BAB I
KONSEP MEDIS
DEFENISI
Stroke hemoragik merupakan gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena
gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (beberapa detik) atau secara cepat
(beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal diotak yang terganggu.
Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.
Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang
tidak terkontrol.
Menurut Hudak dan Gallo dalam bukunya perawatan kritis CVA hemoragik memulai
awitan yang mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat cerebrovaskuler desease.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
PENGKAJIAN
KOMPLIKASI
a. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik, seperti perdarahan atau adanya
obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rupture.
b. Scan CT
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, skemia dan adanya infark.
c. Pungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli serebral, dan TIA.
Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemorogik
subaraknoid atau perdarahan intracranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis
sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemorogik, Malformasi Arteriovena (MAV)
e. Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis (cairan darah/muncul
plak) arteriosklerotik).
f. EEG
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal yang berlawanan dari masa yang luas.
Klasifikasi internal terdapat pada trombosis selebral.
h. Laboratorium
Analisis Laboratorium: Urinalisis, Laju Endap Darah (LED), panel metabolik dasar. Analisis
laboratorium berfungsi untuk mengetahui lebih lanjut ada atau tidaknya keterkaitan faktor
resiko. Penyakit yang dapat menyebabkan sroke (faktor resiko) antara lain: Hipertensi,
Penyakit Jantung, Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia (peningkatan kadar lipid dalam darah).
PENATALAKSANAAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.1. Berikan penjelasan pada klien (jika Meningkatkan kerjasama dalam meningkatkan
sadar) dan keluarga tentang sebab-akibat TIK perawatan klien dan mengurangi kecemasan.
meningkat.
2.2. Dengan posisi 30 mempengaruhi sirkulasi darah otak
3. Pertahankan posisi 30 dan kurangi sehingga dapat menghindari peningkatan TIK
manipulasi yang berlebihan
3.4. Stimulasi yang kontinyu dapat meningkatkan TIK
5. Anjurkan klien untuk bedrest total
4.6. Mengurangi tekanan intratorakal dan intraabdominal
7. Cegah/hindarkan terjadinya valsava sehingga menghindari peningkatan TIK
maneuver
5. Perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK
dan berguna menentukan lokasi dan perkembangan
8. Observasi status neurologi penyakit
6.
Adanya peningkatan tensi, bradicardi dysritmia,
9. Obsevasi tanda vital tiap 4 jam dyspneu merupakan tanda terjadinya peningkatan
7. TIK
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kelemahan otot menelan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 7x24 jam
Kriteria: Turgor baik, intake dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan menelan,
sonde dilepas, BB meningkat 1kg.
No Rencana Tindakan Rasional
4. Observasi posisi dan keberhasilan sonde Untuk menghindari resiko infeksi / iritasi
5. Kolaborasi:
- Pemberian diet / sonde sesuai jadual Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien karena
klien terjadi penurunan reflek menelan.
1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan Memantau tingkat ketergantungan klien serta
skala 0 – 4 mengobservasi fungsi sensorik – motorik
2. Pertahan posisi klien dalam letak anatomis dengan Mencegah terjadinya kontraktur
memberi ganjal bantal sewaktu posisi miring
3. Jelaskan pada klien tentang mobilisasi pasif Mengurangi atropi otot, meningkatkan sirkulasi,
mencegah kontraktur
4. Lakukan mobilisasi pasif pada kedua extremitas
5. Ubah posisi dengan mengangkat sisi yang tidak Merangsang perfusi pada sisi yang lumpuh
berfungsi
7. Kolaborasi
- Pertahankan terpi B1 - Merangsang pertumbuhan otot dan sel
4. Resiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d menurunnya reflek batuk
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pada bersihan jalan napasklien dalam waktu 7 x 24 jam
Kriteria: RR teratur, tidak ada stridor, ronchi, whezing, RR: 16 – 20 x / mnt, reflek batuk klien
ada.
No Rencana Tindakan Rasional
1. Observasi kecepatan, kedalaman dan suara napas Kecepatan pernapasan menunjukkan adanya upaya
klien tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2
2. Lakukan suction dengan ekstra hati-hati bila Reflek batuk yang menurun menyebabkan hambatan
terdengar stridor pengeluaran secret
3. Pertahankan posisi ½ duduk , tidak menekan ke Ventilasi lebih mudah bila posisi kepala dalam posisi
salah satu sisi netral, penekanan ke satu titik menyebabkan
peningkatan TIK.
Kelemahan otot progresif Penekanan pada jaringan otak kerusakan pada lobus
frontael /area broca dan
Mobilitas terganggu Peningkatan TIK lobus temporalo/area weriek
Resiko Gangguan
Integritas Kulit
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, N., (2000) Angina pectoris. Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma:
Jakarta
Brunner & Suddarth (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, edisi 8. Jakarta: EGC
Price, S. & Wilson, L. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses penyakit, Edisi 6. Jakarta:
EGC