NABI SULAIMAN
Nabi Daud menjadi Raja Bani Israel hingga beliau mencapai usia
lanjut. Berkat cara pemerintahan yang adil dan bijaksana, maka
wujudlah keamanan, kemakmuran serta kemajuan di dalam
segala lapangan di seluruh daerah kerajaan dan dirasai setiap
warga kerajaan.
Pada suatu hari, ketika Nabi Daud dan Sulaiman sedang duduk
berdua, tiba tiba datang dua orang lelaki yang bermasalah untuk
minta penyelesaian pula atas permasalahannya itu. Dengan
segera Nabi Daud memeriksa perkara kedua orang itu dengan
disaksikan oleh Sulaiman.
Kalau ada kejadian kecil saja yang menimpa rakyat, maka rakyat
selalu memberitahukan kepada rajanya yang adil itu. Kejadian
itu dapat diurus dengan segera oleh raja. Begitu pula kalau ada
perselisihan antara rakyat dengan rakyat, tidak ada satu
perselisihan pun yang terjadi yang tak dapat diselesaikan oleh
Nabi Daud, dengan cara yang sebaik-baiknya dan seadil-adilnya
pula. Nabi Daud dalam hidupnya diberkati oleh Allah dengan
beberapa orang anak. Sulaimanlah yang paling pintar di antara
anak-anak Nabi Daud itu. Kerana melihat akan kemajuan fikiran
Sulaiman itu, Nabi Daud mempunyai kepercayaan penuh akan
mulianya hari depan Sulaiman; sebab itu pendidikan kepadanya
agak diistimewakan pula.
Nabi Daud, kedua orang yang bermasalah dan semua yang turut
hadir menyaksikan perkara itu, sama tercengang menyaksikan
keberanian Sulaiman dan menunggu-nunggu dengan sabar, cara
bagaimana penyelesaian yang dianggap lebih baik oleh Sulaiman
itu.
Sulaiman lalu berkata: "Lebih baik kambing itu dipinjamkan
kepada orang yang punya kebun, dengan membolehkannya
mengambil susunya, anak anaknya dan bulunya. Adapun kebun
itu dipinjamkan kepada orang yang punya kambing, dia
diwajibkan menanaminya dengan tanaman yang dirosaki
kambingnya, sehingga kembali sebagaimana sebelum dirosaki;
setelah itu kambing dikembalikan pula kepada yang empunya
dan kebun pun dikembalikan pula kepada yang punya kebun.
Inilah penyelesaian yang lebih dekat kepada keadilan dan yang
lebih sah keputusannya dalam menghukum, kata Sulaiman
seterusnya.
Semua orang yang hadir dan juga orang yang bermasalah dan
Nabi Daud sendiri, sama mengakui akan adilnya keputusan
secara demikian ini. Mereka mengagumi kebijaksanaan
Sulaiman. Inilah tanda yang pertama diperlihatkan Tuhan pada
diri Sulaiman, bahawa dia seorang yang akan jadi Nabi dan Rasul
sebagaimana bapanya dan dia pulalah yang paling layak menjadi
raja, menggantikan bapanya yang sudah tua itu.
Kepada
para
pengikutnya
itu
dicubanya
menanamkan
kepercayaan, bahawa dialah yang lebih pintar, lebih berhak
menjadi raja, sedangkan Sulaiman dan bapanya sendiri adalah
orang yang salah, kesalahan mana harus segera diperbaikinya.
Usahanya yang dengan sungguh-sungguh ini berhasil pula.
Banyak bangsa Israel telah dapat diperkudanya. Mereka tunduk
serta patuh terhadap semua anjuran dan perintahnya, dengan
tidak menghiraukan lagi akan perintah Raja Sulaiman.
PERANG SAUDARA
Sekalipun masih dalam keadaan terlalu muda, tetapi kerana
bakat dan kebijaksanaannya, kerana akal dan budi pekertinya,
maka Daud sebelum meninggal dunia, telah menetapkan akan
menyerahkan mahkotanya kepada Sulaiman. Penyerahan ini pun
Dengan rasa hina diri dan tunduk, Nabi Daud berdoa kepada
Allah s.w.t., agar Tuhan menyelamatkan dirinya berserta
keluarganya dari segala malapetaka dan agar Allah dengan
segera memadamkan pemberontakan yang tidak diinginkan ini.
Dalam pada itu Nabi Daud pun tidak tinggal diam dengan
berpangku tangan dan berdoa saja, tetapi segera pula menyusun
kekuatan yang ada padanya, untuk bertindak memadamkan api
pemberontakan itu.
Beberapa pemimpin perang yang taat kepadanya, selalu
dibawanya bermusyawarah, akhirnya semua pemimpin perang
hanya aman dan makmur di dunia ini saja, juga menjadi aman
dan makmur sampai di akhirat nanti.
Diberikan Allah pula mukjizat yang lebih hebat lagi kepada Nabi
Sulaiman, ia dapat melihat segala kekayaan alam yang ada di
perut bumi, baik yang merupakan emas, perak, besi dan
tembaga, begitu pula harta kekayaan yang berada di dalam laut,
seperti intan, mutiara dan berbagai-bagai pualam yang mahalmahal harganya.
Segala jin dan setan pun dapat dikuasai oleh Nabi Sulaiman,
sehingga kekuatan jin dan setan itu dapat digunakan oleh Nabi
Sulaiman untuk menjadi kuli, kaum pekerja yang harus
mengeluarkan semua kekayaan dan perhiasan sebanyak itu,
guna mendirikan rumah-rumah dan gedung-gedung yang
bagaimana juga besar dan cantiknya.
Kerana burung Hud Hud yang diutus itu lama tidak kembali,
maka Nabi Sulaiman menjadi marah dan mengucapkan
sumpahnya,
akan
menghukum
burung
itu
dengan
menyembelihnya, bila tidak segera datang dan bila burung itu
tidak dapat menerangkan sebab sebab dari kelewatannya itu.
Baru saja Nabi Sulaiman mengucapkan sumpahnya, burung Hud
Hud yang ditunggu-tunggunya itupun datanglah dengan
merendahkan kepala dan menggerak-gerakkan ekornya, tanda
minta maaf dan minta ampun kepada Nabi Sulaiman atas
kelewatannya itu.
Baru saja melihat dan membaca surat yang ajaib serta isinya
yang mengejutkan itu, Ratu Balqis segera mengumpulkan semua
menteri kerajaan, pembesar-pembesar dan ahli-ahli cerdik
pandai, untuk bermesyuarat, guna meminta pertimbangan
mereka tentang isi surat yang baru di terimanya itu; apakah
akan menyerah dan tunduk kepada apa yang di maksud oleh
Raja Sulaiman, atau tidak akan mempedulikan sama sekali isi
surat itu.
Mereka sama berkata: Kita ini adalah suatu bangsa yang berani
dan ahli perang, bukan suatu bangsa yang hanya pandai
berunding dan mengalah saja, Kami sudah menetapkan dirimu,
ya Balqis, untuk memutuskan segala sesuatu dan memerintah
kami. Tetapkanlah apa yang hendak kau putuskan, kami akan
menjalankannya dengan penuh rasa taat dan tunduk kepadamu.
Bila engkau perintah ke langit, kami mahu terbang, ke laut kami
menyelam, ke lurah kami menurun dan ke bukit pun kami akan
mendakinya:.
Nabi ini dengan seluruh tenaga dan daya yang ada padanya,
berusaha keras untuk mengembalikan. Diperingatkan oleh Nabi
ini, akan ajaran-ajaran para Nabi dan Rasul yang telah
meninggal dunia. Diperingatkan kepada mereka akan ajaranajaran Kitab Suci yang telah diturunkan Allah dengan
perantaraan Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu. Diperingatkan pula
akan azab dan seksa bagi bangsa yang telah menderhaka
ajaran-ajaran yang benar itu.
10
11
Setelah bapa kedua orang bersaudara ini menjadi tua dan dekat
waktunya meninggal dunia, kedua anaknya itu dipanggilnya.
Sang bapa merasa khuatir bila dia meninggal dunia kalau-kalau
kedua anaknya ini akan berebutan harta peninggalannya yang
begitu banyak dan berselisihan. Agar perselisihan yang tidak
diharapkannya itu jangan sampai terjadi, maka di saat itu juga
semua harta-benda kekayaannya yang banyak itupun,
dibahagikannya sama banyak antara kedua anaknya itu.
Sesudah dibahaginya sama rata, masing-masing merdeka
memperbanyak dan menghabiskan hartanya itu sekehendak hati
mereka.
Yang seorang lagi dari kedua orang itu bernama Qutrusy. Dia
tidak mahu mengenal Tuhan dan hari Akhirat. Hidupnya dalam
kekafiran tanpa agama, hanya berpedoman kepada otaknya
sendiri saja. Sifatnya kasar dan bakhil sekali, selalu menganggap
dirinya lebih pintar dan lebih kuasa dari semua orang. Ia selalu
memandang rendah kepada orang dan golongan lain, lebih-lebih
12
kadang-kadang
dia tidak mendapatkan apa-apa
untuk
dimakannya, lalu dia berpuasa tanda dia bermohon kepada Allah
agar diberi rezeki. Bila dia mendapat rezeki yang agak banyak,
maka bertambah-tambah syukur dan ibadatnya kepada Allah.
Tidak jemu-jemunya lidah serta anggota tubuhnya menyebut
dan menyembah Allah.
Semua orang tertarik akan kebun yang moden itu, hal mana
menambah banyak hasil yang diperoleh daripadanya. Qutrusy
tidak bosan-bosannya memandang dan mengurus kebun yang
cantik molek dan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit
itu. Siang-malam dengan asyiknya dia keluar-masuk kebun itu,
untuk memandang buah-buahan yang lebat dan warnanya yang
menghijau. Kekayaannya makin berlimpah-limpah, hidupnya
semakin senang dan bahagia rasanya. Dia dianugerahi Allah pula
beberapa orang anak yang sihat-sihat serta gagah-gagah.
Satu sen pun dia tidak mahu memberikan hartanya itu kepada
orang-orang yang bagaimana juga melarat dan miskinnya,
apalagi untuk keperluan sosial dan umum, sedikitpun tidak
pernah
waktunya
dipergunakan
untuk
mengingat
dan
menyembah Allah, sebab fikirnya, menyebut dan menyembah
Allah itu membuang-buang waktu kepada yang tak berguna dan
tidak mendatangkan hasil saja, dapat merugikan diri sendiri dan
berbodoh-bodoh. Telinganya ditutupnya serapat-rapatnya, bila
mendengar suara orang yang meminta, pintu rumahnya dikunci
serapat-rapatnya bila ada orang yang mengharapkan bantuan
dan pertolongan, hanya dibuka selebar-lebarnva bagi orang yang
akan menambah untung dan kekayaan semata.
13
Semua itu mudah sekali bagi Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi
engkau tidak mengakui ini, kerana mata hatimu sudah ditutup
serapat-rapatnya oleh keengkaranmu sendiri, sehingga semua
itu kau lupakan dan tidak mahu memikirkannya. Engkau hanya
memikirkan wang dan kekayaanmu saja. Pendirianmu itu sajalah
yang dapat engkau benarkan. Pendirian orang yang beriman,
walaupun dengan alasan yang bagaimana juga banyak dan
nyatanya, tetap kau tolak, kau engkari dan kau dustakan.
14
Adapun aku ini hanya ingin ditolong oleh Tuhan, iaitu menjadi
kawan Tuhan, bukan menjadi musuhnya Tuhan.
Pada suatu hari, tidak lama setelah pertemuan dengan saudarasetelah dia bangun dari tidurnya pagi-pagi benar, sebagainya itu,
kebiasaannya, segera dia keluar menuju kebunnya yang tak
sedikit juga dari ingatannya, untuk bersenang-senang dan
melihat segala kekayaan yang menjadi penghibur hatinya.
15
Baru saja fajar menyingsing di ufuk timur, orang tua yang telah
bongkok punggungnya dan lemah persendiannya itu, lalu bangun
dari tidurnya. Dengan langkah yang tenang dan nafas yang
sesak, sambil memegang tongkat ditangannya, orang tua itu
keluar dari rumahnya, menuju ke kebunnya. Sebelum matahari
terbit, sudah pasti dia berada dalam kebunnya itu setiap pagi,
untuk bekerja, menjaga dan memelihara kebunnya itu.
Dengan kerajinannya yang ditumpahkan terhadap kebunnya itu,
maka tidaklah hairan bila kebun itu sangat baik dan teratur,
subur tanamannya, serta banyak sekali buah-buahan yang
dihasilkan setiap tahunnya.
Semua orang senang melihat kebun itu. Malah disanalah mereka
sering melepaskan lelah dan bersenang-senang, sambil
menghirup hawa sejuk pada waktu pagi mahupun petang,
apalagi bila sedang teriknya panas matahari orang-orang sama
berteduh di bawah pohon-pohon kayu yang terdapat dalam
kebun itu, sambil melepaskan pemandangan yang indah di
sekitarnya.
Tetapi anak-anak dari orang tua itu yang sekarang ini sudah
agak besar-besar, berakal dan berfikir pula, maka adat
kebiasaan orang tua yang sebaik itu dibantah dan disanggah
mereka, tidak suka kalau hasil kebunnya itu dibagi-bagikan
kepada orang fakir miskin begitu rupa saban tahun.
16
Bapa mereka yang sudah tua dan tidak berdaya lagi itupun turut
bernasihat: Aku sudah tua, kekuatanku sudah habis, tulangbelulangku sudah terasa kaku dan aku tidak lama lagi akan pergi
meninggalkan kamu sekalian. Nasihat dan fatwaku yang
penghabisan, ialah agar kamu sekalian yang menerima kebun itu
sebagai pusaka dariku, pandai-pandailah mempergunakan
17
Pagi-pagi benar mereka itu bangun dari tidurnya. Dengan diamdiam mereka menuju ke kebun dengan membawa sabit dan
keranjang-keranjang buah. Setelah tiba di pagar kebun, mereka
melihat apa yang sudah terjadi dengan kebun serta tanamannya.
Kesemuanya sudah kering, gugur, menjadi hancur dan busuk,
serta menjadi satu dengan tanah.
Ajakan ini tidak mereka jawab, yang ertinya mereka tidak mahu
menerimanya samasekali.
18
bukan kebun kita. mungkin kita salah jalan, kerana hari masih
gelap.
Berkata pula anak yang saleh: "Ah, ini memang benar kebun kita
sendiri, nyata sekali yang ini adalah kebun kita, Allah rupanya
telah menghukum kita, kerana kamu telah membuat rencana
yang salah. Bukankah sudah kuterangkan dan diamanatkan pula
oleh bapa kita sendiri, bahawa semua itu mudah saja bagi Allah?
Allah tidak rela nikmat dan pemberianNya itu diperkosa oleh
orang-orang yang berdosa dan aniaya.
Barulah
mereka
insaf,
lalu
hadap-menghadapi,
salahmenyalahkan satu sama lain dan akhirnya mereka mengeluh:
"Maha Suci Allah, kami mengaku bahawa kami sudah aniaya. Ya,
kiranya kami sudah derhaka, kami berjanji akan tunduk pada
aturan Tuhan kami.
Sesal yang sudah terlambat. Sesal kemudian yang tidak
berguna. Ini baru siksaan dunia bagi mereka. Di akhirat nanti,
untuk mereka disediakan lagi azab dan siksa yang lebih kejam
dari itu.
19