A. Definisi
Coronary Artery Disease (CAD) adalah penyakit arteri koroner yang
meliputi berbagai kondisi patilogi yang menghambat aliran darah dalam arteri
yang mensuplai jantung, biasanya disebabkan oleh arterosklerosis yang menyebab
kan insufisiensi suplay darah ke miokard (Long, 1996). Coronary Artery Disease
(CAD) dapat dikarakteristikan sebagai akumulasi dari plaq yang semakin lama
semakin membesar,
(Naettina, 2005).
Gangguan vaskular yang membuat sumbatan dan penyempitan pembuluh
darah coronary artery dan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan supply
oksigen ke otot jantung disebut sebagai CAD ( McCance & Huether, 2005)
B. Etiologi
Penyebab tersering Coronary Artery Disease (CAD) adalah :
1.
Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak.
2.
Perdarahan pada plak ateroma
3.
Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit
4.
Embolisasi trombus / fragmen plak
5.
Spsme arteria koronaria
Adapun factor resiko yang dapat menyebabkan Coronary Artery Disease
(CAD) sebagai berikut :
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
a.
b.
Jenis kelamin
c.
d.
b.
c.
d.
e.
f.
Inaktivitas fisik
g.
Stress
h.
i.
Menopause
j.
k.
C. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri
besar sehingga disebut ateroma/plak yang akan mengganggu absorbasi nutrien
oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbulan menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut sehingga lumen menjadi semakin sempit dan berdinding kasar
menyebabkan aliran darah terhambat atau terhenti, kecuali sejumlah kecil aliran
kolateral dari pembuluh disekitarnya. Daerah otot yang sama sekali tidak
mendapat aliran atau mendapat begitu sedikitnya aliran sehingga tidak dapat
mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark. Seluruh proses
ini disebut infark miokardium.
Segera setelah mulai timbul infark, sejumlah kecil darah kolateral meresap
ke dalam daerah infark, dan hal ini bersama dengan dilatasi progresif pada
pembuluh darah lokal, menyebabkan daerah tersebut dipenuhi oleh darah yang
terbendung. Secara bersamaan, serat otot memakai sisa akhir oksigen dalam darah,
sehingga hemoglobin menjadi tereduksi secara total menjadi berwarna biru gelap.
Daerah yang mengalami infark menjadi berwarna coklat kebiru-biruan dan
pembuluh darah dari daerah tersebut tampak mengembang walaupun aliran
darahnya kurang. Pada tingkat lanjut, dinding pembuluh manjadi sangat permeabel
dan membocorkan cairan, jaringan menjadi edematosa, dan sel otot jantung mulai
membengkak akibat berkurangnya metabolisme selular. Dalam waktu beberapa
jam tanpa penyediaan darah, sel-sel akan mati.
Otot jantung memerlukan kira-kira 1,3 mililiter oksigen per 100 gram
jaringan otot per menit agar tetap hidup. Nilai ini sebanding dengan kira-kira 8
mililiter oksigen per 100 gram yang diberikan pada ventrikel kiri dalam keadaan
istirahat setiap menitnya. Karena itu, bila tetap terdapat 15 sampai 30% aliran
darah koroner normal dalam keadaan istirahat, maka otot tidak akan mati. Namun,
pada bagian sentral dari suatu daerah infark yang besar, dimana hampir tidak
terdapat aliran darah kolateral, otot akan mati.
D. Manifestasi Klinis
1.
Nyeri
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian
bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul.
Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang
tajam dan berat, biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri.
Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah
kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai
beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin.
Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher.
Pasien dengan diabetes mellitus mungkin tidak merasa nyeri berat bila
menderita infark miokardium, karena neuropati yang menyertai diabetes
mempengaruhi neuroseptor, sehingga menumpulkan nyeri yang dialaminya.
2.
3.
Diaporesis
Demam
Temperatur mungkin saja meningkat pada 24 jam pertama dan berlangsung
paling selama satu minggu. Hal ini disebabkan karena ada sel yang nekrotik
yang menyebabkan respon infamasi.
5.
Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan
nekrosis
b.
6.
b.
LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam 48-72 jam dan
kembali normal dalam 7-14 hari.
c.
7.
Pemeriksaan Jantung
Biasanya tidak memperlihatkan kelainan, kecuali bunyi jantung dapat
terdengar redup. Bunyi jantung S4 sering terdengar pada penderita dengan
irama sinus, biasanya terdengar pada daerah apeks dan parastenal kiri. bunyi
jantung S3 dapat timbul bila terjadi kerusakan miokard yang luas. Kelainan
paru bergantung pada beratnya AMI, yang diklasifikasikan menurut Killip IIV:
Killip I
Killip II
Kllip III
Kllip IV
E. Penatalaksanaan Klinik
1.
Istirahat total dalam waktu 24 jam pertama atau masih ada keluhan
nyeri atau keluhan lainnya. Hal ini berguna untuk mengurangi beban kerja
jantung dan membantu membatasi luas permukaan infark.
2.
Oksigen 2-4 liter/menit, untuk meningkatkan oksigenasi darah
sehingga beban kerja jantung berkurang dan perfusi sistematik meningkat.
3.
IVFD Dextrose 5% atau NaCL 0,9% untuk persiapan pemberian obat
4.
intravena.
Pemberian morfin 2,5-5 mg IV atau petidin 25-50 mg IV, untuk
menghilangkan rasa nyeri . Bila dengan pemberian
5.
6.
7.
: Makanan saring
Diet Jantung II
: Bubur
: Nasi tim
Diet Jantung IV
: Nasi
3.
4.
Angiotensin-Converting
Enzyme
Inhibitors
(e.g.
Enalapril,
F. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan EKG
a.
Normal pada saat istirahat tetapi bisa depresi pada segmen ST,
gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan
nekrosis
b.
2.
3.
Pemeriksaan laboratorium
a.
-
b.
c.
d.
4.
5.
Echokardiografi
Digunakan untuk mengkaji fraksi ejeksi, gerakan segmen dinding, volume
sistolik dan diastolik ventrikel, regurgitasi katup mitral karena disfungsi otot
papiler dan untuk mendeteksi adanya thrombus mural, vegetasi katup, atau
cairan pericardial.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan
Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2.
Sirkulasi
a. Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan
darah tinggi, diabetes melitus.
b. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
c. Suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur
jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi.
d. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau
bradi cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
e. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin
juga timbul dengan gagal jantung.
f. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
3.
Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4.
Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
5.
6.
aktivitas.
Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
7.
Kenyamanan
a. Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin.
b. Lokasi nyeri dada bagian depan substernal yang mungkin menyebar
sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di
katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai
akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai,
perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata,
perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna
8.
pink tinged.
9.
Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.
10.
Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes,
stroke, hipertensi, perokok.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan menurunnya suplai
oksigen miokardial.
2. Gangguan difusi gas berhubungan dengan oedem paru
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan oksigen.
4. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan
kurangnya
Daftar Pustaka
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta : EGC
Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II.
Jakarta : EGC.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medical Bedah. Bandung : Pajajaran.
Price and Wilson. (2005). Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC.
Suzanne CS & Brenda GB. (1999). Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta : EGC.