Anda di halaman 1dari 32

AKUNTANSI ASET TETAP

7B STAR
Nama

NPM

Agus Tubels N

144060006321

Akbar Ganiardhi

144060006322

Bayu Cahyono P

144060006324

Fadel Khalif M

144060006330

Hidayah Widyaningrum

144060006332

Sari Hanifah

144060006351

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


TANGERANG SELATAN
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 2
A.

Latar Belakang .............................................................................................. 2

B.

Maksud dan Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

C.

Ruang Lingkup Pembahasan ........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3


A.

DEFINISI DAN KLASIFIKASI ........................................................................ 3


1.

Definisi Aset Tetap..................................................................................... 3

2.

Klasifikasi Aset Tetap................................................................................. 4

B.

Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap ...................................................... 6


1.

Pengakuan Aset Tetap .............................................................................. 6

2.

Pengukuran Aset Tetap ............................................................................. 7

a.

Komponen Biaya........................................................................................ 7

b.

Konstruksi dalam Pengerjaan .................................................................... 9

c.

Pertukaran Aset ......................................................................................... 9

C.

Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap dan Renovasi.................. 9


1.

Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap ..................................... 9

2.

Renovasi Aset Tetap................................................................................ 11

D.

Akuntansi Penyusutan ................................................................................ 13


1.

Pengertian ............................................................................................... 13

2.

Metode..................................................................................................... 14

3.

Pencatatan............................................................................................... 14

E.

Penghentian / Penghapusan Aset Tetap..................................................... 14


1.

Penghentian Penggunaan Aset Tetap ..................................................... 14

2.

Pelepasan Aset Tetap.............................................................................. 15

3.

Aset Tetap Hilang .................................................................................... 17

BAB III KESIMPULAN .............................................................................................. 18


Daftar Pustaka ......................................................................................................... 19
LAMPIRAN................................................................................................................. 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual sudah mulai
diwacanakan sejak tahun 2003. Namun Peraturan mengenai SAP akrual baru diterbitkan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. Ketentuan lebih
lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai
penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Aset tetap tidak akan lepas dalam pembuatan laporan keuangan pemerintah. Sehingga
penyajian aset tetap telah diatur PP 71 tahun 2010. Secara khusus, aset tetap diatur dalam
lampiran PP 71 Tahun 2010 pada Lampiran PSAP 07 tentang akuntansi aset tetap.

B. Maksud dan Tujuan Penulisan


Maksud dari penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui dan memahami
perlakuan akuntansi basis akrual pada aset tetap pemerintah. Dalam makalah juga akan
diuraikan beberapa contoh pembahasan sesuai basis akrual (PP 71 Tahun 2010).

C. Ruang Lingkup Pembahasan


Dengan diterapkannya SAP berbasis Akrual PP 71 Tahun 2010, akan berpengaruh
terhadap penyajian aset tetap pemerintah. Oleh karena itu, akan dibahas lebih lanjut
tentang pengaruh SAP berbasis akrual terhadap penyajian aset tetap pemerintah, baik
dalam pemerintahan pusat maupun daerah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI
1. Definisi Aset Tetap
Berdasarkan PP 71 Tahun 2010 tentang SAP Akrual, aset tetap adalah aset berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau
dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Seringkali aset tetap merupakan bagian utama aset pemerintah
karena aset tetap merupakan aset yang ditujukan untuk operasional pemerintah,
sehingga tidak heran penyajian Aset Tetap dalam Neraca bernilai signifikan. Adapun
Aset Tetap Pemerintah mencakup:
a. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas
lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan kontraktor;
b. Hak atas tanah.
Perlu diperhatikan pula bahwa aset yang dikuasai pemerintah untuk dikonsumsi
tidaklah termasuk ke dalam Aset Tetap. Selain itu terdapat beberapa hal yang
dikecualikan dari aset tetap yaitu:
a. Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative natural
resources); dan
b. Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas
alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui (nonregenerative natural resources).
Hal- hal diatas mengatur mengenai Konsep akuntansi aset tetap. Adapun teknis
pengelolaannya diatur dalam pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah. Aturan yang
terkait pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah yang terbaru adalah Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 2014. Didalamnya diatur mengenai teknis pengelolaan
Barang Milik Negara/ Daerah. Namun makalah ini terbatas hanya pada perlakuan
akuntansi terhadap aset tetap.

2. Klasifikasi Aset Tetap


Aset Tetap dikelompokkan berdasarkan klasifikasi berikut:
a. Tanah;
Merupakan tanah yang dimaksudkan untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. tanah dapat
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua kelompok besar, yaitu (i) tanah
untuk gedung dan bangunan, dan (ii) tanah untuk bukan gedung dan
bangunan, seperti tanah untuk jalan, irigasi, jaringan, tanah lapangan, tanah
hutan, tanah untuk pertanian, dan tanah untuk perkebunan. Pengklasifikasian
tanah ini bukan keharusan, tetapi tergantung pada kebutuhan rincian informasi
yang diperlukan oleh entitas bersangkutan.
b. Peralatan dan Mesin;
Merupakan mesin- mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, inventaris
kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya
lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap pakai. Peralatan dan Mesin dapat
diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, seperti alat perkantoran, komputer,
alat angkutan (darat, air, dan udara), alat komunikasi, alat kedokteran, alatalat berat, alat bengkel, alat olah raga, dan rambu-rambu.
c. Gedung dan Bangunan;
Merupakan gedung dan bangunan yang dimaksudkan untuk dipakai dalam
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Gedung dan
bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan
gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk
keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah. Gedung dan
Bangunan
perkantoran,

dapat

diklasifikasikan

rumah

dinas,

menurut

bangunan

jenisnya,
tempat

seperti
ibadah,

gedung
menara,

monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum.


d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
Merupakan jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah
dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Jalan, irigasi,
dan jaringan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan
jalan, irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud
dimasukkan dalam kelompok Tanah. Sesuai dengan kebutuhan entitas, aset

tetap ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi misalnya jalan, jembatan,
waduk, saluran irigasi, instalasi distribusi air, instalasi pembangkit listrik,
instalasi distribusi listrik, saluran transmisi gas, instalasi distribusi gas,
jaringan telepon, dan sebagainya.
e. Aset Tetap Lainnya;
Merupakan aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan kedalam kelompok
aset tetap diatas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Aset yang termasuk dalam
klasifikasi Aset Tetap Lainnya adalah koleksi perpustakaan/buku dan non
buku, barang bercorak kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan
tanaman. Termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya adalah Aset TetapRenovasi, yaitu biaya renovasi atas aset tetap yang bukan miliknya, dan biaya
partisi suatu ruangan kantor yang bukan miliknya.
f. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Merupakan aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada
tanggal pelaporan keuangan belum selesai seluruhnya. Kontrak konstruksi
dapat meliputi:
1) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
2) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
3) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
pengawasan konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan
value engineering; dan
4) kontrak untuk membongkar/menghancurkan atau merestorasi aset dan
restorasi lingkungan setelah penghancuran aset.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aset tetap yang tidak memenuhi kriteria untuk
operasional pemerintah dan tidak memenuhi definisi aset tetap harus disajikan
dalam pos aset lainnya sesuai nilai tercatatnya.

B. Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap


1. Pengakuan Aset Tetap
Basis akrual pada Akuntansi Pemerintah menurut PP Nomor 71 Tahun 2010
mengakui aset tetap pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan
nilainya dapat diukur secara andal dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Berwujud
b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan
c) Biaya Perolehan aset dapat diukur secara andal
d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas
e) Diperoleh untuk dibangun dengan maksud untuk digunakan
Penentuan suatu aset tetap mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan dilakukan
entitas dengan menilai manfaat masa depan baik secara langsung maupun tidak
langsung yang dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi
pemerintah yang dapat diberikan oleh aset tetap tersebut bagi kegiatan operasional
pemerintah selama lebih dari satu periode anggaran. Manfaat ekonomi tersebut dapat
dipastikan bila entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima resik terkait
pemanfaatan aset tetap tersebut. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika manfaat
dan resik telah diterima entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi, Perolehan aset tetap
tidak dapat diakui. Dengan demikian, pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap
telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya
berpindah.
Pengakuan aset dilakukan secara andal melalui:
a) apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau
penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan
kendaraan bermotor, atau;
b) bila aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih
adanya suatu proses administrasi yang diharuskan maka aset tetap dapat diakui
pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah,
misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat atas nama pemilik
sebelumnya.
Namun dalam praktiknya di lingkungan pemerintahan, aset tetap diakui ketika berita
acara penerimaan barang atau penyelesaian pekerjaan telah ditandatangani oleh pihak
yang terkait.
6

2. Pengukuran Aset Tetap


Pengukuran awal aset tetap dapat dilakukan melalui dua cara sebagai berikut:

Historical Cost
Pengakuan aset tetap menggunakan biaya perolehan apabila aset tetap tersebut
diperoleh dengan cara jual beli dengan pihak ketiga. Biaya yang dimasukkan ke
dalam nilai aset adalah komponen biaya perolehan aset tetap. Biaya perolehan
tersebut terdiri dari harga beli, pajak yang tidak dapat direstitusikan, dan setiap
biaya yang dapat diatribusikan ke aset tersebut untuk membuat aset dalam kondisi
siap digunakan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan diantaranya sebagai
berikut:
1) Biaya persiapan tempat.
2) Biaya pengiriman awal.
3) Biaya pemasangan.
4) Biaya profesional.
5) Biaya Konstruksi.

Fair Value
Pengakuan aset tetap menggunakan biaya wajar pada saat perolehan digunakan
apabila informasi mengenai biaya perolehan tidak tersedia. Pengukuran ini
digunakan pada aset tetap yang diperoleh tidak melalui jual-beli ataupun
dibangun sendiri. Contohnya adalah aset tetap dari donasi, pertukaran, sitaan,
rampasan, dan lain-lain. Selain itu, pengukuran menggunakan nilai wajar
dilakukan pada aset tetap pada saat penyusunan neraca awal entitas tersebut.
Pengukuran aset tetap yang dibangun secara swakelola dilakukan dengan
mengkapitalisasi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung seperti biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,
sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi karena pembangunan aset
tetap tersebut.

a. Komponen Biaya
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, biaya perolehan aset tetap adalah biaya
perolehan yang meliputi harga beli dan biaya lainnya yang relevan dan dijelaskan
mengenai klasifikasi aset tetap.
Berikut adalah perincian mengenai biaya perolehan untuk setiap kategori
klasifikasi aset tetap:
7

1) Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan


mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran,
penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan maupun yang masih harus
dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai
bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua
tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.
2) Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran
yang telah dan yang masih harus dilakukan untuk memperoleh peralatan dan
mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga
pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya
untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut
siap digunakan.
3) Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung
dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga
pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris,
dan pajak.
4) Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya
yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh jalan,
irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan
atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
5) Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh aset
tersebut sampai siap pakai.
6) Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan suatu
komponen biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan
secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi
kerjanya. Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi
serupa tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu
untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
7) Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola ditentukan
menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli.
8

8) Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.

b. Konstruksi dalam Pengerjaan


Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi atau melewati satu
periode anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan
dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset
tersebut selesai dan siap dipakai.

c. Pertukaran Aset
Aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran diukur berdasarkan sifat dari
pertukaran aset tersebut. Bila aset tetap ditukar dengan aset tetap yang tidak
serupa atau aset lainnya, maka biaya diukur berdasarkan nilai wajar aset yang
diperoleh yaitu nilai yang setara dengan nilai tercatat aset yang dilepas dan kas
atau setara kas dan kewajiban lain yang diserahkan atau diterima. Suatu aset
tetap juga dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset yang serupa dan
memiliki manfaat yang serupa dan nilai wajar yang serupa. Dalam keadaan
tersebut biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat atas aset
yang dilepaskan. Nilai wajar aset yang diterima tersebut dapat memberikan
bukti adanya suatu penurunan nilai dari aset yang dilepas. Dalam kondisi
seperti ini, aset yang dilepas harus diturunkan terlebih dahulu nilai bukunya,
sehingga nilai atas aset baru yang diterima dinilai sebagai nilai aset tetap lama
yang sudah diturunkan nilainya tersebut. Terdapatnya aset lain dalam
pertukaran tersebut, misalnya kas atau kewajiban, mengindikasikan bahwa pos
yang dipertukarkan tidak mempunyai nilai yang sama.

C. Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap dan Renovasi


1. Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap
a. Definisi Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap
Pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap dapat berupa biaya pemeliharaan,
biaya

rehabilitasi,

ataupun

biaya

renovasi.

Pengeluaran

yang

dapat

memperpanjang masa manfaat atau meningkatkan kapasitas/mutu/kinerja aset


disebut pengeluaran modal (capital expenditure), sedangkan pengeluaran yang
9

hanya dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset tetap seperti pengeluaran


untuk pemeliharaan, disebut pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).
Perbedaan antara keduanya selain dilihat dari penambahan manfaat aset, juga
dapat dilihat dari besarnya jumlah pengeluaran setelah perolehan aset tersebut.
Untuk itu pemerintah perlu menentukan besarnya biaya/pengeluaran untuk
perolehan aset yang disebut capitalization threshold (nilai satuan minimum
kapitalisasi aset tetap).
b. Pengakuan Pengeluaran Setelah Perolehan Awal
Pengeluaran setelah perolehan awal dapat diakui sebagai pengeluaran modal
(capital expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).
Kapitalisasi setelah perolehan awal aset tetap dilakukan terhadap biaya-biaya lain
yang dikeluarkan setelah pengadaan awal yang dapat memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan kinerja.
Sebaliknya, pengeluaran-pengeluaran yang tidak memperpanjang masa manfaat
atau yang kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomik di masa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan kinerja diperlakukan sebagai beban (expense / revenue expenditure).
c. Pengukuran Pengeluaran Setelah Perolehan Awal
Pengeluaran-pengeluaran yang dikapitalisasi diukur sebesar jumlah biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan
besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja aset yang
bersangkutan. Pengeluaran yang dikapitalisasi dapat berupa pengembangan dan
penggantian utama. Pengembangan ini maksudnya adalah peningkatan aset tetap
karena meningkatnya manfaat aset tetap tersebut. Biaya pengembangan ini akan
menambah harga perolehan aset tetap yang bersangkutan. Sedangkan penggantian
utama adalah memperbaharui bagian aset tetap, di mana biaya penggantian utama
ini akan dikapitalisasi dengan cara mengurangi nilai bagian yang diganti dari
harga aset tetap yang semula dan menambahkan biaya penggantian.

10

Dalam proses kapitalisasi biaya pada aset tetap diterapkan kebijakan mengenai
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap (capitalization threshold) yang
mengatur batas minimum pengeluaran yang dapat ditambahkan ke dalam nilai
tercatat aset tetap. Aset tetap yang nilai perolehannya di bawah Nilai Satuan
Minimum Kapitalisasi Aset Tetap tersebut diakui sebagai beban pada LO
sehingga tidak disajikan dalam neraca (on face). Transaksi tersebut diungkapkan
pada Catatan atas Laporan Keuangan dan dicatat pada Laporan Barang Milik
Negara/Laporan Barang Milik Negara/Daerah.

2. Renovasi Aset Tetap


Suatu satuan kerja (pada K/L atau SKPD) dapat melakukan perbaikan/renovasi aset
tetap yang dimiliki dan/atau dikuasainya. Renovasi dapat dilakukan terhadap semua
barang milik dalam kelompok aset tetap, namun demikian renovasi terhadap akun
tanah dan akun aset tetap lainnya jarang ditemukan. Apabila aset tetap yang dimiliki
dan/atau dikuasai suatu K/L atau SKPD direnovasi dan memenuhi kriteria kapitalisasi
aset tetap, maka renovasi tersebut umumnya dicatat dengan menambah nilai perolehan
aset tetap yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan paragraf 49 PSAP 07, yaitu:
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat
atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam
bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan
pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.

Namun demikian, dalam hal aset tetap yang direnovasi tersebut memenuhi kriteria
kapitalisasi dan bukan milik suatu satker atau SKPD, maka renovasi tersebut dicatat
sebagai aset tetap lainnya. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan renovasi
umumnya adalah belanja modal aset terkait. Biaya perawatan sehari-hari untuk
mempertahankan suatu aset tetap dalam kondisi normalnya, termasuk di dalamnya
pengeluaran untuk suku cadang, merupakan pengeluaran yang substansinya adalah
kegiatan pemeliharaan dan tidak dikapitalisasi meskipun nilainya signifikan (Buletin
Teknis No. 04).
Berdasarkan obyeknya, renovasi aset tetap di lingkungan satuan kerja K/L atau SKPD
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu 1) Renovasi aset tetap milik sendiri; 2)
Renovasi aset tetap bukan milik-dalam lingkup entitas pelaporan; dan 3) Renovasi
aset tetap bukan milik-diluar lingkup entitas pelaporan.
11

a. Renovasi Aset Tetap Milik Sendiri


Renovasi aset tetap milik sendiri merupakan perbaikan aset tetap dilingkungan
satuan kerja pada K/L atau SKPD yang memenuhi syarat kapitalisasi. Renovasi
semacam ini akan dicatat sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait.
Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai
dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum diserahterimakan,
maka akan dicatat sebagai KDP.
b. Renovasi Aset Tetap Bukan Milik-Dalam Lingkup Entitas Pelaporan
Renovasi aset tetap dalam lingkup ini mencakup perbaikan aset tetap bukan milik
suatu satuan kerja atau SKPD yang memenuhi syarat kapitalisasi namun masih
dalam satu entitas pelaporan. Lingkup renovasi jenis ini meliputi:
a) Renovasi aset tetap milik satuan kerja lain dalam satu K/L;
b) Renovasi aset tetap milik satuan kerja K/L lain;
c) Renovasi aset tetap milik UPTD lain dalam satu SKPD; dan
d) Renovasi aset tetap milik SKPD lain.
Renovasi semacam ini, pada satuan kerja yang melakukan renovasi tidak dicatat
sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait karena kepemilikan aset tetap
tersebut ada pada pihak lain. Renovasi tersebut apabila telah selesai dilakukan
sebelum tanggal pelaporan akan dibukukan sebagai aset tetap lainnya-aset
renovasi dan disajikan di neraca sebagai kelompok aset tetap. Apabila sampai
dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai dikerjakan, atau sudah
selesai pengerjaannya namun belum diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai
konstruksi dalam pengerjaan.
Pada akhir tahun anggaran, aset renovasi ini seyogyanya diserahkan pada pemilik.
Mekanisme penyerahannya mengikuti peraturan yang berlaku. Jika dokumen
sumber penyerahan tersebut (sebagaiman dijelaskan pada bab terdahulu) telah
diterbitkan maka aset tetap renovasi tersebut dikeluarkan dari neraca dan satuan
kerja K/L atau SKPD pemilik akan mencatat dan menambahkannya sebagai aset
tetap terkait. Namun apabila sampai dengan akhir periode pelaporan aset renovasi
ini belum juga diserahkan, maka K/L atau SKPD yang melakukan renovasi
terhadap aset tersebut tetap akan mencatat sebagai Aset Tetap Lainnya-Aset
Renovasi.
12

c. Renovasi Aset Tetap Bukan Milik-Diluar Entitas Pelaporan


Renovasi aset tetap dalam lingkup ini mencakup perbaikan aset tetap bukan milik
suatu satuan kerja K/L atau SKPD, di luar entitas pelaporan yang memenuhi
syarat kapitalisasi. Lingkup renovasi jenis ini meliputi:
a) Renovasi aset tetap milik pemerintah lainnya; dan
b) Renovasi aset tetap milik pihak lain, selain pemerintah (swasta, BUMN/D,
yayasan, dan lain-lain).
Renovasi semacam ini, pengakuan dan pelaporannya serupa dengan renovasi aset
bukan milik-dalam lingkup entitas pelaporan sebagaiman butir 2 di atas, yaitu
bahwa pada satuan kerja yang melakukan renovasi tidak dicatat sebagai
penambah nilai perolehan aset tetap terkait karena kepemilikan aset tetap tersebut
ada pada pihak lain. Apabila renovasi aset tersebut telah selesai dilakukan
sebelum tanggal pelaporan, maka transaksi renovasi akan dibukukan sebagai aset
tetap lainnya-aset renovasi dan disajikan di neraca sebagai kelompok aset tetap.
Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai
dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum diserahterimakan,
maka akan dicatat sebagai KDP.
Pada akhir masa perjanjian pinjam pakai atau sewa, aset renovasi ini seyogyanya
diserahkan pada pemilik. Mekanisme penyerahannya mengikuti peraturan yang
berlaku. Jika dokumen sumber penyerahan tersebut (sebagaiman dijelaskan pada
bab terdahulu) telah diterbitkan maka aset tetap renovasi tersebut dikeluarkan dari
neraca dan satuan kerja K/L atau SKPD pemilik akan mencatat dan
menambahkannya sebagai aset tetap terkait.

D. Akuntansi Penyusutan
1. Pengertian
Menurut PSAP 07 tentang Aset Tetap, penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas
nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat
aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui
sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam
laporan operasional.
13

Aset yang digunakan pemerintah memiliki masa manfaat dan kapasitas yang terbatas,
sehingga perlu dilakukan penyusutan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,
seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
Masa manfaat aset tetap yang disusutkan ditinjau secara periodik dan jika terdapat
perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, dapat dilakukan penyesuaian.

2. Metode
Metode dalam penyusutan menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan jasa
(service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Metode penyusutan yang dapat
dipergunakan antara lain:
a) Metode garis lurus (straight line method); atau
b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
c) Metode unit produksi (unit of production method)
Entitas pelaporan menggunakan metode penyusutan untuk jenis aset tetap tertentu
secara konsisten dan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang telah diatur.

3. Pencatatan
Pencatatan penyusutan dilakukan dengan mencatat beban penyusutan pada di debet
dan akumulasi penyusutan di kredit. Beban penyusutan akan muncul dalam laporan
operasional, sedangkan akumulasi penyusutan akan muncul dalam neraca. Jika di
dalam pemerintahan daerah, maka SKPD akan mencatat penyusutan sebagai jurnal
penyesuaian, dan tidak dilakukan pencatatan pada PPKD. Dan akan ditutup dalam
jurnal penutup.

E. Penghentian / Penghapusan Aset Tetap


1. Penghentian Penggunaan Aset Tetap
Aset Tetap diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam mendukung kegiatan
operasional pemerintah atau untuk dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Namun
demikian, pada saatnya suatu aset tetap dapat dihentikan dari penggunaannya.Apabila
suatu aset tetap tidak dapat digunakan karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai
dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai
14

dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir,
maka aset tetap tersebut hakekatnya tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan,
sehingga penggunaannya harus dihentikan.
Aset tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah, dengan kata
lain dihentikan dari penggunaan aktif, maka tidak memenuhi kriteria dan tidak dapat
dikelompokkan sebagai aset tetap. Hal ini sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 79 yang
menyatakan bahwa:
Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset
tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

Pada saat dokumen sumber untuk mengeluarkan aset tetap tersebut dari neraca telah
diperoleh, maka aset tetap yang telah direklasifikasi menjadi aset lainnya tersebut
dikeluarkan dari neraca.
Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya karena tidak lagi
memiliki manfaat ekonomi di masa yang akan datang, seperti rusak berat, maka aset
tetap tersebut dikeluarkan dari neraca. Hal ini sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 77
dan 78 yang menyatakan bahwa:
Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang
akan datang.
Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca
dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya,dikeluarkan dari neraca


pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang pengelolaan BMN/BMD.

2. Pelepasan Aset Tetap


Pelepasan

aset

tetap

dilingkungan

pemerintah

lazim

disebut

sebagai

pemindahtanganan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang


pengelolaan

BMN/BMD,

pemerintah

dapat

melakukan

pemindahtanganan

BMN/BMD yang di dalamnya termasuk aset tetap dengan cara:


a.

dijual;

b.

dipertukarkan;

15

c.

dihibahkan; atau

d.

dijadikan penyertaan modal negara/daerah.

Apabila suatu aset tetap dilepaskan karena dipindahtangankan, maka aset tetap yang
bersangkutan harus dikeluarkan dari neraca. Hal ini sesuai dengan PSAP 07 Paragraf
77 dan 78yang menyatakan bahwa:
Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang
akan datang.
Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca
dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Aset tetap yang dilepaskan melalui penjualan,dikeluarkan dari neraca pada saat
diterbitkan risalah lelang atau dokumen penjualan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Aset tetap yang dihibahkan, dikeluarkan dari neraca pada saat
telah diterbitkan berita acara serah terima hibah oleh entitas sebagai tindak lanjut
persetujuan hibah. Aset tetap yang dipindahtangankan melalui mekanisme penyertaan
modal negara/daerah, dikeluarkan dari neraca pada saat diterbitkan penetapan
penyertaan modal negara/daerah.
Dalam hal pelepasan aset tetap merupakan akibat dari pemindahtanganan dengan cara
dijual atau dipertukarkan sehingga pada saat terjadinya transaksi belum seluruh nilai
buku aset tetap yang bersangkutan habis disusutkan, maka selisih antara harga jual
atau harga pertukarannya dengan nilai buku aset tetap terkait diperlakukan sebagai
surplus/defisit penjualan/pertukaran aset non lancar dan disajikan pada Laporan
Operasional (LO). Penerimaan kas akibat penjualan dibukukan sebagai pendapatan
dan dilaporkan pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Apabila pelepasan suatu aset tetap akibat dari proses pemindahtanganan berupa hibah
atau penyertaan modal negara/daerah, maka akun aset tetap dikurangkan dari
pembukuan sebesar nilai buku dan disisi lain diakui adanya beban hibah, atau diakui
adanya investasi jika menjadi penyertaan modal negara/daerah.

16

3. Aset Tetap Hilang


Aset tetap hilang harus dikeluarkan dari neraca setelah diterbitkannya penetapan oleh
pimpinan entitas yang bersangkutan berdasarkan keterangan dari pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Terhadap aset tetap yang
hilang, sesuai dengan peraturan perundang-undangan perlu dilakukan proses untuk
mengetahui apakah terdapat unsur kelalaian sehingga mengakibatkan adanya tuntutan
ganti rugi.
Aset tetap hilang dikeluarkan dari neraca sebesar nilai buku,dan disisi lain diakui
adanya kerugian aset hilang sebesar jumlah yang sama.

17

BAB III
KESIMPULAN

Aset tetap yang tidak memenuhi kriteria untuk operasional pemerintah dan tidak
memenuhi definisi aset tetap harus disajikan dalam pos aset lainnya sesuai nilai
tercatatnya.

PP Nomor 71 Tahun 2010 mengakui aset tetap pada saat manfaat ekonomi masa depan
dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur secara andal dan memenuhi kriteria.

Biaya perolehan aset tetap adalah biaya perolehan yang meliputi harga beli dan biaya
lainnya yang relevan dan dijelaskan mengenai klasifikasi aset tetap.

Pengeluaran

yang

dapat

memperpanjang

masa

manfaat

atau

meningkatkan

kapasitas/mutu/kinerja aset disebut pengeluaran modal (capital expenditure), sedangkan


pengeluaran yang hanya dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset tetap seperti
pengeluaran untuk pemeliharaan, disebut pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).

Metode Penyusutan yang diakui yaitu : Metode garis lurus (straight line method);,
Metode saldo menurun ganda (double declining balance method), Metode unit produksi
(unit of production method).

Aset tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah, dengan kata lain
dihentikan dari penggunaan aktif, maka tidak memenuhi kriteria dan tidak dapat
dikelompokkan sebagai aset tetap.

18

Daftar Pustaka
Bultek 15 Aset Tetap Akrual
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Sambas, Rosadi dkk. Simulasi Pembukuan Dan Penyusunan LKPD Berbasis Akrual. BPKP

19

LAMPIRAN

1. CARA-CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP


Perolehan aktiva tetap dapat terjadi karena cara:
pembelian (pembayaran sekaligus, pembayaran termin, atau lump-sum),
pertukaran
aset, donasi, swakelola, dan
lain sebagainya.
Untuk
beberapa
aset
tetap
yang
diperoleh
dengan pembelian lumpsum
(gabungan), biaya perolehan dari masing-masing aset tetapnya ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar tiap
aset yang bersangkutan.
Ilustrasi 1: Perolehan aset tetap dengan pembayaran sekaligus
Pada tanggal 2 April 2015 Dinas Pendidikan membeli 10 printer dengan bukti Berita
Acara Serah Terima Barang atas pembelian 10 unit printer seharga Rp700.000,00/unit.
Biaya. Berdasarkan dokumen tersebut fungsi akuntansi mencatat pengakuan aset
tetap dengan jurnal sebagai berikut:
Tgl

Nomor Bukti

Kode
Rekening

Uraian

02-Apr- BAST 05/2015 1.3.2.16.07 Printer


15

Debit

Kredit

7.000.000

2.1.5.03.02 Utang Belanja Modal Peralatan dan


Mesin

7.000.000

Ilustrasi 2: Perolehan aset tetap dengan pembayaran sekaligus (lanjutan)


Tanggal 10 April 2015, PPKD menerbitkan SP2D LS untuk pembayaran
pembelian tersebut terbit. Berdasarkan hal tersebut dicatat pelunasan hutang dan
pengakuan belanja modal dengan jurnal:

Tanggal Nomor Bukti


10-Apr15

SP2D LS
25/2015

Kode
Rekening

Uraian

Debit

2.1.5.03.02 Utang Belanja Modal Peralatan


dan Mesin
3.1.3.01.01
RK PPKD

7.000.000

5.2.2.16.07 Belanja Modal Pengadaan Printer

7.000.000

0.0.0.00.00

Perubahan SAL

Kredit

7.000.000

7.000.000

Ilustrasi 3: Perolehan aset tetap dengan sistem pembayaran termin


Pada tanggal 1 Juli 2015, SKPD membayar uang muka kerja Rp25.000.000,00
untuk membangun garasi/pool. Tanggal 1 September 2015 SKPD membayar termin
pertama Rp50.000.000,00 dengan tingkat penyelesaian 75%. Tanggal 1 November 2015
SKPD membayar termin kedua sebesar Rp20.000.000,00 sekaligus pelunasan yang
disertai dengan dokumen serah terima barang.
Tanggal
1-Jul-15

1-Sep-15

5-Sep-15

Uraian

Debit

Uang Muka Pengadaan Garasi/Pool


RK PPKD
Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung
Garasi/Pool
Perubahan SAL

25.000.000

Konstruksi dalam Pengerjaan


Uang Muka Pengadaan Garasi/Pool
Utang Belanja Modal

50.000.000

Utang Belanja Modal


RK PPKD
Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung
Garasi/Pool
Perubahan SAL

25.000.000

25.000.000
25.000.000
25.000.000

25.000.000
25.000.000

25.000.000
25.000.000
25.000.000

01-Nop-15 Konstruksi dalam Pengerjaan


Utang Belanja Modal

45.000.000

05-Nop-15 Utang Belanja Modal


RK PPKD
Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung
Garasi/Pool
Perubahan SAL

45.000.000

Bangunan Gedung Garasi/Pool


Konstruksi dalam Pengerjaan

Kredit

45.000.000

45.000.000
45.000.000
45.000.000

95.000.000
95.000.000

Ilustrasi 4 Perolehan Aset Tetap secara Gabungan


Dinas Pendidikan membeli secara gabungan sebidang tanas seluas 500 m2 beserta gedung
dua tingkat yang berada di atas tanah tersebut dengan biaya perolehan sebesar
Rp3.200.000.000,00. Berita Acara Serah Terima ditandatangani pada tanggal 7 September
2015. Nilai wajar (harga pasar) tanah di daerah tersebut adalah Rp1.800.000,00/m2.
Sementara itu gedung setipe itu memiliki nilai wajar sebesar Rp2.700.000.000,00
Berdasarkan informasi tersebut, dapat dihitung biaya perolehan dari masing-masing aset,
yaitu:

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pembelian gabungan tersebut adalah
sebagai berikut:

Tanggal

Nomor
Bukti

07-Sep-15 BAST
24/2013

Uraian

Kode
Rekening

Debit

1.3.1.11.04

Tanah Untuk
Kerja/Jasa

Bangunan

1.3.3.01.01

Bangunan Gedung Kantor

Kredit

Tempat 800 Juta

2.1.5.03.01

Utang Belanja Modal Tanah

2.1.5.03.03

Utang Belanja Modal Gedung dan


Bangunan

2.400 Juta
800 Juta
2.400 Juta

Pada tanggal 15 September 2015, diterbitkan SP2D LS untuk pembayaran pembelian


gedung dan tanah tersebut. Jurnal yang dibuat untuk mencatat terbitnya SP2D LS ini
adalah sebagai berikut:

Tanggal
Uraian
15-Sep- Utang Bel anj a Modal Tanah
15

Debit
800.000.000

Kredit

Utang Bel anj a Modal Gedung dan Bangunan

2.400.000.000

RK PPKD

3.200.000.000

(Jurnal LO/Neraca untuk mencatat pelunasan hutang)

Belanja modal Pengadaan Tanah Untuk Bangunan

800.000.000

Tempat Kerja
Belanja modal Pengadaan Bangunan Gedung

2.400.000.000

Kantor
Perubahan SAL

3.200.000.000

(Jurnal LRA untuk mencatat realisasi anggaran)

Ilustrasi 5: Perolehan Aset Tetap dengan Pertukaran Aset


Pada tanggal 4 Maret 2015 Pemda menukarkan gedung kantor dengan tanah milik Pemdes.
Gedung tersebut harga perolehannya adalah Rp1.000.000.000,00 dengan akumulasi
depresiasi Rp600.000.000,00. Nilai wajar gedung yang diserahkan Rp500.000.000. Nilai
tanah milik Pemdes adalah Rp500.000.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:

Tanggal

Uraian

04-Mar-15 Tanah

Debit

Kredit

500.000.000,00

Akumulasi Depresiasi

600.000.000,00

Gedung Kantor

1.000.000.000,00

Surplus Penjualan Aset dan Bangunan

100.000.000,00

Ilustrasi 6: Perolehan Aset Tetap dengan Hibah


Pada tanggal 16 September 2015 perusahaan non pemerintah memberikan
bangunan gedung yang dimilikinya dengan nilai wajar Rp60.000.000,00, untuk digunakan
oleh Pemda tanpa persyaratan apapun. Jurnal yang dilakukan oleh fungsi akuntansi di
PPKD untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut:

Tanggal

Uraian

16-Sep-15 Gedung
Pendapatan Hibah Dari Lembaga Swasta

Debit

Kredit

60.000.000,00
60.000.000,00

2. PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN


Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang
masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang
akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.
Istilah yang lebih populer untuk menyebut penambahan nilai aset tersebut adalah
kapitalisasi.
Penerapan kapitalisasi ditetapkan dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa
kriteria dan/atau suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu untuk
dapat digunakan dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak.

Ilustrasi Kapitalisasi Aset Tetap


Pada tanggal 27 Oktober 2015, Dinas Pendidikan Kota Berkah melakukan renovasi
pada gedung kantor sehingga masa manfaat gedung tersebut bertambah dari 10 tahun
menjadi 15 tahun. Kegiatan renovasi tersebut menghabiskan biaya Rp50.000.000,00
dengan mekanisme pembayaran LS.
Batasan kapitalisasi dalam kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Berkah adalah
sebesar 10% dari nilai perolehan Gedung, sedangkan nilai historis gedung yang tercatat di
neraca adalah sebesar Rp300.000.000,00. Dengan demikian, kegiatan renovasi tersebut
memenuhi persyaratan untuk dikapitalisasi. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah
sebagai berikut:
Tanggal

Uraian

27-Okt-15 Bangunan Gedung Kantor

Debit
50.000.000

RK PPKD
Belanja modal Pengadaan Bangunan Gedung Kantor
Perubahan SAL

Kredit

50.000.000
50.000.000
50.000.000

3. Penghentian Dan Pelepasan Aset Tetap


Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset
secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada lagi manfaat ekonomi
masa yang akan datang.

Penghentian dan pelepasan aset dapat disebabkan karena pemusnahan,


pemindahtanganan, maupun sebab lain seperti terbakar, dicuri, dan sebagainya.
Pencatatan transaksi penghentian dan pelepasan aset tetap dilakukan ketika telah terbit
Surat Keputusan Kepala Daerah tentang Penghapusan Barang Milik Daerah.
Ilustrasi Penghentian Aset Tetap
Pada tanggal 30 Desember 2015, berdasarkan SK Penghapusan Barang Milik
Daerah, Pemda menghapus satu buah sepeda motor karena rusak parah. Sepeda motor
tersebut dibeli pada tanggal 5 Januari 2010 dengan harga
Rp15.000.000,00.
Akumulasi
Penyusutan
hingga
tanggal
30 Desember 2015 tercatat sebesar
Rp12.000.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi penghentian aset tetap ini adalah
sebagai berikut:
Tanggal

Uraian

Debit

30-Des-15 Akumulasi Penyusutan Alat Agktn Darat Bermotor

12.000.000

Defisit Penghentian Aset Peralatan dan Mesin - LO

3.000.000

Kendaraan Bermotor Beroda Dua

Kredit

15.000.000

Penghentian dan Pelepasan Aset: Pemusnahan


Tgl

Uraian

Debit

Kredit

Mencatat perubahan kondisi aset tetap ke kondisi rusak (dicatat oleh SKPD)
XXX

XXX

Aset Lainnya
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap ...

XXX
XXX

Aset Tetap ...

Mencatat penyerahan aset lainnya ke PPKD (dicatat di SKPD)


XXX

XXX

RK PPKD

XXX

Aset Lainnya

Mencatat penerimaan aset lainnya dari SKPD (dicatat oleh PPKD)


XXX

XXX

Aset Lainnya

XXX

RK SKPD

Mencatat penghapusan aset lainnya (dicatat oleh PPKD)


XXX

Defisit Penghentian Aset Lainnya

XXX
XXX

Aset Lainnya

penghentian dan Pelepasan Aset: Pemindatanganan


Tgl

Uraian

Mencatat penyerahan aset tetap ke PPKD (dicatat di SKPD)


XXX RK PPKD
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap ...

Debit

Kredit

XXX
XXX

Aset Tetap ...

XXX

Mencatat penerimaan aset tetap dari SKPD (dicatat oleh PPKD)


XXX Aset Tetap ...
XXX
RK SKPD

XXX

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap ...

XXX

Mencatat penerbitan SK Penghapuasan aset tetap (dicatat oleh PPKD)


XXX Akumulasi Penyusutan Aset Tetap ...
XXX
Aset Lainnya
Aset Tetap ...

XXX
XXX

Mencatat penyerahan aset lainnya kepada pihak lain (dicatat oleh PPKD)
XXX Kas di Kas Daerah/Investasi Jk Panjang
XXX
Aset Lainnya

XXX

Penghentian dan Pelepasan Aset: Hilang


Tanggal

Uraian

Debit

Mencatat perubahan kondisi aset tetap (dicatat di SKPD)


XXX
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap ...
XXX
Defisit Penghentian Aset Lainnya
XXX
Aset Tetap ...

Kredit

XXX

Mencatat penerbitan SK Penghapuasan aset tetap disertai SK TGR (dicatat oleh


XXX

Tagihan Jangka Panjang TGR


Pendapatan TGR

XXX
XXX

4. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)


Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan.
Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika:
1. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan dating berkaitan
dengan aset tersebut akan diperoleh;
2. biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
3. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

PENGAKUAN KDP
Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika:

besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan
dengan aset tersebut akan diperoleh;

biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan

aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

PENGUKURAN KDP-SWAKELOLA
Apabila KDP dikerjakan secara swakelola, maka nilainya adalah:

biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;

biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan
ke konstruksi tersebut; dan

biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi yang


bersangkutan.

PENGUKURAN KDP DIKERJAKAN OLEH KONTRAKTOR


Nilai konstruksi meliputi:
termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat
penyelesaian pekerjaan,
kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung dengan
pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan,
pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan
pelaksanaan kontrak konstruksi.

Ilustrasi 1
Pada tahun 2015 SKPD ABC membangun pasar yang direncanakan selesai dalam
satu tahun 2015. Nilai kontrak bangunan pasar adalah Rp5.000.000.000,00. Pada Bulan
September terjadi bencana alam yang mengakibatkan pembangunan terhenti untuk
beberapa saat. Akibatnya pembangunan gedung pasar tidak dapat selesai pada akhir tahun
2015. Pada tanggal 24 Desember 2015 dilakukan pemeriksaan fisik kemajuan pekerjaan.
Panitia Pemeriksa Barang menyatakan bahwa fisik pekerjaan telah selesai 80% dalam
Berita Acara Pemeriksaan tertanggal 24 Desember 2015. Pada tanggal 27 Desember
2015 PPKD membayar kontraktor secara LS sebesar Rp4.000.000.000,00.
Jurnal

yang dibuat oleh SKPD ABC

untuk

mengakui konstruksi dalam

pengerjaan dan realisasi anggaran pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tanggal

Uraian

24 Des 15 Kontruksi Dalam Pengerjaan Gedung Pasar

Debit
4M

Utang Belanja Modal Gedung dan Bangunan


27 Des 15 Utang Belanja Modal Gedung dan Bangunan
RK PPKD

Kredit

4M
4M
4M

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

4M

Perubahan SAL

4M

Ilustrasi 2:
SKPD ABC membangun stadion dengan dua tahapan yang terpisah untuk tahun
2015 dan 2016.
Pada tanggal 10 November 2015 dilakukan pembayaran oleh PPKD atas
pembangunan tahap pertama gedung stadion dengan senilai Rp5.000.000.000,00 ke
Kontraktor A yang ditandai dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan yang
ditandatangani oleh Pemeriksa Hasil Pekerjaan. Pembangunan tahap kedua dilakukan
pada tahun 2016 oleh Kontraktor B. Pada tanggal 1 Desember tahun 2016 dilakukan serah
terima gedung stadion tersebut dari Kontraktor B dan diikuti dengan pelunasan sebesar
Rp10.000.000.000,00 melalui mekanisme LS pada tanggal 20 Desember 2016. Jurnal
untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut.
Tanggal

Uraian

Pencatatan Aset KDP Tahun 2015


10 Nov 15 Kontruksi Dalam Pengerjaan Stadion
RK PPKD
Belanja Modal Gedung dan Bangunan Gedung Tempat
Olah Raga
Perubahan SAL
Pencatatan Aset KDP Lanjutan dan Aset Stadion Tahun 2016
1 Des 16 Kontruksi Dalam Pengerjaan Stadion
Utang Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Gedung dan Bangunan

Debit
5M

5M
5M
5M

10 M
10 M
15 M
15 M

Konstruksi dalam Pengerjaan Stadion


20 Des 16 Utang Belanja Modal Gedung dan Bangunan
RK PPKD
Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung Tempat
Olah Raga
Perubahan SAL
Ilustrasi 3:

Kredit

10 M
10 M
10 M
10 M

SKPD ABC membangun stadion secara multiyears selama dua tahun (2015 dan
2016) dengan total anggaran Rp5.000.000.000,00 (Rp2.000.000.000,00 untuk tahun
pertama, dan R3.000.000.000,00 untuk tahun kedua). Pekerjaan ini dilakukan oleh satu
kontraktor. Sampai dengan 20 Desember 2015 kontraktor berhasil menyelesaikan 50%
pekerjaan fisik stadion. Tanggal 23 Desember 2015, kontraktor menagih ke SKPD ABC
setelah Panitia Pemeriksa Barang menyatakan bahwa fisik pekerjaan telah selesai 50%
3

dalam Berita Acara Pemeriksaan tertanggal 22 Desember 2015. Pada tanggal 27 Desember
2015
PPKD
membayar
kontraktor
secara
LS
sebesar
Rp2.000.000.000,00.
Pada tanggal 1 Desember tahun 2016 dilakukan serah terima gedung stadion tersebut
dari kontraktor dan diikuti dengan pelunasan sebesar Rp3.000.000.000,00 melalui
mekanisme LS pada tanggal 20 Desember 2016. Jurnal untuk mencatat transaksi ini
adalah sebagai berikut.
Tanggal

Uraian

Debit

Kredit

Jurnal di SKPD ABC untuk mengakui konstruksi dalam pengerjaan pada tahun 2015.
22 Des 15 Kontruksi Dalam Pengerjaan Stadion

2,5 M

Utang Belanja Modal Gedung dan Bangunan


27 Des 15 Utang Belanja Modal Gedung dan Bangunan

2,5 M
2M

RK PPKD

2M

Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Olah


Raga

2M

Perubahan SAL

2M

Jurnal untuk mengakui konstruksi dalam pengerjaan dan pembayaran kepada kontraktor
pada tahun 2016:
1 Des 16 Kontruksi Dalam Pengerjaan Stadion
Utang Belanja Modal Gedung dan Bangunan

2,5 M
2,5 M
5M

Gedung dan Bangunan

5M

Konstruksi dalam Pengerjaan Stadion


20 Des 16 Utang Belanja Modal Gedung dan Bangunan

3M

RK PPKD

3M

Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Olah


Raga Perubahan SAL

3M
3M

Contoh Soal:
1.

Pada tanggal 31 Desember 2015, dilakukan penyusutan untuk gedung dengan


metode garis lurus (straight line method). Gedung dibeli pada tanggal
Januari

2015

dengan

nilai

perolehan

sebesar Rp375.000.000,00. Nilai sisa

sebesar Rp25.000.000,00 dan umur ekonomis gedung adalah 20 tahun. Buatlah jurnal
penyusutannya.

2.

Pada tanggal 31 Desember 2015, dilakukan penyusutan untuk mesin fotokopi


dengan metode saldo menurun ganda (double declining method). Mesin
dibeli

pada

tanggal

Januari

2015

dengan

Rp15.000.000,00. Nilai sisa sebesar Rp1.600.000,00 dan

fotokopi

nilai perolehan sebesar


umur ekonomis mesin

adalah 10 tahun. Buatlah jurnal penyusutannya.


3.

Pada tanggal 31 Desember 2015, dilakukan penyusutan untuk mobil sedan dinas
dengan metode unit produksi. Mobil dibeli pada tanggal 2 Januari 2015 dengan
nilai perolehan sebesar Rp250.000.000,00 dan nilai sisa sebesar Rp10.000.000,00.
Selama tahun 2015, jumlah kilometernya 40.000 dengan masa manfaat total 400.000
kilometer. Buatlah jurnal penyusutannya.

4.

Pada

tanggal

31

Desember

2015,

dilakukan

penyusutan

untuk seperangkat

komputer dengan metode garis lurus (straight line method). Seperangkat komputer
dibeli pada tanggal 1 April 2015 dengan nilai perolehan sebesar Rp100.000.000,00 dan
nilai sisa Rp10.000.000,00. Masa manfaat komputer diestimasikan selama 10 tahun.
Buatlah jurnal penyusutannya.

Anda mungkin juga menyukai