Anda di halaman 1dari 16

Gula darah tinggi (hyperglycemia)

Jika kadar gula terlalu tinggi, penderita mungkin mengalami gejala sebagai berikut:
Peningkatan rasa haus
Sering buang air kecil
Kelelahan
Mual dan muntah
Sesak napas
Perut sakit
Napas berbau buah
Jantung berdetak cepat
Gula darah rendah (hypoglycemia)
Jika kadar gula terlalu rendah, penderita mungkin merasakan gejala:
Gemetar atau gugup
Lelah
Berkeringat
Lapar
Mual
Mudah marah
Denyut jantung tidak teratur atau berdetak cepat
Perilaku agresif
Bingung
Beberapa orang mengembangkan suatu kondisi yang dikenal sebagai ketidaksadaran
hipoglikemia (hypoglycemia unawareness) dan tidak mengalami gejala penurunan kadar gula
darah seperti di atas.

Penyebab Koma Diabetikum


Kadar gula darah ekstrim yang berkepanjangan gula darah yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dalam jangka lama dapat menyebabkan koma diabetikum.
Berikut adalah beberapa penyebab koma diabetikum:
1. Ketoasidosis diabetikum (diabetic ketoacidosis)
Saat sel-sel otot membutuhkan energi, tubuh akan merespon dengan memecah timbunan
lemak.
Proses ini membentuk asam beracun yang dikenal sebagai keton. Jika tidak diobati,
ketoasidosis bisa menyebabkan koma diabetikum.
Ketoasidosis diabetikum paling umum terjadi pada orang yang memiliki diabetes tipe-1,
tetapi juga dapat memengaruhi orang-orang yang memiliki diabetes tipe-2 atau gestational
diabetes.
2. Sindrom hiperosmolar diabetikum (diabetic hyperosmolar syndrome)
Saat kadar gula darah puncak terukur sebesar 600 mg/dL atau 33 mmol/L, kondisi ini dikenal
sebagai sindrom hiperosmolar diabetikum.
Ketika gula darah mencapai level ini, darah menjadi kental dan manis. Kelebihan gula lantas
dibuang ke dalam air seni yang memicu pembuangan jumlah besar cairan dari tubuh.
Jika tidak ditangani, sindrom hiperosmolar diabetes dapat menyebabkan dehidrasi dan
menyebabkan koma.
Sindrom hiperosmolar diabetikum umum terjadi pada penderita paruh baya yang memiliki
diabetes tipe-2.
3. Hipoglikemia
Otak perlu glukosa untuk berfungsi normal. Level gula darah yang rendah dapat
menyebabkan pingsan.
Hipoglikemia dapat disebabkan karena kadar insulin terlalu tinggi atau terlalu sedikit makan.
Berolahraga terlalu keras atau minum alkohol terlalu banyak dapat pula menjadi penyebab.[]

Definisi
Koma diabeticum adalah suatu keadaan penurunan kesadaran yang terjadi pada seorang
penderita yang tak menunjukkan reaksi atau hanya reaksi refleks terhadap rangsangan nyeri
sebagai akibat komplikasi diabetes mellitus ( Greenberg, 1985 )
DIAGNOSA
KRITRIA DIAGNOSA
1. Klinis :
Poliuria, polidipsia, mual dan atau muntah, pernafasan Kuszmaul ( dalam dan frekuen ),
lemah dehidrasi, hipotensi sampai shock, kesadaran terganggu sampai koma.
Terutama pada anak dan dewasa muda, sering terjadi nyeri dada atau nyeri perut, karena
adanya dehidrasi pada pleura dan peritonium
2. Darah :
Hiperglikemia > 300 mg/dl ( biasanya melebihi 500 mg/ dl )
Bikarbonat hipoglikemia
Koma hiperosmoler non ketotik ( KHONK )
Koma lakto asidosi ( KLA )
KLASIFIKASI :
Stadia KAD Macam KAD PH darah Bikarbonat darah
Ringan KAD Ringan 7,30 7,35 15 20 mEq/l
Sedang Prekoma Diabetik 7,20 7,30 12 15 mEq/l
Berat Koma Diabetik(KD) 6,90 7,70 8 12 mEq/l
Sangat berat KD Berat <6,90

Gejala dan penyebab koma diabetikum


Siapapun yang menderita diabetes memiliki risiko mengalami koma diabetikum.Jika
seseorang memiliki diabetes tipe-1, maka dia lebih berisiko terkena koma diabetikum
yangdisebabkan oleh: gula darah rendah (hypoglycemia) ketoasidosis
diabetikumSedangkan seseorang yang memiliki diabetes tipe-2, umumnya berisiko
mengalami komadiabetikum karena: Sindrom hiperosmolar diabetikum, terutama untuk
penderita yang berumur setengah baya ataulebih tua.Faktor-faktor tertentu dapat
meningkatkan risiko koma diabetikum tidak peduli apa pun jenisdiabetes yang dimiliki,
diantaranya yaitu:
1. Masalah pasokan insulin
Penderita diabetes yang memakai pompa insulin harus sering memeriksa kadar gula
darahnya.Ini dikarenakan pompa bisa saja mengalami masalah sehingga menghentikan
pasokan insulin ketubuh.Kurangnya insulin dapat menyebabkan ketoasidosis diabetikum jika
Anda memiliki diabetestipe-1.
2. Penyakit, trauma, atau operasi
Ketika sakit atau terluka, kadar gula darah cenderung naik, bahkan terkadang naik
secaradramatis.Hal ini dapat menyebabkan ketoasidosis diabetikum terutama jika seseorang
menderita diabetestipe-1 dan tidak meningkatkan asupan insulin untuk
mengimbanginya.Kondisi atau masalah kesehatan lainnya, seperti gagal jantung kongestif
atau penyakit ginjaldapat meningkatkan risiko sindrom hiperosmolar diabetikum.
3. Diabetes yang tidak dirawat dengan baik
Gula darah yang tidak dimonitor atau tidak meminum obat seperti yang dianjurkan
dapatmemperbesar risiko komplikasi diabetes dan koma diabetikum.
4. Melewatkan penggunaan insulin
Kadang-kadang, penderita diabetes yang juga memiliki gangguan makan memilih untuk
tidak menggunakan insulin dengan harapan dapat menurunkan berat badan. Ini adalah praktik
yang berbahaya yang dapat meningkatkan risiko koma diabetikum.
5. Minum alkohol
Alkohol dapat memiliki efek yang tak terduga pada gula darah. Alkohol dapat menurunkan
kadar gula darah sehingga meningkatkan risiko koma diabetikum yang disebabkan oleh
hipoglikemia.
6. Penggunaan narkoba
Obat-obatan terlarang seperti kokain dan ekstasi dapat meningkatkan kadar gula darah,
serta berisiko terkena koma diabetikum.[]

Ketoasidosis adalah suatu kondisi serius yang bisa menyebabkan koma diabetikum
(pingsanuntuk waktu yang lama) atau bahkan kematian.
Ketika sel-sel tidak mendapatkan glukosa yang mereka butuhkan untuk energi, maka tubuh
akanmulai membakar lemak untuk energi, yang menghasilkan keton.Keton merupakan asam
yang dapat menumpuk dalam darah dan akan muncul pula di air seniketika tubuh tidak
memiliki cukup insulin.Kondisi ini merupakan peringatan bahwa diabetes sudah berada di
luar kendali. Kadar ketonyang tinggi dapat meracuni tubuh. Ketika kadar keton sudah terlalu
tinggi, maka bisa terjadiketoasidosis diabetikum atau KAD.Ketoasidosis bisa terjadi pada
siapapun yang menderita diabetes, namun lebih jarang terjadi pada penderita diabates tipe2.Penderita diabetes tipe-2 yang lanjut usia bisa mengalami kondisi serius lain yang disebut
komahiperosmolar non-ketotic, dimana tubuh mencoba untuk membuang kelebihan gula
melalui urin.Pengobatan dan perawatan untuk ketoasidosis biasanya dilakukan di rumah
sakit. Tapi kondisiketoasidosis bisa dicegah dengan cara mempelajari gejala-gejalanya serta
melakukan pemeriksaan urine dan darah secara teratur.
Apa saja tanda-tanda peringatan ketoasidosis?
Ketoasidosis biasanya berkembang secara perlahan. Tapi, ketika muntah terjadi, kondisi
yangmengancam jiwa ini bisa berkembang dalam beberapa jam saja.Gejala awal yang
biasanya terjadi adalah sebagai berikut: Merasa haus atau mulut terasa sangat kering
Sering buang air kecil Kadar glukos darah tinggi Kadar keton dalam urin tinggiSetelah itu
biasanya akan muncul gejala lainnya, yaitu:
Selalu merasa lelah
Kulit menjadi kering atau memerah
Mual, muntah, atau nyeri perut
Muntah dapat disebabkan oleh banyak penyakit, tidak hanya ketoasidosis. Jika muntah
terusmenerus terjadi lebih dari 2 jam, segera hubungi pusat layanan kesehatan. Kesulitan
bernafas (nafas pendek dan dalam) Nafas berbau buah Tidak bisa fokus terhadap sesuatu,
atau merasa kebingungan
Tes Laboratorium koma diabetikum
Seseorang yang memiliki risiko mengalami koma diabetikum (diabetic coma) perlu
mendapatkandiagnosa yang tepat.Tim kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik pada
pasien koma diabetikum dan dapatmeminta kerabat pasien untuk memberikan informasi
tentang riwayat kesehatan pasien.Pasien koma diabetikum perlu menjalani berbagai tes
laboratorium untuk mengukur: Tingkat gula darah Tingkat keton Jumlah nitrogen atau
kreatinin dalam darah Jumlah kalium, fosfat, dan natrium dalam darah
Penanganan Koma Diabetikum
Penanganan dan perawatan gawat darurat untuk koma diabetikum tergantung pada tingkat
guladarah pasien, apakah terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Gula darah tinggi
Jika kadar gula terlalu tinggi, pasien mungkin perlu mendapatkan perawatan sebagai
berikut: Cairan intravena (infus) untuk mengembalikan cairan ke jaringan tubuh Kalium,
suplemen natrium, atau fosfat untuk membantu sel-sel berfungsi normal Insulin untuk
membantu sel dalam penyerapan glukosa Perawatan untuk setiap adanya infeksi yang
mungkin terjadi

Prevensi koma diabetikum


Melaksanakan manajemen diabetes dan mengontrol kebiasaan sehari-hari dapat mencegah
komadiabetikum.Berikut adalah 9 tips yang bisa dijadikan panduan untuk mencegah
terjadinya koma diabetikum:
1. Ikuti rencana makan sehat
Makan secara konsisten dapat membantu mengontrol tingkat gula darah. Dianjurkan
makandalam porsi kecil tapi lebih sering.
2. Mengawasi tingkat gula darah
Dengan melakukan tes darah dapat diketahui apakah tingkat gula darah masih dalam
rentangnormal atau sudah berbahaya.Tes kadar gula darah terutama setelah berolahraga,
karena aktivitas fisik dapat menyebabkankadar gula darah turun.
3. Meminum obat seperti yang diresepkan
Ikuti anjuran dan dosis minum obat sesuai yang diresepkan dokter. Berikan informasi
terbarukepada dokter akan perkembangan diabetes Anda.
4. Bersiap-siap sebelum jatuh sakit
Penyakit dapat meningkatkan gula darah secara tak terduga. Sebelum sakit,
dianjurkan berkonsultasi dengan dokter tentang cara terbaik untuk mengelola peningkatan
gula darah.
5. Periksa keton ketika gula darah tinggi
Periksa urin untuk memeriksa keton ketika tingkat gula darah lebih dari 240 mg/dL (13
mmol/L).Jika ternyata ditemukan sejumlah besar keton pada urin, hubungi dokter untuk
meminta nasihat.
6. Sediakan glukagon dan makanan sumber gula
Jika mengambil terapi insulin, pastikan Anda memiliki glukagon dan makanan sumber
gula,seperti tablet glukosa atau jus jeruk. Ini diperlukan saat kadar gula darah sedang rendah.
7. Kurangi konsumsi alkohol
Alkohol dapat membuat level gula darah tidak stabil. Pastikan untuk mengurangi
konsumsialkohol, atau sambil makan snack jika tetap harus meminumnya.
8. Mendidik orang-orang terdekat
Ajarkan orang-orang terdekat (keluarga, teman kantor) tentang koma diabetikum.
Beritahumereka bagaimana mencari bantuan saat Anda pingsan.
9. Kenakan gelang atau kalung ID kesehatan.

PENATALAKSANAAN PASIEN KOMA KETOASIDOSIS DIABETIK


Kirimkan segera ke UGD untuk rawat intensif
1. Terapi harus dimulai dengan segera jika diagnosis telah pasti.
2. Ambil darah untuk pemeriksaan cito parameter yang diatas.
3. Pasang infus lini, lebih baik juga digunakan dengan kateter vena (jika tersedia) untuk
mengukur tekanan vena sentral untuk memudahkan pemberian cairan dan terapi
lainnya.
4. Gunakan lembar tindakan Khusus Semua tindakan, hasil test urine dan laboratorium
lainnya, masukkan cairan, curah urine, dan tanda-tanda vital dan perkembangan
pasien harus dicatat oleh perawat secara kronologis dalam lembar tindakan khusus
tersebut.
5. Hindari kateterisasi jika tidak sangat diperlukan. Jika diperlukan gunakan satu kateter
saja. Jika terpaksa digunakan kateter dauer, maka berikan antibiotik urinari.
6. Pasang NGT (nasogastrik tube), jika pasien koma dan kembung.
7. Periksa pasien lebih lanjut untuk mencari kemungkinan adanya penyakit pencetus jika
terapi ketoasidosis diabetik telah dilakukan dengan baik.
8. Hitung Osmolalitas Serum dan Anion Gap dengan rumus
OSM efektif = [2 x Na terukur (mEq/l)] + [KGD (mg/dl)/18] ]
Anion Gap = [(Na terkoreksi +K) + (Cl+HCO3) 17] mEq/l.
Tindakan terapi
Atasi dehidrasi dengan pemberian cairan NaCl 0,9% atau 0,45% jika osmolalitas serum
tinggi
30 menit pertama sebanyak 1000 ml (250 tetes/menit)
30 menit kedua sampai keempat sebanyak 500 ml/30 menit.,
Jam ketiga dan keempat 500 ml/jam.
dokter jaga harus menilai keadaan klinis pasien untuk menentukan jumlah dan kecepatan
tetesan cairan yang diperlukan pasien.
Atasi asidosis metabolik dengan gangguan keseimbangan elektrolit yang ditemukan
Jika pH darah < 7,00, hipotensi, atau keadaan pasien sakit berat, berikan bikarbonat: satu
ampul meylon (50 mEq/l) masukkan ke dalam 100 ml NaCl 0,45% IV sampai pH darah

mencapai 7,00. Selanjutnya 1 ampul Meylon 1000 ml NaCl 0,45% diberikan perlahan-lahan
sampai pH mencapai 7,2 atau lebih. Kemudian kecepatan tetesan diturunkan.
Pantau pernafasan Kussmaul: menghilang jika asidosis teratasi.
Perhatikan kemungkinan terjadinya edema otak (kesadaran membaik, kemudian mundur lagi)
Berikan insulin reguler atau Actrapid atau Humulin netral (insulin jernih).
Dosis awal 20 Unit atau 0,3 U/kg BB. IV atau IM (tidak boleh jika pasien hipotensi).
Berikan [50 U + NaCl 0,9%] dengan tetesan 12 14 tetes per menit
Pantau KGD setiap jam: jika KGD mencapai 250 mg.dl stop infus insulin (umumnya pasien
mulai sadar)
Pantau pH atau kadar bikarbonat serum, dan kadar K + setiap 2 jam.
Laporkan hasil dan perkembangan penyakit pasien kepada dokter jaga.
Berikan antibiotik yang sesuai, jika ada kecurigaan terhadap infeksi sebagai pencetus
terjadinya koma ketoasidosis diabetik.

Follow-up
Umumnya KGD mencapai 200-300 mg/dl dalam 6-8 jam terapi dan pasien akan keluar dari
status asidosis dalam 12 jam terapi.
Jika pasien telah tidak mual, berikan makanan cair berangsur ke padat.
Berikan insulin untuk beberapa hari pasca terapi asidosis. Penentuan dosis insulin harian
dapat menggunakan sliding scale atau perhitungan drip insulin 6-8 jam saat gula darah stabil.
Mungkin diperlukan tambahan insulin reguler (Actrapid atau HumulinR) untuk beberapa hari
pertama, sebelum makan dengan dosis tergantung pada hasil KGD.
Beri Penyuluhan pasien sebelum keluar (pulang) dari ruang rawat tentang pencegahan
ketoasidosis,

2.1 Definisi
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya
mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis
diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi
berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
2.2 Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada
pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus.
Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis
berulang.
Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut, penggunaan
obat golongan steroid, serta menghentikan atau mengurangi dosis insulin. Tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2. Keadaan sakit atau infeksi.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
2.3 Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan lemak
untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan
terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa
menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan,
menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus,
mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan
sebagainya.
Gambar 1: Perkembangan ketoasidosis diabetik
(http://library.usu.ac.id, 2003)
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD)
adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan
gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong
konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin.

Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan


hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan
kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah)
menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan
menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti
sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi
secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad
ventilasi (peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus
interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan
metabolisme karbohidrat dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga .
Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari
dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri)
akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang
berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium
serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati.
Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan
keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari KAD adalah :
1. Hiperglikemia
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan:
1. Poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus)
2. Penglihatan yang kabur
3. Kelemahan
4. Sakit kepala
5. Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita
hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih
pada saat berdiri).

6. Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai denyut nadi
lemah dan cepat.
7. Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
8. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis
guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
9. Mengantuk (letargi) atau koma.
10. Glukosuria berat.
11. Asidosis metabolik.
12. Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan elektrolit.
13. Hipotensi dan syok.
14. Koma atau penurunan kesadaran.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki
kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat
dehidrasi.
Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa
darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar
dari 100 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan
ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
1. Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap 100 mg /
dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq /
L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
1. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan. EKG dapat
digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
1. Bikarbonat.

Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-7,3).
Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik
(pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.
Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat
asidosis.
1. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran kiri
mungkin menyarankan mendasari infeksi.
1. Gas darah arteri (ABG).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH measurements. Brandenburg
dan Dire menemukan bahwa pH pada tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD
adalah lebih rendah dari pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan ini relatif dapat diandalkan
dan bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan untuk melakukan lebih
menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan sebagai cara untuk menilai
asidosis juga.
1. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat
berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
1. -hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat kapiler dapat digunakan untuk mengikuti respons terhadap
pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat dari 3
mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
1. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran kencing
yang mendasari.
1. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8. Pasien
dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis
> 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien
jatuh pada kondisi koma.
1. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis), maka
tingkat fosfor serum harus ditentukan.
1. Tingkat BUN meningkat.

Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.


1. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada dehirasi.
Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus
berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
Gambar 2: Pengobatan efektif kasus ketoasidosis diabetik yang hebat
(http://library.usu.ac.id, 2003)
Tabel 1. Sifat-sifat penting dari tiga bentuk dekompensasi (peruraian) metabolik pada
diabetes.
Diabetic
Sifat-sifat

ketoacidosis
(KAD)

Glukosa plasma Tinggi


Ketone
Ada
Asidosis
Sedang/hebat
Dehidrasi
Dominan
Hiperventilasi Ada

Hyperosmolar
non
ketoticcoma

Asidosis
laktat

(HONK)
Sangat tinggi
Tidak ada
Tidak ada
Dominan
Tidak ada

Bervariasi
Bervariasi
Hebat
Bervariasi
Ada

b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah
kondisi stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
2.6 Penatalaksanaan

Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga agen berikut:


1. Cairan.
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl 0,9 % diberikan
500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal salin hipotonik (0,45 %) dapat
digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang
beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi
(200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam selanjutnya.
1. Insulin.
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular adalah alterantif bila
pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan, misalnya pada anak
anak kecil. Asidosis yang terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akn
menghambat pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa
yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infus dengan kecaptan lambat tapi kontinu
( misal 5 unti /jam). Kadar glukosa harus diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam
cairan infus bila kadar glukosa darah mencpai 250 300 mg/dl untuk menghindari penurunan
kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
1. Potassium.
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien penderita KAD
mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat.
Gambar 3. Penanganan ketoasidosis diabetik
(http://library.usu.ac.id, 2003)
Input saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit cairan
dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin intravena diberikan melalui infusi kontinu dengan
menggunakan pompa otomatis, dan suplemen potasium ditambahkan kedalam regimen
cairan. Bentuk penanganan yang baik atas seorang pasien penderita KAD (ketoasidosis
diabetikum) adalah melalui monitoring klinis dan biokimia yang cermat.
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita mencapai
stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya
fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita
nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain
itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif.
1. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )

Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata. Penglihatan
menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan. Tetapi bila tidak terlambat dan segera
ditangani secara dini dimana kadar glukosa darah dapat terkontrol, maka penglihatan bisa
normal kembali
1. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa stres, perasaan
berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa). Telapak kaki hilang
rasa membuat penderita tidak merasa bila kakinya terluka, kena bara api atau tersiram air
panas. Dengan demikian luka kecil cepat menjadi besar dan tidak jarang harus berakhir
dengan amputasi.
1. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada pembuluh
darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan
kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan
penyebab kematian mendadak. Selain itu terganggunya saraf otonom yang tidak berfungsi,
sewaktu istirahat jantung berdebar cepat. Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas
lelah.
1. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan kadar glukosa
darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan
kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.
1. Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang impotensi yang dialami. Hal ini
terjadi bila diabetes yang diderita telah menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan
oleh penderita lanjut usia, tetapi juga mereka yang masih berusia 35 40 tahun. Pada tingkat
yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan menjadi sedikit atau bahkan hampir tidak ada
sama sekali. Ini terjadi karena sperma masuk ke dalam kandung seni (ejaculation retrograde).
Penderita yang mengalami komplikasi ini, dimungkinkan mengalami kemandulan. Sangat
tidak dibenarkan, bila untuk mengatasi keluhan ini penderita menggunakan obat-obatan yang
mengandung hormon dengan tujuan meningkatkan kemampuan seksualnya. Karena obatobatan hormon tersebut akan menekan produksi hormon tubuh yang sebenarnya kondisinya
masih baik. Bila hal ini tidak diperhatikan maka sel produksi hormon akan menjadi rusak.
Bagi diabetes wanita, keluhan seksual tidak banyak dikeluhkan.
Walau demikian diabetes millitus mempunyai pengaruh jelek pada proses kehamilan.
Pengaruh tersebut diantaranya adalah mudah mengalami keguguran yang bahkan bisa terjadi
sampai 3-4 kali berturut-turut, berat bayi saat lahir bisa mencapai 4 kg atau lebih, air ketuban
yang berlebihan, bayi lahir mati atau cacat dan lainnya.
1. Hipertensi.

Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal penderita diabetes
harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi.
Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi,
secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk menambah takanan darah.
1. Komplikasi lainnya.
Selain komplikasi yang telah disebutkan di atas, masih terdapat beberapa komplikasi yang
mungkin timbul. Komplikasi tersebut misalnya:
1. Ganggunan pada saluran pencernakan akibat kelainan urat saraf. Untuk itu makanan
yang sudah ditelan terasa tidak bisa lancar turun ke lambung.
2. Gangguan pada rongga mulut, gigi dan gusi. Gangguan ini pada dasarnya karena
kurangnya perawatan pada rongga mulut gigi dan gusi, sehingga bila terkena penyakit
akan lebih sulit penyembuhannya.
3. Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang yang normal, penderita diabetes
millitus lebih mudah terserang infeksi.
2.8 Prognosis
Prognosis dari ketoasidosis diabetik biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian pada pasien
ini bukan disebabkan oleh sindom hiperosmolarnya sendiri tetapi oleh penyakit yang
mendasar atau menyertainya. Angka kematian masih berkisar 30-50%. Di negara maju dapat
dikatakan penyebab utama kematian adalah infeksi, usia lanjut dan osmolaritas darah yang
sangat tinggi. Di negara maju angka kematian dapat ditekan menjadi sekitar 12%.
Ketoasidosis diabetik sebesar 14% dari seluruh rumah sakit penerimaan pasien dengan
diabetes dan 16% dari seluruh kematian yang berkaitan dengan diabetes. Angka kematian
keseluruhan adalah 2% atau kurang saat ini. Pada anak-anak muda dari 10 tahun,
ketoasidosis diabetikum menyebabkan 70% kematian terkait diabetes.

Anda mungkin juga menyukai