Teknik Pengeleloaan Keuangan Negara Pim IV
Teknik Pengeleloaan Keuangan Negara Pim IV
KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
iv
Desember 2011
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ASMAWI REWANSYAH
KATA PENGANTAR
Sebagai sebuah Diklat berbasis kompetensi, penyelenggaraan
Diklatpim Tk. IV dalam sistem pembaharuan Diklat aparatur
ini membutuhkan sejumlah sarana pembelajaran yang yang
efektif membantu SDM kediklatan dalam mewujudkan
kompetensi kepemimpinan taktikal pada masing-masing peserta
Diklat. Di antara berbagai sarana yang ada, modul memainkan
peranan yang sangat signifikan, karena dalam modul itulah
konsep, teori termasuk praktek yang dibutuhkan untuk
membangun kompetensi tersebut tertuang dan dapat dibaca
oleh peserta, widyaiswara, pengelola dan penyelenggara Diklat.
Oleh karena itu, kami berharap modul ini dapat memainkan
peranan tersebut.
Mengacu pada modul ini, maka: (1) widyaiswara atau
fasilitator Diklatpim Tk. IV dapat merancang proses
pembelajaran; (2) peserta Diklat dapat mempersiapkan dirinya
untuk menerima kompetensi yang akan diperolehnya; (3)
pengelola dan penyelenggara dapat merencanakan dalam
memberikan dukungan agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan efektif.
Yang spesifik dari modul dalam sistem pembaharuan
Diklat aparatur ini adalah adanya lembar kerja atau worksheet.
Setiap peserta Diklatpim Tk. IV wajib mengerjakan tugas-tugas
yang dituntut dalam lembar kerja tersebut. Kemampuan peserta
mengerjakan lembar kerja ini merupakan bukti bahwa peserta
tersebut telah memiliki kompetensi yang dibangun oleh modul
ini. Oleh karena itu, lembar kerja ini merupakan data atau
rekam jejak yang ditinggalkan oleh peserta Diklatpim Tk.IV.
Bagi Lembaga Administrasi Negara, lembar kerja pada
modul itu adalah acuan utama dalam memonitor dan
mengevaluasi suatu penyelenggaraan Diklat. Peserta Diklatpim
Tk. IV yang mampu mengerjakan lembar kerja tersebut dengan
v
vi
Desember 2011
DEPUTI BIDANG
PEMBINAAN PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN APARATUR
DAFTAR ISI
SAMBUTAN.................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN .
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN
MANAJEMEN
KEUANGAN .
A.
Keuangan Negara .
B.
Manajemen Keuangan
Negara .
ASAS ASAS KEUANGAN NEGARA, FUNGSI,
KEKUASAAN
ATAS
PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA ..
A.
Asas Keuangan Negara ..
B.
Fungsi Keuangan Negara
C.
Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan
Negara .............................................
TEKNIK
PENGELOLAAN
KEUANGAN
NEGARA (APBN) ....
A.
Penyusunan APBN ....................................
B.
Pengalokasian Anggaran
Dalam DIPA ............................. .............
C.
Pelaksanaan Anggaran ...................... .......
D.
Pengawasan ..............................................
E.
Pertanggungjawaban
dan Pelaporan ............................... .........
vii
iii
v
vii
Hal.
1
3
3
6
8
8
9
9
13
13
15
18
40
48
BAB V
BAB VI
viii
TEKNIK
PENGELOLAAN
KEUANGAN
DAERAH (APBD) ....
A.
PERENCANAAN .................
1.
Perencanaan APBD ...........
2.
Asas Umum Manajemen Keuangan
Daerah .............
Asas Umum dan Struktur APBD ..........
3.
Penyusunan
Rancangan
APBD ..............
4.
Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara ...........................................
5.
Penetapan APBD ................................
6.
Kewenangan Fungsional Dalam
Manajemen Keuangan Daerah .............
65
B.
81
81
PELAKSANAAN ..................
1.
Asas Mekanisme Pelaksanaan
APBD ................................................
2.
Laporan Realisasi Semester I APBD
3.
dan Perubahan APBD ......................
4.
Penatausahaan
Keuangan
Daerah .........
5.
Pertanggungjawaban
Pengelolaan
APBD...
6.
Pengendalian Defisit dan Penggunaan
Surplus ......
7.
Pemeriksaan
dan
Pertanggungjawaban APBD ........
8.
Pembinaan dan Pengawasan
Penglolaan Keuangan
Daerah .................................
PENERAPAN
TEKNIK
PENGELOLAAN
KEUANGAN DALAM
ORGANISASI ............................
65
65
68
68
72
73
75
76
93
94
96
97
100
102
104
DAFTAR PUSTAKA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana
tercantum dalam alinea IV Pembukan UUD 1945 dibentuk Pemerintah
Negara yang menyelenggarakan fungsi dalam berbagai urusan
pemerintahan . Pembentukan pemerintah negara tersebut menimbulkan
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang harus
diselenggarakan dalam suatu tata pengelolaan keuangan negara.
Guna
mendukung
terwujudnya
good
governance
dalam
Dalam pengelolaan
seluruh
BAB II
PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA DAN
MANAJEMEN KEUANGAN
A. Keuangan Negara
1. Dalam buku Keuangan Negara dari Badan Pemeriksa Keuangan
(1998) dinyatakan bahwa: keuangan negara adalah kekayaan
yang dikelola oleh pemerintah meliputi uang dan barang yang
dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki; hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang; dana-dana pihak
ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan atau
dijamin baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badanbadan usaha, yayasan maupun institusi lainnya.
2. Menurut M. Hadi, Keuangan Negara adalah: Semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala
sesuatu, baik uang maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
dimaksud (1973).
3. M. Subagio mengemukakan pengertian keuangan negara secara
lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut: Keuangan Negara terdiri
3
atas hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang
yang
dapat
dijadikan
milik
negara
berhubung
dengan
pengelolaan
secara
langsung.
Ini
merupakan
Ketiga,
kebijaksanaan-kebijaksanaan
anggaran,
fiskal,
moneter
tidak
semata-mata
kegiatan,
melainkan
mencakup
aspek
otoritas
(kewenangan)
atau
kekuasaan
bermakna
Manajemen
penyelenggaraan
kegiatan
disini
diberikan
pencapaian
pengertian
proses
10
11
BAB III
ASAS ASAS KEUANGAN NEGARA, FUNGSI
DAN KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA
12
1.
2.
3.
4.
5.
13
umum
tersebut
diperlukan
guna
menjamin
14
15
selaku
Kepala
Pemerintahan
kekayaan
negara
yang
dipisahkan.
Menteri
16
laporan
keuangan
yang
merupakan
Menteri/Pimpinan
yang
memimpin
Kementerian
rancangan
anggaran
Kementerian
17
Negara/Lembaga
yang
bersangkutan.
yang
kementerian
pembayarannya
merupakan
Negara/Lembaga
berkaitan
tanggungjawab
sebagai
unit
Kementerian
dipimpinnya;
g. Menyusun
dan
Kementerian
Negara/Lembaga
menyampaikan
Negara/Lembaga
laporan
yang
yang
keuangan
dipimpinnya.
h. Melaksanakan
18
tugas-tugas
lain
yang
menjadi
Presiden
dalam
mengelola
keuangan
Negara
mengelola
keuangan
daerah
dan
mewakili
pemerintahan
negara.
Kekuasaan
dalam
19
b.
c.
d.
e.
Menyusun
laporan
keuangan
yang
merupakan
20
21
22
BAB IV
TEHNIK PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA (APBN)
A. Penyusunan APBN
Proses
manajemen
(pengelolaan)
keuangan
negara
oleh
Pemerintah Pusat dilandasi oleh dasar hukum yang kuat, yaitu Undang
Undang
No.17
Tahun
2003
tentang
Keuangan
Negara
yang
24
Kerangka
dilakukan
dengan
mengintegrasikan
seluruh
proses
bersama
Menteri
Perencanaan
Pembangunan
2)
25
3)
Menteri/Pimpinan
Lembaga
setelah
5)
6)
7)
Kementerian
Keuangan
menelaah
26
B.
Pengalokasian
Anggaran
Dalam
Belanja Pegawai
Belanja ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
a.
b.
27
2.
Belanja Barang
Belanja ini merupakan pengeluaran atas pembelian barang dan jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan.
Belanja Barang terdiri dari:
a.
b.
Belanja
barang
tidak
mengikat
Belanja Modal
Adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal
yang
sifatnya
menambah
asset
dengan
kewajiban
28
untuk
pengadaan/pembelian/pembebasan,
biaya
untuk
penambahan,
penggantian
dan
mengacu kepada
29
Pengadaan/pembangunan
berbagai
c.
masa
manfaat
dari
aktiva
maupun
meningkatkan efisiensinya.
d.
yang
diperlukan
untuk
pembangunan,
30
Bunga
Bunga
yaitu
pembayaran
yang
dilakukan
atas
kewajiban
digunakan
dalam
kegiatan
dari
Bagian
Anggaran
Subsidi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan
jasa untuk memenuhi hajad hidup orang banyak sedemikian rupa
sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat. Belanja
ini antara lain dipergunakan untuk pencalran subsidi kepada
perusahaan negara dan perusahaan swasta.
6.
Bantuan Sosial
Bantuan sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada
31
b.
c.
7.
Hibah
Hibah atau transfer rutin/modal yang sifatnya tidak wajib kepada
negara lain atau kepada organisasi internasional. Belanja ini antara
lain digunakan untuk hibah kepada pemerintah luar negeri dan
organisasi internasional.
8.
Belanja lain-lain
Belanja lain-lain yaitu pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang
tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis belanja butir 1 s.d 7.
Jenis belanja ini dipergunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP).
C.
32
Pelaksanaan Anggaran
1.
Pengelola
Anggaran
Dalam rangka persiapan pelaksanaan anggaran, pada setiap awal
tahun anggaran ditetapkan pengelola anggaran. Pengelola
Anggaran terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Bendahara Penerimaan;
g.
Bendahara Pengeluaran;
h.
PPK
PPPSPM
PPPN
BENDAHARA
PENERIMAAN
BENDAHARA
PENGELUARAN
BPP
33
2.
Tugas
Pengelola Anggaran
a.
2)
Melaksanakan anggaran ;
3)
Menetapkan
para
pejabat
yang
ditunjuk
Anggaran/Pengguna
Barang
sebagai:
a) Kuasa
Pengguna
(KPA/B);
b) Pejabat yang bertugas melaksanakan pemungutan
penerimaan Negara (Pejabat Pemungut Penerimaan
Negara
(PPPN)/Atasan
Langsung
Bendahara
Penerimaan);
c) Pejabat
yang
mengakibatkan
melakukan
pengeluaran
tindakan
anggaran
yang
belanja
34
pembayaran
(Pejabat
Penguji
dan
Penandatangan SPM/PPP-SPM);
e) Bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan;
f) Bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
belanja;
g) Menetapkan kembali pejabat yang diberi wewenang
untuk menandatangani surat keputusan kepegawaian
yang mengakibatkan pembebanan pada anggaran
belanja Negara, pada awal tahun yang bersangkutan;
h) Menetapkan Unit Akuntansi Tingkat Pengguna
Anggaran/ Barang, Tingkat Pembantu Pengguna
Anggaran/Barang
Eselon
I,
Tingkat
Pembantu
35
6) Menetapkan :
a)
b)
anggaran
dalam
DIPA
Satker
yang
bersangkutan;
3) Menetapkan Rencana Operasional Program/Kegiatan
(ROP/K), Rincian Anggaran Belanja (RAB), dan
36
Menetapkan
Kegiatan/Kelompok
Tim
Pelaksana
Kerja/Pejabat
Pengadaan
Menetapkan
dan
menugaskan
Bendahara
Melakukan
pembinaan,
pengarahan
dan
8)
9)
Melakukan
pemeriksaan
kas
Bendahara
dituangkan
dalam
Berita
Acara
internal
antara
Pemeriksaan Kas;
10)
Melakukan
pembukuan
rekonsiliasi
Bendahara
dan
Laporan
Keuangan
37
12)
Bertanggungjawab atas penyampaian laporanlaporan lainnya antara lain perencanaan kas dan
laporan
monitoring
dan
evaluasi
Pengadaan
Barang/Jasa;
13)
Melakukan
perkiraan
penarikan
perubahan
dana
dan
dan
pengesahan
atau
perkiraan
2)
3)
Melaksanakan
koordinasi
dan
4)
38
Menandatangani
Surat
Perjanjian
Menandatangani
berita
acara
Melaksanakan
tertib
administrasi
8)
9)
d.
Melakukan
koreksi
rencana
dan
rincian
paket-paket
kegiatan
beserta
jadwal
memperhatikan
DIPA,
Petunjuk
Operasional
39
4)
5)
Menetapkan
rencana
pelaksanaan
7)
Menerbitkan
Surat
Penujukkan
Penyedia Barang/Jasa;
8)
Membuat
ikatan
perjanjian
atau
Melaksanakan
dan
mengendalikan
Melaporkan
Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA;
hasil
pekerjaan
11)
40
Menyerahkan
hasil
pekerjaan
Melaporkan
kemajuan
pekerjaan
pelaksanaan
tugas
Pokja
Pengadaan,
dan
tagihan
apabila
Penerima
Hak
belum
41
Pelaksanaan
sehubungan
dengan
ikatan/perjanjian
pengadaan barang/jasa;
5) Meneliti dan menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen
atas pengajuan SPP dari PPK;
6) Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
42
SPM-GU,
SPM-TU)
dan
Surat
Perintah
Bendahara Penerimaan
1) Menerima pembayaran berupa uang/cek bank/surat berharga
lainnya melalui rekening Bendahara Penerimaan (tidak
secara langsung);
2) Wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara
yang telah dipungut ke Rekening Kas Negara dalam waktu 1
(satu)
hari
kerja
setelah
penerimaannya
dengan
laporan
pertanggungjawaban
(LPJ)
secara
43
Bendahara Pengeluaran
1)
Mengelola
uang
persediaan
Melaksanakan pembayaran UP
setelah meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang
diajukan oleh KPA/PPK meliputi kuitansi/tanda terima,
faktur pajak, dan dokumen lainnya yang menjadi dasar hak
tagih;
3)
Menguji
kebenaran
Menguji
ketersediaan
KPA/PPK
apabila
persyaratan-persyaratan
tidak
44
a)
Kelengkapan
administrasi Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak
terpenuhi;
b)
Kebenaran
perhitungan tagihan yang tercantum dalam Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) tidak terpenuhi;
c)
Tidak
adanya
Menyelenggarakan pembukuan
terhadap seluruh pengeluaran meliputi seluruh transaksi
dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang
berada di bawah pengelolaannya;
7)
Membuat
laporan
9)
Penghasilan)
serta
pajak
lainnya
dan
45
2)
Menyelenggarakan
pembukuan
terhadap
seluruh
3)
46
4)
Pada
akhir
tahun
anggaran/kegiatan,
BPP
wajib
(PNBP)
berasal
dari
penerimaan
pajak,
merupakan
semua
Kementerian/Lembaga
memilki/
47
dilakukan
melalui
rekening
Bendahara
48
b.
c.
49
diterimanya
permintaan
UP
dari
Bendahara
Pengeluaran.
SPP tersebut dibuat berdasarkan :
(1) Pekerjaan yang bersifat kontraktual berdasarkan
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian
Pekerjaan.
(2) Pekerjaan yang bersifat swakelola berdasarkan
bukti-bukti pertanggung jawaban
(kwitansi).
d. Pengujian SPP-UP sampai dengan Penerbitan SPM-UP
diselesaikan paling lambat 2
Apabila SPP-UP tidak lengkap dan benar maka PPSPM mengembalikan kepada PPK secara tertulis paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP-UP
tersebut.
f.
Pengujian
SPP-UP
oleh
PPP-SPM
meliputi
PPK
50
tidak
untuk
membiayai
pengeluaran-
Atas
dasar
SPP
yang
diterima,
PPP-SPM
menerbitkan SPM.
i.
j.
k.
tersebut
telah
tercatat
sebagai
Setiap
Satker
dapat
pengeluaran-pengeluaran
berdasarkan
diberikan
UP
belanja
untuk
barang
51
(4)
Mesin
(11) 5351
Belanja
Pemeliharaan
yang
Dikapitalisasi
(12) 5361
m.
diberikan
UP,
maksimal
Rp.
52
diberikan
UP,
maksimal
Rp. 900.000.000,-
klasifikasi
belanja
yang
Rp.
o.
p.
53
untuk
klasifikasi
belanja
yang
wilayah
pembayaran
KPPN
bersangkutan.
(2)Permintaan TUP diatas Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja
yang diperbolehkan diberi UP harus mendapat
dispensasi
dari
Kepala
Kanwil
Ditjen
Perbendaharaan.
q.
54
Kepala
KPPN/Kepala
Kanwil
Dirjen
(2)
(3)
Tidak
untuk
membiayai
pengeluaran
yang
55
dan
salinan
rekening
koran
Bendahara
dan
anggaran
meneliti
dengan
melakukan
kelengkapan
bukti-bukti
2)
56
3)
4)
5)
Pengujian SPP-GUP sampai dengan penerbitan SPMGUP oleh PP-SPM diselesaikan paling lambat 4 (empat)
hari kerja setelah SPP-GUP beserta dokumen pendukung
diterima secara lengkap dan benar.
6)
7)
57
8)
4)
yang
telah
susulan/kekurangan
dilegalisir
gaji/gaji
oleh
KPA
terusan/uang
/gaji
duka
58
perhitungan
lembur
yang
perhitungan
honor/vakasi
yang
59
d.
e.
PPK menerbitkan SPP-LS dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah
dokumen pendukung diterima lengkap dan benar dari
PPABP.
f.
PPK
menyampaikan
SPP-LS
beserta
dokumen
h.
i.
60
PPK menguji tagihan dan dokumen pendukung SPPLS, apabila tidak lengkap dan benar maka PPK
mengembalikan kepada penerima hak secara tertulis
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
surat tagih tersebut.
c) PPK menerbitkan SPP-LS dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen
pendukung diterima lengkap dan benar dari penerima
hak.
d)
PPK
menyampaikan
SPP-LS
beserta
dokumen
e)
61
h)
yang
mencantumkan
nomor
rekening rekanan;
(2) Surat
pernyataan
Pejabat
PPK
penetapan rekanan;
(3) Berita acara penyelesaian pekerjaan;
(4) Berita acara serah terima pekerjaan;
(5) Berita acara pembayaran;
(6) Kwitansi yang disetujui oleh PPK;
mengenai
(7) Faktur
62
pajak
beserta
SSP
yang
telah
Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrakkontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;
63
(3)
belanja
perjalanan
dinas
harus
dilakukan
oleh
Bendahara
64
daftar
realisasi
pendapatan
dan
kebutuhan
memperhatikan
riil
maksimum
satu
tahun
dengan
pencairan
(MP).
yang
( PPP x JS ) JPS
MP
PPP
proporsi
JS
pendapatan
jumlah setoran
JPS
pagu
pengeluaran
terhadap
d)
65
e)
f)
g)
b.
yang
dilakukan
secara
swakelola
dan
66
Bendahara
yang
akan
digunakan
untuk
ke
masing-masing
koordinator
honorarium,
pembayaran,
dan/atau
dan/atau
rencana
rencana
pembelian
lainnya,
dan/atau
daftar
Pengajuan
pekerjaan
kebutuhan
oleh
uang
koordinator
operasional
pekerjaan/sub
67
(4)
Formulir
kebutuhan
pekerjaan
yang
uang
sudah
operasional
disetujui
dan
(6)
Formulir
kebutuhan
pekerjaan
disampaikan
kembali
Pengeluaran
untuk
uang
ke
operasional
Bendahara
diberikan
uang
Pertanggungjawaban
Uang
Operasional
Pekerjaan
f.
68
g.
h.
bukti
pembayaran
lainnya
harus
69
2) Pembayaran Langsung
Kelengkapan pembayaran untuk pengadaan barang/jasa
(pihak II),
berikut :
a.
K
ontrak/SPK yang mencantumkan nomor rekening
rekanan;
70
b.
S
urat pernyataan PPK mengenai penetapan rekanan;
c.
B
erita acara penyelesaian pekerjaan:
d.
B
erita acara serah terima pekerjaan;
e.
Berita acara pembayaran;
f.
K
witansi yang disetujui oleh PPK;
g.
F
aktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani
wajib pajak;
h.
J
aminan
bank
atau
yang
dipersamakan
yang
D
okumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrakkontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;
j.
F
aktur barang
71
Diagram Alir
Pembayaran Secara Langsung (LS)
5.
72
Verifikasi
a. Prinsip Verifikasi
Dalam melakukan verifikasi hal-hal yang harus diperhatikan :
1)
73
Tujuan Anggaran
(a)Tujuan pengeluaran yang ditetapkan sesuai sasaran yang
hendak dicapai sebagaimana dituangkan dalam
DIPA/ROP.
(b)Pelaksanaan anggaran harus dilaksanakan secara hemat,
tidak mewah dan efisien.
(c)Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan dengan
program kerja (jadwal kegiatan). Sehingga hasil yang
akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan,
terpenuhi kuantitas dan kualitasnya.
(d)Penggunaan produksi dalam negeri sepanjang telah
memenuhi persyaratan teknis.
2)
Hak Pembayaran
(a)Hak menguasai Anggaran :
Setiap tagihan kepada Negara, harus didasarkan
kepada perintah (tindakan) yang menguasai anggaran,
yaitu,
KPA/PPK
sebagai
penerima
kuasa
dari
telah
74
menyerahkan
perintah/permintaan
barang/jasa
KPA/PPK
Satker
sesuai
yang
bersangkutan.
(c)Hak yang menimbulkan Pembayaran
Menimbulkan pembayaran, artinya bahwa hak tagih
dari orang/rekanan telah timbul, dengan kondisi
dimana kewajiban-kewajiban yang diminta oleh
KPA/PPK telah dilaksanakan dan diserahkan serta
diterima oleh petugas/pejabat yang ditunjuk.
3)
KPA/PPK
tidak
boleh
mengadakan
(pengeluaran),
penagihan/pengadaannya,
pelaksanaan
pembayaran
baik
penyelesaian
harus
sesuai
cara
serta
dengan
b. Verifikasi
75
Internal
oleh
KPA/Pejabat
Penguji
dan
Penandatangan SPM
Untuk melaksanakan verifikasi internal Satker, KPA berwenang
:
1)
2)
Meneliti
kebenaran
dokumen
persyaratan/kelengkapan
yang
sehubungan
menjadi
dengan
4)
5)
76
oleh Bendahara
3)
Bukti
pengeluaran
terdiri
dari
dokumen
sumber
sedangkan
untuk
kebenaran
bukti
kwitansi, meliputi :
(1)
77
(2)
(3)
(4)
5)
Dokumen Pendukung
Dokumen
pendukung
merupakan
dokumen
yang
jasa.
Sebagai
contoh
misalnya
untuk
jenis
berupa
Surat
Keputusan
tentang
besarnya
Revisi
Anggaran
Revisi anggaran dapat dilakukan sehubungan dengan adanya
perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan dan perubahan DIPA.
78
12
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
mengurangi/merelokasi
anggaran
belanja
mengikat;
(c) pergeseran Komponen lnput untuk kebutuhan Biaya
Operasional;
(d) pergeseran Komponen Input dalam satu Keluaran
(output)
sepanjang
tidak
menambah
komponen
79
Anggaran
dapat
dilakukan
sepanjang
tidak
b)
c)
d)
e)
b)
c)
80
D.
Pengawasan
1. Pengawasan oleh Atasan Langsung (Unit Kerja)
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung sebenarnya
lebih menekankan pada monitoring rutin yang dilakukan oleh
pimpinan unit kerja terhadap pelaksanaan kegiatan di unit
kerjanya. Monitoring ini dilakukan secara periodik setiap waktu
dengan cara:
a. Mengadakan rapat internal untuk mengetahui output yang
telah dihasilkan beserta progressnya serta kendala yang
dihadapi;
b. Melakukan cross check ke pengelola kegiatan di unit kerja
terkait dengan pelaksanaan tahapan kegiatan dan realisasi
anggaran;
c. Bersama-sama dengan staf memeriksa dokumen yang
terkait dengan pelaksanaan kegiatan.
d. Pengawasan oleh Pengelola Anggaran (Satker)
81
Pejabat
Pemungut
2)
Menandatangani
surat
perjanjian
kerjasama
4)
b.
2)
keyakinan
bahwa
tagihan
tidak
3)
82
4)
c.
Pejabat
Pembuat
Komitmen (PPK).
1)
2)
3)
Meneliti
kebenaran
persyaratan/
dokumen
kelengkapan
yang
sehubungan
menjadi
dengan
5)
6)
7)
Membuat
Laporan
Keuangan
sesuai
dengan
83
d.
Kuasa
Pengguna
Anggaran (KPA).
1)
2)
Melakukan
bimbingan
dan
arahan
terhadap
4)
Membuat
keputusan-keputusan
dan
tindakan-
84
2)
dan
kebijakan
yang
telah
ditetapkan;
3)
4)
Kesesuaian
tertib
administrasi
keuangan
dengan
2)
3)
85
Menjelaskan
program
kerja
Pengawasan
dan
5)
6)
7)
8)
bentuk
Naskah
Hasil
Pengawasan
dan
Pemeriksaan (NHPP);
9)
2)
Survey pendahuluan.
(a) Mengumpulkan
seperti
data/informasi
peraturan
yang
relevan,
perundang-undangan
yang
86
potensi
kelemahan
dan
dan
diprioritaskan
terhadap
program/kegiatan
yang
dapat
memperbaiki
sistem
pengendalian intern.
b)
Program
kerja
pemeriksaan (PKPP).
pengawasan
dan
87
(1) Menetapkan
substansi
pada
obyek
pemeriksaan;
(2) Menetapkan
digunakan
mekanisme
untuk
kerja
yang
melaksanakan
Penanggungjawab/Pengendali Mutu;
(2)
Pengendali Teknis;
(3)
Ketua Tim;
(4)
Anggota Tim.
d)
(b)
Permintaan
bahan-bahan
berupa
data/dokumen/ informasi;
(c)
(d)
Jadwal/lamanya pemeriksaan.
e)
Pelaksanaan
pemeriksaan.
(a)
Pertemuan Awal;
pengawasan
dan
88
Dijelaskan
lingkup
pengawasan
konfirmasi
waktu
dan
hasil
pelaksanaan
pemeriksaan
tindak
lanjut
serta
atas
Pemeriksaan
data/bahan/
dokumen
dokumen/bukti
pertanggungjawaban;
(d)
Melakukan
pengecekan
fisik
pembuktian
untuk
keabsahan
pertanggungjawaban;
(e)
(f)
Penyampaian
draft
Laporan
hasil
89
diperiksa,
serta
obrik
memberikan
(i)
3. Pengawasan Eksternal
a. Pengawasan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK)
1) Berdasarkan
Undang-Undang
Nomor
15
15 Tahun 2006
yang
bebas
dan
mandiri
dalam
kaitannya dengan
sesuai
dengan
pemeriksaan
tugasnya,
BPK
merencanakan
dan
90
Pemerintah,
(f)
melakukan
dengan
Standar
Pemerintah;
b) Pengungkapan yang memadai;
Akuntansi
91
Sistem
Pengendalian
Intern
(SPI);
4) Jenis opini BPK:
a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), diberikan
dengan kondisi:
1)
Laporan
Keuangan
telah
disajikan
dan
Laporan
Keuangan
dapat
Keempat
kriteria yang menjadi kriteriia dalam
penentuan opini dapat dipenuhi;
3)
Semua
koreksi
yang
dapat
mempengaruhi
Hasil reviu
dinyatakan
sependapat
dengan
hasil
92
Laporan
Keuangan
telah
disajikan
dan
sehingga
informasi
Keempat
kriteria kecuali pembatasan ruang lingkup
audit telah dipenuhi;
93
3)
Terdapat
koreksi material yang tidak dilaksanakan
oleh auditee;
4)
Hasil
pemeriksaan auditor lain atas bagian
laporan keuangan entitas yang diberikan
opini tidak dapat direviu oleh auditor BPK
sedangkan nilainya material.
c.
Wajar
Dengan
diberikan dengan
1)
Pengecualian(WDP),
kondisi :
2)
3)
4)
94
dengan
pemeriksa
tidak
standar
pemeriksaan,
dapat
memberikan
digunakan
oleh
para
pengguna
Laporan Keuangan.
2) Terdapat 2 (dua) kriteria yang tidak
dipenuhi yaitu kesesuaian dengan SAP dan
konsistensi pelaksanaan SAP;
3) Terdapat koreksi yang sangat material yang
tidak dilaksanakan oleh auditee.
e.
95
alternatif
untuk
menyakini
oleh
Badan
Pengawasan
Menteri
melakukan
Keuangan, BPKP
pemeriksaan
khusus
96
perundang-undangan
di
bidang
PNBP; dan;
b) melaksanakan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan
PNBP.
2) Ruang lingkup pemeriksaan meliputi:
a) penyelenggaraan catatan akuntansi
yang
berkaitan
dengan
objek
pemeriksaan PNBP;
b) laporan keuangan beserta dokumen
pendukung yang berkaitan dengan
objek pemeriksaan PNBP;
c) transaksi keuangan yang berkaitan
dengan pembayaran dan penyetoran
objek pemeriksaan PNBP.
3) Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan
terhadap Instansi Pemerintah:
a) Bertujuan untuk:
(1)
meni
ngkatkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan PNBP;
(2)
men
guji kepatuhan atas pemenuhan
97
kewajiban
sesuai
dengan
peraturan perundang-undangan di
bidang PNBP; dan;
(3)
mela
ksanakan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan
PNBP.
dan
pertanggungjawaban pemungutan
dan penyetoran PNBP;
(2) penyelenggaraan
pencatatan
akuntansi;
(3) laporan rencana dan realisasi
PNBP;
(4) penggunaan sarana yang tersedia
berkaitan dengan PNBP yang
dikelola Instansi Pemerintah.
98
menyusun
laporan
keuangan
pemerintah
pusat
99
Laporan pemerintah pusat tersebut yang telah diperiksa oleh BPK harus
disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Pelaporan
1. Laporan Realisasi
a.
Realisasi Anggaran RM
Setiap Bulan PPK masing-masing satker menyusun dan
menyampaikan laporan realisasi anggaran kepada KPA yang
meliputi :
Laporan Realisasi Bulanan paling lambat 1 (satu) minggu
setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan dengan format
laporan :
1)
Realisasi Per Fungsi
2)
Realisasi Per Sub Fungsi
3)
Realisasi Per Program
4)
Realisasi Per Kegiatan
5)
Realisasi Per Sub Kegiatan
100
6)
Realisasi Per AKUN Per Belanja
b.
triwulan
III
(Juli,
Agustus,
September)
laporan
keuangan
Menteri Keuangan.
dan
pertanggungjawaban
berupa
menyampaikannya
kepada
101
secara
sinergis
untuk
menghasilkan
anggaran
dan
realisasinya,
sehingga
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran. SIMAKBMN memproses transaksi perolehan, perubahan dan
penghapusan BMN untuk mendukung SAK dalam
rangka menghasilkan Neraca. SIMAK-BMN juga
menghasilkan berbagai laporan, buku-buku serta kartukartu yang memberikan informasi manajerial dalam
pengelolaan BMN.
5)
maka
Laporan
Keuangan
sebelum
102
Tanggung
Jawab
(Statement
of
Responsibility).
6)
7)
b.
Dokumen Pendapatan :
a)
Dokumen
Estimasi
Pendapatan
yang
2)
Dokumen Belanja :
a)
pelaksanaan
dipersamakan;
anggaran
lainnya
yang
103
b)
c.
No
Jenis
Laporan/
1
2
3
4
Bulanan
Periode Pelaporan
Triwulanan Semestera
Tahunan
ADK
LRA
Neraca
ADK
BAR
X
X
X
X
Jenis
Lapor
Bulanan
an/
1
2
ADK
LRA
Nerac
X
X
3
4
5
a
CaLK
ADK
BAR
X
X
Periode Pelaporan
Triwulana Semestera
Tahunan
X
X
X
X
104
Jenis
Laporan/
1
2
3
ADK
LRA
Neraca
ADK
Bulanan
Periode Pelaporan
Triwulanan Semesteran
Tahunan
X
X
X
Jenis
Laporan
1
2
3
4
5
/ ADK
LRA
Neraca
CaLK
ADK
BAR
Bulanan
Periode Pelaporan
Triwulana
Semesteran
Tahunan
n
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Jenis
Laporan/
ADK
Bulanan
Periode Pelaporan
Triwulana
Semesteran
n
Tahunan
1
2
3
4
5
LRA
Neraca
CaLK
ADK
BAR
105
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Jenis
Laporan/
1
2
3
4
Bulanan
ADK
LRA
Neraca
CaLK
ADK
Periode Pelaporan
Triwulanan
Semesteran
X
X
X
X
Tahunan
X
X
X
Jenis
Laporan/
1
2
3
4
ADK
LRA
Neraca
CaLK
ADK
Bulana
Periode Pelaporan
Triwulanan
Semesteran
Tahunan
n
X
X
X
X
d.
106
Menerima
dan
Menyampaikan
dokumen
sumber
transaksi
yang
mendukung
Menerima
dan
Merekam dokumen
sumber.
e)
Mencetak
dan
Melakukan posting
data untuk seluruh transaksi keuangan dan BMN
setiap bulan.
g)
Mencetak
memverifikasi buku besar.
dan
107
h)
Mencetak
dan
Melakukan
rekonsiliasi data dengan KPPN dan menandatangani
Berita Acara Rekonsiliasi dan melakukan perbaikan
data jika terdapat kesalahan pada data UAKPA.
j)
Mencetak Neraca,
Laporan Realisasi Anggaran, dan menyampaikannya
ke UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke
UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat beserta
ADK setiap bulan.
k)
Menyusun Catatan
atas Laporan Keuangan dan menyampaikan ke
UAPPA-W untuk UAKPA Kantor Daerah dan ke
UAPPA-E1 untuk UAKPA Kantor Pusat setiap
semester.
l)
Melakukan
back-
up data.
m)
108
o)
Penundaan
penerbitan
SP2D
dikecualikan
terhadap
SPM
SPM-KP,
penerbitan
SP2D
juga
SPM-KC).
tidak
Penundaan
menggugurkan
laporan
keuangan
yang
telah
109
a)
Menerima
dan memverifikasi laporan keuangan beserta ADK
yang diterima dari UAKPA setiap bulan.
b)
Menggabun
gkan data laporan keuangan dari masing-masing
UAKPA yang berada di bawahnya.
c)
Melakukan
pencocokan hasil penggabungan data BMN dengan
UAPPB-W setiap semester.
d)
Menyampai
kan data laporan keuangan ke Kanwil Ditjen PBN
sebagai bahan rekonsiliasi setiap triwulan.
e)
Melakukan
rekonsiliasi data dengan Kanwil Ditjen PBN,
menandatangani Berita Acara Rekonsiliasi dan
melakukan perbaikan data jika terdapat kesalahan
pada data UAPPA-W.
f)
Mencetak
Neraca,
Laporan
Realisasi
Anggaran,
dan
g)
110
Menyusun
Catatan atas Laporan Keuangan dan menyampaikan
ke UAPPA-E1 setiap semester.
h)
Melakukan
back up data.
i)
UAPPA-W
menyampaikan LRA, Neraca, beserta ADK ke
Kanwil Ditjen PBN setempat setiap tanggal 17 bulan
berikutnya sebagai bahan pembanding, dan setiap
tanggal 17 setelah berakhirnya triwulan yang
bersangkutan sebagai bahan rekonsiliasi data.
j)
Kanwil
Ditjen PBN merekonsiliasi data dari UAPPA-W
dengan data yang diterima dari KPPN setiap
triwulanan.
k)
UAPPA-W
menyampaikan ADK dan laporan keuangan yang
telah direkonsiliasi kepada UAPPA-E1 selambatlambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
3) Tingkat UAPPA-E1
Kegiatan Triwulanan, Semesteran dan Tahunan
a)
M
enerima dan memverifikasi laporan keuangan yang
111
M
elakukan pencocokan data BMN UAPPA-E1 dengan
UAPPB-E1.
c)
M
elakukan penggabungan data laporan keuangan yang
diterima dari UAPPA-W/UAKPA kantor pusat yang
berada dilingkup kerjanya.
d)
M
elakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen. PBN c.q.
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
setiap semester jika diperlukan.
e)
M
encetak Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan
menyampaikan ke UAPA beserta ADK setiap
triwulan.
f)
M
enyusun Catatan atas Laporan Keuangan dan
menyampaikan ke UAPA setiap semester.
g)
M
elakukan back up data.
4) Tingkat UAPA
112
Menerima
dan memverifikasi laporan keuangan yang diterima
dari UAPPA-E1 setiap triwulan.
b)
Menggabun
gkan data laporan keuangan dari UAPPA-E1.
c)
Melakukan
pencocokan data BMN UAPA dengan UAPB.
d)
Melakukan
rekonsiliasi data dengan Ditjen. Akuntansi dan
Pelaporan
Keuangan
setiap
semester,
Mencetak
Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran dan
menyusun Catatan atas Laporan Keuangan setiap
semester dan tahunan.
f)
Membuat
Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SOR).
g)
Melakukan
back up data.
113
h)
Laporan
Keuangan
UAPA
semesteran
beserta
ADK
Laporan
Keuangan UAPA tahunan beserta ADK disampaikan
kepada Menteri keuangan c.q. Dirjen. Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan setelah tahun anggaran berakhir;
j)
Laporan
keuangan tahunan harus disertai Pernyataan Telah
Direviu yang ditandatangani oleh aparat pengawas
intern.
e.
Unit
Organisasi
UAKPA
Terima
Proses dan
Rekonsiliasi
-
Kirim
Waktu
Pengiriman
12
April
114
2XX1
3 hari
UAPPA-W
15
5 hari
20
April
April
2XX1
2XX1
3 hari
UAPPA-E1
23
3 hari
26
April
April
2XX1
2XX1
2 hari
UAPA
28
8 hari
06
April
Mei
2XX1
2XX1
1 hari
Menkeu cq.
07 Mei
Dirjen PBN
2XX1
Terima
Proses
Kirim
dan
Waktu
Pengiriman
Rekons
UAKPA
iliasi
-
10 Juli
2XX1
2 hari
UAPPA-W
12 Juli 2XX1
3 hari
15 Juli
2XX1
2 hari
UAPPA-E1
17 Juli 2XX1
3 hari
20 Juli
2XX1
115
2 hari
UAPA
22 Juli 2XX1
3 hari
25 Juli
22 Juli 2XX1
3 hari
2XX1
25 Juli 2XX1
26 Juli 2XX1
1 hari
Terima
Organisasi
UAKPA
Proses dan
Kirim
Rekonsilias
-
i
-
Waktu
Pengiriman
12 Okt
2XX1
3 hari
UAPPA-W
15 Okt
5 hari
2XX1
20 Okt
2XX1
3 hari
UAPPA-E1
23 Okt
6 hari
2XX1
29 Okt
2XX1
2 hari
UAPA
31 Okt
8 hari
2XX1
08 Nov
2XX1
1 hari
Menkeu cq.
09 Nov
Dirjen PBN
2XX1
116
117
Terima
Proses dan
Kirim
Organisasi
UAKPA
Rekonsiliasi
-
20 Januari
Waktu
Pengiriman
2XX2
3 hari
UAPPA-W
23
6 hari
Januari
29 Januari
2XX2
2XX2
3 hari
UAPPA-E1
02
6 hari
Februari
08 Februari
2XX2
2XX2
2 hari
UAPA
10
17 hari
Tanggal
Februari
terakhir
2XX2
Februari
2XX2
1 atau 2 hari
Menkeu cq.
Tanggal
Dirjen PBN
terakhir
Februari
2XX2
f.
118
risiko
akuntansi
dan
pengendalian,
pengujian
atas
pengujian
respon
catatan
terhadap
dan
keabsahan
keuangan
serta
pengakuan,
informasi
laporan
pengukuran,
dan
menghasilkan
laporan
keuangan
yang
berkualitas
c) Melakukan
perbaikan
dan/atau
koreksi
atas
keuangan,
akuntansi.
bersama-sama
dengan
unit
119
Undang
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;
2.
Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja.
3.
Instruksi
Presiden Nomor
Akuntabilitas
Untu
k mendorong peningkatan
Meli
hat kemajuan penerapan manajemen sector publik yang
berbasis kinerja dalam upaya peningkatan akuntabilitas
kinerja Instansi Pemerintah;
120
3.
Me
mberikan saran perbaikan
yaitu
kinerja
yang
direncanakan,
umpan
pemerintah
balik
secara
perbaikan
berkelanjutan,
manajemen
sehingga
kinerja
terwujud
121
pengukuran,
kualitas
pengukuran,
implementasi pengukuran;
3. Pelaporan kinerja dengan bobot nilai 15, meliputi :
pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja, dan
pemanfaatan informasi kinerja;
4. Evaluasi kinerja dengan bobot nilai 10,
meliputi :
122
NO
Predikat
Nilai
Interprestasi
1.
AA
Absolut
>85-100
Memuaskan
2.
3.
4.
A
B
CC
>75-85
>65-75
>50-65
Sangat Baik
Baik, dan perlu sedikit perbaikan
Cukup baik (memadai), perlu banyak
5.
>30-50
6.
0-30
123
Kemenko Kesra;
(2)
Kemenko Polhukam;
(3)
Kementerian Agama;
(4)
Sekretariat Kabinet;
(5)
Kementerian BUMN;
(6)
Kementerian Kehutanan;
124
125
126
BAB V
TEKNIK PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA (APBD)
A.
Perencanaan
1. Perencanaan APBD
Dalam konteks penyusunan APBD dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah disusun rencana pembangunan daerah sebagai satu
kesatuan
dalam
sistem
perencanaan
pembangunan
nasional.
yang
128
1)
129
2)
3)
4)
5)
6)
Rentra-SKPD
memuat
visi,misi,
tujuan,
strategi
130
Renstra-SKPD
dirumuskan
dalam
bentuk
rencana
kerja
9)
10)
131
data
dan
informasi
yang
akurat
dan
dapat
b)
c)
d)
Keuangan daerah;
e)
f)
g)
Kependudukan;
h)
i)
132
negara
yang
dikelola
oleh
Pemerintah
Pusat
133
b.
c.
d.
e.
Penganggaran
untuk setiap
pengeluaran APBD
harus
g.
134
h.
penjualan
kekayaan
daerah
yang
tidak
dipisahkan;
2) hasil pemanfaatan atau pendaya gunaan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan;
3) jasa giro;
4) pendapatan bunga;
5) tuntutan ganti rugi;
135
Belanja Daerah
a) Belanja
daerah
dipergunakan
dalam
rangka
melindungi
dan
meningkatkan
kualitas
136
kualitas
kehidupan
masyarakat
daerah
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
d) Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk
tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan daerah terdiri dari:
(1) pelayanan umum;
(2) ketertiban dan keamanan;
(3) ekonomi
(4) lingkungan hidup;
(5) perumahan dan fasilitas umum;
(6) kesehatan;
(7) pariwisata dan budaya;
(8) agama;
(9) pendidikan;
(10) perlindungan sosial;
e) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan
disesuaikan dengan urusan pemerintahan
menjadi kewenangan daerah;
yang
137
a.
Pembiayaan Daerah
1)
Penerimaan
pembiayaan
sebagaimana
dimaksud,
mencapai :
2)
3)
4)
5)
Penerimaan pinjaman;
6)
Pengeluaran
138
pembiayaan
sebagaimana
dimaksud,
mencakup :
a)
b)
c)
d)
berpedoman
kepada
RPJP
daerah
dengan
139
penganggaran,
pelaksanaan,
dan
pengawasan.
140
141
disusun
dengan
menggunakan
pendekatan
142
2)
RKA-SKD
memuat
rencana
pendapatan
dan
belanja
serta
143
6. Penetapan APBD
Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD serta prosedural dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
b.
c.
tentang
APBD,
Kepala
Daerah
melaksanakan
e.
f.
144
b.
sebagaimana
dimaksud
diatas
mempunyai
kewenangan:
1) menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
2) menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang
daerah;
3) menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang;
145
pejabat
yang
bertugas
melakukan
bertugas
melakukan
pejabat
yang
pejabat
yang
bertugas
melakukan
kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah
dan
melaksanakan
kebijakan
pengelolaan
keuangan daerah;
2) menyusun rancangan APBD dan ranncangan perubahan
APBD;
146
laporan
keuangan
daerah
dalam
rangka
b)
mengesahkan DPA-SKPD;
c)
d)
memberikan
petunjuk
tekinis
pelaksanaan
f)
memantau
pelaksanaan
penerimaan
dan
mengusahakan
dan
mengatur
i)
menetapkan SPD;
dana
yang
j)
147
k)
melakukan
pembayaran
berdasarkan
menyiapkan
pelaksanaan
pinjaman
dan
n)
o)
p)
q)
r)
melaksanakan
kebijakan
dan
pedoman
148
Raperda
APBD,
perubahan
APBD
dan
laporan
keuangan
daerah
dalam
rangka
b)
c)
d)
e)
melaksanakan
keuangan
daerah
tugas-tugas
lainnya
koordinasi
berdasarkan
pengelolaan
kuasa
yang
149
2)
menyiapkan SPD;
3)
menerbitkan SP2D;
4)
Menyusun RKA-SKPD;
2)
Menyusun DPA-SKPD;
3)
4)
5)
6)
7)
150
8)
9)
10)
11)
Mengawasi
pelaksanaan
angaran
SKPD
yang
dipimpinnya;
12)
13)
14)
unit
kerja
pada
SKPD
selaku
Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran:
1) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat bendahara
penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam
rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD.
151
bertindak
sebagai
pinjaman
atas
152
3) Pejabat
153
penatausahaan
keuangan
SKPD
tidak
boleh
B. Pelaksanaan
1. Azas dan Mekanisme Pelaksanaan APBD
Untuk melaksanakan anggaran dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Dalam pedoman itu terdapat azas umum
pelaksanaan APBD sebagai patokan yang tidak boleh dilanggar
atau merupakan ketentuan yang harus dipatuhi, yaitu:
a. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola
dalam APBD;
b. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau
menerima
pendapatan
daerah
wajib
melaksanakan
154
pengeluaran,
kecuali
ditentukan
lain
oleh
peraturan perundang-undangan;
d. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke
rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;
e. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan
batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja;
f. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika
untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia dalam APBD;
g. Pengeluaran pada huruf (f) dapat dilakukan bila dalam keadaan
darurat
yang
perubahan
selanjutnya
diusulkan
APBD/disampaikan
dalam
dalam
laporan
rancangan
realisasi
anggaran;
h. Kriteria keadaan darurat pada
155
156
2. Anggaran Kas
Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun
rancangan anggaran Kas, selanjutnya dikirimkan kepada PPKD
selaku Bendahara Umum Daerah bersamaan dengan Rancangan
DPA-SKPD untuk mendapatkan pembahasan .
PPKD selaku Bendahara Umum Daerah menyusun anggaran kas
daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup guna
membiayai pengeluaran sesuai rencana penerikan dana yang
tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran
Kas Daerah menurut (1) perkiraan arus kas masuk yang
bersumber dari penerimaan, dan (2) arus Kas keluar yang
digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode.
Adapun mekanisme pengelolaan anggaran Kas Pemerintah
Daerah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
3. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Pada prinsipnya semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui
rekening Kas Umum Daerah, yang harus didukung oleh bukti
yang lengkap dan sah. Setiap SKPD yang memungut pendapatan
daerah wajib mengintensipkan pemungutan pendapatan yang
menjadi wewenang dan tanggungjawabnya sesuai ketentuan
Perda. Dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan daerah,
terutama dalam melakukan pemungutan, maka:
a.
157
b.
c.
158
oleh
pejabat
yang
berwenang
dan
subsidi,
hibah,
bantuan
sosial
danbantuan
159
160
yangtelah
didanai
dari
anggaran
pelaksanaan
pengeluaran
belanja
daerah,
peran
Bendahara sangat penting. Oleh karena itu terdapat kewajibankewajiban tertentu yang perlu diperhatikan terkait hal tersebut
dibawah ini:
a) Bendahara
Pengeluaran
sebagai
wajib
pungut
Pajak
b) Untuk
161
kelancaran
pengguna
pelaksanaan
anggaran/kuasa
tugas
pengguna
SKPD
anggaran
kepada
dapat
2)
3)
162
2)
Untuk
mengesahkan
kembali
DPA-SKPD
Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPALSKPD setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian
sebagai berikut:
(a) sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD
dan/atau belum diterbitkan SP2D atas kegiatan
yangbersangkutan;
(b) sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D dan
(c) SP2D yang belum diuangkan.
4)
163
Dana Cadangan.
Dalam pelaksanaan anggaran pembiayaan daerah persoalan
pembukuan dan penatausahaan dana cadangan diatur sebagai
di bawah ini:
1)
2)
3)
Program
dan
kegiatan
yang
ditetapkan
5)
164
Pemindahbukuan
perintah
pemindabukuan
dilakukan
oleh
kuasa
dengansurat
BUD
atas
persetujuan PPKD;
7)
tersisa
pada
rekening
dana
cadangan,
2)
165
3)
4)
Penatausahaan
pelaksanaan
program
dan
c.
Investasi
Mengenai
ketentuan
investasi
pelaksanaan pembiayaan
dalam
kaitan
dengan
d.
166
2)
3)
4)
167
2)
Apabila
anggaran
APBD/perubahan
APBD
yang
tidak
tersedia
dalam
mencukupi
untuk
maka
Kepala
Daerah
dapat
melakukan
4)
168
5)
6)
7)
8)
2)
Peraturan
Kepala
Daerah
sebagaimana
169
Penyusunan
peraturan
Kepala
Daerah
e.
Piutang Daerah
Untuk melaksanakan tagihan piutang daerah, maka dalam
pengelolaan keuangan daerah diatur hal-hal sebagai berikut:
1)
2)
170
3)
seluruhnya
diselesaikan
sesuai
pada
dengan
saat
jatuh
peraturan
tempo,
perundang-
undangan;
4)
5)
6)
Piutang
daerah
dapat
dihapuskan
dari
Daerah
untuk
jumlah
sampai
dengan
171
9)
172
2)
b.
Perubahan APBD
1)
keadaan,
dibahas
bersama
DPRD
perubahan APBD
tahun
anggaran
yang
3)
173
4)
c.
5)
keadaan darurat;
6)
yang
belum
tersedia
anggarannya
yang
merupakan
kegiatan
normal
dari
aktivitas
e.
174
f.
g.
h.
i.
Realisasi
pengeluaranatas
pendanaan
keadaan
darurat
175
4) bendahara penerimaan/pengeluaran;
5) pejabat
lainnya
yang
ditetapkan
dalam
rangka
pelaksanaan APBD.
Penetapan pejabat di atas, dilakukan sebelum dimulainya
tahun anggaran berkenaan.
c. Penatausahaan Bendahara Penerimaan
1) Penyetoran
176
penerimaan
menyelenggarakan
pada
pembukuan
SKPD
terhadap
wajib
seluruh
penerimaan
menyampaikan
laporan
pada
SKPD
wajib
pertanggungjawaban
Permintaan pembayaran dilakukan melalui penerbitan SPPLS, SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU
2)
177
Pengajuan
SPP-LS
dilampiri
dengan
kelengkapan
pada
SKPD
mengajukan
SPP-UP
kepada
6)
7)
Batas
jumlah
pengajuan
SPP-TU
harus
mendapat
persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincianrincian kebutuhan dan waktu penggunaan.
e. Akuntansi Keuangan Daerah
1) Pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah
daerah
yang
pemerintahan.
mengacu
kepada
standar
akuntansi
2)
178
akuntansi
merupakan
179
2)
neraca;
3)
4)
dan
laporan
keuangan
badan
usaha
milik
daerah/perusahaan daerah.
i. Laporan keuangan pemerintah disampaikan kepada Kepala
Daerah
dalam
rangka
memenuhi
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
j. Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
180
181
2)
belanja
dan
kekeyaan
daerah
wajib
tertentu
sesuai
dengan
peraturan
perundang-
undangan.
3)
tepat
waktu,
diselesaikan
menurut
peraturan
perundang-undangan.
4)
182
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
183
3)
terhadap
perencanaan
barang
kebutuhan,
daerah
yang
penganggaran,
mencakup
pengadaan,
penghapusan,
pemindahtanganan
dan
pengamanan.
4)
184
2)
Neraca;
3)
4)
185
Negara.
dilaksanakan
Terdapat
terhadap
dua
pengelola
jenis
pemeriksaan
keuangan
negara,
yang
yaitu
186
undang-undang
tersebut
diatas,
maka
pengelolaan
norma,
pelaksanaan,
azas,
landasan
penatausahaan,
umum
pelaporan,
dalam
penyusunan,
pengawasan
dan
187
meliputi
pemberian
pedoman,
bimbingan,
pedoman
mencakup
perencanaan
dan
daerah,
pemantauan
dan
evaluasi,
serta
dilaksanakan secara
188
melakukan
pengawasan
terhadap
terhadap
189
menyelenggarakan
kegiatan
BLUD
yang
bersangkutan.
4) Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan
pembinaan teknis dilakukan oleh Kepala SKPD yang
bertanggungjawab
190
atas
bidang
pemerintah
yang
bersangkutan.
5) BLUD dapat memperoleh hibah atau sumbangan dari
masyarakat atau badan lain.
6) Seluruh pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk
membiayai belanja BLUD yang bersangkutan.
191
192
BAB VI
PENERAPAN TEKNIK PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA DALAM ORGANISASI
193
194
mencakup
195
b.
c.
d.
selambat-
Laporan
Keuangan
selambat-lambatnya
tanggal
196
DAFTAR PUSTAKA
Buku
1.
2.
3.
Intermedia, 1992
Sujanto, Beberapa Pengertian Keuangan Negara, Jakarta, Ghalia
4.
Indonesia, 1963
Suparmoko, M. Azasa-asaz Ilmu Keuangan Negara, Yogyakarta,
5.
BPFE, 1982
Subagio, M. Hukum Keuangan Negara R.J. Jakarta Rajawali Press,
6.
1987
Endang Larasati dkk, Materi Pokok Keuangan Negara, Jakarta,
7.
Karunika,
Universitas Terbuka, 1986
Anwar Sulaeman, Pengantar Keuangan Negara dan Daerah, Jakarta
8.
9.
STIAPress, 2000
Yuniadi Soewartoyo, Keuangan Negara, Jakarta STIA-Press, 1999
M. Ikhsan, Keuangan Daerah di Indonesia Jakarta STIA- Press,
10.
2002
Mamesah, J.D. Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta,
11.
Gramedia 1995
Sulaeman Anwar, Manajemen Asset Daerah Jakarta, STIA-Press,
12.
2000
Sistem
Administrasi
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
198
Dokumen
1.
2.
3.
4.