Anda di halaman 1dari 54

BAB I

TEORI RINGKAS

I. PENDAHULUAN

Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair
tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair.
Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan
yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton
menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu
maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.

Diantara salah satu sifat zat cair adalah kental (viskos) dimana zat cair
memiliki kekentalan yang berbeda-beda materinya, misalnya kekentalan
minyak goreng dengan kekentalan oli. Dengan sifat ini zat cair banyak
digunakan dalam dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah
diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap mesin membutuhkan
kekentalan yang berbeda-beda. Pelumasan bagian dalam mesin fluida viskos
cenderung melekat pada permukaan zat yang bersentuhan dengannya
Viskositas juga memiliki pengaruh besar dalam dunia manufaktur, sebagai
contohnya pengaruh putaran spindel, viskositas, dan variasi cairan pendingin
terhadap umur pahat HSS pada proses bubut konvensional. Praktikum yang
dilakukan untuk menentukan koefisien viskositas dari berbagai zat cair
dengan menggunakan hukum stokes.
II. TEORI

2.1 Viskositas

Viskositas atau kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan


antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida (fluida itu zat yang
dapat mengalir, dalam hal ini zat cair dan zat gas). Viskositas adalah gaya
gesekan internal fluida (internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang
membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut
mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi
(gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Jadi, viskositas adalah
kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh adanya gaya gesekan antara
molekulmolekul yang menyusun suatu fluida

Teori dasar viskositas menjelaskan bahwa viskositas adalah sifat dari


fluida yang menunjukkan kemampuannya untuk memberikan tahanan
terhadap tegangan geser yang diberikan. Istilah kekentalan sering digunakan
untuk menggambarkan viskositas. Viskositas terjadi karena adanya kohesi
dan pertukaran momentum molekuler antara lapisan-lapisan fluida saat aliran
terjadi. Hal ini menyebabkan terjadinya tegangan tangensial atau geser
antara lapisan yang bergerak. Kecepatan lapisan yang lebih dekat pada
permukaan yang bergerak lebih tinggi daripada lapisan yang lebih jauh akibat
gradien kecepatan. Fluida yang memiliki viskositas lebih tinggi akan mengalir
lebih lambat dalam pipa dibandingkan dengan fluida yang memiliki viskositas
lebih rendah.

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan


besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida,
maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak
di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair,viskositas dihasilkan oleh gaya
kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul
sebagai akibat tumbukan antara molekul gas.

Dalam skala laboratorium, penentuan viskositas banyak dilakukan


dengan metode bola uji jatuh dalam fluida viskos (Brizard et al., 2005; Feng
et al., 2006; Houari, 2011) dengan variasi alat ukur dan teknik pengukuran.
Perkembangan teori dan formulasi empiris kecepatan terminal bola uji jatuh
serta friksi yang dialami selama gerak dalam fluida viskos yang langsung
berhubungan dengan viskositas dibahas komprehensif oleh Dey et al. (2019).
Pada prinsipnya, hasil-hasil percobaan metode bola uji jatuh dalam fluida
viskos dianalisis dalam konteks analogi dengan aliran fluida viskos melewati
halangan fisis berupa bola pejal homogen (Liao, 2002; Ballereau et al., 2016).
Instrumen penting dalam penentuan uji viskositas fluida adalah
sensor untuk mendapatkan hasil-hasil pengukuran dengan tingkat akurasi
yang relatif tinggi. Penelitian ini menerapkan metode bola uji jatuh dengan
menggunakan sensor deteksi infra merah 2-30 cm mikrokontroler yang terdiri
dari LED infra merah sebagai transmitter dan dioda-foto sebagai receiver.
Penggunaan sensor deteksi infra merah 2-30 cm dalam penelitian ini karena
tiga alasan berikut. Pertama, metode bola uji jatuh memberi peluang untuk
melakukan analisis teoritik melalui bahasan gerak objek fisis dalam fluida
viskos. Kedua, sensor tersebut lebih sensitif dalam mendeteksi lintasan gerak
objek fisis yang memotong berkas sinar infra merah. Ketiga, sensor tersebut
dan bahan percobaan (variasi minyak pelumas dan bola uji) mudah diperoleh
di pasaran dengan harga yang murah.
Viskositas fluida merupakan ukuran kekentalan fluida yang
memberikan gambaran seberapa besar friksi yang dialami oleh bola uji saat
bergerak dalam fluida viskos. Menurut Ballereau et al. (2016), aliran fluida
viskos dapat dipandang sebagai aliran laminer maupun turbulen bergantung
dari seberapa besar kecilnya bilangan Reynolds yang didefinisikan sama
seperti dalam Prastowo et al. (2009) dan dituliskan sebagai
𝑅 = 𝑈c 𝐿c
𝑣
Percobaan uji viskositas fluida memenuhi relasi 𝑑 < 0,6𝐷 (Ballereau et
al., 2016), di mana 𝑑 adalah diameter bola dan 𝐷 adalah diameter
penampang tabung silinder agar pengaruh dinding tabung tidak memicu
turbulensi (Ambari et al., 1985; Ballereau et al., 2016). Gambar 1 berikut
mendiskripsikan diagram gaya yang bekerja pada bola uji saat melewati
fase pengamatan.

Tabung
silinder
fluida uji

bola uji

Gambar 1. Gerak bola uji dalam fase uniform motion.

Fase krusial dalam metode bola uji jatuh adalah fase saat bola uji bergerak
dengan kecepatan tetap yang dikenal sebagai kecepatan terminal 𝑣T selama
selang waktu 𝑡 dan menempuh jarak sejauh 𝑙 = 𝑣T × 𝑡 . Selama fase ini
(Gambar 1), persamaan gerak yang berlaku untuk bola uji dalam notasi
vektor adalah
𝐅G + 𝐅S + 𝐅B = 0
Dengan substitusi 𝐅G = 𝑚b 𝑔 𝒛̂ sebagai gaya gravitasi bola uji
𝐅S = −6 𝜋 𝜂 𝑟 𝑣T 𝒛̂ sebagai Stokes force saat berada pada fase
uniform motion, 𝐅B = −𝜌f 𝑔 𝑉b 𝒛̂ pada persamaan (2) maka diperoleh
rumusan viskositas dinamik fluida uji sebagai berikut
𝜂= 𝑔 (𝜌b - 𝜌f) 𝑑2
18𝑣T
di mana 𝜌b dan 𝑑 berturut-turut menyatakan densitas dan diameter bola uji
yang digunakan dalam percobaan uji viskositas (Ballereau et al., 2016;
Brizard et al., 2005; Ali et al., 2019).

2.2 Viskositas atau Kekentalan Zat Cair

Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran


yang disebut koefisien viskositas (η). Satuan SI untuk koefisien viskositas
adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika kita berbicara viskositas kita
berbicara tentang fluida sejati. Fluida ideal tidak mempunyai koefisien
viskositas.

Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida


kental yang koefisien viskositasnya η, maka benda tersebut akan mengalami
gaya gesekan fluida sebesar Fs = k η v, dengan k adalah konstanta yang
bergantung pada bentuk geometris benda. Berdasarkan perhitungan
laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stokes menunjukkan bahwa
untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 π r.
Bila nilai k dimasukkan ke dalam persamaan, maka diperoleh persamaan
seperti berikut.
Fs = 6 π η rv

Persamaan diatas selanjutnya dikenal sebagai hukum stokes


Keterangan:
Fs : gaya gesekan stokes (N)

η : koefisien viskositas fluida (Pa s)

r : jari-jari bola (m)

v : kelajuan bola (m/s)

Perhatikan sebuah bola yang jatuh dalam fluida pada gambar


dibawah. Gaya-gaya yang bekerja pada bola adalah gaya berat w, gaya
apung Fa, dan gaya lambat akibat viskositas atau gaya stokes Fs. Ketika
dijatuhkan, bola bergerak dipercepat. Namun, ketika kecepatannya
bertambah, gaya stokes juga bertambah. Akibatnya, pada suatu saat bola
mencapai keadaan seimbang sehingga bergerak dengan kecepatan konstan
yang disebut kecepatan terminal.

Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak dalam fluida

Pada kecepatan terminal, resultan yang bekerja pada bola sama


dengan nol. Misalnya sumbu vertikal ke atas sebagai sumbu positif, maka
pada saat kecepatan terminal tercapai berlaku berlaku persamaan berikut.
Untuk benda berbentuk bola seperti pada gambar diatas, maka
persamaannya menjadi seperti berikut.

Keterangan:

vT : kecepatan terminal (m/s)

η : koefisien viskositas fluida (Pa s)

R : jari-jari bola (m)

g : percepatan gravitasi (m/s2)

ρ b : massa jenis bola (kg/m3)

ρ f : massa jenis fluida (kg/m3)


2.3 Viskositas Fluida

Untuk viskositas beberapa fluida dapat kita lihat pada tabel berikut!

Tabel 1. Daftar viskositas beberapafluida

Pada tabel diatas terlihat bahwa air, udara, dan alkohol mempunyai
koefisien kecil sekali dibandingkan dengan gliserin. Oleh karena itu, dalam
perhitungan sering diabaikan. Berdasarkan eksperimen juga diperoleh
bahwa koefisien viskositas tergantung suhu. Pada kebanyakan fluida makin
tinggi suhu makin rendah koefisien viskositasnya. Itu sebabnya di musim
dingin oli mesin menjadi kental sehingga kadang-kadang mesin sukar
dihidupkan karena terjadi efek viskositas pada oli mesin.

2.4 Penerapan Viskositas dalam kehidupan sehari-hari

Aplikasi teori dari viskositas adalah pelumas mesin. Pelumas mesin ini
biasanya kita kenal dengan nama oli. Oli merupakan bahan penting bagi
kendaraan bermotor. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin kendaraan
berbeda- beda karena setiap tipe mesin kendaraan membutuhkan
kekentalan yang berbeda- beda. Kekentalan ini adalah bagian yang sangat
penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar
resistensinya untuk mengalir. Sehingga sebelum menggunakan oli merek
tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu koefisien kekentalan oli sesuai
atau tidak dengan tipe mesin. Masyarakat umum beranggapan bahwa fungsi
utama oli hanyalah sebagai pelumas mesin. Padahal oli memiliki fungsi lain,
yakni sebagai pendingin, pelindung karat, pembersih dan penutup celah
pada dinding mesin. Sebagai pelumas mesin oli akan membuat gesekan
antar komponen didalam mesin bergerak lebih halus. dengan cara masuk
kedalam celah-celah mesin, sehingga memudahkan mesin untuk mencapai
suhu kerja yang ideal. Viskositas dari oli sangat diperhitungkan untuk
meminimalisir gaya gesek yang ditimbulkan oleh mesin yang bergerak dan
terkontak satu terhadap yang lain sehingga mencegah terjadinya kehausan.
Pada permesinan bagian yang paling sering bergesekan adalah piston, ada
banyak bagian lain namun gesekannya tak sebesar yang dialami piston.
Disinilah kegunaan oli, oli memisahkan kedua permukaan yang
berhubungan sehingga gesekan pada piston diperkecil. Selain itu, oli juga
bertindak sebagai fluida yang memindahkan panas ruang bakar yang
mencapai 1.000-1.600 derajat celcius ke bagian lain mesin yang lebih
dingin, sehingga mesin tidak over heat sebagai pendingin. Semakin kental
oli, maka lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental. 6apisan halus pada
oli kentalmemberi kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan
permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan
memberi resitensi berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah
sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan.
Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi
atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan karena nilai viskositas
masing-masing oli akan berkurang jika suhu cairan dinaikkan. Suhu semakin
tinggi diikuti makin rendahnya viskositas oli atau sebaliknya. Seberapa
kriteria yang penting yang harus dipenuhi oleh oli antara lain:
1. Viskositas harus cukup kental untuk menahan agar bagian peralatan
yang bergerak relatif terpisah, tetapi juga harus mencegah kebocoran
dari segel.
2. Fluida harus cukup pada saat awal yaitu pada saat peralatan masih
dingin.
3. Dapat membentuk film yang cukup kuat untuk pelumasan
perbatasan.
4. Tahan terhadap oksidasi suhu tinggi.
5. Mengandung deterjen dan dispersan cukup untuk menyerap endapan
atau lumpur yanga terbentuk.
6. Tidak membentuk emulsi dengan air yang masuk dari segel yang
bocor.
Dengan tingkat kekentalan yang disesuaikan dengan kapasitas volume
maupun kebutuhan mesin. Maka semakin kental oli, tingkat kebocoran akan
semakin kecil, namun disisi lain mengakibatkan bertambahnya beban kerja
bagi pompa oli. Sebab seluruh komponen mesin baru dengan teknologi
terakhir memiliki lubang atau celah dinding yang sangat kecil, sehingga akan
sulit dimasuki oleh oli yang memiliki kekentalan tinggi. Dalam penggunaan
sehari-hari, viskositas dikenal sebagai ukuran ketahanan oli untuk mengalir
dalam mesin kendaraan. Zat cair dan gas memiliki viskositas, hanya saja zat
cair lebih kental (viscous) daripada gas. Viskositas oli didefinisikan dengan
nomor SAE’S (Societyof Automotive Engineer’s). Penerapan viskositas
lainnya dalam kehidupan sehari-hari ialah mengalirnya darah dalam
pembuluh darah vena, proses penggorengan ikan semakin tinggi suhunya,
maka semakin kecil viskositas minyak goreng, dan mengalirnya air dalam
pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.
2.5 Konsep Fluida

Fluida merupakan kelompok zat yang dapat mengalir. Kelompok zat


yang digolongkan fluida adalah zat cair dan zat gas. Sedangkan untuk zat
padat tidak dapat digolongkan sebagai fluida dikarenakan zat padat memiliki
bentuk yang tetap dan tidak dapat mengalir. Fluida menjadi bagian yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dengan
adanya fluida manusia dapat bernapas karena menghirup udara dan
meminum air. Begitu pula dengan perkembangan teknologi masa kini.
Dengan adanya konsep fluida, maka pesawat terbang dapat melaju di udara
dan kapal laut dapat terapung di permukaan laut
Fluida merupakan kelompok zat yang dapat mengalir. Kelompok zat
yang digolongkan fluida adalah zat cair dan zat gas. Sedangkan untuk zat
padat tidak dapat digolongkan sebagai fluida dikarenakan zat padat memiliki
bentuk yang tetap dan tidak dapat mengalir. Fluida menjadi bagian yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dengan
adanya fluida manusia dapat bernapas karena menghirup udara dan
meminum air. Begitu pula dengan perkembangan teknologi masa kini.
Dengan adanya konsep fluida, maka pesawat terbang dapat melaju di udara
dan kapal laut dapat terapung di permukaan laut
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan kita
seharihari. Setiap hari kita menghirupnya, meminumnya dan bahkan
terapung atau teggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang
melaluinya, kapal laut mengapung di atasnya, demikian juga kapal selam
dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang kita minum dan
udara yang kita hirup juga bersirkulasi di dalam tubuh kita setiap saat,
hingga kadang tidak kita sadari. Jika ingin menikmati bagaimana indahnya
konsep mekanika fulida bekerja, pergilah ke pantai.Viskositas adalah
besaran yang mengukur kekentalan fluida. Fluida memiliki bentuk yang cair
dan tidak kental.
Namun sebenarnya, semua fluida memiliki kekentalan, termasuk gas.
Untuk memeragakan adanya kekentalan fluida, Fluida diletakkan di antara
dua pelat sejajar. Satu pelat digerakkan dengan kecepatan konstan V arah
sejajar ke dua pelat. Permukaan fluida yang bersentuhan dengan pelat yang
diam tetap diam sedangkan yang bersentuhan dengan pelat yang bergerak
ikut bergerak dengan kecepatan V juga. Akibatnya terbentuk gradien
kecepatan. Lapisan fluida yang lebih dekat dengan pelat bergerak memiliki
kecepatan yang lebih besar. Untuk mempertahankan kecepatant ersebut,
diperlukan adanya gaya F yang memenuhi.
Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida, zat gas juga dapat mengalir
dari satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara
yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Zat padat tidak dapat
digolongkan ke dalam fluida karena zat padat tidak dapat mengalir. Batu
atau besi tidak dapat mengalir seperti air atau udara. Hal ini dikarenakan zat
padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya sedangkan fluida
tidak mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Secara umum fluida
dibagi menjadi dua yakni fluida statis dan fluida dinamis, nah sekarang kita
masuk pada topic pertama mengenai fluida statis.

2.6 Persamaan Poiseuille

Fluida yang tidak mempunyai viskositas tidak membutuhkan gaya


untuk mengalir. Fluida yang mempunyai viskositas memerlukan gaya gesek
antara berbagai lapisan disekitarnya. Akibatnya, debit fluida tidak hanya
tergantung pada luas penampang dan kecepatan fluida mengalir. Debit
fluida mengalir bergantung pada koefisien kekentalan, jari-jari pipa, dan
perbedaan tekanan antara ujung-ujung pipa persatuan panjang (gradien
tekanan). Bila debit fluida Q, perbedaan tekanan ∆P, panjang pipa l, dan jari-
jari pipa r, hubungan berbagai besaran tersebut dapat dituliskan dengan k
adalah bilangan tanpa dimensi. Dengan analisis dimensi diperoleh
persamaan

𝜋𝑟 4∆𝑝

Q=

8Ƞl

Keterangan :

Q = Debit fluida (m3 ),

Ƞ = Koefisien viskositas (Ns/m2 ),

∆P = Perbedaan tekanan (Pa),

l = Panjang pipa (m),

r = Jari-jari pipa (mm).

Rumus Poisuille yang diambil dari nama ilmuan Prancis J.L.Poisuille


(1799- 1869) yang merupakan fisikawan yang berjasa menyelidiki aliran
darah dalam tubuh. Bahwa debit fluida berbanding lurus dengan tekanan dan
berbanding terbalik dengan koefisien kekentalan sudah dapat diduga sejak
semula. Jika perbedaan tekanan yang terjadi antara ujung pipa cukup besar,
maka fluida tersebut akan mengalir lebih deras.

Fluida merupakan zat yang dapat mengalir dan mengalami perubahan


secara kontinu akibat adanya tegangan geser. Analisis pengukuran dari
ketahanan fluida terhadap tegangan geser menggunakan viskositas.
Berdasarkan viskositas, fluida dibagi menjadi dua yaitu fluida newtonian dan
fluida non- newton. Fluida non-newton terdiri atas fluida viskos, fluida
mikropolar dan fluida nano. Salah satu contoh fluida nano adalah Ag-Air.
Fluida tersebut tersusun dari fluida dasar air dan partikel nano Ag yang
memiliki daya hantar dan tingkat konduktivitas yang tinggi. Adanya pengaruh
medan magnet pada Fluida nano Ag-Air, maka menjadi fluida tersebut dapat
menghantarkan arus listrik (memiliki sifat magnetohidrodinamik/MHD).
Merujuk pada hasil riset sebelumnya bahwa parameter magnetik dan
konveksi dapat mempengaruhi profil kecepatan dan temperatur pada fluida.
Pada penelitian ini dibahas mengenai model matematika dan penyelesaian
numeriknya dari permasalahan pergerakan aliran MHD Ag- Air yang melewati
bola pejal dengan pengaruh parameter magnetik dan konveksi. Diperoleh
hasil bahwa varias magnetik yang meningkat mengakibatkan pergerakan Ag-
Air. Dengan meningkatkan parameter konveksi diperoleh pergerakan Ag-Air
lebih cepat dan temperatur Ag-Air mengalami penurunan.

2.6 Massa Jenis

Fluida merupakan zat yang dapat mengalir, biasanya digunakan isstilah


fluida untuk cairan dan gas. Salah satu sifat yang penting dari suatu bahan
adalah densitas di devinisikan sebagai massa per-satuan volume. Bahana
yang homogen seperti es atau besi , memiliki densitas yang sama pada
setiap bagiannya. Simbol yunani ρ (“rho”) digunakan untuk densitas. Jika
sebuah bahan yang materialnya homogen bermassa m dan dan memiliki
vollume V.
Maka:
m
ρ=
V
Densitas suatu bahan. Tidak sama pada setiap bagian nya.,
Contohnya adalah atmosfer Bumi (yang semakin tinggi akan semakin kecil
densitasnya) dan lautan (yang semakin dalam akan semakin
besar densitas nya). Untuk bahan bahan ini, persamaan (2.1)
memperlihatkan Densitas rata-rata. Secara umum, Densitas bahan
bergantung pada faktor lingkungan seperti suhu dan tekanan [2].

2.7 Tekanan Dalam Fluida

Ketika Fluida (baik cair maupun gas) berada dalam keadaan tenang,
Fluida akan memberikan gaya yang tegak lurus ke seluruh permukaan
kontaknya, seperti dinding bejana atau benda yang tercelup dalam Fluida. Ini
merupakan gaya yang akan dirasakan menekan kaki kita, ketika kita
menjuntaikannya ke dalam kolam renang. Ketika Fluida secara keseluruhan
berada pada keadaan tenang, molekul molekul yang menyusun nya tetap
bergerak; Gaya yang diberikan Fluida adalah akibat Tumbukan molekul
molekul dengan lingkungannya.
Dapat dibayangkan ketika sebuah permukaan imajiner dalam Suwida,
Wida pada kedua sisi permukaan menekan dengan gaya yang sama dan
berlawanan pada permukaan. (Kalau tidak, permukaan akan mengalami
percepatan dan Fluida tidak akan tetap tenang). Perhatikan permukaan
kecil dengan luasdA berpusat pada Berpusat pada titik di dalam Fluida; Gaya
normal yang diberikan Fluida pada masing masing sisi adalah dF (gambar I).
Dapat di definisikan sebagai tekanan
pressure) p
Pada titik itu sebagai gaya normal persatuan luas, yaitu perbandingan
antara dF dan Da
dF
p=
dA

Gambar 2. Luas daerah imajiner


Jika setiap titik pada permukaan bidang terbatas dalam area A memiliki
tekanan yang sama. Maka
F⊥
p=
A
Dimana F ⊥ adalah gaya normal total paada satu sisi permukaan. Satuan SI
untuk tekanan adalah pascal, dimana 1 pascal = 1 Pa = 1 N/m2 [2].

Hukum Pascal
Jika berat fluida dapat diabaikan, tekanan fluida akan sama di seluruh
bagian volumenya. Kita telah menggunakan perkiraan itu dalam pembahasan
tentang gaya tekan dan gaya geser pada Subbab 11-6. Tetapi berat fluida
jarang dapat diabaikan. Tekanan atmosfer akan berkurang dengan naiknya
ketinggian, itulah alasan kabin pesawat harus diberi tekanan ketika terbang
pada ketinggian 35.000 feet. Ketika Anda menyelam ke dalam air, telinga
Anda merasakan bahwa tekanan naik dengan cepat dengan bertambahnya
kedalaman di bawah permukaan.
Hukum Pascal
Tekanan yang diberikan pada fluida tertutup akan diteruskan tanpa
mengalami pengurangan ke setiap bagian fluida dan dinding bejana
Pompa hidrolik yang ditunjukkan pada Gambar II.2 , menggambarkan hukum
Pascal.Sebuah piston dengan luas permukaan penampang kecil A1,
memberikan gaya F1 padapermukaan cairan. minyak. Tekanan yang
diberikan p = F1 /
A1 ,diteruskan melalui pipa yang menghubungkan dengan piston yang lebih
besar dengan luas A2, Tekanan yang diberikanpada kedua silinder memiliki
besar yang sama. Sehingga:

Gambar II. 1 Ilustrasi Pompa Hidrolik

F1 F2 A2
P= = Dan F 2= F 1
A1 A 2 A1

Pompa hidrolik adalah alat multiplayer dengan faktor pengali sama


dengan perbandingan luas penampang kedua piston. Kursi dokter gigi,
pengangkat mobil dan dongkrak, beberapa jenis elevator, dan rem hidrolik,
semuanya menggunakan prinsip ini .
2.8 Hukum Stokes

Hukum Stokes berbunyi: “bila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida
ang diam terhadap bola itu akan bekerja gaya gesekan yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak bola tersebut. Benda yang jatuh memiliki
kecepatan yang makin lama makin besar, tetapi dalam fluida sebagi
mediumnya ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh
makin besar. Sehingga pada satu titik akan didapat kesetimbangan yang
menyebabkan kecepatan benda tersebut akan tetap”.
Dari pernyataan tersebut, menghitung viskositas fluida dapat dicari dengan
mengetahui kecepatan terminal, ukuran dan kerapatan bola, dan densitas
cairan, hukum Stokes dapat digunakan untuk menghitung viskositas fluida
Hukum ini menjadi dasar viskosimeter bola jatuh, dengan persyaratan: [5]
1. Ruang tempat fluida terbatas
2. kecepatan bola harus tetap/konstan dan tidakada
turbulensi di dalam fluida.
Sebuah benda bulat dengan jari-jari r bergerak dengan laju v melalui fluida
dengan viskositas η. mengalami gaya tahanan viskositas F yang diberikan
oleh hukum Stoke:
F=6 πην (2.5)
Viskositas (kekentalan) fluida menggambarkan ketahanan fluida terhadap
regangan geser. Dalam fluida Newtonian, gaya viskos sebanding dengan laju
regangan. Bila fluida mengalir dalam sebuah pipa silinder yang berjari-jari
dalam R dan panjang L laju volume total diberikan oleh persamaan
Poiseuille:
dV π R4
=
dt 8 η ( )( p −L p )
1 2

Dimana p1 dan p2 adalah tekanan pada kedua ujung pipa, η adalah viskositas
2.9 Persamaan bernoulli

Tekanan juga dapat berubah-ubah: tergantung pada ketinggian seperti


pada keadaan statis, dan juga tergantung pada laju aliran. Kita bisa
mendapatkan hubungan penting yang disebut persamaan Bernoulli yang
menghubungkan tekanan. laju aliran, dan ketinggian untuk aliran, fluida
inkompresibel yang ideal. Persamaan Bernoulli merupakan alat pokok dalam
menganalisis sistem perpipaan. stasiun pembangkit listrik tenaga air. dan
penerbangan pesawat.
1 2 1 2
p1 + ρg y 1+ ρ v 1 =p 2+ ρg y 2+ ρ v 2
2 2
Ketergantungan tekanan pada laju mengikuti persamaan kontinuitas. Ketika
fluida inkompresibel mengalir sepanjang tabung alir dengan penampang yang
berubah- ubah, lajunya pasti berubah dan karena itu elemen dari fluida
memiliki percepatan. Jika tabung horizontal, gaya yang menyebabkan
percepatan ini digunakan oleh fluida di sekelilingnya. Ini berarti bahwa
tekanan pasti berbeda pada penampang melintang yang berbeda, jika
tekanannya sama di setiap tempat, gaya total pada setiap elemen fluida akan
berharga nol. Ketika tabung alir horizontal menyempit dan laju elemen fluida
meningkat.
Besarnya satuan viskositas dinyatakan dengan η yaitu koefisien
kekentalan. Nilai tersebut nantinya dapat digunakan dalam menentukan
kecepatan aliran zat cair.
Satuan SI yang digunakan dalam koefisien viskositas adalah Pascal sekon
(Pa. s) yang ditulis sebagai Ns/m2. Namun dalam satuan CGS, dirujuk
sebagai Poise (P).
III. Jenis-Jenis Viskositas

Secara garis besar, viskositas diklasifikasikan menjadi dua jenis dalam


analisanya. Setiap dua cairan yang berbeda dapat memiliki absolute viscosity
yang sama ttapi tidak akan pernah memiliki dynamic viscosity yang sama
karena perbedaan densitas.
Berikut perbedaan yang mencolok antara keduanya:

III.1 Absolute Viscosity

Absolute viscosity disebut juga sebagai dynamic viscosity. Ia


merupakan kekuatan kekentalan dalam fluida. Dipopulerkan oleh Jean
Leonard Poiseuille, absolute viscosity menunjukkan bahwa tiap spesimen
memiliki kecepatan aliran darah yang berbeda.
Jenis ini direpresentasikan dengan simbol μ. Biasanya, ia dinyatakan
sebagai rasio tegangan geser terhadap regangan geser. Satuan
pengukurannya adalah Pascal second (Pa. s) dan diukur dalam centipoise
(cP),

III.2 Dynamic Viscosity

Dynamic viscosity juga dikenal sebagai kinematic viscosity atau


diffusivity of momentum. Faktor utama dari pengukuran ini adalah gaya
gravitasi. Hal ini berarti massa fluida langsung berdampak pada gerak zat.
Rasio dynamic viscosity berpengaruh terhadap densitas sebuah cairan.
Berdasarkan sistem internasional, ia memiliki simbol v dan satuan m2/s.
Viskositas diukur melalui rasio tegangan geser dengan gradien
kecepatan dalam fluida. Contohnya, jika sebuah bola dijatuhkan ke dalam
cairan, maka kekentalan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
berikut:
Rumus viskositas

µ = Viskositas (Pa.s atau N.s/m²)


r = Jari-jari benda (m)
g = Gaya gravitasi bumi (m/s²)
Pb = Massa jenis benda (kg/m³)
Pf = Massa jenis fluida (kg/m³)
v = Kecepatan benda (m/s)

Selain itu, hubungan massa jenis terhadap viskositas berbanding


lurus. Ketika hanya massa jenis benda yang meningkat, hal ini akan
memperbesar nilai bagian (Pb – Pf), dan akan membuat nilai viskositas juga
meningkat atau mengalami perbedaan nilai.
Pengaplikasian Pada Industri
Tahukah Anda jika kekentalan sangat membantu kehidupan kita sehari-hari?
Bahkan, eksistensinya sangat dibutuhkan dalam pekerjaan tertentu. Berikut
contoh penerapan viskositas:

a. Perminyakan

Temperatur permukaan yang rendah mempengaruhi performa aliran


minyak pada sistem pipa transportasi minyak berat. Hal ini dikarenakan
penurunan temperatur dapat meningkatkan kekentalan yang
mengakibatkan minyak sulit untuk mengalir. Sensor pada pipa minyak
mentah akan mengukur kekentalan fluida sebagai penentu tekanan yang
harus ditambahkan sehingga aliran minyak dapat tetap stabil.

b. Bahan Pangan

Viskositas digunakan hampir di setiap proses produksi bahan pangan.


Kekentalan antara saus, mayones, kecap, tentu akan berbeda, sehingga
pengukuran temperatur pada kekentalan sangat dibutuhkan untuk
menghasilkan konsentrasi makanan yang sesuai.
Kekentalan juga dapat berfungsi sebagai uji mutu suatu produk, karena
kekentalan dapat memisahkan antara zat makanan yang berkualitas atau
tidak.

c. Otomotif

Setiap mesin membutuhkan oli atau pelumas dengan tingkat


kekentalan yang berbeda. Kekentalan ini berkaitan dengan seberapa
besar resistensi nya untuk mengalir.
Maka dari itu, kekentalan oli sangat diperhitungkan untuk mengurangi
gaya gesek antara mesin guna mencegah terjadinya keausan. Contohnya
yaitu piston. Oli akan memisahkan kedua permukaan yang berhubungan
sehingga gesekan pada piston dapat diperkecil.

d. Manufaktur

Hampir sama seperti otomotif, kekentalan berperan dalam pengukuran


kekentalan pelumas yang akan digunakan suatu mesin. Jika pelumas
memiliki kekentalan yang terlalu tinggi, maka 5 tersebut justru bisa
menyumbat mesin dan menghambat proses manufaktur.
Apabila pelumas memiliki kekentalan yang terlalu rendah, maka
komponen manufaktur tersebut akan mendapat sedikit perlindungan saat
bergerak.

IV. TUJUAN MEMPELAJARI VISKOSITAS

Adapun tujuan dari mempelajari viskositas adalah untuk dapat


memahami bahwa benda yang bergerak dalam fluida akan mengalami
gesekan akibat dari kekentalan fluida. Selain itu, dengan mempelajari
viskositas, maka dapat juga membantu dalam menentukan koefisien
kekentalan dari suatu fluida.

Kemudian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi viskositas


antara lain yaitu seperti koefisien kekentalan fluida itu sendiri, massa jenis
fluida, bentuk atau ukuran partikel fluida, dan suhu. Cairan dengan
partikel besar dan tidak teratur memiliki viskositas yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan cairan dengan partikel kecil dan teratur. Suhu juga
mempengaruhi dari viskositas, di mana semakin tinggi suhu dari suatu
cairan, maka semakin rendah pula viskositasnya, sedangkan semakin
rendah suhu dari suatu cairan, maka semakin tinggi pula viskositasnya.

Teori viskositas memiliki berbagai aplikasi, salah satunya ada pada


pembuatan pelumas mesin atau oli. Pelumas mesin ini umumnya dikenal
sebagai oli, dan memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan
berbagai macam kendaraan bermotor.
Setiap jenis mesin membutuhkan tingkat viskositas yang berbeda,
yang ditentukan oleh ketebalan atau resistensi dari aliran oli. Penting
untuk memilih merek oli dengan koefisien viskositas yang sesuai dengan
jenis mesin sebelum digunakan. Ini adalah langkah penting dalam
menjaga motor dan peralatan kendaraan, mencegah kerusakan dan
pemborosan.
Masyarakat umum biasanya menganggap bahwa fungsi utama oli
hanya sebagai pelumas mesin. Namun, oli juga memiliki kegunaan
lainnya, seperti sebagai pendingin, pelindung karat, pembersih, dan
penutup celah pada dinding mesin. Sebagai pelumas pada mesin, oli
masuk ke dalam setiap celah dari mesin dan memungkinkan komponen
mesin bergerak dengan lancar, sehingga mesin dapat mencapai suhu
kerja optimal.

Kekentalan oli memiliki peran penting dalam mengurangi gaya gesek


yang dihasilkan oleh mesin yang bergerak dan saling berkontak, serta
mencegah terjadinya keausan pada mesin. Meskipun ada banyak bagian
dalam mesin yang bergesekan, piston adalah bagian yang paling sering
mengalami gesekan yang besar. Oleh karena itu, oli sangat penting dalam
mencegah terjadinya keausan pada piston dengan memisahkan kedua
permukaan yang berhubungan dan mengurangi gesekan pada piston.
Selain itu, oli juga memiliki peran sebagai fluida yang dapat memindahkan
panas dari ruang bakar yang mencapai suhu yang sangat tinggi ke bagian
mesin yang lebih dingin, sehingga mesin tidak overheat.
Di akhir, viskositas merupakan sifat material yang penting dalam
banyak aplikasi, termasuk industri minyak, makanan, otomotif, dan
manufaktur. Tingkat kekentalan material memainkan peran penting dalam
menentukan performa material dalam berbagai aplikasi. Memahami
viskositas adalah penting untuk memilih pelumas mesin yang sesuai,
menghasilkan makanan dengan konsentrasi yang tepat, serta
memastikan mesin dan komponen manufaktur berfungsi dengan optimal.
Semakin besar dan banyak pemahaman tentang viskositas, maka
semakin baik pula kemampuan untuk dapat memaksimalkan performa
material dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai aplikasi.
BAB II

DATA YANG DI PEROLEH

N
D(M) M(KG) S(CM) t1 t2 t3 Σt
O

1 0,02534 0,02521 0,394 0,50 0,55 0,54 0,53

2 0,61605 0,61605 0,394 0,42 0,43 0,53 0,4

3 0,01608 0,01001 0,394 0,61 0,60 0,65 0,62


BAB III

PENGOLAHAN DATA

III.I KECEPATAN

S
V=
t

Keterangan :

V = kecepatan (m/s)

S = jarak (m)

t = waktu (s)

III.I.I KECEPATAN KELERENG I

Dik : S1= 0,02534 m

t 1= 0,50 s

Dit : V 1

Penyelesaian :

s1
v 1=
t1
0,02534
=
0 , 50

= 0,05068 m/s

III.I.II. KECEPATAN KELERENG II

Dik : S2= 0,01635 m

t 2 = 0,43 s

Dit : V 2

Penyelesaian :

S2
V2 =
t2

0,01635
=
0 , 43

= 0,0380232558 m/s

III.I.III. KECEPATAN KELERENG III

Dik : S3 = 0,01608 m

t 3 = 0,65 s

Dit : V 3

Penyelesaian :

S3
V3 =
t3
0,01608 m
=
0 , 65 s

= 0,0247384615 m/s

III.II. VOLUME

4
Vol = π .r 3
3

keterangan:

vol = volume (m3)

π = 3,14

r = jari-jari

1
r = .D
2

III.II.I. VOLUME KELERENG I

Dik: π = 3,14

1
r = .d
2

1
= . 0,0256
2

= 0,0128

Dit : vol

Penyelesaian :
4
Vol = π .r 3
3

4
= . 3,14 . (0,0128)3
3

4
= . 3,14 . 0,00000210
3

= 4,187.0,00000210

= 0,00000879 m3

III.II.II. VOLUME KELERENG II

Dik: π = 3,14

1
r = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

Dit : vol

Penyelesaian :

4
Vol = π .r 3
3

4
= . 3,14 . (0,00768)3
3

4
= . 3,14 . 0,000000453
3
= 4,187. 0,000000453

=0,00000190 m3

III.II.III. VOLUME KELERENG III

Dik: π = 3,14

1
r = .d
2

1
= . 0,021
2

= 0,0105 m

Dit : vol

Penyelesaian :

4
Vol = π .r 3
3

4
= . 3,14 . (0,0105)3
3

4
= . 3,14 . 0,00000116
3

= 4,187. 0,00000116

=0,00000486 m3
III.III. RAPAT MASSA

m
m ρ= 3m
ρ= → 4 3 → ρ= 3
V πr 4πr
3

Keterangan :

ρ = rapat massa (Kg/m3)

m = massa (Kg)

r = jari-jari (m)

1
r= .d
2

III.III.I RAPAT MASSA KELERENG I

Dik: m = 0,0203 Kg

π = 3,14

1
r = .d
2

1
= . 0,0256
2

= 0,0128 m

Dit : ρ

Penyelesaian

3m
ρ= 3
4πr
3. 0 , 0203
= 3
4 . 3 , 14 .(0,0128)

0,0609
=
12, 56. 0,00000021

0,0609
=
0,0000264

= 2306,818 Kg / m3

III.III.II. RAPAT MASSA KELERENG II

Dik: m = 0,005 Kg

π = 3,14

1
r = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

Dit : ρ

Penyelesaian

3m
ρ= 3
4πr

3. 0 , 005
= 3
4 . 3 , 14 .(0,00768)

0,015
=
12, 56. 0,000000453
0,015
=
0,0000569

= 2636,204 Kg / m3

III.III.III. RAPAT MASSA KELERENG III

Dik: m = 0,009 Kg

π = 3,14

1
r = .d
2

1
= . 0,021
2

= 0,0105 m

Dit : ρ

Penyelesaian :

3m
ρ= 3
4πr

3. 0 , 009
= 3
4 . 3 , 14 .(0,0105)

0,027
=
12, 56. 0,00000116

0,027
=
0,0000146

= 23275,862 Kg / m3
III.IV.III. KOEFISIEN KEKENTALAN KELERENG III

1
Dik : r= .d
2

1
= . 0,021
2

= 0,0105 m

g = 9,8 m/ s2

v = 1,088 m/s

ρ3 = 23275,862 Kg/ m3

ρ0 = 0,94 Kg/ m 3

Dit : n

Penyelesaian :
2
2r g ρ ρ
n= ( 3- 0)
gv

= 2¿¿

2.0,000110 .9 , 8
= (23274,922)
10,662

0,00216
= 23274,922
10,662

=0,000203. 23274,922

= 4,725 Ns / m2

III.V.GAYA GESEK

F = 6 π .r . n . v
Keterangan :

F = gaya gesek

π = phi (3,14 )

1
r= .d
2

= Jari- jari

n = Koefisien Kekentalan

v= Kecepatan

III.V.I GAYA GESEK KELERENG I

Dik : π = 3,14

1
r= .d
2

1
= 0,0256 .
2

= 0,0128 m

n = 0,791 Ns/m2

v= 0,956 m/s

Dit : F

Penyelesaian :

F = 6 π .r. n . V

= 6.3,14 . 0,0128. 0,791 . 0,956

= 18,84 . 0,00968

= 0,182 N
III.V.II. GAYA GESEK KELERENG II

Dik : π = 3,14

1
r= .d
2

1
= 0,01535 .
2

= 0,00768 m

n = 0,374 Ns/m2

v= 0,835 m/s

Dit : F

Penyelesaian :

F = 6 π .r. n . V

= 6.3,14 . 0,00768. 0,374 . 0,835

= 18,84 . 0,00240

= 0,0452 N

III.V.III. GAYA GESEK KELERENG III

Dik : π = 3,14

1
r= .d
2

1
= .0,021
2

= 0,0105 m

n = 4,725 Ns/m2
v= 1,088 m/s

Dit : F

Penyelesaian :

F = 6 π .r. n . V

= 6.3,14 . 0,0105. 4,725 . 1,088

= 18,84 . 0,0540

= 1,0174 N

III.VI. TURUNAN RUMUS

III.VI.I. VOLUME

4
v= . π .r 3
3

Keterangan :

v = volume ( m 3 ¿

π = 3,14

r= jari – jari (m)

1
= .d
2

III.VI.I.I TURUNAN RUMUS VOLUME TERHADAP JARI-JARI

dv 4
= . π .r 3
dr 3

dv 4
=3. . π .r 3−1
dr 3
dv 4
= . π .r 3
dr 3

III.VI.I.I.I TURUNAN RUMUS VOLUME TERHADAP JARI- JARI

KELERENG I

Dik : π = 3,14

1
r= .d
2

1
= . 0,0256
2

= 0,0128 m

dv
Dit :
dr

Penyelesaian :

dv
= 4 . π .r 2
dr

= 4. 3,14 (0,0128)2

= 12,56. 0,000164

= 0,00206 m 3

III.VI.I.I.II. TURUNAN RUMUS VOLUME TERHADAP JARI – JARI

KELERENG II

Dik : π = 3,14
1
r= .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

dv
Dit :
dr

Penyelesaian :

dv
= 4 . π .r 2
dr

= 4. 3,14 (0,00768)2

= 12,56. 0,000590

= 0,000741 m 3

III.VI.I.I.III. TURUNAN RUMUS VOLUME TERHADAP JARI – JARI

KELERENG III

Dik : π = 3,14

1
r= .d
2

1
= . 0,021
2

= 0,0105 m

dv
Dit :
dr

Penyelesaian :
dv
= 4 . π .r 2
dr

= 4. 3,14 (0,0105)2

= 12,56. 0,000110

= 0,00138 m 3

III. VI. III. TURUNAN RUMUS KOEFISIENSI KEKENTALAN

2
2r g ρ −ρ ¿
n ( n o
gv

Keterangan :

g = gravitasi (9,8 m/ S2)

r = jari-jari (m)

v = kecepatan (m/s)

ρn = rapat massa benda ke-n (ns/m2)

ρo = 0,94 ( nilai ketetapan )

n = Koefisien Kekentalan (Ns/ m2)

III.VI.III.I. TURUNAN RUMUS KOEFISIEN TERHADAP JARI-JARI

dn 2r 2 g
= ( ρn - ρo )
dr gv

dn 2.2r 2−1 g
= ( ρn - ρo )
dr gV

dn 4 rg
= (ρ -ρ )
dr gV n o
III.IV.III.I.I. TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP

JARI-JARI KELERENG I

1
Dik: r1 = .d
2

1
= .0,0256
2

= 0,0128 m

g= 9,8 m/ s2

v 1= 0,956 m/s

ρ1= 2306,818 Kg/m 3

ρo = 0,94 Kg/m 3

dn
Dit :
dr

Penyelesaian :

dn 4 rg
= ( ρ1- ρo )
dr gv

4.0,0128 . 9 , 8
= (2306,818 – 0,94)
9 , 8 .0,956

0,502
= . 2305,878
9,3688

= 0,0536,2305,878

= 123,595
III.VI.III.I.II TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP

JARI-JARI KELERENG II

1
Dik: r1 = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

g = 9,8 m/ s2

v 1= 0,835 m/s

ρ1= 2306,818 Kg/m 3

ρo = 0,94 Kg/m 3

dn
Dit :
dr

Penyelesaian :

dn 4 rg
= ( ρ1- ρo )
dr gv

4.0,0128 . 9 , 8
= (23275,862– 0,94)
9 , 8.1,088

0,4116
= . 23274,922
10,6624

= 0,0536 . 23274,922

= 898,412
III.VI.III.I.III. TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP

JARI – JARI KELERENG III

1
Dik: r1 = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

g = 9,8 m/ s2

v 1= 0,835 m/s

ρ1= 2306,818 Kg/m 3

ρo = 0,94 Kg/m 3

dn
Dit :
dr

Penyelesaian :

dn 4 rg
= ( ρ1- ρo )
dr gv

4.0,0128 . 9 , 8
= (23275,862– 0,94)
9 , 8.1,088

0,4116
= . 23274,922
10,6624

= 0,0536 . 23274,922

= 898,412
III.VI.III.II. TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP

KECEPATAN

dn 2r 2 g
= ( ρn - ρo )
dv gv

dn −1.2r 2 g v −1−1
= ( ρn - ρo )
dv g

dn −2 r 2 g v −2
= ( ρn - ρo )
dv g

dn −2 r 2 g
= ( ρn - ρo )
dv gv
2

III.VI.III.II.I TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP

KECEPATAN KELERENG I

Dik: d 1 = 0,0256 m

1
r1 = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

g = 9,8 m/ s2

v 1= 0,835 m/s

ρ1= 2306,818 Kg/m 3

ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dv

Penyelesaian:

dn 2r 2 g
= ρ ρ
2 ( n- o )
dv gv
2
−2(0,0128) . 9 , 8
= (2306,818-094)
9 ,8 .(0,956)2

−2.0,000164 . 9 , 8
= (2306,878)
9 , 8 .0,914

−0,0032144
= (2306,878)
8,9572

= - 0,000359 . 2305,878

= - 0,828

III.VI.III.II.II TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP

KECEPATAN KELERENG II

Dik: d 1 = 0,0256 m

1
r1 = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

g = 9,8 m/ s2

v 1= 0,835 m/s

ρ1= 2306,818 Kg/m 3


ρo = 0,94 Kg/m 3

dn
Dit :
dv

Penyelesaian:

dn 2r 2 g
= ρ ρ
2 ( n- o )
dv gv
2
−2(0,0128) . 9 , 8
= (2306,818-094)
9 ,8 .(0,956)2

−2.0,000164 . 9 , 8
= (2306,878)
9 , 8 .0,914

−0,0032144
= (2306,878)
8,9572

= - 0,000359 . 2305,878

= - 0,828

III.VI.III.II.III TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP

KECEPATAN KELERENG III

Dik: d 1 = 0,0256 m

1
r1 = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

g = 9,8 m/ s2

v 1= 0,835 m/s
ρ1= 2306,818 Kg/m 3

ρo = 0,94 Kg/m 3

dn
Dit :
dv

Penyelesaian:

dn 2r 2 g
= ρ ρ
2 ( n- o )
dv gv
2
−2(0,0128) . 9 , 8
= (2306,818-094)
9 ,8 .(0,956)2

−2.0,000164 . 9 , 8
= (2306,878)
9 , 8 .0,914

−0,0032144
= (2306,878)
8,9572

= - 0,000359 . 2305,878

= - 0,828

III.VI.III.III. TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP


MASSA

dn 2r 2 g
dm
=
3m
(
gv 4 . π . r
3
−ρo
)
dm
=
gv (
dn 2r 2 g 1.3 m1−1
4 . π .r
3
−ρ o
)
dn 2r 2 g
dm
=
3
(
gv 4 . π . r
3
−ρo
)
III.VI.III.III.I TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
MASSA KELERENG I

Dik: d 1 = 0,0256 m

1
r1 = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

g = 9,8 m/ s2

v 1= 0,835 m/s

π=3 , 14

ρo = 0,94 Kg/m 3

dn
Dit :
dm

Penyelesaian :

dn 2r 2 g
dm
=
3m
gv 4 . π . r
3 (
−ρo
)
( 3m
)
2
2(0,0128) 9 , 8 −0 , 94
= 3
9 , 8.0,956 4 .3 , 14 (0,0128)

=
0,0032144
9,3688 ( 3
0,000026376
−0 ,94 )
= 0,000343 ( 113,739,763 – 0,94 )

= 0,000343 . 113,738,823

=39,012
III.VI.III.III.II TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
MASSA KELERENG II

Dik: d 1 = 0,0256 m

1
r1 = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

g = 9,8 m/ s2

v 1= 0,835 m/s

π=3 , 14

ρo = 0,94 Kg/m 3

dn
Dit :
dm

Penyelesaian :

dn 2r 2 g
dm
=
3m
gv 4 . π . r
3 (
−ρo
)
( 3m
)
2
2(0,0128) 9 , 8 −0 , 94
= 3
9 , 8.0,956 4 .3 , 14 (0,0128)

=
0,0032144
9,3688 ( 3
0,000026376
−0 ,94 )
= 0,000343 ( 113,739,763 – 0,94 )

= 0,000343 . 113,738,823

=39,012
III.VI.III.III.III TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
MASSA KELERENG III

Dik: d 1 = 0,0256 m

1
r1 = .d
2

1
= . 0,01535
2

= 0,00768 m

g = 9,8 m/ s2

v 1= 0,835 m/s

π=3 , 14

ρo = 0,94 Kg/m 3

dn
Dit :
dm

Penyelesaian :

dn 2r 2 g
dm
=
3m
gv 4 . π . r
3 (
−ρo
)
( 3m
)
2
2(0,0128) 9 , 8 −0 , 94
= 3
9 , 8.0,956 4 .3 , 14 (0,0128)

=
0,0032144
9,3688 ( 3
0,000026376
−0 ,94 )
= 0,000343 ( 113,739,763 – 0,94 )

= 0,000343 . 113,738,823

=39,012
III.VI.III.IV. ∆ n

√( ( ) ( )
2 2
∆n=
dr)
dn 2
( ∆ r )2 +
dn ( )2
dv
∆r +
dn (
dm
∆ m)
2

III.VI.III.IV.I. ∆ n KELERENG I

dn
Dik : - = 123,595
dr

-∆ r = 3× 10−3

dn
- = -0,828
dv

-∆ r = 3× 10−3

dn
- = 39, 012
dm

-∆ m = 3× 10−3

Dit : ∆ n

Penyelesaian :

√( ( ) ( )
2 2
∆n =
dr)
dn 2
( ∆ r )2 +
dn ( )2
dv
∆r +
dn (
dm
∆ m)
2

= √ ( 123,595 )2 ¿
= √¿¿¿

= √ ( 0,138 ) +( 0,00000617 ) +(0,137)


= √ 0,151

= 0,151

III.VI.III.IV.II ∆ nKELERENG II

∆n
DIK : =96,978
ar
−3
∆ n=3. 10

an
=−0 , 44
dv
−3
∆ n=3. 10

DIT :∆n

PENYELESAIAN

∆ n=
√( ar )
an 2
(∆ r ) ( ∆ m )2

Anda mungkin juga menyukai