2.difraksi Sinar X PDF
2.difraksi Sinar X PDF
BAB II
DIFRAKSI SINAR-X OLEH KRISTAL
Pendahuluan
Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika
tulisan ini disusun. Tahun 1912 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi
sinar-x. Dimulai dari pertanyaan M. van Laue kepada salah seorang kandidat
doktor P.P. Ewald yang dibimbing A.Sommerfeld, W. Friedrich (asisten riset
Sommerfeld) menawarkan dilakukannya eksperimen mengenai 'difraksi sinar-x'.
Pada saat itu eksperimen mengenai hamburan sinar-x sudah dilakukan oleh
Barkla.
Laue mengawali pekerjaannya dengan menuliskan hasil pemikiran
teoretiknya dengan mengacu pada hasil eksperimen Barkla. Laue berargumentasi,
ketika sinar-x melewati sebuah kristal, atom-atom pada kristal bertindak sebagai
sumber-sumber gelombang sekunder, layaknya garis-garis pada geritan optik
(optical grating). Efek-efek difraksi bisa jadi menjadi lebih rumit karena atomatom tersebut membentuk pola tiga dimensi. Eksperimen difraksi sinar-x yang
pertama dilakukan oleh Herren Friedrich dan Knipping menggunakan kristal
tembaga sulfat dan berhasil memberikan hasil pola difraksi pertama yang
kemudian menjadi induk perkembangan difraksi sinar-x selanjutnya Difraksi
sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal.
Pembahasan mengenai difraksi sinar-x mencakup pengetahuan yang
berhubungan dengan hal-hal berikut ini:
1. pembentukan sinar-x
2. hamburan (scattering) gelombang elektromagnetik
3. sifat kekristalan bahan (kristalografi)
Dengan demikian, difraksi sinar-x adalah topik lanjut di bidang fisika (atau
kimia) yang memerlukan pengetahuan dasar yang cukup banyak dan komplek.
Generator sinar-x :
Spektrum sinar-X :
Kontinyu
Diskrit
Hubungan antara frekuensi maksimum dengan beda potensial V dapat dituliskan
sebagai berikut :
eV h 0 Q
eV
h
Dimana :
e : muatan elektron
V : beda potensial
eV : Energi kinetik
h : Konstanta Planck
Panjang gelombang sinar-X 1
c
Energinya E h
27
E 6,6 10 8 erg. det 3 1010 cm det
10 cm
E 19,8 10 9 erg
atau
E 10 4 eV
Hukum Bragg
Selisih lintasan () :
AB BC
d sin d sin
2d sin
Hasil interferensi pada detektor adalah bergantung pada beda fase antara dua
sinar difraksi yang berurutan.
2
2
2d sin
x
ft ) = A sin ( kx-t )
Intensitas sinar X adalah dE/dt ( rata-rata aliran energi per satuan waktu ),
nilai rata-rata intensitas sinar X ini berbanding lurus dengan A2
Satuan intensitas adalah ergs/dt.cm2
Sumber-sumber sinar X
Komponen utama
-
Penarik e
V3>V2>V1
V2>V1
V1
Sinar yang keluar dari sumber sinar X bersifat polikromatik ( terdiri dari
bermacam-macam )
Proses terjadinya sinar X dalam anoda dijelaskan dengan menggunakan mekanika
kuantum.
Kaitan n dengan l adalah l = 0, 1, 2, 3, ... (n-1)
Dengan n = bilangan kuantum utama
L = bilangan kuantum orbital
1
s = bilangan kuantum spin ( )
2
electron sendiri
j = momentum sudut total
j L s , L s 1, L s 2,... L s
Contoh 1
Untuk kulit M
n=3
L = 0, 1, 2
s=
untuk L = 2, maka j =
5 3
,
2 2
j =
5
2
5 3 1 1 3 5
m = , , , , ,
2 2 2 2 2 2
j =
3
2
3 1 1 3
m = , , ,
2 2 2 2
Untuk L = 1, maka j =
j =
3
2
3 1
,
2 2
3 1 1 3
m = , , ,
2 2 2 2
j =
1
2
m=
Untuk L = 0, maka j =
j =
1
2
1 1
,
2 2
1
2
m=
1 1
,
2 2
Untuk L = 1, maka j =
j =
3
2
3 1 1 3
m = , , ,
2 2 2 2
j =
1
2
m=
Untuk L = 0, maka j =
j =
1
2
1 1
,
2 2
1
2
m=
1 1
,
2 2
10
L3
L2
L1
2
. = 2d sin
2
2d sin
Hk. Bragg
fungsi periodik
n (r ) = n ( r T )
11
8.10 3.1,602.10 19
6,6.10 34.3.10 8
1,5449.10 10 m
= 1,54
2d sin = n
Sin =
1,54
2,2
= 22,64
berapa minimal bremstahlung jika V = 20 kV dan V = 30 kV
solusi
minimal =
hc 6,634.10 34.3.10 8
6,21.10 11 m 0,6
19
3
eV 1,602.10 .20.10
atau
minimal =
4,125.10 15 ev.dt.3.10 8 ms 1
20000ev
= 0,6
minimal =
4,125.10 15 ev.dt.3.10 8 ms 1
30000ev
= 0,4
Jumlah elektron menuju luar dari inti ternyata tidak sama, semakin dekat ke inti
maka semakin banyak elektron.
Jumlah elektron pada x1 dan x1 + a adalah sama
n (x) = n (x+a),
i
bukti = misalkan p = e
*p
=e
a = perioda
= cos + I sin
-i
= cos - I sin
12
G V1 b1 V2 b2 V3 b3
V = bilangan bulat
Untuk menentukan G terlebih dahulu kita definisikan sumbu-sumbu vektor
lattice resiprok b1 , b2 , b3
b1 2
b2 2
b3 2
a 2 a3
a1 a 2 a3
a3 a1
a1 a 2 a 3
a1 a 2
a1 a 2 a3
2px
n (x+a) = n0 c P cos
2p c p sin 2p
a
P0
x
x
= n0 c P cos 2p c P sin 2p n( x)
a
a
P 0
n (x+a) = n (x)
persamaan (2) dapat ditulis dalam bentuk
13
x
x
x
x
a
b1 a j 2 ij
Contoh
b1 2
a1
a1
, misal a ` a 2 a 3 1
b1 a1 2 a1 a1 2 i j
Atau
a1 a 2 a3
a1 a 2 a3
14
a1 a 2 a 3
a1 a 2 a 3
Kita dapat menandai setiap titik dalam ruang resiprok oleh sebuah vektor lattice
resiprok G , yang didefinisikan:
Lattice kristal
Lattice reciprok
exp i G T exp i v1 b1 v 2 b2 v3 b3 u1 a1 u 2 a 2 u 3 a 3
= exp i 2 v1u1 v 2 u 2 v3 u 3
Kondisi difraksi
Teorema : sebuah vektor-vektor lattice resiprok untuk menentukan kemungkinan
arah pantulan sinar X
15
2
r sin
k r kr cos 90
2
k r
r cos 90
cos 90 sin
2
k r
r sin
k r
Dengan cara yang sama, beda sudu faseuntuk kedua sinar difraksi (sinar-sinar 1
dan 2) adalah
2
' k ' k ' r sin
r sin
2
k ' r ' k r cos 90
r sin
k r
16
1 k r k 1 r
'
k k r
persamaan
ke
persamaan
F = dv G exp iG r exp i k r
G
dv
10
exp i G k r (11)
G K
.. (12)
Maka F =
dv
exp(0) GV
k k1
17
Sehingga G k
Catatan:
2
G K 2 2K G K 1
2 K G G kondisi difraksi
Apabila didalam suatu kristal terdapat N buah cell dan kondisi difraksi K G
F N dvn r exp i k r
cell
F N dvn r exp iG r
cell
Jika S G
cell
Jika j = vektor posisi dari atom j, maka atom j akan menyumbang konsentrasi e
18
n r n j r r j nG exp i G r
j 1
s
dvn
r
exp
i
G
r
dv
j r r j exp iG r
cell
j i
S G exp iG r j f j
j
G r j v1 b1 v 2 b2 v3 b3 x j a1 y j a 2 z j a3
Karena a1 b j 2 ij , maka
G rj v1 x j 2 v2 y j 2 v3 z j 2
G rj 2 v1 x j v2 y j v3 z j
Sehingga SG f j exp i 2 v1 x j v2 y j v3 z j
j
Atau SG f j exp 2 hx j ky j lz j
j
Contoh :
Kristal
bcc
mempunyai
atom-atom
identik
pada
koordinat-koordinat
x1 , y1 , z1 0,0, 0 dan x2 , y2 , z2 1 2 , 1 2 , 1 2
Sehingga :
19
i 2 1 2 3
SG f e e 2 2 2
SG f 1 e
1 v1 v2 v3
20