Koperasi produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana
anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. Di sini anggota
berperan sebagai pemilik dan pekerja koperasi.
Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang
dibutuhkan oleh anggota, misalnya: simpan pinjam, asuransi, angkutan, dan
sebagainya. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa
koperasi.
Apabila koperasi menyelenggarakan satu fungsi disebut Koperasi Tunggal usaha
(single purpose cooperative), sedangkan koperasi yang menyelenggarakan lebih dari satu
fungsi disebut Koperasi Serba Usaha (multi purpose cooperative).
Koperasi Primer
Koperasi primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota sebanyak 20
orang perseorangan.
Koperasi Sekunder
Koperasi sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi
serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer.
Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya para produsen barang/jasa dan
memiliki rumah tangga usaha.
Koperasi Konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau
pemakai barang/jasa yang ditawarkan para pemasok di pasar.
Keunggulan Koperasi
Skala ekonomi fleksibel, aktivitas koperasi yang nyata untuk kepentingan
masyarakat atau kelompok masyarakat, dan mendapat dukungan Pemerintah sesuai
amanat UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1.
3. Persero
Persero adalah salah satu Badan Usaha yang dikelola oleh Negara atau Daerah.
Berbeda dengan Perum atau Perjan, tujuan didirikannya Persero yang pertama adalah
mencari keuntungan dan yang kedua memberi pelayanan kepada umum. Modal
pendiriannya berasal sebagian atau seluruhnya dari kekayaan negara yang
dipisahkan berupa saham-saham. Persero dipimpin oleh Direksi. Sedangkan pegawainya
berstatus sebagai pegawai swasta. Badan usaha ini ditulis PT <nama perusahaan>
(Persero). Perusahaan ini tidak memperoleh fasilitas negara. Ciri-ciri Persero adalah
sebagai berikut:
1. Firma
Firma (Belanda: Venootschap onder firma) secara harfiah: perserikatan dagang sering
juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua
orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemilik firma terdiri dari beberapa orang
yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi
sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan. Tiap-tiap anggota bertanggung
jawab penuh atas perusahaan. Modal firma berasal dari anggota pendiri serta laba/
keuntungan dibagikan kepada anggota dengan perbandingan sesuai akta pendirian.
Ciri-ciri Badan Usaha Firma:
Bentuk firma ini telah digunakan baik untuk kegiatan usaha berskala besar maupun
kecil. Dapat berupa perusahaan kecil yang menjual barang pada satu lokasi, atau
perusahaan besar yang mempunyai cabang atau kantor di banyak lokasi.
Masing-masing sekutu menjadi agen atau wakil dari persekutuan firma untuk tujuan
usahanya.
Tanggung Jawab seorang sekutu tidak terbatas pada jumlah investasinya.
Harta benda yang diinvestasikan dalam persekutuan firma tidak lagi dimiliki secara
terpisah oleh masing-masing sekutu.
Masing-masing sekutu berhak memperolah pembagian laba persekutuan Firma. Laba/
keuntungan dibagikan kepada anggota dengan perbandingan sesuai akta pendirian.
Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka
pembagian didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang.
Berakhirnya Firma:
Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian.
Terpenuhinnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma.
Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya.
Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu.
Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.
2. Persekutuan Komanditer (CV)
Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap atau CV) adalah bentuk
badan usaha yang merupakan perluasan Firma dimana pemilik Firma ingin menambah
modal dengan mencari kerja sama dengan orang lain yang berminat terhadap
perusahaannya tanpa ikut memimpin perusahaan. Anggota yang memimpin atau
menjalankan perusahan dan bertanggung jawab penuh atas utang-utang perusahaan
disebut sekutu aktif, sedangkan anggota yang hanya menyertakan modalnya kepada yang
memimpin atau menjalankan perusahaan tanpa ikut memimpin perusahaan atau
menjalankan perusahaan tanpa ikut memimpin perusahaan disebut sekutu diam atau
komanditer. Tanggung jawab anggota pasif/komanditer terbatas pada modal yang
diikutsertakan pada perusahaan.
pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri
dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, maka perubahan kepemilikan perusahaan
dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Peraturan tentang PT dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
PT mempunyai modal perseroan sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar.
Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan, sehingga PT
memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang
menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang
terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki.
Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang
tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan
mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen
yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh PT.
Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi (Surat
Berharga mirip Deposito). Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka
mendapatkan bunga tetap tanpa dipengaruhi oleh untung atau ruginya PT.
Syarat pendirian PT secara formal berdasarkan UU No. 40/2007 adalah sebagai
berikut:
Pendiri minimal 2 orang atau lebih.
Akta Notaris yang berbahasa Indonesia
Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham
Akta pendirian harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM
Modal dasar minimal sesuai besar usaha dan modal disetor minimal 25% dari modal
dasar
Mempunyai minimal 1 orang Direktur dan 1 orang Komisaris
Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia, kecuali PT. PMA (Penanaman Modal Asing).
Mekanisme Pendirian PT
Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi (Akta Pendirian yang dibuat
oleh Notaris) yang di dalamnya dicantumkan: Nama PT, modal, bidang usaha, alamat
perusahaan, dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Untuk
mendapat izin dari Menteri Hukum dan HAM, maka harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan
Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang
Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar.
Pembagian Wewenang Dalam PT
Dalam PT selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal terpisah juga ada
pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan. Pengelolaan perusahaan
dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya (profesional). Struktur
organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, Direksi, dan Komisaris. Dalam
PT, para pemegang saham melimpahkan wewenangnya kepada Direksi untuk menjalankan
dan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan.
Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran Direksi PT. Komisaris
bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan bila perlu
memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan RUPS untuk mengambil keputusan
apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.
Dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), semua pemegang saham
sebesar/sekecil apapun sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam RUPS
sendiri dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan
perusahaan yang harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan, dia bisa
melempar suara miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy. Hasil RUPS biasanya
dilimpahkan ke Komisaris untuk diteruskan ke Direksi untuk dijalankan.
Isi RUPS :
Menentukan Direksi dan pengangkatan Komisaris
Memberhentikan Direksi atau Komisaris
Menetapkan besar gaji Direksi dan Komisaris
Mengevaluasi kinerja perusahaan
Memutuskan rencana penambahan/pengurangan saham perusahaan
Menentukan kebijakan perusahaan
Mengumumkan pembagian laba (dividen)
PEMILIK/
BADAN PENGAWAS/
KOMISARIS
RUPS
(Rapat Umum
Pemegang Saham)
DEWAN DIREKSI
DIRT UTAMA
DIRT ANGGOTA
PELAKSANA/
PEGAWAI/
KARYAWAN/STAF
SEKRETARIS
BENDAHARA
KEPALA BAGIAN
D. YAYASAN
Yayasan (Inggris: Foundation) adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud
dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan
persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang.
10
Pendirian Yayasan:
Pendirian Yayasan dilakukan dengan Akta Notaris dan mempunyai status badan
hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk. Permohonan pendirian Yayasan dapat diajukan
kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan. Yayasan yang telah memperoleh
pengesahan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Organisasi Yayasan:
Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
Pengelolaan kekayaan dan pelaksanaan kegiatan Yayasan dilakukan sepenuhnya oleh
Pengurus. Pengurus wajib membuat laporan tahunan yang disampaikan kepada Pembina
mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan Yayasan. Pengawas bertugas
melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan
kegiatan Yayasan.
Kewajiban Audit:
Yayasan yang kekayaannya berasal dari Negara, bantuan luar negeri atau pihak
lain, atau memiliki kekayaan dalam jumlah yang ditentukan dalam Undang-undang,
kekayaannya wajib diaudit oleh akuntan publik dan laporan tahunannya wajib
diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia.
Penggabungan dan Pembubaran:
Perbuatan hukum penggabungan yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan satu atau
lebih yayasan dengan yayasan lain, dan mengakibatkan yayasan yang menggabungkan diri
menjadi bubar. Yayasan dapat bubar karena jangka waktu yang ditetapkan Anggaran Dasar
berakhir, tujuan yang ditetapkan tercapai atau tidak tercapai, putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum.
11