjanya.

d)

M
elakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen. PBN c.q.
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
setiap semester jika diperlukan.

e)

M
encetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan
menyampaikan ke UAPA beserta ADK setiap
triwulan.

f)

M
enyusun Catatan atas Laporan Keuangan dan
menyampaikan ke UAPA setiap semester.

g)

M
elakukan back up data.

4) Tingkat UAPA

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

112

Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan


a)

Menerima
dan memverifikasi laporan keuangan yang diterima
dari UAPPA-E1 setiap triwulan.

b)

Menggabun
gkan data laporan keuangan dari UAPPA-E1.

c)

Melakukan
pencocokan data BMN UAPA dengan UAPB.

d)

Melakukan
rekonsiliasi data dengan Ditjen. Akuntansi dan
Pelaporan

Keuangan

setiap

semester,

menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan


melakukan perbaikan data jika ditemukan kesalahan
pada data UAPA.
e)

Mencetak
Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran dan
menyusun Catatan atas Laporan Keuangan setiap
semester dan tahunan.

f)

Membuat
Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SOR).

g)

Melakukan
back up data.

Modul Diklatpim Tingkat IV

113

h)

Laporan
Keuangan

UAPA

semesteran

beserta

ADK

disampaikan kepada Menteri keuangan c.q. Dirjen.


Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selambatlambatnya 1 (satu) bulan setelah semester berakhir.
i)

Laporan
Keuangan UAPA tahunan beserta ADK disampaikan
kepada Menteri keuangan c.q. Dirjen. Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan setelah tahun anggaran berakhir;

j)

Laporan
keuangan tahunan harus disertai Pernyataan Telah
Direviu yang ditandatangani oleh aparat pengawas
intern.

e.

Jadwal Penyusunan dan Pengiriman Laporan


Keuangan
1) Laporan Realisasi Anggaran Triwulan I dan Neraca Per
31 Maret

Unit
Organisasi
UAKPA

Terima

Proses dan

Rekonsiliasi
-

Kirim

Waktu
Pengiriman

12
April

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

114
2XX1
3 hari

UAPPA-W

15

5 hari

20

April

April

2XX1

2XX1
3 hari

UAPPA-E1

23

3 hari

26

April

April

2XX1

2XX1
2 hari

UAPA

28

8 hari

06

April

Mei

2XX1

2XX1
1 hari

Menkeu cq.

07 Mei

Dirjen PBN

2XX1

2) Laporan Keuangan Semester I


Unit Organisasi

Terima

Proses

Kirim

dan

Waktu
Pengiriman

Rekons
UAKPA

iliasi
-

10 Juli
2XX1
2 hari

UAPPA-W

12 Juli 2XX1

3 hari

15 Juli
2XX1
2 hari

UAPPA-E1

17 Juli 2XX1

3 hari

20 Juli
2XX1

Modul Diklatpim Tingkat IV

115
2 hari

UAPA

22 Juli 2XX1

3 hari

25 Juli

22 Juli 2XX1

3 hari

2XX1
25 Juli 2XX1

26 Juli 2XX1

1 hari

1) Laporan Realisasi Anggaran Triwulan III dan Neraca


Per 30 September
Unit

Terima

Organisasi
UAKPA

Proses dan

Kirim

Rekonsilias
-

i
-

Waktu
Pengiriman

12 Okt
2XX1
3 hari

UAPPA-W

15 Okt

5 hari

2XX1

20 Okt
2XX1
3 hari

UAPPA-E1

23 Okt

6 hari

2XX1

29 Okt
2XX1
2 hari

UAPA

31 Okt

8 hari

2XX1

08 Nov
2XX1
1 hari

Menkeu cq.

09 Nov

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

Dirjen PBN

2XX1

116

Modul Diklatpim Tingkat IV

117

2) Laporan Keuangan Tahunan


Unit

Terima

Proses dan

Kirim

Organisasi
UAKPA

Rekonsiliasi
-

20 Januari

Waktu
Pengiriman

2XX2
3 hari
UAPPA-W

23

6 hari

Januari

29 Januari
2XX2

2XX2
3 hari
UAPPA-E1

02

6 hari

Februari

08 Februari
2XX2

2XX2
2 hari
UAPA

10

17 hari

Tanggal

Februari

terakhir

2XX2

Februari
2XX2
1 atau 2 hari

Menkeu cq.

Tanggal

Dirjen PBN

terakhir

Februari
2XX2

f.

Reviu Laporan Keuangan


1) Tujuan Reviu

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

118

Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan


pendapat sebagaimana dalam audit, karena dalam reviu
tidak mencakup pengujian atas pengendalian internal,
penetapan

risiko

akuntansi

dan

pengendalian,
pengujian

atas

pengujian
respon

catatan
terhadap

permintaan keterangan dengan cara pemerolehan bahan


bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan,
atau konfirmasi dan prosedur tertentu lainnya yang biasa
dilaksanakan dalam audit.
Tujuan reviu adalah untuk :
a) Membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi
dan penyajian laporan keuangan.
b) Memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi,
keandalan,

dan

keabsahan

keuangan

serta

pengakuan,

informasi

laporan

pengukuran,

dan

pelaporan transaksi sesuai dengan SAP , sehingga


dapat

menghasilkan

laporan

keuangan

yang

berkualitas
c) Melakukan

perbaikan

dan/atau

koreksi

atas

kelemahan dan/atau kesalahan dalam penyajian


laporan

keuangan,

akuntansi.

bersama-sama

dengan

unit

Modul Diklatpim Tingkat IV

119

c. Laporan evaluasi akuntabilitas kinerja


Dasar hukum
1.

Undang
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;

2.

Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja.

3.

Instruksi
Presiden Nomor

7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah;


Tujuan dan urgensi dilaksanakannya eveluasi akuntabilitas
kinerja adalah :
1.

Untu
k mendorong peningkatan

kualitas serta menilai

akuntabilitas kinerja seluruh Instansi Pemerintah;


2.

Meli
hat kemajuan penerapan manajemen sector publik yang
berbasis kinerja dalam upaya peningkatan akuntabilitas
kinerja Instansi Pemerintah;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

120

3.

Me
mberikan saran perbaikan

atau rekomendasi untuk

peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas Instansi;


Cakupan evaluasi akuntabilias kinerja, dilakukan tidak hanya
berdasarkan desk evaluation dan LAKIP yang diterima saja,
tetapi dilakukan juga melalui penilaian di lapangan guna
melihat lebih lanjut sejauhmana pelaksanaan penerapan
manajemen pemerintahan yang berbasis kinerja pada
Kementerian/Lembaga telah dijalankan.
Gambaran dari penerapan akuntabilitas kinerja yang baik
adalah satu rangkaian plan, do, check, and action
improvement,

yaitu

kinerja

yang

direncanakan,

diperjanjikan, dilaksanakan, dilaporkan dan dievaluasi untuk


menjadi

umpan

pemerintah

balik

secara

perbaikan

berkelanjutan,

manajemen
sehingga

kinerja
terwujud

pemerintah yang terukur, efisien, efektif dan akuntabel.


Pelaksanaan eveluasi, aspek penilaian berdasarkan pada
kinerja utama 5 komponen manajemen kinerja yang
meliputi :
(1) Perencanaan kinerja;

Modul Diklatpim Tingkat IV

121

(2) Pengukuran kinerja;


(3) Pelapran kinerja;
(4) Evaluasi kinerja;
(5) Capaian kinerja;
Dari 5 komponen tersebut, unsur unsur yang dinilai adalah :
1. Komponen perencanaan kinerja dengan bobot nilai 35,
meliputi : kelengkapan, kualitas, dan pemanfaatan
dokumen renstra, rencana kerja tahunan, dan penetapan
kinerja;
2. Pengukuran kinerja dengan bobot nilai 20, meliputi :
pemenuhan

pengukuran,

kualitas

pengukuran,

implementasi pengukuran;
3. Pelaporan kinerja dengan bobot nilai 15, meliputi :
pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja, dan
pemanfaatan informasi kinerja;
4. Evaluasi kinerja dengan bobot nilai 10,

meliputi :

pemenuhan evluasi, kualitas evaluasi dan pemanfaatan


hasil evaluasi;
5. Capaian kinerja dengan bobor nilai 20 mmeliputi :
kinerja yang dilaporkan baik output maupun outcome,
serta kinerja lainnya.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

122

Kesimpulan hasil evaluasi terhadap penerapan akuntabilitas


kinerja Kementerian/Lembaga yang dituangkan dalam
bentuk nilai dengan kriteria/predikat sebagai berikut :

NO

Predikat

Nilai

Interprestasi

1.

AA

Absolut
>85-100

Memuaskan

2.
3.
4.

A
B
CC

>75-85
>65-75
>50-65

Sangat Baik
Baik, dan perlu sedikit perbaikan
Cukup baik (memadai), perlu banyak

5.

>30-50

perbaikan yang tidak mendasar


Agak kurang, perlu banyak perbaikan

6.

0-30

termasuk perubahan yang mendasar


Kurang, dan perlu banyak sekali
perbaikan dan perubahan yang sangat
mendasar

Adapun Kementerian/Lembaga yang memperoleh nilai


dengan kriteria A, B, CC, dan C adalah sebagai berikut :
2 Lembaga mendapatkan nilai dengan kriteria A, yaitu :
1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);
2. Badan Pemeriksa Keuangan RI ;

Modul Diklatpim Tingkat IV

123

17 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan


kriteria B, yaitu :
(1) Kemenko Perekonomian;
(2) Sekretarian Negara;
(3) Kementerian Dalam Negeri;
(4) Kementerian ESDM;
(5) Kementerian Kelautan dan Perikanan;
(6) Kementerian Keuangan;
(7) Kementerian PAN dan RB;
(8) Kementerian PPN/Bappenas;
(9) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
(10) Kementerian HUM dan HAM;
(11) Kementerian Pekerjaan Umum;
(12) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
(13) Kementerian Perdagangan;
(14) Kementerian Pertanian;
(15) Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi;
(16) BPKP;
(17) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional;
49 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan
kriteria CC, yaitu :
(1)

Kemenko Kesra;

(2)

Kemenko Polhukam;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

(3)

Kementerian Agama;

(4)

Sekretariat Kabinet;

(5)

Kementerian BUMN;

(6)

Kementerian Kehutanan;

124

(7) Kementerian Kesehatan;


(8) Kementerian Komimfo;
(9) Kementerian Koperasi dan UKM;
(10) Kementerian Lingkungan Hidup;
(11) Kementerian Luar Negeri;
(12) Kementerian Nakertrans;
(13) Kementerian Pembangunan daerah Tertinggal;
(14) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak;
(15) Kementerian Pemuda dan Olah Raga;
(16) Kementerian Perhubungan;
(17) Kementerian Perindustrian;
(18) Kementerian Pertahanan;
(19) Kementerian Perumahan Rakyat;
(20) Kementerian Riset dan Tehnologi;
(21) Kementerian Sosial;
(22) Markas Besar TNI;
(23) Kepolisian Negara RI;
(24) Mahkaman Agung;

Modul Diklatpim Tingkat IV

(25) Sekretariat Jenderal MPR;


(26) Sekretariat Jenderal DPR;
(27) Sekretariat Jenderal DPD;
(28) Arsip Nasional RI;
(29) Badan Kepegawaian Negara;
(30) BKKBN;
(31) BKPM;
(32) Bakosurtanal;
(33) BMKG;
(34) Badan Penganggulan Bencana Nasional;
(35) BNP2TKI;
(36) Badan Narkotika Nasional;
(37) Badan Pengawasan Obat dan Makanan;
(38) BPPT;
(39) Badan Pengusahaan Batam;
(40) BPS;
(41) Badan Standarisasi Nasional;
(42) Badan Tenaga Nuklir Nasional;
(43) LAN;
(44) LIPI;
(45) LKPP;
(46) Lembaga Ketahanan Nasional;
(47) Lembaga Sandi Negara;

125

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

126

(48) Perpustakaan Nasional RI;


(49) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan;
14 Kementerian/Lembaga mendapatkan nilai dengan
kriteria C, yaitu :
(1) Kejaksaan Agung;
(2) Badan Intelijen Negara;
(3) Sekretarian Jenderal Komisi Yudisial;
(4) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;
(5) Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo;
(6) Badan Pengawas Tenaga Nuklir;
(7) Badan Petranahan Nasional;
(8) Badan SAR Nasional;
(9) Dewan Ketahanan Nasional;
(10) Komisi Nasional HAM;
(11) Komisi Pengawasan Persaingan Usaha;
(12) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban;
(13) Sekretariat Jenderal Dewan Jamsosnas;
(14) Sekretariat Jenderal KPU;

BAB V
TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA (APBD)
A.

Perencanaan

1. Perencanaan APBD
Dalam konteks penyusunan APBD dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah disusun rencana pembangunan daerah sebagai satu
kesatuan

dalam

sistem

perencanaan

pembangunan

nasional.

Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh Pemerintah Daerah


Provinsi, Kabupaten/Kota,

sesuai dengan kewenangannya

yang

dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, meliputi:


a) Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP)
daerah untuk jangka waktu 20 tahun, yang memuat visi, misi, dan
arah pembanguanan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional.
RPJP daerah dan RPJM daerah ditetapkan dengan Perda
berpedoman pada Peraturan Pemerintah ;
b) Pemerintah daerah menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJM) daerah dengan jangka waktu 5 tahun,
yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala
Daerah yang penyususnannya berpedoman kepada RPJP daerah
dengan memperhatikan RPJM Nasional.
127

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

128

RPJM daerah memuat: arah kebijakan keuangan daerah, strategi


pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program kesatuan kerja
perangkat daerah, lintas satuan perangkat daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
c) Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran
dari RPJM daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat
rangcangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan
daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana
kerja pemerintah;
d) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat daerah untuk periode I (satu)
tahun;
e) Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKASKPD), adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang
berisi program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
merupakan penjabaran dari rencana Kerja Perangkat daerah dan
rencana strategis Satuan Kerja perangkat daerah yang bersangkutan
dalam I (satu) tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
Lebih lanjut proses Perencanaan pembangunan daerah disusun
secara berjangka meliputi :

Modul Diklatpim Tingkat IV

1)

129

Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP) daerah


untuk jangka waktu 20 tahun yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah mengacu kepada RPJP nasional.

2)

Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJM) daerah


untuk jangka waktu 5 tahun, merupakan penjabaran dari visi,
misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM
nasional.

3)

RPJM daerah memuat: arah kebijakan keuangan daerah, strategi


pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja
perangkat daerah, lintas satuan perangkat daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

4)

Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan


penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu I (satu) tahun,
yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah mengacu
kepada rencana kerja pemerintah.

5)

RPJP daerah dan RPJM ditetapkan dengan Perda berpedoman


pada Peraturan Pemerintah.

6)

Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang


disebut

Rentra-SKPD

memuat

visi,misi,

tujuan,

strategi

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

130

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan


tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat
indikatif.
7)

Renstra-SKPD

dirumuskan

dalam

bentuk

rencana

kerja

perangkat daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan


pembangunan baik baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
8)

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah


(RKA-SKPD), adalah dokumen perencanaan dan penganggaran
yang berisi program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat daerah
yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Perangkat daerah
dan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
bersangkutan dalam I (satu) tahun anggaran, serta anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakannya.

9)

Nota Keuangan dan rencana APBD beserta RKA-SKPD yang


telah dibahas selanjutnya disampaikan kepada DPRD untuk
dibahas bersama dan ditetapkan menjadi Peraturan daerah
(Perda).

10)

RKA-SKPD yang telah disepakati DPRD ditetapkan dalam


Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Rincian APBD: (II)
Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Rincian APBD

Modul Diklatpim Tingkat IV

131

menjadi dasar bagi masing-masing Satuan Kerja Perangkat


Daerah untuk menyusun konsep dokumen pelaksanaan anggaran.
Dalam penyusunannya, rencana pembangunan daerah didasarkan
pada

data

dan

informasi

yang

akurat

dan

dapat

dipertanggungjawabkan. Data dan informasi mencakup:


a)

Penyelenggaraan pemerintahan daerah;

b)

Organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah;

c)

Kepala Daerah DPRD, perangkat daerah, dan PNS


daerah;

d)

Keuangan daerah;

e)

Potensi sumber daya daerah;

f)

Produk hukum daerah;

g)

Kependudukan;

h)

Informasi dasar kewilayahan;

i)

Informasi lain dengan penyelenggaraan pemerintah


daerah.

Perencanaan pembangunan daerah dilakukan untuk menjamin


keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan. Tahapan, tata cara penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Azas Umum Manajemen Keuangan Daerah

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

132

Secara teknis pengelolaan keuangan daerah seperti halnya


keuangan

negara

yang

dikelola

oleh

Pemerintah

Pusat

mempunyai azas dan ruang lingkup yang spesifik. Secara garis


besar azas-azas yang dijadikan landasan dalam penyelenggaraan
pengelolaan keuangan daerah adalah sbb:
a. Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu
sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang
setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
Dengan demikian manajemen keuangan daerah tidak lain adalah
diwujudkan dalam penyusunan dan penetapan serta pelaksanaan
APBD dalam praktek.
3. Azas Umum dan Struktur APBD
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan daerah. Penyusunan APBD
sebagai mana dimaksud berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya
tujuan bernegara. Pada prinsipnya APBD mempunyai fungsi
otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan

Modul Diklatpim Tingkat IV

133

stabilisasi. APBD, pertumbuhan APBD, dan pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan
daerah. Dalam pelaksanaannya diterapkan azas sebagai berikut:
a.

Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam


bentuk uang,

b.

barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBS.

Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD


merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

c.

Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan


daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD. Pendapatan daerah
yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan
perundang-undangan.

d.

Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus


didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah yang cukup.

e.

Penganggaran

untuk setiap

pengeluaran APBD

harus

didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.


f.

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening Kas


Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

g.

134

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu


dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali
tahun-tahun anggaran berikutnya.

h.

Adapun susunan (struktur) APBD terdiri atas pendapatan


daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah, dengan rincian
sebagai berikut:
1)

Pendapatan daerah terdiri atas:


a) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
b) Dana Perimbangan;
c) Lain-lain pendapatan yang meliputi;
Pendapatan Asli Daerah meliputi :
a) pajak daerah;
b) retribusi daerah;
c) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d) lain-lain PAD yang sah.
Lain-lain PAD yang sah, mencakup :
1) hasil

penjualan

kekayaan

daerah

yang

tidak

dipisahkan;
2) hasil pemanfaatan atau pendaya gunaan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan;
3) jasa giro;
4) pendapatan bunga;
5) tuntutan ganti rugi;

Modul Diklatpim Tingkat IV

135

6) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata


uang asing;
7) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau
jasa oleh daerah.
Pendapatan Dana Perimbangan meliputi:
1) dana bagi hasil;
2) dana alokasi umum;
3) dana alokasi khusus.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh
pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan.
2)

Belanja Daerah
a) Belanja

daerah

dipergunakan

dalam

rangka

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang
berdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
b) Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan
untuk

melindungi

dan

meningkatkan

kualitas

kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi


kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

136

fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta


mengembangkan sistem jaminan sosial.
c) Peningkatan

kualitas

kehidupan

masyarakat

diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian


standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib
pemerintahan

daerah

sesuai

dengan

peraturan

perundang-undangan.
d) Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk
tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan daerah terdiri dari:
(1) pelayanan umum;
(2) ketertiban dan keamanan;
(3) ekonomi
(4) lingkungan hidup;
(5) perumahan dan fasilitas umum;
(6) kesehatan;
(7) pariwisata dan budaya;
(8) agama;
(9) pendidikan;
(10) perlindungan sosial;
e) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan
disesuaikan dengan urusan pemerintahan
menjadi kewenangan daerah;

yang

Modul Diklatpim Tingkat IV

137

f) Klasifikasi belanja menurut jenis belanja, terdiri dari:


a) belanja pegawai;
b) belanja barang dan jasa;
c) belanja modal;
d) bunga;
e) subsidi;
f) hibah;
g) bantuan social;
h) belanja bagi hasil dan bantuan keuangan;
i) belanja tak terduga;

a.

Pembiayaan Daerah
1)

Penerimaan

pembiayaan

sebagaimana

dimaksud,

mencapai :
2)

SILPA tahun anggaran sebelumnya;

3)

Pencairan dana cadangan;

4)

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

5)

Penerimaan pinjaman;

6)

Penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

Pengeluaran

138

pembiayaan

sebagaimana

dimaksud,

mencakup :
a)
b)
c)
d)

pembentukan dana cadangan;


penyertaan modal pemerintah daerah;
pembayaran pokok utang;
Pemberian pinjaman

Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan


pembiayaan terhadap pengeluaran pembayaran.
Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit
anggaran.
4. Penyusunan Rancangan APBD
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah dirumuskan dan dituangkan ke
dalam RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya

berpedoman

kepada

RPJP

daerah

dengan

memperhatikan RPJM Nasional dan standar pelayanan minimal


yang ditetapkan oleh pemerintah. RPJMD ditetapkan paling lambat
3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
SKPD menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra
SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program
dan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan

Modul Diklatpim Tingkat IV

139

fungsinya masing-masing. Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman


pada RPJMD.
Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran
dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja-SKPD untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja
Pemerintah. Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD
yang disusun berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program
dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.
RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannnya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Kewajiban daerah mempertimbangkan prestasi capaian standar
pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan,

penganggaran,

pelaksanaan,

dan

pengawasan.

Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan


Mei tahun anggaran sebelumnya.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

140

Dalam rangka penyusunan RAPBD, maka Kepala Daerah


berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum APBD.
Penyusunan rencana kebijakan umum APBD berpedoman pada
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri setiap tahun.
Kepala Daerah menyampaikan rancangan kebijakan umum APBD
tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan RAPBD
kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun
anggaran berjalan. Rancangan kebijakan umum APBD yang telah
dibahas Kepala Daerah bersama DPRD dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan
Umum APBD.
5. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati ,
pemerintah daerah dan DPRD membahas rancangan prioritas dan
plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh Kepala Daerah.
Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara dilakukan
paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran sebelumnya.
Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Modul Diklatpim Tingkat IV

141

a. Menentukan segala prioritas dalam urusan wajib dan urusan


pilihan.
b. Menentukan urutan-urutan program dalam masing-masing
urusan .
c. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing
program.
Kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran
sementara yang telah dibahas dan disepakati bersama Kepala Daerah
dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditanda tangani
oelh Kepala Daerah dan pimpinan DPRD. Kepala Daerah
berdasarkan nota kesepakatan menerbitkan pedoman RKA-SKPD
sebagai pedoman Kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
Mengenai Rencana kerja dan Anggaran SKPD dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD Kepala SKPD
menyusun RKA-SKPD.
2) RKA-SKPD

disusun

dengan

menggunakan

pendekatan

kerangka pengeluaran jangka menengah daerah penganggaran


terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun perkiraan maju
yang berisi perkiraan kebutuhan anggran untuk program dan
kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

142

tahun anggaran yang direncanakan dan merupakan implikasi


kebutuhan dan untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut
pada tahun berikutnya.
Penyusunan RKA-SKD dengan pendekatan anggaran terpadu
dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan
pengangaran di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen
rencana kerja dan anggaran.
1)

Penyusunan RKA-SKD dengan pendekatan prestasi kerja


dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan
program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil
tersebut.

2)

Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja berdasarkan


pencapaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja,
standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

RKA-SKD

memuat

rencana

pendapatan

dan

belanja

serta

pembiayaan untuk masing-masing program dan kegiatan menurut


fungsi untuk yang direncanakan , dirinci sampai dengan rincian
obyek pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta prakiraan maju
untuk tahun berikutnya.
RKA-SKPD yang telah disusun oleh Ketua SKPD disampaikan
kepada PPKD. Selanjutnya RKA-SKPD dibahas oleh tim anggaran
pemerintah daerah.

Modul Diklatpim Tingkat IV

143

6. Penetapan APBD
Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD serta prosedural dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.

Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah


terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan.

b.

Atas dasar persetujuan bersama Kepala Daerah menyiapkan


rancangan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD.

c.

Apabila DPRD sampai batas waktu tidak mengambil keputusan


bersama dengan Kepala Daerah terhadap rancangan peraturan
daerah

tentang

APBD,

Kepala

Daerah

melaksanakan

pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun


anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan,
yang disusun dalam rancangan peraturan Kepala Daerah
tentang APBD.
d.

Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan


diprioritaskan untuk belanja yang untuk keperluan setiap bulan
diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja
yang bersifat wajib.

e.

Rancangan peraturan Kepala Daerah dilaksanakan setelah


memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan Gubernur bagi Kabupaten/Kota.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

f.

144

Pengesahan terhadap rancangan Kepala Daerah dilakukan


selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak
diterimannya rancangan dimaksud.

7. Kewenangan Fungsional Dalam Manajemen Keuangan


Daerah
1. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah dilimpahkan
oleh pemerintah Pusat dan menjadi kewenangan pemerintah
daerah terdapat pejabat daerah yang secara fungsional terkait
dengan manajemen keuangan daerah. Pejabat-pejabat dimaksud
adalah sebagai berikut:
a.

Kepala Daerah selaku kepala pemerintah


daerah adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan;

b.

Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan


Daerah

sebagaimana

dimaksud

diatas

mempunyai

kewenangan:
1) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
2) menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang
daerah;
3) menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang;

Modul Diklatpim Tingkat IV

145

4) menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara


pengeluaran;
5) menetapkan

pejabat

yang

bertugas

melakukan

bertugas

melakukan

pemungutan penerimaan daerah;


6) menetapkan

pejabat

yang

pengelolaan utang dan piutang daerah;


7) menetapkan

pejabat

yang

bertugas

melakukan

pengelolaan barang milik daerah dan;


8) menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian
atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
Dalam prakteknya

kekuasaan pengelolaan

keuangan daerah

dilaksanakan oleh: (a) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan


selaku PPKD; (b) Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna
Anggaran/Barang Daerah.
Dalam pelaksanaan kekuasaan tersebut, Sekretaris Daerah bertindak
selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
c.

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PKPD)


PKPD mempunyai tugas sebagai berikut :
1) menyusun

dan

melaksanakan

kebijakan

pengelolaan

keuangan daerah;
2) menyusun rancangan APBD dan ranncangan perubahan
APBD;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

146

3) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah


ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
4) melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah ( BUD)
5) menyusun

laporan

keuangan

daerah

dalam

rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, dan


6) melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh Kepala Daerah.
PKPD selaku BUD Bendahara Umum Daerah berwenang:
a)

menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan


APBD;

b)

mengesahkan DPA-SKPD;

c)

melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

d)

memberikan

petunjuk

tekinis

pelaksanaan

sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah;


e)

melaksanakan pemungutan pajak daerah;

f)

memantau

pelaksanaan

penerimaan

dan

pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan


lainnya yang telah ditunjuk;
g)

mengusahakan

dan

mengatur

diperlukan dalam pelaksanaan APBD;


h)

menyimpan uang daerah;

i)

menetapkan SPD;

dana

yang

Modul Diklatpim Tingkat IV

j)

147

melaksanakan penempatan uang daerah dan


mengelola/menatausahakan investasi;

k)

melakukan

pembayaran

berdasarkan

permintaan pejabat pengguna anggaran atas bebab rekening


kas umum daerah;
l)

menyiapkan

pelaksanaan

pinjaman

dan

pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah;


m)

melaksanakan pemberian pinjaman atas nama


pemerintah daerah;

n)

melakukan pengelolaan utang dan piutang


daerah;

o)

melakukan penagihan piutang daerah;

p)

melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan


keuangan daerah;

q)

menyajikan informasi keuangan daerah;

r)

melaksanakan

kebijakan

dan

pedoman

pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah;


d.

Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah


Koordinator Pengelolaan Keuangan daerah mempunyai tugas
koordinasi di bidang:
1) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

148

2) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang


daerah;
3) penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD;
4) penyusunan

Raperda

APBD,

perubahan

APBD

dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;


5) tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat
pengawas keuangan daerah dan
6) penyusunan

laporan

keuangan

daerah

dalam

rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.


Selain tugas-tugas tersebut di atas, koordinator pengelolaan
keuangan daerah juga mempunyai tugas:
a)

memimpin tim anggaran pemerintah daerah;

b)

menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;

c)

menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;

d)

memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD;

e)

melaksanakan
keuangan

daerah

tugas-tugas
lainnya

koordinasi
berdasarkan

pengelolaan
kuasa

yang

dilimpahkan oleh Kepala Daerah.


Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggungjawab
atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah.

Modul Diklatpim Tingkat IV

149

PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja


pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD. Penunjukan
kuasa BUD ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.
Kuasa BUD mempunyai tugas:
1)

menyiapkan anggaran kas;

2)

menyiapkan SPD;

3)

menerbitkan SP2D;

4)

menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan


daerah.

Kuasa BUD dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab


kepada PPKD.
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah Pejabat
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Daerah mempunyai tugas
dan wewenang:
1)

Menyusun RKA-SKPD;

2)

Menyusun DPA-SKPD;

3)

Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran


atas beban anggaran belanja;

4)

Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

5)

Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan


pembayaran;

6)

Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

7)

150

Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak


lain dalam batas anggaran yang telah ditentukan;

8)

Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung


jawab SKPD yang dipimpinnya;

9)

Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang


menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

10)

Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD


yang dipimpinnya;

11)

Mengawasi

pelaksanaan

angaran

SKPD

yang

dipimpinnya;
12)

Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna


barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
Kepala Daerah;

13)

Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada


Kepala Daerah melalui sekretaris daerah;

14)

Pejabat Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas


dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada
kepala

unit

kerja

pada

SKPD

selaku

Pengguna

Anggaran/Pengguna Barang.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran:
1) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara
penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD.

Modul Diklatpim Tingkat IV

151

2) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara


Pengeluaran untuk melakasanakan tugas kebendaharaan
dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD.
3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran adalah
pejabat fungsional.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang
melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung,
kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborong, dan penjualan jasa
atau

bertindak

sebagai

pinjaman

atas

kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut, serta menyimpan uang


pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama
pribadi.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara
fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
PPKD selaku BUD.
e.

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD


1) Pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dalam
melaksanakan program dan kegaitan dapat menunjukan
pejabat unit kerja SKPD selalu PPTK.
2) PTK mempunyai tugas mencakup:
a) Mengedalikan pelaksanaan kegiatan;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

152

b) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;


c) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.

Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan kompensasi


anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan /atau rentang kendali
dan pertimbangan obyektif lainnya. PPTK bertanggung jawab
kepada pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
f.

Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD


1) Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan
anggara yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepada SKPD
menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi atau usaha
keuangan pada SKPD sebagai pejabat penatausahaan
keuangan SKPD.
2) Pejabat penatausahaan keuangan SKPD mempunyai tugas :
(11) Meneliti kelengkapan SPP-LS yang diajukan oleh
PPTK;
(12) Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;
(13) Menyiapkan SPM;
(14) Menyiapkan laporan keuangan SKPD.

Modul Diklatpim Tingkat IV

3) Pejabat

153

penatausahaan

keuangan

SKPD

tidak

boleh

merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan


pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau
PPTK.

B. Pelaksanaan
1. Azas dan Mekanisme Pelaksanaan APBD
Untuk melaksanakan anggaran dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Dalam pedoman itu terdapat azas umum
pelaksanaan APBD sebagai patokan yang tidak boleh dilanggar
atau merupakan ketentuan yang harus dipatuhi, yaitu:
a. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola
dalam APBD;
b. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau
menerima

pendapatan

daerah

wajib

melaksanakan

pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang


ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

154

c. Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk


membiayai

pengeluaran,

kecuali

ditentukan

lain

oleh

peraturan perundang-undangan;
d. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke
rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;
e. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan
batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja;
f. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika
untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia dalam APBD;
g. Pengeluaran pada huruf (f) dapat dilakukan bila dalam keadaan
darurat

yang

perubahan

selanjutnya

diusulkan

APBD/disampaikan

dalam

dalam
laporan

rancangan
realisasi

anggaran;
h. Kriteria keadaan darurat pada

huruf (g) di atas ditetapkan

sesuai dengan peraturan perundangan;


i. Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban
anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan
dalam APBD;
j. Pengeluaran Belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak
mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Modul Diklatpim Tingkat IV

155

Dalam rangka pelaksanaan APBD disusun dokumen pelaksanaan


anggaran SKPD dan anggaran Kas Daerah. Adapun penyiapan
dokumen pelaksanaan anggaran SKPD, mengikuti tahapan kegiatan
berikut:
1. Penyiapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), paling lama tiga
hari kerja setelah Perda APBD ditetapkan, memberitahukan
kepada semua Kepala SKPD untuk menyusun Rancangan DPASKPD yang memuat rincian sasaran, program, kegiatan,
anggaran yang disediakan dan rencana penarikan dana tiap-tiap
SKPD dan perkiraan pendapatan. Selanjutnya Kepala SKPD
menyerahkan rancangan tersebut diatas kepada PPKD paling
lama enam hari kerja setelah pemberitahuan.
Dalam rangka penyiapan dokumen pelaksanaan anggaran maka
TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersamasama dengan Kepala SKPD paling lambat 15 hari kerja sejak
ditetapkannya Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran
APBD. Berdasarkan hasil verifikasi rancangan DPA-SKPD,
pejabat PKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan
persetujuan Sekretaris Daerah. DPA-SKPD yang telah disyahkan
disampaikan kepada SKPD, Satuan Kerja Pengawasan Daerah
dan BPK.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

156

2. Anggaran Kas
Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun
rancangan anggaran Kas, selanjutnya dikirimkan kepada PPKD
selaku Bendahara Umum Daerah bersamaan dengan Rancangan
DPA-SKPD untuk mendapatkan pembahasan .
PPKD selaku Bendahara Umum Daerah menyusun anggaran kas
daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup guna
membiayai pengeluaran sesuai rencana penerikan dana yang
tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran
Kas Daerah menurut (1) perkiraan arus kas masuk yang
bersumber dari penerimaan, dan (2) arus Kas keluar yang
digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode.
Adapun mekanisme pengelolaan anggaran Kas Pemerintah
Daerah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
3. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Pada prinsipnya semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui
rekening Kas Umum Daerah, yang harus didukung oleh bukti
yang lengkap dan sah. Setiap SKPD yang memungut pendapatan
daerah wajib mengintensipkan pemungutan pendapatan yang
menjadi wewenang dan tanggungjawabnya sesuai ketentuan
Perda. Dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan daerah,
terutama dalam melakukan pemungutan, maka:

Modul Diklatpim Tingkat IV

a.

157

Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan


nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan
uang baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan,
tukar menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang
dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau
pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran
pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang
daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah;

b.

Pengembalian atas kelebihan pendapatan dilakukan


dengan membebankan pada pendapatan yang bersangkutan
untuk pengembalian pendapatan yang terjadi dalam tahun
yang sama. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan yang
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada
belanja tidak terduga. Pengembalian sebagaimana dimaksud
diatas harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;

c.

Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain


pendapatan daerah yang sah dilaksanakan melalui rekening
kas umum daerah dan dicatat sebagai pendapatan daerah.

4. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah


Dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja daerah, dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, khususnya yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

158

berkenaan dengan pelaksanaan anggaran belanja daerah terdapat


ketentuan sebagai berikut:
1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung
dengan bukti yang lengkap dan sah;
2) Bukti sebagaimana dimaksud diatas harus mendapat
pengesahan

oleh

pejabat

yang

berwenang

dan

bertanggungjawab atas kebenaran material yang timbul dari


penggunaan bukti dimaksud;
3) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak
dapat dilakukan sbelum rancangan peraturan daerah tentang
APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam lembaran daerah;
4) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud diatas tidak
termasuk untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja
yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan Kepala
Daerah
Sementara itu yang terkait dengan subsidi, hibah, bantuan sosial
dan bantuan keuangan lainnya di atur sebagai berikut:
a) Pemberian sudsidi, hibah, bantuan sosial dan bantuan
keuangan dilaksanakan atas persetujuan Kepala Daerah;
b) Penerima

subsidi,

hibah,

bantuan

sosial

danbantuan

keuangan bertanggungjawab atas penggunaan uang/barang


dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib menyampaikan

Modul Diklatpim Tingkat IV

159

laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada Kepala


Daerah;
c) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah,
bantuan sosial dan bantuan keuangan sebagaimana dimaksud
diatas ditetapkan dalam peraturan Kepala Daerah.

Selain dari ketentuan tersebut di atas, dalam pelaksanaan belanja


daerah khususnya dalam hal pengeluaran tidak terduga yang
dialokasikan dalam APBD, khususnya terkait dengan pendanaan
belanja tidak terduga terdapat ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
(1) Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang
dianggarkan dalam APBD untuk mendanai tanggap darurat,
penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan
dengan keputusan Kepala Daerah dan diberitahukan kepada
DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan
dimaksud ditetapkan;
(2) Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat berdasarkan
kebutuhan yang diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan
setelah mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

160

menghidari adanya tumpang tindih pendanaan terhadap


kegiatan-kegiatan

yangtelah

didanai

dari

anggaran

pendapatan dan belanja negara;


(3) Pimpinan instansi/lembaga penerimaan dana tanggap darurat
bertanggungjawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib
menyampaikan laporan realisasi penggunaan kepada atasan
langsung dan Kepala Daerah;
(4) Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak
terduga untuk tanggap darurat ditetapkan dalam peraturan
Kepala Daerah.
Dalam

pelaksanaan

pengeluaran

belanja

daerah,

peran

Bendahara sangat penting. Oleh karena itu terdapat kewajibankewajiban tertentu yang perlu diperhatikan terkait hal tersebut
dibawah ini:
a) Bendahara

Pengeluaran

sebagai

wajib

pungut

Pajak

Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan


seluruh penerimaan potongan pajak dan pajak yang
dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi
atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;

Modul Diklatpim Tingkat IV

b) Untuk

161

kelancaran

pengguna

pelaksanaan

anggaran/kuasa

tugas

pengguna

SKPD
anggaran

kepada
dapat

diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara


pengeluaran.
5. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
Dalam pelaksanaan anggaran pembiayaan daerah terdapat
ketentuan yang berkenaan dengan (1) sisa lebih perhitungan
anggaran tahun sebelumnya, (2) dana cadangan, (3) investasi, (4)
pinjaman daerah dan obligasi daerah serta (5) piutang daerah.
Kelima persoalan di atas dapat dikemukakan berikut ini:
a.

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun


sebelumnya.
Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya
merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:
1)

menutupi defisit anggaran apabila realisasi


pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja;

2)

mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas


beban belanja langsung;

3)

mendanai kewajiban lainnya yang sampai


dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

162

Ketentuan lainnya yang terkait dengan pendanaan terhadap


pelaksanaan kegiatan yang dialokasikan dalam anggaran
pembiayaan daerah adalah menyangkut hal-hal:
1)

Beban belanja langsung pelaksanaan kegiatan


lanjutan didasarkan pada DPA-SKPD yangtelah disahkan
kembali oleh PPKD menjadi DPA lanjutan SKPD
(DPAL-SKPD) tahun anggaran berikutnya;

2)

Untuk

mengesahkan

kembali

DPA-SKPD

menjadi DPAL-SKPD. Kepala SKPD menyampaikan


laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan
non-fisik maupun keuangan kepada PPKD paling lambat
pertengahan bulan Desember tahun anggaran berjalan;
3)

Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPALSKPD setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian
sebagai berikut:
(a) sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD
dan/atau belum diterbitkan SP2D atas kegiatan
yangbersangkutan;
(b) sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D dan
(c) SP2D yang belum diuangkan.

4)

DPAL-SKPD yang telah disahkan sebagaimana


dimaksud pada butir (1) diatas dapat dijadikan dasar

Modul Diklatpim Tingkat IV

163

pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian


pembayaran.
b.

Dana Cadangan.
Dalam pelaksanaan anggaran pembiayaan daerah persoalan
pembukuan dan penatausahaan dana cadangan diatur sebagai
di bawah ini:
1)

Dana cadangan dibukukan dalam rekening


tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah daerah
yang dikelola oleh BUD;

2)

Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk


membiayai program dan kegiatan lain diluar yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan
dana cadangan;

3)

Program

dan

kegiatan

yang

ditetapkan

berdasarkan peraturan daerah dilaksanakan apabila dana


cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan program
dan kegiatan;
4)

Untuk pelaksanaan program dan kegiatan


sebagaimana dimaksud diatas dana cadangan dimaksud
terlebih dahulu dipindahbukukan ke rekening kas umum
daerah;

5)

Pemindahbukuan paling tinggi sejumlah pagu


dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

164

pelaksanaan kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan


sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang pembentukan dana cadangan;
6)

Pemindahbukuan
perintah

pemindabukuan

dilakukan
oleh

kuasa

dengansurat
BUD

atas

persetujuan PPKD;
7)

Dalam hal program dan kegiatan sebagaimana


dimaksud diatas telah selesai dilaksanakan dan target
kinerjanya telah tercapai, maka dana cadangan yang
masih

tersisa

pada

rekening

dana

cadangan,

dipindabukuan ke rekening kas umum daerah.


Selain pengaturan tentang pembukuan mengenai pelaksanaan
pembiayaan dana cadangan terdapat pula ketentuan lainnya
yang berkenaan dengan hal-hal dibawah ini:
1)

Dalam hal dana cadangan yang ditempatkan


pada rekening dana cadangan belum digunakan sesuai
dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan
dalam portofolio yang memberikan hasil tetap dengan
resiko rendah;

2)

Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana


cadangan dan penempatan dalam portofolio sebagaimana
dimaksud diatas menambah jumlah dana cadangan;

Modul Diklatpim Tingkat IV

165

3)

Portofolio sebagaimana dimaksud di atas


meliputi:
a. deposito;
b. sertifikat Bank Indonesia (SBI);
c. surat perbendaharaan negara (SPN);
d. surat utang negara (SUN); dan
e. surat berharga lainnya yang dijamin pemerintah.

4)

Penatausahaan

pelaksanaan

program

dan

kegiatan yang dibiayai dana cadangan diperlukan sama


dengan penatausahaan pelaksanaan program/kegiatan
lainnya

c.

Investasi
Mengenai

ketentuan

investasi

pelaksanaan pembiayaan

dalam

kaitan

dengan

terdapat ketentuan bahwasanya

investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada


rekening penyertaan modal (investasi) daerah. Sedangkan
pengurangan,penjualan dan/atau pengalihan investasi dicatat
pada rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
(divestasi modal)

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

d.

166

Pinjaman dan Obligasi Daerah


Ketentuan-ketentuan mengenai hal ini termuat dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara, dimana:
1)

Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi


daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah;

2)

Pemerintah daerah tidak dapat memberikan


jaminan atas pinjaman pihak lain;

3)

Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang


milik daerah) tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman
daerah; dan

4)

Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah


beserta barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan
tersebut dapat jaminan obligasi daerah.

Selanjutnya Kepala SKPD melaksanakan penatausahaan atas


pinjaman dan obligasi daerah.
Dalam rangka pelaksanaan pinjaman daerah dan juga
obligasi daerah, hal-hal yang

sangat penting untuk

diperhatikan dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan


negara sebagai keseluruhan, maka:
1) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif
pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada Menteri

Modul Diklatpim Tingkat IV

167

Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap akhir


semester tahun anggaran berjalan;
2) Posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman
sebagaimana dimaksud pada butir 1) terdiri atas:
(a) jumlah penerimaan pinjaman;
(b) pembayaran pinjaman (pokok dan bunga); dan
(c) sisa pinjaman.
Selain itu terdapat kewajiban yang perlu dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah yang berkenaan dengan hal-hal berikut:
1)

Pemerintah daerah wajib membayar bunga dan


pokok utang dan/atau obligasi daerah yang telah jatuh
tempo;

2)

Apabila

anggaran

APBD/perubahan

APBD

yang
tidak

tersedia

dalam

mencukupi

untuk

pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi


daerah

maka

Kepala

Daerah

dapat

melakukan

pelampauan pembayaran mendahului perubahan atau


setelah perubahan APBD;
3)

Pelampauan pembayaran bunga dan pokok


utang dan/atau obligasi daerah sebelum perubahan APBD
dilaporkan kepada DPRD dalam pembahasan awal
perubahan APBD;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

4)

168

Pelampauan pembayaran bunga dan pokok


utang dan/atau obligasi daerah setelah perubahan APBD
dilaporkan kepada DPRD dalam laporan realisasi
anggaran;

5)

Kepala SKPKD melaksanakan pembayaran


bunga dan cicilan pokok utang dan/atau obligasi daerah
yang jatuh tempo;

6)

Pembayaran bunga pinjaman dan/atau obligasi


daerah dicatat pada rekening belanja bunga;

7)

Pembayaran denda pinjaman dan/atau obligasi


daerah dicatat pada rekening belanja bunga;

8)

Pembayaran pokok pinjaman dan/atau obligasi


daerah dicatat pada rekening cicilan pokok utang yang
jatuh tempo.

Agar secara yuridis memiliki landasan yang kuat, maka:


1)

Pengelolaan obligasi daerah ditetapkan dengan


peraturan Kepala Daerah;

2)

Peraturan

Kepala

Daerah

sebagaimana

dimaksud pada butir 1) di atas sekurang-kurngnya


mengatur mengenai hal-hal berikut:

Modul Diklatpim Tingkat IV

169

(a) penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi


daerah termasuk kebijakan pengendalian resiko;
(b) perencanaan dan penetapan portofolio pinjaman
daerah;
(c) penerbitan obligasi daerah;
(d) penjualan obligasi daerah melalui lelang dan/atau
tanpa lelang;
(e) pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh
tempo;
(f) pelunasan; dan
(g) aktivita lain dalam rangka pengembangan pasar
perdana ke pasar sekunder obligasi daerah.
3)

Penyusunan

peraturan

Kepala

Daerah

sebagaimana dimaksud di atas berpedoman pada


Peraturan Menteri Dalam Negeri

e.

Piutang Daerah
Untuk melaksanakan tagihan piutang daerah, maka dalam
pengelolaan keuangan daerah diatur hal-hal sebagai berikut:
1)

Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya


dengan tepat waktu;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

2)

170

PPK-SKPD melakukan penatausahaan atas


penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi
tanggungjawab SKPD;

3)

Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat


diselesaikan

seluruhnya

diselesaikan

sesuai

pada

dengan

saat

jatuh

peraturan

tempo,

perundang-

undangan;
4)

Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang


pajak daerah dan piutang retribusi daerah merupakan
prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;

5)

Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat


hubungan keperdataan dapat diselesaikan dengan cara
damai, kecuali piutang daerah yang cara penyelesaiannya
diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan;

6)

Piutang

daerah

dapat

dihapuskan

dari

pembukuan dengan penyelesaian secara mutlak atau


bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri
dalam peraturan perundang-undangan;
7)

Penghapusan piutang daerah ditetapkan oleh:


(a) Kepala

Daerah

untuk

jumlah

sampai

Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

dengan

Modul Diklatpim Tingkat IV

171

(b) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD untuk


jumlah lebih dari Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
8)

Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan


menatausahakan piutang daerah;

9)

Untuk melaksanakan penagihan piutang daerah,


Kepala SKPKD menyiapkan bukti dan administrasi
penagihan.

Kewajiban lainnya setiap Kepala SKPD dalam hal piutang


daerah:
1) Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi
penerimaan piutang kepada Kepala Daerah;
2) Bukti pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga
harus dipisahkan dengan bukti penerimaan kas atas
pendapatan pada tahun anggaran berjalan.
Demikianlah secara teknis pelaksanaan APBD yang perlu
diperhatikan oleh para pejabat pengelola Keuangan daerah dan
Kepala SKPD dalam rangka tertib pengelolaan keuangan
daerah (manajemen keuangan daerah) sebagian integral dari
sistem pengelolaan Keuangan negara sebagai keseluruhan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

172

ditinjau aspek kebijakan yang tertuang dalam peraturan


perundangan.
2.

Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan Perubahan


APBD
a. Laporan Realisasi Semesteran Pertama APBD.
1)

Pemerintah daerah menyusun laporan realisasi semester


pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya

2)

Laporan disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya


pada akhir bulan Juli tahun anggaran yang bersangkutan,
untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah
daerah.

b.

Perubahan APBD
1)

Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau


perubahan

keadaan,

dibahas

bersama

DPRD

denganpemerintah daerah dalam rangka penyusunan


prakiraan

perubahan APBD

tahun

anggaran

yang

bersangkutan, apabila terjadi:


2)

perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan


umum APBD;

Modul Diklatpim Tingkat IV

3)

173

keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran


anggaran antar unit organisasi, antar kegioatan dan antar
jenis belanja;

4)

keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun


sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan;

c.

5)

keadaan darurat;

6)

keadaan luar biasa.

Dalam keadaan darurat, pemeritah daerah dapat melakukan


pengeluaran

yang

belum

tersedia

anggarannya

yang

selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD


dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.
d.

Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria


sebagai berikut:
1) bukan

merupakan

kegiatan

normal

dari

aktivitas

pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan


sebelumnya;
2) tidak diharapkan terjadi secara berulang;
3) berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah;
4) memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran
dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan
darurat.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

e.

174

Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1


(satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa;

f.

Dalam keadaan luar biasa adalah keadaan yang menyebabkan


estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD
mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50%
(lima puluh persen);

g.

Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah


tentang perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan
untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan berakhir;

h.

Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah,


selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun
anggaran;

i.

Realisasi

pengeluaranatas

pendanaan

keadaan

darurat

dan/atau keadaan luar biasa, dicantumkan dalam rancangan


peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
3. Penatausahaan Keuangan Daerah
a. Azas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah
1) Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran orang atau badan yang menerima
atau yang menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib

Modul Diklatpim Tingkat IV

175

menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan.
2) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan
dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi
dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab
atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti dimaksud.
b. Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah
Untuk pelaksanaan APBD, Kepala Daerah menetapkan:
1) pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
2) pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
3)

pejabat yang diberi wewenang mengesahkan surat


pertanggungjawaban (SPJ);

4) bendahara penerimaan/pengeluaran;
5) pejabat

lainnya

yang

ditetapkan

dalam

rangka

pelaksanaan APBD.
Penetapan pejabat di atas, dilakukan sebelum dimulainya
tahun anggaran berkenaan.
c. Penatausahaan Bendahara Penerimaan
1) Penyetoran

penerimaan pendapatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 59 ayat (3) dilakukan dengan


uang tunai;

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

176

2) Penyetoran sebagaimana dimaksud ke rekening kas


umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk,
dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit;
3) Bendahara penerimaan dilarang menyimpan uang, cek
atau surat berharga yang dalam penguasaannya lebih
dari 1 (satu) hari kerja dan/atau atas nama pribadi pada
bank atau giro pos;
4) Bendahara

penerimaan

menyelenggarakan

pada

pembukuan

SKPD
terhadap

wajib
seluruh

penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang


menjadi tanggungjawabnya.
5) Bendahara

penerimaan

menyampaikan

laporan

pada

SKPD

wajib

pertanggungjawaban

penerimaan kepada PPKD paling lambat tanggal 10


bulan berikutnya.
6) PPKD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas
laporan pertanggungjawaban penerimaan.
d. Penatausahaan Bendahara Pengeluaran
1)

Permintaan pembayaran dilakukan melalui penerbitan SPPLS, SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU

2)

PPTK mengajukan SPP-LS melalui pejabat penatausahaan


keuangan pada SKPD kepada pengguna anggaran/kuasa

Modul Diklatpim Tingkat IV

177

pengguna anggaran paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah


diterimanya tagihan dari pihak ketiga.
3)

Pengajuan

SPP-LS

dilampiri

dengan

kelengkapan

persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan.
4)

Bendahara pengeluaran melalui pejabat penatausahaan


keuangan

pada

SKPD

mengajukan

SPP-UP

kepada

pengguna anggaran setinggi-tingginya untuk keperluan 1


(satu) bulan
5)

Pengajuan SPP-UP sebagaimana dimaksud, dilampiri dengan


daftar rincian rencana penggunaan dana.

6)

Untuk penggantian dana penambahan uang persediaan,


bendahara pengeluaran mengajukan SPP-GU dan/atau SPPTU

7)

Batas

jumlah

pengajuan

SPP-TU

harus

mendapat

persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincianrincian kebutuhan dan waktu penggunaan.
e. Akuntansi Keuangan Daerah
1) Pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah
daerah

yang

pemerintahan.

mengacu

kepada

standar

akuntansi

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

2)

178

Sistem akuntansi pemerintahan daerah ditetapkan dengan


peraturan Kepala Daerah mengacu pada peraturan daerah
tentang pengelolaan keuangan daerah.

3) Kepala Daerah berdasarkan standar akuntansi pemerintahan


menetapkan peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan
akuntansi.
4) Sistem akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi:
5) Sistem akuntansi disusun berdasarkan prinsip pengendalian
intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4.

Pertanggungjawaban Pengelolaan APBD


a. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana,
yang berada dalam tanggungjawabnya.
b. Penyelenggaraan

akuntansi

merupakan

pencatatan/penatausahaan atas transaksi keuangan di lingkungan


SKPD dan menyiapkan laporan keuangan sehubungan dengan
pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya.
c. Laporan keuangan terdiri dari laporan realisasi anggaran,
rencana dan catatan atas laporan keuangan yang disampaikan
kepada Kepala Daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah tahun anggaran berikutnya.

Modul Diklatpim Tingkat IV

179

d. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang


memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD yang
menjadi tanggungjawabnya telah diselenggarakan berdasarkan
sistem pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
e. PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,
aset, utang dan ekuitas dana termasuk transaksi pembiayaan dan
perhitungannya.
f. PPKD menyusun laopran pemerintah daerah terdiri dari:
1)

laporan realisasi anggaran;

2)

neraca;

3)

laporan arus kas;

4)

catatan atas laporan keuangan.

g. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan


Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
h. Laporan keuangan dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi
kinerja

dan

laporan

keuangan

badan

usaha

milik

daerah/perusahaan daerah.
i. Laporan keuangan pemerintah disampaikan kepada Kepala
Daerah

dalam

rangka

memenuhi

pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD.
j. Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

180

berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan


pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
5. Pengendalian Defisit dan Penggunaan Surplus APBD
a. Pengendalian APBD
1) Dalam hal APBD diperkirakan defisit ditetapkan sumbersumber pembiayaan untuk menutupi defisit tersebut dalam
peraturan daerah tentang APBD.
2) Defisit APBD ditutup dengan pembiayaan netto.
3) Dalam rangka pengendalian fiskal nasional, Menteri
Keuangan menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif
defisit APBN dan APBD.
4) Defisit APBD dapat ditutup dari sumber pembiayaan:
a)

sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) daerah tahun


sebelumnya;
b) pencairan dana cadangan;
c) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d) penerimaan pinjaman;
e) penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Modul Diklatpim Tingkat IV

181

b. Penggunaan Surplus APBD


1)

Dalam hal APBD diperkirakan surplus penggunaannya


ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.

2)

Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk pengurangan


utang, pembentukan dana cadangan dan/atau pendanaan
belanja peningkatan jaminan sosial.

c. Pengelolaan Piutang Daerah


1)

Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola


pendapatan,

belanja

dan

kekeyaan

daerah

wajib

mengusahakan agar setiap piutang daerah diselesaikan


seluruhnya dengan tepat waktu.
2)

pemerintah daerah merupakan hak mendahului atas piutang


jenis

tertentu

sesuai

dengan

peraturan

perundang-

undangan.
3)

Piutang daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya


dan

tepat

waktu,

diselesaikan

menurut

peraturan

perundang-undangan.
4)

Penyelesaian piutang daerah sebagai akibat hubungan


keperdataan dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali
mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya sesuai
dengan peraturan perundan-undangan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

182

d. Pengelolaan Investasi Daerah


1)

Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka


pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

2)

Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat


segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12
(dua belas) bulan atau kurang.

3)

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang


dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan.

4)

Investasi jangka panjang terdiri dari investasi permanent


dan non permanent.

5)

Investasi permanen dimaksudkan untuk dimiliki secara


berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualkan atau tidak
ditarik kembali.

6)

Investasi non permanen dimaksudkan untuk dimiliki tidak


secara berkelanjutan atau ada niat untuk diperjual belikan
atau ditarik kembali.

7)

Pedoman investasi permanen dan non permanen diatur lebih


lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri.

e. Pengelolaan Barang Milik Daerah


1)

Barang milik daerah diperoleh atas beban APBD dan


perolehan lainnya yang sah.

Modul Diklatpim Tingkat IV

2)

183

Perolehan lainnya yang sah mencakup :


a) Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/yang
sejenis;
b) Barang yang diperoleh dari kontak kerjasama, kontrak
bagi hasil;
c) Barang yang diperoleh berdasarkan penetapan karena
peraturan perundang-undangan;
d) Barang yang diperoleh dari putusan pengadilan.

3)

Pengelolaan barnag daerah meliputi rangkaian kegiatan dan


tindakan

terhadap

perencanaan

barang

kebutuhan,

daerah

yang

penganggaran,

mencakup
pengadaan,

penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan,


penilaian,

penghapusan,

pemindahtanganan

dan

pengamanan.
4)

Pengelolaan pada peraturan perundang-undangan.

f. Pengelolaan Dana Cadangan.


Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
mendanai kegiatan kegiatan yang penyediaan danannnya tidak
dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

184

g. Pengelolaan Utang Daerah


1) Kepala Daerah dapat mengadakan utang daerah sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang APBD.
2) PPKD menyiapkan rancangan peraturan Kepala Daerah
tentang pelaksanaan pinjaman daerah.
3) Pinjaman daerah bersumber dari:
a) pemerintah;
b) pemerintah daerah lain;
c) lembaga keuangan bank;
d) lembaga keuangan bukan bank;
e) masyarakat.
6. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban
Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka
menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan,
pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban
berupa:
1)

Laporan Realisasi Anggaran;

2)

Neraca;

3)

Laporan Arus Kas dan

4)

Catatan atas Laporan Keuangan.

Modul Diklatpim Tingkat IV

185

Laporan keuangan dimaksud disusun dengan Standar Akuntansi


Pemerintah, dan sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui
DPRD, laporan keuangan tersebut perlu diperiksa terlebih dahulu
oleh BPK
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen
sehingga tidak dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah.
Berkaitan dengan pemeriksaan telah dikeluarkan UU N0.15 tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan

Negara.

dilaksanakan

Terdapat

terhadap

dua

pengelola

jenis

pemeriksaan

keuangan

negara,

yang
yaitu

pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern.


Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan
dengan amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945,
pemeriksaan atas laporan keuangan dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian BPK RI akan melaksanakan
pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah.
Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai
auditor yang independen akan melaksanakan audit sesuai dengan
standar audit yang berlaku dan akan memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

186

pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi


pemerintahan. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK juga dapat
dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini dalam lingkungan
pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawas Daerah.
Oleh karena itu dengan spirit sinkronisasi dan sinergitas terhadap
berbagai

undang-undang

tersebut

diatas,

maka

pengelolaan

keuangan daerah yang diatur dalam suatu peraturan pemerintah


harus bersifat umum dan lebih menekankan kepada hal yang bersifat
prinsip,

norma,

pelaksanaan,

azas,

landasan

penatausahaan,

umum

pelaporan,

dalam

penyusunan,

pengawasan

dan

pertanggungjawaban keuangan daerah.


Sementara itu sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah
secara rinci ditetapkan oleh masing-masing daerah. Kebhinekaan
dimungkinkan terjadi sepanjang hal tersebut masih sejalan atau tidak
saling bertentangan dengan Peraturan Pemerintah yang terkait
dengan keuangan negara. Dengan upaya tersebut, diharapkan daerah
didorong untuk lebih tanggap, kreatif dan mampu mengambil
inisiatif dalam perbaikan dan pemutakhiran sistem dan prosedurnya
serta meninjau kembali sistem tersebut secara terus menerus dengan
tujuan memaksimalkan efisiensi tersebut berdasarkan keadaan,
kebutuhan dan kemampuan setempat. Dalam rangka Otonomi,

Modul Diklatpim Tingkat IV

187

Pemerintah Daerah dapat mengadopsi sistem yang disarankan oleh


pemerintah Pusat sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya dengan
tetap memperhatikan memperhatikan standar dan pedoman yang
ditetapkan.
7. Pembinaaan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pembinaan dan Pengawasan
1) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah yang dikoordinasikan oleh
Menteri Dalam Negeri.
2) Pembinaan

meliputi

pemberian

pedoman,

bimbingan,

supervisi, konsultasi, pendidikan, pelatihan serta penelitian


dan pengembangan;
3) Pemberian

pedoman

mencakup

perencanaan

dan

penyususnan APBD, penatausahaan, pertanggungjawaban


keuangan

daerah,

pemantauan

dan

evaluasi,

serta

kelembagaan pengelolaan keuangan daerah.


4) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi mencakup
perencanaan dan penyusunan APBD, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBD yang

dilaksanakan secara

berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyuruh


kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai
dengan kebutuhan.

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

188

5) Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan secara berkala bagi


Kepala Daerah atau wakil Kepala Daerah, anggota DPRD,
perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah.
6) Pembinaan untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh
gubernur selaku awakil pemerintah.
7) DPRD

melakukan

pengawasan

terhadap

terhadap

pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.


8) Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-udangan.
b. Pengendalian Intern
1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparasnsi, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepada daerah
mengatur dan menyelenggarakan sistem pengadilan intern di
lingkungan pemerintah daerah yang dipinpinya.
2) Pengaturan dan penyelenggaraan sistem pengendalian intern
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penyelesaian Kerugian Daerah
1) Setiap kerugian daerah disebabkan oleh tindakan melanggar
hukum atau kelalaian seorang harus segera diselesaikan
sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan.

Modul Diklatpim Tingkat IV

189

2) Bendahara pegawai negeri bukan Bendahara, atau pejabat


lain yang karena perbuatannya melanggar hukum, atau
melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara
langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti
kerugian tersebut.
3) Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi,
setelah mengetahui bahwa dalam SKPD yang bersangkutan
terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.
d. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
1) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk;
a) Menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum;
b) Mengelola dana khusus untuk meningkatkan ekonomi
dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
2) BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3) Kekayaan BLUD merupakan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya
untuk

menyelenggarakan

kegiatan

BLUD

yang

bersangkutan.
4) Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan
pembinaan teknis dilakukan oleh Kepala SKPD yang

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

bertanggungjawab

190

atas

bidang

pemerintah

yang

bersangkutan.
5) BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari
masyarakat atau badan lain.
6) Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk
membiayai belanja BLUD yang bersangkutan.

191

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

192

BAB VI
PENERAPAN TEKNIK PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA DALAM ORGANISASI

Muatan materi bahan ajar tentang manajemen (pengelolaan) Keuangan


Negara yang didituangkan dalam buku ini terutama bersumber dari
peraturan perundangan yang berkenaan dengan praktek dalam tugastugas dinas pemerintahan yang perlu terus disempurnakan sesuai dengan
perkembangan kebijakan bidang Keuangan Negara.
Perubahan Kebijakan bidang Keuangan Negara mempunyai implikasi
terhadap pengelolaan keuangan daerah, karena sistem keuangan Negara
yang dipraktekan dalam penyelenggaraan Negara di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia meliputi sistem pengelolaan (manajemen)
keuangan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan oleh
pemerintah daerah. Penyempurnaan materi buku ini perlu mengikuti
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kebijakan bidang Keuangan
Negara yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.

193

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

194

Selanjutnya terkait dengan materi

Penerapan Teknik Pengelolaan

Keuangan Negara dalam Organisasi pada modul ini, pada dasarnya


adalah upaya mempraktikkan bagaimana mengelola keuangan negara
(mendemonstrasikan kompetensinya) oleh peserta Diklat di masingmasing unit kerjanya setelah menerima materi secara keseluruhan.
Dengan demikian, peserta Diklat

tidak hanya memahami tentang

konsep dan kebijakan pengelolaan Keuangan Negara, akan tetapi juga


mampu mempraktikkannya di unit organisasi masing-masing.
Adapun hal-hal yang harus dipahami dan dipraktikkan oleh peserta
Diklat berkaitan dengan Penerapan Teknik Pengelolaan Keuangan
Negara dalam Organisasi,

mencakup

siklus teknik mengelola

keuangan negara, yang antara lain meliputi:


1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran, antara lain terdiri dari:
a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA);
b. Revisi DIPA;
c. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) atau RKAKL Formulir
1.5;
d. Revisi POK atau RKAKL Formulir 1.5;
e. Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA);
f. Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan
(SBU, RAB, ROK, dll).

Modul Diklatpim Tingkat IV

195

2. Dokumen Pengeluaran Anggaran, antara lain terdiri dari:


a.

Surat Perintah Membayar (SPM);

b.

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

c.

Surat Perintah Pengesahan dan Pembukuan (SP3);

d.

Dokumen pengeluaran anggaran lainnya yang dipersamakan

(GU, TU, TUP dll).


3. Dokumen Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara (BMN)
a. Dokumen Laporan Keuangan, meliputi:
1) LRA Triwulan I dan Neraca per 31 Maret

selambat-

lambatnya tanggal 9 Mei tahun anggaran berjalan;


2) LRA Semester I, Neraca per 30 Juni, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan selambat-lambatnya tanggal 26 Juli
tahun anggaran berjalan;
3) LRA Triwulan III dan Neraca per 30 September selambatlambatnya tanggal 9 November tahun anggaran berjalan;
4) LRA Tahunan, Neraca per 31 Desember, dan dan Catatan
Atas

Laporan

Keuangan

selambat-lambatnya

tanggal

terakhir di Bulan Februari setelah tahun anggaran berakhir.


b. Dokumen Laporan Barang Milik Negara (BMN), meliputi:
1) Laporan Barang Pengguna Semester I dan Catatan atas
Laporan BMN (CaL BMN);

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

2) Laporan Barang Pengguna Semester II dan Catatan atas


Laporan BMN (CaL BMN);
3) Laporan Barang Pengguna Tahunan dan Catatan atas
Laporan BMN (CaL BMN);

196

DAFTAR PUSTAKA
Buku
1.
2.

M. Hadi, Administrasi Keuangan Negara, Jakarta t.p. 1980.


Bambang Kusmanto, dkk. Keuangan Negara, Yogyakarta,

3.

Intermedia, 1992
Sujanto, Beberapa Pengertian Keuangan Negara, Jakarta, Ghalia

4.

Indonesia, 1963
Suparmoko, M. Azasa-asaz Ilmu Keuangan Negara, Yogyakarta,

5.

BPFE, 1982
Subagio, M. Hukum Keuangan Negara R.J. Jakarta Rajawali Press,

6.

1987
Endang Larasati dkk, Materi Pokok Keuangan Negara, Jakarta,

7.

Karunika,
Universitas Terbuka, 1986
Anwar Sulaeman, Pengantar Keuangan Negara dan Daerah, Jakarta

8.
9.

STIAPress, 2000
Yuniadi Soewartoyo, Keuangan Negara, Jakarta STIA-Press, 1999
M. Ikhsan, Keuangan Daerah di Indonesia Jakarta STIA- Press,

10.

2002
Mamesah, J.D. Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta,

11.

Gramedia 1995
Sulaeman Anwar, Manajemen Asset Daerah Jakarta, STIA-Press,

12.

2000
Sistem

Administrasi

Negara

Kesatuan

( SANKRI ) Jilid IV Jakarta, LAN, 2


197

Republik

Indonesia

Teknik Pengelolaan Keuangan Negara

198

Dokumen
1.
2.
3.
4.

Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945


Undang Undang No. 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara
Undang Undang No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.


5. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahuan 2006, tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
7. Peraturan Kepala LAN Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan di lingkungan LAN.
8. Warta LAN Nomor 28/Tahun IX/2012

Anda mungkin juga menyukai