PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik kerja lapangan industri (PKLI) adalah Mata Kuliah wajib bagi
mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Medan. Mata kuliah yang mempunyai bobot 2 sks ini merupakan sarana untuk
menjembatani penerapan teoritis dibangku perkuliahan dengan kodisi nyata
pekerjaan teknik sipil dilapangan. Kegiatan PKLI dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan lulusan yang dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja (stakeholder)
sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan jurusan Pendidikan Teknik Bangunan.
Praktik kerja lapangan industri (PKLI) yang dilaksanaan oleh penulis adalah
pada Pembangunan TOWN HOUSE TAPIAN NAULI HIJAU sebanyak 20 Unit
Ruko yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan
Johor. Pelaksanaan pembangunan tersebut dilakukan oleh PT. GAPURA CIPTA
ANUGRAH. PKLI dilaksanakan terhitung mulai tanggal 01 Juli 2014 s/d 30 Agustus
2014. Dalam pelaksanaan PKLI dilapangan, tim PKLI penulis dibimbing langsung
oleh Bapak Ivan Roy Panggabean selaku Manager Proyek yang diperintahkan
langsung dari Bapak Amrudi selaku Direktur Proyek.
Kegiatan awal yang dilakukan adalah peninjauan langsung ke lokasi
pembangunan TOWN HOUSE TAPIAN NAULI HIJAU sebanyak 20 Unit Ruko
yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan Johor.
Peninjauan dilakukan agar penulis dapat mendeskripsikan tentang elemen struktur
apa yang belum dan yang sudah dikerjakan didalam lapangan. Pada saat melakukan
peninjauan lokasi, pekerjaan pondasi, sloof, kolom lantai 1, dan Plat lantai I untuk 20
unit ditambah dengan pekerjaan tangga lantai I dan pekerjaan balok dan plat lantai II
untuk 5 unit ruko no. 1 s/d 5 telah selesai dikerjakan. Dan yang belum dikerjakan
adalah Tangga lantai I untuk 15 unit ruko, Balok dan Plat lantai II untuk 15 unit ruko,
kolom lantai II untuk 20 unit ruko, tangga lantai II dan III untuk 20 unit ruko,
kemudian balok dan plat lantai II dan III untuk 20 unit ruko.
Maka berdasarkan deskripsi tersebut, elemen yang sangat mungkin untuk
dijadikan objek PKLI adalah dimulai dari pekerjaan Kolom lantai II untuk 5 unit
ruko no. 1 s/d 5. Karena dalam sistem pembangunannya diselesaikan terlebih dahulu
1
10 unit yang dikerjakan dari lantai I kemudian masuk kelantai II dan lantai III.
Namun dalam hal ini kolo, yang dibuat mempuyai ukuran dan bentuk yang sama
untuk semua tangga pada pembangunan 20 unit ruko ini. Oleh karena itu sangat
membantu penulis dalam proses dokumentasi dan juga pengamatan.
Berdasarkan deskripsi tersebut maka penulis memilih judul Teknik
Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Lantai II Pada Proyek Pembangunan Town
House Tapian Nauli Hijau Sebanyak 20 Unit Jalan Brigjen Hamid Medan
B. Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Struktur Organisasi proyek
Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan sebagai dua orang atau
lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama
3
konsultan
perencanaan
struktur
dan
konsultan
perencana
rencana
dan
syarat-syarat
teknis
secara
yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Membuat rancangan detail yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail
serta rincian volume pekerjaan.
3. Memberikan penjelasan atas permasalahan yang timbul selama masa
konstruksi.
Konsultan perencana MEP merupakan badan atau organisasi yang ahli dalam
bidang mechanical, electrical, and plumbing.Tugas
dan
wewenang
konsultan
perencana MEP adalah merencanakan instalasi yang menggunakan tenaga mesin dan
listrik
serta
berbagai
perlengkapan
seperti
misalnya
AC,
perlengkapan
pelaksanaan
pekerjaan
jika
pelaksana
proyek
tidak
3.
serta retribusi.
Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika kontraktor
nasional dengan banyak proyek maka bertugas juga membuat laporan ke
kantor pusat serta menyiapkan dokumen untuk permintaan dana ke bagian
7.
keuangan pusat.
Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek
yang dikerjakan berskala besar sehingga melakukan pemborongan kembali
kepada kontraktor spesialis sesuai dengan item pekerjaan yang dikerjakan.
9
8.
Dengan adanya bagian administrasi dan keuangan proyek yang bertugas dengan
baik diharapkan kegiatan pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan lancar
khususnya dalam hal yang berkaitan dengan tugas-tugas bagian administrasi proyek.
Pada proyek berskala besar dapat terdiri dari seorang manager administrasi yang
dibantu oleh beberapa staf administrasi sehingga memudahkan dalam pembagian
tanggung jawab tugas ke masing-masing bagian.
8. Tenaga Ahli
Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek
yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang peranan yang penting
terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja lainnya untuk
menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan.
9. Logistik
Logistik bertugas dalam bidang pengadaan bahan bahan dan peralatan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek dan bertanggungjawab langsung kepada
direktur atas terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan.
Berikut ini adalah beberapa tugas logistik, yaitu sebagai berikut :
1.
Mengadakan, mencatat dan mendeistribusikan barang sesuai dengan
2.
kebutuhan proyek
Melaksanakan pengadaan barang sesuai dengan rencana kebutuhan
supplier
10. Mandor
Mandor adalah seseorang yang mengepalai beberapa orang atau kelompok dan
bertugas mengawasi pekerjaan mereka.
Mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,
misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan ringan,
dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan, menangani
pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi pekerjaan tenaga kerja
bawahannya.
10
11. Tukang
Tukang adalah orang orang yang ahli dalam suatu pekerjaan tertentu,
berdasarkan pengalaman dan cara kerja yang sederhana. Tukang dapat dibagi
menjadi lima bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukang batu (mason), tukang kayu
(carpenter), tukang las, dan tukang listrik (ME). Tukang besi mengurusi segala
macam kegiatan yang berhubungan degan pembesian/pemasangan tulangan, tukang
batu bertugas dalam pengecoran dan pembuatan lantai kerja, tukang kayu bertugas
untuk mengurusi segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu baik
bekesting hingga servis lainnya, dan lain lain.
12. Pekerja
Pekerja adalah orang orang yang ditunjuk untuk membantu tukang dalam
melaksanakan, mengerjakan dan menyelesaikan setiap pekerjaan dilapangan dengan
baik. Pekerja bertugas untuk menyediakan segala bahan dan alat yang diperlukan
oleh tukang.
Masing masing dari bagian struktur organisasi harus berfungsi dengan baik
agar pekerjaan konstruksi dapat selesai dengan tepat waktu, efisien serta dengan
kualitas yang memuaskan. Seluruh bagian dalam organisasi proyek adalah satu
kesatuan secara utuh yang apabila salah satu tidak bekerja dengan baik maka dapat
mempengaruhi kelancaran proses pelaksanaan proyek, misalnya apabila bagian
administrasi tidak terampil dalam mengatur arus keluar masuk keuangan proyek
maka dapat menyebabkan kendala dalam pengadaan pembelian material atau
keterlambatan upah pekerja sehingga mengurangi motivasi dan semangat dalam
bekerja.
Masing masing dari bagian struktur organisasi harus berfungsi dengan baik
agar pekerjaan konstruksi dapat selesai dengan tepat waktu, efisien serta dengan
kualitas yang memuaskan. Seluruh bagian dalam organisasi proyek adalah satu
kesatuan secara utuh yang apabila salah satu tidak bekerja dengan baik maka dapat
mempengaruhi kelancaran proses pelaksanaan proyek, misalnya apabila bagian
administrasi tidak terampil dalam mengatur arus keluar masuk keuangan proyek
maka dapat menyebabkan kendala dalam pengadaan pembelian material atau
keterlambatan upah pekerja sehingga mengurangi motivasi dan semangat dalam
bekerja.
B. Alat
11
Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas,
perabot, yang dipakai untuk mencapai suatu maksud (Kamus Umum Bahasa
Indonesia,1966:17).
Penyediaan alat kerja bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen
yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaanya. Alat kerja berperan penting
dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Alat kerja membantu melaksanakan
pekerjaan pekerjaan yang sulit untuk dikerjakan dengan tenaga manusia.
Penggunaan alat kerja dapat mempercepat waktu pelaksanaan, mempermudah
pelaksanaan dan meningkatkan efektifitas suatu pekerjaan. Oleh karena itu,
perawatan dan pemeliharaan alat kerja harus diperhatikan agar kerusakan alat kerja
dapat dihindari.
Berikut ini adalah alat alat kerja yang digunakan dalam proyek penulis, yaitu:
1. Pengaduk Beton di Tempat (Site Mix)
Beton adalah suatu bahan yang didapat dari pencampuran bahan bahan
agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam
lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai
bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan berlangsung (Istimawan Dipohusodo,1999:1).
Beton sebagai bahan yang berasal dari pengadukan bahan bahan susun
agregat kasar dan halus kemudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air
sebagai bahan perekat, harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar
dapat dicapai mutu beton yang baik.
Pengadukan dengan sistem site mix adalah pelaksanaan pengecoran dimana
proses pencampuran beton dilakukan di lapangan / di lokasi kerja. Pengadukan
ditempat (Site mix) pada umumnya dikenal dengan 2 metode yaitu dengan
pencampuran manual (tenaga manusia) yang menggunakan sekop dan cangkul,
kemudian yang dengan menggunakan mesin molen.
12
13
Gambar 3. Lift
Gambar 6. Beko
7. Sekop
Sekop digunakan untuk mengaduk spesi, menggali tanah, dan sebagainya. Sekop
terbuat dari pelat baja yang diberi tangkai kayu.
15
Gambar 7. Sekop
8. Gergaji
Gergaji adalah alat yang di gunakan untuk memotong bahan pada ukuran
tertentu dan juga memotong bagian-bagian benda kerja yang merupakan kelebihan
dari benda kerja yang ditanda.
Memotong bahan dengan gergaji dapat di lakukan dengan gergaji tangan dan
atau dengan gergaji mesin.
Gambar 8. Gergaji
9. Palu / Martil
16
Palu atau martil adalah alat yang digunakan untuk memukul benda kerja,
misalnya paku. Palu terdiri atas 2 bagian yaitu kepala dan tangkai. Kepala dibuat dari
baja, plastik, karet, kayu, dan tembaga.
10. Ember
Ember digunakan sebagai wadah untuk memindahkan suatu benda, misanya
pasir ataupun air dari satu tempat ketempat lain untuk memudahkan pengangkatan
dalam bekerja.
17
12. Tong
Tong berfungsi untuk menampung air yang digunakan untuk keperluan proyek
khususnya pada saat melakukan pengecoran. Tong digunakan agar pekerja tidak
terlalu jauh untuk mengambil air dan dapat menghemat waktu pengerjaan.
18
19
14. Cangkul
Cangkul adalah suatu jenis alat yang digunakan untuk menggali, membersihkan
tanah dari rumput ataupun untuk meratakan tanah.
20
Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal, sehingga sangat
menguntungkan secara ekonomi. Oleh karena itu penyediaan bahan bangunan
sebaiknya mudah ditempuh dari lokasi proyek sehingga akan menghemat waktu dan
biaya pengangkutan. Selain itu ketersediaan bahan bangunan (stocking material)
harus selalu dikontrol untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
akibat terlambatnya pengadaan bahan bangunan. Penempatan material harus
disesuaikan dengan sifat bahan sehingga resiko kerusakan bahan bangunan sebelum
digunakan dapat dikurangi terutama pada bahan bangunan yang peka terhadap
kondisi lingkungan seperti semen misalnya.
Beton mempunyai nilai kuat tekan yang tinggi tetapi tidak memiliki kuat tarik.
Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus, sehingga
kecilnya kuat tarik beton ini merupakan salah satu kelemahan dari beton biasa. Untuk
mengatasinya, beton dikombinasikan dengan tulangan beton dimana baja yang
biasanya digunakan sebagai tulangannya.
Secara umum bahan bahan yang digunakan dalam proyek pembangunan
adalah sebagai berikut :
1.
Semen Portland
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar. Dan jika
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah
mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Bahan-bahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: bahan
aktif dan bahan pasif. Kelompok aktif yaitu semen dan air, sedangkan yang pasif
yaitu pasir dan kerikil (disebut agregat, agregat halus dan agregat kasar).Kelompok
yang pasif disebut sebagai bahan pengisi sedangkan yang aktif disebut
perekat/pengikat.Istilah perekat tampaknya lebih cocok digunakan mengingat
fungsinya seperti lem, bukan seperti tali yang biasa mengikat.
Fungsi utama semen adalah mengikat butir butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga rongga udara diantara butir butir agregat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah Semen Portland, berupa semen
hidrolik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan penyusun beton. Semen
22
Portland dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari
silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan.
Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dipakai
waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk
proses hidrasi hanya kira-kira 25% dari berat semennya. Penambahan jumlah air
akan mengurangi kekuatan setelah mengeras.
Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas tertentu
yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif. Pemeriksaan secara berkala
perlu dilakukan, baik yang masih berbentuk bubuk kering maupun pasta semen yang
sudah mengeras.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland
di Indonesia dibagi
23
ditutup dengan sangat rapat. Semen yang disimpan tidak boleh terganggu sampai
semen akan dipakai.
Akibat tidak sempurnanya penyimpanan semen dalam jangka waktu lama
semen akan menjadi buruk. Semen yang telah disimpan lebih dari 6 bulan sejak
dibuat, atau semen dalam kantong-kantong di penyimpanan lokal lebih dari 3 bulan,
perlu diuji sebelum digunakan, dan jika sudah kurang baik sebaiknya ditolak
pemakaiannya.
Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yangberfungsi sebagai bahan pengisian
campuran mortar atau beton.Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% dari
volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan
tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga
pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton.
Agregat terbagi atas agregat halus dan agregat kasar.Cara membedakan jenis
agregat yang paling banyak dilakukan adalah dengan berdasarkan pada ukuran
butirannya. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau partikel-partikel yang
lewat saringan # 4 atau 5 mm, sedangkan agregat kasar tidak lewat saringan tersebut.
Ukuran maksimum agregat kasar dalam struktur beton diatur di dalam peraturan
untuk kepentingan berbagai komponen, namun pada dasarnya betujuan agar agregat
dapat masuk atau lewat di antara sela-sela tulangan atau acuan. Agregat yang
digunakan harus memenuhi ketentuan Standar Industri Indonesia (SIII) 0052-80 dan
dalam hal-hal yang tidak tercakup dalam standar tersebut juga harus memnuhi
24
ketentuan ASTM (American Society for Testing Materials) C33-86 untuk agregat
normal, serta pada ASTM C330-80 untuk agregat ringan.
Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm.
b. Kerikil untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm.
c. Pasir untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.
Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus),
bersih, keras, kuat, gradasi (distribusi ukuran butiran dari agregat) baik, dan tidak
bersifat reaktif terhadap alkali serta tidak mengandung lumpur.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara ilmiah (misalnya kerikil) atau dapat pula diperoleh dengan cara
memcah batu alam. Agregat pecahan (kerikil maupun pasir) diperoleh dengan
memcah batu menjadi berukuran butiran yang dIIIngini dengan cara meledakkan,
memecah, menyaring, dan seterusnya.
Umumnya butiran agregat yang pipih/panjang tidak boleh lebih dari 1 %.Hal ini
biasanya perlu diperhatikan pada agregat buatan, karena ada jenis mesin pemecah
batu yang hasilnya cenderung berbentuk panjang atau pipih.
25
Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa senyawa berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula,
atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan
kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat sifat beton yang dihasilkan.
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya paling
murah.Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan
pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Untuk bereaksi dengan semen, air yang dipelukan hanya sekitar 25 % berat semen
saja, namun kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit kurang dari 0,35.
Kelebihan air ini yang dipakai sebagai pelumas. Tetapi perlu dicatat bahwa tambahan
air untuk pelumas ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton akan rendah.
Selain itu, kelebihan air akan bersama-sama dengan semen bergerak ke permukaan
adukan beton segar yang baru saja dituang yang kemudian menjadi buih dan
26
merupakan suatu lapisan tipis yang dikenal dengan selaput tipis. Selaput tipis ini
akan mengurangi lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan bidang sambung
yang lemah. Apabila ada kebocoran cetakan, air bersama-sama semen juga dapat
keluar.
Air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau bahan-bahan lain yang bersifat
merusak beton dan baja tulangan.Sebaiknya dipakai air tawar bersih yang dapat
diminum.
Baja Tulangan
Baja tulangan untuk beton terdiri dari batang, kawat, dan jaring kawat baja les
27
SIII 0136-80 (dalam Jurnal Teknik Sipil UNTAN/Volume 11 Nomor 1-Juni2011) melakukan pengelompokan baja tulangan untuk beton bertulang sebagai
berikut:
Tabel. I Jenis dan Kelas Baja Tulangan sesuai SIII 0136-80
JENIS
KELA
SIMBOL
S
Polos
Deformasia
n
BJTP24
BJTP30
BJTD24
BJTD30
BJTD35
BJTD40
BJTD50
BATAS ULUR
KUAT TARIK
MINIMUM
N/mm2
(kgf/mm2)
MINIMUM
N/mm2
(kgf/mm2)
235
(24)
294
(30)
382
(39)
480
(49)
235
(24)
294
(30)
343
(35)
392
(40)
490
(50)
382
(39)
480
(49)
490
(50)
559
(57)
610
(63)
Kaitan miring pada sengkang harus berupakan kait miring, yang melingkari
batang batang sudut, dan mempunyai bagian bagain yang lurus paling sedikit 6
kali diameter batang dengan minimum 5 cm.
5.
untuk mengikat atau merangkai tulangan pada beton bertulang.Kawat baja pengikat
ini digunakan untuk mengikat tulangan dengan sengkang pada balok maupun kolom
dan juga mengikat tulangan pada pelat lantai agar jarak tulangan dapat diatur sesuai
dengan gambar rencana.Sama halnya dengan baja tulangan, kawat ini harus kuat dan
tidak mudah patah.Kawat pengikat ini terbuat dari besi lunak yang lebih dahulu
dipijarkan dan biasanya berukuran 1 mm. Biasanya kawat ini diproduksi dalam
bentuk gulungan, sehingga harus dilakukan pemotongan sesuai dengan kebutuhan
sebelum digunakan.
29
Triplek
Plywood atau kayu lapis atau yang lebih dikenal dengan istilah triplek terbuat
dari bahan kayu solid yang diproses menjadi beberapa lembaran tipis atau lapisan
kayu yang arah seratnya disusun saling melintang antara lembaran bawah dengan
lembaran bagian atasnya secara bersamaan dengan perekat khusus di bawah tekanan
besar sehingga didapatkan ketebalan tertentu.Dari proses ini maka bahan ini sangat
tahan terhadap resiko pecah/retak, melengkung atau melintir yang tergantung pula
pada ketebalannya.
Triplek diproduksi karena kebutuhan akan papan lebar sangat besar dan apabila
menggunakan kayu biasa susah didapatkan dan sangat beresiko tinggi terhadap efek
penyusutan kayu misalnya melengkung, melintir dan pecah atau retak.Ukuran triplek
pada umumnya panjang 244cm,lebar 122cm dan ketebalannya bermacam-macam
ukuran.
Kelebihan triplek adalah karena sangat praktis penggunaannya,daya tahannya
terhadap penyusutan kayu serta ukurannya yang panjang dan lebar yang tidak
mungkin didapatkan dari kayu biasa pada posisi dan kualitas yang sama.
Sedangkan kekurangannya adalah triplek tidak punya daya tahan terhadap cuaca
yang sama kuatnya dengan kayu biasa sehingga tidak cocok untuk digunakan luar
ruangan.
Bahan bangunan ini hanya direkomendasikan digunakan di dalam ruangan
misalnya untuk menyekat ruangan,untuk daun pintu sederhana dan untuk plafon..
Kelemahan paling besar pada triplek adalah pada sisi tebalnya. Sisi tebal triplek
30
merupakan bagian yang paling mudah menyerap air dan permukaannya sangat kasar.
Kayu
Kayu digunakan untuk membantu pembangunan konstruksi baik penyangga
cetakan ataupun sebagai pijakan. Kayu yang dipakai harus pada kondisi yang baik,
tidak cacat dan tidak lapuk. Kayu digunakan sebagai perancah dan penguat bekisting.
Karena hanya sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pekerjaan tertentu dan sifatnya
sementara, maka dipilih kayu dengan kelas keawetannya tidak terlalu tinggi tetapi
cukup kuat menahan beban yang akan diterima.
31
dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya dikolm.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke pondasi kemudian dilanjutkan
kepermukaan tanah di bawahnya. Keruntuhan kolom struktur merupakan hal yang
sangat berarti ditinjau dari segi ekonomis maupun segi manusiawi.
3. Jenis Jenis Kolom
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang (Dipohusodo , 1996) :
a) Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang,
yang pada jarak spasi tertentu dIIIkat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral, sedemikian rupa sehingga penulangan keseluruhan membentuk
kerangka seperti pada gambar.
b) Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama, hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom seperti pada gambar.
c) Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
33
bekisting balok maupun lantai, maka sekur perlu dipasang, tetapi jika
bekisting kolom dikombinasikan dengan bekisting kolom dan balok serta
lantai merupakan satu kesatuan dan dilengkapi dengan sekur sekur
perancah, sehingga cukup memperkokoh kedudukan bekisting kolom.
Keberhasilan suatu pekerjaan penulangan sangat dipengaruhi oleh apakah
penulangan telah diletakkan dengan benar di dalam beton, dengan penutup yang
memadai. Bila tidak diikat dengan baik dan kemudian bergerak pada waktu
pengecoran, hal itu akan melemahkan beton. Bila penutup kurang tebal maka
tulangan akan berkarat, memuai dan beton akan mengelupas. Pembesian merupakan
tahap awal pembentukan konstruksi. Pada tahap ini pekerjaannya menggunakan
tulangan baja yang dirangkai dengan kawat pengikat baja dan melalui hasil
perhitungan. Adapun beberapa syarat dari penulangan kolom adalah :
1)Selimut beton minimal 2,5 untuk didalam 3 meter untuk keluar
2)Lebar b minimal 15 cm
3)Garis tengah tulangan bujur minimal 12 mm dan diameter begel 6 mm
4)Jarak bersih tulangan <4/3 diameter tulangan 3 mm
5)Jarak Begel <15 x diameter tulangan pokok.
4. Konstruksi Kolom
a. Pemasangan Bekesting Pada Kolom
Bekesting merupakan cetakan yang dirangkai menjadi suatu kesatuan melalui
proses perhitungan Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi
tanggung jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan
tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal
ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin dengan
memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang menjadi kendala
35
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan
mengenai metode bekisting yang akan dipakai yaitu :
1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi
komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti
yang direncanakan dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan
dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi
struktur kecil.
2. Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang
(memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi
salah satu pertimbangan utama untuk penentuan berapa kali siklus pemakaian
material bekisting. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
pengajuan harga satuan pekerjaan.
3. Ketersediaan material dan alat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan
untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan
diterapkan.
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu
pengerjaan proyek work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana
transportasi dan lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang
terhadap faktor-faktor tersebut maka diambil keputusan mengenai metode bekisting
yang akan diterapkan.
Pada pekerjaan kontruksi bekisting menjalankan 5 fungsi yaitu :
1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat.
2. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah
bekisting yang sederhana.
37
3. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh
spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran.
4. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat
diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tersebut.
5. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan, dan
dipindahkan. Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.
Berikut adalah pemasangan bekesting pada pekerjaan kolom :
1) Pemasangan Papan Acuan
Papan acuan adalah merupakan pelat yang halus dan rata yang dirangkai
membentuk ukuran yang diinginkan. Acuan diperlukan untuk membuat beton
dengan ukuran, bentuk dan letak yang tepat, serta dengan kualitas yang
dikehendaki (Nugraha & Antoni, 2007:157). Bahan bahan acuan biasanya terbuat
dari kayu, tripleks, polywood, multipleks, dan plat baja.
2) Pemasangan Pengaku Tegak dan mendatar
Pemasangan pengaku tegak dan pengaku mendatar merupakan bagian
begesting yang dipasang dengan fungsi masingmasing. Pengaku tegak
berfungsi memperkokoh papan acuan agar tidak terjadi kebocoran ataupun
kemiringan. Pengaku mendatar berfungsi menyatukan acuan secara horizontal
sekaligus menahan tekanan yang datang dari arah horizontal.
3) Skur
Skur dipasang pada bagian ujung atas bawah bekesting kolom skur berfungsi
untuk memperkokoh kedudukan bekesting kolom.
b. Pengecoran
Cara penuangan (pengecoran) beton mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan antara lain:
1.
3.
Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya dan beton yang telah
terkotori oleh bahan lain tidak boleh digunakan lagi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton supaya tidak
terjadi segregasi adalah:
1.
Beton yang dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan, tinggi
jatuh penuangan adukan maksimum 60 cm.
Sumber: http://bestananda.blogspot.com/2012/07/pengecoran-
kolom.html#ixzz33fvAIPwQ
Pada umumnya pencampuran dimulai dengan memasukkan air terlebih
sebelum material lain dimasukkan.
a. Pengangkutan (Transporting)
Beton diangkut dengan
berbagai
macam
cara,
mulai
dengan
menggunakan kereta sorong, kereta penuang, skip dan truk readymix sampai
pompa beton.
b. Pemadatan (Compacting)
Pemadatan adalah mengeluarkan udara dari campuran beton karena dapat
mengurangi kekuatan akhir beton.
c. Penyelesaian (Finishing )
Penyelesaian merupakan proses akhir dari pekerjaan konstruksi,
umumnya proses ini memastikan setiap pekerjaan sudah benar-benar selesai.
d. Perawatan (Curing)
Lama perawatan beton tergantung dari jenis semen, kekuatan, cuaca,
rasio, permukaan terek spose per volume, dan konsisi terekspose.
3. Pembongkaran Bekisting
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap
mengeras. Berikut ini adalah metode kerja pembongkaran bekisting kolom:
a. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 8 jam dari pengecoran
terakhir dengan tenaga orang (berbeda-beda tergantung pada setting time
39
beton, setiap mix design yang dibuat juga berbeda tergantung dari bahan
admixture yang digunakan). Jika pembongkaran dilakukan sebelum waktu
pengikatan pada beton menjadi sempurna (kurang dari setting time yang
disyaratkan), maka akan terjadi kerusakan/cacat pada beton tersebut. Upaya
dalam mencegah kerusakan yang terjadi yaitu dilakukan pembongkaran
setelah setting time yang disyaratkan, agar beton dapat mengeras terlebih
dahulu. Karena beton kolom yang digunakan tidak langsung menerima beban
besar (momen akibat beban sendiri termasuk kecil), maka pembongkaran
bekistingnya lebih cepat dibandingkan pembongkaran bekisting pada balok
dan pelat lantai.
b. Hal yang pertama dilakukan yaitu mengendorkan semua baut dan wing nut,
kemudian melepas tie rod yang terdapat pada horizontal waller.
c. Kemudian mengendorkan dan melepas push pull prop RSS1 dan kickers
brace AV1 pada wedge head piece.
d. Langkah selanjutnya adalah melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace
AV1 dari base plate yang secara bersamaan begesting kolom akan lepas
dengan sendirinya dari permukaan beton.
e. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan ke tempat yang
telah disediakan dengan bantuan alat tower crane, untuk dilakukan
pembersihan dan pengolesan dengan oil form.
4.
Perawatan Beton
Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu pasca-
pembukaan bekisting (demoulding of form work) agar optimasi kekuatan beton dapat
dicapai mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan ini berupa
pencegahan atau mengurangi kehilangan/penguapan air dari dalam beton yang
ternyata
masih
diperlukan
untuk
kelanjutan
proses
hidrasi.
Bila
terjadi
40
BAB III
PELAKSANAAN PKLI
A. Gambaran Umum Proyek
Proyek didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka
waktu yang terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Proyek ditujukan
pada hal hal tertentu, oleh karena itu maka suatu proyek memerlukan perencanaan
dan pelaksanaan.
Dalam
teknis pelaksanaan konstruksi bangunan yang aman, efektif, efisien, kuat dan
tentunya sesuai dengan daya beli masyarakat. Pelaksanaan pembangunan juga
harus mengikuti syarat bangunan yang telah ditetapkan begitu juga dengan
proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau yang dirancang dan
didesain dengan perencanaan dan teknis pelaksanaan konstruksi bangunan yang
baik.
1. Lokasi
Proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko
berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan Johor.
41
2. Data Proyek
a. Data Teknis
Kontraktor
: PT. Gapura Cipta Anugrah
Konsultan Perencana : PT. Gapura Cipta Anugrah
Konsultan Pengawas : PT. Gapura Cipta Anugrah
b. Data Non Teknis
Ukuran bangunan per Unit :
Luas Lantai Dasar = 15 m x 4 m = 60 m
Luas Lantai I
= 15 m x 4 m = 60 m
Luas Lantai II
= 15 m x 4 m = 60 m
Luas Bangunan
= 15 m x 4 m = 60 m x 20 Unit = 1200 m
Tinggi Bangunan
=11,4 m
Jumlah Lantai
= 3 Lantai
Tinggi Kolom
= 3,3 m
Panjang Kolom
= 0,2 m
Lebar Kolom
= 0,4 m
3. Struktur Proyek
42
OWNER
Mr. BRENT
KONSULTAN
PERENCANA
PT. GAPURA CIPTA
KONTRAKTOR
PT. GAPURA CIPTA
ANUGRAH
KONSULTAN PENGAWAS
PT. GAPURA CIPTA
ANUGRAH
DIREKTUR
AMRUDI, ST
MANAGER PROYEK
IVAN PANGGABEAN, ST
TENAGA AHLI
HARIADI
ADM / PEMBUKUAN
NOOR HARTATI
LOGISTIK
RIO
MANDOR
TUKANG
PEKERJA
44
1 mm.
7. Triplek digunakan untuk begisting kolom. Ukuran triplek yang digunakan yaitu
12 mm.
8. Baja digunakan sebagai tulangan yang dikombinasikan dengan beton. Ukuran
baja yang digunakan adalah
8,
13
jarak
Siapkan besi tulangan yang dibutuhkan sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan
Jika ada besi yang susah dibengkokan maka boleh dipanaskan dengan
persetujuan engineer
Rangkai tulangan tersebut pada meja kerja yang dibuat khusus untuk
merangkai tulangan. Memasukkan baja tulangan pokok kedalam baja
sengkang lalu diikat dengan menggunakan kawat pengikat atau sering disebut
kawat beton.
Setelah tulangan pokok dan sengkang sudah terpasang dengan baik, maka
tahap berikutnya adalah memasangkan tulangan pada tempatnya.
Peletakan tulangan pembesian harus diatur sehingga ada ruang tersedia untuk
proses pemadatan beton
Jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada overlapping yang sesuai
perhitungan atau spesifikasi teknis.
Suatu ketika mungkin perlu merakit tulangan dahulu di luar bekisting baru
kemudian meletakan sesuai posisinya.
Terlebih dahulu siapkan besi tulangan baja dan baja sengkang sebanyak
yang dibutuhkan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
46
2.
Rangkai tulangan tersebut pada meja kerja yang dibuat khusus untuk
merangkai tulangan. Memasukkan baja tulangan pokok kedalam baja
sengkang lalu diikat dengan menggunakan kawat pengikat atau sering
disebut kawat beton.
Pada proyek ini baja sengkang yang diikat ke baja tulangan pokok, dengan
3.
jarak antara tulangan sengkang yang satu dengan baja sengkang lainnya 15
4.
cm.
Proses pengikatan dengan menggunakan kawat beton harus benar benar
kokoh dan sebaik mungkin agar kolom yang telah jadi sesuai dengan yang
diinginkan dan tidak mengalami geser.
5.
Setelah tulangan pokok dan sengkang sudah terpasang dengan baik, maka
6.
kolom yang sudah dipasang selanjutnya pada tulangan tarik diikatkan beton-beton
decking. Hal ini dilakukan untuk menjamin ketebalan selimut beton, namun pada
pelaksanaan di lapangan beton deking diganti dengan batu krikil dan campuran beton
sebagai pengganti pengganjal tulangan. Ini dilakukan berdasarkan pengalaman para
47
cetakan yang akan disambung . Pada proyek ini perangkai atau klam terbuat
dari kayu sembarang dan cara pemasangannya menggunakan paku.
3) Penguat atau pengaku tegak
Penguat atau pengaku tegak merupakan bagian bekisting yang menempel
langsung pada klam di sisi luar acuan. Pada proyek ini pengaku terbuat dari
kayu ukuran 2 x 2 x 16 inci dan dipilihkan bahan yang lurus. Apabila
bekisting membentuk kolom segi empat, maka setiap sisi dipasang minimum
2 batang atau dengan jarak tertentu sesuai dengan perhitungan perencanaan.
Pengaku inilah yang akan memperkokoh atau menambah kekuatan papan
acuan secara keseluruhan sehingga pada saat pengecoran nanti tidak terjadi
kemiringan/kerusakan pada papan acuan.
4) Penguat atau pengaku mendatar
Pengaku mendatar terbuat dari kayu ukuran 2 x 3 x 16 inci yang terletak
diluar pengaku tegak.Pengaku mendatar berfungsi menyatukan acuan kolom
sekaligus menopang tekanan samping oleh beton, sehingga dengan adanya
penguat tersebut semua gaya-gaya yang disebabkan oleh pengaruh
pengecoran dapat dieliminasi dan tidak perlu sekur penyangga.
5) Sekur
Sekur terbuat dari kayu ukuran 2 x 3 x 16 inci seperti pengaku mendatar
yang dipasang pada bagian ujung atas dan bawah bekisting kolom. Apabila
kolom merupakan bekisting tunggal dalam arti tidak dikombinasikan dengan
bekisting balok maupun lantai maka sekur perlu dipasang, tetapi jika
bekisting kolom dikombinasikan dengan bekisting balok dan lantai maka
tidak perlu dipasang sekur, karena antara bekisting kolom dan balok serta
lantai merupakan satu kesatuan dan dilengkapi dengan sekur-sekur perancah,
sehingga cukup memperkokoh kedudukan bekisting kolom.
Pada ujung bawah sekur dipasang balok beton atau balok kayu yang sudah
diperkokoh sebagai tumpuan sekur yang ada.Perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pemasangan papan acuan, karena pekerjaan ini selalu berkaitan dengan pekerjaan
pembesian. Jadi agar tidak saling mengganggu, maka acuan yang akan dipasang
49
dirangkai pada ketiga sisinya (untuk kolom segi empat), kemudian dipasang pada
pembesian kolom yang sudah berdiri dan selanjutnya baru dipasang lagi satu sisi
lainnya.
Secara ringkas langkah-langkah pekerjaan bekisting kolom adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Merangkai papan pada langkah 5 menjadi cetakan kolom segi empat dan
kontrol kesikuannya dengan penyiku.
5.
6.
7.
8.
9.
50
10.
Meletakkan blok beton yang bagian dalamnya ada unsur kayunya atau
blok kayu yang melintang ditindih blok beton ditempat ujung bawah
sekur.
11.
12.
13.
Mengukur jarak antara pada paku bagian atas cetakan maupun jarak
bagian bawah.
14.
15.
Jika sudah mempunyai jarak yang sama, maka pakukan sekur tersebut
dengan blok-blok atau blok kayu, dengan demikian kedudukannya telah
vertikal.
16.
51
dengan
52
d. Pembongkaran Bekisting
Pada proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau pembongkaran
bekisting dilakukan lebih cepat yaitu 5 Hari.Dalam pelaksanaannya di lapangan
pembongkaran bekisting cukup mudah dilakukan, pembongkaran bekisting harus
dengan hati-hati agar hasil tidak rusak dan sesuai dengan perencanaan yaitu dengan
permukaan kolom yang rata dan seragam serta tidak keropos.
Pembongkaran bekisting ini cukup mudah yaitu dengan membuka paku - paku
pada klam dan juga melepas sekur yang telah dipasang. Dalam melakukan
pembongkaran bekisting ini harus hati-hati agar hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana yaitu sudut kolom dan warna permukaannya seragam dan tidak keropos. Hal
itu tentu terjadi jika air semen sewaktu pengecoran tidak keluar serta sudut-sudut
kolom harus benar-benar siku. Setelah selesai maka selanjutnya pekerjaan
pembersihan yaitu pembersihan daerah kolom yang telah dicor dari sampah-sampah
bekas pekerjaan disekitarnya. Tahap pembersihan dilakukan agar pekerjaan
selanjutnya tidak terganggu.
53
Selain air, faktor cuaca adalah salah satu kendala yang juga memicu
keterlambatan proyek, cuaca yang sering hujan membuat para pekerja berhenti
bekerja. Akibatnya, pembangunan proyek terrhambat dan banyak membuang waktu.
Tetapi hal itu dapat diatasi dengan bekerjanya para pekerja sampai malam.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko
yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan
Johor memiliki struktur organisasi yang lengkap sesuai kebutuhan didalam
pekerjaan, sehingga memudahkan ketepatan waktu dalam menyelesaikan
proyek.
2. Peralatan yang digunakan adalah peralatan manual yang terawat dengan baik
dan lengkap. Sehingga tidak ada kendala yang terjadi saat pekerjaan tangga
sedang berlangsung.
3. Bahan bahan yang digunakan didapat dari tempat yang mempunyai kualitas
yang baik. Walaupun ada sedikit kendala dengan ketersediaan bahan bangunan,
namun hal itu dapat teratasi sehingga tidak memperlambat pekerjaan.
4. Teknik pelaksanaan kolom lantai II pada proyek pembangunan Town House
Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko yang berlokasi di Jl. Brigjend
Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan Johor telah sesuai dengan kajian
teori yang telah dijelaskan
55
5. Kajian teori yang telah dijabarkan tidak berbeda dengan pelaksanaan teori dalam
pelaksanaannya. Hal tersebut dapat dinyatakan karena beberapa hal berikut,
yaitu : bagian bagian kolom yang dikerjakan sesuai dengan fungsi yang telah
dijelaskan, salah satu bentuk kolom
bentuk kolom, bahan bangunan kolom yaitu beton bertulang sesuai teori yang
telah dijelaskan tentang bahan bangunan kolom, dan lain sebagainya.
B. Saran
Dengan terselesaikannya laporan PKLI ini penulis memberikan beberapa saran
yang tujuannya adalah agar dapat memperbaiki kesalahan yang ada didalam
pekerjaan ketika penulis melakukan PKLI, yaitu :
1. Kepada PT. GAPURA CIPTA ANUGRAH, sebaiknya dilakukan kelengkapan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) kepada para pekerja agar terhindar dari
segala kecelakaan kerja saat bekerja.
2. Sebaiknya pimpinan proyek dapat membagi waktu pekerjaan agar pekerjaan
tidak terlambat akibat faktor cuaca. Pimpinan proyek harus dapat memanage
waktu pekerja agar pekerjaan tidak terhambat.
3. Sebaiknya masing-masing pekerja memakai alat-alat keselamatan kerja dan
lebih mengutamakan keselamatan kerja.
56
DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, 1999, Struktur Beton Bertulang,Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Frick, Heinz dan Pujo L Setiawan,2002,Ilmu Konstruksi perlengkapan dan utilitas
bangunan,Yogyakarta : Kanisius
Mulyono, Tri, 2003,Teknologi Beton,Jakarta: C.V Andi Offset
Nugraha, Paul dan Antoni, 2007, Teknologi Beton,Yogyakarta : C.V Andi Offset
Poerwadarminta, W.J.S, 1966, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta : P.N Balai
Pustaka
Sutrisno,2009,Struktur Beton Bertulang, Medan: Universitas Tri Karya Medan
57