Anda di halaman 1dari 37

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN


NOMOR : PM69TAHUN2013
TENTANG
TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN,
Menimbang

: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 200


Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2009
tentang
Penerbangan,
perlu diatur mengenai tata cara dan
prosedur penetapan tatanan kebandarudaraan dengan
Peraturan Menteri;
b. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM
11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional masih terdapat kekurangan dan belum mengatur
ketentuan terkait rencana induk nasional bandar udara,
sehingga perlu disempurnakan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Menteri Perhubungan tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional;

Mengingat

: 1. Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2009
tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang
Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar
Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5295);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 91 Tahun 2011;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;
1

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun


2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas
Bandar Udara;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TATANAN


KEBANDARUDARAAN NASIONAL.
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan
lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan,
keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas
pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat
perpindahan
intra
dan/atau
antarmoda
serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan
daerah.
2. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sistem
kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan
perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata
ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif
wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan
antarmoda
transportasi,
kelestarian
lingkungan,
keselamatan
dan
keamanan
penerbangan,
serta
keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya.
3. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan
sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas,
naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan
tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi,
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang lainnya.
4. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar
Udara,
angkutan
udara,
navigasi
penerbangan,
keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta
fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
5. Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan
terpenuhinya
persyaratan
keselamatan
dalam
pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar
udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta
fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

6. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang


memberikan perlindungan kepada penerbangan dari
tindakan
melawan
hukum
melalui
keterpaduan
pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan
prosedur.
7. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum
Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi,
yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara
untuk pelayanan umum.
8. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga
pemerintah di bandar udara yang bertindak sebagai
penyelenggara bandar udara yang memberikan jasa
pelayanan kebandarudaraan untuk bandar udara yang
belum diusahakan secara komersial.
9. Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang
diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan untuk
menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap
dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan pelayanan
penerbangan.
10. Menteri adalah
penerbangan.

menteri

yang

membidangi

urusan

Pasal 2
(1) Tatanan kebandarudaraan nasional diwujudkan dalam
rangka penyelenggaraan bandar udara yang andal,
terpadu, efisien, serta mempunyai daya saing global untuk
menunjang pembangunan nasional dan daerah yang
berwawasan Nusantara.
(2) Penyelenggaraan bandar udara yang andal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yaitu bandar udara yang disusun
dalam jaringan dan simpul yang terstruktur, dinamis
dalam memenuhi tuntutan kebutuhan angkutan udara.
(3) Penyelenggaraan bandar udara yang terpadu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yaitu bandar udara yang saling
menunjang dan mengisi peluang dalam satu kesatuan
tatanan kebandarudaraan nasional.
(4) Penyelenggaraan bandar udara yang efisien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yaitu bandar udara yang sesuai
dengan tingkat kebutuhan, tidak saling tumpang tindih
dan tidak terjadi duplikasi dalam melayani kebutuhan
angkutan udara.
(5) Penyelenggaraan bandar udara yang berdaya saing global
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu bandar udara
yang tidak rentan terhadap pengaruh global serta mampu
beradaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan
angkutan udara.
3

(6) Penyelenggaraan bandar udara untuk menunjang


pembangunan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), yaitu bandar udara sebagai pintu gerbang
perekonomian, dalam rangka pemerataan pembangunan
dan keseimbangan pengembangan Indonesia wilayah
barat dan Indonesia wilayah timur.
(7) Penyelenggaraan bandar udara untuk menunjang
pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), yaitu bandar udara sebagai pembuka daerah terisolir,
tertinggal dan mengembangkan potensi industri daerah.
(8) Penyelenggaraan bandar udara yang berwawasan
Nusantara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu
bandar udara yang memandang kesatuan politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan,
dalam rangka mempersatukan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pasal 3
Tatanan kebandarudaraan nasional memuat :
a. peran, fungsi, penggunaan, hierarki,
bandar udara; dan
b. rencana induk nasional bandar udara.

dan

klasifikasi

Pasal 4
Peran bandar udara sebagaimana dalam Pasal 3 huruf a,
sebagai :
a. simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan
hierarkinya;
b. pintu gerbang kegiatan perekonomian;
c. tempat kegiatan alih moda transportasi;
d. pendorong dan penunjang kegiatan industri dan/atau
perdagangan;
e. pembuka
isolasi
daerah,
pengembangan
daerah
perbatasan, dan penanganan bencana; dan
f. prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan
kedaulatan negara.
Pasal 5
(1) Bandar udara sebagai simpul dalam jaringan transportasi
sesuai dengan hierarkinya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf a, yaitu bandar udara dijadikan sebagai titik
pertemuan beberapa jaringan dan rute angkutan udara.
(2) Bandar udara sebagai simpul dalam jaringan transportasi
sesuai dengan hierarkinya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan dengan memperhatikan ketentuan
jaringan dan rute angkutan udara.

Pasal 6
(1) Bandar
udara
sebagai
pintu
gerbang
kegiatan
perekonomian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b, yaitu lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara
dijadikan sebagai pintu gerbang kegiatan perekonomian
dalam upaya pemerataan pembangunan, pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan
nasional dan pembangunan daerah.
(2) Bandar
udara
sebagai
pintu
gerbang
kegiatan
perekonomian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan memperhatikan ketentuan Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota.
Pasal 7
(1) Bandar udara sebagai tempat kegiatan alih moda
transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
c, yaitu sebagai tempat perpindahan moda transportasi
udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya dalam
bentuk interkoneksi antar moda pada simpul transportasi
guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan
yang terpadu dan berkesinambungan.
(2) Bandar udara sebagai tempat kegiatan alih moda
transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan memperhatikan ketentuan Sistem
Transportasi Nasional.
Pasal 8
(1) Bandar udara sebagai pendorong dan penunjang kegiatan
industri dan/atau perdagangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d, yaitu keberadaan bandar udara
dapat memudahkan transportasi ke dan dari wilayah di
sekitarnya dalam rangka pendorong dan penunjang
kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata
dalam menggerakkan dinamika pembangunan nasional,
serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya.
(2) Bandar udara sebagai pendorong dan penunjang kegiatan
industri dan/atau perdagangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan memperhatikan
ketentuan Rencana Pengembangan Ekonomi Nasional.
Pasal 9
(1) Bandar udara sebagai pembuka isolasi daerah,
pengembangan daerah perbatasan, dan penanganan
bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e,
yaitu keberadaan bandar udara diharapkan dapat
membuka daerah terisolir karena kondisi geografis
dan/atau karena sulitnya moda transportasi lain,
5

penghubung
daerah
perbatasan
dalam
rangka
mempertahankan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, serta kemudahan dalam penanganan bencana
alam pada wilayah-wilayah tertentu dan sekitarnya.
(2) Bandar udara sebagai pembuka isolasi daerah,
pengembangan daerah perbatasan, dan penanganan
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan memperhatikan ketentuan tentang Pembangunan
Daerah Tertinggal, ketentuan di bidang pertahanan
negara,
ketentuan
Badan
Nasional
Penanganan
Perbatasan (BNPP) dan ketentuan Badan Nasional
Pengelola Bencana (BNPB).
Pasal 10
(1) Bandar udara sebagai prasarana memperkukuh Wawasan
Nusantara dan kedaulatan negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf f, yaitu titik-titik lokasi bandar udara
di wilayah nusantara saling terhubungkan dalam suatu
jaringan
dan
rute
penerbangan
sehingga
dapat
mempersatukan wilayah untuk kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Bandar udara sebagai prasarana memperkukuh Wawasan
Nusantara dan kedaulatan negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan dengan memperhatikan
ketentuan di bidang pertahanan negara.
Pasal 11
Fungsi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a, merupakan tempat penyelenggaraan kegiatan:
a. pemerintahan dan/atau
b. pengusahaan.
Pasal 12
(1) Bandar udara sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
huruf a, merupakan tempat unit kerja/instansi
pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya
terhadap masyarakat sesuai peraturan perundangundangan.
(2) Unit kerja pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), yaitu unit kerja pemerintah yang membidangi urusan:
a.
b.
c.
d.

pembinaan kegiatan penerbangan;


kepabeanan;
keimigrasian; dan
kekarantinaan.

(3) Pembinaan kegiatan penerbangan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf a, dilaksanakan oleh Otoritas Bandar
Udara.
(4) Fungsi unit kerja pemerintah yang membidangi urusan
kepabeanan,
keimigrasian
dan
kekarantinaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c dan
huruf d dilaksanakan pada bandar udara internasional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
(1) Bandar udara sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan
pengusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
huruf b, merupakan tempat usaha bagi :
a. Unit Penyelenggara Bandar Udara atau Badan Usaha
Bandar Udara;
b. Badan Usaha Angkutan Udara; dan
c. Badan Hukum Indonesia atau perorangan melalui
kerjasama dengan Unit Penyelenggara Bandar Udara
atau Badan Usaha Bandar Udara.
(2) Kegiatan pengusahaan di bandar udara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pelayanan jasa kebandarudaraan; dan
b. pelayanan jasa terkait bandar udara.
Pasal 14
(1) Penggunaan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a, terdiri dari bandar udara internasional
dan bandar udara domestik.
(2) Bandar Udara Internasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani
rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari
dan ke luar negeri.
(3) Bandar Udara Domestik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani rute
penerbangan dalam negeri.
Pasal 15
Penetapan
bandar
dimaksud
dalam
mempertimbangkan:

udara
Pasal

internasional
14
ayat

sebagaimana
(2)
dengan

a.
b.
c.
d.

rencana induk nasional bandar udara;


pertahanan dan keamanan negara;
pertumbuhan dan perkembangan pariwisata;
kepentingan dan kemampuan angkutan udara nasional;
dan
e. pengembangan ekonomi nasional dan perdagangan luar
negeri.
7

Pasal 16
(1) Penetapan bandar udara Internasional ditetapkan oleh
Menteri, setelah berkoordinasi dengan menteri yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang keimigrasian, bidang
kepabeanan, dan bidang kekarantinaan dalam rangka
penempatan unit kerja dan personel.
(2) Untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang bersifat nasional
dan internasional, bandar udara domestik dapat
digunakan untuk melayani penerbangan dari dan ke luar
negeri setelah mendapat persetujuan dari Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut dan tata cara penetapan bandar
udara internasional dan bandar udara domestik dapat
digunakan untuk melayani penerbangan dari dan ke luar
negeri diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal.
Pasal 17
(1) Hierarki bandar udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a, terdiri:
a. bandar udara pengumpul (hub); dan
b. bandar udara pengumpan (spoke).
(2) Bandar udara pengumpul (hub) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, merupakan bandar udara yang
mempunyai cakupan pelayanan yang luas dari berbagai
bandar udara yang melayani penumpang dan/atau kargo
dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan
ekonomi secara nasional atau berbagai provinsi yang
dibedakan menjadi :
a. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan
primer, yaitu bandar udara sebagai salah satu
prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) yang melayani penumpang dengan
jumlah lebih besar atau sama dengan 5.000.000 (lima
juta) orang per tahun;
b. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan
sekunder yaitu bandar udara sebagai salah satu
prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) yang melayani penumpang dengan
jumlah lebih besar dari atau sama dengan 1.000.000
(satu juta) dan lebih kecil dari 5.000.000 (lima juta)
orang per tahun; dan
c. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan
tersier yaitu bandar udara sebagai salah satu
prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
terdekat yang melayani penumpang dengan jumlah
lebih besar dari atau sama dengan 500.000 (lima ratus
ribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang
per tahun.
8

(3) Bandar udara pengumpan (spoke) sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a, merupakan:
a. bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan
dan mempengaruhi perkembangan ekonomi lokal;
b. bandar udara tujuan atau bandar udara penunjang
dari bandar udara pengumpul; dan
c. bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang
pelayanan kegiatan lokal.
Pasal 18
(1) Hierarki bandar udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17, ditetapkan berdasarkan penilaian atas kriteria
sebagai berikut:
a. bandar udara terletak di kota yang merupakan pusat
kegiatan ekonomi;
b. tingkat kepadatan lalu lintas angkutan udara; dan
c. berfungsi untuk menyebarkan penumpang dan kargo
ke bandar udara lain.
(2) Bandar udara terletak di kota yang merupakan pusat
kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, ditunjukkan dengan variabel sebagai berikut:
a. status kota di mana bandar udara tersebut berada
sesuai dengan status yang telah ditetapkan dalam
rencana tata ruang wilayah nasional; dan
b. penggunaan bandar udara.
(3) Tingkat
kepadatan
lalu
lintas
angkutan
udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
ditunjukkan dengan variabel:
a. jumlah penumpang datang berangkat dan transit;
b. jumlah kargo; dan
c. jumlah frekuensi penerbangan.
(4) Fungsi untuk menyebarkan penumpang dan kargo ke
bandar udara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, ditunjukkan dengan variabel :
a. jumlah rute penerbangan dalam negeri;
b. jumlah rute penerbangan luar negeri; dan
c. jumlah rute penerbangan dalam negeri yang menjadi
cakupannya.
Pasal 19
(1) Klasifikasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a terdiri atas beberapa kelas bandar udara
yang ditetapkan berdasarkan kapasitas pelayanan dan
kegiatan operasional bandar udara.

(2) Kapasitas pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan kemampuan bandar udara untuk melayani
jenis
pesawat
udara
terbesar
dan
jumlah
penumpang/barang, meliputi:
1) kode angka (code number), yaitu perhitungan panjang
landas pacu berdasarkan referensi pesawat aeroplane
reference field length (ARFL); dan
2) Kode huruf (code letter), yaitu perhitungan sesuai lebar
sayap dan lebar/jarak roda terluar pesawat.
Pasal 20
Peran, fungsi, penggunaan, hierarki dan klasifikasi bandar
udara sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini
Pasal 21
(1) Rencana induk nasional bandar udara merupakan
pedoman dalam penetapan lokasi, penyusunan rencana
induk, pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan
bandar udara.
(2) Rencana induk nasional bandar udara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), memperhatikan:
a. rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata
ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota;
b. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;
c. potensi sumber daya alam;
d. perkembangan lingkungan strategis, baik nasional
maupun internasional;
e. sistem transportasi nasional;
f. keterpaduan intermoda dan multimoda; dan
g. peran bandar udara.
Pasal 22
Rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang
wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a, yaitu
strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang untuk
kepentingan nasional, keterkaitan antar pulau dan antar
propinsi, keterkaitan antar kawasan/kabupaten/kota.
Pasal 23
Potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b, yaitu
potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah yang
diketahui atau diukur antara lain dengan survei berdasarkan
asal dan tujuan penumpang (origin and destination survey)
dengan memperhatikan keseimbangan antara perkembangan
ekonomi yang mempengaruhi perkembangan pasar atau
perkembangan pasar yang mempengaruhi perkembangan
ekonomi, serta konsekuensi pembiayaan yang ditimbulkan.
10

Pasal 24
Potensi sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) huruf c, yaitu potensi sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan secara efisien dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan.
Pasal 25
Perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun
internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)
huruf d, merupakan perkembangan lingkungan yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Pasal 26
Sistem transportasi nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) huruf e, merupakan tataran transportasi
yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi
jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau,
transportasi penyebrangan, transportasi laut, transportasi
udara, yang membentuk suatu sistem pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani
perpindahan orang dan/atau barang, yang terus berkembang
secara dinamis.
Pasal 27
Keterpaduan intermoda dan multimoda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf f, yaitu keterpaduan
intermoda dan multimoda yang saling menunjang.
Pasal 28
(1) Rencana induk nasional bandar udara merupakan sistem
perencanaan
kebandarudaraan
nasional
yang
menggambarkan:
a. interdependensi;
b. interrelasi; dan
c. sinergi antar unsur; yang meliputi sumber daya alam,
sumber daya manusia, geografis, potensi ekonomi dan
pertahanan keamanan dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
(2) Interdependensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, menggambarkan bahwa antar bandar udara
saling tergantung dan saling mendukung yang cakupan
pelayanannya
bukan
berdasarkan
wilayah
administrasi/kepemerintahan.

11

(3) Interrelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,


menggambarkan bahwa antar bandar udara membentuk
jaringan dari rute penerbangan yang saling berhubungan.
(4) Sinergi antar unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, merupakan sinergi antara sumber daya alam,
sumber daya manusia, geografis, potensi ekonomi dan
pertahanan keamanan dalam rangka mencapai tujuan
nasional, serta saling mengisi dan berkontribusi dalam
bentuk:
a. sumber daya alam potensial yang dikelola secara
maksimal dan dapat dimanfaatkan secara efisien;
b. sumber daya manusia yang dapat diberdayakan
dengan memperhatikan keseimbangan kewenangan
dan kemampuan;
c. pemanfaatan potensi dan pengendalian hambatan
geografis; dan
d. pemanfaatan potensi ekonomi dengan memperhatikan
efisiensi dan efektifitas usaha pencapaiannya dan
pertahanan keamanan nasional.
Pasal 29
Rencana induk nasional bandar udara, memuat:
a. Kebijakan nasional bandar udara; dan
b. Rencana lokasi bandar udara beserta
hierarki, dan klasifikasi bandar udara.

penggunaan,

Pasal 30
Untuk mewujudkan kebijakan nasional bandar udara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a, digunakan
strategi pembangunan, pengoperasian, pendayagunaan, dan
pengembangan bandar udara, dalam bentuk:
a. meningkatkan peran bandar udara dan menyiapkan
kapasitas bandar udara sesuai hierarki bandar udara
dengan memperhatikan tahapan pengembangan dan
pemantapan hierarki bandar udara sebagai bandar udara
pengumpul (hub) dengan skala pelayanan primer,
sekunder, atau tersier dan bandar udara pengumpan
(spoke) yang merupakan bandar udara tujuan atau
penunjang serta merupakan penunjang pelayanan
kegiatan lokal;
b. pada bandar udara pengumpan dengan peran sebagai
pembuka
isolasi
daerah,
pengembangan
daerah
perbatasan, serta prasarana memperkukuh Wawasan
Nusantara, dengan memperhatikan kesinambungan dan
keteraturan (connectivity and regularity) angkutan udara;
c. bandar udara internasional di daerah destinasi pariwisata
dibangun dan dikembangkan sebagai hub dan pintu
gerbang pariwisata nasional, serta bandar udara domestik
di sekitarnya berperan sebagai pendorong dan penunjang
kegiatan pariwisata;
12

d. bandar udara yang terletak di wilayah koridor ekonomi


dikembangkan guna meningkatkan konektivitas ke pusatpusat kegiatan ekonomi;
e. mengendalikan jumlah bandar udara yang terbuka untuk
penerbangan
ke/dari
luar
negeri,
dengan
mempertimbangkan
pertahanan/keamanan
negara,
pertumbuhan/perkembangan pariwisata, kepentingan/
kemampuan
angkutan
udara
nasional
serta
pengembangan ekonomi nasional/perdagangan luar
negeri;
f. meningkatkan standar operasi prosedur bandar udara
untuk memenuhi ketentuan keselamatan operasi bandar
udara, standar teknis dan operasional sesuai klasifikasi
bandar udara; dan
g. pada bandar udara pengumpul primer dengan cakupan
wilayah tertentu yang telah mencapai kapasitas maksimal
dan tidak terdapat kemungkinan untuk dikembangkan
lagi, dilakukan kajian dengan mengembangkan konsep
sistim bandar udara jamak (multiple airport system).
Pasal 31
Rencana pembangunan dan pengembangan bandar udara
untuk mewujudkan kebijakan nasional bandar udara, terdiri
atas:
a. bandar udara pada ibukota provinsi dibangun atau
dikembangkan dengan klasifikasi landas pacu 4D;
b. bandar udara di daerah perbatasan negara dan daerah
lokasi bencana dan daerah rawan bencana dibangun atau
dikembangkan dengan klasifikasi landas pacu 3C untuk
dapat melayani pesawat Hercules C-130 dan pesawat
berpenumpang 50 orang; dan
c. bandar udara di daerah terisolasi dan di daerah provinsi
kepulauan
dibangun
atau
dikembangkan
dengan
klasifikasi landas pacu 2C untuk dapat melayani
penerbangan perintis dengan pesawat berpenumpang 25
orang.
Pasal 32
(1) Pengembangan Bandar Udara
dilaksanakan sesuai
dengan rencana induk Bandar Udara yang telah
ditetapkan dalam penetapan lokasi Bandar Udara.
(2) Pengembangan bandar udara dilaksanakan dengan
memperhatikan kriteria indikasi awal didasarkan atas
tingkat utilisasi operasional.
(3) Tingkat utilisasi operasional sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. fasilitas sisi udara; dan
b. fasilitas sisi darat.

13

Pasal 33
Kebijakan nasional bandar udara dalam pembangunan,
pengembangan, pengoperasian dan pendayagunaan bandar
udara serta rencana lokasi bandar udara beserta
penggunaan, hierarki, dan klasifikasi bandar udara, serta
formula perhitungan tingkat utilisasi operasional bandar
udara sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 34
Penetapan lokasi bandar udara diluar rencana lokasi bandar
udara beserta penggunaan, hierarki, dan klasifikasi bandar
udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, harus
memenuhi persyaratan kelayakan akan diatur oleh Menteri
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
Pasal 35
(1) Tatanan Kebandarudaraan Nasional ini berlaku untuk
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan dilakukan
peninjauan ulang apabila terjadi perubahan kondisi
lingkungan strategis atau setiap 5 (lima) tahun.
(2) Perubahan kondisi lingkungan strategis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi bencana yang ditetapkan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
kebijakan nasional yang mengakibatkan perubahan batas
wilayah provinsi.
Pasal 36
Direktur
Jenderal
melakukan
pelaksanaan Peraturan Menteri ini.

pengawasan

terhadap

Pasal 37
Pada saat Peraturan Menteri ini ditetapkan, maka:
a.

b.

Bandar udara internasional yang masuk dalam


perjanjian ASEAN open sky yaitu Bandar Udara
Internasional
Soekarno
Hatta,
Bandar
Udara
Internasional Juanda, Bandar Udara Internasional
Kualanamu, Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah
Rai, dan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
tetap berlaku; dan
Ketentuan terkait penetapan lokasi bandar udara dalam
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun
2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional
dinyatakan tetap berlaku.

14

Pasal 38
Peraturan Menteri
diundangkan.

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Agustus 2013
MENTERI PERHUBUNGAN,
ttd
E.E. MANGINDAAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Agustus 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1046

15

1000'0"E

1100'0"E

Thailand

1300'0"E

1400'0"E

Filipina

Laut Cina Selatan

10

.
!

2
.
!

.
!
.
!

Brunei
Darussalam

!
.
6

.
!

.
!

11

.
!

13
!
.
16
.
!

12

.
!

14
.
!

15

.
!

.
!

23
.
!

.
!

20
.
!

22

.
!

21

18
.
!

Laut Indonesia

.
!

19
.
!

.
!
35

32

25

Malaysia

.
!

.
!

96

27

.
!

34

.
!

33

37

.
!

30

.
!

36

.
!

79

76
.
!

.
!

.
!

81
.
!

84

.
!

82

86
!
.
85

.
!

.
!

.
!

80

94
.
!

87
.
!

83

92

.
!

39

.
!

.
!

40

41

121
.
!

.
!

116

.
!

.
143 !

.
141 !

142
.
!

147

145

113

.
!

.
!

149

119

128

.
!

.
!

234

.
!

.
!

222

230
.
!

.
!

.
!

.
!

132

130
.
!

.
!

131

135
!
.

231

227

.
!

.
!

.
!

235

233

218

!
.

221232

.
!

169

.
!

.
!

.
!

.
!

! 146
.
.
!

125

.
!

225
.
!

140

118

48

.
!

.
!

124 123
.
!
.
!

89 !
.
.
91 !

144

.
!

.
!

224

.
!

223
.
!

.
!

228

.
!

.
!

126

.
!

.
!

162

.
!

168

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

133

.
!

.
!

.
!

167
.
!

202 180

.
!

47

49 !
.

.
!

45

50

.
!

.
!

!
.
51

.
!

54
.
!

52
.
!

55

59 !
.

800

57 !
.

56 !
.

.
!

.
58 !
.
!

km

63
.
!

66
.
!

65
.
!

72
.
!

.
64 !

61

.
!

67

.
!

73

62

.
!

.
!

Laut Indonesia

.
!

71

.
!
.
!

136
!
.

69

68

.
!

203

137

198
185
.
!

160

208

.
!

188

179

.
!

154

138
.
!

Timor Leste

.
!

.
!

216

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

53

161 155
.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!
.
!

.
!

139

.
!

.
!

.
!

214
190
211
217
.
!

.
!

.
!

.
!.
!

.
!

.
!

204

184

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

Laut Banda

120

187

207
209
175177 182
157158
205
196
210 213 153
212 156 .! 170
200
172186
218 189
199
192
151152 178
183
165
173
215
201

195

.
!

127

.
!

236

134
.
!
129

206

.
!

46

.
!

Sistem Grid : Grid Geografis


Datum
: WGS 1984

111

122

.
!

.
!
.
!

1 cm = 139 km

117

.
!

.
!

112
.
!

38
.
!

.
!

148

.
90 !

88 !
.

.
!

115

108

106
.
!
103

.
!

Laut Jawa

114 !
.

.
!

101

110

95

.
!
.
!

75

.
!

105

.
!

.
!

109

97

99

77

.
!

31

42
. 44
43 !
!
. .
!

74

.
!

.
!

.
!

78

93

.
!

98

Laut Sulawesi

100
.107
!
.
!

104
! 102
.
.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

100'0"S

.
!

26

.
!

29

.
!

.
!

28

Singapura

24

.
!

17
!
.

00'0"

.
!

.
!

.
!

.
!

Malaysia

00'0"

.
!

Papua
Nuigini

197
.
!

191

Laut Arafura

60

100'0"S

.
!

1200'0"E

70

Sumber :
1. Aeronautical Information Publication, Direktorat Navigasi Penerbangan Tahun 2006
2. Aerodrome Reference Point Bandar Udara Indonesia,
Direktorat Navigasi Penerbangan Tahun 2008
3. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia Badan Informasi Geospasial Tahun 2008

Australia

1000'0"E

KETERANGAN :

I. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam


1. Sultan Iskandar Muda
2. Cut Nyak Dhien
3. Lasikin
4. Teuku Cut Ali
5. Maimun Saleh
6. Rembele
7. Singkil/Hamzah Fansuri
8. Alas Lauser
9. Kuala Batu
10. Malikul Saleh

V. Provinsi Kepulauan Riau

11. Kualanamu
12. Binaka
13. Sibisa
14. Dr. Ferdinand L. Tobing
15. Aek Godang
16. Silangit
17. Lasondre

32. Sultan Thaha


33. Depati Parbo

III. Provinsi Sumatera Barat

36. S.M. Badaruddin II


37. Silampari

II. Provinsi Sumatera Utara

18. Minangkabau
19. Rokot

IV. Provinsi Riau


20. Sultan Syarif Kasim II
21. Tempuling
22. Japura
23. Pasir Pangaraian
24. Pinang Kampai

25. Hang Nadim


26. RH. Fisabilillah
27. Dabo
28. Ranai
29. Raja Haji Abdullah (Seibati)
VI. Provinsi Bangka Belitung
30. Depati Amir
31. H. AS. Hanandjoeddin
VII. Provinsi Jambi

VIII. Provinsi Bengkulu


34. Fatmawati Soekarno
35. Muko-muko
IX. Provinsi Sumatera Selatan

1100'0"E

XII. Provinsi Banten


42. Soekarno - Hatta
43. Budiarto

XIII. Provinsi DKI Jakarta


44. Halim Perdana Kusuma
XIV. Provinsi Jawa Tengah
45. Adi Sumarmo
46. Ahmad Yani
47. Tunggul Wulung
48. Dewa Daru

XV. Provinsi D.I Yogyakarta


49. Adi Sutjipto
XVI. Provinsi Jawa Timur
50. Juanda
51. Abdul Rachman Saleh
52. Blimbingsari
53. Trunojoyo
54. Noto Hadinegoro

X. Provinsi Lampung

XVII. Provinsi Bali


55. I Gusti Ngurah Rai

XI. Provinsi Jawa Barat


39. Husein Sastranegara
40. Cakrabhuwana
41. Nusawiru

56. Sultan M. Salahuddin


57. Sultan M. Kaharuddin (Brangbiji)
58. Lunyuk
59. Lombok Baru

38. Radin Inten II

XVIII. Provinsi Nusa Tenggara Barat

XIX. Provinsi Nusa Tenggara Timur


60. El Tari
61. frans Seda
62. Umbu Mehang Kunda
63. Komodo
64. H. Hasan Aroeboesman
65. Frans Sales Leda
66. Tambolaka
67. Gewayantana
68. A.A. Bere Tallo (Haliwen)
69. Mali
70. David Constantijn Saudale (Lekunik)
71. Tardamu
72. Soa
73. Wunopito
XX. Provinsi Kalimantan Barat
74. Supadio
75. Rahadi Oesman
76. Pangsuma
77. Nangapinoh
78. Paloh
79. Susilo

XXI. Provinsi Kalimantan Tengah


80. Tjilik Riwut
81. Iskandar
82. H. Asan
83. Sanggu
84. Kuala Pembuang
85. Tumbang Samba
86. Kuala Kurun
87. Beringin

XXII. Provinsi Kalimantan Selatan


88. Syamsuddin Noor
89. Gusti Syamsir Alam
90. Tanjung Warukin
91. Bersujud (Batulicin)
XXIII. Provinsi Kalimantan Timur
92. Sepinggan
93. Juwata
94. Kotabangun
95. Kalimarau
96. Yuvai Semaring
97. Tanjung Harapan
98. Long Apung
99. Datah Dawai
100. Nunukan
101. Melak
102. Kol. RA. Bessing (Seluwing)
103. Temindung
104. Long Layu
105. Muara Wahau
106. Tanjung Bara (Sangata)
107. Binuang
XXIV. Provinsi Sulawesi Utara
108. Sam Ratulangi
109. Naha
110. Melonguane
XXV. Provinsi Gorontalo
111. Djalaluddin

1200'0"E

XXVI. Provinsi Sulawesi Tengah


112. Mutiara
113. Syukuran Aminuddin Amir
114. Sultan Bantilan/Lalos
115. Pogogul
116. Kasiguncu

XXVII. Provinsi Sulawesi Barat


117. Tampa Padang

XXVIII. Provinsi Sulawesi Selatan

118. Sultan Hasanuddin


119. Andi Jemma
120. H. Aroepala
121. Seko
122. Rampi
123. Bua/Lagaligo
124. Pongtiku
XXIX. Provinsi Sulawesi Tenggara
125. Haluoleo
126. Beto Ambari
127. Sugimanuru
128. Tanggetada/Sangia Nibandera
129. Matahora
XXX. Provinsi Maluku
130. Pattimura
131. Amahai
132. Namrole
133. Dobo
134. Bandaneira

135. Wahai
136. John Becker
137. Liwur Bunga
138. Olilit
139. Dumatubun
140. Namlea
XXXI. Provinsi Maluku Utara
141. Sultan Babullah
142. Kuabang
143. Gamar Malamo
144. Oesman Sadik
145. Buli
146. Emalamo
147. Pitu
148. Gebe
149. Dofa Benjina Falabisahaya
XXXII. Provinsi Papua
150. Aboy
151. Akimuga
152. Alama
153. Apalapsili
154. Bade
155. Batom
156. Bilai
157. Bilogaii
158. Bilorai
159. Bokondini
160. Bomakia

1300'0"E

161. Tsinga
162. Beoga
163. Borome
164. Dabra
165. Elelim
166. Enarotali
167. Ewer
168. Fawi
169. Frans Kasiepo - Biak
170. Illaga
171. Illu
172. Jila
173. Jita
174. Kamur
175. Karubaga
176. Kebo
177. Kelila
178. Kenyam Nduga
179. Kepi
180. Kimam
181. Kiwirok
182. Kobakma
183. Kokonau
184. Lereh
185. Manggelum
186. Mapnnduma
187. Mararena - Sarmi
188. Mindiptanah
189. Moanamani
190. Molof

191. Mopah - Merauke


192. Mozes Kilangin - Timika
193. Mugi Nduga
194. Mulia
195. Nabire
196. Obano
197. Okaba
198. Oksibil
199. Paro Nduga
200. Potawai
201. Sugapa
202. Senggeh
203. Senggo
204. Sentani - Jayapura
205. Sinak
206. Soedjarwo - Serui
207. Taive II - Tolikara
208. Tanahmerah
209. Kobakma
210. Tiom
211. Ubrub
212. Waghete
213. Wamena
214. Waris
215. Nop Goliat Dekai - Yahukimo
216. Yanirumal
217. Yuruf
218. Aboyaga
219. Numfor
220. Wangbe

1400'0"E

XXXIII. Provinsi Papua Barat

221. Anggi
222. Ayawasi
223. Babo
224. Bintuni
225. DEO Sorong
226. Ijahabra
227. Inanwatan
228. Utarom
229. Kambuaya
230. Kebar
231. Merdey
232. Ransiki
233. Rendani - Manokwari
234. Teminabuan
235. Torea - Fak-fak
236. Wasior
237. Werur

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL
PETA BANDAR UDARA EKSISTING
DI INDONESIA

Lampiran I.A.
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor
: PM 69 TAHUN 2013
Tanggal
: 16 AGUSTUS 2013

MENTERI PERHUBUNGAN
TTD

E.E. MANGINDAAN

Lampiran I.B
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor : PM69Tahun2013
Tanggal : 16Agustus2013

II. TABEL PERAN, FUNGSI, PENGGUNAAN, HIERARKI DAN KLASIFIKASI BANDAR UDARA EKSISTING
PERAN
NO

BANDAR UDARA

KOTA/LOKASI

Simpul

Gerbang
Ekonomi

Alih Moda
Transportasi

Peindag/
Pariwisata

PROPINSI NANGGROE ACEH. D


Sultan Iskandar Muda
Cut Nyak Dhien
Lasikin
Teuku Cut Ali
Maimun Saleh
Rembele
Singkil (Hamzah Fansuri)
Alas Lauser
Kuala Batu
Malikul Saleh

Banda Aceh
Nagan Raya
Sinabang
Tapak Tuan
Sabang
Takengon
Singkil
Kutacane
Blang Pidie
Lhok Seumawe

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

1
2
3
4
5
6
7

PROPINSI SUMATERA UTARA


Kualanamu
Binaka
Sibisa
Dr. Ferdinand L. Tobing
Aek Godang
Silangit
Lasondre

Medan
Gn. Sitoli
Parapat
Sibolga
Padang Sidempuan
Siborong-borong
Pulau-pulau Batu

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9

1
2

PROPINSI SUMATERA BARAT


Minangkabau
Rokot

Padang
Sipora

9
9

9
9

9
9

9
9

1
2
3
4
5

PROPINSI RIAU
Sultan Syarif Kasim II
Tempuling
Japura
Pasir Pangaraian
Pinang Kampai

Pekanbaru
Indragiri Hilir
Rengat
Pasir Pangaraian
Dumai

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

1
2
3
4
5

PROPINSI KEPULAUAN RIAU


Hang Nadim
RH. Fisabilillah
Dabo
Ranai
Seibati (Raja Haji Abdullah)

Batam
Tanjung Pinang
Singkep
Natuna
Tanjung Balai Karimun

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

1
2

PROPINSI BANGKA BELITUNG


Depati Amir
H. AS. Hanandjoeddin

Pangkal Pinang
Tanjung Pandan

9
9

9
9

9
9

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
II

III

IV

VI

FUNGSI

Daerah
Terisolir

Rawan
Bencana

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9

Daerah
Perbatasan

Pengusahaan

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9

Penggunaan

Hierarki

Klasifikasi

Bandar Udara

Bandar Udara

Bandara

Int'l
Dom
Dom
Dom
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4E
3C
3C
2C
3C
2C
2B
3B
2B
2B

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
P
P
P
P
P
P

4E
3C
1B
4C
3C
4C
3C

9
9

9
9

9
9

9
9

Int'l
Dom

PS
P

4D
2B

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P
P

4C
3B
3C
3B
3C

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

Int'l
Int'l
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P
P

4E
4C
2C
4C
2B

9
9

9
9

Dom
Dom

PS
PT

4C
4C

9
9

9
9

9
9

9
9

Pemerintahan

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9

9
9

Wawasan
Nusantara

PERAN
NO

BANDAR UDARA

VII

KOTA/LOKASI

Simpul

Gerbang
Ekonomi

Alih Moda
Transportasi

Peindag/
Pariwisata

Daerah
Terisolir

FUNGSI
Rawan
Bencana

Daerah
Perbatasan

Wawasan
Nusantara

Pemerintahan

Pengusahaan

9
9

9
9

9
9

9
9

9
9

Penggunaan

Hierarki

Klasifikasi

Bandar Udara

Bandar Udara

Bandara

Dom
Dom

PS
P

4C
3C

Dom
Dom

PT
P

4C
3C

Int'l
Dom

PS
P

4D
3C

Dom

PS

4D

1
2

PROPINSI JAMBI
Sultan Thaha
Depati Parbo

Jambi
Kerinci

9
9

9
9

9
9

9
9

1
2

PROPINSI BENGKULU
Fatmawati - Soekarno
Muko-Muko

Bengkulu
Muko-Muko

9
9

9
9

9
9

1
2

PROPINSI SUMATERA SELATAN


S.M. Badaruddin II
Silampari

Palembang
Lubuk Linggau

9
9

9
9

9
9

9
9

9
9

9
9

PROPINSI LAMPUNG
Radin Inten II

Tanjung Karang

1
2
3

PROPINSI JAWA BARAT


Husein Sastranegara
Cakrabhuwana
Nusawiru

Bandung
Cirebon
Ciamis

9
9
9

9
9
9

9
9
9

9
9
9

9
9
9

Int'l
Dom
Dom

PT
P
P

4C
3C
3C

1
2

PROPINSI BANTEN
Soekarno - Hatta
Budiarto

Jakarta
Curug

9
9

9
9

9
9

9
9

9
9

Int'l
Dom

PP
P

4E
3D

PROPINSI DKI JAKARTA


Halim Perdanakusuma

Jakarta

Int'l

4E

1
2
3
4

PROPINSI JAWA TENGAH


Adi Sumarmo
Ahmad Yani
Tunggul Wulung
Dewa Daru

Solo
Semarang
Cilacap
Karimunjawa

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9

Int'l
Int'l
Dom
Dom

PS
PS
P
P

4D
4D
3C
2C

PROPINSI DI. YOGYAKARTA


Adi Sutjipto

Yogyakarta

Int'l

PS

4D

1
2
3
4
5

PROPINSI JAWA TIMUR


Juanda
Abdul Rachman Saleh
Blimbingsari
Trunojoyo
Noto Hadinegoro

Surabaya
Malang
Banyuwangi
Sumenep
Jember

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9

9
9
9
9
9

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
P
P
P
P

4E
4C
3C
2B
3C

PROPINSI BALI
I Gusti Ngurah Rai

Denpasar

Int'l

PP

4E

XVIII
1
2
3
4

PROPINSI NTB
Sultan M. Salahuddin
Brangbiji (Sultan Muh. Kaharuddin)
Lunyuk
Lombok Baru

Bima
Sumbawa Besar
Sumbawa
Lombok Tengah

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

Dom
Dom
Dom
Int'l

P
P
P
PS

3C
3C
2B
4D

XIX

PROPINSI NTT
Eltari
Frans Seda
Umbu Mehang Kunda
Komodo

Kupang
Maumere
Waingapu
Labuhan Bajo

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

Int'l
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P

4D
4C
3C
3C

VIII

IX

XI

XII

XIII

XIV

XV

XVI

XVII

1
2
3
4

PERAN
NO

BANDAR UDARA

KOTA/LOKASI

Simpul

Gerbang
Ekonomi

Alih Moda
Transportasi

Peindag/
Pariwisata

FUNGSI

Daerah
Terisolir

Rawan
Bencana

Wawasan
Nusantara

Pemerintahan

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9

Pengusahaan

Penggunaan

Hierarki

Klasifikasi

Bandar Udara

Bandar Udara

Bandara

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

3C
3C
4C
2C
3B
3C
2C
2B
3B
2C

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P
p
p

4C
3C
3C
2B
1B
3C

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
PT
P
P
P
P
P
P

4D
4C
4C
1B
3C
2B
2B
2B

H. Hasan Aroeboesman
Frans Sales Leda
Tambolaka
Gewayantana
Haliwen (A.A. Bere Tallo)
Mali
Lekunik (David Constantijn Saudele)
Tardamu
Soa
Wunopito

Ende
Ruteng
Waikabubak
Larantuka
Atambua
Alor
Rote
Sabu
Bajawa
Lewoleba

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9

1
2
3
4
5
6

PROPINSI KALIMANTAN BARAT


Supadio
Rahadi Oesman
Pangsuma
Nangapinoh
Paloh
Susilo

Pontianak
Ketapang
Putussibau
Nangapinoh
Sambas
Sintang

9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9

9
9
9

1
2
3
4
5
6
7
8

PROPINSI KALIMANTAN TENGAH


Tjilik Riwut
Iskandar
H. Asan
Sanggu
Kuala Pembuang
Tumbang Samba
Kuala Kurun
Beringin

Palangkaraya
Pangkalan Bun
Sampit
Buntok
Kota Waringin Timur
Tumbang Samba
Kuala Kurun
Muara Teweh

9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9

1
2
3
4

PROPINSI KALIMANTAN SELATAN


Syamsuddin Noor
Gusti Syamsir Alam
Tanjung Warukin
Bersujud

Banjarmasin
Kotabaru
Tanjung Warukin
Batu Licin

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

Dom
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P

4D
3C
3C
3C

XXIII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

PROPINSI KALIMANTAN TIMUR


Sepinggan
Juwata
Kotabangun
Kalimarau
Yuvai Semaring
Tanjung Harapan
Long Apung
Datah Dawai
Nunukan
Melak
Kol. RA. Bessing (Seluwing)
Temindung
Long Layu
Muara Wahau
Tanjung Bara (Sangata)
Binuang

Balikpapan
Tarakan
Kotabangun
Tj. Redep
Longbawan
Tj. Selor
Long Apung
Datah Dawai
Nunukan
Sendawar
Malinau
Samarinda
Long Layu
Muara Wahau
Kutai Timur
Binuang

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

Int'l
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4D
4D
1B
4D
2B
3C
2B
1B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B

XXIV
1
2
3

PROPINSI SULAWESI UTARA


Sam Ratulangi
Naha
Melonguane

Manado
Tahuna
Sangihe Talaud

9
9
9

9
9
9

9
9
9

9
9
9

9
9
9

Int'l
Dom
Dom

PS
P
P

4D
3C
3C

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
XX

XXI

XXII

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

Daerah
Perbatasan

9
9
9
9

9
9

9
9
9
9

9
9

9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9

9
9

9
9

PERAN
NO

BANDAR UDARA

KOTA/LOKASI

Simpul

Gerbang
Ekonomi

Alih Moda
Transportasi

Peindag/
Pariwisata

FUNGSI

Daerah
Terisolir

Rawan
Bencana

Daerah
Perbatasan

Wawasan
Nusantara

Pemerintahan

Pengusahaan

Penggunaan

Hierarki

Klasifikasi

Bandar Udara

Bandar Udara

Bandara

XXV
1

PROPINSI GORONTALO
Djalaluddin

Gorontalo

Dom

4D

XXVI
1
2
3
4
5

PROPINSI SULAWESI TENGAH


Mutiara
Syukuran Aminuddin Amir
Sultan Bantilan (Lalos)
Pogogul
Kasiguncu

Palu
Luwuk
Toli-toli
Buol
Poso

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
P
P
P
P

4D
4C
3C
3B
3C

XXVII
1

PROPINSI SULAWESI BARAT


Tampa Padang

Mamuju

Dom

4C

XXVIII
1
2
3
4
5
6
7

PROPINSI SULAWESI SELATAN


Sultan Hasanuddin
Andi Jemma
H. Aroepala
Seko
Rampi
Bua (Lagaligo)
Pongtiku

Makassar
Masamba
P. Selayar
Seko
Rampi
Luwu
Tana Toraja

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
P
P
P
P
P
P

4D
2B
3B
2B
2B
3C
2C

XXIX
1
2
3
4
5

PROPINSI SULAWESI TENGGARA


Haluoleo
Beto Ambari
Sugimanuru
Tanggetada (Sangia Nibandera)
Matahora

Kendari
Bau-bau
Muna
Kolaka
Wakatobi

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

9
9

9
9
9
9
9

9
9
9
9
9

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
P
P
P
P

4D
3C
3C
2C
3C

XXX
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

PROPINSI MALUKU
Pattimura
Amahai
Namrole
Dobo
Bandaneira
Wahai
John Becker
Liwur Bunga
Olilit
Dumatubun
Namlea

Ambon
Pulau Seram
Pulau Buru
Pulau Aru
Pulau Banda
Pulau Seram
Pulau Kisar
Pulau larat
Saumlaki
Tual
Pulau Buru

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4D
1B
2B
2B
2C
2B
2B
2B
2C
3C
1B

XXXI
1
2
3
4
5
6
7
8
9

PROPINSI MALUKU UTARA


Sultan Babullah
Kuabang
Gamar Malamo
Oesman Sadik
Buli
Emalamo
Pitu
Gebe
Dofa Benjina Falabisahaya

Ternate
Kao
Galela
Labuha
Maba
Sanana
Morotai
Kab. Halmahera Tengah
Mangole, Kab. Kep. Sula

9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
P
P
P
P
P
P
P
P

4C
3C
3C
3C
3C
2B
4C
2C
3D

9
9
9
9
9
9

9
9
9
9

9
9
9
9

9
9

9
9
9
9
9

PERAN
NO

XXXII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
58
56
59
67
69

BANDAR UDARA

PROPINSI PAPUA
Frans Kaisiepo
Sentani
Mopah
Ubrub
Dabra
Yuruf
Molof
Kamur
Kimam
Elelim
Bomakia
Senggeh
Manggelum
Wamena
Kelila
Kiwirok
Bilorai
Bilai
Kebo
Akimuga
Enarotali
Mararena
Tanah Merah
Mulia
Oksibil
Moanamani
Mindip Tanah
Kepi
Kokonau
Bokondini
Okaba
Numfor
Illaga
Illu
Tiom
Ewer
Batom
Bade
Lereh
Karubaga
Obano
Senggo
Mozes Kilangin
Taive II
Yahukimo
Sudjarwo Tj./Ros Bori/Kamanap Baru
Nabire (Douw Aturure)
Waghete
Sinak
Aboyaga
Aboy
Yaniruma
Nop Goliat Dekai
Sugapa
Kobakma
Apalapsili
Kenyam
Mapnduma
Mugi

KOTA/LOKASI

Biak
Jayapura
Merauke
Kab. Keerom
Kab. Mamberamo Raya
Kab. Keerom
Kab. Keerom
Kab. Asmat
Kab. Merauke
Kab. Yalimo
Kab. Boven Digoel
Kab. Keerom
Kab. Boven Digoel
Kab. Jayawijaya
Kab. Mamberamo Raya
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Intan Jaya
Kab. Intan Jaya
Kab. Paniai
Kab. Mimika
Kab. Paniai
Kab. Sarmi
Kab. Boven Digoel
Kab. Puncak Jaya
Kab. Pegunungan Bintang
Nabire
Kab. Boven Digoel
Kab. Mappi
Kab. Mimika
Kab. Jayawijaya
Kab. Merauke
Kab. Biak Numfor
Kab. Puncak
Kab. Puncak Jaya
Kab. Lanni Jaya
Kab. Asmat
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Mappi
Kab. Keerom
Kab. Tolikara
Kab. Paniai
Kab. Mappi
Timika
Kab. Tolikara
Kab. Yahukimo
Serui Kab. Kep. Yapen
Kab. Nabire
Kab. Deiyai
Kab. Puncak Jaya
Kab. Nabire
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Boven Digoel
Kab. Yahukimo
Kab. Intan Jaya
Kab. Membramo Tengah
Kab. Yalimo
Kab. Nduga
Kab. Nduga
Kab. Nduga

FUNGSI

Simpul

Gerbang
Ekonomi

Alih Moda
Transportasi

Peindag/
Pariwisata

Daerah
Terisolir

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9

9
9

Rawan
Bencana

9
9

Daerah
Perbatasan

9
9

9
9
9

9
9

9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9

9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9

9
9

9
9
9
9
9
9

Wawasan
Nusantara

Pemerintahan

Pengusahaan

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

Penggunaan

Hierarki

Klasifikasi

Bandar Udara

Bandar Udara

Bandara

P
PS
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4D
4D
4D
1C
1B
1B
1C
1B
1B
2C
2C
1B
1C
4C
1C
1C
1C
1B
2C
1B
2B
1B
2C
2C
3C
2B
1B
1B
1B
1C
1C
3B
1B
2C
1B
1B
2B
1B
1C
1B
1B
1B
4D
1B
3C
1C
3C
2B
2B
2B
2B
2B
3C
2B
2B
2B
2B
1A
1B

Int'l
Int'l
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PERAN
NO

68
55
57
60
61
62
63
64
65
66
70
71
XXXIII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

BANDAR UDARA

KOTA/LOKASI

Simpul

Gerbang
Ekonomi

Alih Moda
Transportasi

Paro
Fawi
Borome
Beoga
Jila
Jita
Potowai
Bilogai
Tsinga
Alama
Wangbe
Waris/Towehitam

Kab. Nduga
Kab. Puncak Jaya
Borome
Kab. Intan Jaya
Kab. Mimika
Kab. Mimika
Kab. Mimika
Kab. Intan Jaya
Kab. Mimika
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Puncak
Kab. Keerom

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

PROPINSI PAPUA BARAT


Rendani
Domine Eduard Osok
Torea
Bintuni
Babo
Utarom
Wasior
Inanwatan
Teminabuan
Ayawasi
Ijahabra
Merdey
Anggi
Kambuaya
Werur
Kebar
Ransiki

Manokwari
Sorong
Fak-fak
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Kaimana
Kab. Teluk Wondama
Kab. Sorong Selatan
Kab. Sorong Selatan
Kab. Sorong Selatan
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

KETERANGAN :
Int'l = Internasional
Dom = Domestik
PP = Pengumpul Skala Primer
PS = Pengumpul Skala Sekunder
PT = Pengumpul Skala Tersier
P = Pengumpan

Peindag/
Pariwisata

9
9
9

FUNGSI

Daerah
Terisolir

Rawan
Bencana

Daerah
Perbatasan

9
9
9

Wawasan
Nusantara

Pemerintahan

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

Pengusahaan

Penggunaan

Hierarki

Klasifikasi

Bandar Udara

Bandar Udara

Bandara

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

1B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

P
PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4C
4C
3C
1B
3C
3C
1C
1B
1B
2B
1C
1B
1B
1B
1C
2B
2C

MENTERI PERHUBUNGAN
ttd
E.E. MANGINDAAN

1000'0"E

1100'0"E

Filipina

Laut Cina Selatan

.
!

1
.
!

8
.
!

.
!

2
.
!

.
!
.
!

.
!

10

3
.
!

.
!

14

.
!
00'0"

.
!
22

Malaysia

13

. 15
!
.
!
18
.
!
.
!

.
!
32

16

21

.
!

17

.
!

.
!

19

.
!

20
.
!
.
!

30

31 33

.
!

33

.
!

.
!

.
!

28

.
!

.
!
47

44

.
!

45

.
!

.
!

.
!

36

99

.
!

.
!
95

.
!

.
!

41

.
!

49

.
!

.
!
.
!

98
.
!

108
.107
!
.
!

96
.
!

42

111
.
!

103

.
!
106

104

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

126

.
!

.
!

102

120

109
.
!

105
114

.
!

116

.
!

125

.
!
112

.
!

.
!

115
.
!

150
.
!

.
!

.
!

!
.
65

57

54 55
!
.
. !
54 !
.
.
!
56

155
.
!

.
!

.
!

.
!

136

.
!
180
!
.
191

141

144

.
!

153

.
!

190

187
!
.

148

.
!

163

.
!

152

.
!

.
!

186
189

183

.
!

.
!

298 295
.
!

.
!

! 185
.
.
!

.
!

30. Pasir Pangaraian


31. Pinang Kampai
32. Bagan Siapi Api
33. Kep. Meranti / Bengkalis

!
.
63
.
!
64

.
!
. 62
! !
.
66
66

67

.
!

23. Minangkabau
24. Rokot
25. Pasaman Barat
26. Kep. Mentawai

IX. Provinsi Sumatera Selatan


49. S.M. Badaruddin II
50. Silampari
51. Pagar Alam
X. Provinsi Lampung
52. Radin Inten II
53. Pekon Serai

III. Provinsi Sumatera Barat

IV. Provinsi Riau


27. Sultan Syarif Kasim II
28. Tempuling
29. Japura

V. Provinsi Kepulauan Riau


34. Hang Nadim
35. RH. Fisabilillah
36. Dabo
37. Ranai
38. Raja Haji Abdullah (Seibati)
39. Letung
40. Tambelan
VI. Provinsi Bangka Belitung
41. Depati Amir
42. H. AS. Hanandjoeddin
VII. Provinsi Jambi
43. Sultan Thaha
44. Depati Parbo
45. Muara Bungo

VIII. Provinsi Bengkulu


46. Fatmawati Soekarno
47. Muko-muko
48. Enggano

XV. Provinsi D.I Yogyakarta


66. Adi Sutjipto / Kulonprogo
(Yogyakarta Baru)
XVI. Provinsi Jawa Timur
67. Juanda
68. Abdul Rachman Saleh
69. Blimbingsari
70. Trunojoyo
71. Noto Hadinegoro
72. P. Bawean
XVII. Provinsi Bali

73. I Gusti Ngurah Rai


74. Bali Utara

.
!

176

168

.
!

166

.
!

167

.
!

290

289
284

276
294
288
286
292
287

291

.
!

.
!

.
!

177

.
!

223
.
!

.
!

.
!

.
!

278

.
!

279

280

.
!

.
!

282

.
!

.
!

281

161

.
!

.
!

247

238

.
!

273

.
!

.
!

235

!
.
68

.
!

.
!

71
.
!

.
!

74
73

. 78
!

. 76
!
. 77
!

. 75
!

.
!

.
!

82
.
!

85
.
!

84
.
!

!
91.

93
.
!

.
83 !

80

.
!

.
!

92

.
!

81

94 !
.

88

.
!

.
!

90

.
!
.
!

.
!

87

172
.
!

178

179

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!
.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

227

203233

.
!

.
!

199

200

.
!

265

243

.
!

244
218
204
202 214
.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

219

.
!

.
!
.
!

.
!

.
!

173

229

174
.
!

Timor Leste

264

.
!

.
!

.
!

86

.
!

.
!

.
!

69

193

230

.
!

.
!

.
!.
!

.
!

.
!

169

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

175

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

Laut Banda

274 275
196

248

251
198
245
215 231
195
206 251
272201
208 263
232 210 257 224240 226
249
267 197
239 209
205 256
259
260261
217
250
241
268
234
211270 252
269 207
220
254255
236 271
246
216
.
!

170

213

.
!

.
!

.
!

.
!
164

237
.
!

.
!

162165
.
!

192

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

.
!

283

171

.
!

Papua
Nuigini

222
.
!

194

Laut Arafura

79

89

Australia
1100'0"E

XIII. Provinsi DKI Jakarta


61. Halim Perdana Kusuma
XIV. Provinsi Jawa Tengah
62. Adi Sumarmo
63. Ahmad Yani
64. Tunggul Wulung
65. Dewa Daru

293 277

.
!

.
!

154

Laut Indonesia

XII. Provinsi Banten


58. Soekarno - Hatta
59. Budiarto
60. Tanjung Lesung

.
!

70

km

XI. Provinsi Jawa Barat


54. Husein Sastranegara/Majalengka
55. Cakrabhuwana
56. Nusawiru
57. Karawang

296

.
!

1000'0"E

I. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam


1. Sultan Iskandar Muda
2. Cut Nyak Dhien
3. Lasikin
4. Teuku Cut Ali
5. Maimun Saleh
6. Rembele
7. Singkil/Hamzah Fansuri
8. Bireun
9. Blangkejeren
10. Alas Lauser
11. Kuala Batu
12. Malikul Saleh
II. Provinsi Sumatera Utara
13. Kualanamu
14. Binaka
15. Sibisa
16. Dr. Ferdinand L. Tobing
17. Aek Godang
18. Silangit
19. Lasondre
20. Bukit Malintang
21. Teluk Dalam
22. Simalungun

299

297

1. Aeronautical Information Publication, Direktorat Navigasi Penerbangan Tahun 2006


2. Aerodrome Reference Point Bandar Udara Indonesia,
Direktorat Navigasi Penerbangan Tahun 2008
3. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia Badan Informasi Geospasial Tahun 2008

KETERANGAN :

.
!

.
!

160

.
!

.
!

181
!
.
184
.
!

.
!

.
!

158

188
182 .
!

.
!

.
!

800

Sumber :

149

72

.
!

Sistem Grid : Grid Geografis


Datum
: WGS 1984

142

138

140

159 157
.
. !
!

.
!

.
!

147

.
!

146

156

.
!

151

.
!
58
. 61
59 !
!
. .
!

143
.
!

.
!
113

145 !
.

.
!

124 122
.!
!
.
117
123
.
!
.
!

52

.
!

1 cm = 139 km

118

.
!

110
.
!

Laut Jawa
53

121

.
!

139

.
!

137

128

119

.
!

.
!

51

.
!

127

97

100
.
!

60

.
!

101

129

.
!

131

Laut Sulawesi

132
.135
!
.
!

134
! 130
.
.
!

.
!

.
!

43

50

.
!

40
.
!

.
!

48

100'0"S

.
!

133

.
!

Malaysia

.
!

46

.
!

39

35

.
!

38

.
!

.
!

34

29

23

26
. 24
!
.
!

37

Singapura

27
!
.

25

.
!

Laut Indonesia

.
!

.
!

Brunei
Darussalam

11 !
.

1400'0"E

00'0"

.
!

1300'0"E

100'0"S

Thailand

1200'0"E

XVIII. Provinsi Nusa Tenggara Barat


75. M. Salahuddin
76. Brangbiji (Sultan Muh. Kaharuddin)
77. Lunyuk
78. Lombok Baru
XIX. Provinsi Nusa Tenggara Timur
79. Eltari
80. Frans Seda
81. Umbu Mehang Kunda
82. Komodo
83. H. Hasan Aroeboesman
84. Frans Sales Leda
85. Tambolaka
86. Gewayantana
87. A.A. Bere Tallo (Haliwen)
88. Mali
89. David Constantijn Saudale (Lekunik)
90. Tardamu
91. Soa
92. Wunopito
93. Mbay Surabaya II
94. Kabir
XX. Provinsi Kalimantan Barat
95. Supadio
96. Rahadi Oesman
97. Pangsuma
98. Nangapinoh
99. Paloh
100. Susilo/Tebelian
101. Singkawang

XXI. Provinsi Kalimantan Tengah


102. Tjilik Riwut

103. Iskandar
104. H. Asan
105. Sanggu
106. Kuala Pembuang
107. Tumbang Samba
108. Kuala Kurun
109. Beringin/Muara Teweh Baru
110. Tira Tangka Balang
111. Nanga Bulik
XXII. Provinsi Kalimantan Selatan
112. Syamsuddin Noor
113. Gusti Syamsir Alam
114. Tanjung Warukin
115. Bersujud (Batulicin)
XXIII. Provinsi Kalimantan Timur
116. Sepinggan
117. Kotabangun
118. Kalimarau
119. Datah Dawai
120. Melak
121. Muara Wahau
122. Tanjung Bara (Sangata)
123. Temindung / Sungai Siring
124. Bontang
125. Paser
126. Maratua
127. Long Apari
XXIV. Provinsi Kalimantan Utara
128. Tanjung Harapan
129. Juwata
130. Kol. RA. Bessing (Seluwing)
131. Long Apung
132. Nunukan
133. Yuvai Semaring
134. Long Layu

1200'0"E

135. Binuang
XXV. Provinsi Sulawesi Utara
136. Sam Ratulangi
137. Naha
138. Melonguane
139. Miangas
140. Sitaro
XXVI. Provinsi Gorontalo
141. Djalaluddin
142. Pohuwato

XXVII. Provinsi Sulawesi Tengah


143. Mutiara
144. Syukuran Aminuddin Amir
145. Sultan Bantilan/Lalos
146. Pogogul
147. Kasiguncu
148. Morowali
149. Tojo Una-Una

XXVIII. Provinsi Sulawesi Barat


150. Tampa Padang
151. Sumarorong
XXIX. Provinsi Sulawesi Selatan

152. Sultan Hasanuddin


153. Andi Jemma
154. H. Aroepala
155. Seko
156. Rampi
157. Bua/Lagaligo
158. Bone
159. Pongtiku/Tana Toraja Baru

XXX. Provinsi Sulawesi Tenggara


160. Haluoleo

161. Beto Ambari


162. Sugimanuru
163. Tanggetada/Sangia Nibandera
164. Matahora
165. Buton Utara

XXXI. Provinsi Maluku


166. Pattimura
167. Amahai
168. Namrole
169. Dobo
170. Bandaneira
171. Wahai
172. John Becker
173. Liwur Bunga
174. Olilit/ Mathilda Batlareri (Saumlaki Baru)
175. Dumatubun/Tual Baru
176. Namlea/Namniwel
177. Bula
178. Moa
179. Tepa
XXXII. Provinsi Maluku Utara
180. Sultan Babullah
181. Kuabang
182. Gamar Malamo
183. Oesman Sadik
184. Buli
185. Emalamo
186. Tepeleo
187. Bobong
188. Pitu
189. Gebe
190. Dofa Benjina Falabisahaya
191. WBN/ Weda

1300'0"E

XXXIII. Provinsi Papua


192. Frans Kaisiepo
193. Sentani
194. Mopah
195. Ubrub
196. Dabra
197. Yuruf
198. Molof
199. Kamur
200. Kimam
201. Elelim
202. Bomakia
203. Senggeh
204. Manggelum
205. Wamena
206. Kelila
207. Kiwirok
208. Bilorai
209. Bilai
210. Kebo
211. Akimuga
212. Enarotali
213. Mararena
214. Tanah Merah
215. Mulia
216. Oksibil
217. Moanamani
218. Mindip Tanah
219. Kepi
220. Kokonau
221. Bokondini
222. Okaba
223. Numfor
224. Ilaga
225. Illu
226. Tiom
227. Ewer

228. Batom
229. Bade
230. Lereh
231. Karubaga
232. Obano
233. Senggo
234. Mozes Kilangin
235. Taive II
236. Yahukimo
237. Sudjarwo Tj./Kamanap Baru
238. Nabire/Douw Aturere (Nabire Baru)
239. Waghete/Waghete Baru
240. Sinak/Sinak Baru
241. Aboyaga
242. Aboy
243. Yaniruma
244. Koroway Batu
245. Dekai
246. Sugapa
247. Botawa
248. Fawi
249. Apalapsili
250. Borome
251. Kobakma/Taria
252. Kenyam
253. Beoga
254. Jila
255. Jita
256. Potowai
257. Bilogai
258. Tsinga
259. Alama
260. Mapnduma
261. Paro
262. Mugi
263. Wangbe

1400'0"E

264. Towehitam
265. Aboge
266. Okteneng
267. Teraplu
268. Bime
269. Ambisibil
270. Sinalak
271. Seradala
272. Benawa
273. Kirihi
274. Mambramo Raya A
275. Mambramo Raya B

XXXIV. Provinsi Papua Barat

276. Rendani
277. Domine Eduard Osok
278. Torea
279. Bintuni
280. Babo
281. Utarom
282. Wasior
283. Inanwatan
284. Teminabuan
285. Ayawasi
286. Segun
287. Ijahabra
288. Merdey
289. Anggi
290. Kambuaya
291. Werur
292. Kebar
293. Ransiki
294. Meididga
295. Marinda
296. Kabare
297. Misool (Limalas)
298. Reni
299. Dorekar

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

PETA RENCANA BANDAR UDARA


DI INDONESIA

Lampiran II.A.
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor
: PM 69 TAHUN 2013
Tanggal
: 16 AGUSTUS 2013

MENTERI PERHUBUNGAN
TTD
E.E. MANGINDAAN

Lampiran II.B
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor : PM69Tahun2013
Tanggal : 16Agustus2013
TABEL RENCANA INDUK NASIONAL BANDAR UDARA

NO

NO

BANDAR UDARA

I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Klasifikasi
Landas Pacu

2020

2030

2020

2030

2020

2030

PROPINSI NANGGROE ACEH. D


Sultan Iskandar Muda
Cut Nyak Dhien
Lasikin
Teuku Cut Ali
Maimun Saleh
Rembele
Singkil/Hamzah Fansuri
Bireun
Blangkejeren
Alas Lauser
Kuala Batu
Malikul Saleh

Banda Aceh
Nagan Raya
Sinabang
Tapak Tuan
Sabang
Takengon
Singkil
Bireun
Gayo
Kutacane
Blang Pidie
Lhok Seumawe

Int'l
Dom
Dom
Dom
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

PS
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4E
4D
4C
3C
4C
4D
3C
3C
3C
4C
2C
2C

4E
4D
4C
3C
4C
4D
3C
3C
3C
4C
3C
3C

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

PROPINSI SUMATERA UTARA


Kualanamu
Binaka
Sibisa
Dr. Ferdinand L. Tobing
Aek Godang
Silangit
Lasondre
Bukit Malintang
Teluk Dalam
Simalungun

Deli Serdang
Gn. Sitoli
Parapat
Sibolga
Padang Sidempuan
Siborong-borong
Pulau-pulau Batu
Mandailing Natal
Nias Selatan
Simalungun

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
P
P
P
P
P
P
P
P
P

PP
PT
P
P
P
P
P
P
P
P

4F
3C
3C
4C
4C
4C
3C
3C
3C
1A

4F
3C
3C
4C
4C
4C
3C
4C
3C
1A

1
2
3
4

PROPINSI SUMATERA BARAT


Minangkabau
Rokot
Pasaman Barat
Kep. Mentawai

Padang
Sipora
Pasaman Barat
Kep. Mentawai

Int'l
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P

PP
P
P
P

4E
3C
2B
2C

4E
3C
3C
3C

1
2
3
4
5
6
7

PROPINSI RIAU
Sultan Syarif Kasim II
Tempuling
Japura
Pasir Pangaraian
Pinang Kampai
Bagan Siapi Api
Kep. Meranti/Bengkalis

Pekanbaru
Indragiri Hilir
Rengat
Pasir Pangaraian
Dumai
Rokan Hilir
Kep. Meranti/Bengkalis

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P
PT
P
P

PP
P
P
P
PT
P
P

4D
3C
4D
3C
4C
3C
3C

4D
3C
4D
3C
4D
4C
3C

1
2
3
4
5
6
7

PROPINSI KEPULAUAN RIAU


Hang Nadim
RH. Fisabilillah
Dabo
Ranai
Seibati (Raja Haji Abdullah)
Letung
Tambelan

Batam
Tj. Pinang
Singkep
Natuna
Tj. Balai Karimun
Kep. Anambas
Kepulauan Bintan

Int'l
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
PT
P
PT
P
P
P

PP
PT
P
PT
P
P
P

4D
4D
3C
4D
2C
2B
2B

4E
4D
3C
4D
3C
3C
2C

1
2

PROPINSI BANGKA BELITUNG


Depati Amir
H. AS. Hanandjoeddin

Pangkal Pinang
Tj. Pandan

Dom
Dom

Dom
Dom

PS
PS

PS
PS

4D
4D

4D
4D

1
2
3

PROPINSI JAMBI
Sultan Thaha
Depati Parbo
Muara Bungo

Jambi
Kerinci
Rimbo Bujang

Dom
Dom
Dom

Dom
Dom
Dom

PT
P
P

PT
P
P

4D
3C
4C

4D
3C
4C

1
2
3

PROPINSI BENGKULU
Fatmawati - Soekarno
Muko-Muko
Enggano

Bengkulu
Muko-Muko
Enggano

Dom
Dom
Dom

Dom
Dom
Dom

PT
P
P

PS
P
P

4D
3C
3C

4D
3C
3C

III
23
24
25
26
IV
27
28
29
30
31
32
33
V
34
35
36
37
38
39
40
VI
41
42
VII
43
44
45
VIII
46
47
48

Penggunaan
Hierarki
Bandar Udara Bandar Udara

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
II

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

KOTA/LOKASI

NO

NO

BANDAR UDARA

KOTA/LOKASI

Penggunaan
Hierarki
Bandar Udara Bandar Udara

Klasifikasi
Landas Pacu

2020

2030

2020

2030

2020

2030

Palembang
Lubuk Linggau
Pagar Alam

Int'l
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom

PS
P
P

PP
P
P

4E
3C
3C

4E
3C
3C

PROPINSI LAMPUNG
Radin Inten II
Pekon Serai

Tanjung Karang
Lampung

Dom
Dom

Dom
Dom

PS
P

PS
P

4D
4C

4D
4C

1
2
3
4

PROPINSI JAWA BARAT


Husein Sastranegara/Majalengka
Cakrabhuwana
Nusawiru
Karawang

Bandung/Majalengka
Cirebon
Ciamis
Karawang

Int'l
Dom
Dom
Int'l

Int'l
Dom
Dom
Int'l

PS
PT
P
PP

PS
PT
P
PP

4E
3C
3C
4F

4E
3C
3C
4F

1
2
3

PROPINSI BANTEN
Soekarno - Hatta
Budiarto
Tanjung Lesung

Jakarta
Curug
Pandeglang

Int'l
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom

PP
P
P

PP
P
P

4F
4D
3C

4F
4D
3C

PROPINSI DKI JAKARTA


Halim Perdanakusuma

Jakarta

Int'l

Int'l

PT

PS

4E

4E

1
2
3
4

PROPINSI JAWA TENGAH


Adi Sumarmo
Ahmad Yani
Tunggul Wulung
Dewa Daru

Solo
Semarang
Cilacap
Karimunjawa

Int'l
Int'l
Dom
Dom

Int'l
Int'l
Dom
Dom

PS
PS
P
P

PS
PP
P
P

4D
4D
3C
2C

4E
4D
3C
2C

PROPINSI DI. YOGYAKARTA


j p / Kulon Progo
g
Adi Sutjipto

Yogyakarta
gy

Int'l

Int'l

PP

PP

4E

4E

1
2
3
4
5
6

PROPINSI JAWA TIMUR


Juanda
Abdul Rachman Saleh
Blimbingsari
Trunojoyo
Noto Hadinegoro
P. Bawean

Surabaya
Malang
Banyuwangi
Sumenep
Jember
Gresik

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
PS
P
P
P
P

PP
PS
P
P
P
P

4E
4D
3C
3C
3C
2C

4E
4D
3C
3C
3C
2C

73
74

1
2

PROPINSI BALI
I Gusti Ngurah Rai
Bali Baru

Denpasar
Bali Utara

Int'l
Int'l

Int'l
Int'l

PP
PP

PP
PP

4E
4E

4E
4E

75
76
77
78

XVIII
1
2
3
4

PROPINSI NTB
Sultan M. Salahuddin
Brangbiji (Sultan Muh. Kaharuddin)
Lunyuk
Lombok Baru

Bima
Sumbawa Besar
Sumbawa
Lombok Tengah

Dom
Dom
Dom
Int'l

Dom
Dom
Dom
Int'l

PT
P
P
PS

PT
P
P
PS

3C
3C
3C
4D

3C
3C
3C
4D

XIX

PROPINSI NTT
Eltari
Frans Seda
Umbu Mehang Kunda
Komodo
H. Hasan Aroeboesman
Frans Sales Leda
Tambolaka
Gewayantana
Haliwen (A.A Bere Tallo)
Mali
Lekunik (David Constantijn Saudale)
Tardamu
Soa
Wunopito
Mbay Surabaya II
Kabir

Kupang
Maumere
Waingapu
Labuhan Bajo
Ende
Ruteng
Waikabubak
Larantuka
Atambua
Alor
Rote
Sabu
Bajawa
Lewoleba
Nagekeo
Alor

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
PT
PT
PT
PT
P
P
P
PT
P
P
P
P
P
P
P

PS
PT
PT
PS
PT
P
P
PT
PT
P
P
P
P
P
P
P

4D
4D
4D
4C
4C
3C
4C
3C
3C
3C
3C
3C
4D
3C
2C
2D

4D
4D
4D
4C
4D
3C
4C
4C
3C
3C
3C
3C
4D
3C
3C
3C

IX
49
50
51

1
2
3

PROPINSI SUMATERA SELATAN


S.M. Badaruddin II
Silampari
Pagar Alam

1
2

X
52
53
XI
54
55
56
57
XII
58
59
60
XIII
61
XIV
62
63
64
65
XV
66
XVI
67
68
69
70
71
72
XVII

79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

NO

NO

BANDAR UDARA

XX
95
96
97
98
99
100
101

1
2
3
4
5
6
7
XXI

102
103
104
105
106
107
108
109
110
111

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
XXII

KOTA/LOKASI

Penggunaan
Hierarki
Bandar Udara Bandar Udara

Klasifikasi
Landas Pacu

2020

2030

2020

2030

2020

2030

Pontianak
Ketapang
Putussibau
Nangapinoh
Sambas
Sintang
Singkawang

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
PT
PT
P
P
PT
P

PP
PT
PT
P
P
PT
P

4D
4D
4C
2C
2C
4B
4C

4D
4D
4C
2C
3C
4D
4D

PROPINSI KALIMANTAN TENGAH


Tjilik Riwut
Iskandar
H. Asan
Sanggu
Kuala Pembuang
Tumbang Samba
Kuala Kurun
Beringin/Muara Teweh Baru
Tira Tangka Balang
Nanga Bulik

Palangkaraya
Pangkalan Bun
Sampit
Buntok
Kota Waringin Timur
Tumbang Samba
Kuala Kurun
Muara Teweh
Murung Raya
Lamandau

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
PS
P
P
P
P
P
P
P
P

PS
PS
PT
P
P
P
P
P
P
P

4D
4C
4C
2C
3C
2C
2C
4C
2C
2C

4D
4C
4C
2C
3C
2C
2C
4C
3C
3C

PROPINSI KALIMANTAN SELATAN


Syamsuddin Noor
Gusti Syamsir Alam
Tanjung Warukin
Bersujud

Banjarmasin
Kotabaru
Tanjung Warukin
Batu Licin

Dom
Dom
Dom
Dom

Dom
Dom
Dom
Dom

PP
PT
P
P

PP
PT
P
P

4D
3C
3C
3C

4D
3C
3C
4C

PROPINSI KALIMANTAN BARAT


Supadio
Rahadi Oesman
Pangsuma
Nangapinoh
Paloh
Susilo/Tebelian
Singkawang

112
113
114
115

1
2
3
4

116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127

XXIII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

PROPINSI KALIMANTAN TIMUR


Sepinggan
Kotabangun
Kalimarau
Datah Dawai
Melak
Muara Wahau
Tanjung Bara (Sangata)
Temindung / Sungai Siring
Bontang
Paser
Maratua
Long Apari

Balikpapan
Kotabangun
Tj. Redep
Datah Dawai
Sendawar
Muara Wahau
Kutai Timur
Samarinda
Bontang
Tanah Grogot
Berau
Kutai Barat

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
P
PT
P
P
P
P
PS
PT
P
P
P

PP
P
PS
P
P
P
P
PS
PT
P
P
P

4D
2B
4D
3C
2C
2B
2B
4D
3C
4C
2C
2C

4D
2C
4D
3C
2C
2C
2C
4D
3C
4C
3C
3C

128
129
130
131
132
133
134
135

XXIV
1
2
3
4
5
6
7
8

PROPINSI KALIMANTAN UTARA


Tanjung Harapan
Juwata
Kol. RA. Bessing (Seluwing)
Long Apung
Nunukan
Yuvai Semaring
Long Layu
Binuang

Tj. Selor
Tarakan
Malinau
Long Apung
Nunukan
Longbawan
Long Layu
Binuang

Dom
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Dom
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
PS
P
P
PT
P
P
P

PS
PS
P
P
PT
P
P
P

3C
4D
2C
3C
2C
3C
2B
2B

4D
4D
3C
3C
3C
3C
2C
3C

135
136
137
138
139

XXV
1
2
3
4
5

PROPINSI SULAWESI UTARA


Sam Ratulangi
Naha
Melonguane
Miangas
Sitaro

Manado
Tahuna
Sangihe Talaud
Talaud
Siau Tangguladang Biaro

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
P
PT
P
P

PP
P
PT
P
P

4E
3C
3C
3C
2C

4E
3C
3C
3C
3C

140
141

XXVI
1
2

PROPINSI GORONTALO
Djalaluddin
Pohuwato

Gorontalo
Pohuwato

Dom
Dom

Dom
Dom

PS
P

PS
P

4D
3C

4D
4C

142
143
144
145
146
147
148

XXVII
1
2
3
4
5
6
7

PROPINSI SULAWESI TENGAH


Mutiara
Syukuran Aminuddin Amir
Sultan Bantilan (Lalos)
Pogogul
Kasiguncu
Morowali
Tojo Una-Una
Una Una

Palu
Luwuk
Toli-toli
Buol
Poso
Morowali
Tojo Una-Una
Una Una

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
PT
P
P
P
P
P

PS
PT
P
P
P
P
P

4D
4C
3C
3C
3C
3C
3C

4D
4C
3C
3C
3C
3C
4D

NO

NO

XXVIII
149
1
150
2

BANDAR UDARA
PROPINSI SULAWESI BARAT
Tampa Padang
Sumarorong

KOTA/LOKASI

Penggunaan
Hierarki
Bandar Udara Bandar Udara

Klasifikasi
Landas Pacu

2020

2030

2020

2030

2020

2030

Mamuju
Mamasa

Dom
Dom

Dom
Dom

PT
P

PT
P

4D
3C

4D
3C

151
152
153
154
155
156
157
159

XXIX
1
2
3
4
5
6
8
7

PROPINSI SULAWESI SELATAN


Sultan Hasanuddin
Andi Jemma
H. Aroepala
Seko
Rampi
Bua (Lagaligo)
Bone
Pongtiku/Tana Toraja Baru (Buntu Kunik)

Makassar
Masamba
P. Selayar
Seko
Rampi
Luwu
Bone
Makale

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PP
P
P
P
P
P
P
P

PP
P
P
P
P
P
P
P

4F
2C
3C
2B
2B
3C
2B
4C

4F
3C
3C
2C
2C
3C
2C
4C

160
161
162
163
164
165

XXX
1
2
3
4
5
6

PROPINSI SULAWESI TENGGARA


Haluoleo
Beto Ambari
Sugimanuru
Tanggetada (Sangia Nibandera)
Matahora
Buton Utara

Kendari
Bau-bau
Muna
Kolaka
Wakatobi
Buton Utara

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P
P
P

PS
P
P
P
P
P

4D
4C
3C
2C
3C
2C

4D
4D
3C
2C
3C
3C

166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179

XXXI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

PROPINSI MALUKU
Pattimura
Amahai
Namrole
Dobo
Bandaneira
Wahai
John Becker
Liwur Bunga
Olilit/Saumlaki Baru (Mathilda Batlayeri)
Dumatubun/Tual Baru
Namlea/Namniwel
Bula
Moa
Tepa

Ambon
Pulau Seram
Pulau Buru
Pulau Aru
Pulau Banda
Pulau Seram
Pulau Kisar
Pulau larat
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Pulau Buru
Seram Bagian Timur
Maluku Tenggara
Maluku Barat Daya

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PS
P
P
P
P
P
P
P
PT
P
P
P
P
P

PS
P
P
P
P
P
P
P
PT
P
P
P
P
P

4D
3C
3C
3C
3C
3C
2C
2B
4D
4C
3C
3C
3C
2C

4D
3C
3C
3C
3C
3C
3C
2B
4D
4D
3C
3C
3C
3C

180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191

XXXII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

PROPINSI MALUKU UTARA


Sultan Babullah
Kuabang
Gamar Malamo
Oesman Sadik
Buli
Emalamo
Pitu
Gebe
Dofa Benjina Falabisahaya
Tepeleo
Bobong
WBN/Weda

Ternate
Kao
Galela
Labuha
Maba
Sanana
Morotai
Kab. Halmahera Tengah
Mangole, Kab. Kep. Sula
Halmahera Tengah
Taliabu
Halmahera Tengah

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

PS
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4C
3C
3C
3C
3C
3C
4C
2C
3D
3C
3C
2C

4C
4C
3C
3C
3C
3C
4C
2C
3D
3C
3C
3C

192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214

XXXIII
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

PROPINSI PAPUA
Frans Kaisiepo
Sentani
Mopah
Ubrub
Dabra
Yuruf
Molof
Kamur
Kimam
Elelim
Bomakia
Senggeh
Manggelum
Wamena
Kelila
Kiwirok
Bilorai
Bilai
Kebo
Akimuga
Enarotali
Mararena
Tanah Merah

Biak
Jayapura
Merauke
Kab. Keerom
Kab. Mamberamo Raya
Kab. Keerom
Kab. Keerom
Kab. Asmat
Kab. Merauke
Kab. Yalimo
Kab. Boven Digoel
Kab. Keerom
Kab. Boven Digoel
Kab. Jayawijaya
Kab. Mamberamo Raya
Kab. Pegunungan Bintang
y
Kab. Intan Jaya
Kab. Intan Jaya
Kab. Paniai
Kab. Mimika
Kab. Paniai
Kab. Sarmi
Kab. Boven Digoel

Int'l
Int'l
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Int'l
Int'l
Int'l
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
PS
PS
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P

PT
PS
PS
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4D
4D
4D
2B
2B
2B
2B
1B
1B
2C
2C
2B
2C
4C
2B
2B
2B
2B
2C
2B
2C
3C
2C

4D
4D
4D
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
3C
4C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
3C
3C

NO

NO

215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286

XXXIV
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

BANDAR UDARA

KOTA/LOKASI

Penggunaan
Hierarki
Bandar Udara Bandar Udara

Klasifikasi
Landas Pacu

Mulia
Oksibil
Moanamani
Mindip Tanah
Kepi
Kokonau
Bokondini
Okaba
Numfor
Ilaga
Illu
Tiom
Ewer
Batom
Bade
Lereh
Karubaga
Obano
Senggo
Mozes Kilangin
Taive II
Yahukimo
Sudjarwo Tj./Ros Bori/Kamanap Baru
Nabire / Douw Aturure (Nabire Baru)
Waghete/Waghete Baru
Sinak/Sinak Baru
Aboyaga
Aboy
Yaniruma
Koroway Batu
Nop Goliat Dekai
Sugapa
Botawa
Fawi
Apalapsili
Borome
Kobakma/Taria
Kenyam
Beoga
Jila
Jita
Potowai
Bilogai
Tsinga
Alama
Mapnduma
Paro
Mugi
Wangbe
Towehitam
Aboge
Okteneng
Teraplu
Bime
Ambisibil
Sinalak
Seradala
Benawa
Kirihi
Mambramo Raya A
Mambramo Raya B

Kab. Puncak Jaya


Kab. Pegunungan Bintang
Nabire
Kab. Boven Digoel
Kab. Mappi
Kab. Mimika
Kab. Jayawijaya
Kab. Merauke
Kab. Biak Numfor
Kab. Puncak
Kab. Puncak Jaya
Kab. Lanni Jaya
Kab. Asmat
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Mappi
Kab. Keerom
Kab. Tolikara
Kab. Paniai
Kab. Mappi
Timika
Kab. Tolikara
Kab. Yahukimo
Serui Kab. Kep. Yapen
Kab. Nabire
Kab. Deiyai
Kab. Puncak Jaya
Kab. Nabire
Pegunungan Bintang
Kab. Boven Digoel
Kab. Boven Digoel
Kab. Yahukimo
Kab. Intan Jaya
Kab. Waropen
Kab. Puncak Jaya
Kab Yalimo
Kab.
Borome
Kab. Membramo Tengah
Kab. Nduga
Kab. Intan Jaya
Kab. Mimika
Kab. Mimika
Kab. Mimika
Kab. Intan Jaya
Kab. Mimika
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Nduga
Kab. Nduga
Kab. Nduga
Kab. Puncak
Kab. Keerom
Kab. Mappi
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Pegunungan Bintang
Kab. Mimika
Kab. Yahukimo
Kab. Yahukimo
Kab. Waropen
Kab. Mamberamo Raya
Kab. Mamberamo Raya

2020
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

2030
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

2020
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
PT
P
P
P
PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

2030
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
PS
P
P
P
PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

2020
2C
3C
2C
2B
2B
2B
2B
2B
3B
2B
2C
2B
2B
2B
2B
2B
3C
2B
2B
4D
2B
4C
2B
2B
3C
3C
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
1B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B
2B

2030
3C
3C
2C
2C
3C
2C
2C
3C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
3C
2C
2C
4D
2C
4C
2C
3C
3C
3C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C
2C

PROPINSI PAPUA BARAT


Rendani
Domine Eduard Osok
Torea/Fakfak baru
Bintuni
Babo
Utarom
Wasior
Inanwatan
Teminabuan
Ayawasi
Ijahabra

Manokwari
Sorong
Fak-fak
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Kaimana
Kab. Teluk Wondama
Kab. Sorong Selatan
Kab. Sorong Selatan
Kab.
Kab Sorong Selatan
Kab. Manokwari

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

PT
PT
P
P
P
P
P
P
P
P
P

PT
PS
P
P
P
P
P
P
P
P
P

4D
4D
4C
2B
3C
3C
2B
2B
2B
2B
2B

4D
4D
4C
2C
3C
3C
2C
2C
2C
2C
2C

NO
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299

NO
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

BANDAR UDARA
Merdey
Anggi
Kambuaya
Werur
Kebar
Ransiki
Segun
Meididga
Marinda
Kabare
Misool (Limalas)
Reni
Dorekar

KOTA/LOKASI
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Kab. Manokwari
Sorong
Manokwari
Waisai Kab. Raja Ampat
Waigeo Utara Kab.Raja Ampat
Misool Timur Kab. Raja Ampat
P. Ayau Kab. Raja Ampat
P. Ayau Kab. Raja Ampat

Penggunaan
Hierarki
Bandar Udara Bandar Udara

Klasifikasi
Landas Pacu

2020
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

2020
2B
2B
2B
2B
3C
2C
3C
2B
3C
2B
2B
2B
2C

2030
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom
Dom

2020
P
P
P
P
P
P
P
P
PT
P
P
P
P

2030
P
P
P
P
P
P
P
P
PT
P
P
P
P

KETERANGAN :
Int'l = Internasional
Dom = Domestik
PP = Pengumpul Skala Primer
PS = Pengumpul Skala Sekunder
PT = Pengumpul Skala Tersier
P = Pengumpan

MENTERI PERHUBUNGAN,
ttd

E.E. MANGINDAAN

2030
2C
2C
2C
2C
3C
2C
4D
2C
3C
2C
2C
2C
3C

Lampiran II.C Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor
: PM69TAHUN2 0 1 3
Tanggal : 16Agustus2 0 1 3

FORMULA PERHITUNGAN TINGKAT UTILISASI OPERASIONAL BANDAR UDARA

1. FASILITAS SISI DARAT


(PENUMPANG WAKTU SIBUK X STANDARD LUAS TERMINAL)
= IAP4sisi darat
(LUAS EKSISTING TERMINAL)
IAP4sisi darat
Indikasi Awal Pembangunan,
Pendayagunaan, Pengembangan dan
Pengoperasian

o IAP4 > 0.75


Kapasitas yang tersedia dapat
dikembangkan
o 0.75 IAP4 > 0.6
Kapasitas yang tersedia menjadi
perhatian untuk dikembangkan
o IAP4 0.6
Kapasitas yang tersedia masih
mencukupi, tidak perlu
dikembangkan

Keterangan:
Luas Eksisting

Luas bangunan terminal yang digunakan


bagi kegiatan operasional; tidak termasuk
fasilitas komersial/konsesi

Standar Luas Terminal

Standar luas terminal


14 m2/PWS Domestik
17 m2/PWS Internasional

2. FASILITAS SISI UDARA


a. PERPANJANGAN LANDASAN
Berdasar pada:
1. Take Off Weight yang direncanakan
2. Critical Aircraft yang direncanakan
3. Minimal mempunyai rencana pergerakan pesawat 104 pergerakan
critical aircraft/tahun (min sekali seminggu)
4. Rute penerbangan terjauh yang dilayani
b. PENAMBAHAN LANDAS PACU BARU
(PERGERAKAN PSWT TAHUNAN EKSISTING)
= IAP4sisi udara
(KAPASITAS PERGERAKAN PSWT TAHUNAN)

IAP4sisi udara
Indikasi Awal Pembangunan,
Pendayagunaan,
Pengembangan dan
Pengoperasian

o IAP4 > 0.9


Kapasitas yang tersedia dapat
dikembangkan
o 0.9 IAP4 > 0.75
Kapasitas yang tersedia menjadi perhatian
untuk dikembangkan
o IAP4 0.75
o Kapasitas yang tersedia masih mencukupi,
tidak perlu dikembangkan

Keterangan:
Pergerakan pesawat tahunan eksisting
Kapasitas Pergerakan Pesawat tahunan
landas pacu

Mix index dalam waktu


seminggu/70

TABEL KAPASITAS LANDAS PACU TAHUNAN


Hourly
Capacity
(Operations
per Hour)
VFR

IFR

Annual
Service
Volume
(Operations
per Year)

A
Single
Runway

0-20
21-50
51-80
81-120
121-180

98
74
63
55
51

59
57
56
53
50

230.000
195.000
205.000
210.000
240.000

B
Dual Lane
Runways

0-20
21-50
51-80
81-120
121-180

197
145
121
105
94

59
57
56
59
60

355.000
275.000
260.000
285.000
340.000

Konfigurasi

Diagram Konfigurasi
Landas Pacu

700 m s/d 2.499 m

Mix Index
Percent
(C + 3D)*)

Sumber: Airport Capacity and Delay, FAA Advisor Circular 150/5060-5,


September 23, 1983
*)
C : Pesawat besar, berat pesawat 6,750 ton s/d 150 ton
D : Pesawat sangat besar, berat pesawat lebih dari 150 ton

MENTERI PERHUBUNGAN,
ttd
E.E. MANGINDAAN

1000'0"E

1100'0"E

1200'0"E

Thailand

1300'0"E

1400'0"E

Filipina

Laut Cina Selatan


Brunei
Darussalam

Malaysia

Laut Sulawesi
Malaysia

00'0"

00'0"

Singapura

Laut Indonesia
Laut Jawa

1 cm = 139 km

Papua
Nugini
Timor Leste
800

Laut Arafura

km

Sistem Grid : Grid Geografis


Datum
: WGS 1984

100'0"S

100'0"S

Laut Banda

Laut Indonesia

Sumber :

1. Aeronautical Information Publication, Direktorat Navigasi Penerbangan Tahun 2006


2. Aerodrome Reference Point Bandar Udara Indonesia,
Direktorat Navigasi Penerbangan Tahun 2008
3. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia Badan Informasi Geospasial Tahun 2008

1000'0"E

Australia
1100'0"E

KETERANGAN :

: Wilayah yang Masuk di Dalam Cakupan Pelayanan Bandar Udara Eksisting

1200'0"E

1300'0"E

1400'0"E

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL
PETA CAKUPAN PELAYANAN
BANDAR UDARA DI INDONESIA

Lampiran III.A.
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor
: PM 69 TAHUN 2013
Tanggal
: 16 AGUSTUS 2013

MENTERI PERHUBUNGAN
TTD

E.E. MANGINDAAN

Lampiran III.B Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor
: PM69TAHUN2 0 1 3
Tanggal
: 16Agustus2 0 1 3

I. TABEL KRITERIA CAKUPAN PELAYANAN BANDAR UDARA


Wilayah
Pulau Jawa
dan
Sumatera
Pulau
Kalimantan
dan Sulawesi
Bali, Nusa
Tenggara,
Kepulauan
Maluku dan
Pulau Papua

Kriteria
cakupan pelayanan
100 km atau jarak
dua bandar udara
200 km.
cakupan pelayanan
60 km atau jarak
dua bandar udara
120 km.
cakupan pelayanan
30 km atau jarak
dua bandar udara 60
km.

Indikator
Jarak / waktu pencapaian moda transportasi
darat atau moda transportasi lainnya yang
dapat dilayani suatu bandar udara pada
wilayah tertentu.
Jarak / waktu pencapaian moda transportasi
darat atau moda transportasi lainnya yang
dapat dilayani suatu bandar udara pada
wilayah tertentu.
Jarak / waktu pencapaian moda transportasi
darat atau moda transportasi lainnya yang
dapat dilayani suatu bandar udara pada
wilayah tertentu.

II. TABEL KRITERIA PERAN BANDAR UDARA

Kebijakan
Bandara
Sebagai
Pembuka
Daerah
Terisolir

Kriteria

Indikator

1.

Terletak di pedalaman
perbukitan/pegunung
an,kepulauan, pesisir,
dan pulau terpencil;

Jarak pencapaian untuk pulau


terpencil ke daerah terdekat yang
mempunyai moda transportasi lain
yang lebih baik minimal 4 jam waktu
tempuh.
Jarak pencapaian minimal 10 km atau
dengan waktu tempuh minimal 3 jam
berjalan kaki dari moda transportasi
terdekat
Kondisi geografis terdapat sungai,
gunung dan lembah

2.

Keterbatasan
aksesibilitas moda
transportasi lain;

Terbatasnya prasarana infrastruktur


transportasi darat dan laut/sungai
seperti: jembatan, jalan dan dermaga.
Terbatasnya moda transportasi darat
dan laut (belum terlayani sarana
transportasi yang beroperasi secara
tetap dan teratur)

3.

Rendahnya tingkat
kehidupan
masyarakat;

Rendahnya tingkat perekonomian


masyarakat
Kurangnya sumber daya manusia

Tingkat pendidikan masyarakat yang


rendah.
Produktivitas masyarakat yang masih
rendah (tingginya tingkat
pengangguran)
Rendahnya kemampuan keuangan lokal
(celah fiskal);
Adanya kemampuan masyarakat untuk
menggunakan jasa transportasi udara
(ATP).
Adanya kemauan masyarakat
menggunakan jasa transportasi
udara.(WTP)
1.

Perbatasan wilayah
Darat;

Berada di daerah perbatasan


antarnegara
Daerah perbatasan yang berpotensi
konflik sosial;
Wilayah yang merupakan jalur rawan
penyelundupan (barang, orang, hewan);
Ditetapkan oleh BNPP (Badan Nasional
Pengelolaan Perbatasan)

2.

Merupakan pulaupulau kecil terluar;

Wilayah yang merupakan jalur rawan


penyelundupan (barang, orang, hewan);
Ditetapkan oleh BNPP (Badan Nasional
Pengelolaan Perbatasan)
Wilayah rawan terhadap pencurian
Sumber Daya Alam.

1.
Bandara
sebagai
Penanganan
Bencana

Berada pada daerah


rawan bencana;

Tercantum di peta potensi gempa,


tsunami dan gunung berapi (Badan
Informasi Geospasial dan/atau Badan
Nasional Penanganan Bencana);
Mempunyai indeks resiko bencana
sedang atau tinggi.

2.

Berada pada daerah


yang pernah terjadi
bencana terutama
gempa, tsunami dan
gunung berapi;

Lebih dari 1 (satu) kali terjadi bencana


yang sama di daerah yang sama dalam
1 tahun;
Mempunyai indeks resiko bencana
tinggi.

3.

Bandara yang
dijadikan crisis center
dalam penanganan
bencana.

- Berada pada jarak 500-600 km dari


bandara di lokasi rawan bencana.
- Aman/tidak terkena dampak dari
bencana.

1.

Daerah yang
mempunyai potensi
pariwisata:

- Ketersediaan infrastruktur pariwisata


(hotel, restaurant dll);
- Potensi jumlah kunjungan wisman dan
wisnus (wisatawan mancanegara dan

Bandara
sebagai
Pengemban
gan Daerah
Perbatasan

Bandar
Udara
Sebagai
Pendorong

Industri,
Perekonomi
an dan
Perdaganga
n.

nusantara) yang cukup tinggi.


2.

3.

4.

III.

Daerah yang
mempunyai potensi
pertambangan dan
energy;
Potensi perdagangan;

Potensi ekonomi.

- Ada aktivitas pertambangan;


- Ada Ijin Usaha Pertambangan;

- Ada komoditi Eksport import;


- Adanya potensi pertumbuhan industri
yang cukup tinggi.
- Laju pertumbuhan PAD (Pendapatan
Asli Daerah) tinggi;
- Laju pertumbuhan Pendapatan
Perkapita Penduduk tinggi.

TABEL KRITERIA PENGGUNAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL


NO
1

Kriteria
Rencana induk nasional bandar
udara

Sub Kriteria

Arah kebijakan nasional bandar udara

Pertahanan dan keamanan Negara

Arah kebijakan pertahanan dan


keamanan nasonal

Potensi, pertumbuhan dan


perkembangan pariwisata

a. bandar udara terletak di daerah


tujuan wisata;
b. tersedianya infrastruktur pariwisata
(hotel, restoran, tempat wisata).

Kepentingan dan kemampuan


angkutan udara nasional serta
potensi permintaan penumpang dan
kargo

a. potensi angkutan udara dalam


negeri dan luar negeri;

Potensi dan pengembangan ekonomi


nasional dan perdagangan luar
negeri

a. pertumbuhan Pendapatan Domestik


Regional Bruto provinsi;

Potensi kondisi geografis

a. lokasi bandar udara dengan bandar


udara di negara lain yang terdekat;

b. potensi permintaan angkutan udara


dalam negeri dan luar negeri.

b. kontribusi sektor transportasi udara


terhadap pertumbuhan Pendapatan
Domestik Regional Bruto provinsi.

b. lokasi bandar udara dengan bandar


udara internasional yang telah ada.
7

Aksesibilitas dengan bandar udara


internasional disekitarnya

a. jumlah kapasitas dan frekuensi


penerbangan ke/dari bandar udara
internasional disekitarnya;

NO

Kriteria

Sub Kriteria
b. moda darat dan/laut ke/dari
bandar udara internasional
disekitarnya

Keterkaitan intra dan antar moda

a. keterkaitan dengan moda udara


untuk aksesibilitas ke/dari bandar
udara ke/dari kota-kota lain;
b.

keterkaitan dengan moda darat


untuk aksesibilitas ke/dari bandar
udara ke/dari kota-kota lain;
dan/atau

c. Keterkaitan dengan moda


laut/sungai untuk aksesibilitas
ke/dari bandar udara ke/dari kotakota lain
9

Kepentingan angkutan udara haji

a. potensi angkutan haji dalam


cakupan bandar udara;
b. cakupan/jarak bandar udara
embarkasi/debarkasi haji terdekat.

IV. TABEL KRITERIA DAN CARA PENILAIAN HIERARKI BANDAR UDARA


NO
1

KRITERIA
Terletak di kota
yang merupakan
pusat zona ekonomi

SUB KRITERIA
a. Status kota dalam
RTRWN

b. Penggunaan Bandar
Udara
2

Kepadatan
Penumpang

a. Penumpang Datang
dan Berangkat (per
tahun)

b. Penumpang Transit

c. Frekuensi Penerbangan
(per minggu)

SUB KRITERIA
1). PKN
2). PKW
3). PKL
1). Internasional
2). Domestik

1).
2).
3).
4).
5).

5.000.000
1.000.000 4.999.999
500.000 999.999
100.000 499.999
< 100.000

1).
2).
3).
4).
5).

500.000
250.000 499.999
100.000 249.999
50.000 99.999
< 50.000

1).
2).
3).
4).
5).

500
200 499
100 199
50 99
< 50

Fungsi Penyebaran

a. Rute Penerbangan
Dalam Negeri

1). 15
2). 5 14
3). < 5

b. Rute Penerbangan Luar


Negeri

1). 5
2). 1 4

c. Rute Cakupan Dalam


Negeri

1). > 5
2). 3 5
3). < 3

V. TABEL KRITERIA KLASIFIKASI BANDAR UDARA

Kode
Huruf

Jarak Roda
Utama Terluar

Kode Nomor
(Code
Number)

Panjang RW Berdasar
Referensi Pesawat
(Aeroplane Reference
Field Length)

(Code
Letter)

ARFL < 800 m

wing span < 15

Outer Mean Gear


< 4.5 m

800 m ARFL < 1200


m

15 m wing
span < 24 m

4.5 m outer
mean gear < 6 m

1200 m ARFL <


1800 m

24 m wing
span < 36 m

6 m outer mean
gear < 9 m

1800 m ARFL

36 m wing
span < 52 m

9 m outer mean
gear < 14 m

52 m wing
span < 56 m

9 m outer mean
gear < 14 m

56 m wing
span < 80 m

14 m outer
mean gear < 16
m

Bentang Sayap
(Wing Span)

(Outer Mean
Gear)

MENTERI PERHUBUNGAN,
ttd
E.E. MANGINDAAN

Anda mungkin juga menyukai