Subkonjungtiva Bleeding / Perdarahan Subkonjungtiva (Stase Mata)
Subkonjungtiva Bleeding / Perdarahan Subkonjungtiva (Stase Mata)
SUBKONJUNGTIVA BLEEDING
Diajukan Kepada :
dr. Sri Yunihartati, Sp. M
Disusun Oleh :
Siti Fatkhiyyatur Rohmah
NIM : 20090310066
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Usia
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Jawa / Indonesia
Alamat
II.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
OS merah.
Keluhan Tambahan
OS kadang terasa cekot-cekot.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Mata RSUD Tidar Magelang
dengan keluhan mata kiri merah, sudah 5 hari yang lalu, kadang terasa
cekot-cekot (+), keluhan ini dirasakan tiba-tiba ketika pasien bangun
tidur. Keluhan lain pandangan kabur (-), mata berair (-), kotoran mata
berlebih (-), gatal (-), fotofobia (-). Riwayat trauma atau kemasukan
: disangkal
Penyakit mata
: disangkal
Trauma mata
: disangkal
Diabetes Mellitus
: disangkal
Hipertensi
: disangkal
Hipertensi, Alergi, DM
: disangkal
III.
KESAN
Kesadaran
Keadaan Umum
Vital Sign
OD
OS
IV.
: Compos Mentis
: Baik
: TD : 165/100
HR : 84x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : Afebris
: Tampak mata tenang
: Tampak konjungtiva hiperemis
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
V.
PEMERIKSAAN
Visus Jauh
OD
OS
20/50
20/50
Refraksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Visus Dekat
Baik
Baik
Proyeksi Sinar
Persepsi Warna
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
PEMERIKSAAN
OD
OS
PENILAIAN
1. Sekitar mata
-
Alis
Silia
simetris
Trikiasis (-),
diskriasis (-),
madarosis (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan
- Gerakan
Gangguan gerak
membuka dan
menutup (-),
blefarospasme (-)
- Lebar rima
- Kulit
- Tepi kelopak
10 mm
10 mm
Normal 9-14 mm
ektropion (-),
N
entropion (-)
Tanda radang (-)
Dakrioadenitis (-)
Dakriosistitis (-)
- Uji flurosensi
Tidak
Tidak
Tidak dilakukan
- Uji regurgitasi
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tidak
Tidak dilakukan
dilakukan
Tidak
dilakukan
Tidak
Tidak dilakukan
dilakukan
dilakukan
Simetris
(orthophoria)
Tidak ada gangguan
-Margo intermarginalis
3. Apparatus Lakrimalis
-Sekitar glandula
lakrimalis
- Sekitar sakus
lakrimalis
-Tes Anel
4. Bola mata
Pasangan
- Gerakan
- Ukuran
N
+
mata normal)
Normal,
Makroftalmos (-),
5. TIO
Mikroftalmos (-)
Palpasi kenyal (tidak
ada peningkatan dan
penurunan TIO)
6.
Konjungtiva
- Palpebra superior
Hiperemis
Tenang, mengkilap,
(+)
-Forniks
- Palpebra inferior
-Bulbi
Hiperemis
Tenang, mengkilap,
(+)
Hiperemis
(+)
(-), injeksi
perikornea (-), pucat
(-), corpal (-),
7. Sclera
8.
Putih
Putih
hiperemis (+).
Tidak ikterik
12mm
12mm
N: 11-12mm
Kornea
-Ukuran
Kecembungan
Limbus
Arcus senilis
(-), Injeksi
-Permukaan
Licin
Licin
perikornea (-)
Licin, mengkilap,
edem (-), corpal (-),
infiltrat (-)
-Medium
Jernih
Jernih
Jernih
Tidak
Tidak
Tidak dilakukan
dilakukan
Reguler
dilakukan
Reguler
- Uji flurosensi
- Placido
Konsentris Reguler
Dalam
Dalam
Dalam
- Isi
Jernih
Jernih
(-)
10. Iris
Warna
Cokelat
Cokelat
Pasangan
Tidak
Tidak
Gambaran
simetris
Bulat
simetris
Bulat
Simetris
Kripte baik, sinekia
(-)
11. Pupil
Ukuran
4 mm
4 mm
Bentuk
Bulat
Bulat
Tempat
Di tengah
Di tengah
Reguler
Reguler
Reguler
Refleks direct
(+)
(+)
Positif
-Refleks indrect
(+)
(+)
Positif
Ada
Jernih
Jernih
Tepi
Di tengah
12. Lensa
- Ada/tidak
Kejernihan
Letak
Jernih
Di tengah, belakang
iris
Warna
Kekeruhan
13.Korpus Vitreum
Jernih
Jernih
Tidak dapat
Tidak dapat
dinilai
dinilai
Warna orange Warna orange Warna orange
14.Refleks fundus
cemerlang
VI.
Jernih
cemerlang
cemerlang
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD
OS
Visus = 20/50
Tampak mata tenang.
Visus = 20/50
Tampak konjungtiva
hiperemis,
konjungtiva
terdapat
subkonjungtiva.
VII.
DIAGNOSIS
OS Subkonjungtiva Bleeding
VIII.
-
TERAPI
Neurodex 1x1
Tria Xitrol 6x1 OS
Vitamin C tab 3x1
IX.
PROGNOSIS
palpebra
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Jiwa ( Ad Vitam)
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
bulbi
perdarahan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Konjungtiva
Mata adalah sebuah organ yang kompleks yang memiliki lebih dari
satu sistem anatomi yang mendukung fungsi mata itu sendiri. Konjungtiva
merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Bermacam macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
Konjungitva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar
di bawahnya.
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan
tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
B. Fisiologi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukus yang transparan yang
membentang di permukaan dalam kelopak mata dan permukaan bola mata
sejauh dari limbus. Ini memiliki suplay limfatik yang tebal dan sel
imunokompeten yang berlimpah. Mukus dari sel goblet dan sekresi dari
kelenjar aksesoris lakrimal merupakan komponen penting pada air mata.
Konjungtiva merupakan barier pertahanan dari adanya infeksi. Aliran limfatik
berasal dari nodus preaurikuler dan submandibula, yang berkoresponden
dengan aliran di kelopak mata.
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu :
(Vaughan, 2000).
Konjungtiva forniks merupakan konjungtiva peralihan konjungtiva
memperbesar
permukaan
konjungtiva
sekretorik.
Lipatan
konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat
limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan
pada tepi kelopak mata terdiri dari sel sel epitel skuamosa. Sel sel
epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel sel superfisial dan di
D. Perdarahan Subkonjungtiva
1. Definisi
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah konjungtiva (ilyas, 20008). Darah terdapat di antara
konjungtiva dan sklera. Sehingga mata akan mendadak terlihat merah dan
biasanya mengkhawatirkan bagi pasien (Vaughan, 2000).
Epidemiologi
Dari segi usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua
kelompok umur, namun hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai
dengan pertambahan umur (Graham, 2009). Penelitian epidemiologi di
Kongo rata rata usia yang mengalami perdarahan subkonjungtiva adalah
usia 30.7 tahun (Kaimbo, 2008). Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%).
Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak ditemukan
hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%).
Kondisi hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka
terjadinya perdarahan subkonjungtiva (14.3%). Kondisi lainnya namun
jarang adalah muntah, bersin, malaria, penyakit sickle cell dan melahirkan.
Pada kasus melahirkan, telah dilakukan penelitian oleh oleh Stolp W
dkk pada 354 pasien postpartum dengan perdarahan subkonjungtiva.
Sangat
jarang
mengalami
nyeri
ketika
terjadi
perdarahan
di mata.
Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang
yang ringan.
Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu
kemudian akan berkurang perlahan ukurannya karena diabsorpsi
(American Academy, 2009).
5. Patofisiologi
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian
putih dari bola mata (sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva
merupakan lapisan pelindung terluar dari bola mata. Konjungtiva
mengandung serabut saraf dan sejumlah besar pembuluh darah yang halus.
Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya tidak terlihat secara kasat
mata kecuali bila mata mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah
di konjungtiva cukup rapuh dan dindingnya mudah pecah sehingga
mengakibatkan
terjadinya
perdarahan
subkonjungtiva.
klinis,
perdarahan
subkonjungtiva
tampak
sebagai
6.
Etiologi
a
Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat insisi pada
konjungtiva.
Penggunaan
lensa
kontak,
faktor
resiko
mayor
perdarahan
peranan
penting
pada
patomekanisme
terjadinya
perdarahan subkonjungtiva.
7.
langkah-langkah
diagnostik
lebih
lanjut
biasanya
tidak
yang wajib pada setiap trauma di mata sekalipun hanya didapat perdarahan
subkonjungtiva tanpa ada trauma organ mata lainnya (Graham, 2009).
Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah ada
defek pupil, bila perlu, lakukan pemeriksaan dengan slit lamp. Curigai
ruptur bola mata jika perdarahan subkonjungtiva terjadi penuh pada 360.
Jika pasien memiliki riwayat perdarahan subkonjungtiva berulang,
pertimbangkan untuk memeriksa waktu pendarahan, waktu prothrombin,
parsial tromboplastin, dan hitung darah lengkap dengan jumlah trombosit
(Chern, 2002).
8.
2
3
9. Penatalaksanaan
Perdarahan
subkonjungtiva
biasanya
tidak
memerlukan
1
2
3
4
5
10. Komplikasi
Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh
dalam waktu 1 2 minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang
terjadi. Namun adanya perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke
dokter spesialis mata jika ditemui berbagai hal seperti yang telah
disebutkan diatas (Ilyas, 2008)
Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau
berulang (kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Penelitian yang
dilakukan oleh Hicks D dan Mick A mengenai perdarahan subkonjungtiva
yang menetap atau mengalami kekambuhan didapatkan kesimpulan bahwa
perdarahan subkonjungtiva yang menetap merupakan gejala awal dari
limfoma adneksa okuler (Graham, 2009).
11. Prognosis
Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah
baik. Karena sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun
untuk keadaan tertentu seperti sering mengalami kekambuhan, persisten
atau disertai gangguan pandangan maka dianjurkan untuk dievaluasi lebih
lanjut lagi (Ilyas, 2008).
DAFTAR PUSTAKA