Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2013) 1-6

Studi Perbandingan Perencanaan Struktur Menggunakan


SPMM, SRBK, dan SRBK menggunakan Outrigger Belt
Truss Pada Apartemen Season City Tower A

Yodie Medianto, Data Iranata, Heppy Kristijanto.


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: data@ce.its.ac.id
Abstrak Tugas akhir dengan judul Studi
Perbandingan Perencanaan Struktur Menggunakan Sistem
Rangka Pemikul Momen, Sistem Rangka Bresing Konsentrik dan
Sistem Rangka Bresing Konsentrk Menggunakan Outrigger Belt
Truss Pada Apartemen Season City Tower A menganalisa serta
membandingkan ketiga sistem tersebut. Perbandingan yang akan
ditinjau ketiga sistem antara lain Displacement, Base Shear dan
berat struktur setiap sistemnya. Dalam menganalisa ketiga sistem
ini, untuk menampilkan perbandingan Displacement pada profil
balok dan kolom direncanakan dan didesain sama. Sedangkan
untuk Base Shear dan Berat Gedung profil balok dan kolom
direncanakan dan didesain berbeda. Peraturan yang dipakai
antara lain : PPIUG 1983, SNI 0317262002, SNI 03-1729-2002.
Analisa stuktur menggunakan alat bantu software ETABS v9.7.1
.Tujuan akhir dalam studi perbandingan ini diperoleh sistem
rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger merupakan
sistem yang lebih ekonomis dari segi berat strukturnya dan lebih
kaku dari pada sistem rangka pemikul momen menengah dan
sistem rangka bresing konsentrik
Kata kunci : Base shear, Displacement, bresing, outrigger

BAB I
PENDAHULUAN

akarta sebagai ibukota Negara Indonesia, sering kali


banyak didatangi dari berbagai macam wilayah daerah
kota lain yang bertujuan untuk mencari lapangan
pekerjaan. Karena di wilayah kota Jakarta banyak sekali
tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup banyak, sehingga
kota jakarta menjadi sasaran masyarakat wilayah indonesia
yang ingin mencari pekerjaan. Dengan semakin banyaknya
pendatang di wilayah ibukota Jakarta sehingga menjadikan
Jakarta kota yang sangat padat penduduk. Akibatnya adanya
kecenderungan pembangunan kota yang tidak terkoordinasi
dengan baik dan adanya bangunan yang menurut kepentingan,
kemauan, dan selera masing-masing tanpa memperhatikan
optimalisasi pemanfaatan lahan, penyediaan ruang luar dan
keselarasan penataan bangunan maupun kesesuaian dengan
bangunan disekitarnya. Maka dibutuhkannya suatu hunian
yang baik dan nyaman untuk masyarakat setempat. Untuk
mengantisipasi lahan pembangunan dan menghemat luasnya
tanah yang tersedia ialah dengan langkah terbaik
meninggikan struktur bangunan. Sehingga semakin tingginya
bangunan tersebut maka semakin banyak pula ruang yang
akan tersedia sebagai tempat hunian. Untuk merancang
struktur bangunan yang tinggi dan ramping sudah banyak cara
yang digunakan, salah satunya dengan cara sistem rangka
bresing dan sistem rangka kaku. Oleh karena itu dalam tugas

akhir saya menganalisa Apartemen Season City dengan


membandingkan tiga metode antara lain sistem rangka
pemikul momen, sistem rangka bresing konsentrik, dan sistem
rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger dan belt
truss.
Apartemen Season City merupakan salah satu rancagan
anak bangsa yang bisa di bilang sangat menjanjikan karena
tempat tersebut tidak hanya sekedar tempat perbelanjaan
namun tempat tersebut juga terdapat tempat hunian. Bangunan
yang tinginya hampir 40 lantai memiliki fasilitas fasilitas
yang sangat baik ini dibangun oleh perusahaan BUMN yaitu
PT. ADHI KARYA. Bangunan tersebut telah dibangun
dengan cara konvensional beton bertulang. Namun banyak
metode bangunan tingkat tinggi yang dapat digunakan seperti
halnya yang akan dibahas yaitu sistem rangka pemikul momen
khusus, sistem rangka bresing konsentrik, sistem rangka
bresing konsentrik menggunakan outrigger dan belt truss.
Sistem rangka pemikul momen khusus merupakan sistem
struktur yang terdiri dari rangka balok kolom untuk menahan
beban dari gempa, di mana dinding pengisi tak
diperhitungkan memikul beban gempa. Rangka terbuka atau
sistem rangka pemikul momen mempunyai kemampuan
menyerap energi yang baik, tetapi memerlukan terjadinya
simpangan antar lantai yang cukup besar supaya timbul sendisendi plastis pada balok yang akan berfungsi untuk menyerap
energi gempa. Simpangan yang terjadi begitu besar akan
menyebabkan struktur tidak kaku sehingga mengakibatkan
kerusakan non-struktural yang besar disamping akan
menambah pengaruh efek P- terutama pada bangunan tinggi.
Sistem
rangka
bresing
konsentrik
merupakan
pengembangan dari sistem portal tak berpengaku atau lebih
dikenal dengan Moment Resisting Frames (MRF). Sistem
Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem
penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang
cukup baik. Hal ini bertolak belakang dengan sistem MRF
yang hanya bisa digunakan sebagai penahan momen.
Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku
yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada
struktur.
Sistem rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger
merupakan sistem yang paling baru bagi Negara kita karena
aplikasinya masih relatif sedikit dibandingkan sistem
konvensional. Outrigger and belt truss system merupakan
struktur skema inovatif yng terus menerus dicari dalam desain
struktur bertingkat tinggi dengan maksud membatasi tekanan
angin untuk batas yang dapat diterima tanpa membayar premi
yang tinggi dalam baja tonasi (Taranath, 1997). Sistem

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger ini


biasanya digunakan sebagai salah satu sistem struktural untuk
secara efektif mengontrol drift berlebihan akibat beban lateral,
sehingga selama beban lateral kecil atau menengah baik
karena beban angin atau gempa, risiko struktural dan nonkerusakan struktural yang dapat diminimalkan.
BAB III
METODOLOGI
Metodologi Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 1.

MULAI

Study literatur

Pendahuluan dan tinjauan


pustaka

Gambar 4.1 Denah Pelat Lantai


Desain awal

Sistem rangka
pemikul momen
khusus

Sistem rangka bresing


konsentrik

Sistem rangka konsentrik


menggunakan outrigger

4.1 Perencanaan pelat lantai atap

a. Perhitungan beban berguna (super imposed load)


Beban hidup
Lantai atap = 100 kg/m2

Analisa pemodelan struktur :

Not Ok!
kontrol dimensi
OK
Perbandingan hasil antara ketiga
sistem tersebut

SELESAI

Gambar 1. Metodologi Tugas Akhir

Penjelasan lengkap tentang Metodologi dapat dilihat pada


buku Tugas Akhir penulis [1].
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER
Pelat lantai direncanakan menggunakan dek baja
gelombang (bondex) yang diproduksi oleh PT. Gunung
Garuda dengan data data sebagai berikut:

Tebal = 0.75 mm
Berat = 10.1 kg/m2

Kebutuhan tulangan negatif didapat dengan menggunakan


bantuan tabel praktis yang dikeluarkan oleh produsen bondex
tersebut.

Beban finishing
Aspal (1cm)
Penggantung plafond
- Adukan semen (1 cm)
Plafond
Perpipaan
Beban berguna
finishing

=
=
=
=
=

14 kg/m2
7 kg/m2
21 kg/m2
11 kg/m2
25 kg/m2 +

Total = 78 kg/m2

= beban hidup + beban


= 100 + 78

= 178 kg/m2 200 kg/m2


b. Perhitungan tulangan negatif

Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang


menerus dengan tulangan negatif, dimana :

Beban berguna
Bentang
penyangga)

= 200 kg/m2
= 3.30 m (dengan satu baris

Maka diperoleh:

Tebal pelat = 9 cm
Tul. negatif = 2.51 cm2/m

Direncanakan pakai tulangan 8 mm (As = 0.5024 cm2)


Jumlah tulangan per 1 m = 2.90/0.5024 = 5.77 6 buah
Jarak antar tulangan: S = 1000/6 = 166.67 200 mm
Jarak antar tulangan max: SMax= 2.hf =2(10)=20 cm = 200 mm
Dipakai S = 200 mm
Jadi, dipasang tulangan negatif 8 200

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

110 mm

Tul.Negatif 10-220

Tabel 4.1 perhitungan kontrol balok anak lantai

Pelat Bondeks

20

Balok Profil

Balok

Jenis Balok

1
2
3
4
5
6

Balok anak lantai 1


Balok anak lantai 2
Balok anak lantai 3
Balok anak lantai 4
Balok anak lantai 5
Balok anak lantai 6

Balok

Jenis Balok

(m)
8
8
8
6
6
6

qU
(kg/m)
2082.575
2265.108
2024.164
2062.511
2245.044
2004.1

(m)

Gambar 4.2 Potongan Pelat Lantai Atap


4.2 Perencanaan pelat lantai 1 34

a. Perhitungan beban berguna (super imposed load)


Beban hidup
Lantai = 250 kg/m2
Beban finishing
- Keramik (1 cm)
= 24 kg/m2
- Adukan semen (1 cm)
= 21 kg/m2
- Penggantung plafond
= 7 kg/m2
- Plafond
= 11 kg/m2
- Perpipaan
= 25 kg/m2 +
Total = 88 kg/m2

Direncanakan pakai tulangan 8 mm (As = 0.5024 cm )


Jumlah tulangan per 1 m = 3.25/0.5024 = 6.47 7 buah
Jarak antar tulangan: S = 1000/7 = 142.86 150 mm
Jarak antar tulangan max: SMax= 2.hf = 2(10)= 20 cm = 200
mm
Dipakai S = 150 mm
Jadi dipasang tulangan negatif 8 150

110 mm

Tul.Negatif 10-200
20

Pelat Bondeks

Balok Profil

Balok atap lantai 1


Balok atap lantai 2
Balok atap lantai 3
Balok atap lantai 4
Balok atap lantai 5
Balok atap lantai 6

Data gedung

profil WF

Mn

WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9

(kg-m)
24480
24480
24480
15502.5
15502.5
15503.5

Mn
Mu
OK
OK
OK
OK
OK
OK

Vn
(kg)
37422
37422
37422
28026
28026
28027

Kontrol Lendutan

Vn f' = L/360
Vu
(cm)
OK
2.222222
OK
2.222222
OK
2.222222
OK
1.666667
OK
1.666667
OK
1.666667

8
8
8
6
6
6

BALOK ANAK ATAP


Kontrol Momen Kontrol Kuat Geser

Perhitungan Beban
qU
(kg/m)
1335.455
1450.068
1298.779
1315.391
1430.004
1278.715

Vu
(kg)
5341.82
5800.272
5195.115
3946.173
4290.012
3836.145

Mu
(kg-m)
10683.64
11600.54
10390.23
5919.26
6435.018
5754.217

profil WF

Mn

WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 8 x 13
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9

(kg-m)
24480
28935
24480
15502.5
15502.5
15503.5

Mn
Mu
OK
OK
OK
OK
OK
OK

Vn
(kg)
37422
43200
37422
28026
28026
28027

ymax
(cm)
2.008417
2.183453
1.952405
1.132292
1.23208
1.100359

Mutu baja
Mutu beton (fc)
Lebar gedung
Panjang gedung
Tinggi total gedung
Tinggi antar lantai
Tebal pelat atap
Tebal pelat lantai
Zona gempa

ymax
(cm)
1.361617
1.477853
1.324421
0.76355
0.829817
0.742345

: BJ 50
: 45 MPa
: 48.5 m
: 56.5 m
: 122.5 m
: 3.5 m
: 11 cm
: 11 cm
: Zona 3 (Tanah Lunak)

Tabel 5.1 profil yang digunakan dari ketiga sistem


tersebut
No.

Struktur

Profil Kolom lantai 1-6

Profil Kolom lantai 7-12

Profil Kolom lantai 13-18

Profil Kolom lantai 19-24

Profil Kolom lantai 25-30

Profil Kolom lantai 31-35

7
8
9
10
11
12
13
14
15

Profil Balok Induk


Profil Balok Anak Lantai + Atap 1 (BL1)
Profil Balok Anak Lantai + Atap 2 (BL2)
Profil Balok Anak Lantai + Atap 3 (BL3)
Profil Balok Anak Lantai + Atap 4 (BL4)
Profil Balok Anak Lantai + Atap 5 (BL5)
Profil Balok Anak Lantai + Atap 6 (BL6)
Profil Bracing
Profil Outrigger

5.2 Beban mati


a. Pelat atap

tipe
profil
BJ 50
f'c 45
BJ 50
f'c 45
BJ 50
f'c 45
BJ 50
f'c 45
BJ 50
f'c 45
BJ 50
f'c 45
BJ 41
BJ 41
BJ 41
BJ 41
BJ 41
BJ 41
BJ 41
BJ 41
BJ 41

Sistem Rangka pemikul


momen Khusus (mm)
K 800 x 300
B 1100 x 1100
K 700 x 300
B 1000 x 1000
K 588 x 300
B 900 x 900
K 600 x 200
B 800 x 800
K 500 x 200
B 700 x 700
K 450 x 200
B 600 x 600
WF 600 x 300 x 12 x 17
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
-

Profil yg dipakai
Sistem Rangka Bresing
Sistem Rangka Bresing
Konsentrik Menggunakan
konsentrik Khusus (mm)
Outrigger (mm)
K 700 x 300
K 588 x 300
B 1000 x 1000
B 900 x 900
K 588 x 300
K 600 x 200
B 900 x 900
B 800 x 800
K 600 x 200
K 500 x 200
B 800 x 800
B 700 x 700
K 500 x 200
K 450 x 200
B 700 x 700
B 600 x 600
K 450 x 200
K 400 x 200
B 600 x 600
B 600 x 600
K 400 x 200
K 396 x 199
B 600 x 600
B 600 x 600
WF 600 x 300 x 12 x 17 WF 600 x 300 x 12 x 17
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 400 x 200 x 7 x 11
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 175 x 6 x 9
WF 350 x 350 x 16 x 16 WF 350 x 350 x 16 x 16
WF 200 x 200 x 12 x 12

Aspal
= 14 kg/m2
Penggantung plafond = 7 kg/m2
Plafond
= 11 kg/m2
Perpipaan
= 25 kg/m2 +
Total= 57 kg/m2

ymax < f'


OK
OK
OK
OK
OK
OK

Kontrol Lendutan

Vn f' = L/360
Vu
(cm)
OK
2.222222
OK
2.222222
OK
2.222222
OK
1.666667
OK
1.666667
OK
1.666667

5.1 Data Gedung


Data data dari Apartemen season city tower A yang
dibutuhkan dalam pembebanan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3 Potongan Pelat Lantai 1 34

Mu
(kg-m)
16660.6
18120.86
16193.32
9281.3
10102.7
9018.452

BAB V
PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER

Beban berguna = beban hidup + beban finishing


= 250 + 88
= 338 kg/m2 400 kg/m2

b. Perhitungan tulangan negatif


Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang
menerus dengan tulangan negatif, dimana:
Beban berguna = 400 kg/m2
Bentang
= 3.00 m (dengan satu baris
penyangga)
Maka diperoleh :
Tebal plat
= 10 cm
Tul. Negatif
= 3.25 cm2/m

Vu
(kg)
8330.3
9060.432
8096.658
6187.533
6735.132
6012.301

Table 4.2 perhitungan kontrol balok anak atap


L

1
2
3
4
5
6

BALOK ANAK LANTAI


Kontrol Momen Kontrol Kuat Geser

Perhitungan Beban

ymax < f'


OK
OK
OK
OK
OK
OK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6


19

b. Pelat lantai

Keramik
= 24 kg/m2
Spesi
= 21 kg/m2
Penggantung plafond = 7 kg/m2
Ducting AC
= 20 kg/m2
Plafond
= 11 kg/m2
Perpipaan
= 25 kg/m2 +
Total= 108 kg/m2

c. Beban dinding
Tinggi antar lantai
Tinggi balok tepi
Beban dinding
Beban merata

= 3.5 m
= 0.6 m
= 35 kg/m2
= 350 x (3.5 0.6)
= 1015 kg/m

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Perio
d
6.43
24
6.23
69
5.44
87
2.24
21
2.18
01
1.93
93
1.27
91
1.25
77
1.13
59
0.88
47
0.87
34
0.79
32
0.66
69
0.66
08
0.60
32
0.52
67
0.52
36
0.48
03

UX
12.
2
43.
8
17
2.3
4
6.1
5
3.0
4
0.7
2
2.3
4
1.2
2
0.3
5
1.2
7
0.6
9
0.1
8
0.8
0.4
4
0.0
9
0.6
3
0.3
4

SRBK
UY
48
22.
1
2.8
7
6.9
4.3
0.3
6
2.9
4
1.2
8
0.0
6
1.6
8
0.6
1
0.0
2
1.1
1
0.3
2
0.0
1
0.9
0.1
6
0

Perio
d
5.44
89
5.01
05
4.20
39
1.75
46
1.59
94
1.35
2
0.93
21
0.84
06
0.71
45
0.60
97
0.54
54
0.46
27
0.44
35
0.39
51
0.34
5
0.33
49
0.30
7
0.28
08

UX

UY

2.8
7
48.
1
16.
8
0.3
2
11.
6

56.
9
8.2
5
3.1
6
13.
2
0.9
5
0.4
4
5.6
7
0.1
9
0.1
3
2.9
3
0.0
7
0.0
6
1.6
8
0.0
3

3.2
0.0
6
5.0
9
1.1
3
0.0
2
2.6
5
0.5
1
0.0
1
1.5
1
0.0
1
0.2
7
0.9
6
0

1.1
0.0
2
0.0
2
0.7
7

21
22
23
24

26
27

Tabel 5.4 Nilai Waktu Getar Alami


SRPM

20

25

d. Berat sendiri
Berat sendiri yang meliputi berat pelat lantai/atap, balok
dan kolom sudah secara otomatis dihitung oleh Etabs.
e. Beban lift
Beban lift merupakan beban terpusat pada balok
penggantung lift pada atap. Besarnya sama dengan
perhitungan pada halaman 70.

St
or
y

SRBK outrigger
Perio
UX UY
d
5.22
3.4 55.
47
2
1
4.74
46. 10.
81
4
4
3.94
18. 3.7
24
8
5
1.72
0.3 12.
63
4
7
1.56
10. 1.0
16
9
9
1.31
3.5 0.4
37
2
4
0.89
0.0 5.1
14
8
4
0.79
4.4 0.2
93
7
8
0.67
0.1
1.3
7
7
0.59
0.0 3.0
85
2
1
0.53
2.6 0.1
29
1
1
0.45
0.6 0.1
22
6
2
0.43
1.3
0
07
9
0.38
1.2 0.0
26
6
4
0.33
0.0 1.2
7
1
2
0.32
0.3 0.0
41
1
2
0.29
0.0
1
93
4
0.27
0.0 0.6
52
1
5

28
29
30
31
32
33
34
35

0.42
81
0.42
65
0.39
24
0.35
86
0.35
7
0.32
96
0.30
49
0.30
31
0.28
09
0.26
32
0.26
11
0.24
29
0.22
96
0.22
73
0.21
22
0.20
21
0.19
98

0.0
1
0.5
4
0.2
5
0.0
2
0.4
5

0.8

0.26
05

0.0
1

0.25

0
0.6
6
0.0
3

0.2

0.0
5
0.3
5
0.1
6
0.0
7
0.2
7
0.1
3
0.0
7
0.2
3

0.4
9
0.0
9

0.1

0.0
6

0.2
4

0.2

0.1

0
0.3
6
0.1
1
0
0.2
9
0.1
2

0.23
62
0.21
21
0.21
05
0.20
31
0.18
15
0.17
89
0.17
76
0.15
92
0.15
76
0.15
44
0.14
16
0.14
1
0.13
57
0.12
73
0.12
7

0.1
7
0.6
4
0
0.2
0.4
0
0.4
2
0.0
5
0
0.3
2
0.0
1
0.0
4
0.2
4
0.0
1
0.0
4
0.0
2
0.1
8

0.0
2
0.0
1
0.5
8
0.0
1
0.0
1
0.4
6
0.0
1
0.0
5
0.3
2
0.0
1
0.3
0
0.0
1
0.2
3
0
0.1
9
0.0
2

0.25
46
0.24
41
0.22
96
0.20
73
0.20
45
0.19
98
0.17
82
0.17
42
0.17
27
0.15
46
0.15
41
0.15
19
0.13
87
0.13
81
0.13
2
0.12
43
0.12
36

0.2
5
0.5
0
0.1
8
0.4
4
0.0
1
0.4
0.0
7
0
0.2
8
0.0
2
0.0
4
0.1
9
0.1
0.0
4
0.1
6
0.0
1

0.0
1
0.0
2
0.6
1
0
0.0
3
0.4
6
0.0
1
0.0
6
0.2
6
0.0
3
0.3
1
0.0
1
0.0
9
0.1
2
0.0
1
0.0
2
0.1
9

5.3 Perencanaan balok induk melintang


Pada kondisi sebelum komposit, berdasarkan hasil
ETABS v9.7.1 diperoleh gaya gaya dalam maksimum
sebagai berikut:

Mmax = 61356.90 kg.m (ditinjau dari keseluruhan


balok)
Vmax = 27746.44 kg
(ditinjau dari keseluruhan
balok)

a. Kontrol kuat geser

h
tw

492
12

41

1100

1100

fy

250

h
tw

1100
fy

plastis

69.57

Vn = 0.6 x fy x Aw
Aw = d x tw = 58.2x1.2=
69.84 cm2
= 0.6 x 2500 x 69.84
= 104760 kg
Syarat:
Vn Vu ( = 0.9)
0.9 x 104760 27746.44
94284
27746.44 .......Ok!!

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6


As = 534.80 cm2
W = 419.8 kg/m

b. Kontrol Kuat Momen Lentur


- Tekuk Lokal (local buckling)
Sayap:

bf
2.tf
p

bf
2.tf

Badan:

300
2 x17
170

8.82

10.75

250

h
tw

p
h
tw

492
41
12
1680
106.25
250

Sy = 7740.2 cm3

Bahan :
BJ 41 : fy = 2500 kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
Beton : fc = 35 Mpa = 350 kg/cm2
4D25

12-150

Penampang Kompak !
- Tekuk Lateral (lateral buckling)
Dipasang pelat pengaku dengan tebal pelat = 12
mm setiap jarak lateral Lb = 150 cm
Dari tabel profil untuk WF 600x200x13x23
dengan BJ 41, diperoleh:
Lp = 330.044 cm
Lr = 946.320 cm
Dengan demikian: Lb < Lp .....Bentang Pendek!
Mn = Mp = Zx.fy = 3782 cm3 x 2500 kg/cm
= 9455000 kg.cm
= 94550 kg.m
Syarat : Mn Mu( = 0.9)
0.9 x 94550 61356.90
85095 61356.90 .......Ok!!
c. Kontrol Lendutan
Lendutan ijin:

f'

L
360

8.25
0.023 m = 2.3 cm
360

Dari hasil perhitungan dengan Etabs V 9.7.1


diperoleh lendutannya sebesar: ymaks = 0.179 cm
Syarat:

ymax < f '


0.179 < 0.8333 .......Ok!!

5.4 Perencanaan Kolom Komposit Sistem Rangka Pemikul


Momen Lantai 1 -6
Dari hasil perhitungan dengan bantuan etabs v.9.7.1
diperoleh gaya gaya dalam maksimum pada C89 story 1 :
Pu
= 2025051 kg
Mux = 224776.26 kg.m
Muy = 196404.71 kg.m
Kolom komposit direncanakan menggunakan profil
K800x300x14x26 dengan data-data sebagai berikut :
H = 800 mm
Ix = 303700 cm4
B = 300 mm
Iy = 315027 cm4
tw = 14 mm
ix = 23.83 cm
tf = 26 mm
iy = 24.27 cm
r = 28 mm
Sx = 7592.5 cm3

Gambar 5.7 Penampang Kolom Komposit


Zx

= 2x(300x26x387) + 2x(374x14x187) + 4x(374x7x3.5)


+ 4x(150x26x75)
= 9202116 mm3
= 9202.116 cm3

Zy

= 2x(300x26x394) + 2x(374x14x194) + 4x(367x7x3.5)


+ 4x(150x26x75)
= 9383934 mm3
= 9383.934 cm3

Selubung beton : 1100 x 1100 mm2


Ac = 1100 x 1100 = 1210000 mm2
fc = 35 Mpa
Berat jenis beton : w = 2400 kg/m3
Tulangan sengkang terpasang : 12 150
Tulangan utama : 4 D 25
Ar
= 4 x ( x x 252) = 1963.5 mm2
Spasi = 1100 2x40 2x12 25 = 971 mm
Cek luas penampang minimum profil baja :

As
Ac

534.80
0.044 = 4.4% > 4%
12100

Cek Jarak sengkang:


= 200 mm < 2/3 x 1100 = 733.33 mm

.......Ok!!

.......Ok!!

Cek luas tulangan longitudinal :


Ast = x x 252 = 490.87 mm2 > 0.18 x 901 = 162.18 mm2
Cek mutu beton yang digunakan : (fc =35 MPa)
21 Mpa fc 55 Mpa
.......Ok!!
Cek mutu baja tulangan : (fyr = 320 MPa)
fyr < 380 Mpa

.......Ok!!

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6


BAB VI
PERENCANAAN SAMBUNGAN
6.1 Sambungan Balok Anak Lantai (BL2) dengan Balok
Induk
Balok Induk
WF 600x200x13x23

Pelat Lantai
110

Pelat Lantai
110

Baut 16

Profil L 70x70x7

Profil L 70x70x7
Baut 16
Balok Anak Lantai
WF 400x200x7x11

35

35

60

60

35

35

Balok Anak Lantai


WF 400x200x7x11

Balok Induk
WF 600x200x13x23

Gambar 6.1 Sambungan Balok Anak Lantai dengan Balok


Induk
6.2 Sambungan Balok Induk dengan Kolom Lantai 1 6
Kolom
K 588x300x12x20

Potongan Profil WF
400x400x30x50
Potongan Profil WF
400x400x30x50

94

Baut
33

107

Baut 30

Balok Induk
WF 600x200x13x23
Balok Induk
WF 600x200x13x23

107

94
Baut 22

Profil L 100x100x10

40

Profil L 100x100x10

80

600

Baut 22

80
80

6
konsentri lebih kaku daripada sistem rangka pemikul
momen.
2. Pada hasil gaya gempa dasar (Base Shear) diperoleh hasil
sistem rangka resing konsentrik mampu menahan beban
gempa lebih besar dari pada sistem rangka pemikul momen
menengah dan sistem rangka bresing konsentrik
mengunakan outrigger. untuk sistem rangka bresing
konsentrik menggunakan outrigger lebih besar menahan
beban gempa dari pada sistem rangka pemikul momen.
Perbandingan berat struktur menunjukkan berat struktur yang
dihasilkan sistem rangka bresing konsentrik menggunakan
outrigger lebih ringan dibandingkan berat struktur sistem
rangka pemikul momen dan sistem rangka bresing konsentrik.
Namun berat struktur rangka brsing konsentrik lebih ekonomis
dari sistem rangka pemikul momen, meskipun pada rangka
bresing konsentrik ketambahan beban profil bresing.

7.2 Saran

Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk


menghasilkan
perencanaan
struktur
dengan
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika.
Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang
diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat,
ekonomi, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.

40
Potongan Profil WF
400x400x30x50

400

94
107

107

Baut 33
94

Baut 30

Potongan Profil WF
400x400x30x50

Gambar 6.2 Sambungan Balok Induk dengan Kolom Lantai 1


-6
BAB VII

PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dan perhitungan pada tugas
akhir ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada hasil analisa displacement dengan profil tiap
sitemnya sama didapat :

a. Perbandingan s tiap lantai dari ketiga


sistem terhadap sumbu X.
maks SRPMM : 25.5432 cm
maks SRBK : 20.2809 cm
maks outrigger: 18.795 cm
b. Perbandingan s tiap lantai dari ketiga
sistem terhadap sumbu Y.
maks SRPMM : 28.7507 cm
maks SRBK : 24.2377 cm
maks outrigger: 22.7848cm

Sehingga untuk displacement sistem rangka bresing


konsentrik menggunakan outrigger lebih kaku dari pada
sistem bresing konsentrik dan sistem rangka pemikul
momen menengah sedangkan sistem rangka bresing

DAFTAR PUSTAKA
Bungale S. Taranath, 1997, Steel, Concrete, and
Composite Design Of Tall Building Second
Edition, Mc Graw Hill, New York
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara
Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1729-2002), Yayasan LPMB,
Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002),
Yayasan LPMB, Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung,
Yayasan LPMB, Bandung
Po Seng Kian, 2001, The Use Of Outrigger And
Belt Truss System For High Rise Concrete
Buildings, Universitas Kristen Petra, Surabaya
Salmon CG and John E. Johnson . 1992.Struktur
Baja Desain Dan Perilaku Edisi 1. Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Umum

Anda mungkin juga menyukai