Anda di halaman 1dari 105

BAB 4

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1

Analisis Studi Kelayakan Bisnis

4.1.1

Analisis Aspek Manajemen dan Sumber Daya


Dalam analisis aspek ini penulis akan menjabarkan hal-hal penting dalam segi

manajemen perusahaan dan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan dalam pembukaan
lahan pertambangan Mangaan seluass 1.304 Ha ini. Antara lain:

4.1.1.1 Bagan Organisasi


Dalam kegiatan penambangan mineral mangaan di Desa Benus ini, PT.Tiara Utfar
Mandiri telah menyusun struktur organisasi pelaksanaan kegiatan penambangan akan
dirancang secara sederhana, namun setiap pihak memiliki wewenang untuk menjamin
kelancaran kegiatan penambangan, bagan organisasi nya sebagai berikut :
Gambar 4.1 Bagan Organisasi Pertambangan
Direktur Utama

Manajer Keuangan

Bagian Keuangan
Operasional

Bagian
Dokumen
dan SKAB

Manajer Pengembangan,
SDM dan Produksi

Bagian Pemberi
Royalti

Bagian Keuangan
Produksi

Pengangkutan
Kapal

Kep.Divisi
(lokasi 500 H)

Pengumpul Produksi
(Kepala Dusun)

Kep.Divisi
(lokasi 500 H)

Kep.Divisi
(lokasi 300 H)

Truck Loading
(Kepala Pemuda)

Sumber : Data dari perusahaan


Pengumpul Batu

66

Kepala Stock Pile dan

Loading

67

Bagan organisasi diatas diambil penulis berdasarkan sumber langsung yaitu PT.Tiara
Utfar Mandiri. Bagan organisasi diatas adalah pihak-pihak yang mengurus lahan
pertambangan seluas 1304 Ha ini. Setiap pihak atau jabatan diatas memiliki tanggung jawab
dan tugas yang berbeda-beda berdasarkan tugas yang diemban jabatannya. Bagan
organisasi diatas dibuat dari posisi top manager yang dalam perusahaan ini merupakan

owner 80% saham dari perusahaan ini sampai ke middle manager yang dalam perusahaan
ini manajer pengembangan, SDM, dan produksi mempunyai hak kepemilikan saham 20%
dari perusahaan dan manajer keuangan merupakan middle manager terakhir dalam
perusahaan ini sampai ke low manager yaitu para kepala divisi dan kaki-kaki nya yang tidak
termasuk dalam manager.
Perusahaan ini dimiliki oleh Nyonya Sonya S Kembuan yang dimana dalam
perusahaan ini memiliki kuasa kepemilikan saham sebanyak 80%. Nyonya Sonya S Kembuan
menjabat sebagai direktur utama perusahaan Tiara Uftar Mandiri. Sebelumnya PT.Tiara Utfar
Mandiri didirikan oleh Bpk.Syamsul Bachtiar yang dimana telah diakusisi total oleh Ny.Sonya
S Kembuan dan Bpk.Bimo Koeshartanto. Direktur utama dalam perusahaan ini menjabat
sebagai komando atau pimpinan tertinggi dalam perusahaan. Tugas dari direktur utama
dalam perusahaan ini adalah merevisi dan mengontrol produksi perusahaan, investasi , serta
penjualan dan profit perusahaan. Direktur utama lebih bersifat mengontrol dan mengawasi
kondisi perusahaan saja serta negoisasi antara pembeli dan penjual tetapi jarang terjun
langsung dalam melakukan proses produksi di lapangan.
Masuk ke posisi middle manajer dimana dalam perusahaan ini dijabat oleh 2 posisi
yaitu manajer keuangan dan Manajer pengembangan, produksi, dan sumber daya manusia
yang di jabat oleh 1 orang yaitu Bpk.Bimo Koeshartanto. Mulai dari produksi batu Mangaan
meliputi crushing batu, pengepakan batu mangaan, pengiriman FOB port, FOB vessel, hingga
pengurusan tenaga kerja mulai dari kepala suku di Kupang sampai pengembangan kualitas
Mn dan penjualan hampir seluruhnya di control oleh satu orang. Sehingga kekurangan dari

68

perusahaan ini adalah tingkat ketergantungan terhadap nya cukup tinggi. Pada posisi ini
Bpk.Bimo Koeshartanto memegang kuasa saham perusahaan sebesar 20%. Dibawah
kepemimpinannya terdapat posisi-posisi inti dalam memproduksi Mineral Mangaan. Tetapi
tidak hanya bagian produksi dan pengembangan saja yang terdapat dibawah kepemimpinan
Bpk.Bimo Koeshartanto, terdapat posisi pemberi royalti yang akan diberikan sejumlah uang
ketika perusahaan telah dapat menjual hasil produksinya atau dimaksud dengan fee untuk
diberikan dan dibagikan kepada kepala suku masyarakat dan kepada masyarakat langsung
yang dimana namanya telah tercantum dalam perjanjian wilayah

yang akan ditambang

perusahaan pada tahap rencana usaha penambangan.


Pemberi royalti bertugas mengatur jatah royalti setiap pihak sehingga terhindar dari
adanya perselisihan dan pertengkaran dalam penerimaan royalti. Masuk kedalam posisi atau
jabatan yang berhubungan dengan proses produksi dibawah kepemimpinan Bpk.Bimo
Koeshartanto terdapat 3 supervisor atau kepala divisi yang setiap divisi nya memimpin setiap
wilayah yang diberikan perusahan. Dalam lahan pertambangan seluas 1304 Ha ini ada 2
kepala divisi yang memimpin 2 wilayah penambangan/produksi seluas 500 Ha dan 1 kepala
divisi memimpin lahan seluas 300 Ha sehingga terdapat 1300 Ha. Yang dikontrol oleh 3
orang kepala divisi. Lahan pertambangan ini terdaftar di Tanda Daftar Perusahaan seluas
1900 Ha. Terdapat 1300 Ha untuk lokasi penambangan yang terdapat cadangan mineral
Mangaan, 4 hektar untuk lokasi stock pile dan sisanya terdapat 596 Ha untuk lokasi hutan
lindung yang tidak dapat di tambang. Sehingga terdapat 1300 Ha lahan yang berpotensi
terdapat cadangan Mineral Mangaan. Setiap kepala divisi bertugas mengawasi hasil produksi
setiap lahannya.
Dibawah kepala divisi terdapat posisi pengumpul produksi, truck loading, pengumpul
batu dan kepala stock pile dan loading. Untuk keempat posisi diatas tenaga kerja didapat
langsung dari daerah Nusa Tenggara Timur atau lokasi dekat penambangan. Untuk
pengumpul produksi dijabat oleh kepala dusun dimana kepala dusun merupakan pemimpin

69

dari

desa

yang

ditambang

oleh

perusahaan.

Tugas

pengumpul

produksi

adalah

mengumpulkan setiap ton Mangaan yang dihasilkan oleh perusahaan dalam proses produksi
yang siap untuk dikirim ke lokasi stock pile. Selain itu pengumpul produksi juga menentukan
Mangaan yang baik untuk dijual dan Mangaan yang reject atau tidak sesuai dengan standart
perusahaan untuk dijual terpisah.
Untuk posisi truck loading dikomandoi oleh kepala pemuda yaitu merupakan
pemimpin para pemuda-pemuda yang bekerja dalam lahan tambang PT. Tiara Uftar Mandiri.
Tugas dari pemimpin truck loading

adalah memastikan pengangkutan mineral Mangaan

kedalam truck untuk dikirim ke lokasi penimbunan atau stock pile. Para pemuda yang
dikomandoi oleh kepala pemuda akan bertugas sebagai tenaga kerja yang mengangkut
batuan Mangaan kedalam truck. Posisi selanjutnya dibawah kepemimpinan kepala divisi
bekerja di lokasi penimbunan Mangaan perusahaan yaitu daerah stock pile dan sekitarnya
yaitu adalah lokasi pengepakan atau packaging Mangaan. Posisi pertama terdapat para
pengumpul batu yang bertugas mengumpulkan dan melakukan packaging mineral Mangaan
ke dalam karung yang dapat menampung seberat 51kg. Alasan menggunakan karung
bermuatan 51kg, dikarenakan kompensasi perusahaan apabila dalam 50kg yang terdapat
karung tersebut didapati Mangaan yang berkualitas rendah atau tidak sesuai dengan klausul
kontrak penjualan Mangaan, masih terdapat sisa 1kg untuk cadangan kepada pihak pembeli.
Didapati atau tidak didapati Mangaan dengan kualitas rendah dalam karung tersebut
perusahaan harus tetap mengisi karung tersebut dengan berat 51kg dikarenakan sudah
termasuk perjanjian antara pembeli dan penjual. Posisi terakhir yang bertugas dilokasi stock

pile adalah kepala stock pile dan loading. Bertugas sebagai pengawas sewaktu mineral
Mangaan hasil produksi perusahaan masuk ke lokasi penimbunan dan keluar lokasi
penimbunan untuk di loading dan siap dijual.
Untuk posisi middle manager kedua dijabat oleh Bpk.Ebi Lepian yang menjabat
sebagai manajer keuangan yang bertugas mengatur dan mencatat pengeluaran dan

70

pemasukan perusahaan. Dibawah kepemimpinan Bpk.Ebi Lepian terdapat 2 bagian keuangan


yang mengatur dan mencatat proses keuangan perusahaan. Yang pertama adalah bagian
keuangan operasional bertugas sebagai pencatat operasionalisasi perusahaan meliputi
transportasi, sewa dan beli alat berat, sewa stock pile, jumlah gaji karyawan dan biaya
operasional pejabat perusahaan. Yang kedua adalah bagian keuangan produksi yang
mempunyai tanggung jawab serupa seperti bagian keuangan operasional perusahaan
meliputi biaya produksi mineral Mangaan dan penambangan antara lain pembelian diesel,
bahan bakar alat berat dan alat transportasi, biaya crushing batuan Mangaan, pengeboran
lahan, pembuatan titik test pit, biaya-biaya lainnya yag menyangkut proses produksi dan
penambangan Mangaan.
Dibawah posisi tersebut terdapat 2 posisi berbeda. Yang pertama adalah bagian
dokumen dan SKAB yang bertugas melakukan dan mengurus perijinan dan dokumendokumen serta izin penambangan mineral Mangaan. Yang terakhir adalah posisi yang
bertugas sebagai pencatat pengeluaran perusahaan sewaktu melakukan pengangkutan
mineral Mangaan kedalam kapal untuk dijual.
Posisi-posisi tersebut adalah jabatan yang telah dibuat oleh PT. Tiara Uftar Mandiri
dalam rencana kegiatan penambangan mineral Mangaan Desa Benus, Kecamatan Naibenu,
Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timur Tengah
Utara.
4.1.1.2

Kriteria Tenaga Kerja


Dalam

pelaksanaan

penambangan

mineral

mangaan

di

daerah

ini

akan

membutuhkan tenaga kerja dari berbagai keterampilan. Tenaga kerja yang berkeahlian
rendah banyak didapatkan dari masyarakat setempat (lokal), sedangkan tenaga kerja yang
berkeahlian menengah dan tinggi didatangkan dari luar daerah.

71

Penentuan jumlah tenaga kerja untuk masing-masing pola kerja didasarkan pada
pertimbangan :
a) Alokasi personil manajemen dan supervisor untuk menangani jadwal kerja di tiap
bidang tugas.
b) Operator yang diperlukan untuk mengoperasikan tiap bagian dari peralatan sesuai
dengan jadwal.
c) Personil

pemeliharaan

atau

perawatan

untuk

merawat

peralatan

tambang.

Memperbaiki peralatan sesuai dengan perkiraan perawatan tahunan,


d) Personil layanan antara lain sebagai pengelolaan gudang, petugas kebersihan dan
buruh yang dialokasikan sesuai dengan pekerjaan.

4.1.1.3

Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja


Tenaga

kerja

yang

diperlukan

adalah

sebagian

tenaga

kerja

skill untuk

pengoperasian alat berat dan elektrikal. Sebagian lainnya adalah tenaga kerja non-skill untuk
penggalian, pengecilan batuan Mangaan dengan crusher, pemisahan batuan Mangaan, dan
pengepakan Mangaan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tahap kontruksi ini
direkrut oleh kontraktor pekerjaan. Struktur tenaga kerja yang dibutuhkan dalam, ditunjukan
pada tabel dibawah ini:

72

Tabel 4.1 Rencana Penerimaan Tenaga Kerja dan Besar Gaji per Bulan
Jumlah

Gaji/Bulan

Spesifikasi

Personil

per orang

Kumulatif gaji/Bulan

tenaga ahli

7,500,000.00

7,500,000.00

tenaga administrasi kantor

2,000,000.00

6,000,000.00

pengawas lapangan

1,500,000.00

7,500,000.00

tenaga kerja

50

1,000,000.00

50,000,000.00

office boy

750,000.00

750,000.00

chip security

1,500,000.00

1,500,000.00

security

1,250,000.00

3,750,000.00

driver

750,000.00

750,000.00

driver dump truck

1,500,000.00

6,750,000.00

operator alat berat

3,000,000.00

6,750,000.00

tukang masak

750,000.00

2,250,000.00

total

72

Total Gaji 1 Bulan=


Total Gaji 1 Tahun=

89,000,000.00
1,068,000,000.00

Sumber : Laporan Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomis (2009), PT. Tiara Uftar Mandiri
Total jumlah tenaga kerja diatas mencapai 72 orang, jumlah itu merupakan jumlah
awal tenaga kerja yang harus di pekerjakan dalam tahun awal penambangan. Dikarenakan
total produksi yang ditargetkan oleh perusahaan minimum sewaktu awal penambangan
sebesar 18.000 ton/tahun.
Tenaga kerja yang akan direkrut atau diperkerjakan perusahaan meliputi tenaga
kerja non-skil dan skill, dimana tenaga kerja non-skill merupakan tenaga kerja kasar yang
langsung berhubungan dengan proses penambangan di lapangan atau tenaga kerja dengan
prestasi akademis yang tidak terlalu tinggi (SMP dan SMA).

73

Tenaga kerja skill antara lain adalah tenaga ahli yang bertugas sebagai penanggung
jawab produksi setiap titik wilayah yang ditambang. Dimana tenaga ahli tersebut yang
menentukan berapa besar jumlah ton yang diproduksi yang mampu di kerjakan perusahaan
dalam sekali penambangan, menentukan batu Mangaan yang seperti apa yang sudah layak
dijual atau yang masih harus diproses dan dikecilkan serta yang menentukan cara
penambangan dan alat-alat penambangan yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
penambangan batuan Mineral Mangaan. Tenaga ahli yang dimaksud dibutuhkan sebanya 1
pekerja dengan gaji per bulan Rp 7,5 juta.
Tenaga kerja skill yang berikutnya adalah tenaga administrasi kantor yang dimana
dalam lahan penambangan seluas 1304 Ha ini jumlah tenaga kerja administrasi kantor
sebanyak 3 orang. Tenaga kerja administrasi kantor tidak bertugas langsung di lapangan
atau di areal pertambangan melainkan bertugas di kantor PT.Tiara Utfar Mandiri yang
terletak di jalan Sonbay (depan SMU Negeri 1), kelurahan Kefamenanu Selatan Kabupaten
Timur Tengah Utara-Nusa Tenggara Timur, yang bertugas sebagai pengurus berkas-berkas
perusahaan yang meliputi data perizinan mulai pengajuan IUP (izin usaha penambangan),
pemberian IUP Eksplorasi sampai Eksploitasi, iuaran per tahun ke pemerintah Kabupaten
Kolaka hingga pengurusan f (Analisis Dampak Lingkungan), sampai pengurusan berkasberkas penambangan seperti data-data kredit peralatan berat perusahaan, reklamasi lahan
setelah penambangan, pembebasan serta pembagian lahan penambangan kepada rakyat
sebelum dan sesudah penambangan hingga data-data penjualan Mangaan perusahaan.
Tenaga administarasi kantor dibutuhkan 3 orang pekerja dengan kumulatif gaji Rp 6 juta.
Pengawas lapangan merupakan tenaga kerja skill yang bertugas sebagai supervisor
tenaga kerja di lahan penambangan. Tugas utama supervisor adalah menentukan tenaga
kerja yang layak atau tidak layak untuk bekerja serta sebagai pengawas lapangan sehingga
tenaga kerja yang menambang langsung Mangaan di lahan penambangan dapat bekerja
sesuai kemauan dan standar perusahaan sehingga jumlah produksi mangaan setiap 2

74

bulannya dapat memenuhi target produksi perusahaan. Dalam lahan 1304 Ha ini jumlah
pengawas lapangan yang dibutuhkan ada 3 orang dikarenakan titik penambangan dalam
lahan Mangaan PT.Tiara Utfar Mandiri terdapat 3 titik penambangan. Tenaga kerja skill yang
terakhir merupakan operator alat berat yang bertugas sebagai pengawas dan instruktur alatalat berat yang digunakan perusahaan meliputi Crusher yaitu alat berat yang digunakan
perusahaan untuk pengecilan batuan Mangaan sehingga dapat dengan mudah di packaging
dengan menggunakan karungdan layak untuk dijual, Excavator sebagai alat berat yang
bertujuan untuk mengeruk atau menggali lahan yang digunakan untuk menambang batuan
Mangaan, Dump Truck yang digunakan oleh perusahaan untuk mengangkut Mangaan yang
telah ditambang untuk dibawa ke lokasi penimbunan Mangaan atau Stock Pile, sampai
dengan alat produksi perusahaan seperti Air Washing Unit yang digunakan untuk
membersihkan Mangaan dari kerikil dan unsur-unsur yang tidak termasuk dalam batuan
Mangaan itu sendiri dan Belt Conveyor sebagai alat berat yang berfungsi sebagai pengantar
Mangaan yang sudah di kecilkan oleh crusher. Dalam lahan pertambangan ini jumlah
operator alat berat yang akan dipekerjakan berjumlah 2 orang dengan gaji tiap pekerja Rp 2
juta.
Selanjutnya tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja non-skill meliputi
tenaga kerja langsung yang bertugas sebagai tenaga kasar dalam menambang batuan
Mangaan baik menggunakan mesin maupun linggis, pengumpul batuan mangaan yang sudah
ditambang dan digali oleh excavator, pengangkutan batuan Mangaan kedalam truck untuk di

loading/dibawa ke stock pile. Dalam lahan penambangan Mangaan seluas 1304 Ha jumlah
tenaga kerja kasar yang dibutuhkan sejumlah 50 orang tenaga kerja dengan jumlah gaji
setiap orangnya sebesar Rp.1.000.000.
Tenaga kerja kasar juga akan di support oleh driver dump truck yang bertugas
sebagai supir dump truck yang akan membawa Mangaan yang telah ditambang dan telah di
kecilkan dengan crusher ke lokasi penimbunan atau penyimpanan Mangaan yang kita kenal

75

sebagai stock pile dan ke pelabuhan. Driver dumb truck yang dibutuhkan dalam lahan
penambangan PT.Tiara Utfar Mandiri sebanyak 4 orang dengan upah kerja setiap bulannya
sebesar Rp.1,5 juta.
Selain itu ada tenaga kerja non-skill lainnya yang dibutuhkan untuk mengendarai
alat transportasi yaitu driver perusahaan yang bertugas untuk mengantar dan menjemput
pimpinan-pimpinan dan buyer Pt.Tiara Utfar Mandiri ke lokasi tambang maupun ke lokasi
yang diluar tambang sekalipun selama masih di Nusa Tenggara Timur, jumlah tenaga kerja
supir yang dibutuhkan hanya sejumlah 1 orang tenaga kerja saja dengan jumlah gaji setiap
bulannya sebesar Rp.750 ribu.
Tenaga kerja dilapangan akan didukung oleh tukang masak yang berjumlah 3 orang
tenaga kerja yang bertugas untuk membuat dan menyiapkan konsumsi yang dibutuhkan oleh
para tenaga kerja di lahan pertambangan dengan upah kerja setiap bulannya sebesar Rp.750
ribu setiap personel nya. Untuk kebersihan di kantor hanya akan ditangani oleh 1 orang

office boy yang digaji sebesar Rp.750 ribu setiap bulannya sebagai penjaga kebersihan
kantor demi menunjang kenyamanan tenaga administrasi yang bekerja di kantor sehingga
tidak menghambat pekerjaan. Untuk keamanan di di lahan pertambangan akan dijaga oleh 3
orang security yang mendapat gaji Rp 1.250.000 per bulannya dan akan dikomandoi atau
dikepalai oleh 1 orang chip security dengan upah sebesar Rp 1.500.000 perbulannya
sehingga keamanan dalam kantor maupun dilahan pertambangan terjaga dan tidak
menggangu pekerjaan dan produkssi perusahaan. Jadi prakiraan total penerimaan tenaga
kerja baik tenaga kerja skill maupun non-skill yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam
rencana usaha penambangan Mineral Mangaan di Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Desa
Fatumtasa dan Humusu Sainiup, Kecamatan Insana Utara berjumlah 72 orang tenaga kerja
dengan total gaji setiap bulannya sebesar Rp.89.000.000 sehingga membuat PT.Tiara Utfar
Mandiri berkewajiban membayar upah setiap tahun nya untuk semua tenaga kerja yang
dibutuhkan sebesar Rp 1.068.000.000. Selanjutnya Data diatas akan diperhitungkan dalam

76

pembuatan arus kas dalam rencana atau kegiatan usaha penambangan Mangaan
perusahaan.

4.1.1.4

Hubungan Tenaga Kerja


Untuk mengatur hubungan antar perusahaan dengan karyawan dibuat Kesepakatan

Kerja Bersama (KKB) atau Serikat pekerja Indonesia (SPI) yang disetujui oleh kedua belah
pihak dan disahkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kesempatan Kerja
Bersama atau Serikat Pekerja ini mengatur mengenai hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
Hal-hal yang diatur dalam kesempatan kerja bersama tersebut meliputi :
a) Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan.
b) Pembayaran gaji atau upah dan pajak.
c) Penginapan dan makan.
d) Jam kerja dana lembur.
e)
f)

Honor dan tunjangan.


Ketentuan perawatan kesehatan.

g) Asuransi.
h) Kompensasi kecelakaan dan kematian.
i)

Ketentuan cuti dan hari libur umum.

j)

Perintah kerja dan prosedur kedisiplinan.

k) Keselamatan dan kesehatann kerja.


l)

Dana pensiun.

m) Pemecahan masalah karyawan.

77

Perusahaan telah menunjuk PT. Jamsostek (persero) untuk mengalihkan tanggung jawab
perusahaan atas kewajiban memberi perlindungan bagi tenaga kerja baik dalam masalah
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua serta jaminan
pemeliharaan kesehatan. Program Jamsostek diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang
No.3 Tahun 2003 yang pelaksanaannya diatur oleh PP No. 14 Tahun 1993, Kepres No.22
Tahun 1993 dan Peraturan Menteri 05/MEN/1993.
4.1.2

Analisis Aspek Operasional


Analisis aspek operasional dalam penelitian ini penulis akan meneliti operasionalisasi

yang harus diperhatikan perusahaan dalam menjalankan proses produksi Mangaan nya serta
lokasi pertambangan dengan tempat-tempat yang berhubungan seperti pelabuhan dan stock

pile. hal-hal tersebut antara lain:


4.1.2.1

Lokasi dan Luas Wilayah


Lokasi rencana usaha, secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Benus,

Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup, Kecamatan Insana Utara,
Kabupaten Timur Tengah Utara. Secara geografi/astronomi, lokasi rencana usaha dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.2 Koordinat Batas Wilayah Luas Perizinan (IUP) Eksplorasi Pertambangan

Titik

Bujur

Lintang

Timur

Selatan

Patok

124

30

12,00

18

30,00

124

32

12,00

18

30,00

124

32

12,00

18

30,00

124

31

59,17

18

30,00

78

124

31

59,17

18

30,00

124

30

30,00

18

30,00

124

30

30,00

18

30,00

124

30

12,00

18

30,00

Sumber: Laporan Eksplorasi (2009). PT.Tiara Utfar Mandiri


Pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan mangan di Desa
Benus, Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup, kecamatan Insana utara,
Kabupaten Timor Tengah Utara akan dilaksanakan di atas lahan seluas 1.304ha yang
sebagian lahannya ditutupi dengan pepohonan hau timo (Timonius timon), ajaob ( Casuarina

junghuhniana), usapi (Schleicera oleosa), kom/bidara (Zyziphus mauritiana), kiu/asam


(Tamarindus indica), lamtoro (Leucaena glauca), gamal (Grylicidia sepium), hue/kayu putih
(Eucalyptus alba), oel/bambu duri (Bambusa spinosa), laru (Pithocelobium junghuniana) dan
semak belukar seperti suf muti (Chromolaena odorata), lantana (Lantana camara), dan
dammar merah/pakue (Jatropah gossipifolia). Sebagian lahan lainnya ditutupi dengan
berbagai jenis tetanaman perladangan seperti jati (Tectona grandis), kelapa (Cocos

nucifera), pisang (Musa paradisiacal) dan mangga (Mangifera indica). Area pertambangan
Mangan PT Tiara Uftar Mandiri ini berada di luar kawasan lindung. Hal ini berarti bahwa
lokasi pertambangan adalah sesuai dengan tata ruang menurut Peraturan Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 2 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang dan Peraturan
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 5 Tahun 1994 tentang kawasan lindung. Jadi,
areal pertambangan Mangan di Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan
Humusu Sainup, kecamatan Insana utara, Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sesuai
dengan peruntukannya sebagai areal penggalian bahan tambang Mangan.
Lebih dari itu, bahwa kesesuaian lokasi rencana usaha ini adalah didasari pada
Keputusan Bupati No. 650 Tahun 2010 tentang persetujuan Izin Usaha Pertambangan
Eksplorasi Mineral Logam Mangaan kepada PT.Tiara Utfar Mandiri di Desa Benus, Kecamatan

79

Naibenu, Desa Fatumtasa dan Desa Humusu Sainup, Kecamatan Insana Utara Kabupaten
Timor Tengah Utara. Jadi, sejauh ini diketahui bahwa lokasi rencana usaha adalah sesuai
dengan peruntukan sebagai areal pertambangan Mangan dan berada di luar kawasan
lindung.
Namun demikian, apabila diketahui bahwa lokasi rencana usaha adalah tidak sesuai
dengan peruntukan sebagai areal pertambangan Mangaan berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten TTU, ini menjadi bagian dari kebijakan pemerintah Kabupaten TTU
terhadap PT.Tiara Utfar Mandiri untuk tetap menanamkan modal di Kabupaten TTU. Atau
apabila diketahui bahwa lokasi rencana usaha adalah berada di dalam kawasan hutan
lindung, yang kewenangan perizinan lokasi dipegang oleh Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutan, maka pemerintah Kabupaten TTU
selayaknya merekomendasikan kepada PT.Tiara Utfar Mandiri untuk memperoleh Izin
Operasi Produksi Pertambangan ke Departemen Kehutanan Republik Indonesia
4.1.2.2

Lokasi dan Kesampaian Daerah


Daerah penelitian terletak di desa Banuan, Kecamatan Insana Fafinisu dan Humusu

Sainup Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara
Timur. Dapat dicapai melalui perjalanan darat menggunakan roda empat atau roda dua dari
Kota Kefamenanu, Ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara yang berjarak kurang lebih 40 km
dan dapat ditempuh dalam waktu satu jam dengan jalan berupa aspal dan bebatuan.
4.1.2.3

Kegiatan Kontruksi Sipil


Pembangunan rumah kerja (base camp) untuk menampung pekerja tetap dengan

ukuran 100 m dan terbuat dari bahan bangunan yang tersedia secara lokal. Pembangunan
gudang penimbunan (stock yard) untuk menampung 5000 ton Mangaan dan juga dibuat
dari bahan bangunan yang tersedia secara lokal.

80

4.1.2.4

Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material Bangunan


Peralatan yang dimobilisasi meliputi peralatan kontruksi, mekanikal, dan elektrikal.

Semua peralatan tersebut akan diangkut melalui jalan darat ke lokasi proyek yaitu melalui
rute pelabuhan Wini-Insana Utara dengan menggunakan dump truck dan trontoon. Material
kontruksi antara lain pasir, semen, batu belah, beton, tanah galian, dan lain-lain. Peralatan
angkut material yang digunakan adalah dump truck.
4.1.2.5

Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi

Sebelum melakukan penambangan perusahaan perlu mengetahui seberapa besar


cadangan Mangaan yang terkandung dalam lahan tersebut. Perusahaan yang mempunyai
izin eksplorasi dapat melakukan penelitian di lahan yang telah disetujui oleh Dinas
Pertambangan dan diperbolehkan melakukan penambangan dengan produksi maksimum
10.000 ton, apabila perusahaan sudah mampu memproduksi maka perusahaan diwajibkan
menaikan

tingkat

IUP

Eksplorasi

nya

ke

tahap

IUP

Operasi

Produksi/Eksploitasi.
IUP eksplorasi memiliki jangka waktu maksimum 8 tahun dengan kontrak setiap tahun
nya. Apabila perusahaan sudah mampu memproduksi di tahun pertama maka perusahaan
wajib melanjutkan ke tahap IUP Eksploitasi apabila tidak Dinas Pertambangan berhak
mencabut Kuasa Pertambangan perusahaan tersebut. PT.Tiara Utfar Mandiri pada tahap
eksploitasi tahun 2009 mampu memproduksi 10.000 ton. Eksplorasi biasanya dilakukan
dalam waktu 1 tahun dimana 6 bulan digunakan untuk penelitian dan 6 bulan sisanya untuk
percobaan produksi.

81

1) Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini metodologi yang dilakukan adalah melakukan lintasan
pengamatan pada lokasi pengamatan dan dilakukan di titik-titik test pit yang didasarkan
pada estimasi penyebaran yang dilihat atau diintrepretasikan dari batuan asalnya. Selain
menggunakan lubang-lubang tambang lokal masyarakat sebagai titik-titik test pit,
perusahaan membuat titik-titik test pit sepanjang lintasan pengamatan yang didasarkan pada
estimasi penyebaran endapan mangaan di daerah lokasi pengamatan. PT.Tiara Utfar Mandiri
telah mendapatkan Surat Keputusan Bupati Timor Tengah Utara Nomor 2027 Tahun 2008
tanggal 4 November 2008 tentang izin kuasa Pertambangan Eksplorasi Mangaan dengan luas
1900 hektar yang terletak di desa Banuan, Kecamatan Insana Fafinisu dan Humusu Sainup
Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Metode eksplorasi yang digunakan adalah:

Metode Penyelidikan geologi permukaan dengan menggunakan GPS

dan

kompas geologi.

Pembuatan test pit.

Pembuatan parit uji dan.

Pemboran eksplorasi.

2) Pembuatan Trenching

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi


singkapan atau dalam pencarian sumber batu/endapan. Pada pengamatan (observasi)
singkapan, parit uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak
lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara
lain jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik pelapisan

82

serta dapat sebagai lokasi sampling. Pembuatan trenching ini dilakukan dengan kondisi
umum sebagai berikut :

Terbatas pada overburden yang tipis.

Kedalaman penggalian pada umumnya 4-6 meter, dapat dengan tenaga manusia
atau dengan menggunakan excavator.

Pada kondisi lereng dapat dibuat mulai dari bagian rendah, sehingga dapat terjadi
mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

3) Biaya Eksplorasi
Biaya untuk rencana eksplorasi Mineral Mangaan sebesar Rp. 919.000.000,-/tahun.
Tabel dibawah ini nantinya akan digunakan untuk penghitungan arus kas terhadap rencana
atau kegiatan penambangan ini. Rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Anggaran Biaya Eksplorasi (Sub Total dihitung


dalam Jutaan/Rp)
Sub
Kategori

Bulan 1

Bulan 2

Bulan3

Bulan4

Bulan 5

Bulan 6

Total

Administrasi Kantor

9,000

9,000

9,000

9,000

9,000

9,000

54,000

Akuntan

7,500

7,500

7,500

7,500

7,500

7,500

45,000

Manager Proyek

10,750

10,750

10,750

10,750

10,750

10,750

64,500

Senior Geologi

8,600

8,600

8,600

8,600

8,600

8,600

51,600

Yunior Geologi

6,000

6,000

6,000

6,000

6,000

6,000

36,000

12,000

24,000

Gaji/Honor Pegawai

Konsultan

12,000

Pegawai Logistik

5,000

5,000

5,000

5,000

5,000

5,000

30,000

Juru Gambar

3,500

3,500

3,500

3,500

3,500

3,500

21,000

Asisten Lapangan

1,050

1,050

1,050

1,050

1,050

1,050

6,300

Total

83

Supir

4,500

4,500

4,500

4,500

4,500

4,500

27,000

Buruh Lokal

1,500

1,500

1,500

1,500

1,500

1,500

9,000

Perjalanan

7,500

7,500

7,500

7,500

7,500

7,500

45,000

Asuransi

1,800

1,800

1,800

1,800

1,800

1,800

10,800

Perizinan

1,000

1,000

1,000

1,000

1,000

1,000

6,000

Kesehatan

6,000

6,000

6,000

6,000

6,000

6,000

36,000

Lain-Lain

1,000

1,000

1,000

1,000

1,000

1,000

6,000

Makanan

4,000

4,000

4,000

4,000

4,000

4,000

24,000

Pasokan Lapangan

1,500

1,500

1,500

1,500

1,500

1,500

9,000

Biaya Kantor

2,500

2,500

2,500

2,500

2,500

2,500

15,000

368,400

Belanja Pegawai

103,800

Pendukung Lapangan
Akomodasi

dan

48,000

Pemetaan
Interpretasi Citra Satelit

50,000

Pemetaan Lapangan

50,000
45,000

45,000

Pembuatan Peta Dasar

20,000

20,000

115,000

Survey Geofisika
Ground Magnetik danSR

80,000

80,000

Biaya Pindah Tempat

10,000

10,000

90,000

Pengujian
Laboratorium
Analisa Kimia Minerallogi

20,000

10,000

30,000

Analisa XRD

20,000

10,000

30,000

60,000

Komputasi/Reporting
Pemrosesan Data

15,000

15,000

15,000

15,000

60,000

Percetakan

2,500

2,500

2,500

2,500

10,000

70,000

750

750

750

750

4,500

4,500

Keperluan Kantor
Telpon. Listrik, Air

750

750

Biaya Laporan
Pembuatan laporan

50,000

84

Pembuatan Peta Dasar

10,000

60,000

919,700

919,700

Jumlah Pengeluaran
(Ribu RP)

83,450

83,450

162,950

275,950

100,950

152,950

Tabel 4.3 diatas adalah tabel yang menjelaskan biaya yang dibutuhkan perusahaan
dalam melakukan eksplorasi lahan pertambangannya. eksplorasi merupakan tahap awal
penam,banganm sebelum perusahaaan menambang atau mengeksploitasi tambang yang
telah dieksplorasi. Eksplorasi dilakukan perusahaan dalam kurun waktu 1 tahun, dalam 1
tahun tahap eksplorasi tersebut proyek eksplorasi dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan.
Sisa 6 bulan nya akan dipakai perusahaan dalam pengurusan izin-izin yang
bersangkutan dalam tahap eksplorasi tersebut seperti pengajuan sampling, pengajuan izin
penjualan sementara, sampai ke tahap pengajuan peningkatan IUP menjadi operasi dan
produksi. Tidak hanya dalam pengajuanm kepada pemerintah, perusahaan juga memakai
sisa waktu 6 bulan itu untuk instalasi alat, penambangan uji coba yang dimana sebelumnya
perusahaan di lahan sebelumnya dapat memproduksi lebih dari 6000 ton, maka dari itu
dalam tahap eksplorasi ini penulis akan menggunakan asumsi bahwa perusahaan hanya
mampu memproduksi 6000 ton dalam setahun di tahap perhitungan arus kas penjualan
perusahaan.
Tenaga kerja yang dipakai tidak termasuk tenaga kerja tetap perusahaan. Tenaga
kerja tersebut hanya disewa atau dipekerjakan selama masa eksplorasi 1 tahun yang dimana
dalam 1 tahun tersebut eksplorasi dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan. Tenaga kerja
dalam tahap ini lebih beragam daripada teenaga kerja yang akan dipakai perusahaan
sewaktu penerimaan tenaga kerja pada tahap penambangan. Dalam tahap eksplorasi ini
tenaga kerja yang dipakai lebih mengutamakan tenaga kerja skill. Dikarenakan pada tahap
eksplorasi merupakan tahap yang terpenting dalam penambangan.

85

Pada tahap eksplorasi ini merupakan tahap kritis pada seluruh penambangan
dikarenakan dalam tahap ini perusahaan harus mampu mengetahui secara pasti deposit
mineral Mangaan yang terkandung dalam lahan yang akan ditambang, selain itu pada tahap
eksplorasi ini perusahaan juga harus mampu menganalisis kadar mangaan yang terkandung
dalam lahan pertambangan tersebut, karena apabila perusahaan tidak mengetahui secara
pasti kadar Mangaan yang terkandung dan jumlah deposit dalam lahan tersebut maka pada
tahap operasi dan produksi Mangaan yang akan ditambang tidak akan sesuai dengan
standard yang ditetapkan oleh perusahaan dan pasar. Selain itu pada tahap ini perusahaan
akan merencanakan besar dana yang akan dibutuhkan pada tahap produksi.
Karena alasan tersebut perusahaan diwajibkan untuk mempekerjakan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pada tahap eksplorasi ini (jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan tidak diketahui dikarenakan keterbatasan data). Tenaga kerja yang dibutuhkan
antara lain sebagai berikut:

Pegawai dan jumlah gaji


o

Administrasi kantor, bertugas sebagai pengurus bagian administrasi di kantor


yang mengerjakan kebutuhan perusahaan dalam hal berkas pertambangan.
Administrasi kantor akan dipekerjakan selama 6 bulan penuh dengan
akumulasi gaji perbulan sebesar Rp 9 juta dan total gaji selama 6 bulan
sebesar Rp 64 juta.

Akuntan, bertugas sebagai pengurus pembukuan perusahaan dan melakukan


perhitungan biaya yang dibutuhkan pada tahap produksi. Dengan total gaji
setiap bulannya sebesar Rp 7.5 juta dan total gaji selama 6bulan bekerja
sebesar Rp 45 juta.

Manajer proyek, bertugas sebagai supervisor

di lapangan pertambangan

dengan tanggung jawab mengontrol proses eksplorasi di lapangan mulai dari

86

pemetaan,

survei geofisika, pengujian lab, sampai pengeboran. Manajer

proyek akan digaji setiap bulan sebesar Rp 10.750 juta dengan total gaji
selama 6 bulan sebesar Rp 64 juta.
o

Senior geologi, mempunyai tugas yang sangat penting pada tahap eksplorasi
ini dikarenakan geologist bertugas sebagai tenaga kerja yang mempredisikan
jumlah deposit Mangaan, titik pengeboran yang mempunyai kandungan
Mangaan dan kadar Mangaan yang terkandung pada lahan tersebut. Senior
geologi akan digaji sebesar Rp 8.6 juta dengan kummulatif gaji Rp 51.6 juta
selama 6 bulan.

Yunior geologi, mempunyai tugas yang penting dan serupa seperti seniior
geologi hanya saja yunior geologi mempunyai jam terbang yang lebih sedikit
dari senior geologi dan bertugas sebagai asisten senior geologi. Yuunir
geologi akan digaji Rp 6 juta perbulan dengan total gaji selama 6 bulan
sebesar Rp 36 juta.

Konsultan, perusahaan membutuhkan jasa konsultan selama 2 bulan dari 6


bulan umur proyek sebagai penasihat proyek perusahaan, mulai dari
keuangan, investasi, dan langkah-lanngkah perusahaan dalam menjalani
proyek ini. Jasa konsultan akan dipakai pada bulan 3 dan 6. Dengan tarif Rp
12 juta perbulan dan total Rp 24 juta dalam 2 bulan.

Pegawai logistik, menurut survei penulis pegawai logistik dibutuhkan


sebanyak 5 orang dengan total gaji Rp 5juta perbulan dan akumulasi gaji Rp
30 juta selama 6 bulan.

Juru gambar, mempunyai tugas untuk melakukan penggambaran pada lahan


yang akan dieksplorasi serta titik-titik yang akan dilakukan pengeboran.
Jumlah gaji perbulan sebesar Rp 3.5 juta dengan total gaji selama 6 bulan
sebesar Rp 21 juta.

87

Asisten lapangan, bertugas sebagai tenaga kerja yang menyediakan


kebutuhan-kebutuhan manajer proyek dan biologis pemilik yang bekerja di
lapangan dengan gaji Rp 1.050 jt perbulan dan total gaji sebesar Rp 6.3 juta
selama 6 bulan.

Supir, bertugas sebagai pengantar tenaga kerja dari tempat peristirahatan ke


lokasi penambangan. Dengan gaji perbulan sebesar Rp 4.5 juta dan total
gaji selama 6 bulan sebesar Rp 27 juta.

Buruh lokal, merupakan tenaga kerja terakhir yang akan disewa oleh
perusahaan. Dengan total gaji Rp 1.5 juta perbulan dan total gaji sebesar Rp
9 juta selama 6 bulan

Tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja sementara yang akan disewa perusahaan
selama tahap eksplorasi dengan total gaji/honor pegawai sebesar Rp 368.400 juta selama 6
bulan umur proyek.

Belanja Pegawai
o

Perjalan, dalam proyek ini perusahaan juga akan membiayai perjalanan atau
ongkos transportasi pegawai-pegawainya. Perusahaan telah menetapkan
bahwa tiap 1 bulan perusahaan akan menyediakan sebesar Rp 7,5 juta
untuk transportasi dan perjalanan tenaga kerja dengan total selama 6 bulan
sebesar 45 juta.

Asuransi, akan dipakai perusahaan untukl pengalihan resiko dengan


pembayaran premi Rp 1,8 juta perbulan sehingga menjadikan total asuransi
selama 6 bulan sebesar 10,8 juta.

Perizinanan, perizinan dalam maksud ini bukanlah perizinan pertambangan


seperti yang akan dijelaskan di aspek hukum nanti, melainkan biaya iuran

88

yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Rp 1 juta yang harus dibayarkan


tiap bulannya dengan total sebesar Rp 6 juta selama 6 bulan.
o

Kesehatan, merupakan biaya yang disiapkan perusahaan apabila ada tenaga


kerja yang mengalami sakit atau kecelakaan kerja dengan biaya yang
disiapkan sebesar Rp 6 juta setiap bulan sehingga total selama 6 bulan umur
proyek sebesar Rp 36 juta.

Lain-lain, merupakan biaya yang disediakan perusahaan apabila ada


pengeluaran yang tidak terduga sebesar 1 juta setiap bulan dan total selama
6 bulan sebesar Rp 6 juta

Biaya diatas merupakan biaya yang disiapkan perusahaan untuk kebutuhan pegawai dengan
total selam proyek eksplorasi sebesar Rp 103.800.000.

Pendukung Lapangan
o

Akomodasi dan makanan, merupakan biaya yang di keluarkan untuk


pendukung kerja tenaga kerja di lapangan dengan kebutuhan sebesar Rp 4
juta per bulan dan total selama umur proyek sebesar Rp 24 juta.

Pasokan lapangan, dibutuhkan sebesar Rp 1,5 juta setiap bulan menjadikan


total pasokan sebesar Rp 9 juta selama 6 bulan.

Biaya Kantor, adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menyediakan


kebutuhan kantor seperti alat tulis, komputer, printer dan kebutuhan lainya
denga total sebesar Rp 15 juta dan Rp 2,5 juta per bulannya.

Total biaya pendukung lapangan yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 48 juta
dalam 6 bulan tahap proyek eksplorasi.

89

Pemetaan
o

Intrepretasi Citra satelit, Rp 50 juta dilakukan sewaktu bulan ke 3 proyek


eksplorasi untuk melihat apakah di lahan tersebut mempunyai npotensi yang
bagus untuk ditambang. Dilakukan setelah tahap dasar eksplorasi selesai
dilakukan.

Pemetaan lapangan, merupakan tahap yang akan di lakukan setelah hasil


dari

intrepretasi

satelit

keluar

hasilnya,

untuk

menetapkan

dan

merencanakan titik-titik pengeboran. Dilakukan di bulan ke 4 dengan biaya


Rp 45 juta
o

Pembuatan peta dasar, merupakan tahap akhir yang akan dilakukan


perusahaan pada tahap eksplorasi sebelum masuk ke proses produksi.
Bertujuan untuk merencanakan secara keseluruhan lahan yang akan
ditambung dalam tahap IUP operasi produksi. Dilakukan di bulan ke 6 atau
bulan terakhir tahap eksplorasi dengan biaya Rp 20 juta

Pemetaan adalah penentuan titik-titik drilling serta untuk mengetahui deposit yang

terkandung dalam lahan tersebut. Dibutuhkan dana sebesar Rp 115 juta pada
pemetaan lahan.

Survey Geofisika
o

Ground Magnetik dan SR, bertujuan untuk mengetahui panas dan unsur
magnetik

dalam

lahan

serta

batas

penambangan

lahan.

Sehingga

perusahaan dapat mengetahui daya tahan lahan yang akan ditambang dan
kapan harus berhenti meproduksi di titik tersebut sehingga tidak terjadi
kerusakan lahan atau longsor yang membahayakan tenaga kerja. Di lakukan

90

di bulan ke 4 seblelum penambangan untuk penjualanj sampling. Dana yang


dibutuhkan sebesar Rp 80 juta.
o

Biaya pindah tempat, merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk


pemindahan tempat pengeboran. Dana yang dibutuhkan sebesar Rp 10 juta
dan dilakukan pada bulan ke 4

Survey geofisika dilakukan perusahaan untuk mengetahui keadaaan geografis lahan yang
akan ditambang. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 90 juta

Pengujian Lab
o

Analisa Kimia dan Minerallogi, dilakukan untuk mengukur Mangaan yang


akan diproduksi untuk mengetahu kadar yang terkandung dalam Mangaan
tersebut apakah sesuai dengan kebutuhanm perusahaan. Analisa tersebut
dilakukan di titik-titik berbeda dilakukian pada bulan ke 4 dengan biaya Rp
20 juat dan bulan ke 6 dengan biaya Rp 10 juta. Total Bbiaya

tersebut

sebesar Rp 30 juta.
o

Analisa XRD, dilakukan di bulan ke 4 dengan biaya 20 juta dan bulan ke 6 Rp


10 juta dengan total Rp 30 jut. Xrd = x Ray Diffraction adalah salah satu
teknik analisa yang akan dilakukan perusahaan untuk struktur suatu mineral,
garam, logam untuk mengetahui mineral apa saja yang terkandung dalam
suatu bahan tambang dan asosiasinya. Analisa ini dilakukan karena cukup
tepat memberikan informasi mengenai bentuk molekul dan berapa sudut
kristalnya.

Total biaya pengujian lab yang dikeluarkan sebesar Rp 60 juta.

Komputasi atau Reporting

91

Pemrosesan data, dilakukan apabila data yang sudah terkumpul pada


pertengahan dan akhir proyek untuk mengetahui kelanjutan proyek dan hasil
yang diproses. Dilakukan di bulan ke 3 dan 6 dengan total biaya Rp 60 juta

Percetakan, akan dilakukan pada bulan ke 3 dan 6 apabila hasil pemrosesan


data telah selesai dengan total biaya sebesar Rp 10 juta

Biaya untuk komputansi dan reporting akan membutuhkan biaya sebesar Rp 70 juta

Keperluan Kantor
o

Biaya Telpon, Listrik, dan air sebesar Rp 750 ribu per bulan dengan total
selaqma 6 bualn sebesar Rp 4,5 juta

Biaya Laporan
o

Pembuatan laporan, akan dibuat dan akan diserahkan kepada pimpinan


perusahaan dalam pertimbangan untuk melanjutkan proyek atau tidak.
Dilakukan pada bulan terakhir proyek dan membutuhkan sebesar Rp 50 juta.

Pembuatan peta dasar, merupakan pembuatan terakhir untuk diserakan


kepada

pimpinan

perusahaan

sebagai

pegangan

dan

untuk

mempresentasikannya kepada pihak yang akan di presentasikan. Dilakukan


juga pada bulan terakhir proyek dengan biaya sebesar Rp 10 juta.
Biaya laporan akan meembutuhkan dana sebesar Rp 60 Juta
Biaya diatas akan dikeluarkan perusahaan pada tahap eksplorasi selam 6 bulan.
jumlah biaya p[rbulan adalah sebagai berikut:
1. Bulan 1 =

Rp 83.450.000

2. Bulan 2 =

Rp 83.450.000

3. Bulan 3 =

Rp 162.950.000

4. Bulan 4 =

Rp 275.950.000

92

5. Bulan 5 =

Rp 100.950.000

6. Bulan 6=

Rp 152.950.000

Total

4.1.2.6

Rp 919.700.000

Kegiatan Pertambangan
Dalam penentuan sistem dan tata cara penambangan serta penentuan jenis

peralatan yang akan dipakai, dipertimbangkan beberapa faktor penentu, antara lain:

Sasaran produksi pertambangan bahan galian mangaan sebesar 60.000 ton/tahun


dengan ukuran 10-70 mm.

Jumlah deposit.

Bentuk, jenis, kedudukan, dan penyebaran deposit

Kondisi topografi
Faktor lain seperti modal, kelestarian lingkungan dan penyerapan tenaga kerja lokal.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka sistem penambangan

Mangaan yang digunakan adalah pertambangan terbuka dengan metode pertambangan


terpilih. Pada prinsipnya metode pertambangan ini adalah tata cara melepaskan atau
membuang Mangaan dari batuan induknya dan memilih Mangaan dengan kandungan yang
sesuai kebutuhan. Selanjutnya untuk menghasilkan ukuran Mangaan yang sesuai, dilakukan
pengecilan ukuran (crushing) dan pemisahan ukuran (screening). Kegiatan pertambangan
Mangaan akan dilakukan dalam tiga tahapan yakni persiapan pertambangan, pertambangan
dan pengangkutan batuan mangaan ke gudang penimbunan (stock yard) atau tempat
pengolahan

93

1) Persiapan Pertambangan
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan semua hal yang akan menunjang
kelancaran kegiatan pertambangan dan pengolahan, yakni:

A. Pembelian Peralatan Penambangan


Pada tahap awal penambangan, perusahaan akan melakukan sejumlah investasi
peralatan pertambangan yang akan digunakan. Perusahaan akan membeli sejumlah alat
operasional secara tunai dan ada juga yang secara kredit. Peralatan yang dibeli secara kredit
nantinya akan dihitung dengan penambahan biaya operasional per ton Mangaan. Tabel
dibawah ini merupakan peralatan yang akan dibeli secara tunai oleh perusahaan yang pada
akhirnya akan digunakan dalam perhitungan arus kas perusahaan:
Tabel 4.4 Investasi Peralatan Perusahaan
Alat

harga

unit

jumlah

colt diesel dump truck

285.000.000

1.710.000.000

alat berat CAT.200

1.850.000.000

3.700.000.000

toyota avanza

135.000.000

270.000.000

truk langsir

85.000.000

170.000.000

motor honda

17.000.000

51.000.000

total

5.901.000.000

Sumber : Perusahaan

94

Tabel diatas menunjukan ada 14 unit alat operasional pertambangan yang akan
dibeli perusahaan pada tahap awal investasi. Antara lain terdapat 6 unit dump truck dengan
harga 1 unit nya sebesar Rp 285.000.000. Dump truck akan digunakan perusahaan untuk
pengangkutan batuan Mangaan ke lokasi penimbunan yang kemudian akan di loading. Untuk
alat berat excavator

perusahaan akan membutuhkan 2 unit, pada tahap investasi ini

perusahaan akan membeli langsung 2 unit yang sisanya. Excavator yang akan dibeli adalah 2
unit CAT 200 dengan harga per unitnya sebesar Rp 1.850.000.000, CAT 200 digunakan
untuk melakukan penggalian atau pengerukan di sejumlah titik yang di tentukan oleh
perusahaan. Untuk kendaraan dinas perusahaan akan membeli 2 unit Toyota Avanza dengan
harga per unitnya Rp 135.000.000 dan truk langsir sejumlah 2 unit untuk pengangkutan
pasir dan tanah bekas penambangan seharga Rp 85.000.000 per unitnya. Untuk kendaraan
operasional staff lapangan perusahaan akan membeli 3 motor Honda dengan harga per
unitnya Rp 17.000.000. Menjadikan total investasi peralatan untuk tahap awal penambangan
sebesar Rp 4.051.000.000.
B. Pembuatan Jalan Tambang
Jalan tambang dibuat untuk melayani lalulintas angkutan hasil galian tambang ke
gudang penimbunan. Jalan dibuat dengan cara mengupas lapisan tanah penutup dan
meratakan lapisan keras di bawahnya dengan menggunakan gravel yang banyak didapati di
areal sekitar tambang. Jalan tambang dibangun 30 cm, panjang 240 m, lebar 7 m dan
pada ketinggian maksimum 15%.
C. Pembuatan Penirisan Tambang
Penirisan tambang pada kiri kanan badan jalan dibuat untuk mencegah areal kerja
dari banjir akibat limpahan air hujan.
D. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

95

Pembersihan lahan dilakukan dengan cara menebang tumbuhan (belukar) yang ada
pada areal yang akan ditambang secara manual dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti parang, cangkul,

ganco, atau lainnya. Alat berat (excavator atau bulldozer)

digunakan jika ada pepohonan besar. Untuk tahap awal, luas areal yang dibersihkan adalah
10 ha, dan pembersihan selanjutnya akan mengikuti blok atau area yang akan ditambang.

E. Pengupasan Tanah Penutup


Kegiatan ini dilakukan pada areal yang di atas batuan mangaan terdapat tanah
penutup (overburden). Pengupasan tanah penutup menggunakan alat berat excavator dan
memindahkan

tanah

kupasan

tersebut

ke

suatu

lokasi

yang

ditentukan

dengan

menggunakan. Tanah yang terkumpul tersebut akan digunakan kembali ketika kegiatan
reklamasi lahan tambang.
2) Penambangan Mangaan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengambil atau memisahkan bahan galian mangaan
dari batuan induknya untuk memperoleh ukuran sesuai kebutuhan.
A. Untuk Mangaan Primer dan Deluvial ditetapkan setengah dari total produksi
tambang. Yang dihasilkan dari endapan jenis ini adalah 33.350 ton/tahun atau 14
ton/jam mangaan. Kegiatan ini mencakup:

Pembuangan tanah penutup dengan menggunakan alat berat. Mekanisme


peembuangan tanah penutup dilakukan dengan cara membuat jenjang
setinggi 6 meter dan pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan
o

3 unit excavator PC 300 atau setara,

13 unit dump truck, kapasitas 20 ton,

96

2 unit bulldozer D 65 atau setara.

Ditentukan nisbah pengupasan (stripping ratio) untuk jenis endapan ini


adalah 1:25, ultimate pit slope 45.

Penggalian mangaan dengan menggunakan


o

2 unit alat berat (excavator) PC 200 atau setara dengan yang telah
dilengkapi dengan breaker untuk menghasilkan bijih mangaan
berdiameter 30 cm.

1 unit dump truck kapasitas 20 ton untuk mengangkut mangan ke

Mine Stock Pile untuk dilakukan ke tahap selanjutnya. Pelaksanaan


kegiatan ini direncanakan untuk diserahkan kepada pihak ketiga
(kontraktor) dengan biaya Rp 100.000/ton

Pemecahan atau pengecilan ukuran mangaan tahap pertama dilakukan di


area tambang pada bijih mangaan berukuran besar (boulder) menjadi
berdiameter 20 cm dengan menggunakan jack hammer yang dibantu
dengan compressor.

Pemilihan (hand picking) dilakukan secara manual oleh 9 orang yang


cekatan dan berpengalaman dalam menentukan bahan galian Mangaan yang
kandungannya sesuai dengan yang dibutuhkan.

Pengangkutan ke gudang penimbunan dengan menggunakan dump truck


direncanakan menggunakan pihak ketiga (kontraktor).

B. Untuk Mangaan Meta-Sendimen, ditetapkan setengah produksi tambang. Yang


dihasilkan dari endapan jenis ini adalah 33.350ton/tahun atau 14 ton/jam. Kegiatan
ini mencakup:

97

Pembuangan tanah penutup dengan alat berat. Mekanisme pembuangan


dilakukan dengan membuat jenjang setinggi 6 m. nisbah pengupasan
untuk blok penambangan

dintentukan 1:15, ultimate pit slope 45 dan

peralatan berat yang digunakan adalah


o

2 unit excavator PC 300 atau setara,

8 dump truck , kapasitas 20 ton,

1 bulldozer D 65 atau setara.


Direncanakan kegiatan ini dilakukan oleh pihak ketiga (kontraktor)
dengan biaya Rp.20.000/BCM.

Penggalian mangaan dengan menggunakan tenaga manusia atau peralatan


manual (ganco, linggis dan lain-lain) sebanyak 13 grup tenaga kerja dan
membawanya ke areal hand sorting untuk dilakukan tahap selanjutnya.

Pemisahan dan pemilihan (hand sorting) dari tanah penutup yang ikut
tertambang pada proses penggalian.

Pengangkutan mangaan ke gudang penimbunan.

3) Kegiatan Pengolahan
Dalam penentuan sistem dan tata cara pengolahan serta penentuan jenis peralatan
yang dipakai, dipertimbangkan beberapa faktor penentu, antara lain:

Sasaran produksi maksimum Mangaan adalah 60.000 ton/tahun dengan ukuran 1070 mm.

Infrastruktur yang tersedia, seperti listrik dan air.

Bentuk dan jenis bahan galian Mangaan.

Faktor lain seperti modal, kelestarian lingkungan, dan penyerapan tenaga kerja lokal.

98

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka system pengolahan yang


digunakan adalah pengolahan kering (dry processing plant). Pada prinsipnya, metode
pengolahan ini adalah tata cara membersihkan atau menaikan kadar Mangaan dari hasil
tambang dan memilih Mangaan dengan kadar dan ukuran yang sesuai kebutuhan, dilakukan
pengecilan ukuran (crushing) dan pemisahan ukuran (screening). Tahap-tahap pengolahan
Mangaan adalah sebagai berikut:
A. Pengecilan Ukuran
Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan ukuran Mangaan yang berukuran 70
mm dengan menggunakan 1 unit Jaw Crusher. Dipilihnya Jaw Crusher karena hasil dari alat
ini relatif homogen (seragam). Sebelum masuk ke alat pengecilan ukuran, mangaan hasil
tambang di tampung di dalam hopper yang selanjutnya masuk ke vibrating grissly feeder
sebagai pemisah awal dengan ukuran 70 mm akan turun ke air washing unit dan yang
berukuran > 70 mm akan masuk sebagai umpan dari alat pengecilan ukuran.
Selanjutnya, Mangaan yang berukuran > 70mm akan mengalami proses pengecilan
ukuran dan hasilnya akan turun pada alat pemisah ukuran 1 (vibrating screen 1).
Kemampuan produksi alat ini adalah 17-25 ton/jam dan tergantung pada beberapa faktor,
yaitu ukuran maksimum umpan dan Jaw Setting (ukuran maksimum produk). Ukuran mulut

Jaw Crusher 10 x 16 in dengan discharge setting 2 in dengan kebutuhan horse power


sebesar 10-15 HP dan 350 rpm.

B. Air Washing Unit


Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan Mangaan bersih berukuran 70 mm
dengan menggunakan 1 unit modifikasi double roll crusher dan compressor untuk
menghasilkan udara bertekanan yang mampu meniup kotoran keluar dari alat. Diameter roll

99

adalah 18 in, lebar 30 in dengan 60 rpm, dan dibutuhkan 50-70 HP. Kemampuan produksi
alat 30 ton/jam dengan discharge setting in.

C. Belt Conveyor
Alat ini bertujuan untuk menyalurkan dan memindahkan Mangaan dari satu alat ke
alat yang lain dalam sistem pengolahan. Dalam sistem pengolahan diperlukan 5 belt

conveyor, yaitu:

Belt Conveyor 1
Memindahkan Mangaan ukuran 70 mm dari vibrating screen 1 kebelt conveyor 2.

Kondisi belt conveyor 1 adalah

Lebar

: 16in.

Panjang

:8m

Kecepatan

: 100 fpm

Jumlah idler

: 15 dengan diameter 4 in

Tinggi

:2m

HP

: 5 HP

Belt Conveyor 2
Memindahkan Mangan yang berukuran 70 mm dari belt conveyor 1 ke jaw

crusher. Kondisi belt conveyor 2 adalah:


o

Lebar

: 16in.

Panjang

:8m

Kecepatan

: 100 fpm

Jumlah idler

: 15 dengan diameter 4 in

100

Tinggi

:2m

HP

: 5 HP

Belt Conveyor 3
Memindahkan Mangan yang berukuran 70 mm dari air washing unit ke vibrating

screen 2. Kondisi belt conveyor 3 adalah:

Lebar

: 16in.

Panjang

: 10 m

Kecepatan

: 100 fpm

Jumlah idler

: 30 dengan diameter 4 in

Tinggi

:2m

HP

: 7HP

Belt Conveyor 4
Memindahkan Mangan yang berukuran 10-70 mm (NMD lumpy) dari vibrating screen

2 ke stock pile. Kondisi belt conveyor 4 adalah:

Lebar

: 16in.

Panjang

: 15 m

Kecepatan

: 100 fpm

Jumlah idler

: 15 dengan diameter 4 in

Tinggi

:2m

HP

: 8 HP

Belt Conveyor 5
Memindahkan Mangaan yang berukuran 10mm (NMD fines) dari vibrating screen 2

ke stock pile. Kondisi belt conveyor 5 adalah:


o

Lebar

: 16in.

101

Panjang

:8m

Kecepatan

: 100 fpm

Jumlah idler

: 15 dengan diameter 4 in

Tinggi

:2m

HP

: 5 HP

4.1.2.7 Pemisahan (Hand Sorting)


Tujuannya adalah memilih Mangaan yang berkadar sesuai kebutuhan. Kegiatan ini
dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia cekatan dan berpengalaman pada

belt conveyor 5 dan 6. Diharapkan Mangaan yang diperoleh merupakan Mangaan bersih dan
terpilih sebelum ditempatkan pada areal stock pile. Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan
Mangaan hasil pengecilan ukuran yang berukuran 10-70 mm dan untuk menghasilkannya
terdiri dari dua tahap, yaitu:

Pemisahan ukuran pertama (single deck vibrating screen I)


Alat ini terdiri dari 1 (satu) deck dengan dimensi 4 x 8 ft serta ukuran lubang deck 70

mm. kebutuhan listrik alat ini adalah 15 HP pada 1200 rpm. Umpan dari alat ini adalah
hasil dari jaw crusher dengan mekanisme pemisahan, sebagai berikut:
o

Tidak lolos deck 1 (ukuran > 70 mm) dikembalikan ke pengecilan ukuran


dengan menggunakan belt conveyor 1 dan 2

Lolos deck 1 (ukuran 70 mm) masuk sebagai umpan alat pembersih (air

washing unit).

Pemisahan ukuran kedua (single deck vibrating screen II)

102

Alat ini terdiri dari 1 (satu) deck dengan dimensi 4 x 8 ft serta ukuran lubang deck 10
mm. kebutuhan listrik alat ini adalah 15 HP pada 1200 rpm. Umpan dari alat ini adalah
Manggan bersih hasil air washing unit dengan mekanisme pemisahan, sebagai berikut:
Tidak lolos deck 1 dengan ukuran 10-70 mm ditempatkan pada areal stock

pile NMD lumpy (natural Mangaan dioxide) sebagai produk akhir pengolahan
dengan menggunakan belt conveyor 6.
Lolos deck 1 dengan ukuran 10 mm ditempatkan pada areal stock pile NMD

fines (natural Mangaan dioxide) sebagai produk samping penggolahan.

4.1.2.8 Stock Pile (Lokasi Penimbunan)


Direncanakan area stock pile ini dapat menampung produk akhir sebanyak 5000 ton.
Area yang dibutuhkan dihitung dengan cara:
=

................ (1)

.. (2) Volume kerucut

.... (3) Volume prisma terpancung

= angle of response Mangaan; 30-40, diambil 30

= diperhitungkan 3 meter

SG

= 4,5

= 6m

Keterangan: R=radius, D=diameter, H=tinggi, P=panjang. Maka:

103

= 1.111,1 m dibulatkan 1.111 m

= 113,04 m dibulatkan 113 m

= 1.111-113 = 998 m
998

= 55,4 m
Dengan demikian areal yang diperlukan untuk menampung 5.600 ton adalah 12
(55,4 + 12) = 808,8 m atau dibulatkan 800 m

4.1.2.9 Kegiatan Reklamasi atau Rehabilitasi Lahan


Kegiatan pertambangan Mangaan di Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Desa
Fatumtasa dan Humusu Sainup, Kecamatan Insana Utara diperkirakan akan menimbulkan
dampak negatif antara lain:

Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan.

Peningkatan potensi erosi dan sendimentasi.

Kehilangannya lapisan tanah atas.

Perubahan stabilitas dan kesuburan tanah.

Kehilangan flora dan fauna.

Gangguan terhadap penduduk berupa polusi udara, kebisingan, transportasi,


kesehatan pernapasan (ISPA), kualitas air, dan lain-lain.

104

Upaya untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan pertambangan dan


pengolahan Mangaan dilakukan dengan cara:

Menginventarisasi jenis tumbuhan atau tanaman yang bermanfaat ganda dan dapat
tumbuh cepat di areal bekas pertambangan dan pengolahan.

Menimbun kemabali tanah atas pada areal bekas tambang.

Menanam anakan pohon dengan jarak 3 x 3 m pada areal bekas tambang dan areal
batas cadangan untuk mengurangi polusi udara.

4.1.2.10 Analisis Kandungan Mangaan


Berikut ini adalah kandungan Mangaan dari sampel kerikil mangaan, mangaan
lempengan, mangaan coarse dan mangaan bongkahan yang diberikan oleh perusahaan di
lahan seluas 1304 Ha. Penelitian tidak dapat menguraikan secara rinci asal sampel karena
keterbatasan data (rahasia perusahaan).

Tabel 4.5 Analisis Kandungan Mangaan


No.Sampel

Mn (%)

No.Sampel

Mn (%)

56.66

13

59.92

48.72

14

56.08

54.20

15

46.18

47.60

16

55.85

62.28

17

52.52

64.46

18

57.15

57.68

19

48.21

58.89

20

57.18

105

56.69

21

63.77

10

47.37

22

59.42

11

56.55

23

62.34

12

55.21

24

61.63

Minimum

46.18

Maksimum

64.46

rata-rata

56.11

deviasi standar

5.23

Sumber : Hasil olahan data (2011)

Tabel di atas terdiri dari 24 sampel yang disurvei oleh perusahaan di beberapa titik
survei dalam area yang akan dieksploitasi, dengan hasil kandungan berkisar 46,18% sampai
64,46%, rata-rata kandungan Mangaan 56,11 data sampel kandungan mangaan berfluktuasi
sebesar 5,23%. Data-data ini akan dihubungkan dengan apakah kandungan minimum
Mangaan dapat memenuhi permintaan pembeli.
Berdasarkan data dari perusahaan permintaan rata-rata Mangan adalah 2000 ton
untuk kadar 50% up dan 1000 ton untuk 45% up. Tetapi dalam kenyataannya semakin
tinggi mineral Mn yang terkandung dalam Mangaan semakin bagus untuk perusahaan,
dikarenakan permintaan Mangaan yang sangat tinggi terutama untuk Mangaan berkualitas
tinggi dikarenakan semakin tinggi kadar Mangaan yang terkandung semakin tinggi pula
harganya dalam ton. Tetapi tidak semua ton yang diproduksi mempunyai kadar Mangaan
yang sama melainkan berbeda-beda. Menurut perusahaan dalam 2 bulan perusahaan
mampu memproduksi minimum 3000 ton dengan kadar Mangaan untuk 2000 ton nya dapat
mencapai 55% up. Jadi berdasarkan data yang telah diolah di atas, kadar Mangaan dalam
lahan penambangan yang sedang diteliti dapat memenuhi permintaan pembeli berdasarkan

106

surat kontrak pembelian terakhir adalah 45.00% up. Proyek penambangan lahan baru akan
dijalankan bila hasil survey lahan baru juga dapat memenuhi seperti permintaan lahan yang
terakhir tersebut (sebagai pedoman sementara). Data-data survey akan dianalisis dengan
metode Statistic Control, dengan tingkat keyakinan 95%, sebagai berikut :

Tabel 4.6 Upper Bound dan Lower Bound Mangaan


Probabilitas =

95%

Zprob =

1.64

lower bound =

47.51%

upper bound =

64.71%

Kesimpulan dari metode diatas adalah rata-rata kandungan Mn Minimum untuk


pembelian Mangaan adalah 45% sedangkan tabel diatas menunjukan bahwa lower bound
lebih besar dari kandungan Mn minimum dari pemesanan Mangaan. Dimana hasil terendah
(lower bound) dalam lahan ini sebesar 47,51% dan terbesar (upper bound) adalah 64,71%
maka hasil survey diatas menyatakan untuk kandungan Mn dalam Mangaan untuk proyek ini
memenuhi syarat permintaan dan dinyatakan lolos survey.

107

4.1.3

Aspek Hukum
Dalam melakukan suatu usaha dan membnagun suatu perusahaan pastinya

dibutuhkan berbagai macam izin-izin usaha yang harus diajukan ke pemerintah yang
bersangkutan. Dalam aspek ini penulis akan menjelaskan dan menguraikan langkah-langkah
yang harus ditempuh perusahaan dalam pengajuan izin usaha di bidang hukum.

4.1.3.1 Tanda Daftar Perusahaan


Setiap perusahaan yang akan beroperasi di Indonesia, haruslah membuat Surat
Tanda

Daftar Perusahaan (TDP)

sesuai

dengan bidang

usahanya

masing-masing.

Departemen teknis yang mengeluarkan surat tanda daftar perusahaan adalah Pemerintah
Kabupaten Kolaka. Tanda Daftar Perusahaan adalah surat tanda pengesahan yang diberikan
oleh Kantor Pendaftaran Perusahaan kepada perusahaan yang telah melakukan pendaftaran
perusahaan.
TANDA DAFTAR PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS, BERDASARKAN UNDANGUNDANG NO.3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DAN
PERATURAN DAERAH NO.14 TAHUN 2001
Tabel 4.5 Tanda Daftar Perusahaan PT.Tiara Utfar Mandiri
Nama Pendaftaran

Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Nomor TDP

210.314.500.034

Berlaku Sampai

12/1/2014

Nomor

18

Tanggal

12/5/2009

Status

Kantor Tunggal

Alamat

Jl. Pendidikan NO.119. Kec.Kolaka Kab.Kolaka

108

Kegiatan Usaha Pokok

Perindustrian dan Perdagangan

Pengesahan Menteri Kehakiman

AHU.56353.01.01 Tahun 2008,Tanggal 29 Agustus

PT.Tiara Utfar Mandiri terdaftar dalam Tanda Daftar Perusahaan dengan nomor TDP
yaitu 210.314.500.034 dengan pendaftaran nomor 18 tanggal 12 bulan Mei tahun 2009.
Berkedudukan di Jl. Pendidikan NO.119. Kec.Kolaka Kab.Kolaka (kantor utama) dan pada
saat pendaftaran hanya memiliki 1 kantor atau kantor tunggal dengan kegiatan usaha pokok
perindustrian dan perdaganan yang telah disahkan oleh menteri kehakiman dengan tanda
daftar AHU.56353.01.01 Tahun 2008,Tanggal 29 Agustus yang berlaku sampai tanggal 12
bulan Mei tahun 2009.

4.1.3.2 Kewajiban Hukum


PT.Tiara Utfar Mandiri telah menyelesaikan tanggung jawabnya di dalam hukum
terhadap pemerintah dalam melakukan kegiatan usahanya, antara lain:

Surat Keterangan Domisili Perusahaan


Disahkan oleh Lurah Baladente, Pemerintah Kabupaten Kolaka dengan Nomor:
500/55/20010

Nomor Pokok Wajib Pajak


Departemen Keuangan Republik Indonesia, memberikan NPWP 02.866.512.3815.000 disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 8
Agustus 2008

RUPS Perubahan Nama Perseroan Terbatas,Nomor 36, 10 Maret 2010


Menyatakan bahwa PT.Tiara Putfar Mandiri merubah nama menjadi PT.Tiara Utfar
Mandiri berdasarkan S.K Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

109

No. C-105. HT.03.01-Th.2005 Tanggal 14 Juli 2005 dan S.K Kepala Badann
Pertahanan Nasional Republik Indonesia No.609-XVII-2006 Tanggal 18 Desember
2006, disahkan oleh Notaris Zainuddin Tahir, SH.,M.Kn

Rups Mengenai Perubahan Susunan Direksi dan Persetujuan Jual Beli


Saham, Nomor 57, 22 Februari 2010
Menyatakan bahwa perusahaan mengganti seluruh susunan direksi serta persetujuan
jual beli saham dan unit kerja menjadi pertambangan mineral berdasarkan S.K
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-105. HT.03.01Th.2005 Tanggal 14 Juli 2005 dan S.K Kepala Badann Pertahanan Nasional Republik
Indonesia No.609-XVII-2006 Tanggal 18 Desember 2006, disahkan oleh Notaris
Zainuddin Tahir, SH.,M.Kn

4.1.3.3 Izin Usaha Pertambangan

IUP Eksplorasi PT.Tiara Utfar Mandiri No.2027 Tahun 2008 tanggal 4 November
20008 untuk bahan galian Mangaan ddengan Luas 1900 Ha berlaku sampai dengan
tanggal 4 November 2009 disahkan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan
Batubara. Nomor: 1019/30/DBM/2008

IUP Operasi Produksi/Eksploitasi telah didapat oleh PT.Tiara Utfar Mandiri di lahan
seluas 1304 Ha dan karena keterbatasan data nomor surat dan pengesahan nya
tidak dapat penulis tampilkan dalam penelitian di aspek hukum ini.

110

4.1.3.4 Biaya Perizinan Pertambangan


Sejak beridirinya perusahaan sampai pengajuan permohonan Kuasa Pertambangan
(KP) Eksplorasi atau yang sekarang dinamakan IUP Eksplorasi sampai ke tingkat IUP Operasi
Produksi/Eksploitasi terdapat beberapa langkah. Dibawah ini adalah langkah pengajuan
permohonan tersebut beserta biayanya, antara lain:
Tabel 4.7 Permohonan Izin Tambang Beserta Biaya
Keterangan

Biaya (Rp)

Surat pengajuan permohonan ijin tambang

25,000,000

pembebasan lahan atas persetujuan rakyat**

30,000,000

IUP Penyesuaian/eksplorasi**

500,000,000

UPL dan UKL

25,000,000

Amdal

600,000,000

IUP Produksi/eksploitasi*

800,000,000

biaya tak terduga

500,000,000

total

2,480,000,000

Sumber: Perusahaan

*Masa berlaku 3 tahun, **Masa berlaku 8 tahun

Angka tersebut menunjukan bahwa perizinan yang dilakukan oleh PT.Tiara Utfar
Mandiri sebesar hampir 2,5 miliar atau tepatnya sebesar 2,48 miliar. Angka tersebut akan
diperhitungkan dalam perhitungan arus kas kelayakan bisnis.
Tabel diatas menjelaskan langkah-langkah dalam pelengkapan izin pertambangan
yang telah dilakukan perusahaan dari tahap awal pengajuan izin pertambangan sampai ke
tahap akhir yaitu IUP Produksi atau Eksploitasi. Sehingga membuat PT.Tiara Utfar Mandiri
telah melakukan semua kewajibannya di bidang hukum dalam sektor perdagangan dan
perindustrian. Dalam pengesahannya ada beberapa departemen yang mengizinkan terbitnya
surat-surat kuasa diatas antara lain Dinas Pertambangan yang dalam kasus ini telah

111

memberikan kuasa IUP Eksplorasi dan IUP Eksploitasi kepada PT.Tiara Utfar Mandiri.
Sebelum mengajukan permohonan izin pertambangan perusahaan harus mengajukan
permohonan ke Dinas Perdagangan Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka terhadap lahan
yang akan dieksplorasi. Pada PT.Tiara Utfar Mandiri semua perizinan yang diperlukan dari
tahap awal sampai ke tahap akhir IUP Operasi dan Produksi telah lengkap dilakukan oleh
perusahaan. Jumlah investasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dalam perizinan
mencapai Rp.2.480.000.000.
Dalam pertambangan memang memakan biaya dan waktu dalam perizinan nya
dikarenakan supaya hanya perusahaan yang qualified saja yang dapat masuk ke bidang ini.
Ini membuktikan bahwa perusahaan ini sudah layak secara hukum untuk melakukan
kegiatan usaha di bidang pertambangan. Jenis-jenis perizinan dilakukan dalam beberapa
tahap. Pada tahap pertama perusahaan diwajibkan melakukan permohonan izin tambang ke
Dinas Pertambangan sehingga apabila telah mendapatkan izin tersebut perusahaan
diperbolehkan melakukan kegiatan uisaha di bidang pertambangan. Biaya yang dibutuhkan
untuk proses tersebut sebesar Rp.25.000.000.
Selanjutnya ketika perusahaan telah mendapatkan izin tersebut perusahaan harus
melakukan pembebasan lahan rakyat dengan biaya Rp.30,000.000 untuk lahan seluas 1900
Ha yang dimana harga lahan nya akan dibayarkan dengan royalti atau fee per ton Mangaan
yang dijual. Untuk harga per ton Mangaan untuk royalti rakyat penulis tidak dapat
menyebutkan karena keterbatasan data atau rahasia perusahaan. Apabila perusahaan telah
menyelesaikan

tahap

pembebasan

lahan,

maka

perusahaan

melanjutkan

dengan

mengajukan izin IUP (Izin Usaha Pertambangan) Eksplorasi kepada Dinas Pertambangan atas
lahan yang akan dilakukan eksplorasi. Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dalam tahap
ini sebesar Rp.500.000.000. IUP Eksplorasi mempunyai batas kontrak izin selama 8 tahun.
Dalam IUP Eksplorasi perusahaan dibatasi produksinya, perusahaan hanya diperbolehkan
memproduksi maksimum 10.000 ton selama 8 tahun tersebut. Apabila perusahaan sudah

112

dapat memproduksi minimum 1000 dalam 1 tahun, perusahaan diwajibkan meningkatkan


izinnya ke tahap IUP Operasi/ Produksi atau IUP Eksploitasi. Jadi 10.000 ton berlaku untuk
eksplorasi selama 1 tahun tapi apabila dalam 1 tahun sudah dapat memproduksi minimum
1000 ton perusahaan harus meningkatkan izin usaha pertambangannya.
Sebelum pembukaan lahan penambangan Mangaan ini,

perusahaan dilahan

sebelumnya mampu memproduksi 3000 ton dalam 1 tahun pada tahap eksplorasi sehingga
perusahaan menaikan izin usaha pertambangannya menjadi IUP Eksploitasi. Banyak
perusahaan yang tidak menuruti peraturan hukum pertambangan Mangaan. Yaitu dengan
memproduksi

lebih

dari

1000

ton

per-tahunnya,

tetapi

tidak

meningkatkan

izin

pertambangannya ke IUP Eksploitasi dikarenakan perusahaan tersebut tidak memiliki cukup


dana untuk berinvestasi, tidak mampu meningkatkan produksi, dan tidak mampu membayar
biaya dalam meningkatkan izin usaha pertambangannya.
PT. Tiara Uftar Mandiri membuktikan bahwa perusahaan ini mampu meningkatkan
izin usaha pertambangannya ke IUP Eksploitasi yang memakan biaya sebesar Rp
800.000.000. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan ini mampu berkompetisi di industri
mineral Mangaan dikarenakan hanya 3 perusahaan saja yang mempunyai IUP Eksploitasi
mineral Mangaan di Nusa Tenggara Timur. IUP Eksploitasi memberikan kuasa penuh
perusahaan untuk menambang lahan yang telah dieksplorasi sesuai dengan target produksi
perusahaan. Izin ini mempunyai masa berlaku lebih sedikit dari IUP Eksplorasi, IUP
Eksploitasi habis dalam jangka waktu 3 tahun dan harus membayarkan Rp 800.000.000
kembali apabila ingin memperpanjang IUP Eksploitasi ini. Sebelum pengajuan IUP Eksploitasi
ini perusahaan wajib melakukan studi analisis AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang
memakan biaya Rp 600.000.000.
AMDAL merupakan dokumen penting mengenai dampak yang ditimbulkan ketika
kegiatan pertambangan ini dilakukan. Di dalam AMDAL akan dijelaskan dampak-dampak
negatif dan positif yang terjadi sebelum dan sesudah kegiatan rencana ini dilakukan.

113

Penjelasan AMDAL akan dijelaskan lebih lanjut di aspek AMDAL (Analisis Dampak
Lingkungan). Ketika AMDAL disetujui maka perusahaan dapat meningkatkan izin usaha
pertambangannya ke tahap terakhir yaitu IUP Operasi Produksi/ Eksploitasi. Menurut
perusahaan, terdapat biaya tidak terduga dalam pengajuan izin-izin pertambangan tersebut.
Jumlah biaya tidak terduga tersebut sebesar Rp 500.000.000. Biaya tidak terduga
maksudnya
mempercepat

adalah
proses

biaya

yang

izin-izin

digunakan

tersebut

perusahaan

sehingga

dalam

perusahaan

memperlancar

lebih

cepat

dan

memulai

produksinya. Total permohonan izin tambang dari tahap awal sampai dengan akhir memakan
biaya sebesar Rp 2.480.000.000.

114

4.1.4

Aspek Ekonomi dan Sosial


Pada tahap ini npenulis akan menjabarkan aspek-aspek yang terkandung dalam

aspek ekonomi dan sosial seperti budaya, kependudukan dll. Jadi dalam aspek ekonomi dan
sosial yang perlu ditelaah apakah jika usaha atau proyek dijalankan akan memberikan
manfaat secara ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak atau sebaliknya. Oleh karena itu,
aspek ekonomi dan sosial ini perlu dipertimbangkan, karena dampak yang akan ditimbulkan
nantinya sangat luas apabila salah dalam melakukan penilaian (Kasmir dan Jakfar, 2010,
P193-194).
4.1.4.1 Kependudukan
1) Kepadatan Penduduk
Penelitian perusahaan menunjukan bahwa jumlah penduduk di Benus 1.003 jiwa, di
Desa Fatumtasa 990 jiwa, di Desa Humusu Sainup 1.094 jiwa. Kepadatan penduduk di
masing-masing desa adalah sebagai berikut di Desa Benus 40 jiwa/km, di Desa Fatumtasa
141 jiwa/km, di Desa Humusu Sainup 122 jiwa/km.
2) Pertumbuhan Penduduk
Sedangkan untuk pertumbuhan penduduk menunjukan bahwa pertumbuhan
penduduk Kecamatan Insana Utara sebagai kecamatan induk adalah : tahun 1980 sebesar
2,46% dan tahun `1990 adalah sebesar 1,61% serta tahun 2000 adalah sebesar 1,54%.
Dengan demikian, maka rata-rata pertumbuhan penduduk Kecamatan Insana Utara tahun
1980-2000 sebesar 1,87%

115

3) Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2010, dapat
digambarkan berikut ini:
Tabel 4.8 Kesempatan Kerja Di Kabupaten Timor Tengah Utara
No

Kesempatan Kerja

Jumlah

Bekerja

102.146

64,43

Mencari pekerjaan/pengangguran

5.966

3,82

Bukan angkatan kerja

48.010

30,75

total

156.118

100

Sumber : Perusahaan
Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas perusahaan telah melakukan survey terhadap
penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara. Survei dilakukan pada tahun 2010 dimana survei
tersebut masih merupakan survei terbaru yang terakhir dilakukan sehingga data yang
dihasilkan akurat dan belum ada perubahan yang signifikan. Berdasarkan data yang didapat
perusahaan telah dilakukan survei dengan jumlah responden 156.118 penduduk dimana
didapati 102.146 atau

64,43% penduduk di Kabupaten Timur Tengah Utara yang

mempunyai pekerjaan dan terhitung produktif.


Sedangkan didapati 48.010 atau 30,75% yang bukan angkatan tenaga kerja. Warga
yang tidak termasuk angkatan kerja mempunyai umur yang sudah tidak produktif dimana
beberapa dari mereka merupakan pensiunan, bekerja sendiri, dan beberapa dari mereka
merupakan tenaga kerja serabutan. Sisanya didapati sebanyak 5.966 penduduk atau
sejumlah 3,82% yang merupakan pengangguran, beberapa dari mereka menjadi tenaga
kerja serabutan atau berburu untuk bertahan hidup. Total penduduk yang dilakukan survei
sejumlah 156.118 penduduk, data ini didapati dari perusahaan dimana perusahaan bekerja

116

sama dengan pemerintah yang bersangkutan. Dan didapati bahwa di Kabupaten Timur
Tengah Utara terdapat kurang dari 10%.

4) Jumlah Anggota Keluarga


Jumlah penduduk di Kecamatan Lasiolat adalah 6.803 jiwa (laki-laki 3.347 jiwa dan
perempuan 3.456 jiwa) dan jumlah rumah tangga adalah 1.498. Dengan demikian,
kepadatan rumah tangga adalah 5 orang per rumah tangga.

4.1.4.2 Sosial Ekonomi


1) Sumber Matapencaharian
Data tentang sumber matapencaharian untuk Kecamatan Lasiolat tidak tersaji dalam
Kabupaten Belu dan yang ada hanya untuk seluruh Kabupaten Belu, sebagaimana disajikan
berikut:
Tabel 4.9 Matapencaharian Penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara

Sumber : Perusahaan

No

Mata Pencaharian

Jumlah

Persentase

Pertanian

76.283

74,68

Industri

8.075

7,91

Perdagangan

2.568

2,51

Jasa

8.121

7,95

Transportasi

3.428

3,36

lainnya

3.667

3,59

Total

102.142

100.00

117

Data

pada

tabel

diatas

merupakan

hasil

survei

perusahaan

terhadap

matapencaharian penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara yang diambil dari 102.142
penduduk. Hasil survey menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk sebanyak 76.283
(74,68%) di Kabupaten Timor Tengah Utara, bekerja di sektor pertanian. Gambaran tersebut
diyakini tidak terlalu berbeda dengan kondisi Kecamatan Naibenu dan Insana Utara. Bahkan
diyakini bahwa yang bekerja di sektor pertanian lebih tinggi presentasenya daripada dengan
kondisi Kabupaten Timor Tengah Utara secara keseluruhan.
Dikarenakan terdapat banyak lahan pertanian yang siap ditanam oleh penduduk,
terutama di Kecamatan Naibenu dan Insana Utara. Para penduduk sudah lama bertahan
hidup di sektor pertanian, tanah di Timor Tengah Utara telah terbukti tidak hanya kaya akan
mineral melainkan kaya akan hasil pertaniannya, didapati berbagai macam bibit yang
ditanam seperti padi, coklat dan tanaman lainnya.
Untuk sektor industri sendiri telah didapati sebanyak 8.075 penduduk atau sebanyak
(7,91%) yang mempunyai matapencaharian tersebut, kebanyakan dari mereka bekerja di
sektor perdagangan seperti Mangaan, Timah, Galena, Tembaga. Tenaga kerja di sektor
industri meningkat beberapa tahun terakhir dikarenakan peraturan pemerintah yang harus
mengikut sertakan penduduk lokal sebagai tenaga kerja demi mengurangi tingkat
pengangguran. Banyak dari mereka bekerja di perusahaan yang bergerak di pertambangan
mineral Mangaan, sehingga pertambangan Mangaan 3 sampai 4 tahun belakangan ini
terbukti dapat mengurangi sedikit tingkat pengangguran di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Kebanyakan dari tenaga kerja merupakan tenaga kerja non-skill atau tenaga kerja
kasar yang langsung bekerja di lapangan pertambangan itu sendiri. Untuk sektor
perdagangan sendiri para penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara kurang berkembang,
kebanyakan dari mereka menjual hasil pertanian dari lahan pertanian yang diolah. Telah
didapati sebanyak 2.568 (2,51%) penduduk yang bekerja di sektor tersebut. Sedangkan
untuk sektor jasa terdapat 7,95% atau 8.121 penduduk yang bekerja di sektor tersebut.

118

Jumlah ini sedikit melebihi jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektoer industri,
kebanyakan dari mereka merupakan tenaga kerja yang bekerja di pelabuhan Wini. Secara
tidak langsung tenaga kerja di sektor industri dan jasa terdapat hubungan kerja, dikarenakan
banyak dari hasil pertambangan yang dikirim keluar melalui pelabuhan, secara tidak
langsung para pekerja yang bekerja di sektor jasa terutama di pelabuhan lah yang
melakukan loading kedalam kapal untuk kemudian hasil pertambangan tersebut dikirim
untuk di ekspor maupun untuk di jual di Indonesia sendiri.
Seperti halnya perdagangan sektor transportasi dan sektor lainnya mempunya sedikit
tenaga kerja. Untuk sektor transportasi hanya didapati sebanyak 3.428 (3,36%) penduduk
yang mempunyai matapencaharian tersebut sedangkan di sektor lainnya yang tidak termasuk
dalam matapencaharian diatas didapati sebanyak 3.667 (3,59%) penduduk yang tersebar
dari berbagai macam jenis pekerjaan.

2) Tingkat Pendapatan (penghasilan)


Angka pendapatan perkapita merupakan indikator yang paling sering digunakan
untuk menaikan tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu wilayah. Apalagi peningkatan
produksi fisik barang dan jasa. Sekaligus diikuti dengan penigkatan indikator harga, maka
secara nominal angka pendapatan perkapita akan bertambah dengan pesatnya.
Pada tahun 2002, berdasarkan harga berlaku, maka pendapatan perkapita
Kabupaten Timor Tengah Utara sebesar Rp 1.710.593 dan menigkat menjadi Rp 2.490.237.
Pada tahun 2008 akan mengalami perubahan sebesar 45,6%. Lonjakan angka pendapatan
perkapita yang cukup tinggi selama 6 (enam) tahun terakhir memperlihatkan bahwa secara
umum telah terjadi peningkatan kesejahteraan bagi penduduk Kabupaten Timor Tengah
Utara. Namun jika dihitung per bulan, khususnya untuk tahun 2008, maka diperoleh angka
Rp 207.520/bulan. Maka dengan angka demikian dan sesuai dengan pendapatan yang

119

didapat bahwa penduduk mempunyai jumlah pendapatan yang sangat rendah setiap
bulannya.
3) Kesempatan Kerja Lokal
Guna mengetahui gambaran tentang kesempatan kerja lokal, khususnya di Desa
Benus Kecamatan Naibenu dan Desa Fatumtasa, Kecamata Insana Utara, Kabupaten Timor
Tengah Utara, penulis telah mendapatkan data wawancara 100 orang yang dilakukan
perusahaan, hasil wawancara ditunjukan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10 Kesempatan Kerja di Desa Benus, Fatumtasa dan Humusu
no

Jawaban Responden

Frekuensi

Tenaga kerja lokal yang terserap kurang dari 5%

Tenaga kerja lokal yang terserap antara 5%-10%

Tenaga kerja lokal yang terserap antara 11%-20%

73

73

Tenaga kerja lokal yang terserap antara 21%-30%

11

11

Tenaga kerja lokal yang terserap lebih dari 30%

total

100

100

Sumber: Hasil pengolahan tim studi perusahaan (2010)


Dari data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (73%)
memberikan keterangan bahwa tenaga kerja lokal di Desa Benus dan Desa Fatumtasa yang
akan terserap dalam rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan Mangaan adalah
antara 11-20%. Hal tersebut didapati cukup bagus dikarenakan 20% penduduk akan
terserap dalam kegiatan penambangan, hal itu dapat memenuhi harapan masyarakat untuk
mengikutsertakan penduduk atau tenaga kerja lokal dalam rencana usaha/kegiatan
pertambangan ini.

120

4) Pertumbuhan Ekonomi
Data dari perusahaan menunjukan bahwa pada tahun 2007, secara agregat
perekonomian kabupaten Timor Tengah Utara bertumbuh sebesar 4,8% dan kemudian turun
menjadi 4,15% pada tahun 2008. Kontribusi ini tidak terlepas dari kontribusi nilai tambah
sektor-sektor vital. Seektor pertanian mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,57% pada
tahun 2007 dan pada tahun 2008 mencapai pertumbuhan positif sebesar 1,07%.
Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 tercapai oleh sektor jasa yaitu sebesar 10,81%.
Namun demikian, seluruh sektor PDRB menunjukan laju pertumbuhan yang meningkat,
kecuali sektor pertanian, sektor keuangan, sektor persewaan, dan sektor perusahaan.

Tabel 4.11 Nilai Asset Keluarga Di Desa Benus dan Desa Fatumtasa
No

Nilai Asset

Frekuensi

< 5 juta

5,1 juta sampai dengan 15 juta

66

66

15,1 juta sampai dengan 25 juta

21

21

25,1 juta sampai dengan 50 juta

10

10

> 50 juta

Total

100

100

Sumber : Hasil pengolahan tim studi perusahaan 2010


Apabila nilai pertumbuhan ekonomi ini dijabarkan ke jumlah asset yang dimiliki oleh
warga didapat menurut survey yang dilakukan perusahaan dari 100 orang, terdapat 3
responden yang memiliki kekayaan atau jumlah asset yang di bawah 3 juta. Kebanyakan dari
mereka mempunyai jumlah asset antara 5.100.000 sampai dengan 15.000.000. hal ini
diyakini tidak berbesda dengan jumlah asset seluruh penduduk di Desa Benus dan Desa

121

Fatumtasa tempat lahan pertambangan perusahaan yang akan dieksplorasi dan dieksploitasi.
Jumlah asset ini sangatlah kecil untuk sebuagh keluarga yang rata-rata terdapat 5 orang
dalam satu kepala keluarga. Karena itu perusahaan berharap tenaga kerja yang akan
terserap dalam rencana/kegiatan usaha pertambangan ini dapt meningkatkan kesejahteraan
nya. Terdapat 21 responden yang mengaku bahwa nilai asset nya antara 25.000.000 sampai
dengan 50.000.000 kebanyakan dari mereka adalah para pedagang atau penduduk yang
mempunyai usaha sendiri.
Nilai ini didapati di Desa Benus dan Desa Fatumtasa sudah merupakan nilai asset
yang dianggap sejahtera hidupnya, sedangkan hanya 10 responden yang didapati
mempunyai jumlah asset antara 25.100.000 sampai dengan 50.000.000. Penduduk yang
mempunyaio asset sebanyak itu merupakan penduduk yang biasanya merupakan juragan
tanah di desa tersebut. Kebanyakan dari mereka menyewakan lahan pertaniannya dan lahan
kosongnya yang didapati terdapat sumber daya alam yang dapat digali. Data diatas diyakini
akurat sehingga terbukti bahwa kesejahteraan hidup di desa tersebut sangatlah rendah.

4.1.4.3 Sosial Budaya


1) Kebudayaan Masyarakat
Secara sosial budaya, warga masyarakat sekitar lokasi rencana usaha didominasi
oleh etnik Timor (Atoni Meto) dengan corak budaya dan adat istiadat yang relatif homogen.
Berkaitan dengan kebudayaan yang dianut oleh masyarakat setempat, dapat digolongkan ke
dalam dua bagian berdasarkan wujudnya, yaitu kebudayaan nonfisik dan kebudayaan fisik.
Kebudayaan nonfisik mencakup nilai-nilai dan norma-norma sosial, konsepsi-konsepsi
abstrak di dalam pikiran manusia, mengenai apa yang diyakini baik sehingga diupayakan
untuk diperoleh dan diwariskan secara lisan untuk dipelihara serta dimanfaatkan secara turun

122

temurun. Dalam praktek kebudayaan nonfisik ddijadikan sebagai pedoman yang berfungsi
untuk menata hubungan antar sesame manusia dan dengan lingkungan alam.
Dalam hubungan sesama manusia, kebudayaan nonfisik bukan saja menata
hubungan antara sesama manusia yang hidup, tetapi juga dengan yang sudah meninggal.
Hubungan sesama yang masih hidup berdimensi vertikal yang paternalistis dan horizontal
solidaristis. Demi mewujudkan dimensi hubungan vertikal yang paternalistis tersebut
tersebut, setiap warga dituntut untuk membangun sikap loyalitas terhadap orang yang
dianggap berkedudukan sosial tinggi, baik adat istiadat maupun yang kepemilikan
sumberdaya alam dan lingkungan.
Demi mewujudkan dimensi hubungan yang horizontal, setiap masyarakat dituntut
untuk menjaga solidaritas dan kohesi sosial. Apabila terjadi konflik atau pertentangan akan
selalu dianggap sebagai ancaman terhadap solidaritas dan kohesi sosial. Oleh karena itu,
diusahakan untuk sesegara mungkin diselesaikan agar solidaritas dan kohesi sosial tetap
terpelihara dengan baik.
Hubungan antara manusia yang masih hidup deengan roh yang sudah meninggal
dipelihara dengan sangat baik. Karena manusia yang hidup dan yang sudah meninggal tidak
mungkin lagi dapat berhubungan secara langsung, maka biasanya kuburan dan tempat
pemujaan dijadikan sebagai media untuk menjalin hubungan tersebut. Oleh karena itu,
keberadaan kuburan dan tempat upacara tidak dilihat secara fisik saja namun memiliki
makna budaya dan kepercayaan tertentu. Dilatarbelakangi oleh berbagai kebudayaan
nonfisik tersebut di atas, maka kebudayaan fisik akan selalu dibuat atau dibangun sesuai
dengan citranya dalam kebudayaan nonfisik, seperti bentuk rumah, kuburan dan temmpat
lain yang diperlukan ooleh manusia untuk kelangsungan hidup.
Mengenai hubungan antara manusia dengan lingkungan alam, masyarakat di lokasi
studi merasa bahwa manusia merupakan bagian dari alam. Oleh karena itu, manusia harus
tunduk pada alam. Secara cultural, alam dengan segenap isinya diterima sebagaimana

123

adanya dan manusia menyesuaikan pola hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh
lingkungan alam. Kemauan memelihara hubungan yang serasi dengan alam telah melahirkan
kearifan lokal yang sangat bermanfaat untuk pelestarian daya dukung lingkungan. Nilai-nilai
tradisional yang dipraktekan dalam pola hubungan yang bersumber dari kepercayaan asli
yang disebut bercorak animistic, yang juga percaya bahwa segala sesuatuu dalam alam
mempunyai kekuatan.
Kebudayaan dalam prakteknya, masyarakat seluruhnya mendukung adat istiadat
setempat, dalam pelaksanaannya dilakukan secara utuh dan murni serta dilakukan secara
terkoordinasi oleh tokoh-tokoh adat.
2) Sikap dan Persepsi Masyarakat
Hasil studi penulis ke perusahaan menunjukan bahwa sikap dan persepsi masyarakat
setempat pada prinsipnya setuju terhadap rencana usaha pertambangan Mangaan. Namun
masih ada sebagian kecil warga masyarakat yang khawatir terhadap kehadiran rencana
kegiatan ini, terutama yang berkaitan dengan dampak negative berupa kemungkinan
pengambilalihan lahan pertanian dan pengembalaan merek oleh pihak-pihak yang akan
membangun

(investor).

Kekhawatiran

ini

adalah

kemungkinan

terjadinya

konversi

pemanfaata lahan dari areal pertanian menjadi nonpertanian serta konflik antara warga
pendatang dengan warga seetempat dalam merebut kesempatan kerja.
Untuk mengetahui sikap dan persepsii masyarakat terhadap rencana usaha
pertambangan Mangaan di Desa Benus Kecamatan Nibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu
Sainup Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, telah dilakukan wawancara
kepada 100 orang (responden). Hasil wawwancara tersebut dapat ditunjukan pada tabel
dibawah ini:

124

Tabel 4.12 Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Usaha


Pertambangan Mangaan
No

Sikap dan Persepsi Masyarakat

Frekuensi

Setuju

85

85

Tidak Setuju

Mengikuti Sikap Pemerintah

12

12

Total

100

100

Sumber : Hasil Pengolahan tim studi perusahaan 2010


Berdasarkan tabel diatas, dapat ditunjukan bahwa sebagian besar responden
(85%) menyatakan setuju dan menerima kehadiran Renca Usaha Pertambangan Mangaan.
Hanya didapati 3 responden yang tidak setuju atau merasa terancam oleh rencana/kegiatan
pertambangan ini. Sedangkan 12 responden mengikuti kebijakan dan sikap pemerintah
apakah pemerintah mengijinkan atau tidak dibukanya kegiatan penambangan Mangaan di
lokasi tersebut. Hali ini merupakan indikasi positif bahwa sebagian besar menerima dan
menyetujui kegiatan penambangan ini. Sehingga akan meminimalkan adanya konflik atas
kegiatan usaha ini dikarenakan persepsi masyarakat yang sudah menyetujui dan berharap
diri mereka terlibat dalam kegiatan pertambangan ini.

125

4.1.5

Aspek Dampak Lingkungan (AMDAL)


AMDAL merupakan syarat sebelum perusahaan meningkatkan IUP Eksplorasi nya

menjadi IUP Operasi Produksi. Dalam Amdal perusahaan meneliti dampak-dampak potensial
apa saja yang dapat ditimbulkan apabila rencana atau kegiatan usaha ini dijalankan yang
kemudian hasil AMDAL ini akan diserahkan ke pihak Kabupaten TTU untuk selanjutnya
diproses dalam peningkatan status KP (Kuasa Pertambangan) nya. Rencana usaha
pertambangan Mangaan di Desa Benus, Fatumtasa dan Humusu Sainup yang diperkirakan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, dapat diidentifikasi pada tiap tahap
kegiatan berikut ini:
4.1.5.1

Identifikasi Dampak Potensial

1) Tahap Pra-Konstruksi
a) Survei dan Pengukuran. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena
dampak dari kegiatan survey dan pengukuran adalah sikap dan persepsi masyarakat,
proses sosial asosiatif dalam bentuk kerja sama, proses sosial disosiatif berupa
konflik

sosial,

gangguan

kamtibmas

(menghambat

atau

bahkan

mungkin

menggalkan kegiatan survey dan pengukuran), timbul spekulan tanah, dan


gangguan terhadap warisan budaya di dalam lokasi rencana usaha seperti hutan
atau batu keramat, kuburan tua, dan lain-lain.
b) Sosialisasi dan Konsultasi Publik.

Komponen lingkungan hidup yang

diperkirakan terkena dampak dari kegiatan survey dan pengukuran adalah sikap dan
persepsi masyarakat, proses sosial asosiatif dalam bentuk kerja sama, proses sosial
disosiatif berupa konflik sosial, gangguan kamtibmas (menghambat atau bahkan
mungkin menggalkan kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik), timbul spekulan
tanah, dan gangguan terhadap warisan budaya di dalam lokasi rencana usaha
seperti hutan atau batu keramat, kuburan tua, dan lain-lain.

126

c) Kompensasi Lahan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena


dampak dari kegiatan ini adalah tata guna lahan, kepemilikan lahan yang
mengakibatkan pula pada terganggunya fungsi dari fasilitas atau sarana sosial yang
ada. Dampak turunan yang diperkirakan timbul adalah perubahan sikap dan persepsi
masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan, proses sosial disosiatif dan
asosiatif, dan gangguan terhadap warisan budaya. Konflik sosial dapat terjadi apabila
dalam kegiatan kompensasi lahan tidak dimusyawarahkan secara baik dan matang
dengan masyarakat dan para pihak yang terkait.

2) Tahap Konstruksi
a) Penerimaan Tenaga Kerja. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan
terkena dampak dari kegiatan ini adalah kepadatan penduduk, kesempatan
kerja, peluang usaha, pendapatan masyarakat, dan perekonomian lokal. Dampak
lain adalah sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha. Sikap dan
persepsi juga dapat terjadi , apabila dalam proses perekrutan tenaga kerja
terbuka kesempatan kerja bagi tenaga kerja luar dan tidak terciptanya interaksi
yang harmonis antara masyarakat lokal dengan pendatang. Dalam rencana
usaha ini, tenaga kerja diprioritaskan kepada masyarakat di sekitar lokasi
rencana usaha untuk bekerja, tetapi disesuaikan dengan spesifikasi, klasifikasi
dan persyaratan tertentu yang ditentukan.
b) Mobilisasi Peralatan dan Material Bangunan. Komponen lingkungan hidup
yang terkena dampak adalah kebisingan, kualitas udara oleh emisi gas dan debu,
kepadatan lalulintas dan daya dukung jalan raya berupa kerusakan jalan.
Penurunan kualitas udara dapat berdampak lanjut pada kesehatan masyarakat
berupa peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).

127

c) Konstruksi Sipil (Pembangunan Rumah nKerja, Gedung Penimbunan


Sementara dan Instalasi Diesel). Komponen lingkungan hidup yang terkena
dampak oleh kegiatan ini adalah kualitas udara, kebisingan, kualitas air, flora
dan fauna, dan sikap masyarakat. Penurunan kualitas udara dapat berlanjut
pada gangguan kesehatan masyarakat berupa peningkatan ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut). Peningkatan kebisingan berdampak lanjut pada gangguan
pendengaran dan ketidaknyamanan masyarakatt. Perubahan flora berdampak
pada lanjut pada penurunan kekayaan jenis dan gangguan habitat satwa liar.
d) Pembuatan Jalan Tambang.

Komponenn lingkungan hidup yang akan

terkena dampak diperkirakan adalah kualitas udara, kebisingan, kualitas air, dan
proses sosial asosiatif dan disosiatif dengan lahan dan tanaman yang terkena
jalan.
e) Pembuatan Penirisan Tambang.

Komponeen lingkungan hidup yang

diperkirakan terkena dampak adalah kualitas udara, kebisingan, kualitas air


(terutama sungai) dan proses sosial asosiatif dan disosiatif dengan lahan dan
tanaman yang terkena penirisan jalan tambang, serta peningkatan ISPA
f) Pembersihan

Lahan. Kegiatan

ini

dapat

menimbulkan

dampak

pada

peningkatan potensi erosi melalui peningkatan run off (aliran permukaan),


penurunan debit air tanah, dan penurunan kualitas air. Penurunan kualitas tanah
oleh pemadatan tanah karena pengoperasian alatb berat dan kehilangan lapisan
tipis top soil. Lahan menjadi terbuka sehingga memberikan kesempatan besar
terhadap tetesan hujan untuk memancing erosi. Pembersihan lahan juga
diperkirakan akan berdampak pada komponen biologi, tumbuhan yang ada
dalam tapak projek akan habis dibersihkan sehingga menyebabkan kehilangan
flora dan fauna serta berdampak lanjut pada penurunan kelimpahan dan
keanekaragaman flora dan fauna.

128

g) Pengupasan Tanah Penutup. Komponen lingkungan hidup yang terkena


dampak adalah kadar debu, kebisingan, debit air tanah dan air permukaan, erosi
dan sendimentasi, serta meeningkatnya ISPA.
h) Penggalian Batu Mangaan.

Komponen lingkungan hidup yang terkena

dampak adalah kadar debu, kebisingan, debit air tanah dan air permukaan, erosi
dan sendimentasi, serta meeningkatnya ISPA.
i)

Pengangkutan Batuan Mangaan ke Gudang Penimbunan Sementara.


Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak adalah
kepadata dan kecelakaan lalulintas, daya dukung jalan berupa kerusakan jalan
raya, kebisingan, dan kualitas udara oleh emisi gas dan debu

j) Pengecilan Ukuran Batuan Mangaan. Komponen lingkungan hidup yang


diperkiran terkena dampak adalah kebisingan, kualitas udara oleh debu
Mangaan. Perubahan kualitas udara dapat berdampak

lanjut pada kesehata

masyarakat berupa peningkatan ISPA.


k) Penyortiran Ukuran Batuan Mangaan. Komponen lingkungan hidup yang
diperkirakan terkena dampak adalah kualitas oleh debu Mangaan dan
meningkatnya ISPA.
l)

Pencucian Mangaan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena


dampak adalah kualitas udara oleh debu Managaan dan meningkatnya ISPA.

m) Pengepakan Mangaan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan


terkena dampak adalah kualitas oleh debu Mangaan dan meningkatnya ISPA.
n) Pengangkutan Mangaan ke Pelabuhan Laut. Komponen lingkungan hidup
yang diperkirakan terkena dampak adalah kualitas oleh debu Mangaan,
kepadatan dan kecelakaan lalulintas, daya dukung jalan berupa kerusakan jalan
raya, kebisingan serta perubahan kualitas udara yang berdampak lanjut dengan
meningkatnya ISPA.

129

o) Reklamasi Lahan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena


dampak adalah stabilitas dan kesuburan tanah, vegetasi dan habiat satwa, erosi,
dan sendimentasi, potensi air tanah, peluang usaha, pendapatan, dan gizi
masyarakat.
3) Tahap Pasca-Konstruksi
a) Reklamasi Lahan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak
adalah stabilitas dan kesuburan tanah, vegetasi dan habiat satwa, erosi, dan
sendimentasi, potensi air tanah, peluang usaha, pendapatan, dan gizi masyarakat.
b) Demobilisasi Peralatan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena
dampak adalah kualitas oleh debu Mangaan, kepadatan dan kecelakaan lalulintas,
daya dukung jalan berupa kerusakan jalan raya, kebisingan serta perubahan kualitas
udara yang berdampak lanjut dengan meningkatnya ISPA.
c) Pelepasan Tenaga Kerja. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan
terkena dampak addalah kepadatan penduduk, kesempatan kerja, peluang berusaha,
pendapatan masyaraka., dan perekonomian lokal. Dampak lainnya adalah sikap dan
peersepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan. Sikap dan
persepsi juga dapat terjadi, apabila ada pilih kasih dalam pelepasan tenaga kerja.
d) Pengaturan Kembali Kepemilikan Lahan di Area Perbukitan. Komponen
lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak adalah

proses sosial

disosiatif berupa kecemburuan sosial, sikap dan persepsi masyarakat, dan konflik
sosial apabila ada pilih kasih dalam pengaturan kembali status kepemilikan lahan.

130

4.1.5.2 Hasil Identifikasi Dampak Potensial


Hasil identifikasi kegiatan yang potensial menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup, dapat ditunjukan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.13 Kegiatan yang Potensial Menimbulkan Dampak


No

Tahapan dan Kegiatan Proyek

Tahap Pra-Konstruksi
A. Survei dan Pengukuran

Dampak yang Diperkirakan Timbul

a. Sikap dan persepsi masyarakat


b. Proses sosial disosiatif
c. Spekulan tanah
d. Gangguan warisan budaya

B. Sosialisasi dan konsultasi publik

a. Sikap dan persepsi masyarakat


b. Proses sosial disosiatif
c. Spekulan tanah
d. Gangguan warisan budaya

C. Kompensasi Lahan

a. Sikap dan persepsi masyarakat


b. Proses sosial disosiatif
c. Spekulan tanah
d. Gangguan warisan budaya

Tahap Konstruksi
A. Penerimaan tenaga kerja

a. Kepadatan Penduduk
b. Kesempatan kerja dan peluang berusaha
c. Pendapatan dan perekonomian lokal
d. Proses sosial disosiatif (keecemburuan
sosial)
e.Sikap dan persepsi masyarakat

131

f. Status gizi masyarakat


B. Mobilitas peralatan dan material bangunan

a. Kadar debu dan kualitas udara


b . Kebisingan
c. Kepadatan dan kecelakaan lalulintas
d. Daya dukung jala raya
e. Kesehatan masyarakat (ISPA)

C. Konstruksi sipil

a. Kadar debu
b. Kebisingan
c. Kualitas air
d. kesehatan masyarakat (ISPA)

D. Pembuatan jalan tambang

a. Kadar debu
b. Kebisingan
c. Kualitas air
d. Tumbuhan dan satwa
e. Sikap dan persepsi masyarakat
f. Kesehatan masyarakat (ISPA)

E. Pembuatan penirisan tambang

a. Kadar debu
b. Kebisingan
c. Kualitas air
d. Tumbuhan dan satwa
e. Sikap dan persepsi masyarakat
f. Kesehatan masyarakat (ISPA)

F. Pembersihan lahan

a. Suhu
b. Kadar debu dan kebisingan
c. Erosi dan sendimentasi
d. Debit air
e. Kualitas air
f. Tumbuhan dan satwa

132

g. Kesehatan Masyarakat (ISPA)


G. Pengupasan tanah penutup

a. Kebisingan dan kualitas udara


b. Stabilitas da kesuburan tanah
c. Erosi dan sendimentasi
d. Kesehatan masyarakat (ISPA)

H. Penggalian Mangaan

a. Kadar debu dan kualitas udara


b. Kebisingan
c. Erosi dan sendimentasi
d. kesehatan masyarakat (ISPA)

I.

Pengangkutan

Mangaan

sementara

ke

gudang

penimbunan
a. Kadar debu dan kualitas udara
b. Kebisingan
c. Kualitas air
d. Kepadatan dan kecelakaan lalulintas
e. Daya dukung jalan
f. Kesehatan masyarakat (ISPA)

J. Pengecilan batuan Mangaan

a. kadar debu dan kualitas udara


b. Kebisingan
c. Kualitas air
d. kesehatan masyarakat (ISPA)

K. Penyortiran batuan Mangaan

a. kadar debu dan kualitas udara


b. Kualitas air
c. Kesehatan Masyarakat (ISPA)

L. Pencucian Mangaan

a. Kadar debu dan kualitas udara


b. Kualitas air
c. Kesehatan Masyarakat (ISPA)

M. Pengepakan Mangaan

a. kadar debu dan kualitas udara


b. Kualitas air

133

c. Kesehatan Masyarakat (ISPA)


N. Pengangkutan ke pelabuhan

a. Kepadatan dan keccelakaan lalulintas


b.Daya dukung jalan raya
c. Kebisingan
d. Kualitas udara dan debu
e. Kualitas air
f. Kesehatan masyarakat (ISPA)

O. Reklamasi Lahan

a. Stabilitas dan kesuburan Tanah


b. Vegetasi penutup dan habitat satwa
c. Erosi dan sendimentasi
d. Debit air
e. Kesempatan Kerja
f. Peluang Berusaha
g. Pendapatan Masyarakat
h. Status Gisi Masyarakat

Tahap Pasca-Kontruksi
A. Reklamasi lahan

a. Stabilitas dan kesuburan Tanah


b. Vegetasi penutup dan habitat satwa
c. Erosi dan sendimentasi
d. Debit air
e. Kesempatan Kerja
f. Peluang Berusaha
g. Pendapatan Masyarakat
h. Status Gisi Masyarakat

B. Demobilisasi Peralatan

a. kadar debu dan kualitas udara


b. Kebisingan
c. kepadatan dan kecelakaan lalulintas
d. Daya dukung jala raya

134

e. Kesehatan masyarakat (ISPA)


C. Pelepasan tenaga kerja

a. Kepadatan Penduduk
b. kesempatan kerja dan peluang berusaha
c. Pendapatan masyarakat

D. Pengaturan kepemilikan lahan di area perbukitan

a. Proses sosial (disosiatif)


b. Sikap dan persepsi
c.. Konflik dan kepemilikan lahan

Lahan yang telah digali akan ditimbun kembali oleh tanah bekas penggalian lalu akan
ditanami oleh tumbuhan-tumbuhan dalam hutan lindung di Kabupaten TTU antara lain
pepohonan hau timo (Timonius timon), ajaob ( Casuarina junghuhniana), usapi (Schleicera

oleosa), kom/bidara (Zyziphus mauritiana), kiu/asam (Tamarindus indica), lamtoro (Leucaena


glauca), gamal (Grylicidia sepium), hue/kayu putih (Eucalyptus alba), oel/bambu duri
(Bambusa spinosa), laru (Pithocelobium junghuniana) dan semak belukar seperti suf muti
(Chromolaena odorata), lantana (Lantana camara), dan dammar merah/pakue (Jatropah

gossipifolia). Sebagian lahan lainnya ditutupi dengan berbagai jenis tetanaman perladangan
seperti jati (Tectona grandis), kelapa (Cocos nucifera), pisang (Musa paradisiacal) dan
mangga (Mangifera indica).

135

4.1.5

Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam aspek pemasaran penulis akan mencoba untuk meneliti pasar Mangaan itu
sendiri mulai dari permintaan, harga pasar, sampai analisis pesaing. Begitu pentingnya
peranan pemasaran dalam menentukan kelanjutan usaha suatu perusahaan, sehingga
banyak di antara perusahaan dalam manajemennya menempatkan pemasaran paling depan.
Dalam perhitungan nantinya penulis akan menggunakan Microsoft Excel sebagai alat
perhitungan. Di bawah ini penulis akan mencoba menguraikan hal-hal inti dari pasar itu
sendiri.

4.1.6.1 Proyeksi Penjualan


Rencana penjualan Mangaan minimum adalah sebesar 18.000 ton pertahun atau
sebesar 3000 ton setiap satu setengah bulan (1,5 bulan) dikarenakan sisa setengah bulan di
bulan ke 2 (dua) akan dipakai untuk packaging. Kegiatan penambangan sebelumnya akan
dimulai dari urutan eksplorasi lahan pertambangan. Dalam penelitian ini metodologi yang
dilakukan adalah melakukan lintasan pengamatan pada lokasi pengamatan dan dilakukan di
titik-titik

test pit yang didasarkan pada estimasi penyebaran yang dilihat atau

diintrepretasikan dari batuan asalnya. Selain menggunakan lubang-lubang tambang lokal


masyarakat sebagai titik test pit, peneliti membuat titik-titik test pit sepanjang lintasan
pengamatan yang didasarkan pada estimasi penyebaran endapan mangaan di daerah lokasi
pengamatan.
Untuk memenuhi target produksi pemasaran (dalam setahun) tersebut dan melihat
cadangan Mangaan yang ada, maka rencana produksi dan penjualan dapat dilihat pada tabel
berikut berdasarkan surat kontrak pembelian terakhir oleh Jada Tech., CO. LTD di lahan

136

PT.Tiara Utfar Mandiri yang sebelumnya sudah dieksploitasi. (Contract No:1/ Indonesia
Manganese Ore/ JADA/XII/2010/ Date: 20 December 2010) :

Tabel 4.14 Rencana Produksi Minimum dan Penjualan Mangaan


Bulan

Jumlah Hari

Produksi/Ton

Packaging/Ton

30

2000

15

1000

15

3000

30

2000

15

1000

15

3000

30

2000

15

1000

15

3000

30

2000

15

1000

15

3000

30

2000

10

15

1000

15

3000

11

30

2000

12

15

1000

15

3000

Total

18000

18000

Sumber : Olahan data (2011)

137

Rencana produksi diatas menggunakan harapan pesimis, dimana minimum dari


produksi perusahaan dalam 1 tahun adalah 18.000 ton. Produksi diatas dilakukan setelah
memasuki tahun kedua dan seterusnya, dikarenakan tahun pertama akan dipakai 6 (enam)
bulan untuk eksplorasi batuan Mangaan dan 2 (dua) bulan akan dipakai untuk instalasi alat
sehingga tersisa 4 (empat) bulan yang dimana hanya memproduksi 6000 ton untuk tahun
pertama penambangan. Dimana 45 hari untuk produksi 3000 ton dan 15 hari untuk

packaging menjadikan total 4 (empat) bulan dapat memproduksi 6000 ton. Data tersebut
akan dikalikan oleh harga Mangaan yang akan dijual yaitu Mangaan dengan kadar 50% up
seharga Rp 2,2 juta.
Tabel proyeksi diatas nantinya akan menjadi acuan penulis dalam menghitung arus
kas penjualan perusahaan dalam perhitungan arus kas di aspek keuangan.

4.1.6.2

Analisis Pesaing
Pesaing utama perusahaan adalah PT.SOE MAKMUR RESOURCES UTAMA, SMRU

didirikan pada tanggal 22 Juli, dan telah mendapatkan

Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Eksplorasi oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur pada tanggal 28 Januari 2010 dari 11
perusahaan yang mendapatkan ijin tersebut. IUP menyatakan lahan seluas 4.550 di Timor
Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. SMRU pada pertengahan tahun 2011 ini sedang
menyusun AMDAL untuk peningkatan KP (kuasa pertambangan) nya menjadi IUP Operasi
Produksi/Eksploitasi. SMRU berlokasi di Kuatnana dan Amanuban dengan jarak kurang lebih
150 km dari Kupang dan pelabuhan terdekat yaitu pelabuhan Tenau-Kupang serta Airport
terdekat yaitu di El Tari-Kupang. Berikut adalah spesifikasi Mangaan di tambang SMRU:

138

Gambar 4.2 Spesifikasi Mangaan PT.Soe Makmur Resources Utama

Sumber : http://www.smrutama.com/quality.html

4.1.6.3 Penawaran dan Permintaan Mangaan Dunia dan Regional


Menurut

http://ore.metalfirst.com/subsites/news_detail.php?id=5979,

Kode:

MFN005979, Tanggal: 2011-05-31. Data yang menyediakan oleh ketujuh produsen bijih
Mangaan dunia besar menunjukkan bahwa pada tahun 2010 mulai naik lagi, ini telah
tercermin seiring dengan ekspansi output dunia rawsteel pada waktu itu, pada tahun 2010
produksi bijih Mangaan membandingkan dari produksi tahun 2009 telah bertumbuh sebesar
53%. Dan menurut http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/62395 kedaulatan
ekonomi Nusa Tengara Timur (NTT) telah direnggut pemodal asing.

139

Mereka datang untuk ekspansi bisnis pertambangan. Informasi seputar kedatangan


modal asing itu pun jauh dari pantauan publik. Hanya segelintir pihak yang bisa mengakses
informasi seputar itu. Kesulitan mengakses informasi ini disebabkan modal asing hanya
memberikan informasi ke otoritas bursa di negara asalnya.
3D Resources Limited Pte mengumumkan ekspansi bisnis ke otoritas bursa Australia.
(ASX.AU, 20/3). 3D telah melakukan MoU mengakusisi tambang Mangaan di Timor Barat dan
memproduksi Mangaan pada 2011. Killara Resources PTY Ltd mengumumkan kepada otoritas
bursa Australia, anak usaha perseroan, Winchester Resoruces Limited telah mengakuisisi 80
persen konsesi tambang mangan di Blok A CSA, Kabupaten Belu-NTT. Winchester telah
mendapat tambahan lahan proyek mangan seluas 5.934 hektar dan mulai mengeksplorasi
mangan di daerah itu mulai tahun 2011 ini. (ASX.Com.Au, 24/3).
Seminggu berselang, raksasa tambang asal China, Interchina Holdings Company
Limited, melaporkan ekspansi bisnisnya kepada otoritas bursa Hong Kong (HKEXNEWS.Com).
Intrachina melalui anak usahanya, PT Satwa Lestari Permai, telah mendapat izin konsesi
pertambangan, berupa IUP seluas 2.000 hektar di Subdistrik Amfong Selatan, Subdistrik
Takari dan Subdistrik Fatuleu. Perusahaan asal China ini telah mendapat dana pinjaman dari
vendor sebesar 800 juta dollar untuk investasi mangan di Kupang-NTT.
Sebetulnya, masih banyak lagi raksasa tambang asal China berekspansi ke NTT.
Hal itu dikarenakan kualitas Mangaan di NTT merupakan terbaik di dunia, selain itu
pembangunan infrastruktur dunia yang dilakukan banyak Negara serta pertumbuhan
permintaan dan penjualan Baja dunia ikut menarik Mangaan yang merupakan campuran
utama Baja berkualitas semakin tinggi permintaan nya per tahun. Tabel dibawah ini
merupakan statistik harga Baja dari bulan Oktober tahun 2009.

140

Tabel 4.15 Statistik Harga Baja Dunia


Hot Rolled Steel

Hot Rolled Steel

Cold Rolled Steel

Steel

Wire

Medium

Bulan

Coil

Plate

Coil

Rod

Sections

Oct-09

592

655

692

551

699

Nov-09

575

643

674

538

677

Dec-09

579

639

681

555

691

Jan-10

607

642

700

569

700

Feb-10

631

676

724

583

694

Mar-10

657

706

746

590

719

Apr-10

736

788

820

690

792

May-10

754

828

861

722

823

Jun-10

713

817

815

676

787

Jul-10

691

794

789

636

772

Aug-10

700

806

806

652

794

Sep-10

694

808

789

683

795

Oct-10

688

816

793

683

809

Nov-10

677

802

781

688

808

Dec-10

663

782

772

688

794

Jan-11

742

841

853

770

855

Feb-11

850

938

953

833

928

Sumber : http://www.steelonthenet.com/price_info.html
Tabel diatas merupakan alasan utama kenapa harga Mangaan terus melonjak
dikarenakan harga Mangaan sangat tergantun dengan harga baja dunia. Dapat dilihat pada
t5abel diatas bahwa harga baja dunia juga cenderung menaik. Alasan tersebut juga ikut
menyeret harga Mangaan yang dimana Mangaan sebagai sumber campuran utama untuk
pembuatan baja.

Steel

141

Menurut perusahaan (PT.Tiara Utfar Mandiri) permintaan Mangaan dunia sampai


sekarang di NTT masih No.1 kualitas dunia Brasil dan Australia adalah No.2 dan 3. Mangaan
NTT merupakan mangaan untuk pembuatan baja dengan kualitas yang sangat tinggi, serta
mengandung uranium sebesar 2% dan FE (besinya sebesar 0,8-1%). Untuk 10 tahun ke
depan Mangaanese di NTT masih di butuhkan, karena pada tahun 2013 indonesia tidak lagi
mengirim Raw Material (bahan mentah) karena peraturan pemerintah pada tahun 2013
merencanakan bahwa daerah penghasil Mangaan sudah harus mengirim barang setengah
jadi (Perusahaan,2011)

4.1.6.4

Perkembangan Harga Mangaan dunia dan Regional

Harga Mangaan dunia 2 tahun terakhir (x100 USD/kg)

Gambar 4.3 Harga Mangaan Dunia

Sumber:http://www.infomine.com/chartsanddata/chartbuilder.aspx?z=f&g=127
644&dr

142

Harga Mangaan dunia sejak 1 Januari 2010 26 April 2011 cenderung mengalami
kenaikan. Data diatas merupakan data harga Mangaan di dunia dengan menggunakan
satuan Dollar. Dapat dilihat bahwa pada tanggal 1 Januari 2010 harga Mangaan seharga $
275. Apabila harga tersebut dirupiahkan dengan harga Dollar sekarang yaitu Rp 8.600
(http://www.ortax.org/ortax/?mod=kursbi) menjadi seharga Rp 2.365.000. Harga Mangaan
mengalami fluktuasi tetapi cenderung menaik, sehingga pada kurun waktu 14 bulan tepatnya
pada 26 April 2011 (data terakhir yang didapat) harga Mangaan sudah sebesar $ 350 atau
apabila dirupiahkan menjadi seharga Rp 3.010.000. Dapat dilihat harga Mangaan sejak 1
Januari 2010 30 Mei 2011 mengalami kenaikan sebesar $ 75 atau sebesar Rp 645.000 per
ton nya. Data ini nantinya akan dibandingkan dengan harga Mangaan terbaik perusahaan.

Harga Mangaan di Indonesia 3 bulan terakhir

Gambar 4.4 Harga Mangaan di Indonesia

Sumber: http://www.infomine.com/ChartsAndData/ChartBuilder.aspx
Sedangkan untuk harga lokal sendiri Mangaan sulit dibaca karena berfluktuasi
dengan drastis tetapi juga cenderung menaik sehingga membuat kegiatan penambangan ini
mulai di lakukan sejak 3 tahun terkhir. Pada 1 Januari 2011 harga Mangaan sebesar Rp
2.825.000 dan mengalami kenaikan yang sangat drastis pada 2 Maret 2011 seharga Rp

143

3.500.000 sejak itu sampai 30 Mei 2011 harga Mangaan sudah cenderung menurun hampir
balik ke harga semula, Harga Mangaan pada saat itu seharga Rp 2.900.000. Harga tersebut
lebih murah Rp 110.000 dari harga dunia, dikarenakan harga tersebut merupakan harga jual
lokal. Data harga diatas nantinya akan dibandingkan dengan harga Mangaan yang
ditawarkan oleh perusahaan.

Harga yang ditawarkan oleh perusahaan (PT. Tiara Uftar Mandiri)


1. Harga Batu Mangaan di Kupang, Nusa Tenggara Timur/ Ton

Tabel 4.16 Harga Mangaan Perusahaan Lokal dan di Pelabuhan


Wini
Manganese Ore (%)

Harga Lokal (Ton)

FOB + Doc (Ton)

Mn 40-44

Rp. 1.300.000

Rp. 1.600.000

Mn 45-49

Rp. 1.600.000

Rp. 1.900.000

Mn 50 up

Rp. 1.900.000

Rp. 2.200.000

Sumber: Perusahaan
Harga diatas adalah harga jual batuan Mangaan perusahaan apabila dijual di Nusa
Tenggara Timur. Harga dibagi menjadi 2 bagian yaitu harga lokal dan harga FOB (Freight on

Board atau Free on Board) yaitu harga yang sudah termasuk shipping dan loading cost
sampai ke pelabuhan Wini ditambah dokumen perijinan yang harus dipenuhi. Dalam kasus ini
penjual/perusahaan akan menyelesaikan proses FOB beserta dokumen penjualan apabila
pembeli ingin kontrak pembelian Mangaan yang sudah beserta FOB dan dokumen. Harga
Mangaan FOB dan dokumen lebih mahal Rp 300.000 per ton dari harga Mangaan kosong
(tidak beserta izin dan pengiriman). Tetapi perusahaan juga menyediakan harga Mangaan
kosong apabila pihak pembeli ingin menyelesaikan proses pengiriman dan perizinan nya

144

sendiri. Mangaan sendiri dibagi ke beberapa bagian menurut kadar nya. Rincian harga
beserta kadar dapat dilihat pada tabel di atas.
2. Harga Mangaan di Jakarta dan Surabaya Sewaktu di pelabuhan/Ton

Tabel 4.17 Harga Mangaan Perusahaan Untuk Pengiriman Jakarta dan Surabaya
Manganese Ore (%)

Harga (Ton)

Mn 40-44

Rp. 2.200.000

Mn 45-49

Rp. 2.500.000

Mn 50 up

Rp. 2.900.000

Sumber: Perusahaan
Harga pada tabel 4.16 diatas merupakan harga Mangaan yang dijual perusahaan
FOB Jakarta-Surabaya dikarenakan pabrik besi dan baja lokal terdapat di Jakarta dan
Surabaya. Harga Mangaan juga dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan kadarnya.
3. Harga FOB Cina dan pembayaran LC (30 hari)/Ton

Tabel 4.18 Harga Mangaan Perusahaan Untuk FOB Cina

Sumber: Perusahaan

Manganese Ore (%)

Harga (Ton)

40-44

Rp. 3.200.000

45-49

Rp. 3.800.000

50 up

Rp. 4.500.000

145

Harga pada tabel 4.17 merupakan harga yang ditetapkan perusahaan atas penjualan
ekspor nya ke Cina. Harga tersebut merupakan harga yang sudah termasuk FOB port dan
dokumen nya dengan batas pembayaran LC 30 hari. Data Diatas didapat langsung dari
perusahaan. Harga-harga diatas merupakan harga yang ditawarkan oleh perusahaan untuk
per ton Mangaan nya. Harga yang akan dipakai untuk perhitungan arus kas adalah harga
Mangaan lokal di Pelabuhan Wini dengan kadar 50-55% up yang sudah termasuk dengan
dokumen penjualan seharga Rp 2,2 juta.

4.1.6.5 Peramalan Produksi Mangaan


Berdasarkan data historis yang didapat dari perusahaan bahwa jumlah produksi
selama tahun 2009 - 2010 minimum sebesar 10.000 24.000 ton per tahun,

dengan

perincian sebagai berikut:

Tabel 4.19 Data Historis Produksi Mangaan (ton)

Tahun QtyMangaan
2009

10.000,00

2010

20.000,00

2011

24.000,00

Sumber: Perusahaan

Peramalan produksi Mangaan akan menggunakan metode rata-rata yang berdampak


pada perhitungan arus kas penjualan selama 8 tahun umur proyek yaitu dari tahun 2012
2019 dengan perhitungan sebagai berikut:

146

Proyeksi (rata-rata) produksi Mangaan


= ( 10.000 + 20.000 + 24.000 ) ton / 3
= 18.000 ton/tahun
Tahun 2012 adalah tahun awal proyek karena itu pada tahun tersebut akan
dilakukan proyeksi kandungaan Mangaan di lahan proyek dengan atau eksplorasi lahan
selama 6 bulan dan 2 bulan akan dipakai untuk instalasi mesin, sehingga proyek baru dapat
dijalankan pada 4 bulan terakhir di tahun 2012. Oleh karena itu khusus untuk tahuin 2012
disesuaikan menjadi:
Proyeksi Mangaan 2012
= 18.000 ton/tahun x (4 bulan / 12 bulan)
= 6.000 ton
Untuk tahun 2013 2019 tetap menggunakan asumsi produksi 18.000 ton/tahun
(Pesimis), karena mesin dan peralatan sudah beroperasi selama 12 bulan penuh, secara
lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.20 Data Peramalan Produksi Mangaan (ton)

Tahun PeramalanMangaan

Sumber: Hasil olahan data (2011)

2012

6.000,00

2013

18.000,00

2014

18.000,00

2015

18.000,00

2016

18.000,00

2017

18.000,00

2018

18.000,00

2019

18.000,00

147

4.1.7

Analisis Aspek Keuangan


Pada tahap ini penulis akan membuat proyeksi keuangan perusahaan selama 8

Tahun umur proyek terhitung pada tahap eksplorasi sampai produksi. Lalu penulis akan
mengembangkan prhitungan arus kas tersebut dengan beberapa metode capital budgeting.
Berikut uraian dalam proyeksi keuangan perusahaan. Penulis menggunakan Microsoft Excel
sebagai alat perhitungan keuangan dibawah ini
4.1.7.1 Arus Kas dari Proyeksi Penjualan
Proyeksi pendapatan di tentukan dari proyeksi kapasitas penambangan Mangaan
perusahaan yang telah dibahas dan berdasarkan pada data historis perusahaan dibawah ini:

Tabel 4.21 Data Historis Penjualan Mangaan Perusahaan


Qty

Harga

Pendapatan

Mangaan

Mangaan/ton

Mangaan

Tahun

(ton)

(Rp)

FOB+DOC

2009

10.000

2.000.000,00

20.000.000.000,00

2010

20.000

2.100.000,00

42.000.000.000,00

2011

24.000

2.200.000,00

52.800.000.000,00

Sumber Perusahaan
Tabel 4.20 diatas merupakan data historis produksi Mangaan per tonnya dengan
harga sejak tahun 2009-2011 sebesar 2,2 juta. Jumlah kuantitas Mangaan terus bertumbuh
sejak tahap eksplorasi pada tahun 2009. Alasan dalam penggunaan jumlah produksi dan
harga Mangaan per tonnya untuk perhitungan proyeksi produksi mengacu pada rata-rata
yang dihasilkan oleh tabel 4.20 diatas.

148

Rata-rata produksi untuk tahun 2009-2011 sebesar 18.000 data ini merupakan fakta
produksi perusahaan dan data tersebut sesuai dengan minimum produksi per tahun yang
penulis gunakan dalam perhitungan arus kas yaitu sebesar 18.000 ton atau sebesar 3.000
ton setiap 2 bulannya. Rumus yang penulis gunakan untuk perhitungan metode average
produksi adalah sebagai berikut
= Jumlah Produksi : Jumlah Tahun
= 10.000 + 20.000 +24.000 : 3
= 18.000 Ton
Sedangkan untuk harga Mangaan per ton nya penulis menggunakan metode

forecasting pada tahun 2009-2011. Sehingga perhitungan tersebut memprediksikan bahwa


pada tahun 2012 harga Mangaan akan mengalami kenaikan sebesar Rp 100.000 menjadi
seharga Rp 2.300.000. tetapi perhitungan tersebut hanya untuk memprediksikan besar
kenaikan atau penurunan harga pada tahun berikutnya. Pada tahap perhitungan nantinya
penulis akan tetap menggunakan asumsi pesimis dengan harga Mangaan tetap Rp 2.200.000
untuk tahun berikutnya.

149

Tabel 4.22 Proyeksi Penjualan Mangaan (FOB dan DOC) Ditambah


Penjualan Mesin dan Peralatan Bekas
Harga
Tahun

Proyeksi

mangaan/ton

Penambangan

+ FOB + DOC

(ton)

(Rp)

Penjualan
Penjualan

Mesin dan
Peralatan

FOB (Rp)

Bekas (Rp)

2012

6.000

2.200.000

13.200.000.000

2013

18.000

2.200.000

39.600.000.000

2014

18.000

2.200.000

39.600.000.000

1.475.250.000

2015

18.000

2.200.000

39.600.000.000

491.500.000

2016

18.000

2.200.000

39.600.000.000

2017

18.000

2.200.000

39.600.000.000

2018

18.000

2.200.000

39.600.000.000

585.384.364

2019

18.000

2.200.000

39.600.000.000

702.818.542

Sumber: Hasil olahan data (2011)


Tabel 4.22 diatas menunjukan proyeksi penjualan Mangaan perusahaan dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2019 umur produktif proyek yang diperkirakan selama 8 tahun
penambangan. Jumlah ton yang didapat pada tahun 2012 sewaktu tahap eksplorasi
sebanyak 6.000 ton sedangkan pada tahun 2013-2019 tetap menggunakan asumsi pesimis
rata-rata produksi historis perusahaan sebanyak 18.000 ton seperti yang dijelaskan pada
data peramalan produksi sebelumnya.
Untuk harga Mangaan penulis menetapkan untuk menggunakan harga Mangaan
lokal FOB Port (Pelabuhan Wini) dengan dokumen penjualan yang sudah dilengkapi dengan
kadar 50% up seharga 2,2 juta. Alasan penulis menggunakan data tersebut dalam
perhitungan proyeksi penjualan perusahaan dikarenakan harga Mangaan FOB + Dokumen di

150

Nusa Tenggara Timur merupakan kadar Mangaan dengan transaksi yang paling sering
dilakukan perusahaan selama 1 tahun belakang ini, pemilihan kadar 50% dikarenakan kadar
rata-rata produksi Mangaan yang telah diuji pada aspek operasi pada tahap analisis
kandungan Mangaan sebelumnya telah ditetapkan bahwa rata-rata kadar Mangaan dalam
lahan penambangan seluas 1.304 Ha sebesar 56,11% dengan jumlah kandungan minimum
atau lower bound sebesar 47,51% dan kandungan maksimum atau upper bound sebesar
64,71%.
Masuk ke tahap proyeksi penjualan pada tahap awal eksplorasi lahan pada tahun
2012 perusahaan diproyeksikan akan dapat menambang sebanyak 6.000 ton seperti yang
telah dihitung pada peramalan produksi Maangan sebelumnya. Jumlah produksi akan
dikalikan dengan harga Mangaan yang tertulis didalam kontrak penjualan yaitu 2,2 juta. Data
perhitungan pada tahap eksplorasi tersebut menunjukan pada tahun 2012 pendapatan dari
penjualan perusahaan sebesar Rp 13.200.000.000. untuk tahun 2013-2019 dengan tetap
menggunakan asumsi pesimis produksi sebesar 18.000 ton per tahun dan harga Mangaan
untuk kadar 50% up sebesar Rp 2.200.000/ton sehingga jumlah produksi akan dikalikan
dengan harga Mangaan menjadikan proyeksi penjualan perusahaan untuk tahun 2013-2019
sebesar Rp 39.600.000.000.
Tetapi pada tahun 2014, 2015, 2018 dan 2019 perusahaan akan mendapatkan
sejumlah pemasukan dari penjualan peralatan pertambangan yang dibeli pada tahun 2012,
2013, 2015 dan 2016. Khusus untuk pembelian tahun 2015 akan dipakai dan dijual sampai
akhir proyek penambangan karena penulis berasumsi bahwa peralatan tersebut akan dipakai
sampai tahap terakhir pertambangan karena itu asumsi berikutnya bahwa penjualan alat
berat dari tahun 2015 tidak akan 25% melainkan 10% dari harga awal dikarenakan waktu
produksi yang lebih lama.
Pemasukan dari penjualan peralatan bekas dikarenakan menurut perusahaan bahwa
peralatan akan menyusut drastis selama 2 tahun pertambangan. Alasan perusahaan tidak

151

memperbaiki kerusakan dari penyusutan peralatan yang dipakai untuk penambangan


tersebut dikarenakan waktu yang dipakai dalam memperbaiki peralatan akan memakan
waktu yang cukup lama, oleh karena itu perusahaan akan melakukan pembelian ulang
peralatan pertambangan agar tidak mengorbankan jumlah produksi yang akan di proses.
Karena apabila perusahaan tetap mempertahankan peralatan tersebut selain akan memakan
waktu dan menyebabkan berkurangnya produksi, peralatan yang telah di repair juga tidak
akan semaksimal daya guna peralatan baru, selain itu pembelian peralatan baru akan
memberikan kepercayaan kepada buyer bahwa perusahaan mempunyai kekuatan finansial
dalam menambang Mangaan.
Penulis telah melakukan wawancara bahwa perusahaan tidak mengetahui persis
harga jual peralatan bekas dikarenakan perusahaan akan menyerahkan nya kepada pihak
makelar, tetapi perusahaan menetapkan bahwa harga jual peralatan bekas tersebut harus
seharga 25% dari harga awal. Karena alasan tersebut penulis akan menggunakan asumsi
penjualan peralatan bekas seharga 25% dari harga awal untuk perhitungan arus kas
perusahaan.
Pada awal investasi perusahaan akan melakukan investasi peralatan sejumlah Rp
5.901.000 dimana penulis berasumsi seluruh peralatan dibeli pada awal tahun dan digunakan
sejak awal pembelian karena itu setelah 2 tahun tepatnya pada tahun 2014 peralatan
tersebut akan dijual seharga Rp 1.425.250.000 dimana harga tersebut merupakan 25% dari
harga awal pembelian. Masuk pada tahun 2015 perusahaan akan mendapatkan pemasukan
penjualan peralatan bekas sebesar Rp 491.500.000 dari investasi pada tahun 2013 sebesar
Rp 1.966.000 dimana pada tahun 2013 merupakan peralatan tambahan yang dibeli secara
kredit.
Selanjutnya pemasukan akan didapati kembali dari investasi tahun 2016 sebesar Rp
2.341.537.456 dengan penjualan pada tahun 2018 sebesar Rp 585.384.364. Dan pemasukan
terakhir pada tahun 2015 sebesar Rp 7.028.185.416 dimana khusus untuk investasi ini

152

penulis berasumsi bahwa peralatan yang akan dipakai akan dioperasikan sampai tahap akhir
proyek, maka dari itu penjualan akan dilakukan pada tahun 2019 akhir proyek dan selesai
produksi sebesar Rp 702.818.542 yang merupakan 10% dari harga awal. Pembelian mesin
menggunakan asumsi inflasi 6% setiap tahun mengacu pada inflasi Bank Indonesia tahun
2011.

4.1.7.2

Arus Kas dari Proyeksi Investasi

Pada Tahap awal penambangan perusahaan akan melakukan sejumlah investasi di


beberapa sektor yang dimana investasi tersebut terdiri dari investasi jangka panjang dan
investasi jangka pendek. Investasi tersebut dilakukan untuk tahap awal penambangan
sampai tahap penambangan dilakukan. Untuk ukuran perusahaan tambang Mangaan
investasi yang dilakukan perusahaan Tiara Uftar Mandiri terhitung cukup besar. Investasi
yang dilakukan tidak hanya berupa peralatan tambang dan tanah saja melainkan seluruh
perijinan pertambangan dari tahap awal sampai akhir. Investasi tersebut menjadikan modal
kerja perusahaan menjadi kecil, alasan melakukan investasi yang terhitung cukup besar
merupakan strategi perusahaan dalam memenangkan hati buyer/pembeli agar tertarik dan
percaya untuk melakukan kontrak pembelian Mangaan di perusahaan ini.
Dikarenakan terdapat kurang lebih 32 perusahaan yang terdaftar sebagai
perusahaan pertambangan Mangaan yang beroperasi di Nusa Tenggara Timur dan dari 32
perusahaan hanya terdaftar 4 perusahaan saja yang memiliki izin penambangan dan
penjualan Mangaan atau lebih dikenal dengan IUP Operasi Produksi. 28 perusahaan sisanya
masih terdaftar sebagai perusahaan dalam status IUP eksplorasi yang dimana penjualan
Mangaan nya dibatasi hanya 10.000 ton.

153

Tabel 4.23 Proyeksi Biaya Perizinan, Eksplorasi, Peralatan, Stockpile

Tahun

2012

Biaya
Perizinan

Biaya

Biaya
Pembelian

Biaya
Stockpile

(Kuasa
Penambangan)

Eksplorasi

Mesin dan
Peralatan

selama 5
Tahun

(2.480.000.000)

(919.700.000)

(5.901.000.000)

2013

(400.000.000)

(1.966.000.000)

2014
2015

(952.812.800)

2016

(2.341.537.456)

2017
2018

(7.028.185.416)

(535.290.231)
(1.134.815.290)

2019

Sumber: Hasil olahan data (2011)


Ada beberapa alasan mengapa banyak perusahaan yang tidak menaikan status izin
nya menjadi IUP Operasi Produksi dikarenakan proses penaikan izin yang rumit dimana
dibutuhkan AMDAL (analisis dampak lingkungan) yang memakan biaya besar, kapasitas
perusahaan yang pemerintah nilai belum memadai, jalur perizinan yang terbatas sampai
biaya dan investasi yang kurang apabila proses izin sudah dinaikan sekalipun. Tidak hanya
berlandaskan kepada faktor biaya, masyarakat juga mempunyai andil besar dalam pemberian
izin tersebut. Mulai dari kepala suku sampai Kabupaten mempunyai hak untuk memberikan
suaranya kepada badan yang bersangkutan apakah mereka setuju atau tidak diadakan
eksploitasi lanjutan dikarenakan lahan yang akan ditambang merupakan lahan masyarakat

154

yang tidak dapat dibeli hal tersebut merupakan kebijakan pemerintah Nusa Tenggara Timur
agar masyarakt dapat meningkat kesejahtteraan nya dan tidak terkesan ditinggalkan.
Karena itu kedekatan dan hubungan antar masyarakat dan suku mempunyai andil
yang cukup besar dalam proyek ini. Seperti yang telah dijelaskan pada tahap aspek hukum
total biaya yang dibutuhkan sampai ke tahap IUP Operasi Produksi sebesar Rp
2.480.000.000. biaya tersebut penulis asumsikan bahwa seluruh proses hukum akan
diselesaikan dan dibayarkan pada tahun 2012
Untuk Biaya IUP Operasi Produksi sebesar 800 juta akan habis masanya setiap 3
tahun. Perusahaan diwajibkan membayar sejumlah 800 juta kembali pada 3 tahun berikutnya
apabila izin tersebut ingin diperpanjang sehingga perusahaan masih dapat melanjutkan
proyek penambangannya. Dalam kasus ini penulis menggunakan asumsi inflasi 6% pada
setiap biaya yang harus dikeluarkan. Sehingga pada tahun 2015 perusahaan diwajibkan
membayar perpanjangan izin operasi nya sebesar Rp 952.812.800. dan pada 3 tahun
berikutnya yaitu pada tahun 2018 perusahaan akan membayarkan biaya perpanjangan IUP
operasi sebesar Rp 1.134.815.290. Penulis memproyeksikan tidak akan ada perpanjangan
izin lagi dikarenakan umur proyek yang sudah memasuki tahap akhir produksi pada tahun
2019.
Sedangkan sebelum proyek pertambangan Maangan dimulai perlu diadakan nya
proyek eksplorasi yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar Mangaan yang terkandung
dalam lahan yang akan ditambang serta untuk mengetahui berapa ton yang tersedia dan
siap di tambang pada lahan pertambangan tersebut yang dalam kasus ini seluas 1304 Ha.
Biaya eksplorasi akan dikeluarkan pada tahap awal penambangan yang dimana hasil
eksplorasi tersebut akan berguna selam 8 tahun pertambangan, dikarenakan hasil tersebut
akan menjadi acuan perusahaan dalam penambangan yang akan dilakukan. Selain itu tidak
hanya untuk faktor eksplor saja karena pada tahap izin IUP Eksplorasi perusahaan

155

diperbolehkan melakukan bulk sampling sebanyak 10.000 ton sebelum menaikan izin KP nya.
Biaya eksplorasi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pada tahap awal penambangan
tahun 2012 sebesar Rp 919.700.000.
Peralatan juga merupakan investasi yang dilakukan perusahaan. Jumlah investasi
perusahaan dalam sektor peralatan tambang juga dapat dibilang cukup besar. Kembali lagi,
alasan tersebut merupakan strategi perusahaan untuk memenuhi hati buyer. First impression
merupakan alasan utama perusahaan sehingga pada tahap negoisasi pihak pembeli dari lokal
maupun internasional mau melakukan surat kontrak kerja penambangan Mangaan
dikarenakan proses izin yang sudah komplit serta keberanian perusahaan untuk melakukan
investasi alat yang cukup besar akan memperlihatkan keseriusan perusahaan di bidang ini.
Tanpa sepengetahuan pihak pembeli bahwa biaya operasional akan tertolong ketika pembeli
sudah mulai melakukan pembayaran Mangaan per bulannya. Peralatan kerja dibagi menjadi
transportasi dan alat berat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Total investasi peralatan penambangan perusahaan sebesar Rp 5.901.000.000 pada
tahun 2012, kriteria dan jenis peralatan sesuai dengan tabel 4.4 investasi peralatan
perusahaan. Sedangkan perusahaan juga akan membeli sisa peralatan dengan menggunakan
sistem kredit. Peralatan yang akan dibeli secara kredit adalah 1 unit excavator cat 200, cara
meramalkan harga peralatan tersebut di masa mendatang dengan cara
=

-200000 x (1+6%) x 18000 + 1.850.000.000

-1.966.000.000

Menurut perusahaan biaya produksi Mangaan per ton nya sebjumlah 500.000 tetapi apabila
tahun tersebut perusahaan mengkredit alat maka biaya per ton bertambah 200 ribu. Angka
200 ribu diatas adalah data dari perusahaan lalu dikalikan dengan jumlah inflasi sebesar 6%
dan dikalikan dengan jumlah produksi pada tahun tersebut (2013) yaitu 18 ribu lalu

156

ditambah harga excavator menjadikan harga alat berat tersebut 1 tahun kemudian seharga
Rp 1.966.000.000.
Lalu pada tahun 2015 perusahaan akan membeli secara kontan peralatan baru yang
dibutuhkan dikarenakan investasi peralatan awal padda tahun 2012 telah dijual di akhir
tahun 2014 mengakibatkan perusahaan akan membeli sejumlah alat penambangan pada
tahun 2015 seharga Rp 7.028.185.416. dan pada tahun 2016 perusahaan akan membeli lagi
1 unit excavator

dengan proyeksi harga sebesar Rp 2.341.537.456 dikarenakan harga

tersebut telah diakumulasikan inflasi 6% sejak tahun 2012.


Untuk lokasi stock pile atau lokasi penimbunan tidak menggunakan sistem royalti
melainkan melakukan sistem sewa dengan harga 400 juta selama 5 tahun. Luas area stock

pile 800 m untuk penampungan Mangaan sebanyak 5000 ton. Kontrak stock pile akan
habis setelah 5 tahun dan akan diperpanjang kembali. Pada tahap ini penulis juga
menggunakan asumsi inflasi dari tahun pertama pembayaran sebesar 6% sehingga pada 5
tahun berikutnya perpanjangan sewa stockpile menjadi Rp 535.290.231.
Total investasi tahun 2012

9.700.700.000

Total investasi tahun 2013

1.966.000.000

Total investasi tahun 2014

Total investasi tahun 2015

7.980.998.000

Total investasi tahun 2016

2.341.537.456

Total investasi tahun 2017

535.290.231

Total investasi tahun 2018

1.134.815.290

Total investasi tahun 2019

Total investasi proyek

23.659.340.977

157

4.1.7.3 Arus Kas dari Biaya Operasional


Tabel dibawah ini akan menjelaskan proyeksi arus kas operasional perusahaan yang
penulis telah hitun dengan menggunakan asumsi inflasi sebesar 6% tiap tahunnya, biaya
depresiasi alat sebesar 25% per tahunnya dan biaya amortisasi hanya digunakan untuk IUP
Operasi Produksi saja yang sebesar 900 juta. Berikut proyeksinya.

Tabel 4.24 Proyeksi Biaya Operasional Perusahaan


Sewa
Tahun

BiayaFOB+

biayaawal

GajiKaryawan

IuranTetap

Kantor

BiayaKirim

Biaya

Dokumen

Biaya

Biaya

Depresiasi

Amortisasi

Mesindan

(IUPoperasi

Penjualan

Produksi

/Tahun

/Tahun

/Tahun

dumptruck

Penambangan

Peralatan

produksi)

2012

(900.000.000)

(1.216.300.000)

(1.068.000.000)

(19.000.000)

(25.000.000)

(600.000.000)

(3.000.000.000)

(2.212.875.000)

(266.666.667)

2013

(2.700.001.080)

(1.289.278.000)

(1.132.080.000)

(20.140.000)

(26.500.000)

(1.908.000.000)

(9.540.000.000)

(2.212.875.000)

(266.666.667)

2014

(2.862.001.145)

(1.366.634.680)

(1.200.004.800)

(21.348.400)

(28.090.000)

(2.022.480.000)

(10.112.400.000)

(2.345.647.500)

(266.666.667)

2015

(3.033.721.213)

(1.448.632.761)

(1.272.005.088)

(22.629.304)

(29.775.400)

(2.143.828.800)

(10.719.144.000)

(2.345.647.500)

(282.666.667)

2016

(3.215.744.486)

(1.535.550.726)

(1.348.325.393)

(23.987.062)

(31.561.924)

(2.272.458.528)

(11.362.292.640)

(2.486.386.350)

(282.666.667)

2017

(3.408.689.155)

(1.627.683.770)

(1.429.224.917)

(25.426.286)

(33.455.639)

(2.408.806.040)

(12.044.030.198)

(2.486.386.350)

(282.666.667)

2018

(3.613.210.505)

(1.725.344.796)

(1.514.978.412)

(26.951.863)

(35.462.978)

(2.553.334.402)

(12.766.672.010)

(2.635.569.531)

(299.626.667)

2019

(3.830.003.135)

(1.828.865.484)

(1.605.877.117)

(28.568.975)

(37.590.756)

(2.706.534.466)

(13.532.672.331)

(2.635.569.531)

(299.626.667)

Sumber: Hasil olahan data (2011)


Penulis mencoba untuk menjelaskan secara singkat asal angka dan perhitungan pada
tabel diatas. Pertama-tama biaya FOB (freight on board) dan dokumen penjualan adalah
dokumen yang perusahaan akan sediakan sewaktu pembeli membeli Mangaan dengan
spesifikasi FOB+Doc. Maksudnya adalah FOB merupakan pembelian Mangaan sampai di
tempat

sesuai

pembeli

menginginkan

beserta

dokumen

perizinan

penjualan

dan

pengangkutan yang harus diselesaikan. Menurut perusahaan biaya FOB dan dokumen
seharga 150 ribu per ton sehingga harga itu akan dikalikan dengan jumlah produksi

158

perusahaan tiap tahunnya, dimana perusahaan tahun

2012 pada awal produksi hanya

mampu memproduksi 6000 ton menjadikan biaya FOB dan dokumen pada tahun awal
sebesar 900 juta. Berikutnya tahun 2013-2019 perusahaan sudah mampu memproduksi
sebanyak 18000 ton dan akan dikalikan 150 ribu dengan penambahan inflasi 6% setiap
tahunnya. Angka biaya dapat dilihat pada tabel diatas.
Untuk biaya awal produksi penulis akan tetap menggunakan biaya produksi
perusahaan di lahan sebelumnya yang seluas 596 Ha sebesar Rp 1.216.300.000 dan akan
bertambah setiap tahun dengan penjumlahan inflasi sebesar 6% tiap tahunnya seperti pada
tabel diatas. Sedangkan gaji karyawan setahun sebesar Rp 1.068.000.000 sesuai dengan
rencana penerimaan tenaga kerja pada aspek manajemen dan SDM sebelumnya.
Penambahan inflasi 6% akan ditambahkan juga pada perhitungan ini. Untuk pembayaran
iuran izin ke pemerintah sesuai yang ditetapkan dinas pertambangan sebesar 19 juta dan
akan dikalikan juga dengan inflasi tiap tahunnya. Untuk sewa kantor penulis mendapatkan
bahwa perusahaan akan membayar seharga 25 juta setiap tahunnya dan akan bertambah
sesuai inflasi 6% tiap tahunnya.
Ketika Mangaan telah ditambang perusahaan membutuhkan dump truck untuk
mengangkut batuan tersebut ke lokasi penimbunan yang kemudian akan di loading ke
Pelabuhan Wini. Menurut data historis perusahaan bahwa onkos pengiriman atau angkut
dengan dump truck sebesar 100 ribu per ton, dimana angka tersebut akan dikalikan dengan
jumlah produksi per tahunnya. Pada tahun awal perusahaan akan membayar sebesar 600
juta yang kemudian untuk tahun selanjutnya akan dikalikan 18000 dengan penambahan
inflasi per tahunnya.
Biaya penambangan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggali dan
menambang batuan Mangaan dari lahan pertambaangan beda dengan biaya produksi. Biaya
penambangan sebesar 500 ribu per tonnya. Penulis juga akan menggunakan cara
perhitungan yang sama dengan mengkalikan biaya tersebut dengan jumlah produksi

159

perusahaan setiap tahu dan inflasi per thaunnya seperti yang dapat dilihat pada tabel arus
kas biaya operasional diatas.
Yang terakhir adalah biaya depresiasi mesin sesuai dengan jumlah investasi yang
dikeluarkan di awal pembelian dan amortisasi hak penambangan yang dimana dalam kasus
ini adalah IUP Operasi dan Produksi yang sebesar 800 juta dan habis setiap 3 tahun
perhitungan depresiasi dengan rumus sebagai berikut:
=

Biaya investasi peralatan x(1-25%)/2

25% adalah penyusutan mesin dan peralatan selama 1 tahun

Sedangkan untuk amortisasi IUP operasi produksi dengan rumus sebagai berikut

inflasi).

800.000.000/3

266.666.667 (penyusutan per tahun dan setelah tahun ke 3 akan dikalikan

160

4.1.7.4 Arus Kas Dari Profit Perusahaan


Pada sub bab arus kas dari prodfit perusahaan, penulis akan melakukan perhitungan
laba kotor perusahaan dari jumlah penjualan Mangaan dikurangi oleh biaya investasi dan
biaya operasional. Rincian perhitungan nya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.25 Proyeksi Profit Perusahaan

Laba

Royalti
Pemerintah

Ditambah
depresiasi

Arus kas

pajak dan
royalti

Ditambah
amortisasi
IUP
Operasi
Produksi

Sebelum
Pajak

dan Rakyat

mesin dan
peralatan

bersih

2012

(5.808.541.667)

(600.000.000)

(6.408.541.667)

266.666.667

2.212.875.000

(3.929.000.000)

2013

18.538.459.253

(1.800.000.000)

(4.634.614.813)

12.103.844.440

266.666.667

2.212.875.000

14.583.386.107

2014

20.849.976.809

(1.800.000.000)

(5.212.494.202)

13.837.482.606

266.666.667

2.345.647.500

16.449.796.773

2015

10.320.951.051

(1.800.000.000)

(2.580.237.763)

5.940.713.288

282.666.667

2.345.647.500

8.569.027.455

2016

15.190.988.767

(1.800.000.000)

(3.797.747.192)

9.593.241.575

282.666.667

2.486.386.350

12.362.294.592

2017

15.318.340.746

(1.800.000.000)

(3.829.585.187)

9.688.755.560

282.666.667

2.486.386.350

12.457.808.576

2018

13.879.417.910

(1.800.000.000)

(3.469.854.478)

8.609.563.433

299.626.667

2.635.569.531

11.544.759.630

2019

13.797.510.080

(1.800.000.000)

(3.449.377.520)

8.548.132.560

299.626.667

2.635.569.531

11.483.328.757

Tahun

Pajak

Laba sesudah

Sumber: Hasil olahan data (2011)


Tabel proyeksi profit perusahaan diatas dilakukan selam 8 tahun umur proyek sama
halnya dengan proyeksi-proyeksi keuangan pada tabel sebelum dan selanjutnya. Untuk
perhitungan laba sebelum pajak penulis menggunakan rumus excel sebagai berikut
=

=sum(B5:B20) atau

=sum(Penjualan

FOB

dan

alat

berat,

pengeluaran

investasi,

biaya

operasional)
Perhitungan tersebut menghasilkan bahwa perusahaan pada tahun awalnya yakni pada
tahap

eksplorasi,

perusahaan

tidak

menghasilkan

keuntungan

tetapi

memperkecil

pengeluaran dan investasinya dari penjualan awal 6000 ton menjadi -3.329.000.000. Setelah
tahun 2012 penulis menggunakan perhitungan yang sama untuk menghitung laba sebelum
pajak. Tetapi pada tahun 2013-2019 penjualan FOB tidak lagi 6000 melainkan sudah sebesar

161

18000 ton per tahun. Sehingga perusahaan sudah dapat menghasilkan keuntungan terhitung
sejak tahun 2013. Rincian angkanya dapat dilihat di tabel proyeksi profit perusahaan.
Laba tersebut nantinya akan dipotong oleh berbagai kewajiban yang harus di
bayarkan perusahaan antara lain adalah Royalti untuk pemerintah dan rakyat. Menurut
perusahaan royalti untuk pemerintah dan rakyat sebesar 100 ribu per ton nya. Maka dari itu
penulis menggunakan asumsi bahwa royalti kepada masing-masing pihak akan sebesar 50
ribu per tonnya. Dalam hal royalti perusahaan harus tetap membayarkan sejumlah uang
kepada pihak terkait tidak peduli perusahaan sedang rugi atau untung. Royalti yang
dibayarkan nantinya akan dikalikan dengan jumlah ton yang diproduksi. Tidak seperti pajak
yang bersifat dibayarkan ke pemerintah setelah perusahaan mendapat untung. Perhitungan
royalti dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
=

=-B3*100000 atau

jumlah ton yang diproduksi x royalti

Asumsi inflasi juga diterapkan pada perhitungan royalti per tahun nya yaitu sebesar 6%
setiap tahun. Besar royalti setiap tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.26 Royalti per Tahun Dengan Inflasi


Tahun

Royalti

2012

100.000

2013

106.000

2014

112.360

2015

119.102

2016

126.248

2017

133.823

2018

141.852

2019

150.363

Sumber: Hasil olahan data (2011)

162

Royalti diatas merupakan penambahan inflasi 6% dari pembayaran royalti sebesar 100 ribu
per ton setiap tahun.
Berikutnya laba akan dipotong dengan pajak, menurut www.pajak.go.id tarif pajak
pertambangan adalah 20% tetapi pada seluruh perhitungan arus kas penulis menggunakan
asumsi pesimis yaitu penambahan biaya yang harus dikeluarkan dikarenakan kita tidak tahu
apa yang akan terjadi di mas mendatang. Penulis menggunakan asumsi pajak sebesar 25%
tiap tahunnya lebih besar 5% dari tarif asli pajak.
Pada sektor pajak tidak seperti royalti yang harus dibayarkan oleh perusahaan setiap
tahun tidak peduli perusahaan sedang rugi atau untung. Dalam pajak, perusahaan akan
memotong penghasilan nya dengan 25% tari pajak pada tahun 2013-2019 dimana pada
tahun tersebut perusahaan sudah memperoleh keuntungan. Perhitungan pajak dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
=

=IF(C23>0;-C23*$B$34;0) atau

=IF(laba sebelum pajak>0;-laba sebelum pajak*25%;0)

Perhitungan tersebut berlaku sejak tahun 2013-201. Besar pajak akan tergantung dengan
besar laba sebelum pajak yang dihasilkan perusahaan. Angka pajak dapat dilihat pada tabel
4.25.
Ketika laba sebelum pajak telah dipotong dengan biaya royalti kepada pemerintah
dan rakyat serta dipotong dengan pajak sebesar 25% maka akan menghasilkan laba sesudah
pajak. Rumus perhitungan yang penulis gunakan untuk perhitungan laba sesudah pajak
adalah sebagai berikut:
=

=SUM(B23:B25) atau

=SUM(laba sebelum pajak-baiaya royalti dan pajak)

Dapat dilihat angka yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2012 dimana laba sebelum pajak
perusahaan masih belum menguntungkan yaitu -3.329.000.000 ditambah dengan biaya
royalti sbesar 600juta menjadikan pada 2012 perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak -

163

3.929.000.000. tetapi pada tahun 2013-2019 sistem pajak sudah berlaku dikarenakan
perusahaan sudah memperoleh keuntungan menjadikan laba seblum pajak akan dikurangi
oleh biaya royalti dan pajak.
Sebelumnya pada perhitungan proyeksi biaya operasinal perusahaan akan dikurangi
oleh biaya depresiasi peraltan dan biaya amortisasi hak izin penambangan dalam kasus ini
hanya IUP Operasi Produksi. Pada akhir tahun perhitungan arus kas perusahaan akan
mendapati kembali biaya depresiasi dan amortisasi tersebut dikarenakan perusahaan sudah
membayarkan seluruh kewajibannya pada awal pembayaran. Biaya amortisasi dan depresiasi
dapat dilihat pada tabel 4.25 diatas.
Setelah perusahaan menghasilkan laba sesudah pajak, laba tersebut akan
ditambahkan oleh hak depresiasi dan amortisasi perusahaan pada akhir perhitungan arus
kas. Rumus yang penulis gunakan adalah\
=

=SUM(B26;B28) atau

=SUM(laba sebelum pajak + biaya amortisasi dan depresiasi+

Arus Kas Bersih Perusahaan

Setelah perhitungan diatas tahap demi tahp di hitung maka pada setiap akhir tahun produksi
dapat diketahui perkiraan arus kas bersih perusahaan apabila proyek ini dijalankan.

164

4.1.7.5 Analisis Payback Period


Untuk

menilai

jangka

waktu

(tahun)

pengembalian

seluruh

modal

yang

diinvestasikan pada seluruh proyek dengan menggunakan aliran kas sebagi perhitungan.
Perhitungan payback period

berdasarkan arus kas bersih perusahaan dan total investasi

serta perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.27 Payback Period

Tahun

Arus Kas
Bersih

2012

(3.929.000.000)

2013

14.583.386.107

2014

16.449.796.773

2015

8.569.027.455

2016

12.362.294.592

2017

12.457.808.576

2018

11.544.759.630

2019

11.483.328.757

PP=

3,23

Sumber: Hasil olahan data (2011)


Karena di tahun pertama negatif maka perhitungan payback period dihitung mulai tahun
2013.

Hasil perhitungan

diatas

menunjukan bahwa

periode

pengembalian

penambangan ini adalah 3,23 bulan atau 3 bulan 7 hari (0,23 x 30 hari).

proyek

165

4.1.7.6 Analisis Discounted Payback Period


Perhitungan discounted payback period pada dasarnya sama denga pengembalian
periode, tetapi pada perhitungan ini arus kas bersih akan didiskontokan dengan bunga. Pada
tahapan ini penulis menggunakan asumsi tingkat bunga sebesar 13% per tahun. Tabel dan
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.28 Discounted Payback Period

Tahun

Arus Kas
Bersih

Faktor
Diskonto

Nilai Sekarang

(CF)

(DF)

(PV=CFxDF)

2012

(3.929.000.000)

1,0000

(3.929.000.000)

2013

14.583.386.107

0,8850

12.905.651.422

2014

16.449.796.773

0,7831

12.882.603.785

2015

8.569.027.455

0,6931

5.938.765.868

2016

12.362.294.592

0,5428

7.582.026.790

2017

12.457.808.576

0,5428

6.761.599.386

2018

11.544.759.630

0,4803

5.545.161.945

2019

11.483.328.757

0,4251

4.881.111.114

DPP=

3,65

Sumber: Hasil olahan data (2011)


Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa periode pengembalian

yang didiskontokan

proyek penambangan ini adalah 3,65 bulan atau 3 bulan 20 hari (0,65 x 30 hari).

166

4.1.7.7 Analisis Net Present Value (NPV)


Metode net present value bertujuan untuk menghitung perbandingan PV kas bersih
dengan PV investasi selama umur investasi yang sebelumnya telah dihitung. Perhitungan dan
rincian angka per tahun dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 4.28 Net Present Value

Tahun

Arus Kas
Bersih

Faktor
Diskonto

Nilai Sekarang

(CF)

(DF)

(PV=CFxDF)

2012

(3.929.000.000)

1,0000

(3.929.000.000)

2013

14.583.386.107

0,8850

12.905.651.422

2014

16.449.796.773

0,7831

12.882.603.785

2015

8.569.027.455

0,6931

5.938.765.868

2016

12.362.294.592

0,6133

7.582.026.790

2017

12.457.808.576

0,5428

6.761.599.386

2018

11.544.759.630

0,4803

5.545.161.945

2019

11.483.328.757

0,4251

4.881.111.114

NPV=

52.567.920.310

Sumber: Hasil olahan data (2011)


Data diatas sudah dihitung di perhitungan arus kas sebelumnya jadi penulis
hanya akan menjelaskan perhitungan net present value yang penulis telah hitung
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
=

NPV = PV1+PV2+PV3+PV4+PV5+PV6+PV7+PV8

NPV = 59.632.723.230

Jadi kesimpulannya net present value dari awal proyek sampai akhir proyek
penambangan ini dijalankan adalah sebesar Rp 59.632.723.230

167

4.1.7.8 Analisis Internal Rate of Return (IRR).


IRR

merupakan

metode

yang

penulis

gunakan

untuk

mengukur

tingkat

pengembalian hasil internal. Metode dan perhitungan juga dilakukan dengam Microsft Excel
dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.30 Internal Rate of Return


Nilai Sekarang
(PV=CFxDF)
(3.929.000.000)
12.905.651.422
12.882.603.785
5.938.765.868
7.582.026.790
6.761.599.386
5.545.161.945
4.881.111.114
IRR = 373,2%

Sumber: Hasil olahan data (2011)


Tujuan penulis menggunakan IRR adalah untuk mengetahui endurance atau daya
tahan perusahaan. Dapat dilihat pada hasil IRR tersebut bahwa daya tahan perusahaan
sangatlah tinggi. Dikarenakan hanya dengan kenaikan harga setinggi 373,2% saja yang
dapat membuat perusahaan tidak untung atau impas. Dan kenaikan harga harus lebih dari
373,2% untuk membuat perusahaan ini rugi. Jadi rencana usaha ini layak di jalankan dilihat
dari daya tahan perusahaan atas melonjaknya harga. Perhitungan dimulai juga pada tahun
2013 dikarenakan tahun 2012 perusahan masih negatif.

168

4.1.7.9 Analisis Profitability Index (PI)

Profitability index atau cost and benefit ratio merupakan rasio aktifitas dari jumlah
nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur
investasi. Dibawah ini ada tabel yang akan menjelaskan perhitungan serta rincian angka PV
setiap tahunnya untuk perhitungan PI..
Tabel 2.30 Profitability Index

Nilai Sekarang
(PV=CFxDF)
(3.929.000.000)
12.905.651.422
12.882.603.785
5.938.765.868
7.582.026.790
6.761.599.386
5.545.161.945
4.881.111.114
PI = 14,38

Sumber: Hasil olahan data (2011)

Kesimpulan dari metode tersebut adalah apabila perusahaan menjalankan proyek ini dengan
jumlah investasi sekian Rupiah maka pada akhir proyek tersebut investasi yang telah ditanam
pada awal proyek akan berlipat sebesar 14,38 kali investasi awal.

169

4.2

Ringkasan Analisis Kelayakan Bisnis


Dari ketujuh aspek diatas maka rencana bisnis atau kegiatan usaha pembukaan

lahan pertambangan Mangaan di Nusa Tenggara Timur dapat disimpulkan LAYAK alasannya
adalah sebagai berikut:

Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Layak


Terdapat bagan oganisasi yang jelas pada lahan pertambangan seluas 1304 Ha
dengan rencana penerimaan tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria kebutuhan
dan finansial perusahaan serta sistem hubungan tenaga kerja yang sudah ditetapkan
sebelum proyek dijalankan.

Aspek Operasional Layak


Lokasi dan luas wilayah serta kesampaian daerah yang telah ditentukan dan dimiliki
perusahaan. Pembangunan konstruksi sipil untuk gudang penimbunan dan untuk
tempat tinggal pekerja tetap juga jelasnya kegiatan mobilisasi peralatan dan material
bangunan. Selain itu adanya pelaksanaan kegiatan eksplorasi yang jelas untuk
mengetahui deposit dan kandungaan kadar Mangaan dalam lahan dan kegiatan
pertambangan yang telah ditetapkan metodenya. Adanya proses Mangaan yang jelas
yaitu hand sorting, crusher, dan air washing unit dan pembangunan stock pile untuk
Mangaan dengan total 5000 ribu ton dan kejelasan kadar Mangaan yang telah
dilakukan penelitian menggunakan analisis kandungan Mangaan. dan terkhir adanya
kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan agar lahan yang telah ditambang bisa pulih
kembali.

Aspek Hukum Layak


Sistem badan hukum yang jelas dan adanya NPWP serta lengkapnya surat-surat
perizinan pertambangan yang yelah dterdaftar mulai dari tahap awal sampai tahap
akhir.

170

Aspek Ekonomi dan Sosial Layak


Mengetahui kependudukan di lokasi proyek serta telah dilakukannya penelitian
mengenai keadaan ekonomi penduduk dan budaya yang dianut di lokasi tempat
penambangan akan dijalankan.

Aspek Dampak Lingkungan (AMDAL) Layak


Telah dilakukannya studi AMDAL oleh perusahaan di lahan sebelumnya dan telah
direncanakan untuk melakukan studi AMDAL untuk lahan kedua seluas 1304 Ha yang
akan ditambang perusahaan sehingga perusahaan sudah mengetahui adanya
dampak-dampak positif dan negatif yang akan timbul.

Aspek Pemasaran Layak


Adanya proyeksi penjualan pertahun nya serta analisis pesaing juga mengetahui
penawaran dan permintaan Mangaan dunia dan regional dan perkembangan
harganya sehingga perusahaan tahu harus memasang di harga berapa. Selai itu
Perusahaan juga mengetahui produksi Mangaan dengan melakukan peramalan dari
data-data historis dan dalam kasus ini perusahaan mempunyai kualitas Mangaan
terbaik di dunia

karena NTT telah ditetapkan dunia sebagai penghasil Mangaan

terbaik di dunia dan mempunyai harga yang cukup rendah dari para pesaingnya.

Aspek Keuangan Layak


Perhitungan arus kas yang telah dilakukan menguntungkan perusahaan pada akhir
proyek dengan metode penilaian investasi sebagai berikut:
a) NPV

Rp 52.567.920.310

b) PI

14,38 kali

c) IRR

373,2%

d) PP

3,23

e) DPP

3,65

Anda mungkin juga menyukai