Anda di halaman 1dari 2

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh.

Apabila suatu
larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat
jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut.
Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari
larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut,
temperatur dan sedikit tekanan.
Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dilihat pada peristiwa sederhana yang terjadi pada kehidupan sehari-hari yaitu
kelarutan gula dalam air. Gula yang dilarutkan ke dalam air panas, dan satu lagi ke dalam air dingin, maka gula akan
lebih cepat larut pada air panas karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya. Aplikasi kelarutan dalam
dunia industri adalah pada pembuatan reaktor kimia, pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan integral, selain
itu juga dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul-granul pada industri baja. Oleh karena
aplikasi kelarutan yang bermanfaat dan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan maka praktikum kelarutan
zat padat dalam cairan perlu dilakukan.
4.2 DASAR TEORI
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Cara
menentukan kelarutan suatu zat adalah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian
menimbang zat yang akan dilarutkan misalnya 5 gram. Jumlah zat yang dilarutkan harus dapat diperkirakan agar dapat
membentuk larutan lewat jenuh yang ditandai dengan masih terdapatnya zat yang tidak dapat larut. Setelah dicampur,
dikocok dan didiamkan sampai terbentuk kesetimbangan zat yang tidak larut dengan zat yang larut. Kemudian padatan
yang tidak larut disaring, dikeringkan dan ditimbang, misalnya didapat 1,5 gram. Larutan yang telah disaring itu
mengandung (5-1,5) gram : 3,5 gram/liter, dan dapat dinyatakan dalam mol/liter dengan mencari molnya terlebih dulu
(Syukri, 1999:360).
Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan disebut jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak
dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari ini, disebut larutan tidak jenuh dan bila
lebih disebut lewat jenuh. Zat yang dapat membentuk larutan jenuh, misalnnya natrium tiosulfat (Sukardjo, 1989:141142).
Kelarutan zat padat dalam cairan ditentukan bukan hanya oleh gaya antar molekul diantara zat terlarut dan pelarut
tetapi juga oleh titik lebur dan entalpi peleburan zat terlarut sebagai contoh, hidromatik pada 25C, pada suhu 25C
hidrokarbon aromatik padat fenantrena sangat mudah larut dalam benzena, kelarutan 20,7 persen mol. Kebalikannya,
hidrokarbon aromatik padat antrasena, sebuah isomer fenantrena, hanya bisa larut sedikit dalam benzena 25C,
kelarutannya 0,81 persen mol. Untuk kedua zat terlarut dan benzena pada hakikatnya identik. Walaupun demikian, titiktitik lebur kedua zat terlarut sangat berbeda, fenantrena meleleh pada 100C sedangkan antrasena pada 217C. Secara
umum, dapat diperlihatkan bahwa apabila faktor-faktor lain dibuat konstan, zat terlarut dengan titik lebur lebih tinggi
memiliki kelarutan lebih rendah. Demikian pula, bila faktor-faktor lain dibuat lebih konstan, zat terlarut dengan entalpi
peleburan lebih tinggi memiliki kelarutan lebih rendah (Reid, 1990:373).
Suatu larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut dapat bergeser bila suhu
dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan karena proses pelarutan
bersifat endotermik. Akan tetapi ada zat yang sebaliknya yaitu kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila
suhunya diturunkan yang disebut eksotermik seperti C2(SO4). Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan gas berkurang
bila suhu dinaikkan karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Walaupun suhu suatu zat bisa larut dalam pelarut
cair, tetapi jumlah yang dapat larut selalu terbatas. Batas-batas tersebut disebut kelarutan (Syukri, 1999:52).
Dalam kesetimbangan kelarutan zat padat dalam cairan, kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap. Artinya
konsentrasi-konsentrasi suatu zat dalam suatu larutan akan selalu tetap ada. Jika suatu kesetimbangan terganggu,
misalnya dengan berubahnya temperatur, maka konsentrasi larutan akan berubah. Hal ini dapat dinyatakan dengan
hukum Vant Hoff sebagai berikut:
.(4.1)
diintegralkan
.(4.2)
Dimana: S1 = Kelarutan zat tiap-tiap temperatur (T1)
S2 = Kelarutan zat tiap-tiap temperatur (T2)
H = Panas pelarutan
R = Konstanta gas umum
Umumnya panas pelarutan adalah positif, sehingga menurut Vant Hoff, makin tinggi temperatur, maka makin banyak zat
yang larut. Sedangkan untuk zat yang panas pelarutannya negatif, makin tinggi temperatur, makin berkurang zat yang
dapat larut (Dogra, 1984:170).
Berdasarkan keadaan fasa zat setelah bercampur, maka campuran ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen
ialah campuran yang membentuk satu fasa, yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian
dengan bagian lain didekatnya. Campuran homogen lebih umum disebut larutan. Contohnya air gula dan alkohol dalam

air. Sedangkan campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih. Contohnya air susu dan air
kopi (Syukri, 1999:193).
Apabila zat terlarut dilarutkan dalam pelarut kalor dapat diserap atau dilepas, secara umum kalor reaksi bergantung
pada konsentrasi larutan akhir. Kalor pelarutan integral adalah perubahan entalpi untuk larutan dari 1 mol zat terlarut
dalam n mol pelarut. Bila zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada komplikasi
mengenai ionisasi atau solvasi. Kalor pelarutan dapat hampir sama dengan kalor pelelehan zat terlarut. Dapat dikatakan
bahwa kalor selalu diadsorbsi dalam mengatasi tarikan antara molekul atau ion dari zat terlarut yang padat apabila zat
terlarut dilarutkan. Untuk larutan encer didapatkan bahwa kalor reaksi basa kuat dengan asam kuat tidak tergantung
pada sifat asam dan basa. Ketetapan dari netralisasi kalor ini adalah hasil ionisasi sempurna dari asam dan basa kuat
dan garam yang terbentuk pada netralisasi antara larutan encer dari asam kuat ditambah larutan basa kuat
(Alberty, 1992:112).
Faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur, sifat dari pelarut , dan juga
kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut. Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda satu sama lain.
Kebanyakkan garam-garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam larutan-larutan organik. Air
mempunyai momen dipol besar dan ditarik ke kation dan anion untuk membentuk ion-ion hidrat. Semua ion tanpa
diragukan lagi terhidrasi pada suhu tingkat dalam larutan air, dan energi yang dilepaskan oleh interaksi ion-ion dengan
pelarut mengatasi gaya tarik-menarik yang cenderung untuk menahan ion-ion dalam kristal tidak mempunyai gaya yang
cukup besar bagi pelarut-pelarut organik, untuk itu kelarutannya biasanya kecil daripada dalam air (Underwood,
1999:89).

Anda mungkin juga menyukai