Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

VISKOSITAS BERBAGAI JENIS CAIRAN

Oleh :
Kelompok 2
Kelas C

Adisty Caesari

0907133150

Bona Tua

0907136116

Ella Melyna

0907114082

Rahmat Afandi

0907114257

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS RIAU

2011
BAB I
TEORI
1.1

Pengertian Viskositas
Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan

yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi


terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan.
Mengukur besar viskositas diperlukan satuan ukuran dalam sistem Standar
Internasional (SI) satuan viskositas ditetapkan sebagai viskositas kinematik
(kinematic viscosity) dengan satuan ukuran mm2/s atau cm2/s (Erizal, 2001).

Gambar 1.1 Perubahan bentuk akibat penerapan gaya-gaya geser tetap

F = Au ......................................................(1.1)
zo
Apabila tegangan geser = F/A maka :
= Au atau = u .(1.2)
zoA
zo
dimana :

= Tegangan geser

= Viskositas dinamik

u/zo = perubahan sudut atau kecepatan sudut dari garis


Agar berlaku umum u/zo dapat dinyatakan dalam du/dz yang disebut gradien
kecepatan. Maka dalam differensial persamaan (1.2) dapat dinyatakan :

= du ........................................................(1.3)
dz
Persamaan (1.3) disebut Hukum Newton dari kekentalan atau :
=

......................................................(1.4)
du/dz

Viskositas biasanya berhubungan dengan konsistensi yang keduanya


merupakan sifat kenampakan (appearance property) yang berhubungan dengan
indera perasa. Konsistensi dapat didefinisikan sebagai ketidakmauan suatu bahan
untuk melawan perubahan bentuk (deformasi) bila suatu bahan mendapat gaya
gesekan (sheering fore). Gesekan yang timbul sebagai hasil perubahan bentuk
cairan yang disebabkan karena adanya resistensi yang berlawanan yang diberikan
oleh cairan tersebut dinamakan gaya irisan (sheering stress). Jika tenaga diberikan
pada suatu cairan, tenaga ini akan menyebabkan suatu bentuk atau deformasi.
Perubahan bentuk ini disebut sebagai aliran (Lewis, 1987).
Tabel 1.1 Viskositas berbagai cairan
Nama Fluida

Temperatur
(oC)

Viskositas
(Centistokes)

Densitas
(kg/liter)

Tekanan (kPa)

Air

10

1.307

1.3

Air

30

0.802

0.996

4.3

Air laut

30

0.822

1.023

4.3

Asetaldehid

20

0.295

0.788

105

Asetaldehid

30

0.275

0.748

148

Benzena

30

0.65

0.868

20.7

Etil asetat

20

0.51

0.905

14

Etil alkohol

20

1.51

0.772

Gliserin

20

1183

1.261

Kerosin

20

2.4

0.804

0.5

Nitro benzene

20

1.67

1.203

0.5

Propanol

20

2.8

0.804

2.4

Stiren

20

0.9

0.926

0.5

Toluena

20

0.68

0.867

5.4

1.2

Jenis Jenis Viskositas


Macam-macam viskositas menurut Lewis (1987):

1. Viskositas dinamik, yaitu rasio antara shear, stress, dan shear rate. Viskositas
dinamik disebut juga koefisien viskositas.
2. Viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamik dibagi dengan densitasnya.
Viskositas ini dinyatakan dalam satuan stoke (St) pada cgs dan m/s pada SI.
3. Viskositas relatif dan spesifik, pada pengukuran viskositas suatu emulsi atau
suspensi biasanya dilakukan dengan membandingkannya dengan larutan murni.
Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, karena semakin besar tekanannya,
cairan akan semakin sulit mengalir akibat dari beban yang dikenakannya.
Viskositas akan bernilai tetap pada tekanan 0-100 atm.
1.3

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Viskositas


Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Kartika,

1990):
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka
viskositas akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena
adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu
ditingkatkan dan menurun kekentalannya. Pada kebanyakan fluida cair, bila
temperatur naik viskositas akan turun dan sebaliknya bila temperatur turun maka
viskositas akan naik. Konstanta viskositas dinyatakan dengan rumus:
Log

A
B
T
.........................................................(1.5)

dimana:
A dan B= tetapan untuk cairan tertentu
T

= temperatur mutlak

Rumus ini dapat dipakai untuk cairan murni, adapun rumus untuk sistem
campuran adalah :

Log

A
B LogT C ..(1.6)
T

dimana A, B dan C adalah suatu tetapan.


2.

Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan

dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan
volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin
tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
3.

Berat molekul solute


Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute, karena dengan

adanya solute yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada
cairan sehingga akan menaikkan viskositasnya.
4. Tekanan
Tekanan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi viskositas
suatu cairan dikarenakan besar kecilnya tekanan mempengaruhi besar kecilnya
viskositas suatu cairan.
1.4

Konsep Viskositas
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki

tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas atau kekentalan sebenarnya


merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.
Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek
ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya
gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat
gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul (Anggreini, 2010).
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak
goreng, oli, madu dkk. Hal ini bisa dibuktikan dengan menuangkan air dan
minyak goreng di atas lantai yang permukaannya miring. Maka dapat dilihat air
mengalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu
fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang

kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak
goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya,
semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut (Anggreini,
2010).
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida riil
(rill = nyata). Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya
tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan
untuk membantu kita dalam menganalisis aliran (Anggreini, 2010).
1.5

Penentuan Viskositas
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan

viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :
1. Viskometer kapiler/Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut.
Jika air dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan melalui
tabung A kemudian dihisap agar masuk ke tabung B tepat sampai batas a
kemudian dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai pengukur waktu. Ukur waktu
yang diperlukan air untuk bergerak dari permukaan a sampai b, setelah itu
percobaan diganti dengan zat cair lain dengan cara yang sama seperti di atas
(Anggreini, 2010).

Gambar 1.2 Viskometer Ostwald

Untuk menentukan viskositas dangan cara ostwald dapat menggunakan persamaan


(1.7).
= t K ............................................................(1.7)
dimana :
t = waktu (s)
K = konstanta viskositas (cm2/s2)
= densitas (gr/cm3)
Adapun nilai K dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1.8).
K = kinematika viskositas x waktu x densitas ............................(1.8)
2. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat gaya archimides. Prinsip
kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung
gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan
fungsi dari harga resiprok sampel (Anggreini, 2010).
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar dari
bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah.
Kelemahan viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan
geseran yang tinggi di sepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkab bagian tengah zat
yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Anggreini, 2010).
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang
semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Anggreini,
2010).
1.6

Densitas

Densitas adalah suatu ukuran dari konsentrasi massa dan dinyatakan dalam
bentuk massa tiap satuan volum. Oleh karena temperatur dan tekanan mempunyai
pengaruh maka kerapatan cairan dapat didefinisikan sebagai massa tiap satuan
volum pada suatu temperatur dan tekanan tertentu (Erizal, 2001).
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa
jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumnya akan
memiliki massa jenis yang sama.
Tabel 1.2 Densitas berbagai cairan
Temperatur

Densitas

(oC)

(kg/m3)

Air

1000

Air laut

25

1025

Asam asetat

25

1049

Etanol

25

785.1

Benzena

25

873.8

Etana

-89

570

Etil asetat

20

901

Gliserol

25

1126

Metana

-164

465

Stiren

25

903

Toluena

25

862

Cairan

1.7

Metoda Penghitungan Densitas

Densitas suatu cairan dapat dihitung dengan menggunakan alat yang


bernama

piknometer. Penggunaan

piknometer

sebagai

parameter

dalam

penghitungan densitas suatu cairan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi,


selain itu penggunaan piknometer dalam penghitungan densitas pada prakteknya
tidak menyulitkan.
Sistematika pemakaian piknometer dapat dimulai dengan menimbang berat
dari piknometer, selanjutnya piknometer yang telah diisi dengan cairan yang akan
ditentukan densitasnya ditimbang. Berat piknometer yang berisi cairan kemudian
dikurangkan dengan berat piknometer kosong, dan dibagi dengan volum dari
piknometer tersebut. Penghitungan densitas dengan menggunakan piknometer
dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :
cairan = (berat piknometer+ sampel) berat piknometer kosong .......(1.9)
Volum piknometer

BAB II
PERCOBAAN
2.1

Alat-Alat yang Digunakan

Viskometer Oswald
Piknometer 10 ml
Corong kaca
Water bath
Termometer
Gelas piala 50 ml
Pipet tetes
Penyedot pipet volume
Stopwatch
(Gambar alat dapat dilihat pada lampiran A)
2.2

Bahan-Bahan yang Digunakan

2.3

Akuades
Etanol
Etil Asetat
Gliserol
Prosedur Pekerjaan

1.

Menentukan Viskositas Berbagai Jenis Cairan

Cairan yang akan ditentukan viskositasnya harus bebas dari partikel-

partikel yang nantinya akan menyumbat kapiler alat.


Ambil cairan yang akan ditentukan viskositasnya sebanyak yang

diperlukan.
Tuang cairan yang akan ditentukan viskositasnya kedalam kapiler alat
(viskometer) sampai volum cairannya mencapai setengah dari volum

silinder (dalam alat viskometer).


Kemudian cairan tersebut disedot dengan menggunakan penyedot pipet
volum sampai

batas atas kapiler alat, dan tutup bagian atas dari

viskometer agar cairannya tidak kembali ke bawah lagi.


Lepaskan penutup dari tabung viskometer sampai cairannya turun
melewati batas dan memasuki kapiler alat yang berbentuk bola.

Sambil dilakukan penghitungan efflux time dengan stopwatch dan

membiarkan cairan turun melalui kapiler alat.


Perhitungan efflux time dimulai ketika cairan tersebut turun melewati batas

pada viskometer yang ditandai dengan garis.


Kemudian hitung kinematic viscosity sampel dengan mengalirkan efflux

time dengan konstanta viskosimeter (0.000953 mm2/detik2).


Ukur suhu berbagai jenis cairan yang akan ditentukan viskositasnya
dengan termometer. Kemudian lakukan pengujian viskositas berbagai jenis

cairan dengan suhu 28oC, 40oC, 50oC, dan 60oC.


Kemudian tentukan berat jenis setiap cairan sampel pada suhu tertentu
menggunakan piknometer.

2.

Penentuan berat jenis () berbagai macam cairan

Petama timbang berat piknometer yang kosong dan bersih pada neraca

analitik (a gram). Volum piknometer diketahui : 10 ml.


Isi cairan yang akan ditentukan berat jenisnya ke dalam piknometer
sampai penuh (biarkan melimpah). Pasang tutup kapiler dengan hati-hati.
Jangan ada rongga udara dalam piknometer. Bersihkan bagian luar

piknometer sampai benar-benar bersih dan kering.


Timbang kembali piknometer yang telah berisi cairan yang akan

ditentukan berat jenisnya pada neraca analitik (b gram).


Selisih berat piknometer ditambah sampel dengan piknometer kosong,
dicatat sebagai berat cairan sampel (c gram). Perhitungan densitas
menggunakan persamaan (1.9).

2.4

Pengamatan

1. Menentukan viskositas berbagai cairan


a. Akuades
Tabel 2.1 Efflux time akuades
Suhu (oC)

Efflux time (s)

28

1.34
0.92

Efflux time ratarata (s)


1.196667

1.33
1.2
1.16
1.07
1.06
1.1
1.11
0.91
1.07
0.95

40

50

60

1.143333

1.09

0.96667

b. Etanol
Tabel 2.2 Efflux time etanol
Suhu (oC)
28

40

50

60

Efflux time (s)


1.35
1.53
1.53
1.45
1.5
1.4
1.46
1.42
1.44
1.48
1.37
1.44

Efflux time ratarata (s)


1.47

1.45

1.44

1.43

c. Etil Asetat
Tabel 2.3 Efflux time etil asetat
Suhu (oC)
28

40

Efflux time (s)


1.09
0.88
1.13
0.98
0.79

Efflux time ratarata (s)


1.03333
0.93

1.02
0.88
0.71
0.89
0.83
0.71
0.91

50

60

0.826667

0.816667

d. Gliserol
Tabel 2.4 Efflux time gliserol
Suhu (oC)

Efflux time (s)


285
240.34
235.92
224.13
260.02
274.02
269.82
261.36
223.93
207.88
192.03
189.78

28

40

50

60

Efflux time ratarata (s)


253.753333

252.72333

251.703333

196.563333

2. Penentuan berat jenis berbagai jenis cairan


Tabel 2.5 Berat jenis berbagai cairan
Suhu (oC)

Akuades
(gr/cm3)

Etanol
(gr/cm3)

Etil Asetat
(gr/cm3)

Gliserol
(gr/cm3)

28

0.974

0.796

0.873

1.226

40

0.96

0.772

0.862

1.221

50

0.959

0.76

0.853

1.22

60

0.958

0.75

0.844

1.205

BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.1
1.

Hasil Percobaan
Menentukan viskositas berbagai jenis cairan (perhitungan dapat dilihat
pada lampiran C2)

Akuades

Tabel 3.1 Nilai viskositas akuades dengan variasi suhu

Suhu (oC)
28

Viskositas (gr/cm s)
1.11077x10-5

40

1.04601x10-5

50

9.9618x10-6

60

8.91671x10-6

Etanol
Tabel 3.2 Nilai viskositas etanol dengan variasi suhu

Suhu (oC)
28

Viskositas (gr/cm s)
1.11512x10-5

40

1.06679x10-5

50

1.04296x10-5

60

1.02209x10-5

Etil Asetat
Tabel 3.3 Nilai viskositas etil asetat dengan variasi suhu

Suhu (oC)
28

Viskositas (gr/cm s)
8.59701x10-6

40

7.63982x10-6

50

6.72005x10-6

60

6.56871x10-6

Gliserol
Tabel 3.4 Nilai viskositas etil asetat dengan variasi suhu
Suhu (oC)
28

Viskositas (gr/cm s)
0.002964798

40

0.002940722

50

0.002926454

60

0.002257265

2.

Penentuan berat jenis berbagai jenis cairan (perhitungan dapat dilihat pada
lampiran C1)
Tabel 3.5 Nilai densitas berbagai cairan dalam variasi suhu
Suhu ( C)

Akuades
(gr/cm3)

Etanol
(gr/cm3)

Etil Asetat
(gr/cm3)

Gliserol
(gr/cm3)

28

0.974

0.796

0.873

1.226

40

0.96

0.772

0.862

1.221

50

0.959

0.76

0.853

1.22

60

0.958

0.75

0.844

1.205

3.2
1.

Diskusi
Menentukan viskositas berbagai jenis cairan
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Dari hasil

percobaan, dapat dilihat bahwa viskositas cairan berpengaruh pada suhu. Semakin
tinggi suhu suatu cairan, maka viskositas cairan tersebut akan semakin rendah
begitu juga sebaliknya. Pada percobaan, didapatkan pada suhu 28 oC viskositas
akuades adalah 1.11077x10-5 gr/cm.s, sedangkan pada suhu 40oC viskositasnya
adalah 1.04601x10-5 gr/cm.s. Hal yang sama juga terjadi pada cairan lainnya yaitu
etanol, etil asetat dan gliserol. Dari hasil percobaan tersebut dapat dilihat bahwa
dengan meningkatnya suhu maka viskositas cairan tersebut akan menurun dan
menyebabkan cairan menjadi lebih encer dari sebelumnya. Hal ini disebabkan
karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu
ditingkatkan dan menurun kekentalannya. Hubungan antara viskositas dan suhu
dapat dilihat pada persamaan (1.5) dan (1.6).
2.

Penentuan berat jenis berbagai jenis cairan


Sama halnya dengan viskositas, pada penentuan berat jenis temperatur

cairan juga mempengaruhi berat jenis cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan
maka berat jenisnya akan semakin menurun begitu juga sebaliknya. Pada suhu
28oC berat jenis akuades adalah 0.974 gr/cm3, sedangkan pada suhu yang lebih
tinggi yaitu pada 60oC berat jenisnya adalah 0.958 gr/cm 3. Berat jenis untuk tiap
cairan juga berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel (3.5).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan

Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir.

Viskositas dari berbagai cairan tergantung pada berat jenis dan suhu dari
suatu cairan.

Semakin tinggi suhu suatu cairan maka viskositas juga akan menurun dan
menyebabkan cairan menjadi lebih encer dari sebelumnya, begitu juga
sebaliknya.

Semakin tinggi suhu suatu cairan maka mengakibatkan densitas cairan


tersebut akan menurun begitu juga sebaliknya.

4.2

Saran
Dalam percobaan menentukan viskositas berbagai cairan diharapkan teliti

dalam memperhatikan turunnya cairan pada viskometer Ostwald dan dalam


menggunakan stopwatch untuk menentukan efflux time. Karena apabila tidak teliti
akan menimbulkan tingkat kesalahan yang cukup besar untuk mendapatkan nilai
viskositas.

DAFTAR PUSTAKA
Anggreini, Gina. 2010. Viskositas Cairan. (http://ginaanggreini10.wordpress.com/
about/) diakses pada 28 April 2011
Erizal. 2001. Definisi dan Sifat-Sifat Fluida. (http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-9556-1198100001-Chapter1.pdf) diakses pada 28 April
2011

Kartika, B. 1990. Metoda-Metoda Penentuan Viskositas suatu zat. Penerbit ITB.


Bandung
Lewis. 1987. Mekanika Panas dan Bunyi. Penerbit Bina Cipta. Jakarta
Yelmida. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Pekanbaru: UNRI

LAMPIRAN A

Gambar A.1 Viskometer Ostwald

Gambar A.2 Piknometer

Gambar A.3 Corong Kaca

Gambar A.4 Water Bath

Gambar A.5 Termometer

Gambar A.6 Pipet Tetes

Gambar A.7 Gelas Kimia

Gambar A.8 Pipet Volum

LAMPIRAN B
Tabel B.1 Karakteristik Berbagai Cairan
Akuades

Etanol

Etil asetat

Gliserol

Rumus struktur
H-O-H
Rumus molekul
Nama alternatif
Massa molar
Densitas dan fase
Viskositas
Titik didih
Penampilan
Titik lebur

H2O
Akua, dihidrogen
monoksida atau
hidrogen
hidroksida
18.0153 g/mol
0.998 g/cm
(pada 20C)

C2H5OH

C4H8O2

Etil alkohol

Etil ester, ester


asetat atau ester
etanol

46.07 g/mol
0.789 g/cm3

C3H8O3

Propan 1,2,3 trio

88.12 g/mol
0.897 g/cm
(pada 300C)

92 g/mol
1.261 g/cm
(pada 300C)

0.802 centistokes
(pada 30oC)

1.51 centistokes
(pada 20oC)

0.51 centistokes
(pada 20oC)

1183 centistokes
(pada 20oC)

373.15 K
Cairan tak
berwarna

78.4 K
Cairan tak
berwarna

350.25 K
Cairan tak
berwarna

563.15 K

273.15 K

169oC

189.55 K

Cairan tak berwarn


189.55 K

Anda mungkin juga menyukai