Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik kerja lapangan industri (PKLI) adalah Mata Kuliah wajib bagi
mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Medan. Mata kuliah yang mempunyai bobot 2 sks ini merupakan sarana untuk
menjembatani penerapan teoritis dibangku perkuliahan dengan kodisi nyata
pekerjaan teknik sipil dilapangan. Kegiatan PKLI dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan lulusan yang dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja (stakeholder)
sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan jurusan Pendidikan Teknik Bangunan.
Praktik kerja lapangan industri (PKLI) yang dilaksanaan oleh penulis adalah
pada Pembangunan TOWN HOUSE TAPIAN NAULI HIJAU sebanyak 20 Unit
Ruko yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan
Johor. Pelaksanaan pembangunan tersebut dilakukan oleh PT. GAPURA CIPTA
ANUGRAH. PKLI dilaksanakan terhitung mulai tanggal 01 Juli 2014 s/d 30 Agustus
2014. Dalam pelaksanaan PKLI dilapangan, tim PKLI penulis dibimbing langsung
oleh Bapak Ivan Roy Panggabean selaku Manager Proyek yang diperintahkan
langsung dari Bapak Amrudi selaku Direktur Proyek.
Kegiatan awal yang dilakukan adalah peninjauan langsung ke lokasi
pembangunan TOWN HOUSE TAPIAN NAULI HIJAU sebanyak 20 Unit Ruko
yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan Johor.
Peninjauan dilakukan agar penulis dapat mendeskripsikan tentang elemen struktur
apa yang belum dan yang sudah dikerjakan didalam lapangan. Pada saat melakukan
peninjauan lokasi, pekerjaan pondasi, sloof, kolom lantai 1, dan Plat lantai I untuk 20
unit ditambah dengan pekerjaan tangga lantai I dan pekerjaan balok dan plat lantai II
untuk 5 unit ruko no. 1 s/d 5 telah selesai dikerjakan. Dan yang belum dikerjakan
adalah Tangga lantai I untuk 15 unit ruko, Balok dan Plat lantai II untuk 15 unit ruko,
kolom lantai II untuk 20 unit ruko, tangga lantai II dan III untuk 20 unit ruko,
kemudian balok dan plat lantai II dan III untuk 20 unit ruko.
Maka berdasarkan deskripsi tersebut, elemen yang sangat mungkin untuk
dijadikan objek PKLI adalah dimulai dari pekerjaan Kolom lantai II untuk 5 unit
ruko no. 1 s/d 5. Karena dalam sistem pembangunannya diselesaikan terlebih dahulu
1

10 unit yang dikerjakan dari lantai I kemudian masuk kelantai II dan lantai III.
Namun dalam hal ini kolo, yang dibuat mempuyai ukuran dan bentuk yang sama
untuk semua tangga pada pembangunan 20 unit ruko ini. Oleh karena itu sangat
membantu penulis dalam proses dokumentasi dan juga pengamatan.
Berdasarkan deskripsi tersebut maka penulis memilih judul Teknik
Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Lantai II Pada Proyek Pembangunan Town
House Tapian Nauli Hijau Sebanyak 20 Unit Jalan Brigjen Hamid Medan

B. Tujuan

1. Mengetahui struktur organisasi proyek pembangunan Town House Tapian


Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg.
Tapian Nauli, Kecamatan Medan Johor.
2. Mengetahui peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan kolom lantai II pada
proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko
yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan
Johor.
3. Mengetahui bahan yang digunakan untuk pelaksanaan kolom lantai II pada
proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko
yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan
Johor.
4. Mengetahui teknik pelaksanaan kolom lantai II pada proyek pembangunan
Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko yang berlokasi di Jl.
Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan Johor.
5. Membandingkan pelaksanaan proyek dengan kajian teori
C. Manfaat
1. Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) dapat dijadikan sebagai media
promosi pemasaran bagi pemilik proyek.
2. Sebagai bahan masukan kepada pemilik proyek, mandor, dan tukang tentang
teori teknik pelaksanaan kolom
3. Menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan didalam praktek
kerja lapangan
4. Dijadikan masukan bagi pembaca mengenai teknik pelaksanaan kolom lantai II
pada proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit
Ruko yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan
Medan Johor.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Struktur Organisasi proyek
Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan sebagai dua orang atau
lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama
3

dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan


sesuai dengan yang direncanakan.
Proyek konstruksi yang yang mempunyai tujuan menghasilkan suatu bangunan
fisik yang memenuhi persyaratan melalui suatu ruang lingkup pekerjaan tertentu
yang dilakukan beberapa orang atau beberapa kelompok orang. Untuk proyek-proyek
besar yang harus dilaksanakan oleh beberapa kontraktor, maka pemilik proyek dapat
memeberikan kepercayaan yang penuh pada suatu badan yang disebut Manajemen
Konstruksi (MK) yang bertindak dan atas nama pemilik sebagai manajer.
Dalam sebuah proyek konstruksi, bagian bagian manajemen dari struktur
organisasi yang ada didalamnya antara lain :
1. Owner (Pemilik Proyek)
Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki
proyek dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya
sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Untuk merealisasikan proyek, owner
mempunyai kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk membiayai proyek.
Berikut ini adalah beberapa tugas dari pemilik proyek atau owner, yaitu :
a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek
c. Memberikan tugas kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan
proyek
d. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas

Wewenang yang harus dimiliki oleh owner yaitu :


a. Membuat surat perintah kerja (SPK)
b. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan
c. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas
hasil pekerjaan konstruksi
d. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang
tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan isi surat
perjanjian kontrak, misalnya pelaksanaan pembangunan dengan
bentuk dan material yang tidak sesuai.

Dalam melaksanakan pembangunan seorang pemilik proyek dapat meminta


konsultan pengawas untuk mengatur agar proyek dapat berjalan dengan baik,
sehingga owner tidak perlu repot memantau setiap saat dan secara detail tentang
bangunan yang dibangun. Namun owner dapat membuat jadwal rapat mingguan atau
bulanan untuk membahas proyek agar sesuai dengan keinginan yang diharapkan
pemilik proyek.
2. Kontraktor
Kontraktor adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Atau dalam definisi lain
menyebutkan bahwa pihak yang penawarannya telah diterima dan telah diberi surat
penunjukan serta telah menandatangani surat perjanjian pemborongan kerja dengan
pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan proyek.
Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek (owner)
dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas dari owner serta
dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas terhadap masalah yang
terjadi dalam pelaksanaan.
Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan alat
pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan gambar yang
telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan
keamanan pekerjaan.
b. Bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
c. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang telah
disepakati.
d. Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan pekerjaan terhadap kehilangan
dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.

e. Memelihara dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap kerusakan jalan


yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang mengangkut peralatan dan
material ke tempat pekerjaan.
f. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek
sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan dengan
memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di lapangan
yang memerlukan tambahan waktu.
g. Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan sewaktu
pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
3. Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan suatu badan perorangan atau badan hukum
yang dipilih oleh pemilik proyek ataupun kontraktor pelaksana untuk melakukan
perencanaan. Konsultan perencana terdiri atas 3 macam, yaitu konsultan perencanaan
arsitektur,

konsultan

perencanaan

struktur

dan

konsultan

perencana

MEP(mechanical, electrical, and plumbing).


Konsultan perencanaan arsitektur yang ditunjuk oleh owner, berada langsung di
bawah owner karena memegang peranan penting untuk perencanaan awal/konsep
desain dari segi arsitektur dan estetika ruangan.
Tugas dari konsultan perencana arsitektur adalah:
1. Membuat gambar/desain dan dimensi bangunan secara lengkap dengan
spesifikasi teknis, fasilitas dan penempatannya.
2. Menentukan spesifikasi bahan bangunan untuk finishing pada bangunan
proyek ini.
3. Membuat gambar-gambar

rencana

dan

syarat-syarat

teknis

secara

administrasi untuk pelaksanaan proyek.


4. Membuat perencanaan dan gambar-gambar ulang atau revisi bilamana
diperlukan.
5. Bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil perencanaan yang dibuatnya
apabila sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
6

Konsultan perencana struktur bertugas merencanakan dan merancang struktur


yang sesuai dengan keinginan pemilik proyek melalui kontraktor utama, baik struktur
atas maupun struktur bawah dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
kondisi tanah, fungsi bangunan, bentuk bangunan (segi arsitektur), kondisi lahan,
serta kondisi alamnya.
Tugas dan wewenang konsultan perencana struktur antara lain adalah:
1. Membuat perhitungan seluruh proyek berdasarkan teknis

yang telah

ditetapkan sebelumnya.
2. Membuat rancangan detail yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail
serta rincian volume pekerjaan.
3. Memberikan penjelasan atas permasalahan yang timbul selama masa
konstruksi.
Konsultan perencana MEP merupakan badan atau organisasi yang ahli dalam
bidang mechanical, electrical, and plumbing.Tugas

dan

wewenang

konsultan

perencana MEP adalah merencanakan instalasi yang menggunakan tenaga mesin dan
listrik

serta

berbagai

perlengkapan

seperti

misalnya

AC,

perlengkapan

penerangan, plumbing, dll.


4. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner)
untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat berupa
badan usaha atau perorangan.
Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan
proyek.
2. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh
pemilik proyek.
3. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.
4. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor
sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

5. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang


diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek
namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah
dibuat sebelumnya.
Konsultan pengawas juga memiliki wewenang sebagai berikut:
1. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja.
2. Menghentikan

pelaksanaan

pekerjaan

jika

pelaksana

proyek

tidak

memperhatikan peringatan yang diberikan.


3. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
4. Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shopdrawing pelaksana
proyek.
5. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan ( site
Instruction)
6. Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan
kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
Konsultan pengawas biasa diadakan pada proyek bangunan dengan skala besar
seperti gedung bertingkat tinggi dan hanya bertugas mengawasi jalanya pelaksanaan
proyek saja. Dalam kondisi nyata dilapangan diperlukan kerjasama yang baik antara
konsultan pengawas dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam
pelaksanaan pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
5. Direktur
Direktur sering juga disebut sebagai pimpinan proyek. Seorang pimpinan proyek
harus mampu membuat setiap personil proyek bekerja dengan baik tanpa adanya rasa
paksaan.
Tugas utama pimpinan proyek adalah memimpin dan melakukan pelaksanaan
kegiatan proyek dalam mencapai sasaran usaha yang telah ditetapkan. Sedangkan
kewajiban utama pimpinan proyek adalah menyelenggarakan pembukuan/pencatatan
secara tertib sehingga setiap saat dapat diketahui jumlah anggaran/uang yang masih

tersisa dan perkembangan pelaksanaan dana, serta mengadakan pemeriksaan kas


bendaharawan sedikitnya 3 bulan sekali.
Tanggung jawab Pimpinan Proyek sebagai berikut, yaitu :
1.
Bertanggung jawab baik keuangan maupun segi fisik untuk proyek
yang dipimpinnya sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Program.
2.
Bertanggung jawab atas penyelesaian proyek tepat pada waktunya
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
6. Manager Proyek
Manajer proyek konstruksi merupakan seseorang yang bertanggung jawab atas
jalannya proyek dengan cara mengatur semua aspek yang mendukung jalanya proyek
seperti sumber daya manusia, alat, material / bahan, hubungan lingkungan serta halhal lain yang berkaitan dengan kegiatan proyek sehingga bisa didapatkan kualitas
hasil pekerjaan yang baik serta dalam waktu secepat mungkin.
7. ADM / Pembukuan
Sebuah proyek konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh seorang
administrasi dan keuangan proyek dengan berbagai macam tugasnya.
Berikut ini adalah beberapa tugas dari administrasi proyek, yaitu :
1.
Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja diproyek untuk
pegawai bulanan sampai dengan pekerja harian dengan spesialisai keahlian
2.

masing-masing sesuai posisi organisasi proyek yang dibutuhkan


Pembuatan laporan keuangan atau laporan khas proyek,
laporan pergudangan, laporan bobot prestasi proyek, daftar hutang dan lainlain.

3.

Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan

dibayar oleh owner sebagai pemilik proyek.


4.
Mengisi data-data kepegawaian, pelaksanaan, asuransi tenaga kerja,
menyimpan data-data kepegawaian karyawan dan pembayaran gaji serta
tunjangan karyawan.
5.
Membuat laporan akutansi proyek dan menyelesaikan perpajakan
6.

serta retribusi.
Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika kontraktor
nasional dengan banyak proyek maka bertugas juga membuat laporan ke
kantor pusat serta menyiapkan dokumen untuk permintaan dana ke bagian

7.

keuangan pusat.
Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek
yang dikerjakan berskala besar sehingga melakukan pemborongan kembali
kepada kontraktor spesialis sesuai dengan item pekerjaan yang dikerjakan.
9

8.

Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi proyek serta


data-data proyek.

Dengan adanya bagian administrasi dan keuangan proyek yang bertugas dengan
baik diharapkan kegiatan pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan lancar
khususnya dalam hal yang berkaitan dengan tugas-tugas bagian administrasi proyek.
Pada proyek berskala besar dapat terdiri dari seorang manager administrasi yang
dibantu oleh beberapa staf administrasi sehingga memudahkan dalam pembagian
tanggung jawab tugas ke masing-masing bagian.
8. Tenaga Ahli
Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek
yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang peranan yang penting
terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja lainnya untuk
menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan.
9. Logistik
Logistik bertugas dalam bidang pengadaan bahan bahan dan peralatan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek dan bertanggungjawab langsung kepada
direktur atas terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan.
Berikut ini adalah beberapa tugas logistik, yaitu sebagai berikut :
1.
Mengadakan, mencatat dan mendeistribusikan barang sesuai dengan
2.

kebutuhan proyek
Melaksanakan pengadaan barang sesuai dengan rencana kebutuhan

barang dan kebutuhan barang mendesak


3.
Melaksanakan pencatatan atas pengeluaran dan pemasukan barang
dan melakukan pemeriksaan pada akhir pekerjaan
4.
Melaksanakan penyusunan dan penyimoanan barang material yang
5.

teratur, baik, aman dan mudah untuk dicari bila dibutuhkan


Mencari data perbandingan harga barang / material atas beberapa

supplier
10. Mandor
Mandor adalah seseorang yang mengepalai beberapa orang atau kelompok dan
bertugas mengawasi pekerjaan mereka.
Mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,
misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan ringan,
dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan, menangani
pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi pekerjaan tenaga kerja
bawahannya.
10

11. Tukang
Tukang adalah orang orang yang ahli dalam suatu pekerjaan tertentu,
berdasarkan pengalaman dan cara kerja yang sederhana. Tukang dapat dibagi
menjadi lima bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukang batu (mason), tukang kayu
(carpenter), tukang las, dan tukang listrik (ME). Tukang besi mengurusi segala
macam kegiatan yang berhubungan degan pembesian/pemasangan tulangan, tukang
batu bertugas dalam pengecoran dan pembuatan lantai kerja, tukang kayu bertugas
untuk mengurusi segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu baik
bekesting hingga servis lainnya, dan lain lain.
12. Pekerja
Pekerja adalah orang orang yang ditunjuk untuk membantu tukang dalam
melaksanakan, mengerjakan dan menyelesaikan setiap pekerjaan dilapangan dengan
baik. Pekerja bertugas untuk menyediakan segala bahan dan alat yang diperlukan
oleh tukang.
Masing masing dari bagian struktur organisasi harus berfungsi dengan baik
agar pekerjaan konstruksi dapat selesai dengan tepat waktu, efisien serta dengan
kualitas yang memuaskan. Seluruh bagian dalam organisasi proyek adalah satu
kesatuan secara utuh yang apabila salah satu tidak bekerja dengan baik maka dapat
mempengaruhi kelancaran proses pelaksanaan proyek, misalnya apabila bagian
administrasi tidak terampil dalam mengatur arus keluar masuk keuangan proyek
maka dapat menyebabkan kendala dalam pengadaan pembelian material atau
keterlambatan upah pekerja sehingga mengurangi motivasi dan semangat dalam
bekerja.
Masing masing dari bagian struktur organisasi harus berfungsi dengan baik
agar pekerjaan konstruksi dapat selesai dengan tepat waktu, efisien serta dengan
kualitas yang memuaskan. Seluruh bagian dalam organisasi proyek adalah satu
kesatuan secara utuh yang apabila salah satu tidak bekerja dengan baik maka dapat
mempengaruhi kelancaran proses pelaksanaan proyek, misalnya apabila bagian
administrasi tidak terampil dalam mengatur arus keluar masuk keuangan proyek
maka dapat menyebabkan kendala dalam pengadaan pembelian material atau
keterlambatan upah pekerja sehingga mengurangi motivasi dan semangat dalam
bekerja.
B. Alat
11

Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas,
perabot, yang dipakai untuk mencapai suatu maksud (Kamus Umum Bahasa
Indonesia,1966:17).
Penyediaan alat kerja bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen
yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaanya. Alat kerja berperan penting
dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Alat kerja membantu melaksanakan
pekerjaan pekerjaan yang sulit untuk dikerjakan dengan tenaga manusia.
Penggunaan alat kerja dapat mempercepat waktu pelaksanaan, mempermudah
pelaksanaan dan meningkatkan efektifitas suatu pekerjaan. Oleh karena itu,
perawatan dan pemeliharaan alat kerja harus diperhatikan agar kerusakan alat kerja
dapat dihindari.
Berikut ini adalah alat alat kerja yang digunakan dalam proyek penulis, yaitu:
1. Pengaduk Beton di Tempat (Site Mix)
Beton adalah suatu bahan yang didapat dari pencampuran bahan bahan
agregat halus dan agregat kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam
lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai
bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan berlangsung (Istimawan Dipohusodo,1999:1).
Beton sebagai bahan yang berasal dari pengadukan bahan bahan susun
agregat kasar dan halus kemudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air
sebagai bahan perekat, harus dicampur dan diaduk dengan benar dan merata agar
dapat dicapai mutu beton yang baik.
Pengadukan dengan sistem site mix adalah pelaksanaan pengecoran dimana
proses pencampuran beton dilakukan di lapangan / di lokasi kerja. Pengadukan
ditempat (Site mix) pada umumnya dikenal dengan 2 metode yaitu dengan
pencampuran manual (tenaga manusia) yang menggunakan sekop dan cangkul,
kemudian yang dengan menggunakan mesin molen.

12

Gambar 1. Site Mix


2. Mesin Molen
Molen digunakan sebagai alat pengaduk beton dengan maksud mengurangi
tenaga manusia dalam pengadukan beton dan mempercepat pengerjaan pengecoran
beton. Pengadukan beton dengan molen akan lebih terjamin bila dibandingkan
dengan pengadukan menggunakan tenaga manusia. Karena mutu dan kualitas beton
akan lebih baik. Pengadukan dengan molen akan membuat campuran beton lebih
homogen (merata).

Gambar 2. Mesin Molen


3. Lift
Lift adalah alat yang berfungsi mengangkut campuran beton pada arah vertikal.
Lift biasanya digunakan pada saat melaksanakan pekerjaan pengecoran.

13

Gambar 3. Lift

4. Pemotong Baja (Bar Cutter)


Bar cutter adalah alat pemotong baja tulangan sesuai ukuran yang diinginkan.
Bar cutter terbagi atas dua macam, yaitu bar cutter listrik dan bar cutter manual.
Pada proyek tempat penulis melakukan PKLI, bar cutter yang digunakan adalah bar
cutter manual.

Gambar 4. Pemotong Baja


5. Pembengkok baja (Bar bender)
Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan
dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Baja yang akan
14

dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian


diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang
pembengkokkannya. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokan tulangan
dengan mudah dan rapi.

Gambar 5. Pembengkok Baja (Bar Bender)


6. Beko (Kereta Sorong)
Kereta sorong atau lebih sering dikenal dengan sebutan beko ini merupakan alat
sederhana menggunakan tenaga manusia. Kereta sorong digunakan untuk
mengangkut bahan-bahan yang tidak terlalu berat seperti waktu pengecoran,
misalnya mengangkut semen, pasir, kerikil, dan bahan lainnya.

Gambar 6. Beko
7. Sekop
Sekop digunakan untuk mengaduk spesi, menggali tanah, dan sebagainya. Sekop
terbuat dari pelat baja yang diberi tangkai kayu.

15

Gambar 7. Sekop
8. Gergaji
Gergaji adalah alat yang di gunakan untuk memotong bahan pada ukuran
tertentu dan juga memotong bagian-bagian benda kerja yang merupakan kelebihan
dari benda kerja yang ditanda.

Memotong bahan dengan gergaji dapat di lakukan dengan gergaji tangan dan
atau dengan gergaji mesin.

Gambar 8. Gergaji
9. Palu / Martil
16

Palu atau martil adalah alat yang digunakan untuk memukul benda kerja,
misalnya paku. Palu terdiri atas 2 bagian yaitu kepala dan tangkai. Kepala dibuat dari
baja, plastik, karet, kayu, dan tembaga.

Gambar 9. Palu atau Martil

10. Ember
Ember digunakan sebagai wadah untuk memindahkan suatu benda, misanya
pasir ataupun air dari satu tempat ketempat lain untuk memudahkan pengangkatan
dalam bekerja.

Gambar 10. Ember


11. Meter

17

Meter digunakan sebagai alat ukur dalam pelaksanaan pekerjaan bangunan.


Meter mempunyai berbagai macam bentuk dan berbagai macam bahan pula.

Gambar 11. Meter

12. Tong
Tong berfungsi untuk menampung air yang digunakan untuk keperluan proyek
khususnya pada saat melakukan pengecoran. Tong digunakan agar pekerja tidak
terlalu jauh untuk mengambil air dan dapat menghemat waktu pengerjaan.

18

Gambar 12. Tong


13. Tang Kawat
Tang kawat digunakan untuk pekerjaan penulangan balok pada saat pengikatan
antara tulangan sengkang dan tulangan pokok, yaitu dengan cara melilitkan kawat
pengikat dengan kedua tulangan lalu mengikatkan kawat tersebut dan memutarnya,
ini dibuat agar tulangan tidak mengalami pergeseran.

Gambar 13. Tang Kawat

19

14. Cangkul
Cangkul adalah suatu jenis alat yang digunakan untuk menggali, membersihkan
tanah dari rumput ataupun untuk meratakan tanah.

Gambar 14. Cangkul


15. Ayakan Pasir
Ayakan pasir digunakan untuk menyaring dan memisahkan pasir dari partikelpartikel lainnya seperti batu, gumpalan tanah, dan lain - lain.

Gambar 15. Ayakan Pasir

20

16. Sendok Semen dan Raskam


Sendok semen dan Raskam digunakan untuk meratakan semen yang sudah dicor,
agar permukaannya rata atau tidak miring. Sendok semen mempunyai berbagai
macam jenis dan berbagai macam bentuk.

Gambar 16. Sendok Semen


C. Bahan
Perencana sebaiknya harus dapat melakukan pemilihan material / bahan yang
layak kualitasnya sehingga diperoleh beton yang efisien. Karena struktur beton
sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan bahan pencampur beton
tersebut. Agar hasil akhir yang diperoleh memuaskan, dibutuhkan pengenalan yang
mendalam mengenai sifat sifat yang berkaitan dengan suatu bahan yakni bahan
bahan penyusun beton yang digunakan.
21

Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal, sehingga sangat
menguntungkan secara ekonomi. Oleh karena itu penyediaan bahan bangunan
sebaiknya mudah ditempuh dari lokasi proyek sehingga akan menghemat waktu dan
biaya pengangkutan. Selain itu ketersediaan bahan bangunan (stocking material)
harus selalu dikontrol untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
akibat terlambatnya pengadaan bahan bangunan. Penempatan material harus
disesuaikan dengan sifat bahan sehingga resiko kerusakan bahan bangunan sebelum
digunakan dapat dikurangi terutama pada bahan bangunan yang peka terhadap
kondisi lingkungan seperti semen misalnya.
Beton mempunyai nilai kuat tekan yang tinggi tetapi tidak memiliki kuat tarik.
Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus, sehingga
kecilnya kuat tarik beton ini merupakan salah satu kelemahan dari beton biasa. Untuk
mengatasinya, beton dikombinasikan dengan tulangan beton dimana baja yang
biasanya digunakan sebagai tulangannya.
Secara umum bahan bahan yang digunakan dalam proyek pembangunan
adalah sebagai berikut :
1.
Semen Portland
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar. Dan jika
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah
mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Bahan-bahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: bahan
aktif dan bahan pasif. Kelompok aktif yaitu semen dan air, sedangkan yang pasif
yaitu pasir dan kerikil (disebut agregat, agregat halus dan agregat kasar).Kelompok
yang pasif disebut sebagai bahan pengisi sedangkan yang aktif disebut
perekat/pengikat.Istilah perekat tampaknya lebih cocok digunakan mengingat
fungsinya seperti lem, bukan seperti tali yang biasa mengikat.
Fungsi utama semen adalah mengikat butir butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga rongga udara diantara butir butir agregat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah Semen Portland, berupa semen
hidrolik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan penyusun beton. Semen
22

Portland dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari
silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan.
Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dipakai
waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk
proses hidrasi hanya kira-kira 25% dari berat semennya. Penambahan jumlah air
akan mengurangi kekuatan setelah mengeras.
Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas tertentu
yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif. Pemeriksaan secara berkala
perlu dilakukan, baik yang masih berbentuk bubuk kering maupun pasta semen yang
sudah mengeras.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland

di Indonesia dibagi

menjadi 5 tipe, yaitu:


a. Tipe I
: Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
Memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang
disyaratkan pada jenis-jenis lain.
b. Tipe II
: Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Tipe III
: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan
terjadi.
d. Tipe IV
: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
persayaratan panas hidrasi yang rendah.
e. Tipe V
: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
Penyimpanan semen kadang-kadang diperlukan dalam jangka waktu lama,
terutama jika distribusi semen tidak teratur. Walaupun semen dapat dijaga mutunya
dalam jangka waktu tidak terbatas asalkan uap air dijauhkan dari tempat
penyimpanan tersebut, namun butir-butir semen yang berhubungan dengan udara
akan menyerap air dengan perlahan-lahan, dan ini menyebabkan kerusakan. Lebihlebih jika semen ditaruh di atas tanah, semen akan lebih aktif lagi dan akibatnya lebih
cepat semen menyerap kadar uap air dari kelembaban sekelilingnya.
Semen dalam bentuk curah dapat disimpan dalam tempat penyimpanan
setinggi 2 meter atau lebih.Biasanya hanya bagian luar saja setebal 5 cm yang keras
dan harus dibuang sebelum semen dipakai. Semen dalam kantong dapat juga
disimpan dengan aman untuk beberapa bulan jika disimpan di atas lembaran alas
yang kedap air, dengan dinding dan lantai yang tidak porus serta jendela-jendela

23

ditutup dengan sangat rapat. Semen yang disimpan tidak boleh terganggu sampai
semen akan dipakai.
Akibat tidak sempurnanya penyimpanan semen dalam jangka waktu lama
semen akan menjadi buruk. Semen yang telah disimpan lebih dari 6 bulan sejak
dibuat, atau semen dalam kantong-kantong di penyimpanan lokal lebih dari 3 bulan,
perlu diuji sebelum digunakan, dan jika sudah kurang baik sebaiknya ditolak
pemakaiannya.

Gambar 17. Semen


2.

Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yangberfungsi sebagai bahan pengisian

campuran mortar atau beton.Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% dari
volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan
tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga
pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton.
Agregat terbagi atas agregat halus dan agregat kasar.Cara membedakan jenis
agregat yang paling banyak dilakukan adalah dengan berdasarkan pada ukuran
butirannya. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau partikel-partikel yang
lewat saringan # 4 atau 5 mm, sedangkan agregat kasar tidak lewat saringan tersebut.
Ukuran maksimum agregat kasar dalam struktur beton diatur di dalam peraturan
untuk kepentingan berbagai komponen, namun pada dasarnya betujuan agar agregat
dapat masuk atau lewat di antara sela-sela tulangan atau acuan. Agregat yang
digunakan harus memenuhi ketentuan Standar Industri Indonesia (SIII) 0052-80 dan
dalam hal-hal yang tidak tercakup dalam standar tersebut juga harus memnuhi
24

ketentuan ASTM (American Society for Testing Materials) C33-86 untuk agregat
normal, serta pada ASTM C330-80 untuk agregat ringan.
Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm.
b. Kerikil untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm.
c. Pasir untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.
Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus),
bersih, keras, kuat, gradasi (distribusi ukuran butiran dari agregat) baik, dan tidak
bersifat reaktif terhadap alkali serta tidak mengandung lumpur.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara ilmiah (misalnya kerikil) atau dapat pula diperoleh dengan cara
memcah batu alam. Agregat pecahan (kerikil maupun pasir) diperoleh dengan
memcah batu menjadi berukuran butiran yang dIIIngini dengan cara meledakkan,
memecah, menyaring, dan seterusnya.
Umumnya butiran agregat yang pipih/panjang tidak boleh lebih dari 1 %.Hal ini
biasanya perlu diperhatikan pada agregat buatan, karena ada jenis mesin pemecah
batu yang hasilnya cenderung berbentuk panjang atau pipih.

Gambar 18. Agregat Kasar

25

Gambar 19. Agregat Halus


3.

Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,

membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa senyawa berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula,
atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan
kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat sifat beton yang dihasilkan.
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya paling
murah.Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan
pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Untuk bereaksi dengan semen, air yang dipelukan hanya sekitar 25 % berat semen
saja, namun kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit kurang dari 0,35.
Kelebihan air ini yang dipakai sebagai pelumas. Tetapi perlu dicatat bahwa tambahan
air untuk pelumas ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton akan rendah.
Selain itu, kelebihan air akan bersama-sama dengan semen bergerak ke permukaan
adukan beton segar yang baru saja dituang yang kemudian menjadi buih dan
26

merupakan suatu lapisan tipis yang dikenal dengan selaput tipis. Selaput tipis ini
akan mengurangi lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan bidang sambung
yang lemah. Apabila ada kebocoran cetakan, air bersama-sama semen juga dapat
keluar.
Air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau bahan-bahan lain yang bersifat
merusak beton dan baja tulangan.Sebaiknya dipakai air tawar bersih yang dapat
diminum.

Gambar 20. Air


4.

Baja Tulangan
Baja tulangan untuk beton terdiri dari batang, kawat, dan jaring kawat baja les

yang seluruhnya dirakit sesuai dengan standar ASTM.


Sifat-sifat terpenting tulangan baja yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
1.
Modulus Elastisitas (Es)
2.
Kekuatan Leleh (fy)
3.
Mutu Baja yang ditentukan
4.
Ukuran atau diameter batang
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami
retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem
struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang terutama
akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul di dalam sistem.
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain
batang polos berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan batang deformasian
(BJTD), yaitu batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus,
diberi sirip teratur dengan pola tertentu. Baja tulangan polos (BJTP) hanya
digunakan untuk tulangan pengikat sengkang atau spiral, umumnya diberi kait pada
ujungnya.

27

SIII 0136-80 (dalam Jurnal Teknik Sipil UNTAN/Volume 11 Nomor 1-Juni2011) melakukan pengelompokan baja tulangan untuk beton bertulang sebagai
berikut:
Tabel. I Jenis dan Kelas Baja Tulangan sesuai SIII 0136-80
JENIS

KELA

SIMBOL

S
Polos

Deformasia
n

BJTP24

BJTP30

BJTD24

BJTD30

BJTD35

BJTD40

BJTD50

BATAS ULUR

KUAT TARIK

MINIMUM
N/mm2
(kgf/mm2)

MINIMUM
N/mm2
(kgf/mm2)

235
(24)
294
(30)

382
(39)
480
(49)

235
(24)
294
(30)
343
(35)
392
(40)
490
(50)

382
(39)
480
(49)
490
(50)
559
(57)
610
(63)

Sumber : Jurnal Teknik Sipil UNTAN/Volume 11 Nomor 1-Juni-2011


Pekerjaan penulangan kolm dimulai dari mempelajarai gambar kerja. Pada
kolom tulangan pokok 13 mm dan sengkang 8 mm. Tulangan dibengkokkan
dengan mengunakan bending sesuai dengan diameter tulangan. Pemotongan tulangan
dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong tulangan (barcutter). Pekerjaan
pembengkokan dan pemotongan dilakukan dibawah, sedangkan perangkaian
tulangan diatas cetakan balok. Untuk pembengkokan tulangan menggunakan kunci
pembengkok, dengan menempatkan tulangan yang akan dibengkokkan diletakkan
pada landasan dengan posisi jepit pada pen pen yang jaraknya berdasarkan
diameter tulangan yang akan dibengkokkan. Setelah panjang bengkokan ditandai,
kunci pembengkok ditempatkan pada posisi tulangan yang akan dibengkokkan,
kemudian kunci pembengkoko digerakkan dengan cara melingkar sesuai dengan
sudut yang dibutuhkan. Gambar jenis kaitan tulangan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
28

Kaitan miring pada sengkang harus berupakan kait miring, yang melingkari
batang batang sudut, dan mempunyai bagian bagain yang lurus paling sedikit 6
kali diameter batang dengan minimum 5 cm.

Gambar. 21Contoh Gambar Kait Pada Tulangan


Gambar 22. Tulangan Baja

5.

Kawat Baja Pengikat


Kawat baja pengikat yang dimaksud disini adalah kawat baja yang digunakan

untuk mengikat atau merangkai tulangan pada beton bertulang.Kawat baja pengikat
ini digunakan untuk mengikat tulangan dengan sengkang pada balok maupun kolom
dan juga mengikat tulangan pada pelat lantai agar jarak tulangan dapat diatur sesuai
dengan gambar rencana.Sama halnya dengan baja tulangan, kawat ini harus kuat dan
tidak mudah patah.Kawat pengikat ini terbuat dari besi lunak yang lebih dahulu
dipijarkan dan biasanya berukuran 1 mm. Biasanya kawat ini diproduksi dalam
bentuk gulungan, sehingga harus dilakukan pemotongan sesuai dengan kebutuhan
sebelum digunakan.

29

Gambar 23. Kawat Pengikat


6.

Triplek
Plywood atau kayu lapis atau yang lebih dikenal dengan istilah triplek terbuat

dari bahan kayu solid yang diproses menjadi beberapa lembaran tipis atau lapisan
kayu yang arah seratnya disusun saling melintang antara lembaran bawah dengan
lembaran bagian atasnya secara bersamaan dengan perekat khusus di bawah tekanan
besar sehingga didapatkan ketebalan tertentu.Dari proses ini maka bahan ini sangat
tahan terhadap resiko pecah/retak, melengkung atau melintir yang tergantung pula
pada ketebalannya.
Triplek diproduksi karena kebutuhan akan papan lebar sangat besar dan apabila
menggunakan kayu biasa susah didapatkan dan sangat beresiko tinggi terhadap efek
penyusutan kayu misalnya melengkung, melintir dan pecah atau retak.Ukuran triplek
pada umumnya panjang 244cm,lebar 122cm dan ketebalannya bermacam-macam
ukuran.
Kelebihan triplek adalah karena sangat praktis penggunaannya,daya tahannya
terhadap penyusutan kayu serta ukurannya yang panjang dan lebar yang tidak
mungkin didapatkan dari kayu biasa pada posisi dan kualitas yang sama.
Sedangkan kekurangannya adalah triplek tidak punya daya tahan terhadap cuaca
yang sama kuatnya dengan kayu biasa sehingga tidak cocok untuk digunakan luar
ruangan.
Bahan bangunan ini hanya direkomendasikan digunakan di dalam ruangan
misalnya untuk menyekat ruangan,untuk daun pintu sederhana dan untuk plafon..
Kelemahan paling besar pada triplek adalah pada sisi tebalnya. Sisi tebal triplek

30

merupakan bagian yang paling mudah menyerap air dan permukaannya sangat kasar.

Gambar 24. Triplek


7.

Kayu
Kayu digunakan untuk membantu pembangunan konstruksi baik penyangga

cetakan ataupun sebagai pijakan. Kayu yang dipakai harus pada kondisi yang baik,
tidak cacat dan tidak lapuk. Kayu digunakan sebagai perancah dan penguat bekisting.
Karena hanya sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pekerjaan tertentu dan sifatnya
sementara, maka dipilih kayu dengan kelas keawetannya tidak terlalu tinggi tetapi
cukup kuat menahan beban yang akan diterima.

31

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kayu khususnya


untuk cetakan bekisting seperti, kayu harus berkualitas baik, tua tidak bergetah,
kering udara, tidak pecah serta lurus, kayu yang di gunakan dapat berupa balok,
papan tripleks atau multiplex.

Gambar 25. Kayu


D. Kolom
1. Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T15-1991-03 mendefisinikan kolom adalah struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
2. Fungsi Kolom
Fungsi kolom adalah menahan semua beban dari atap ke pondasi dan
selanjutnya diteruskan ke tanah dasar (Mistra, 2007). Bila diumpamakan, kolom itu
seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri.Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan
32

dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya dikolm.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke pondasi kemudian dilanjutkan
kepermukaan tanah di bawahnya. Keruntuhan kolom struktur merupakan hal yang
sangat berarti ditinjau dari segi ekonomis maupun segi manusiawi.
3. Jenis Jenis Kolom
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang (Dipohusodo , 1996) :
a) Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang,
yang pada jarak spasi tertentu dIIIkat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral, sedemikian rupa sehingga penulangan keseluruhan membentuk
kerangka seperti pada gambar.
b) Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama, hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom seperti pada gambar.
c) Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.

Gambar 26. gambar jenis-jenis kolom

33

4. Bagian bagian bekisting kolom


Adapun bagian bagian bekisting kolom adalah sebagai berikut :
a) Acuan
Acuan merupakan bagian bekisting yang berhubungan dan membentuk
langsung terhadap kolom beton yang dibuat. Papan acuan dipilih dari bahan
halus dan rata. Guna mendapatkan hubungan yang rapat, bahan acuan
dipilih papan yang halus dan diserut. Papan papan acuan dibelah dan
dirangkai sesuai dengan bentuk kolom yang akan dibuat, khususnya untuk
kolom yang berpenampang bulat dan bukan segi empat perlu perhatian
khusus terutama dalam menyediakan papan papan perangkainya, karena
bentuk bentuk kolom ini perangkainya disesuaikan dengan bentuk
penampang kolomnya.
b) Papan perangkai ( klam )
Papan perangkai merupakan bagian bekisting yang berfungsi untuk
merangkaikan atau menyatukan papan papan acuan agar dapat menjadi
satu kesatuan. Papan perangkai dipasang pada jarak jarak tertentu melalui
proses perhitungan, sehingga dengan jarak tersebut setelah mendapatkan
tekan samping masih dalam kondisi layak.
c) Penguat atau pengaku tegak
Penguat atau pengaku tegak merupakan bagian bekisting yang menempel
langsung pada klam di sisi luar acuan. Pengaku terbuat dari kayu kaso 4/6
atau 5/7 cm dan dipilih bahan yang lurus.
d) Penguat atau pengaku mendatar
Pengaku mendatar terbuat dari bahan kaso 4/6 atau 5/7 cm terletak di luar
pengaku tegak. Pengaku mendatar berfungsi menyatukan acuan kolom
sekaligus menopang tekanan samping oleh beton, sehingga dengan adanya
penguat tersebut semua gaya gaya yang disebabkan oleh pengaruh
pengecoran dapat dieliminasi dan tidak perlu sekur penyangganya.
e) Sekur
Sekur terbuat dari bahan kaso berukuran 4/6 atau 5/7 cm yang dipasang
pada bagian ujung atas dan bawah bekisting kolom. Apabila kolom
merupakan bekisting tunggal dalam arti tidak dikombinasikan dengan
34

bekisting balok maupun lantai, maka sekur perlu dipasang, tetapi jika
bekisting kolom dikombinasikan dengan bekisting kolom dan balok serta
lantai merupakan satu kesatuan dan dilengkapi dengan sekur sekur
perancah, sehingga cukup memperkokoh kedudukan bekisting kolom.
Keberhasilan suatu pekerjaan penulangan sangat dipengaruhi oleh apakah
penulangan telah diletakkan dengan benar di dalam beton, dengan penutup yang
memadai. Bila tidak diikat dengan baik dan kemudian bergerak pada waktu
pengecoran, hal itu akan melemahkan beton. Bila penutup kurang tebal maka
tulangan akan berkarat, memuai dan beton akan mengelupas. Pembesian merupakan
tahap awal pembentukan konstruksi. Pada tahap ini pekerjaannya menggunakan
tulangan baja yang dirangkai dengan kawat pengikat baja dan melalui hasil
perhitungan. Adapun beberapa syarat dari penulangan kolom adalah :
1)Selimut beton minimal 2,5 untuk didalam 3 meter untuk keluar
2)Lebar b minimal 15 cm
3)Garis tengah tulangan bujur minimal 12 mm dan diameter begel 6 mm
4)Jarak bersih tulangan <4/3 diameter tulangan 3 mm
5)Jarak Begel <15 x diameter tulangan pokok.
4. Konstruksi Kolom
a. Pemasangan Bekesting Pada Kolom
Bekesting merupakan cetakan yang dirangkai menjadi suatu kesatuan melalui
proses perhitungan Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi
tanggung jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan
tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal
ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin dengan
memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang menjadi kendala

35

dalam pelaksanaan nantinya. Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting menjalani


tiga fungsi :
1) Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat. Bentuk
sederhana dari sebuah konstruksi beton menuntut bekisting yang
sederhana.
2) Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan
oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini
perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan
asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tersebut.
3) Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan
dipindahkan.
Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa
alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari
masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan, faktor pengambilan
keputusan mengenai penentuan metode ini juga tergantung dari pengalaman dan jam
terbang dari pemborong kerja tersebut. Ada 3 tujuan penting yang harus
dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian
sehingga bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat
dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan
yang memadai sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan
mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam
proses pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).
36

Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan
mengenai metode bekisting yang akan dipakai yaitu :
1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi
komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti
yang direncanakan dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan
dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi
struktur kecil.
2. Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang
(memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi
salah satu pertimbangan utama untuk penentuan berapa kali siklus pemakaian
material bekisting. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
pengajuan harga satuan pekerjaan.
3. Ketersediaan material dan alat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan
untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan
diterapkan.
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu
pengerjaan proyek work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana
transportasi dan lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang
terhadap faktor-faktor tersebut maka diambil keputusan mengenai metode bekisting
yang akan diterapkan.
Pada pekerjaan kontruksi bekisting menjalankan 5 fungsi yaitu :
1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat.
2. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah
bekisting yang sederhana.
37

3. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh
spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran.
4. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat
diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tersebut.
5. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan, dan
dipindahkan. Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.
Berikut adalah pemasangan bekesting pada pekerjaan kolom :
1) Pemasangan Papan Acuan
Papan acuan adalah merupakan pelat yang halus dan rata yang dirangkai
membentuk ukuran yang diinginkan. Acuan diperlukan untuk membuat beton
dengan ukuran, bentuk dan letak yang tepat, serta dengan kualitas yang
dikehendaki (Nugraha & Antoni, 2007:157). Bahan bahan acuan biasanya terbuat
dari kayu, tripleks, polywood, multipleks, dan plat baja.
2) Pemasangan Pengaku Tegak dan mendatar
Pemasangan pengaku tegak dan pengaku mendatar merupakan bagian
begesting yang dipasang dengan fungsi masingmasing. Pengaku tegak
berfungsi memperkokoh papan acuan agar tidak terjadi kebocoran ataupun
kemiringan. Pengaku mendatar berfungsi menyatukan acuan secara horizontal
sekaligus menahan tekanan yang datang dari arah horizontal.
3) Skur
Skur dipasang pada bagian ujung atas bawah bekesting kolom skur berfungsi
untuk memperkokoh kedudukan bekesting kolom.
b. Pengecoran
Cara penuangan (pengecoran) beton mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan antara lain:
1.

Beton yang dituang harus sesuai dengan kelecakan (workability) yang


diinginkan, agar dapat mengisi bekisting dengan baik dan penuangan harus
38

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi. Segregasi adalah


pemisahan butiran agregat kasar dari adukan dan dapat menyebabkan sarang
kerikil yang mengakibatkan kekuatan beton berkurang.
2.

Harus diperhatikan kesinambungan penuangan beton, penuangan lapisan


beton yang baru harus dilakukan sebelum lapisan beton sebelumnya
mencapai waktu setting awal (initial setting time).

3.

Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya dan beton yang telah
terkotori oleh bahan lain tidak boleh digunakan lagi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton supaya tidak
terjadi segregasi adalah:
1.

Beton yang dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan, tinggi
jatuh penuangan adukan maksimum 60 cm.
Sumber: http://bestananda.blogspot.com/2012/07/pengecoran-

kolom.html#ixzz33fvAIPwQ
Pada umumnya pencampuran dimulai dengan memasukkan air terlebih
sebelum material lain dimasukkan.
a. Pengangkutan (Transporting)
Beton diangkut dengan

berbagai

macam

cara,

mulai

dengan

menggunakan kereta sorong, kereta penuang, skip dan truk readymix sampai
pompa beton.
b. Pemadatan (Compacting)
Pemadatan adalah mengeluarkan udara dari campuran beton karena dapat
mengurangi kekuatan akhir beton.
c. Penyelesaian (Finishing )
Penyelesaian merupakan proses akhir dari pekerjaan konstruksi,
umumnya proses ini memastikan setiap pekerjaan sudah benar-benar selesai.
d. Perawatan (Curing)
Lama perawatan beton tergantung dari jenis semen, kekuatan, cuaca,
rasio, permukaan terek spose per volume, dan konsisi terekspose.
3. Pembongkaran Bekisting
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap
mengeras. Berikut ini adalah metode kerja pembongkaran bekisting kolom:
a. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 8 jam dari pengecoran
terakhir dengan tenaga orang (berbeda-beda tergantung pada setting time
39

beton, setiap mix design yang dibuat juga berbeda tergantung dari bahan
admixture yang digunakan). Jika pembongkaran dilakukan sebelum waktu
pengikatan pada beton menjadi sempurna (kurang dari setting time yang
disyaratkan), maka akan terjadi kerusakan/cacat pada beton tersebut. Upaya
dalam mencegah kerusakan yang terjadi yaitu dilakukan pembongkaran
setelah setting time yang disyaratkan, agar beton dapat mengeras terlebih
dahulu. Karena beton kolom yang digunakan tidak langsung menerima beban
besar (momen akibat beban sendiri termasuk kecil), maka pembongkaran
bekistingnya lebih cepat dibandingkan pembongkaran bekisting pada balok
dan pelat lantai.
b. Hal yang pertama dilakukan yaitu mengendorkan semua baut dan wing nut,
kemudian melepas tie rod yang terdapat pada horizontal waller.
c. Kemudian mengendorkan dan melepas push pull prop RSS1 dan kickers
brace AV1 pada wedge head piece.
d. Langkah selanjutnya adalah melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace
AV1 dari base plate yang secara bersamaan begesting kolom akan lepas
dengan sendirinya dari permukaan beton.
e. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan ke tempat yang
telah disediakan dengan bantuan alat tower crane, untuk dilakukan
pembersihan dan pengolesan dengan oil form.
4.

Perawatan Beton
Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu pasca-

pembukaan bekisting (demoulding of form work) agar optimasi kekuatan beton dapat
dicapai mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan ini berupa
pencegahan atau mengurangi kehilangan/penguapan air dari dalam beton yang
ternyata

masih

diperlukan

untuk

kelanjutan

proses

hidrasi.

Bila

terjadi

kekurangan/kehilangan air maka proses hidrasi akan terganggu/terhenti dan dapat


mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan kekuatan beton, terutama
penurunan kuat tekan (Lubis, 1986; Mulyono, 2004; dan Amri, 2005).

40

BAB III
PELAKSANAAN PKLI
A. Gambaran Umum Proyek
Proyek didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka
waktu yang terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Proyek ditujukan
pada hal hal tertentu, oleh karena itu maka suatu proyek memerlukan perencanaan
dan pelaksanaan.
Dalam

pelaksanaan sebuah pembangunan dibutuhkan perencanaan dan

teknis pelaksanaan konstruksi bangunan yang aman, efektif, efisien, kuat dan
tentunya sesuai dengan daya beli masyarakat. Pelaksanaan pembangunan juga
harus mengikuti syarat bangunan yang telah ditetapkan begitu juga dengan
proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau yang dirancang dan
didesain dengan perencanaan dan teknis pelaksanaan konstruksi bangunan yang
baik.
1. Lokasi
Proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko
berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan Johor.

41

2. Data Proyek
a. Data Teknis
Kontraktor
: PT. Gapura Cipta Anugrah
Konsultan Perencana : PT. Gapura Cipta Anugrah
Konsultan Pengawas : PT. Gapura Cipta Anugrah
b. Data Non Teknis
Ukuran bangunan per Unit :
Luas Lantai Dasar = 15 m x 4 m = 60 m
Luas Lantai I
= 15 m x 4 m = 60 m
Luas Lantai II
= 15 m x 4 m = 60 m
Luas Bangunan
= 15 m x 4 m = 60 m x 20 Unit = 1200 m
Tinggi Bangunan
=11,4 m
Jumlah Lantai
= 3 Lantai
Tinggi Kolom
= 3,3 m
Panjang Kolom
= 0,2 m
Lebar Kolom
= 0,4 m

3. Struktur Proyek

42

OWNER
Mr. BRENT

KONSULTAN
PERENCANA
PT. GAPURA CIPTA

KONTRAKTOR
PT. GAPURA CIPTA
ANUGRAH

KONSULTAN PENGAWAS
PT. GAPURA CIPTA
ANUGRAH

DIREKTUR
AMRUDI, ST
MANAGER PROYEK
IVAN PANGGABEAN, ST
TENAGA AHLI
HARIADI

ADM / PEMBUKUAN
NOOR HARTATI

LOGISTIK
RIO

MANDOR
TUKANG
PEKERJA

Gambar 27 . Struktur Organisasi Proyek

B. Penggunaan Peralatan dan Pembahasan


Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan tangga lantai I
pada proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit di Jln
Brigjen Hamid Medan yaitu :
1. Mesin Molen, digunakan untuk tempat pengadukan beton saat melakukan cor.
2. Lift, digunakan untuk mengangkut ready mix yang dituang dari molen kemudian
diangkut kelantai II dan lantai III.
3. Pemotong Baja (Bar Cutter), digunakan untuk memotong tulangan baja sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan.
4. Pembengkok Baja (Bar Bender), digunakan untuk membengkokkan baja sesuai
dengan bentuk, ukuran dan sudut yang ditentukan.
43

5. Beko (Kereta Sorong), digunakan untuk mengangkut bahan bahan seperti


semen, pasir, kerikil maupun campuran beton ketempat yang sulit dijangkau
yang seringkali dilakukan saat melakukan cor.
6. Sekop, digunakan untuk memindahkan bahan bahan seperti semen, pasir,dan
kerikil ketempat yang telah ditentukan.
7. Gergaji, digunakan untuk memotong kayu dan triplek sesuai dengan ukuran
yang dibutuhkan.
8. Palu / Martil, digunakan untuk memukul paku agar dapat melekatkan antar kayu.
9. Ember, digunakan untuk mengangkut air dari tong ketempat pengecoran.
10. Meteran, digunakan untuk mengukur lebar, tinggi, maupun panjang dari benda
yang diukur.
11. Tong, digunakan untuk menempatkan air yang dibutuhkan saat melakukan cor
12. Sendok Semen, digunakan untuk meratakan tangga yang sudah dicor agar tidak
miring.
13. Unting-unting, digunakan untuk pengukuran ketegakan bekisting
C. Penggunaan Bahan dan Pembahasan
Adapun bahan - bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan tangga
lantai I pada proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20
Unit di Jln Brigjen Hamid Medan :
1. Semen yang digunakan dalam pelaksanaan kolom lantai II ini adalah semen Tipe
I dengan merk Semen Padang. Digunakan untuk campuran beton.
2. Pasir yang digunakan dalam pelaksanaan kolom lantai II ini adalah pasir yang
berasal dari sungai binjai. Berdasarkan dari hasil survey lapangan bahwa pasir
yang digunakan pada proyek ini homogen, sehingga secara teori pasir sudah
memenuhi syarat sebagai campuran beton.
3. Kerikil yang digunakan dalam pelaksanaan kolom lanai II ini adalah kerikil jenis
batu pecah dan kerikil yang berasal dari sungai tuntungan yang berukuran 5 mm
31,5 mm. Kerikil digunakan untuk campuran beton.
4. Air yang digunakan dalam pelaksanaan kolom lantai II ini adalah air yang dibuat
sendiri dengan menggali sumur dan dibantu dengan bantuan mesin sanyo. Air ini
digunakan untuk campuran beton
5. Kayu yang digunakan dalam pelaksanaan kolom lantai II ini untuk menegakkan
begisting dan membuat perancah kolom. Ukuran kayu yang digunakan adalah 5
x 7 cm.

44

6. Kawat pengikat digunakan untuk mengikatkan antar tulangan. Kawat pengikat


yang digunakan

1 mm.

7. Triplek digunakan untuk begisting kolom. Ukuran triplek yang digunakan yaitu
12 mm.
8. Baja digunakan sebagai tulangan yang dikombinasikan dengan beton. Ukuran
baja yang digunakan adalah

8,

13

D. Langkah-langkah Pelaksanaan Kolom


Dalam pekerjaan kolom banyak item-item pekerjaan yang harus diperhatikan
karena dalam pelaksanaannya berpengaruh kepada mutu beton yang diharapkan,
diantaranya :
a. Pembesian
b. Pemasangan bekisting
c. Pengecoran
d. Pembongkaran bekisting
e. Perawatan kolom
a. Pembesian
Langkah pertama dalam pekerjaan persiapan kolom adalah mengerjakan
pembesian atau sering disebut pekerjaan penulangan. Pada lantai II digunakan kolom
dengan ukuran 20 cm x 40 cm dengan tinggi 330 cm. Tulangan pokok yang dipakai
adalah 813 14 mm , dan tulangan sengkang yang dipakai adalah 8 mm
8 mm dengan

jarak

setiapsengkang12,5cm.Bahan yang sebelumnya berada pada lantai dasar sudah diang


kut kelantai II.
Pembesian terdapat beberapa tahap yaitu: pemotongan/pembengkokan,dan
merangkai tulangan.
Dalam pekerjaan pengikatan tulangan pertama sekali dilakukan pemotongan dan
pembekokan besi tulangan baja dengan alat pemotong sesuai dengan panjang
tulangan yang diperlukan .Setelah tahap pemotongan dan pembengkokan baja
45

tulangan selesai, maka selanjutnya masuk ketahap pekerjaan merangkai baja


tulangan beserta sengkang.
Cara pemotongan dan pembengkokan besi tulangan adalah sebagai berikut:

Gunakanlah meja yang kuat dan rata

Siapkan besi tulangan yang dibutuhkan sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan

Cek kembali besi-besi yang telah dibengkokan

Jika ada besi yang susah dibengkokan maka boleh dipanaskan dengan
persetujuan engineer

Ikuti perubahan schedule pembesian & dapatkan dokumen terbaru

Rangkai tulangan tersebut pada meja kerja yang dibuat khusus untuk
merangkai tulangan. Memasukkan baja tulangan pokok kedalam baja
sengkang lalu diikat dengan menggunakan kawat pengikat atau sering disebut
kawat beton.

Setelah tulangan pokok dan sengkang sudah terpasang dengan baik, maka
tahap berikutnya adalah memasangkan tulangan pada tempatnya.

Pemasangan besi beton.


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan besi tulangan adalah sebagai
berikut :

Besi harus bersih (dari kotoran , minyak).

Peletakan tulangan pembesian harus diatur sehingga ada ruang tersedia untuk
proses pemadatan beton

Jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada overlapping yang sesuai
perhitungan atau spesifikasi teknis.

Suatu ketika mungkin perlu merakit tulangan dahulu di luar bekisting baru
kemudian meletakan sesuai posisinya.

Flow proses penyimpanan hingga pemasangan harus direncanakan paling


efektif dan efisien.

Cara pelaksanaan pemasangan besi tulangan pada kolom :


1.

Terlebih dahulu siapkan besi tulangan baja dan baja sengkang sebanyak
yang dibutuhkan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
46

2.

Rangkai tulangan tersebut pada meja kerja yang dibuat khusus untuk
merangkai tulangan. Memasukkan baja tulangan pokok kedalam baja
sengkang lalu diikat dengan menggunakan kawat pengikat atau sering
disebut kawat beton.
Pada proyek ini baja sengkang yang diikat ke baja tulangan pokok, dengan

3.

jarak antara tulangan sengkang yang satu dengan baja sengkang lainnya 15
4.

cm.
Proses pengikatan dengan menggunakan kawat beton harus benar benar
kokoh dan sebaik mungkin agar kolom yang telah jadi sesuai dengan yang
diinginkan dan tidak mengalami geser.

Gambar.28 Pemasangan Besi

5.

Setelah tulangan pokok dan sengkang sudah terpasang dengan baik, maka

6.

tahap berikutnya adalah memasangkan tulangan pada tempatnya.


Setelah tulangan berdiri kokoh pada tempat yang telah ditentukan, sebelum
cetakan kolom atau bekisting dipasang, maka dibuat dulu tulangan stick
kolom (sepatu kolom) pada bagian bawah kolom yang terbuat dari besi
yang nantinya berfungsi untuk menahan cetakan agar tidak langsung
menempel pada tulangan.
Setelah tulangan kolom selesai dirangkai, kemudian disetel pada bekisting

kolom yang sudah dipasang selanjutnya pada tulangan tarik diikatkan beton-beton
decking. Hal ini dilakukan untuk menjamin ketebalan selimut beton, namun pada
pelaksanaan di lapangan beton deking diganti dengan batu krikil dan campuran beton
sebagai pengganti pengganjal tulangan. Ini dilakukan berdasarkan pengalaman para
47

tukang.Berdasarkan teori pengganjal tulangan dilakukan dengan menggunakan beton


decking dan diikatkan pada tulangan tarik, karena apabila beton decking tidak diikat
akibatnya pada saat pengecoran dan pemadatan dilakukan batu pengganjal akan
bergeser sehingga menimbulkan selimut beton tidak sama tebal. Hal ini dapat
mengakibatkan kemampuan balok untuk mendukung momen lapangan.
b. Pekerjaan Bekisting Kolom
Sebelum pemasangan bekisting dilakukan pada kolom yang telah diberi
tulangan, terlebih dahulu dipasang sepatu kolom yang berfungsi sebagai mal atau
ukuran agar bekisting nantinya pas pada posisi yang ditentukan. Sebelum
pemasangan, bekisting telah siap dirangkai sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan sehingga pelaksanaan nantinya hanya memasang bekisting. Setelah
bekisting dipasang kemudian dikunci rapat-rapat agar air semen tidak keluar. Perlu
juga diperhatikan bahan yang digunakan untuk bekisting. Langkah selanjutnya
pemasangan sekur guna mencegah terlepasnya kunci sehingga kolom yang
dihasilkan nantinya benar-benar kuat sesuai dengan perencanaan.
Bagian bagian bekisting kolom yang dikerjakan pada proyek ini adalah sebagai
berikut :
1) Papan Acuan
Acuan merupakan bagian bekisting yang berhubungan dan membentuk
langsung terhadap kolom beton yang dibuat.Papan acuan dipilih dari bahan
yang cukup halus dan rata.Guna mendapatkan hubungan yang rapat, dipilih
bahan acuan yang lurus serta telah diserut. Papan-papan acuan tersebut
dibelah dan dirangkai sesuai dengan bentuk kolom yang akan dibuat. Pada
proyek ini digunakan papan acuan dengan menggunakan triplek 9 mm.
2) Papan Perangkai atau Klam
Papan perangkai merupakan bagian bekisting yang berfungsi untuk
merangkaikan atau menyatukan papan-papan acuan agar dapat menjadi satu
kesatuan. Papan perangkai dipasang pada jarak-jarak tertentu melalui proses
perhitungan. Klam perangkai dibuat dengan memanfaatkan sisa / potongan
kayu yang tidak terpakai, asalkan panjangnya masih cukup panjang selebar
48

cetakan yang akan disambung . Pada proyek ini perangkai atau klam terbuat
dari kayu sembarang dan cara pemasangannya menggunakan paku.
3) Penguat atau pengaku tegak
Penguat atau pengaku tegak merupakan bagian bekisting yang menempel
langsung pada klam di sisi luar acuan. Pada proyek ini pengaku terbuat dari
kayu ukuran 2 x 2 x 16 inci dan dipilihkan bahan yang lurus. Apabila
bekisting membentuk kolom segi empat, maka setiap sisi dipasang minimum
2 batang atau dengan jarak tertentu sesuai dengan perhitungan perencanaan.
Pengaku inilah yang akan memperkokoh atau menambah kekuatan papan
acuan secara keseluruhan sehingga pada saat pengecoran nanti tidak terjadi
kemiringan/kerusakan pada papan acuan.
4) Penguat atau pengaku mendatar
Pengaku mendatar terbuat dari kayu ukuran 2 x 3 x 16 inci yang terletak
diluar pengaku tegak.Pengaku mendatar berfungsi menyatukan acuan kolom
sekaligus menopang tekanan samping oleh beton, sehingga dengan adanya
penguat tersebut semua gaya-gaya yang disebabkan oleh pengaruh
pengecoran dapat dieliminasi dan tidak perlu sekur penyangga.
5) Sekur
Sekur terbuat dari kayu ukuran 2 x 3 x 16 inci seperti pengaku mendatar
yang dipasang pada bagian ujung atas dan bawah bekisting kolom. Apabila
kolom merupakan bekisting tunggal dalam arti tidak dikombinasikan dengan
bekisting balok maupun lantai maka sekur perlu dipasang, tetapi jika
bekisting kolom dikombinasikan dengan bekisting balok dan lantai maka
tidak perlu dipasang sekur, karena antara bekisting kolom dan balok serta
lantai merupakan satu kesatuan dan dilengkapi dengan sekur-sekur perancah,
sehingga cukup memperkokoh kedudukan bekisting kolom.
Pada ujung bawah sekur dipasang balok beton atau balok kayu yang sudah
diperkokoh sebagai tumpuan sekur yang ada.Perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pemasangan papan acuan, karena pekerjaan ini selalu berkaitan dengan pekerjaan
pembesian. Jadi agar tidak saling mengganggu, maka acuan yang akan dipasang
49

dirangkai pada ketiga sisinya (untuk kolom segi empat), kemudian dipasang pada
pembesian kolom yang sudah berdiri dan selanjutnya baru dipasang lagi satu sisi
lainnya.
Secara ringkas langkah-langkah pekerjaan bekisting kolom adalah sebagai berikut :
1.

Mempersiapkan bahan serta alat yang diperlukan

2.

Memotong bahan sesuai dengan ukurannya dan merangkai bahan-bahan


tersebut.

3.

Merangkai papan - papan acuan yang terbuat dari


tipleks 9 mm pada arah memanjang dengan menggunakan klam dari kayu
sembarang.

4.

Merangkai papan pada langkah 5 menjadi cetakan kolom segi empat dan
kontrol kesikuannya dengan penyiku.

5.

Memasang pengaku mendatar terbuat dari kayu ukuran 2 x 3 x 16 inci


disetiap sisi luar acuan, yaitu pada kedua bagian tepi dan tengah
sepanjang acuan kolom, dipaku dari sisi samping gelagar mengenai tepat
pada klam. Perhatikan posisi pengaku tersebut di bagian tepi tidak boleh
menonjol keluar yang dapat mengakibatkan menggangu kedudukan
pengaku yang lainnya.

6.

Memasang klam dari dari kayu sembarang ukuran 6,5 x 4 cm pada


bagian atas dan bawah yang berjarak lebih kurang 15 cm dari ujung, yang
dipakukan diatas pengaku mendatar. Fungsi klam ini untuk mencegah
agar tidak terjadi lepasnya acuan serta untuk tumpuan skor pada saat
penyetelan.

7.

Menentukan letak atau tempat kedudukkan acuan dan berdirikan pada


tempat tersebut.

8.

Memasang sekur-sekur dari kayu ukuran 2 x 3 x 16 inci pada bagian


ujung atas maupun ujung bawah cetakan pada keempat sisinya yang
menumpu klam.

9.

Memotong sekur atas maupun bawah pada bagian ujung bawah,


sehingga didapat panjang ujung yang lebih kurang sama.

50

10.

Meletakkan blok beton yang bagian dalamnya ada unsur kayunya atau
blok kayu yang melintang ditindih blok beton ditempat ujung bawah
sekur.

11.

Memasang dua buah paku penggantung unting-unting pada bagian atas


acuan pada dua sisi yang berbeda, dan gantungkan dua buah untingunting, dan usahakan pada bagian pemberat tidak terganggu.

12.

Menyetel acuan tersebut dengan mengeser-geser kedudukan sekur


sambil memperhatikan posisi unting-unting.

13.

Mengukur jarak antara pada paku bagian atas cetakan maupun jarak
bagian bawah.

14.

Menyamakan jarak bawah dan atas dengan cara mengeser-geser


kedudukan sekur atas.

15.

Jika sudah mempunyai jarak yang sama, maka pakukan sekur tersebut
dengan blok-blok atau blok kayu, dengan demikian kedudukannya telah
vertikal.

16.

Memeriksa sekali lagi segala hubungan maupun sambungan kayu yang


ada agar didapat kedudukan bekisting yang benar - benar kokoh.

51

Gambar 29Bekisting Kolom

c. Pekerjaan Pengecoran Kolom


Setelah pekerjaan bekisting selesai dan terpasang dengan benar maka
pengecoran kolom pun dapat dilakukan. Adukan beton yang digunakan pada proyek
ini yaitu dengan pencampuran manual (tenaga manusia menggunakan skope,
cangkul, dan sebagainya). Beton dibuat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus
dan agregat kasar dengan menambahkan semen dan air secukupnya sebagai bahan
pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan beton , dalam
campuran beton ini tanpa menggunakan zat aditif.
Adapun langkah-langkah pengecoran pada proyek pembangunan Town House Tapian
Nauli Hijau adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, proses pengangkut bahan yang
masih berada di lantai dasar dengan menggunakan tenaga pekerja.
2. Selanjutnya dilakukan proses pencampuran bahan-bahan,

dengan

perbandingan campurannya 1 : 3 : 5. Pengadukan dilakukan secara manual di


lantai kerja.
3. Pengadukan manual dimulai dengan pasir dan semen dicampur dalam
keadaan kering dengan komposisi yang telah ditentukan. Pencampuran
dilakukan sampai merata. Tambahkan kerikil dan diaduk kembali hingga
merata.
4. Kemudian dibuat lubang di tengah adukan dan tambahkan air sedikit demi
sedikit di tengah lubang yang telah dibuat.
5. Pengadukan dilanjutkan hingga merata dan penambahan air dilakukan sambil
menggaduk.
6. Selanjutnya proses pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan
ketempat pengecoran yang dilakukan dengan segera mungkin.
7. Campuran yang telah dibuat dimasukkan kedalam ember-ember yang sudah
dipersiapkan, lalu para pekerja yang sudah bersiap pada posisinya masingmasing mulai memasukkan adukan beton kedalam bekisting kolom.

52

Gambar 30 Pengecoran Kolom

d. Pembongkaran Bekisting
Pada proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau pembongkaran
bekisting dilakukan lebih cepat yaitu 5 Hari.Dalam pelaksanaannya di lapangan
pembongkaran bekisting cukup mudah dilakukan, pembongkaran bekisting harus
dengan hati-hati agar hasil tidak rusak dan sesuai dengan perencanaan yaitu dengan
permukaan kolom yang rata dan seragam serta tidak keropos.
Pembongkaran bekisting ini cukup mudah yaitu dengan membuka paku - paku
pada klam dan juga melepas sekur yang telah dipasang. Dalam melakukan
pembongkaran bekisting ini harus hati-hati agar hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana yaitu sudut kolom dan warna permukaannya seragam dan tidak keropos. Hal
itu tentu terjadi jika air semen sewaktu pengecoran tidak keluar serta sudut-sudut
kolom harus benar-benar siku. Setelah selesai maka selanjutnya pekerjaan
pembersihan yaitu pembersihan daerah kolom yang telah dicor dari sampah-sampah
bekas pekerjaan disekitarnya. Tahap pembersihan dilakukan agar pekerjaan
selanjutnya tidak terganggu.

53

Gambar 31 Pembongkaran bekisting


e. Perawatan Kolom
Perawatan beton yang telah dicor dilakuan setelah pembongkaran dan hasil cor
selesai. Pada proyek pembangunan perawatan beton yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Dilakukan penyiraman secara kontiniu terhadap beton untuk menghindari
proses hidrasi yang menyebabkan susut yang berlebihan. Digunakan mesin
pompa air dan selang untuk melakukan perawatan ini.
b. Dilakukan pembalutan beton dengan karung basah selama pekerjaan
berlangsung ini dilakukan satu kali jadi ketika penyiraman berlangsung air
tidak cepat kering.
E. Melaporkan kendala-kendala yang terjadi dilapangan berikut dengan
solusinya
1. Keterbatasan Air
Adapun kendala yang sering dihadapi dalam proses pelaksanaan proyek
pembangunan ruko adalah susahnya mencari air. Sumur yang telah dibuat hanya
berisi sedikit air, akibatnya ketika memerlukan air, manajer proyek menyarankan
untuk membeli air mineral dalam kemasan galon seperlunya
2. Faktor Cuaca
54

Selain air, faktor cuaca adalah salah satu kendala yang juga memicu
keterlambatan proyek, cuaca yang sering hujan membuat para pekerja berhenti
bekerja. Akibatnya, pembangunan proyek terrhambat dan banyak membuang waktu.
Tetapi hal itu dapat diatasi dengan bekerjanya para pekerja sampai malam.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proyek pembangunan Town House Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko
yang berlokasi di Jl. Brigjend Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan
Johor memiliki struktur organisasi yang lengkap sesuai kebutuhan didalam
pekerjaan, sehingga memudahkan ketepatan waktu dalam menyelesaikan
proyek.
2. Peralatan yang digunakan adalah peralatan manual yang terawat dengan baik
dan lengkap. Sehingga tidak ada kendala yang terjadi saat pekerjaan tangga
sedang berlangsung.
3. Bahan bahan yang digunakan didapat dari tempat yang mempunyai kualitas
yang baik. Walaupun ada sedikit kendala dengan ketersediaan bahan bangunan,
namun hal itu dapat teratasi sehingga tidak memperlambat pekerjaan.
4. Teknik pelaksanaan kolom lantai II pada proyek pembangunan Town House
Tapian Nauli Hijau sebanyak 20 Unit Ruko yang berlokasi di Jl. Brigjend
Hamid, Gg. Tapian Nauli, Kecamatan Medan Johor telah sesuai dengan kajian
teori yang telah dijelaskan

55

5. Kajian teori yang telah dijabarkan tidak berbeda dengan pelaksanaan teori dalam
pelaksanaannya. Hal tersebut dapat dinyatakan karena beberapa hal berikut,
yaitu : bagian bagian kolom yang dikerjakan sesuai dengan fungsi yang telah
dijelaskan, salah satu bentuk kolom

yang dikerjakan sesuai teori bentuk

bentuk kolom, bahan bangunan kolom yaitu beton bertulang sesuai teori yang
telah dijelaskan tentang bahan bangunan kolom, dan lain sebagainya.

B. Saran
Dengan terselesaikannya laporan PKLI ini penulis memberikan beberapa saran
yang tujuannya adalah agar dapat memperbaiki kesalahan yang ada didalam
pekerjaan ketika penulis melakukan PKLI, yaitu :
1. Kepada PT. GAPURA CIPTA ANUGRAH, sebaiknya dilakukan kelengkapan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) kepada para pekerja agar terhindar dari
segala kecelakaan kerja saat bekerja.
2. Sebaiknya pimpinan proyek dapat membagi waktu pekerjaan agar pekerjaan
tidak terlambat akibat faktor cuaca. Pimpinan proyek harus dapat memanage
waktu pekerja agar pekerjaan tidak terhambat.
3. Sebaiknya masing-masing pekerja memakai alat-alat keselamatan kerja dan
lebih mengutamakan keselamatan kerja.

56

DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, 1999, Struktur Beton Bertulang,Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Frick, Heinz dan Pujo L Setiawan,2002,Ilmu Konstruksi perlengkapan dan utilitas
bangunan,Yogyakarta : Kanisius
Mulyono, Tri, 2003,Teknologi Beton,Jakarta: C.V Andi Offset
Nugraha, Paul dan Antoni, 2007, Teknologi Beton,Yogyakarta : C.V Andi Offset
Poerwadarminta, W.J.S, 1966, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta : P.N Balai
Pustaka
Sutrisno,2009,Struktur Beton Bertulang, Medan: Universitas Tri Karya Medan

57

Anda mungkin juga menyukai