Anda di halaman 1dari 22

MASA NIFAS/ POST PARTUM

A. PENGERTIAN
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas ini yaitu : 6 8 minggu minggu.
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura.
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang
terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi.
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
baru
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya,
bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar,
sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium)
adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti
sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau
40 hari.
B. ASUHAN MASA NIFAS
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi
dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari
setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas
dapat mencegah kematian dini.
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu:
(Mitayani, 2009)
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum

2.
3.

Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum


Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu
keenam postpartum
C. TUJUANPERAWATAN MASA NIFAS
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2) Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat.
4) Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)
D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS
Kebijakanprogramnasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.
E. PERIODE MASA NIFAS
Nifas dibagi menjadi 3 periode
1) Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2) Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3) Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun )
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain
yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena

pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar


mamma.
F. PERUBAHAN MASA NIFAS
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:

Perubahan fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
2. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Setelah plasenta lahir Sepusat


1 minggu

Berat
Uterus
1000 gr
500 gr

Diameter Bekas
Melekat Plasenta
12,5

2 minggu

Pertengahan pusat
symphisis
Tak teraba

350 gr

7,5 cm

50 gr

5 cm

6 minggu

Sebesar hamil 2
minggu

Involusi

TFU

Keadaan Cervix
Lembik
Dapat dilalui 2 jari
Dapat dimasuki 1
jari

8 minggu
Normal
30 gr
2,5 cm
2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S,
1983l: 121)
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi
sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae
mulai nampak kembali.
b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
c. Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari
pertama sampai hari ketiga.
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 37 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 24 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil
dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi
karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali
sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan (V

Ruth B, 1996: 230).


f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah
dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi
pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
g. System Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk
kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta
dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui
bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah
placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen
placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula
hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior
untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan
bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah
plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi. Lobus

prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran


air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke
hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya. Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi
besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau
areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu
ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 0,2 %. Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit,
gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan
serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983:
318 )
h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter
Tanda-tanda vital

Penemuan normal
Penemuan abnormal
Tekanan darah < 140 / 90
Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 3
Suhu > 380C
hari post partum.
Denyut nadi: > 100 X / menit
0
Suhu tubuh < 38 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
1) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
a) Suhu :
saat partus lebih 37,20C
sesudah partus naik + 0,50C
12 jam pertama suhu kembali normal
b) Nadi :
60 80 x/mnt
Segera setelah partus bradikardi
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan
normal kembali dalam waktu 1 jam
2) Vital sign setelah kelahiran anak :
a. Temperatur :

b.

c.
d.

Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 0C (100,40F)


disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang
berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita
keluar dari febris.
Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik
pada jam pertama. Dalam 8 10 minggu setelah kelahiran anak,
harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah
indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun,
dapat terjadi 48 jam pertama. Penyimpangan dari kondisi dan
penyebab masalah :
Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal
suhu menjadi 380C (100,4F0
Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin
indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena
tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik
sekunder dari perdarahan, bagaimana tanda
terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang
merupakan sinyal tenaga medis

Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b) Periode Taking Hold

Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha


bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadangkadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi
ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke
3-5
post
partum
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama
24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi :
Endometritis (radang edometrium)
Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras
dan berbenjol-benjol)
Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi,
pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya
meluas)
3. Gangguan psikologis
Depresi post partum

Post partum Blues

Post partum Psikosa

4. Gangguan involusi uterus

H. PROGRAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN


Waktu

Tujuan

6-8 jam
post partum

6 hari post
partum

2 minggu
post partum
6 minggu
post partum

Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran/
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)

Kjgn

Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami


pada ibu maupun pada bayinya.
Menberikan konseling untuk KB

I. TINDAKAN PADA IBU NIFAS NORMAL


TINDAKAN
1. Kebersihan diri

2.Istirahat

DISKRIPSI DAN KETERANGAN


Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali dalam sehari.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu menghindari menyentuh daerah luka.
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

3.Latihan

4. Gizi

5.Perawatan
Payudara

6.Hubungan
perkawinan atau
Rumah Tangga

berlebihan
Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi
ASI, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat
bayi dan dirinya.
Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari
akan sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping,
menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan
angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan
ulangi sampai 10 kali.
Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat
dan pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
Ibu menyusui harus:
Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang
cukup.
Minum sedikitnya 3 liter / hari
Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak
boleh terlalu ketat atau kendor.
Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali menyusui.
Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4
6 jam.
Apabila payudara bengkak lakukan:
Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira 5
menit
Urut payudara ( seperti Breast Care).
Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
Susukan bayi setiap 2 3 jam sekali
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
Payudara dikeringkan.
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 2
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan

7.Keluarga
Berencana

hubungan seksual setelah 40 hari.


KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan
tentang KB adalah sebagai berikut:
Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan
efektifitasnya.
Kelebihan dan keuntungan KB
Efek samping
Bagaimana memakai metode yang benar
Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

J. TINDAKAN PADA BAYI PERSALINAN NORMAL


TINDAKAN
1.Kebersihan

2.Menyusui
3.Tidur
4.Ujung Tali Pusat

5.Imunisasi

DISKRIPSI DAN KETERANGAN


Basuh bayi dengan kain/ busa setiap hari
Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya sampai
tali pusatnya kering dan pangkalnya telah sembuh.
Setiap kali bayi BAB atau BAK bersihkan bagian perianal
dengan air dan sabun serta kering dengan baik.
Menyusui dilakukan dalam 2 jam pertama
Bayi disusui ASI selama 4 bulan.
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
Baringkan bayi ke samping atau terlentang ( jangan pakai bantal).
Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.
Mencuci sekitar tali pusat setiap hari
Mengompres alkohol 70% 1-2 kali sehari.
Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke
petugas kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di
sekitarnya atau mengeluarkan cairan.
Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin
Polio oral dan Hepatitis B.

K. PERAWATAN MASA NIFAS


Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post
partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk,
hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan sembuhnya luka-luka. Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan

2.

3.

4.

5.

pengeluaran lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat


kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan,
meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.
Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik
: tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri
: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara
: puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia
: Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi.
Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
a) Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi
seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
b) Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga
lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar.
c) Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam
uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,

sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang,
ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali
cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
d) Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e) Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral
atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
f) Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna
untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui
bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac.
Donald, 1991: 430)
g) Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
h) Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil
dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan
setelah melahirkan.
i) Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena
itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2

minggu setelah melahirkan.

L. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan
penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic
dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obatobatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk
mencegah
perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.
1.
2.
3.
4.
5.

Pemeriksaan Diagnostik
Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi,
TFU.
Jumlah perdarahan: inspeksi perineum,
laserasi, hematoma.
Pengeluaran lochea.
Kandung kemih: distensi bladder.
Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama
setelah partus, TD dan Nadi terhadap
penyimpangan cardiovaskuler.

Hasil:
Kontraksi miometrium, tingkat involusi
uteri.
Bentuk insisi, edema.
Rubra, serosa dan alba.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
24 jam pertama 380C. Kompensasi
kardiovaskuler TD sistolik menurun 20
mmHg. Bradikardi: 50-70 x/mnt.

Diagnosa Keperawatan:
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2) Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3) Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
4) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi
uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5) Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6) Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
7) Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8) Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
bayi.
9) Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan
Nyeri akut b/d agen
NOC :
injuri fisik (peregangan Setelah dilakukan askep
perineum; luka
selama x 24 jam,
episiotomi; involusi
diharapkan nyeri berkurang
uteri; hemoroid;
Kriteria Hasil :
pembengkakan

Mampu mengontrol
payudara).
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)

Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)

Menyatakan
rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

Tanda vital dalam


rentang normal
TD : 120-140 /8090mmHg

Rencana Intervensi

Rasional

Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
(PQRST)
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Motivasi untuk meningkatkan
asupan nutrisi yang bergizi.
Tingkatkan istirahat
Latih mobilisasi miring kanan
miring kiri jika kondisi klien
mulai membaik
Kaji kontraksi uterus, proses
involusi uteri.
Anjurkan dan latih pasien cara
merawat payudara secara teratur.
Jelaskan pada ibu tetang teknik
merawat luka perineum dan
mengganti PAD secara teratur

Mengetahui tingkat pengalaman


nyeri klien dan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan
untuk mengurangi nyeri
Reaksi terhadap nyeri biasanya
ditunjukkan dengan reaksi non
verbal tanpa disengaja.
Mengetahui pengalaman nyeri
Penanganan nyeri tidak
selamanya diberikan obat. Nafas
dalam dapat membantu
mengurangi tingkat nyeri
Mengetahui keefektifan control
nyeri
Mengurangi rasa nyeri
Menentukan intervensi
keperawatan sesuai skala nyeri.
Mengidentifikasi penyimpangan
dan kemajuan berdasarkan
involusi uteri.
Mengurangi ketegangan pada luka

RR : 16 24 x/mnt
N : 80- 100 x mnt
S : 36,5o C 37,5 o C

Resiko defisit volume Setelah dilakukan askep


cairan b/d pengeluaran selama x 24 jam, Pasien
yang
berlebihan; dapat
mendemostrasikan
perdarahan; diuresis; status cairan membaik.
keringat berlebihan.
Kriteria evaluasi: tak ada
manifestasi
dehidrasi,
resolusi oedema, haluaran
urine di atas 30 ml/jam,
kulit kenyal/turgor kulit
baik.

setiap 3 kali sehari atau setiap


perineum.
kali lochea keluar banyak.
Melatih ibu mengurangi
Kolaborasi
dokter
tentang
bendungan ASI dan
pemberian analgesik
memperlancar pengeluaran ASI.
Mencegah infeksi dan kontrol
nyeri pada luka perineum.
Mengurangi intensitas nyeri
denagn menekan rangsnag nyeri
pada nosiseptor.
Obs Tanda-tanda vital setiap 4
Mengidentifikasi penyimpangan
jam.
indikasi kemajuan atau
Obs Warna urine.
penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
Status umum setiap 8 jam.

Memenuhi kebutuhan cairan


Pertahankan catatan intake dan
tubuh klien
output yang akurat

Menjaga status balance cairan


Monitor status hidrasi
klien
( kelembaban membran

Memenuhi kebutuhan cairan


mukosa, nadi adekuat, tekanan
tubuh klien
darah ortostatik ), jika
Memenuhi kebutuhan cairan
diperlukan
Monitor masukan makanan /
tubuh klien
cairan dan hitung intake kalori Temuan-temuan ini menandakan
harian
hipovolemia dan perlunya
Lakukan terapi IV
peningkatan cairan.

Mencegah pasien jatuh ke dalam


Berikan cairan
kondisi kelebihan cairan yang
Dorong masukan oral
beresiko terjadinya oedem paru.
Beritahu dokter bila: haluaran

Mengidentifikasi keseimbangan
urine < 30 ml/jam, haus,
cairan pasien secara adekuat dan
takikardia, gelisah, TD di
teratur.
bawah rentang normal, urine

Perubahan pola
eleminasi BAK
(disuria) b/d trauma
perineum dan saluran
kemih.

Setelah dilakukan askep


selama x 24 jam, Pola
eleminasi (BAK) pasien
teratur.
Kriteria hasil: eleminasi
BAK lancar, disuria tidak
ada, bladder kosong,
keluhan kencing tidak ada.

Perubahan pola
eleminasi BAB
(konstipasi) b/d
kurangnya mobilisasi;
diet yang tidak
seimbang; trauma

Setelah dilakukan askep


selama x 24 jam, Pola
eleminasi (BAB) teratur.
Kriteria hasil: pola
eleminasi teratur, feses
lunak dan warna khas feses,

gelap atau encer gelap.


Konsultasi dokter bila
manifestasi kelebihan cairan
terjadi.
Pantau: cairan masuk dan
cairan keluar setiap 8 jam.
Kaji haluaran urine, keluhan
serta keteraturan pola
berkemih.
Anjurkan pasien melakukan
ambulasi dini.
Anjurkan pasien untuk
membasahi perineum dengan
air hangat sebelum berkemih.
Anjurkan pasien untuk
berkemih secara teratur.
Anjurkan pasien untuk minum
2500-3000 ml/24 jam.
Kolaborasi untuk melakukan
kateterisasi bila pasien
kesulitan berkemih.

Kaji pola BAB, kesulitan


BAB, warna, bau, konsistensi
dan jumlah.
Anjurkan ambulasi dini.
Anjurkan pasien untuk
minum banyak 2500-3000

Mengidentifikasi penyimpangan
dalam pola berkemih pasien.
Ambulasi dini memberikan
rangsangan untuk pengeluaran
urine dan pengosongan bladder.
Membasahi bladder dengan air
hangat dapat mengurangi
ketegangan akibat adanya luka
pada bladder.
Menerapkan pola berkemih secara
teratur akan melatih pengosongan
bladder secara teratur.
Minum banyak mempercepat
filtrasi pada glomerolus dan
mempercepat pengeluaran urine.
Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk
mencegah stasis urine.
Mengidentifikasi penyimpangan
serta kemajuan dalam pola
eleminasi (BAB).
Ambulasi dini merangsang
pengosongan rektum secara lebih
cepat.

persalinan.

Gangguan pemenuhan
ADL b/d immobilisasi;
kelemahan.

bau khas feses, tidak ada


kesulitan BAB, tidak ada
feses bercampur darah dan
lendir, konstipasi tidak ada.

ml/24 jam.

Kaji bising usus setiap 8 jam.


Pantau berat badan setiap
hari.
Anjurkan pasien makan
banyak serat seperti buahbuahan dan sayur-sayuran
hijau.

Setelah dilakukan askep


Kaji toleransi pasien terhadap
selama x 24 jam, ADL
aktifitas menggunakan
dan kebutuhan beraktifitas
parameter berikut: nadi 20/mnt
pasien terpenuhi secara
di atas frek nadi istirahat, catat
adekuat.
peningaktan TD, dispnea, nyeri
Kriteria hasil:
dada, kelelahan berat,
- Menunjukkan
kelemahan, berkeringat, pusing
peningkatan dalam
atau pinsan.
beraktifitas.
Tingkatkan istirahat, batasi
- Kelemahan dan kelelahan
aktifitas pada dasar
berkurang.
nyeri/respon hemodinamik,
- Kebutuhan ADL
berikan aktifitas senggang yang
terpenuhi secara mandiri
tidak berat.
atau dengan bantuan.
Kaji kesiapan untuk
- frekuensi jantung/irama
meningkatkan aktifitas contoh:
dan Td dalam batas
penurunan
normal.
kelemahan/kelelahan, TD
- kulit hangat, merah muda
stabil/frek nadi, peningaktan
dan kering
perhatian pada aktifitas dan

Cairan dalam jumlah cukup


mencegah terjadinya penyerapan
cairan dalam rektum yang dapat
menyebabkan feses menjadi
keras.
Bising usus mengidentifikasikan
pencernaan dalam kondisi baik.
Mengidentifiakis adanya
penurunan BB secara dini.
Meningkatkan pengosongan feses
dalam rektum.
Parameter menunjukkan respon
fisiologis pasien terhadap stres
aktifitas dan indikator derajat
penagruh kelebihan kerja jnatung.
Menurunkan
kerja
miokard/komsumsi oksigen ,
menurunkan resiko komplikasi.
Stabilitas fisiologis pada istirahat
penting
untuk
menunjukkan
tingkat aktifitas individu.
Komsumsi oksigen miokardia
selama berbagai aktifitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktifitas
bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
Teknik
penghematan
energi
menurunkan penggunaan energi
dan membantu keseimbangan

Resiko infeksi b/d


trauma jalan lahir.

Setelah dilakukan askep


selama x 24 jam, Infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda infeksi
tidak ada, luka episiotomi
kering dan bersih, takut
berkemih dan BAB tidak
ada.

perawatan diri.
Dorong memajukan
aktifitas/toleransi perawatan
diri.
Anjurkan keluarga untuk
membantu pemenuhan
kebutuhan ADL pasien.
Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari aktifitas, contoh:
posisi duduk ditempat tidur bila
tidak pusing dan tidak ada
nyeri, bangun dari tempat tidur,
belajar berdiri dst.
Pantau: vital sign, tanda
infeksi.
Kaji pengeluaran lochea,
warna, bau dan jumlah.
Kaji luka perineum, keadaan
jahitan.
Anjurkan pasien membasuh
vulva setiap habis berkemih
dengan cara yang benar dan
mengganti PAD setiap 3 kali
perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
Pertahnakan teknik septik
aseptik dalam merawat pasien
(merawat luka perineum,
merawat payudara, merawat
bayi).

suplai dan kebutuhan oksigen.


Aktifitas yang maju memberikan
kontrol jantung, meningaktkan
regangan dan mencegah aktifitas
berlebihan.

Mengidentifikasi penyimpangan
dan kemajuan sesuai intervensi
yang dilakukan.
Mengidentifikasi kelainan
pengeluaran lochea secara dini.
Keadaan luka perineum
berdekatan dengan daerah basah
mengakibatkan kecenderunagn
luka untuk selalu kotor dan
mudah terkena infeksi.
Mencegah infeksi secara dini.
Mencegah kontaminasi silang
terhadap infeksi.

Resiko gangguan
proses parenting b/d
kurangnya
pengetahuan tentang
cara merawat bayi.

Setelah dilakukan askep


selama x 24 jam,
Gangguan proses parenting
tidak ada.
Kriteria hasil: ibu dapat
merawat bayi secara
mandiri (memandikan,
menyusui).

Beri kesempatan ibu untuk


melakuakn perawatan bayi
secara mandiri.
Libatkan suami dalam
perawatan bayi.
Latih ibu untuk perawatan
payudara secara mandiri dan
teratur.
Motivasi ibu untuk
meningkatkan intake cairan dan
diet TKTP.
Lakukan rawat gabung
sesegera mungkin bila tidak
terdapat komplikasi pada ibu
atau bayi.

Meningkatkan kemandirian ibu


dalam perawatan bayi.
Keterlibatan bapak/suami dalam
perawatan bayi akan membantu
meningkatkan keterikatan batih
ibu dengan bayi.
Perawatan payudara secara teratur
akan mempertahankan produksi
ASI secara kontinyu sehingga
kebutuhan bayi akan ASI
tercukupi.
Mneingkatkan produksi ASI.
Meningkatkan hubungan ibu dan
bayi sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,
Philadelphia, Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :
Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien,Edisi II, EGC,
Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 20012002,Philadelphia,USA.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
_______ . (2012) . Konsep Dasar Masa Nifas . didapat dari

Anda mungkin juga menyukai