A. PENGERTIAN
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas ini yaitu : 6 8 minggu minggu.
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura.
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang
terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi.
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
baru
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya,
bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar,
sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium)
adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti
sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau
40 hari.
B. ASUHAN MASA NIFAS
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi
dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari
setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas
dapat mencegah kematian dini.
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu:
(Mitayani, 2009)
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2.
3.
Perubahan fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
2. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Berat
Uterus
1000 gr
500 gr
Diameter Bekas
Melekat Plasenta
12,5
2 minggu
Pertengahan pusat
symphisis
Tak teraba
350 gr
7,5 cm
50 gr
5 cm
6 minggu
Sebesar hamil 2
minggu
Involusi
TFU
Keadaan Cervix
Lembik
Dapat dilalui 2 jari
Dapat dimasuki 1
jari
8 minggu
Normal
30 gr
2,5 cm
2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S,
1983l: 121)
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi
sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae
mulai nampak kembali.
b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
c. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari
pertama sampai hari ketiga.
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 37 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 24 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil
dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi
karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali
sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan (V
Penemuan normal
Penemuan abnormal
Tekanan darah < 140 / 90
Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 3
Suhu > 380C
hari post partum.
Denyut nadi: > 100 X / menit
0
Suhu tubuh < 38 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
1) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
a) Suhu :
saat partus lebih 37,20C
sesudah partus naik + 0,50C
12 jam pertama suhu kembali normal
b) Nadi :
60 80 x/mnt
Segera setelah partus bradikardi
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan
normal kembali dalam waktu 1 jam
2) Vital sign setelah kelahiran anak :
a. Temperatur :
b.
c.
d.
Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b) Periode Taking Hold
Tujuan
6-8 jam
post partum
6 hari post
partum
2 minggu
post partum
6 minggu
post partum
Kjgn
2.Istirahat
3.Latihan
4. Gizi
5.Perawatan
Payudara
6.Hubungan
perkawinan atau
Rumah Tangga
berlebihan
Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi
ASI, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat
bayi dan dirinya.
Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari
akan sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping,
menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan
angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan
ulangi sampai 10 kali.
Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat
dan pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
Ibu menyusui harus:
Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang
cukup.
Minum sedikitnya 3 liter / hari
Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak
boleh terlalu ketat atau kendor.
Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali menyusui.
Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4
6 jam.
Apabila payudara bengkak lakukan:
Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira 5
menit
Urut payudara ( seperti Breast Care).
Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
Susukan bayi setiap 2 3 jam sekali
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
Payudara dikeringkan.
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 2
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan
7.Keluarga
Berencana
2.Menyusui
3.Tidur
4.Ujung Tali Pusat
5.Imunisasi
2.
3.
4.
5.
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang,
ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali
cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
d) Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e) Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral
atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
f) Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna
untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui
bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac.
Donald, 1991: 430)
g) Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
h) Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil
dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan
setelah melahirkan.
i) Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena
itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2
L. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan
penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic
dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obatobatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk
mencegah
perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.
1.
2.
3.
4.
5.
Pemeriksaan Diagnostik
Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi,
TFU.
Jumlah perdarahan: inspeksi perineum,
laserasi, hematoma.
Pengeluaran lochea.
Kandung kemih: distensi bladder.
Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama
setelah partus, TD dan Nadi terhadap
penyimpangan cardiovaskuler.
Hasil:
Kontraksi miometrium, tingkat involusi
uteri.
Bentuk insisi, edema.
Rubra, serosa dan alba.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
24 jam pertama 380C. Kompensasi
kardiovaskuler TD sistolik menurun 20
mmHg. Bradikardi: 50-70 x/mnt.
Diagnosa Keperawatan:
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2) Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3) Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
4) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi
uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5) Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6) Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
7) Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8) Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
9) Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan
Nyeri akut b/d agen
NOC :
injuri fisik (peregangan Setelah dilakukan askep
perineum; luka
selama x 24 jam,
episiotomi; involusi
diharapkan nyeri berkurang
uteri; hemoroid;
Kriteria Hasil :
pembengkakan
Mampu mengontrol
payudara).
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Rencana Intervensi
Rasional
RR : 16 24 x/mnt
N : 80- 100 x mnt
S : 36,5o C 37,5 o C
Mengidentifikasi keseimbangan
urine < 30 ml/jam, haus,
cairan pasien secara adekuat dan
takikardia, gelisah, TD di
teratur.
bawah rentang normal, urine
Perubahan pola
eleminasi BAK
(disuria) b/d trauma
perineum dan saluran
kemih.
Perubahan pola
eleminasi BAB
(konstipasi) b/d
kurangnya mobilisasi;
diet yang tidak
seimbang; trauma
Mengidentifikasi penyimpangan
dalam pola berkemih pasien.
Ambulasi dini memberikan
rangsangan untuk pengeluaran
urine dan pengosongan bladder.
Membasahi bladder dengan air
hangat dapat mengurangi
ketegangan akibat adanya luka
pada bladder.
Menerapkan pola berkemih secara
teratur akan melatih pengosongan
bladder secara teratur.
Minum banyak mempercepat
filtrasi pada glomerolus dan
mempercepat pengeluaran urine.
Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk
mencegah stasis urine.
Mengidentifikasi penyimpangan
serta kemajuan dalam pola
eleminasi (BAB).
Ambulasi dini merangsang
pengosongan rektum secara lebih
cepat.
persalinan.
Gangguan pemenuhan
ADL b/d immobilisasi;
kelemahan.
ml/24 jam.
perawatan diri.
Dorong memajukan
aktifitas/toleransi perawatan
diri.
Anjurkan keluarga untuk
membantu pemenuhan
kebutuhan ADL pasien.
Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari aktifitas, contoh:
posisi duduk ditempat tidur bila
tidak pusing dan tidak ada
nyeri, bangun dari tempat tidur,
belajar berdiri dst.
Pantau: vital sign, tanda
infeksi.
Kaji pengeluaran lochea,
warna, bau dan jumlah.
Kaji luka perineum, keadaan
jahitan.
Anjurkan pasien membasuh
vulva setiap habis berkemih
dengan cara yang benar dan
mengganti PAD setiap 3 kali
perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
Pertahnakan teknik septik
aseptik dalam merawat pasien
(merawat luka perineum,
merawat payudara, merawat
bayi).
Mengidentifikasi penyimpangan
dan kemajuan sesuai intervensi
yang dilakukan.
Mengidentifikasi kelainan
pengeluaran lochea secara dini.
Keadaan luka perineum
berdekatan dengan daerah basah
mengakibatkan kecenderunagn
luka untuk selalu kotor dan
mudah terkena infeksi.
Mencegah infeksi secara dini.
Mencegah kontaminasi silang
terhadap infeksi.
Resiko gangguan
proses parenting b/d
kurangnya
pengetahuan tentang
cara merawat bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,
Philadelphia, Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :
Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien,Edisi II, EGC,
Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 20012002,Philadelphia,USA.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
_______ . (2012) . Konsep Dasar Masa Nifas . didapat dari