Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUTORIAL MODUL 3

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

OLEH
KELOMPOK 1
1. MARIA CLAUDYA BAY (1308011006)
2. UMBU ANANDA EKA PUTRA
(1308011009)
3. INDAH SETYANINGRUM (1308012020)
4. S.L LOBEQMATO (1308012038)
5. JEANE ANGGRENI CONY WOLAGOLE (1308012040)
6. MARIA YOVI R. MAAN
(1308012041)
7. ZUHAIFAH INAYAH M.S (1308012049)
8. VINDY D.V. MANIK (1308012052)
9. JORDAN G HORO (1308012054)
10. CHRISTIAN D.L. KLEDEN (1308012060)
11. RYAN DANIEL NDU UFI (1308012061)
12. YOHANA D.R.KOLI
(11080
13. K.T.WAHYU ANANDA PUTRA
(11080

SKENARIO 1

Seorang anak perempuan 10 tahun datang dengan keluhan : bibir dan kuku terlihat kebiruan.
Hal ini sudah dialami sejak masa bayi. Bila menganis atau bermain, anak terlihat bertambah
biru. Anak sering jongkok bila capek bermain. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perawakan
kecil dan kurus, cyanosis bibir, ujung lidah, ibu jari tangan dan kaki. Nadi dan tekanan darah
normal. Pada pemeriksaan thoraks ditemukan aktivitas ventrikel kanan meningkat thrill paada
LSB3. Bunyi jantung 1&2 murni dengan intensitas keras. Bising ejeksi sistol derajat 3/6PM
LSB4. Arteri femoralis teraba normal, pada tangan & kaki terdapat jari-jari clubbing(tabuh).
KATA SULIT

Sianosis : warna kebiruan pd mukosa yg disebabkan oleh terdapatnya > 5 mg/dl


hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi.

Thrill : sensasi getaran yg dirasakan pd palpasi tubuh.

Jari tabuh : pembesaran yg bersifat menggelembung

Bising ejeksi sistol : bunyi yg setelah S1, memuncak pd sistol ventrikel.

LSB ( left sternal bunder) : di linea sternalis bagian kiri. Garisnya dengan incisura
jugularis.

3/6 p.m. : kekuatan bunyi jantung

KATA KUNCI
1. Anak perempuan 10 tahun
2.

keluhan : bibir dan kuku terlihat kebiruan

3.

sudah dialami sejak masa bayi

4.

Bila menangis atau bermain, anak terlihat bertambah biru

5.

sering jongkok bila capek bermain

6.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan : perawakan kecil dan kurus

7.

Sianosis terlihat di bibir,ujung lidah, kuku jari tangan dan kaki

8.

Nadi dan tekanan darah normal

9.

Pada pemeriksaan toraks : aktivitas ventrikel kanan meningkat disertai thrill pada
LSB 3

10. BJ : 1 & 2 murni, intensitas mengeras. Terdengar bising ejeksi sitol derajat 3/6 p.m
LSB 4
11. a.femoralis teraba normal
12. Pada tangan dan kaki terdapat jari-jari tabuh

PERBEDAAN SIANOSIS SENTRAL DAN SIANOSIS PERIFER

Sianosis Sentral
-warna kebiru-biruan pada kulit
-sekitar mulut,bibir,ujung jari/kuku tangan/kaki
-mukosa mulut
-lidah,oleh karena oksigenasi darah di paru-paru tidak baik; pada penyakit paru/sal.
nafas,peny. jantung (decompensatio cordis),polisitemia vera,met-hb,sulf-hb,keracunan CO /
CN
patofisiologi : Saturasi oksigen arteri yang menurun.
a. Menurunnya tekanan atmosfir ketinggian
b. Terganggunya fungsi paru
i. Hipoventilasi alveolar
ii. Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi paru (perfusi dari alveoli yang
hipoventilasi)
iii. Difusi oksigen yang terganggu
c. Shunt anatomik

i. Tipe tertentu penyakit jantung congenital


ii. Fistula arterio-venous pulmoner
iii. Shunt-shunt kecil intrapulmoner multipel.
d. Hemoglobin dengan afinitas oksigen yang rendah.
2.1.2 Abnormalitas Hemoglobin
a. Methemoglobinemia herediter, didapat
b. Sulfhemoglobinemia - didapat
c. Karboksihemoglobinemia (bukan sianosis yang sesungguhnya)
Sianosis Perifer
-warna kebiruan pada kulit di tempat tertentu, tidak pada mukosa mulut dan lidah oleh karena
deoksigenasi (pengambilan O2 dari darah oleh jaringan) yang berlebihan, misal pada:
vasokonstriksi Pembulu darah, obstruksi pembulu darah. patofisiologi :
2.2.1 Berkurangnya cardiac output
2.2.2 Paparan dingin
2.2.3 Redistribusi aliran darah dari ekstremitas
2.2.4 Obstruksi arterial
2.2.5 Obstruksi vena Berkurangnya SaO 2 berasal dari menurunnya PaO2. Menurunnya PaO2
dapat terjadi dari menurunnya FiO 2 tanpa disertai kompensasi yang memadai berupa
hiperventilasi alveolar untuk mempertahankan PO2 alveoler. Pada ketinggian 2500 m,
sianosis tidak berat.Tetapi sianosis akan menjadi berat pada ketinggian 5000 m. Alasan untuk
perbedaan ini menjadi jelas dengan melihat bentuk S dari kurva disosiasi Hb-O 2. Pada
ketinggian 2500 m, FiO 2 kira-kira 120 mmHg, PO2 alveoler mendekati 80 mmHg dan SaO
2 hampir normal. Tetapi pada ketinggian 5000 m, FIO 2 dan PO2 alveoler berturut-turut kirakira 85 dan 50 mmHg, dan SaO 2 hanya kira-kira 75%. Keadaan ini menyisakan 25% dari Hb
darah arteri dalam bentuk tereduksi, jumlah yang berhubungan dengan sianosis tanpa anemia.
Dengan cara serupa, Hemoglobin mutan dengan afinitas O2 yang rendah (Hb Kansas)
menyebabkan turunnya saturasi O 2 dan pada akhirnya terjadi sianosis sentral. Gangguan

fungsi paru yang serius melalui perfusi pada area paru yang tidak terventilasi atau miskin
ventilasi (hipoventilasi alveolar) adalah penyebab sianosis sentral yang sering. Kondisi ini
dapat terjadi baik akut seperti pada pneumonia luas atau edema paru maupun kronik disertai
penyakit paru kronik (misalnya emfisema). Pada yang terjadi secara kronik, biasanya timbul
polisitemia sekunder dan jari tabuh. Namun pada banyak tipe penyakit paru kronik dengan
fibrosis dan obliterasi dari capillary vascular bed, sianosis tidak terjadi karena pada area yang
tidak terventilasi, karena pada daerah ini hanya terjadi relatif sedikit perfusi. Penyebab lain
turunnya SaO 2 adalah shunting dari darah vena sistemik ke sirkuit arteri. Penyakit jantung
congenital tertentu berhubungan dengan sianosis. Karena aliran darah berasal dari tempat
bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah, untuk menghasilkan shunt dari kanan ke kiri
pada defek kardiak,harus ada lesi obstruktif distal dari defek atau peningkatan resistensi
vaskuler paru. Lesi kardiak congenital tersering yang berhubungan dengan sianosis pada
dewasa adalah Tetralogi Fallot (kombinasi VSD dan obstruksi pulmonary outflow tract).
Makin berat obstruksi, makin tinggi derajat shunting dari kanan ke kiri yang menyebabkan
sianosis. Pada pasien dengan PDA, hipertensi pulmonal, dan shunt dari kanan ke kiri, terjadi
sianosis diferensial, yaitu sianosis pada ekstremitas bawah (bukan pada ekstremitas atas).
Fistula arterio-venous pulmoner dapat congenital atau didapat, soliter atau multiple,
mikroskopik atau masif. Beratnya sianosis akibat adanyafistula ini tergantung dari ukuran dan
jumlahnya. Pada telangiektasi hemoragik herediter, kadang-kadang juga bisa terjadi
sianosis.Penurunan SaO 2 dan sianosis juga bisa terjadi pada sirosis; agaknya sebagai akibat
fistula arterio-venosa pulmoner atau anastomosis vena porta dan vena pulmonalis. Pada
penderita dengan shunt kardiak atau pulmoner dari kanan ke kiri, beratnya sianosis relatif
tergantung dari ukuran shunt terhadap aliran sistemik sebagaimana pada saturasi Hb-O 2
darah vena. Dengan meningkatnya ekstraksi O 2 dari darah sewaktu kerja otot, darah vena
yang kembali ke jantung kanan lebih tidak tersaturasi daripada saat istirahat, dan dengan
shunting darah atau lintasannya melalui paru yang tidak mengalami oksigenasi normal,
sianosis akan makin luas. Juga karena resistensi vascular sistemik menurun dengan latihan,
pada pasien penyakit jantung congenital dan defek septal, shunt dari kanan ke kiri semakin
diperberat dengan latihan. Polisitemia sekunder sering terjadi pada pasien dengan O 2 arteri
miskin saturasi dan menyebabkan sianosis. Sianonis dapat terjadi dari sejumlah kecil
methemoglobin yang beredar dalam sirkulasi dan sejumlah yang lebih kecil sulf-Hb.
Walaupun keduanya adalah penyebab sianosis yang tidak lazim, kedua pigmen Hb yang
abnormal ini harus dicari dengan metoda spektroskopi bila penyebab sianosis tidak dapat
dijelaskan dengan malfungsi sistem sirkulasi respirasi.Pada umumnya, tidak terbentuk jari

tabuh. Diagnosis methemoglobinemia dapat diduga bila darah penderita tetap berwarna
coklat setelah dikocok dalam tabung reaksi dan terpapar udara. Kemungkinan etiologi
terseringnya adalah vasokonstriksi generalisata karena paparan udara/air dingin. Ketika
cardiac output rendah, seperti pada gagal jantung kongestif berat atau syok, vasokonstriksi
kulit terjadi sebagai mekanisme kompensasi, sehingga darah dialirkan terutama ke daerahdaerah prioritas seperti SSP dan jantung, dan terjadi sianosis yang berhubungan dengan
ekstremitas yang dingin. Walaupun saturasi darah arteri normal, volume darah yang mengalir
ke kulit berkurang dan turunnya PO2 pada ujung vena dari kapiler menyebabkan sianosis.
Obstruksi arteri pada ekstremitas seperti pada embolus, atau konstriksi arteriol seperti pada
vasospasme akibat dingin (fenomena Raynaud) pada umumnya menyebabkan kepucatan dan
dingin yang bisa berkaitan dengan sianosis. Obstruksi vena seperti pada tromboflebitis,
melebarkan plexus vena subpapiler sehingga memperberat sianosis.

SIANOSIS
Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membran mukosa berwarna kebiruan
akibatpenumpukan deoksihemoglobin (Hemoglobin yang mengandung oksigen) pada
pembuluh darah kecil di area tersebut. Sianosis merupakan warna kebiruan pada kulit dan
membran mukosa sebagai akibat dari peningkatan jumlah Hb yang tereduksi (lebih dari 50
g/L atau 5 g/dL) atau derivat Hb pada pembuluh darah kecil di daerah tertentu. Sianosis
terutama terlihat jelas di bibir, dasar kuku, daun telinga, dan tonjolan tulang pipi. Derajat
sianosis dipengaruhi pigmen kulit dan ketebalan kulit, serta warna dan keberadaan kapiler
kulit. Sianosis terjadi jika kadar deoksihemoglobin sekitar 5 g/dL. Dan dapat terlihat dengan
mudah pada daerah ujung jari dan bibir. Sianosis dapat muncul dalam berbagai kondisi medis
di mana konsentrasi oksigen darah rendah, misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan
jantung dan di daerah geografis yang tinggi. Sianosis pada bagian dalam bibir (yang tidak
terkena dingin), pipi, lidah dan konjungtiva mata, dapat menjadi bukti saturasi oksigen darah
rendah sekunder karena penyakit paru atau jantung. Sianosis yang muncul di bagian luar,
seperti ujung jari, ujung hidung atau bagian luar dari bibir dapat disebabkan oleh penurunan
aliran darah ke kulit karena paparan suhu rendah. Sianosis dapat terjadi jika konsentrasi/
kadar hemoglobin yang tereduksi yang lebih dari 5 g%. Normalnya, hemoglobin yang
mengalir bersama darah akan mengikat O2 sehingga hemoglobin akan teroksidasi. Jika dalam
aliran darah terdapat kandungan CO2 maka hemoglobin disamping berikatan dengan O2 juga

akan berikatan dengan CO2. Hal ini mengakibatkan terjadi peningkatan kadar HB yang
tereduksi oleh ikatan dengan CO2. Hal inilah yang dapat mengakibatkan sianosis. Sianosis
yang terjadi umumnya pada kuku, lidah, bibir maupun membrane mukosa.
MEKANISME SIANOSIS
Sianosis merupakan warna kebiruan pada kulit dan membran mukosa sebagai akibat dari
peningkatan jumlah Hb yang tereduksi (lebih dari 50 g/L atau 5 g/dL) atau derivat Hb pada
pembuluh darah kecil di daerah tertentu. Sianosis terutama terlihat jelas di bibir, dasar kuku,
daun telinga, dan tonjolan tulang pipi. Sianosis khususnya bila baru saja terjadi lebih sering
terlihat oleh anggota keluarga pasien daripada pasien itu sendiri.Kulit yang kemerahan karena
polisitemia vera harus dibedakan dari sianosis yang sebenarnya.Flush berwarna merah ceri
disebabkan oleh CO-Hb. Derajat sianosis dipengaruhi pigmen kulit dan ketebalan kulit, serta
warna dan keberadaan kapiler kulit.
Deteksi klinik yang akurat mengenai timbulnya dan derajat sianosis adalah sulit,
yang dibuktikan melalui studi oksimetris. Sebagai contoh, sianosis sentral dapat dibuktikan
ketika SaO2 sudah menurun sampai 85 %. Pada kasus lain, pada orang berkulit gelap, sianosis
sentral dapat tidak terdeteksi sampai saturasi oksigen turun menjadi 75 %. Pada orang
berkulit gelap, pemeriksaan membran mukosa pada rongga mulut dan konjungtiva, lebih
membantu daripada pemeriksaan kulit untuk mendeteksi sianosis.
Peningkatan jumlah Hb yang tereduksi pada pembuluh darah mukokutan yang
menyebabkan sianosis, dapat berasal baik dari peningkatan jumlah darah vena sebagai akibat
dilatasi venula dan ujung-ujung vena pada kapiler, maupun dari berkurangnya SaO 2 darah
kapiler. Pada umumnya sianosis menjadi jelas bila konsentrasi rata-rata dari Hb yang
tereduksi pada pembuluh darah kapiler melebihi 4 gr/dl. Untuk menimbulkan sianosis, yang
lebih berperan adalah jumlah absolut Hb yang tereduksi daripada jumlah relatifnya. Dengan
demikian, pada penderita dengan anemia berat, jumlah relatif dari Hb yang tereduksi pada
darah vena dapat sangat banyak bila dibandingkan dengan jumlah total Hb dalam darah.
Namun karena konsentrasi Hb turun, jumlah Hb yang tereduksi tetap kecil dan karenanya,
pasien denagn anemia berat dan bahkan dengan desaturasi arteri yang jelas, tidak tampak
sianosis. Makin tinggi kandungan total Hb, makin besar tendensi terjadinya sianosis. Dengan
demikian, pasien dengan polisitemia yang jelas cenderung untuk menjadi sianosis pada
tingkat SaO2 yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan nilai hematokrit normal. Kongesti
pasif lokal, yang menyebabkan peningkatan jumlah total Hb yang tereduksi dalam pembuluh
darah di daerah tersebut, dapat menyebabkan sianosis. Sianosis juga ditemukan ketika Hb

nonfungsional seperti met-Hb atau sulf-Hb dijumpai dalam darah. Sianosis dapat dibedakan
menjadi tipe sentral dan perifer.
a) Pada tipe sentral, SaO2 menurun atau dijumpai derivat Hb yang abnormal. Membran
mukaosa dan kulit, keduanya dipengaruhi.
b) Sianosis perifer berhubungan dengan melambatnya aliran darah dan banyaknya ekstraksi
O2 yang abnormal dari darah arteri yang saturasinya normal. Hal ini sebagai akibat dari
vasokonstriksi dan berkurangnya aliran darah perifer, seperti yang terjadi pada paparan
dingin, syok, congestive failure, dan penyakit pembuluh darah perifer (PVD). Sering pada
keadaan ini, membran mukosa rongga mulut atau bawah lidah tidak terlibat.
Membedakan gambaran klinis antara sianosis sentral dan perifer tidak selalu mudah. Pada
keadaan seperti syok kardiogenik disertai dengan edema paru mungkin terjadi campuran
kedua tipe sianosis ini.

PEMBENTUKAN SEPTUM JANTUNG


Septum atrium terbentuk antara minggu ke empat dan ke enam masa mudigah. Fase

awal ditandai dengan pertumbuhan septum primer (septum primum) dari dinding dorsal
atrium komunis ke arah bantalan endokardium yang sedang tumbuh sewaktu yang terakhir
mulai memisahkan rongga atrium dan ventrikel. Suatu celah yang disebut ostium primum,
mula-mula meisahkan septum primum yang sedang tumbuhdari bantalan endokardium.
Pertumbuhan berlanjut daan fusi septum dangan bantalan endokardium berlanjut akhirnya
melenyapkan ostrium primum; namun pada saat ini ostium sekundum muncul dibagian
tengah septum primer.hal ini memungkinkan darah mengalir dari atrium kanan ke kiri pada
janin yang esensial untuk kehidupan janin. Seirig dengan membesarnya ostium sekundum
sebuah septum sekundum munncul disisi kanan septum primum.septum sekundum
berpoloferasi membentuk struktur seperti bulan sabit yang mengelilingi daerah yang disebut
foramen ovale. Foramen ovale dijaga disisi kirinya oleh sebuah flap jaringan yang berasal
dari septum primer yang berfungsi satu arah yang memungkinkan darah mengalir dari kanan
ke kiri selama kehidupan intrauterin.
Septum ventrikel terbentuk antara minggu ke empat dan kedelapan masa gestasi
septum ini terbentuk oleh fusi suatu rigi otot intreventrikel yang tumbuh keatasdari apex
jantung ke partisipasi membranosa tipis yang tumbuh kebawah dari bantalan endokardium.
(Patologi Robbins

ANAK SERING JONGKOK BILA CAPEK BERMAIN ?

Karena dengan posisi squatting(lutut sejajar dengan dada) anak akan merasa lebih
nyaman/lebih baik sebab jongkok akan menurunkan aliran darah balik yang kurang
kandungan oksigennya. Akibatnya, resistensi sistemik akan meningkat sehingga pirau
kanan ke kiri menurun da aliran darah paru meningkat. Saturasi oksigen arteri menigkat.
(kapita selekta

TAMBAH BIRU SAAT BERMAIN DAN MENANGIS ?

Bertambah biru saat bermain dan menangis ini dikarenakan kebutuhan oksigen kurang atau
tidak sebanding dengan yang dibutuhkan. Seperti halnya bermain, saat bermain otot-otot
yang bekerja memerlukankan peningkatan ekstrasi oksigen dari darah sehingga saturasi
oksigen akan menurun dan bermanifestasi dalam bentuk kulit dan membran mukosa
bertambah biru. Sama halnya dengan saat menangis , saat menangis akan terjadi spasme
otot-otot pernapasan, sehingga aliran darah ke paru-paru berkurang akibatnya semakin sedikit
yang dioksigenasi di dalam paru-paru akibatnya saturasi oksigen berkurang dan sianosis
bertambah

MEKANISME JARI JARI TABUH

Jari tabuh dapat bersifat herediter, idiopatik dan akuisitas penyakit jantung bawaan.

Meskipun mekanisme terjadinya jari tabuh belum jelas namun ada beberapa hipotesis
mengenai jari tabuh salah satunya berkaitan dengan penyakit jantung kongenital
dengan sianosis.

Penemuan mereka (Prof. Bonthrondan dr. Chris Bennetdari Yorkshire Regional


Genetics Service) menunjukkan bahwa Jaritabuh merupakan manifestasi klinis dari
akumulasi PGE2 di jaringan distal atau hipoksia pada jaringan. Prostaglandin E2 yang
diproduksi oleh tubuh sebagai mediator inflamasi, memegang peran penting pada
proses terjadi nya jaritabuh/clubbing finger

Pada keadaan normal, PGE2 akhirnya akan dirombak di paru-paru oleh enzim 15HPGD

Pada kelainan jantung dimana aliran darah yang menuju ke jantung akan berkurang,
sehingga proses perombakan PGE2 yang terjadi di paru-paru akan terganggu

Mengakibatkan vasodilator yang seharusnya dirombak di paru-paru oleh enzim 15HPGD dapat kembali ke peredaran sistemik. Efek vasodilator ini meningkatkan
proliferasi sel-sel di ekstremitas dan menginduksi hipertrofi

(sumber : Ibid, hal. 163)

BISING JANTUNG ( CARDIAC MURMUR )

Bunyi jantung abnormal, atau murmur ( bising jantung ) biasanya ( tetapi tidak selalu )
berkaitan dengan penyakit jantung. Murmur yang tidak berkaitan dengan patologi jantung,
yang disebut murmur fungsional, lebih sering dijumpai pada orang berusia muda.
Dalam keadaan normal darah mengalir secara laminar; yaitu, cairan mengalir dengan mulus
dalam lapisan-lapisan yang berdampingan satu sama lain. Namun, apabila aliran darah
menjadi turbulen ( bergolak ), dapat terdengar bunyi. Bunyi abnormal tersebut disebabkan
oleh getaran yang terbentuk di struktur-struktur di sekitar aliran yang bergolak tersebut.
Penyebab tersering turbulensi adalah malfungsi katup, baik katup stenotik atau insufisien.
Katup stenotik adalah katup yang kaku dan menyempit dan tidak membuka secara sempurna.
Darah harus dipaksa melewati lubang yang menyempit dengan kecepatan yang sangat tinggi,
sehingga terjadi turbulensi yang menimbulkan suara siulan abnormal serupa dengan bunyi
yang dihasilkan sewaktu memaksa udara melewati bibir yang menyempit untuk bersiul.
Katup insufisien adalah katup yang tidak dapat menutup sepurna, biasanya karena tepi-tepi
daun katup mengalami jarigan parut dan tidak pas satu sama lain. Turbulensi terjadi sewaktu
darah mengalir berbalik arah melalui katup yang insufisien dan bertumbukan dengan darah
yang mengalir dalam arah berlawanan, menimbulkan murmur yang berdesir atau berdeguk.
Aliran balik darah demikian dikenal sebagai regurgitasi. Biasanya katup jantung yang
insufisien disebut katup bocor, karena memungkinkan darah mengalir balik pada saat katup
seharusnya tertutup.
Suatu murmur yang terjadi antara bunyi jantung I dan II ( lub-murmur-dup, lub-murur-dup )
mengisyaratkan murmur sistolik. Terdapat 2 macam murmur sistolik, yaitu :

Tipe ejeksi ( ejection systolic ) : timbul akibat aliran darah yang dipompakan (ejected)
melalui bagian yang menyempit dan mengisi sebagian fase sistolik, misal : pada
stenosis aorta.

Tipe pansistolik ( pansystolic ) : timbul akibat aliran balik yang melalui bagian
jantung yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase sistolik, misal : pada insufisiensi
mitral.

Jika terjadi antara bunyi jantung II dan I ( lub-dup-murmur, lub-dup-murmur )


merupakanmurmur diastolik. Macam-macam murmur diastolik, yaitu :
Mid-diastolic : terdengar pada pertengahan fase diastolic.
Early diastolic : terdengar segera sesudah bunyi jantung II, timbul akibat aliran balik
pada katup aorta.
Pre-systolic : terdengar pada akhir fase distolik, tepat sebelum bunyi jantung I.
Bunyi murmur menandakan apakah murmur tersebut bersifat stenotik ( bunyi siulan ) atau
insufisien ( bunyi derik ).
Derajat intensitas murmur ( bising jantung ) :
Derajat 1 : bising yang sangat lemah
Derajat 2 : bising yang lemah tetapi mudah terdengar
Derajat 3 : bising agak keras tetapi tidak disertai getaran bising
Derajat 4 : bising cukup keras dan disertai getaran bising
Derajat 5 : bising sangat keras yang tetap terdengar bila stetoskop ditempelkan
sebagian saja pada dinding dada
Derajat 6 : bising paling keras dan tetap terdengar meskipun stetoskop diangkat dari
dinding dada
Murmur diastolik dengan pungtum proksimum di apeks Diagnosis: Stenosis katup mitral
Murmur sistolik dengan pungtum proksimum di apeks Diagnosis: Regurgitasi katup mitral
Murmur sistolik dengan pungtum proksimum di ICS III-IV Diagnosis: VSD (Ventriclular
Septal Defect) Murmur sistolik dengan suara bunyi jantung II terdapat split/pecah dengan
pungtum proksimum di ICS I-II Diagnosis: ASD (Atrial Septal Defect) Murmur sistolik dan
diastolik terjadi di mana bunyi jantung I dan II hampir tidak terdengar
Diagnosis: PDA (Patent Ductus Arteriosus)

MURMUR JANTUNG YANG DISEBABKAN OLEH KELAINAN KATUP

Murmur pada Stenosis Aorta


Pada stenosis aorta darah disemburkan dari ventrikel kiri melalui sebuah lubang yang sempit
di katup aorta. Akibat tahanan terhadap semburan, kadang2 tekanan dalam ventrikel kiri
meningkat sampai setinggi 300 mmHg, sedangkan tekanan di aorta tetap normal. Jadi,
terbentuk pengaruh pipa semprot yang terjadi selama sistol, dengan darah yang disemburkan
dengan kecepatan sangat tinggi melalui lubang kecil di katup. Keadaan ini menyebabkan
turbulensi hebat pada darah di pangkal Aorta. Darah turbulen yang mengenai dinding aorta
menimbulkan getaran yang hebat, dan murmur yang keras dihantarkan sepanjang Aorta
bagian atas dan bahkan ke dalam arteri-arteri besar di leher. Suara ini kasar dan pada stenosis
berat kadang-kadang demikian kerasnya sehingga dapat terdengar beberapa kaki dari pasien.
Murmur pada Regurgitasi Katup Aorta
Pada regurgitasi Aorta tidak terdengar selama sistol, tetapi selama diastole, darah mengalir
balik dari Aorta ke Ventrikel kiri, menimbulkan murmurseperti suara meniup. Yang relative
bernada tinggi dan mendesis, serta terdengar secara maksimal diatas ventrikel kiri. Murmur
ini disebabkan oleh darh turbulen yang menyembur balik dengan darah yang telah berada
dalam ventrikel kiri.
Murmur pada Regurgitasi Katup Mitral
Pada regurgitasi mitral, darah mengalir balik melalui katup mitral ke dalam atrium kiri
selama sistol. Keadaan ini juga menimbulkan suara seperti tiupan berfrekuensi tinggi dan
mendesis yang serupa dengan regurgitasi katup aorta, dan terutama dihantarkan keras ke
atrium kiri. Namun atrium kiri terletak dalam sekali di rongga dada sehingga sukar sekali
untuk mendengar suara ini tepat diatas atrium. Akibatnya, suara pada regurgitasi mitral
dihantarkan ke dinding dada terutama melalui ventrikel kiri, dan biasanya terdengar paling
baik di apek jantung.
Murmur pada Stenosis Katup Mitral
Pada stenosis katup mitral, darah mengalir susah payah melalui katup mitral yang mengalami
stenosis dari atrium kiri ke ventrikel kiri, dank arena tekanan dalam atrium kiri jarang
meningkat diatas 30 mmHg kecuali untuk jangka waktu pendek, selisih dari tekanan yang
besar yang mendorong darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri tidak pernah terjadi. Akibatnya
bunyi abnormal yang terdengar pada stenosis katup mitral biasanya lemah dan dengan
frekuensi sangat rendah sehingga sebagian besar spectrum suara berada di bawah frekuensi
terendah dari pendengaran manusia.

Selama bagian awal diastol, ventrikel mengandung sedikit sekali darah dan dindingnya
demikian lunak sehingga darah tidak memantul bolak balik diantara dinding-dinding
ventrikel. Karena alas an ini, bahkan pada stenosis katup mitral yang hebat sekalipun, sama
sekali tidak terdengar murmur selama sepertiga awal diastole. Kemudian, setelah sepertiga
awal diastole berlalu ventrikel sudah cukup teregang sehingga darah dipantulkan bolak-balik,
dan seringkali mulai terjadi murmur yang bergemuruh rendah. Pada stenosis ringan, murmur
hanya berlangsung selama separuh pertama pada bagian kedua dari ketiga bagian diastole,
tetapi pada stenosis berat, murmur bias lebih awal dan menetap selama sisa diastole.
(bunyi jantung dan murmur edisi 4 ; barbara ericson)

DEFFERENSIAL DIAGNOSIS

ETIOLOGI TETRALOGI OF FALLOT :

Secara umum belum diketahui, namun ada beberapa kemajuan dibidang genetik molekuler
yang mengidentifikasi beberapa kelainan kromosom spesifik yang menyebabkan PJB.
Faktor genetik memang berperan dalam penyakit jantung bawaan (PJB). Faktor resiko
bertambah jika keluarga tingkat pertama (orang tua & saudara kandung) terkena. Sekitar 3%
penderita PJB di identifikasi mempunyai defek dengan gen seperti pada sindrom marfan; 58% punya keterkaitan dengan kelainan kromosom :

Trisomi 18 : 90%

Trisomi 21 : 50%

Sindrom turner : 40%

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanda-anda TF yang dapat dipergunakan untuk menegakkan diagnosis adalah sebagai


berikut :
1) Gambaran jantung normal/kecil dan tidak hiperaktif.
2) Pada auskultasi terdengar murmur sistolik yang keras terutama didaerah garis sterna
kiri bagian tengah, bunyi II tunggal dank eras. Apabila stenosis pulmoner berat maka
murmur akan lebih lemah daripada murmur secara kontinu pada PDA, atau kolateral
bronkial dapat terdengar,.
3) EKG menunjukan RVH dan aksis bergeser kekanan.
4) Foto rontgen menun jukan besar jantung normal, apeks terangkat ke atas. Terdapat
cekungan pada arteri pulmonal yang memberikan gambaran pedang sabit (Coeur en
sabot appereance). Vaskularisasi paru akan menurun, dan t.ampak pembesaran
ventrikel kanan pada proyek foto rontgen lateral.
5) Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, bahkan VSD juga terlihat. Komplikasi TF yang paling sering ialah
cardiovascular disease (CVD) dan abses seerebal. CVD lebih sering terjadi pada
tahun pertama dan erat hubungannya dengan thrombus yang terjadi akibat polisitemia
dan hypoxic spell. Absses serebal lebih sering terjadi pada tahun ke-2. Hal ini erat
hubungannnya dengan bakteri dan virus yang meliwati VSD ke jantung kanan tanpa
di saring oleh paru-paru
(Sumber : Buku Ilmu Penyakit Dalam, Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Jilid I Edisi 2, hal
360)

KOMPLIKASI TETRALOGI OF FALLOT :

Komplikasi ToF yang paling sering adalah VSD. Aritmia ventrikel yang timbul paling sering
menyebabkan kematian pasca-operasi.
Emedicine.medscape.com

Anak-anak dengan ToF paling sering mendapatkan endocarditis. Endocarditis didapat pada
saat pembedahan dan kebocoran sekitar patch. Antiobiotik diberikan sebelum dental
procedures, untuk mencegah endocarditis.
Anak-anak dengan ToF setelah pembedahan memiliki resiko lebih tinggi untuk gangguan
irama jantung yaitu aritmia. Kadang-kadang menyebabkan pusing atau pingsan.
Heart.org

Anda mungkin juga menyukai