TEORI RINGKAS
I. PENDAHULUAN
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair
tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair.
Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan
yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton
menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu
maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Diantara salah satu sifat zat cair adalah kental (viskos) dimana zat cair
memiliki kekentalan yang berbeda-beda materinya, misalnya kekentalan
minyak goreng dengan kekentalan oli. Dengan sifat ini zat cair banyak
digunakan dalam dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah
diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap mesin membutuhkan
kekentalan yang berbeda-beda. Pelumasan bagian dalam mesin fluida viskos
cenderung melekat pada permukaan zat yang bersentuhan dengannya
Viskositas juga memiliki pengaruh besar dalam dunia manufaktur, sebagai
contohnya pengaruh putaran spindel, viskositas, dan variasi cairan pendingin
terhadap umur pahat HSS pada proses bubut konvensional. Praktikum yang
dilakukan untuk menentukan koefisien viskositas dari berbagai zat cair
dengan menggunakan hukum stokes.
II. TEORI
2.1 Viskositas
Tabung
silinder
fluida uji
bola uji
Fase krusial dalam metode bola uji jatuh adalah fase saat bola uji bergerak
dengan kecepatan tetap yang dikenal sebagai kecepatan terminal 𝑣T selama
selang waktu 𝑡 dan menempuh jarak sejauh 𝑙 = 𝑣T × 𝑡 . Selama fase ini
(Gambar 1), persamaan gerak yang berlaku untuk bola uji dalam notasi
vektor adalah
𝐅G + 𝐅S + 𝐅B = 0
Dengan substitusi 𝐅G = 𝑚b 𝑔 𝒛̂ sebagai gaya gravitasi bola uji
𝐅S = −6 𝜋 𝜂 𝑟 𝑣T 𝒛̂ sebagai Stokes force saat berada pada fase
uniform motion, 𝐅B = −𝜌f 𝑔 𝑉b 𝒛̂ pada persamaan (2) maka diperoleh
rumusan viskositas dinamik fluida uji sebagai berikut
𝜂= 𝑔 (𝜌b - 𝜌f) 𝑑2
18𝑣T
di mana 𝜌b dan 𝑑 berturut-turut menyatakan densitas dan diameter bola uji
yang digunakan dalam percobaan uji viskositas (Ballereau et al., 2016;
Brizard et al., 2005; Ali et al., 2019).
Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak dalam fluida
Keterangan:
Untuk viskositas beberapa fluida dapat kita lihat pada tabel berikut!
Pada tabel diatas terlihat bahwa air, udara, dan alkohol mempunyai
koefisien kecil sekali dibandingkan dengan gliserin. Oleh karena itu, dalam
perhitungan sering diabaikan. Berdasarkan eksperimen juga diperoleh
bahwa koefisien viskositas tergantung suhu. Pada kebanyakan fluida makin
tinggi suhu makin rendah koefisien viskositasnya. Itu sebabnya di musim
dingin oli mesin menjadi kental sehingga kadang-kadang mesin sukar
dihidupkan karena terjadi efek viskositas pada oli mesin.
Aplikasi teori dari viskositas adalah pelumas mesin. Pelumas mesin ini
biasanya kita kenal dengan nama oli. Oli merupakan bahan penting bagi
kendaraan bermotor. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin kendaraan
berbeda- beda karena setiap tipe mesin kendaraan membutuhkan
kekentalan yang berbeda- beda. Kekentalan ini adalah bagian yang sangat
penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar
resistensinya untuk mengalir. Sehingga sebelum menggunakan oli merek
tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu koefisien kekentalan oli sesuai
atau tidak dengan tipe mesin. Masyarakat umum beranggapan bahwa fungsi
utama oli hanyalah sebagai pelumas mesin. Padahal oli memiliki fungsi lain,
yakni sebagai pendingin, pelindung karat, pembersih dan penutup celah
pada dinding mesin. Sebagai pelumas mesin oli akan membuat gesekan
antar komponen didalam mesin bergerak lebih halus. dengan cara masuk
kedalam celah-celah mesin, sehingga memudahkan mesin untuk mencapai
suhu kerja yang ideal. Viskositas dari oli sangat diperhitungkan untuk
meminimalisir gaya gesek yang ditimbulkan oleh mesin yang bergerak dan
terkontak satu terhadap yang lain sehingga mencegah terjadinya kehausan.
Pada permesinan bagian yang paling sering bergesekan adalah piston, ada
banyak bagian lain namun gesekannya tak sebesar yang dialami piston.
Disinilah kegunaan oli, oli memisahkan kedua permukaan yang
berhubungan sehingga gesekan pada piston diperkecil. Selain itu, oli juga
bertindak sebagai fluida yang memindahkan panas ruang bakar yang
mencapai 1.000-1.600 derajat celcius ke bagian lain mesin yang lebih
dingin, sehingga mesin tidak over heat sebagai pendingin. Semakin kental
oli, maka lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental. 6apisan halus pada
oli kentalmemberi kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan
permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan
memberi resitensi berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah
sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan.
Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi
atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan karena nilai viskositas
masing-masing oli akan berkurang jika suhu cairan dinaikkan. Suhu semakin
tinggi diikuti makin rendahnya viskositas oli atau sebaliknya. Seberapa
kriteria yang penting yang harus dipenuhi oleh oli antara lain:
1. Viskositas harus cukup kental untuk menahan agar bagian peralatan
yang bergerak relatif terpisah, tetapi juga harus mencegah kebocoran
dari segel.
2. Fluida harus cukup pada saat awal yaitu pada saat peralatan masih
dingin.
3. Dapat membentuk film yang cukup kuat untuk pelumasan
perbatasan.
4. Tahan terhadap oksidasi suhu tinggi.
5. Mengandung deterjen dan dispersan cukup untuk menyerap endapan
atau lumpur yanga terbentuk.
6. Tidak membentuk emulsi dengan air yang masuk dari segel yang
bocor.
Dengan tingkat kekentalan yang disesuaikan dengan kapasitas volume
maupun kebutuhan mesin. Maka semakin kental oli, tingkat kebocoran akan
semakin kecil, namun disisi lain mengakibatkan bertambahnya beban kerja
bagi pompa oli. Sebab seluruh komponen mesin baru dengan teknologi
terakhir memiliki lubang atau celah dinding yang sangat kecil, sehingga akan
sulit dimasuki oleh oli yang memiliki kekentalan tinggi. Dalam penggunaan
sehari-hari, viskositas dikenal sebagai ukuran ketahanan oli untuk mengalir
dalam mesin kendaraan. Zat cair dan gas memiliki viskositas, hanya saja zat
cair lebih kental (viscous) daripada gas. Viskositas oli didefinisikan dengan
nomor SAE’S (Societyof Automotive Engineer’s). Penerapan viskositas
lainnya dalam kehidupan sehari-hari ialah mengalirnya darah dalam
pembuluh darah vena, proses penggorengan ikan semakin tinggi suhunya,
maka semakin kecil viskositas minyak goreng, dan mengalirnya air dalam
pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.
2.5 Konsep Fluida
𝜋𝑟 4∆𝑝
Q=
8Ƞl
Keterangan :
Ketika Fluida (baik cair maupun gas) berada dalam keadaan tenang,
Fluida akan memberikan gaya yang tegak lurus ke seluruh permukaan
kontaknya, seperti dinding bejana atau benda yang tercelup dalam Fluida. Ini
merupakan gaya yang akan dirasakan menekan kaki kita, ketika kita
menjuntaikannya ke dalam kolam renang. Ketika Fluida secara keseluruhan
berada pada keadaan tenang, molekul molekul yang menyusun nya tetap
bergerak; Gaya yang diberikan Fluida adalah akibat Tumbukan molekul
molekul dengan lingkungannya.
Dapat dibayangkan ketika sebuah permukaan imajiner dalam Suwida,
Wida pada kedua sisi permukaan menekan dengan gaya yang sama dan
berlawanan pada permukaan. (Kalau tidak, permukaan akan mengalami
percepatan dan Fluida tidak akan tetap tenang). Perhatikan permukaan
kecil dengan luasdA berpusat pada Berpusat pada titik di dalam Fluida; Gaya
normal yang diberikan Fluida pada masing masing sisi adalah dF (gambar I).
Dapat di definisikan sebagai tekanan
pressure) p
Pada titik itu sebagai gaya normal persatuan luas, yaitu perbandingan
antara dF dan Da
dF
p=
dA
Hukum Pascal
Jika berat fluida dapat diabaikan, tekanan fluida akan sama di seluruh
bagian volumenya. Kita telah menggunakan perkiraan itu dalam pembahasan
tentang gaya tekan dan gaya geser pada Subbab 11-6. Tetapi berat fluida
jarang dapat diabaikan. Tekanan atmosfer akan berkurang dengan naiknya
ketinggian, itulah alasan kabin pesawat harus diberi tekanan ketika terbang
pada ketinggian 35.000 feet. Ketika Anda menyelam ke dalam air, telinga
Anda merasakan bahwa tekanan naik dengan cepat dengan bertambahnya
kedalaman di bawah permukaan.
Hukum Pascal
Tekanan yang diberikan pada fluida tertutup akan diteruskan tanpa
mengalami pengurangan ke setiap bagian fluida dan dinding bejana
Pompa hidrolik yang ditunjukkan pada Gambar II.2 , menggambarkan hukum
Pascal.Sebuah piston dengan luas permukaan penampang kecil A1,
memberikan gaya F1 padapermukaan cairan. minyak. Tekanan yang
diberikan p = F1 /
A1 ,diteruskan melalui pipa yang menghubungkan dengan piston yang lebih
besar dengan luas A2, Tekanan yang diberikanpada kedua silinder memiliki
besar yang sama. Sehingga:
F1 F2 A2
P= = Dan F 2= F 1
A1 A 2 A1
Hukum Stokes berbunyi: “bila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida
ang diam terhadap bola itu akan bekerja gaya gesekan yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak bola tersebut. Benda yang jatuh memiliki
kecepatan yang makin lama makin besar, tetapi dalam fluida sebagi
mediumnya ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh
makin besar. Sehingga pada satu titik akan didapat kesetimbangan yang
menyebabkan kecepatan benda tersebut akan tetap”.
Dari pernyataan tersebut, menghitung viskositas fluida dapat dicari dengan
mengetahui kecepatan terminal, ukuran dan kerapatan bola, dan densitas
cairan, hukum Stokes dapat digunakan untuk menghitung viskositas fluida
Hukum ini menjadi dasar viskosimeter bola jatuh, dengan persyaratan: [5]
1. Ruang tempat fluida terbatas
2. kecepatan bola harus tetap/konstan dan tidakada
turbulensi di dalam fluida.
Sebuah benda bulat dengan jari-jari r bergerak dengan laju v melalui fluida
dengan viskositas η. mengalami gaya tahanan viskositas F yang diberikan
oleh hukum Stoke:
F=6 πην (2.5)
Viskositas (kekentalan) fluida menggambarkan ketahanan fluida terhadap
regangan geser. Dalam fluida Newtonian, gaya viskos sebanding dengan laju
regangan. Bila fluida mengalir dalam sebuah pipa silinder yang berjari-jari
dalam R dan panjang L laju volume total diberikan oleh persamaan
Poiseuille:
dV π R4
=
dt 8 η ( )( p −L p )
1 2
Dimana p1 dan p2 adalah tekanan pada kedua ujung pipa, η adalah viskositas
2.9 Persamaan bernoulli
a. Perminyakan
b. Bahan Pangan
c. Otomotif
d. Manufaktur
N
D(M) M(KG) S(CM) t1 t2 t3 Σt
O
PENGOLAHAN DATA
III.I KECEPATAN
S
V=
t
Keterangan :
V = kecepatan (m/s)
S = jarak (m)
t = waktu (s)
t 1= 0,50 s
Dit : V 1
Penyelesaian :
s1
v 1=
t1
0,02534
=
0 , 50
= 0,05068 m/s
t 2 = 0,43 s
Dit : V 2
Penyelesaian :
S2
V2 =
t2
0,01635
=
0 , 43
= 0,0380232558 m/s
Dik : S3 = 0,01608 m
t 3 = 0,65 s
Dit : V 3
Penyelesaian :
S3
V3 =
t3
0,01608 m
=
0 , 65 s
= 0,0247384615 m/s
III.II. VOLUME
4
Vol = π .r 3
3
keterangan:
π = 3,14
r = jari-jari
1
r = .D
2
Dik: π = 3,14
1
r = .d
2
1
= . 0,0256
2
= 0,0128
Dit : vol
Penyelesaian :
4
Vol = π .r 3
3
4
= . 3,14 . (0,0128)3
3
4
= . 3,14 . 0,00000210
3
= 4,187.0,00000210
= 0,00000879 m3
Dik: π = 3,14
1
r = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
Dit : vol
Penyelesaian :
4
Vol = π .r 3
3
4
= . 3,14 . (0,00768)3
3
4
= . 3,14 . 0,000000453
3
= 4,187. 0,000000453
=0,00000190 m3
Dik: π = 3,14
1
r = .d
2
1
= . 0,021
2
= 0,0105 m
Dit : vol
Penyelesaian :
4
Vol = π .r 3
3
4
= . 3,14 . (0,0105)3
3
4
= . 3,14 . 0,00000116
3
= 4,187. 0,00000116
=0,00000486 m3
III.III. RAPAT MASSA
m
m ρ= 3m
ρ= → 4 3 → ρ= 3
V πr 4πr
3
Keterangan :
m = massa (Kg)
r = jari-jari (m)
1
r= .d
2
Dik: m = 0,0203 Kg
π = 3,14
1
r = .d
2
1
= . 0,0256
2
= 0,0128 m
Dit : ρ
Penyelesaian
3m
ρ= 3
4πr
3. 0 , 0203
= 3
4 . 3 , 14 .(0,0128)
0,0609
=
12, 56. 0,00000021
0,0609
=
0,0000264
= 2306,818 Kg / m3
Dik: m = 0,005 Kg
π = 3,14
1
r = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
Dit : ρ
Penyelesaian
3m
ρ= 3
4πr
3. 0 , 005
= 3
4 . 3 , 14 .(0,00768)
0,015
=
12, 56. 0,000000453
0,015
=
0,0000569
= 2636,204 Kg / m3
Dik: m = 0,009 Kg
π = 3,14
1
r = .d
2
1
= . 0,021
2
= 0,0105 m
Dit : ρ
Penyelesaian :
3m
ρ= 3
4πr
3. 0 , 009
= 3
4 . 3 , 14 .(0,0105)
0,027
=
12, 56. 0,00000116
0,027
=
0,0000146
= 23275,862 Kg / m3
III.IV.III. KOEFISIEN KEKENTALAN KELERENG III
1
Dik : r= .d
2
1
= . 0,021
2
= 0,0105 m
g = 9,8 m/ s2
v = 1,088 m/s
ρ3 = 23275,862 Kg/ m3
ρ0 = 0,94 Kg/ m 3
Dit : n
Penyelesaian :
2
2r g ρ ρ
n= ( 3- 0)
gv
= 2¿¿
2.0,000110 .9 , 8
= (23274,922)
10,662
0,00216
= 23274,922
10,662
=0,000203. 23274,922
= 4,725 Ns / m2
III.V.GAYA GESEK
F = 6 π .r . n . v
Keterangan :
F = gaya gesek
π = phi (3,14 )
1
r= .d
2
= Jari- jari
n = Koefisien Kekentalan
v= Kecepatan
Dik : π = 3,14
1
r= .d
2
1
= 0,0256 .
2
= 0,0128 m
n = 0,791 Ns/m2
v= 0,956 m/s
Dit : F
Penyelesaian :
F = 6 π .r. n . V
= 18,84 . 0,00968
= 0,182 N
III.V.II. GAYA GESEK KELERENG II
Dik : π = 3,14
1
r= .d
2
1
= 0,01535 .
2
= 0,00768 m
n = 0,374 Ns/m2
v= 0,835 m/s
Dit : F
Penyelesaian :
F = 6 π .r. n . V
= 18,84 . 0,00240
= 0,0452 N
Dik : π = 3,14
1
r= .d
2
1
= .0,021
2
= 0,0105 m
n = 4,725 Ns/m2
v= 1,088 m/s
Dit : F
Penyelesaian :
F = 6 π .r. n . V
= 18,84 . 0,0540
= 1,0174 N
III.VI.I. VOLUME
4
v= . π .r 3
3
Keterangan :
v = volume ( m 3 ¿
π = 3,14
1
= .d
2
dv 4
= . π .r 3
dr 3
dv 4
=3. . π .r 3−1
dr 3
dv 4
= . π .r 3
dr 3
KELERENG I
Dik : π = 3,14
1
r= .d
2
1
= . 0,0256
2
= 0,0128 m
dv
Dit :
dr
Penyelesaian :
dv
= 4 . π .r 2
dr
= 4. 3,14 (0,0128)2
= 12,56. 0,000164
= 0,00206 m 3
KELERENG II
Dik : π = 3,14
1
r= .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
dv
Dit :
dr
Penyelesaian :
dv
= 4 . π .r 2
dr
= 4. 3,14 (0,00768)2
= 12,56. 0,000590
= 0,000741 m 3
KELERENG III
Dik : π = 3,14
1
r= .d
2
1
= . 0,021
2
= 0,0105 m
dv
Dit :
dr
Penyelesaian :
dv
= 4 . π .r 2
dr
= 4. 3,14 (0,0105)2
= 12,56. 0,000110
= 0,00138 m 3
2
2r g ρ −ρ ¿
n ( n o
gv
Keterangan :
r = jari-jari (m)
v = kecepatan (m/s)
dn 2r 2 g
= ( ρn - ρo )
dr gv
dn 2.2r 2−1 g
= ( ρn - ρo )
dr gV
dn 4 rg
= (ρ -ρ )
dr gV n o
III.IV.III.I.I. TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
JARI-JARI KELERENG I
1
Dik: r1 = .d
2
1
= .0,0256
2
= 0,0128 m
g= 9,8 m/ s2
v 1= 0,956 m/s
ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dr
Penyelesaian :
dn 4 rg
= ( ρ1- ρo )
dr gv
4.0,0128 . 9 , 8
= (2306,818 – 0,94)
9 , 8 .0,956
0,502
= . 2305,878
9,3688
= 0,0536,2305,878
= 123,595
III.VI.III.I.II TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
JARI-JARI KELERENG II
1
Dik: r1 = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
g = 9,8 m/ s2
v 1= 0,835 m/s
ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dr
Penyelesaian :
dn 4 rg
= ( ρ1- ρo )
dr gv
4.0,0128 . 9 , 8
= (23275,862– 0,94)
9 , 8.1,088
0,4116
= . 23274,922
10,6624
= 0,0536 . 23274,922
= 898,412
III.VI.III.I.III. TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
1
Dik: r1 = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
g = 9,8 m/ s2
v 1= 0,835 m/s
ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dr
Penyelesaian :
dn 4 rg
= ( ρ1- ρo )
dr gv
4.0,0128 . 9 , 8
= (23275,862– 0,94)
9 , 8.1,088
0,4116
= . 23274,922
10,6624
= 0,0536 . 23274,922
= 898,412
III.VI.III.II. TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
KECEPATAN
dn 2r 2 g
= ( ρn - ρo )
dv gv
dn −1.2r 2 g v −1−1
= ( ρn - ρo )
dv g
dn −2 r 2 g v −2
= ( ρn - ρo )
dv g
dn −2 r 2 g
= ( ρn - ρo )
dv gv
2
KECEPATAN KELERENG I
Dik: d 1 = 0,0256 m
1
r1 = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
g = 9,8 m/ s2
v 1= 0,835 m/s
ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dv
Penyelesaian:
dn 2r 2 g
= ρ ρ
2 ( n- o )
dv gv
2
−2(0,0128) . 9 , 8
= (2306,818-094)
9 ,8 .(0,956)2
−2.0,000164 . 9 , 8
= (2306,878)
9 , 8 .0,914
−0,0032144
= (2306,878)
8,9572
= - 0,000359 . 2305,878
= - 0,828
KECEPATAN KELERENG II
Dik: d 1 = 0,0256 m
1
r1 = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
g = 9,8 m/ s2
v 1= 0,835 m/s
dn
Dit :
dv
Penyelesaian:
dn 2r 2 g
= ρ ρ
2 ( n- o )
dv gv
2
−2(0,0128) . 9 , 8
= (2306,818-094)
9 ,8 .(0,956)2
−2.0,000164 . 9 , 8
= (2306,878)
9 , 8 .0,914
−0,0032144
= (2306,878)
8,9572
= - 0,000359 . 2305,878
= - 0,828
Dik: d 1 = 0,0256 m
1
r1 = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
g = 9,8 m/ s2
v 1= 0,835 m/s
ρ1= 2306,818 Kg/m 3
ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dv
Penyelesaian:
dn 2r 2 g
= ρ ρ
2 ( n- o )
dv gv
2
−2(0,0128) . 9 , 8
= (2306,818-094)
9 ,8 .(0,956)2
−2.0,000164 . 9 , 8
= (2306,878)
9 , 8 .0,914
−0,0032144
= (2306,878)
8,9572
= - 0,000359 . 2305,878
= - 0,828
dn 2r 2 g
dm
=
3m
(
gv 4 . π . r
3
−ρo
)
dm
=
gv (
dn 2r 2 g 1.3 m1−1
4 . π .r
3
−ρ o
)
dn 2r 2 g
dm
=
3
(
gv 4 . π . r
3
−ρo
)
III.VI.III.III.I TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
MASSA KELERENG I
Dik: d 1 = 0,0256 m
1
r1 = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
g = 9,8 m/ s2
v 1= 0,835 m/s
π=3 , 14
ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dm
Penyelesaian :
dn 2r 2 g
dm
=
3m
gv 4 . π . r
3 (
−ρo
)
( 3m
)
2
2(0,0128) 9 , 8 −0 , 94
= 3
9 , 8.0,956 4 .3 , 14 (0,0128)
=
0,0032144
9,3688 ( 3
0,000026376
−0 ,94 )
= 0,000343 ( 113,739,763 – 0,94 )
= 0,000343 . 113,738,823
=39,012
III.VI.III.III.II TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
MASSA KELERENG II
Dik: d 1 = 0,0256 m
1
r1 = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
g = 9,8 m/ s2
v 1= 0,835 m/s
π=3 , 14
ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dm
Penyelesaian :
dn 2r 2 g
dm
=
3m
gv 4 . π . r
3 (
−ρo
)
( 3m
)
2
2(0,0128) 9 , 8 −0 , 94
= 3
9 , 8.0,956 4 .3 , 14 (0,0128)
=
0,0032144
9,3688 ( 3
0,000026376
−0 ,94 )
= 0,000343 ( 113,739,763 – 0,94 )
= 0,000343 . 113,738,823
=39,012
III.VI.III.III.III TURUNAN RUMUS KOEFISIEN KEKENTALAN TERHADAP
MASSA KELERENG III
Dik: d 1 = 0,0256 m
1
r1 = .d
2
1
= . 0,01535
2
= 0,00768 m
g = 9,8 m/ s2
v 1= 0,835 m/s
π=3 , 14
ρo = 0,94 Kg/m 3
dn
Dit :
dm
Penyelesaian :
dn 2r 2 g
dm
=
3m
gv 4 . π . r
3 (
−ρo
)
( 3m
)
2
2(0,0128) 9 , 8 −0 , 94
= 3
9 , 8.0,956 4 .3 , 14 (0,0128)
=
0,0032144
9,3688 ( 3
0,000026376
−0 ,94 )
= 0,000343 ( 113,739,763 – 0,94 )
= 0,000343 . 113,738,823
=39,012
III.VI.III.IV. ∆ n
√( ( ) ( )
2 2
∆n=
dr)
dn 2
( ∆ r )2 +
dn ( )2
dv
∆r +
dn (
dm
∆ m)
2
III.VI.III.IV.I. ∆ n KELERENG I
dn
Dik : - = 123,595
dr
-∆ r = 3× 10−3
dn
- = -0,828
dv
-∆ r = 3× 10−3
dn
- = 39, 012
dm
-∆ m = 3× 10−3
Dit : ∆ n
Penyelesaian :
√( ( ) ( )
2 2
∆n =
dr)
dn 2
( ∆ r )2 +
dn ( )2
dv
∆r +
dn (
dm
∆ m)
2
= √ ( 123,595 )2 ¿
= √¿¿¿
= 0,151
III.VI.III.IV.II ∆ nKELERENG II
∆n
DIK : =96,978
ar
−3
∆ n=3. 10
an
=−0 , 44
dv
−3
∆ n=3. 10
DIT :∆n
PENYELESAIAN
∆ n=
√( ar )
an 2
(∆ r ) ( ∆ m )2