Anda di halaman 1dari 54

Bab 8

PUSKESMAS DENGAN WILAYAH KERJANYA

A. Pengertian
Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional pelaksana yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Pukesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
1. Wilayah Puskesmas
Meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk,luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur
lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
puskesmas.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata
30000 penduduk setiap puskesmas. Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesma pembantu
dan puskesmas keliling.
Khusus kota besar dengan jumlah penduduk 1 juta lebih, wilayah kerja
puskesmas bisa meliputi satu kelurahan.
2. Pelayanan kesehatan menyeluruh
a. Pelayan kesehatan yang diberikan puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan :
- Kuratif ( pengobatan )
- Preventif ( Upaya pencegahan )
- Promotif ( peningkatan kesehatan )
- Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
b. Yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak di bedakan jenis kelamin
dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
3. Pelayan kesehatan Intgrasi ( terpadu )
Sebelum ada puskesmas, pelayana kesehatan didalam satu kecamatan
terdiri dari balai pengobatan, balai kesejateraan ibu dan anak, Usaha Hygiene
sanitasi lingkungan,pemberantasan penyakit menular dan lain sebagainya.
Usaha-usaha tersebut masing-masing bekerja sendiri dan langsung
melapor kepada kepala dinas kesehatan Dati II.
B. Kegiatan Pokok Puskesmas
Kegiatan pokok puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai
berikut;

1. KIA
2. Keluarga Berencana
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit menular
6. Pengobatan Termasuk Pelayanan darurat karena kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
10. Perawatan Kesehatan Masyarakat
11. Kesehatan kerja
12. Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium Sederhana
16. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka system informasi
kesehatan
17. Kesehatan usia lanjut
18. Pembinaan pengobatan tradisional
C. Fungsi Puskesmas :
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
peningkatan kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat wilayah kerjanya
Fungsi Puskesmas dilaksanakan dengan cara :
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien.
c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan ketentuan bantuan yang tidak menimbulkan ketergantungan
d. Member pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program puskesmas
D. Kedudukan :
1. Kedudukan secara administratif
Puskesmas bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif
kepada kepala dinas kesehatan Dati II
2. Kedudukan dalam hirarkhi pelayanan kesehatan :

Sesuai SKN maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas pelayanan


kesehatan pertama.
E. Program berdasarkan asas bantuan
Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program
kesehatan tertentu oleh pemerintah pusat.
F. Upaya Kesehatan darurat
Misalnya timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam.
G. Jangkauan pelayanan kesehatan
Jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu
ditunjung dengan puskesmas pembantu, penenpatan bidan-bidan desa yang
belum terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan puskesmas keliling selain itu
juga dengan pengolaan posyandu dan membina dasawisma oleh masyarakat
H. Memeliharan citra pelayanan puskesmas yang baik :
1.
Kebersihan gedung serta jamban puskesmas
2.
Senyum dan sikap ramah dari setiap petugas puskesmas
3.
Pemberikan pelayanan dengan mutu yang sebaik-baiknya
4.
Kerja sama yang baik dengan pamong setempat dan petugas sektor lain
5.
Selalu menepati janji pelayanan yang telah disepakati bersama
6.
I. Organisasi dan tenaga kerja
1. Organisasi
Susunan organisasi puskesmas terdiri dari :
a. Unsur pimpinan : Kepala puskesmas
Mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkordinasi kegiatan
puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan jabatan
fungsional.
b. Unsur pembantu pimpinan : Urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian,keuangan,perlengkapan dan surat-menyurat
serta pencatatan dan palaporan.

c. Unsur pelaksana
1. Unit yang terdiri dari tenaga atau pegawai dalam jabatan fungsioanal
2. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah
masing-masing
3. Unit-unit terdiri dari

UNIT 1.
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana dan perbaikan gizi
UNIT II.
Bertugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit khususnya imunisasi, kesehatan lingkuangan dan lab sederhana.
UNIT III.
Bertugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
tenaga kerja dan manula.
UNIT IV.
Bertugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat,
kesehatan sekolah dan olah raga. Kesehatan jiwa kesehatan mata dan
kesehatan khusus lainnya.
UNIT V.
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya
kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat.
UNIT VI.
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap.
UNIT VII
Melaksanakan kefarmasian.
2. Tata Kerja
Kepala puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, Integrasi dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan puskesmas maupun dengan satuan
organisasi diluar puskesmas sesuai dengan tugasnya masing.
Kepala puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk
atasan yang ditetap kan oleh kantor departemen kesehatan
kabupaten/kotamadya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Setiap unsur dilingkungan puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada kepala puskesmas

FASILITAS PENUNJANG

Puskesmas pembantu

berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan- kegiatan yang


dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.

Puskesmas keliling
kegiatannya antara lain :

Memberikan pelayangan kesehatan kepada masyarakat didaerah


terpencil yang tidak terjangkau

Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa

Sebagai alat transpor penderita dalam rangka rujukan kasus


gawat darurat

Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan audio


visual

Bidan yang bertugas didesa

DUKUNGAN RUJUKAN

-Pelaksanaan :
a) Penyelenggaraan pertemuan dengan susunan :

Ketua penyelenggara
: Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan
Pimpinan pertemuan
: Camat
Pengarah/pelatih
: Kepala Puskesmas
Pembimbing
: Tim Pembina KB-Kesi Dati II
b) Peserta :
Tim Pembina KB-Kes Dati II
PKK Kecamatan
Puskesmas
Bangdes Kecamatan
BKKBN Kecamatan
Sektor lain yang terkait
Jumlah peserta 10 15 orang
c) Waktu :

Pertemuan diadakan dalam waktu satu hari, antara 09.00-15.00 dengan jadwal acara
sebagai berikut:
Jam
09.00 09.15
09.15 10.00
10.00 10.45

Acara

Pengarah

1. Pembukaan
Camat
2. Dinamika kelompok istirahat
Tim Dati II
3. Kegiatan masing-masing sector dalam Ka.Puskesmas
pembinaan PSM
10.45 11.15 4. Konsep Keterpaduan KB-Kes
Ka.Puskesmas
11.15 11.45 5. POA KB-Kes
Tim Dati II
11.45 12.00 6. Hasil-hasil kesepakatan KB-Kes
Ka.Puskesmas
12.00 12.30 7. Inventarisasi peranan sector-sektor
Ka.puskesmas
12.30 13.00 8. Analisa hambatan dan masalah Ka.puskesmas
peranan masing-masing sector
13.00 13.40
istirahat
13.40 14.10
9. Pembagian peranan masing-masing Ka.puskesmas
14.10 14.40
PKK dan Puskesmas
sector
14.40 15.00
Camat
10. menyusun kerja tribulan
11.Kesepakatan dan penutupan
Catatan : topic yang dibahas tidak harus KB-Kes, tapi disesuiakan dengan kebutuhan
puskesmas/sector yang bersangkutan
d) Tempat
Kecamatan atau tempat lain yang dianggap lebih baik.
e) Persiapan :
Pertemuan Tim Pembina KB-Kes Dati II dengan acara :
- Penjelasan tujuan penggalangan kerjasama lintas sektoral

Penyusunan jadwal pelaksanaan di seluruh kecamatan


Pembagian anggota Tim yang akan mendatangi Kecamatan
Pertemuan /pendekatan Kepala Puskesmas dengan Camat dan Ketua Tim
Penggerak PKK Kecamatan untuk menyelenggarakan pertemuan
penggalangan kerjasama lintas sektoral.
Membentuk panitia kecil yang bertugas :
- membuat undangan
- mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
- menyusun bersama POA KB-Kes, berdasar hasil-hasil kesepakatan
keterpaduan KB-Kes, dari tingkat Nasional, Propinsi dan
Kabupaten/Kodya
- menyediakan sekedar makanan dan minuman untuk pertemuan
penggalangan tersebut
- mengusahakan tambahan biaya dari biaya rakor KB/BKKBN
-

c. Rapat Kerja Bulanan Puskesmas


1. pengertian

setelah puskesmas selesai melaksanakan lokakarya penggalangan puskesmas, maka


segala keputusan yang telah diambil secara bersama harus dilaksanakan sebaikbaiknya. walaupun lokakarya sudah diselenggarakan dan segala hasilnya sudah
dilaksanakan sebaik-baiknya, masih perlu adanya tindak lanjut yang bertujuan untuk
menilai pencapain dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya,
sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang lebih baik.
2. Tujuan :
a. Timbulnya kebiasaan pada seluruh petugas Puskesmas untuk selalu mengadakan
tindak lanjut dari setiap kegiatan dalam melaksanakan program kesehatan.
b. Adanya suatu system manajemen sederhana dan terselenggarakannya yang sedang
berjalan secara teratur, dan hambatan-hambatan yang dijumpai selama satu bulan
yang lalu dapat dipecahkan bersama.
3. Pentahapan pelaksanaan
a. tahapan pelaksanaan rapat kerja bulanan puskesmas
MASUKAN :
TUJUA
N

- laporan hasill
kegiatan bulan lalu
- Hasil rapat PKK
kecamatan
- Tambahan
pengetahuan

ANALISA
HAMBATAN
KEGIATAN BULAN
LALU
RENCANA
KERJA BARU
PEMECAHAN
MASALAH

Menyusun rencana pembinaan untuk tribulan yang akan dating, dan sebagai
penutup rencana kerja dari semua sector diserahkan oleh camat kepada ketua tim
penggerak PKK kecamatan.
b. Pelaksanaan :
- pengarah : Camat
- Peserta : undangan rapat ditanda tangani oleh camat dan disampaikan kepada
:
= Tim Pembina Posyandu/KB-Kes Dati II
= Tim penggerak PKK Kecamatan
= BKKBN Kecamatan
= Bangdes Kecamatan
= sector lain yang dianggap perlu
- Waktu : pertemuan sebaiknya diadakan pada hari sabtu akhir tribulan antara
jam 09.00 12.30 dengan acara sebagai berikut :
-

Jam
09.00 - 09.15
09.15 09.35
09.35 10.35

Acara
1. pembukaan

10.35 10.45

3. laporan dan hambatan dari Tim Dati II


sector-sektor
Ka.Puskesmas
Ka.Puskesmas
4. tanggapan dan kebijaksanaan Ka.puskesmas dan
dari Tim Dati II
Tim Dati II
Ketua PKK dan
5. Analisa masalah
Camat

10.45 11.05
11.05 11.45
11.45 12.35
12.35 13.30

2. laporan kegiatan posyandu

Pengarah
Camat
Ketua PKK
Ka.Puskesmas

6. Pemecahan masalah
7. Rencana kerja dari sector-sektor

8. Kesepakatan pembinaan

Tempat : kecamatan atau tempat lain yang dianggap sesuai


Persiapan :
= Pendekatan kepada tim Pembina dati II sambil memberikan undangan
= pendekatan kepada sector lain agar menyajikan laporan pembinaan, terutama
kepada ketua tim
penggerak Pkk Kecamatan.
= pendekatan kepada BKKBN untuk memperoleh dana Rakor Kb sebagai bantuan
dari desa-desa

= Puskesmas membuat/menghitung cakupan pelayanan posyandu secara kumulatif


dari desa-desa
= catatan-catatan hasil kesepakatan yang lalu, arsip surat-surat instruksi yang
berkaitan dengan
peran serta masyarakat, posyandu, dan lintas sektoral.
= pendekatan kepada Camat agar mau memimpin rapat/pertemuan dengan
menyerahkan bahanbahannya
= menunjuk salah satu staf puskesmas untuk membuat notulen rapat.
= materi pelajaran dan alat peraga yang digunakan
= formulir rencana kerja
d. Rapat kerja tribulanan lintas sektoral
-

pengertian
semangat kerjasama dalam tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sector-sektor,
perlu dipelihara dengan baik agar kerjasama lintas sektoral yang telah dibina bisa
berjalan mantap dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk memelihara kerjasama
ialah dengan mengadakan pertemuan berkala dan membahas pelaksanaan kerjasama
maupun masalah yang dihadapai dan sekaligus mencari pemecahannya bersama-sama.
tujuan :
a. umum :
meningkatnya dan terpeliharanya hubungan kerjasama lintas sektoral
b. khusus :
terlaksananya pertemuan lintas sektoral berkala untuk mengkaji kegiatan
kerjasama selama 3
bulan yang lalu dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan.
- terpecahhkannya masalah dan hambatan yang dihadapai dalam rangka kerjasama
lintas sektoral
- terumuskannya mekanisme dan rencana kerjasama lintas sektoral untuk tribulan
berikutnya.
Pentahapan Pelaksanaan :
a. tahapan pelaksanaan rapat kerja tribulan lintas sektoral.

TUJUAN

- LAPORAN
KEGIATAN
POSYANDU
OLEH PKK
- MASALAH
HAMBATAN
DALAM
PWMBINAAN
POSYANDU

ANALISA MASALAH
MASING-MASING
SEKTOR

PEMECAHAN
MASALAH

RENCANA
PEMBINAAN
PSM/KB-KES DARI
MASING MASING
SEKTOR

Materi yang akan dibahas dalam rapat kerja tribulan lintas sektoral adalah sebagai berikut :

Laporan kegiatan penyelenggaraan Posyandu oleh ketua Tim penggerak PKK


kecamatan, dan hambatan /masalah yang dijumpai serta usaha yang telah dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut.
Laporan sector-sektor dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan, dan
hambatan/masalah yang dijumpai serta usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut. Laporan dari puskesmas disertai dengan gambaran cakupan
pelayanan Posyandu secara kumulatif, agar desa-desa yang cakupannya rendah
diketahui sektro lain.
Sambutan dari Tim pembinaan Posyandu Dati II tentang usaha untuk mengatasi
hambatan/masalah dan menyampaikan kebijaksanaan Pemda maupun Tim Pembina
Posyandu Dati II.
Susunan prioritas pembinaan ke desa-desa berdasarkan cakupan yang paling rendah.
Analisa dan pemecahan masalah yang dilakukan bersama.
Menyusun rencana pembinaan untuk tribulan yang akan datang, dan sebagai penutup
rencana kerja dari semua sector diserahkan oleh Camat kepada Ketua Tim Penggerak
PKK Kecamatan.

b. Pelaksanaan :
-

Pengarah : Camat
Peserta : Undangan rapat ditanda tangani oleh Camat dan disampaikan kepada:
= Tim Pembina Posyandu/KB-KES Dati II
= Tim Penggerak PKK Kecamatan
= Puskesmas di wilayah kecamatan
= BKKBN Kecamatan
= Bangdes Kecamatan
= Sektor lain yang dianggap perlu
Waktu : Pertemuan sebaiknya diadakan pada hari sabtu akhir tribulan antara jam
09.00 12.30 dengan acara sebagai berikut :
Jam
09.00 09.15
09.15 09.35
09.35 10.35
10.35 10.45
10.45 11.05
11.05 11.45
11.45 12.35
12.35 13.30

Acara
1. Pembukaan
2. Laporan kegiatan Posyandu
3. Laporan dan hambatan dari sectorsektor
4. Tanggapan dan kebijaksanaan dari
Tim Dati II
5. Analisa masalah
6. Pemecahan masalah
7.Rencana kerja dari sektor-sektor
8. Kesepakatan pembinaan

Pengarah
Camat
Ketua PKK
Ka.Puskesmas
Tim Dati II
Ka.Puskesmas
Ka.Puskesmas dan
Tim Dati II
Ketua PKK
Ketua PKK dan
Camat

Tempat : Kecamatan atau tempat lain yang dianggap sesuai


Persiapan :
= Pendekatan kepada Tim Pembina Dati II sambil memberikan undangan.
= Pendekatan kepada sector lain agar menyajikan laporan pembinaan, terutama
kepada ketua

Tim penggerak PKK kecamatan.


= Persiapan tempat, alat tulis menulis dan formulir rencana kerja.
= Pendekatan kepada BKKBN untuk memperoleh dana Rakor KB sebagai bantuan
pembiyaan.
= Puskesmas membuat/menghitung cakupan pelayanan Posyandu secara kumulatif
dari desadesa
= Catatan-catatan hasil kesepakatan yang lalu, arsip surat-surat instruksi yang
berkaitan
dengan peran serta masyarakat, Posyandu, dan lintas sektoral.
= Pendekatan kepada Camat agar mau memimpin rapat/pertemuan dengan
menyerahkan
bahan-bahannya
= menunjuk salah satu staf Puskesmas untuk membuat notulen rapat.
g. Pemantauan Pelaksanaan ( Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP )
1. Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup
a. Pengertian :
Dalam manajemen diperlukan adanya data yang akurat, tepat waktu dan kontinu sserta
mutakhir secara periodik. Berdasarkan S.K. Menteri Kesehatan nomor
63/Menkes/II/1981, berlaku system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas
( SP2TP ).
SP2TP adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan
Puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan
serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas.
Dengan melakukan SP2TP sebaik-baiknya, akan didapat data dan informasi yang
diperlukan untuk perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,
pengendalian dan penilaian penampilan Puskesmas serta situasi kesehatan masyarakat
umumnya.

b. Tujuan :
1. umum :
Tersedianya data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara
periodik/teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui
Puskesmas di berbagai tingkat administrasi
2. Khusu :
a. Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
Puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur.
b. terlaksananya pelaporan data tersebut secara teratur di berbagai jenjang
administrasi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Termanfaatnya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat
administrasi.
c. Ruang Lingkup :

1. SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas ( termasuk Puskesmas dengan


perawatan, Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling )
2. Pencatatan dan Pelaporan mencakup :
a. data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas
b. data ketenagaan di puskesmas
c. data sarana yang dimiliki puskesmas
d. data kegiatan pokok puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas.
3. Pelaporan dilakukan secara periodik ( bulanan, tribulanan, semester dan
tahunan ), dengan menggunakan formulir yang baku. seyogyanya berjenjang dari
puskesmas ke Dati II, dari Dati II ke Dati I, dan dari Dati I ke Pusat. Namun
sementara ini dapat dilakukan dari Dati II langsung ke Pusat, dengan tindasan ke
Propinsi.
2. Beberapa Batasan
Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk
mendapatkan kesamaan pengertian, sehinga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama
diseluruh puskesmas.
a. Kunjungan :
Ada 2 macam kunjungan :
1. Kunjungan seseorang ke Puskesmas, Puskesmas pembantu, baik untuk mendapat
pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat keterangan sehat-sakit.
untuk dibedakan 2 kategori :
a. Kunjungan baru, ialah seseorang yang pertama kali datang ke Puskesmas/Puskesmas
pembantu, sehingga seumur hidupnya hanya dicatat sebagai satu kunjungan baru.
b. Kunjungan lama, ialah seseorang yang datang ke puskesmas/puskesmas pembantu
yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan kesehatan.
Perkecualian kedua kategori tersebut pada ibu Hamil, ibu Menyusui dan Balita :
a. Kunjungan ibu Hamil pada setiap kehamilan dianggao sebagai kunjungan baru,
sedangkan kunjungan kedua kali dan seterusnya untuk memeriksa kehamilan, dianggap
sebagai kunjungan lama. Dengan demikian penetapan kunjungan Ibu Hamil tidak
ditentukan dengan tahun/periode, tetapi diberlakukan sebagi episode of illness
b. kunjungan ibu menyusui, termasuk ibu yang menyelesaikan kehamilannya karena
abortus, selama periode menyusi yang 2 tahun, dihitung sebagai 2 kunjungan baru.
Dengan kata lain setiap ibu menyusui setelah saat melahirkan/abortus dihitung kembali
sebagai kunjungan baru. Sedangkan kunjungan selanjutnya dihitung sebagai kunjungan
lama.
c. kunjungan Balita setiap tahun ( setelah hari ulang tahun ) dianggap sebagai kunjungan
baru. Jadi setiap Balita mempunyai 4 x kunjungan baru. Sedangkan kunjungan kedua
dan seterusnya dari tahun yabg bersangkutan, dicatat sebagai kunjungan lama.
2. Kunjungan Sebagai Kasus
Kunjungan kasus adalah kasus baru+kasus lama+kunjungan baru+kunjungan lama
suatu penyakit.
b. Kasus
ada 2 macam kasus :
1. Kasus baru, adalah new episode of illness, yaitu pernyataan pertama kali seseorang
menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnose dokter atau tenaga paramedic.

2. Kasus lama adalah Kunjungan kedua dan seterusnya, dari kasus baru yang belum
dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam tahun/periode yang sama. Untuk
tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan sebagai kasus baru.
Khusus pada penderita Kusta hanya dikenal kasus baru, yaitu saat pertama kali
penemuannya.
Pada kunjungan kedua dan seterusnya hanya dihitung sebagai kunjungan kasus, bukan
sebagai kasus lama.
c. Keluarga
Keluarga dalam catatan SP2TP adalah satu kepala keluarga beserta angotanya yang
terdiri dari isteri, anak-anak ( kandung, tiri dan angkat ) dan orang lain yang tinggal
dalam satu atap/rumah.
d. Nomor kode puskesmas
Pemberian nomor kode puskesmas/puskesmas pembantu berdasarkan pada letak
geografis dan jenjang administrasi serta peresmian per S.K. Bupati atas existensinya
setelah dibangun.
3. Pelaksanaan SP2TP
Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan, ialah :
a. Pencatatan dengan menggunakan format.
b. Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodic
c. Pengolahan analisis dan pemanfaatan data/informasi
a. Pencatatan :
Pencatatan dilakukan dalam gedung Puskesmas/Puskesmas Pembantu, yaitu mengisi :
1. Family Folder ( Kartu Individu dan Kartu Tanda Penganal Keluarga )
2. Buku Register untuk :
a. Rawat jalan/rawat nginap
b. Penimbangan
c. Kohort Ibu
d. Kohort Anak
e. Persalinan
f. Laboratorium
g. Pengamatan penyakit menular
h. Imunisasi
I. P.K.M
3. Kartu Indek Penyakit ( Kelompok Penyakit ) yang disertai distribusi jenis kelamin,
golongan, umur dan desa
4. Kartu Perusahaan
5. Kartu Murid
6. Sensus harian ( Penyakit dan Kegiatan Puskesmas ) untuk mempermudah pembuatan
laporan.
Petunjuk pengisiannya ada dalam buku Pedoman SP2TP
b. Pelaporan :
Jenis dan periode laporan sebagai berikut :
1. Bulanan
a. Data Kesakitan ( Format LB.1 )
b. Data Kematian ( Format LB.2 )
c. Data Operasional ( Format LB.3 )

( Gizi, Imunisasi dan KIA )


d. Data Manajemen Obat ( Format LB.4 )
2. Triwulan
a. Data kegiatan Puskesmas ( Format LT. )
3. Tahunan
a. Umum, Fasilitas ( Format LSD.1 )
b. Sarana ( Format LSD.2 )
c. Tenaga ( Format LSD.3 )
Alur pengiriman laporan adalah sebagai berikut :
1. Alur pengiriman laporan adalah sebagai berikut :
a. Laporan dari Puskesmas dikirim ke Dinas Kesehatan Tk. II untuk diolah sesuai dengan
petunjuk, dan selanjutnya direkapitulasi, laporan dikirim ke Dinkes Tk. I dan
Departemen Kesehatan c.q. Bagian Informasi Ditjen Pembinaan Kesehatan Masalah.
b. Umpan balik dari Departemen Kesehatan dikirim ke Ka.Kanwil Departemen
Kesehatan Propinsi.
2. Alur pengiriman laporan jangka panjang ( mulai Pelita VI ) adalah mengikuti jalur
jenjang administratif organisasi. Departemen Kesehatan menerima laporan dari Kantor
Wilayah Departemen Kesehatan R.I.
c. Pengolahan, Analisa dan Pemanfaatan
Pengolahan, analisa dan pemanfaatan data SP2TP dilaksanakan di tiap jenjang
administrasi yang pemanfaatannya disesuaikan dengan tugas dan fungsinya dalam
mengambil keputusan. Di tingkat Puskesmas, untuk tindakan segera serta untuk
pemantauan pelaksanaan program ( operative ) sebagai early warning system. Pada tingkat
Dati II dapat digunakan untuk pemantauan, pengendalian dan pengambilan tindakan
koreksi yang diperlukan. Pada tingkat I dapat digunakan juga untuk perencanaan program
dan pemberian bantuan yang diperlukan. Pada tingkat Pusat digunakan dalam
pengambilan kebijaksanaan yang diperlukan.
1. Ruang lingkup kegiatan pengolahan dan analisa meliputi :
a. mengkompilasi data dari Puskesmas Pembantu, kegiatan lapangan termasuk Posyandu
dan kegiatan dalam gedung Puskesmas.
b. mentabulasi data upaya kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, yang dibedakan
atas masyarakat dalam wilayah dan luar wilayah Puskesmas.
c. menyusun kartu index penyakit
d. menyusun sensus harian untuk mengolah data kesakitan.
e. melakukan berbagai perhitungan-perhitungan dengan menggunakan data denominator.
f. membuat penyajian dalam bentuk narasi, table dan grafik sesuai kebutuhan menurut
waktu dan lokasi. Sebagai pembanding dapat dipergunakan data tahun-tahun
sebelumnya.
g. melakukan beberapa analisa untuk kebutuhan pemantauan, intervensi serta perencaan
di masa mendatang.
h. membuat peta wilayah Puskesmas termasuk sarana kesehatan.
2. Pemanfaatan data SP2TP
Pada hakekatnya data dari SP2TP mempunyai peran ganda, karena :
a. Data tersebut dilaporkan dari Puskesmas untuk kebutuhan administrasi di atasnya,
dalam rangka pembinaan, perencanaan serta penetapan kebijaksanaan.

b. Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh Pusekesmas sendiri dalam rangka peningkatan
upaya kesehatan Puskesmas, melalui perencanaan ( micro planning ), penggerakan,
pelaksanaan ( mini lokakarya ) dan pengawasan, pengendalian, sertas penilaian
( stratifikasi )
Salah satu komponen dari pengawasan adalah pemantauan yang merupakan tindak
lanjut, secara kontinu dari kegiatan program yang dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan serta tindakan ( action ).
contoh :
Data dari hasil SP2TP dapat dimanfaatkan untuk :
- penyusunan profil puskesmas, dengan menggunakan data dasar
- penggambaran peran serta masyarakat, dengan menggunakan data jumlah kader
( aktif/tidak aktif ), pelaksanaan KB-Kes Terpadu melalui Posyandu.
- penggambaran tingkat pemanfaatan Puskesmas, dengan menggunakan data kunjungan.
- penggambaran tingkat cakupan sasaran pelayanan kesehatan dari berbagai program
yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok Puskesmas.
- dan sebagainya.

Peranan Dokter Puskesmas


I.

Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Seorang Dokter


Tanggung jawab seorang dokter Kepala Puskesmas tidak hanya mengobati
orang sakit saja akan tetapi jauh lebih besar, yaitu memelihara dan meningkatkan
kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Oleh karenanya dalam kegiatan
pemeriksaan dan pengobatan penderita sehari-hari pada waktu-waktu tertentu, dimana
dokter Puskesmas sedang melakukan tugas-tugas menajemen Puskesmas dan tugastugas kemasyarakatan, ia dapat mendelegasikan wewenangnya kepada seorang

II.

Perawat dan seorang Bidan.


Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Seorang Manager
A. Organisasi Dan Tatalaksana
Puskesmas mempunyai wilayah kerja satu kecamatan atau sebagian
dari kecamatan yang langsung bertanggung jawab dalam bidang tehnis
kesehatan maupun administrative kepada Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II
(Dokabu).
Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa di dalam wilayah kerja
Puskesmas merupakan bagian integral dari Puskesmas. Puskesmas Pembantu
melaksanakan sabagian tugas-tugas Puskesmas sesuai dengan kemampuan
tenaga dan fasilitasbyang ada dalam wilayah kerja tertentu yang merupakan
sebagian dari wilayah kerja Puskesmas.
Jenis dan jumlah tenaga Puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama
untuk setiap Puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas

daerah yang dicakup serta keadaan geografis dan perhubungan di wilayah


kerjanya. Yang penting tenaga tersebut bekerja dalam satu Team, berarti
pekerjaan tenaga yang satu mengisi kekurangan dari tenaga yang lain dan
sebaliknya. Walaupun pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda akan tetapi
semuanya dengan satu tujuan, ialah meningkatkan kesehatan dari masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas dan di bawah pimpinan, ialah Kepala Puskesmas.
Tidak ada pengkotaan struktur dalam Puskesmas.
Pertemuan berkala antara Kepala Puskesmas dengan segenap stafnya
(termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa) perlu dilakukan secara
teratur paling sedikit sebulan sekali. Tujuan pertemuan berkala itu antara lain
adalah :
Menampung masalah / hambatan yang dihadapi dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari untuk dipecahkan bersama.
Merencanakan bersama kegiatan yang perlu dilakukan dalam
bulan berikutnya atau minggu yang akan datang.
Menilai hasil-hasil pekerjaan yang telah dilakukan dalam bulan
yang lalu.
Meneruskan informasi / instruksi / petunjuk dari atasan untuk
diketahui dan dilaksanakan bersama.
B. Bimbigan tehnis Dan Supervisi
Kepala Puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan member
bimbingan kepada staf Puskesmas secara berkala di tempat mereka bekerja, di
Puskesmas, di Puskesmas Pembantu, di lapangan maupun di rumah penduduk
dalam rangka kunjungan rumah. Hal ini penting sekali dilakukan secara teratur
untuk memelihara disipli kerja staf Puskesmas.
Dalam kunjungan ini dimanfaatkan untuk meningkatkan system
rujukan (referral system) dimana konsultasi dari staf Puskesmas dapat
dilakukan di tempat mereka bekerja, disamping melimpahkan pengetahuan
dan keterampilan kepada staf Puskesmas yang bersangkutan.
C. Hubungan Kerja Antar Instansi Kecamatan
Hubungan kerjasama yang baik perlu dipupuk antara Puskesmas
dengan semua instansi di tingkat kecamatan. Kepala Puskesmas harus secara
aktif menncari hubungan kerjasama dengan nstansi-instansi di tingkat
kecamatan. Pertemuan berkala antar instansi tingkat Kecamatan perlu
diadakan di bawah koordinasi pak camat.
D. Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Penggerak Pembangunan Di wilayah
Kerjanya

Seringkali masyarakat belum dapat mengenal masalah yang mereka


hadapi, dan belum bias menentukan prioritas masalah yang perlu
ditanggulangi. Kepala Puskesmas beserta segenap stafnya bekerjasama dengan
instansi-instansi lain di tingkat kecamatan, perlu member bimbingan kepada
masyarakat untuk mengenal masalahnya dan menentukan prioritas masalah
yang perlu ditanggulangi sesuai dengan kemampuan swadaya mereka sendiri.
Untuk itu perlu dilakukan pertemuan-pertemuan baik secara individu dengan
III.

pemuka masyarakat, maupun secara kelompok.


Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Tenaga Ahli Dan Pendamping Camat
Program pemerintah pada saat ini baru bisa menempatkan dokter Puskesmas
sebagai seorang sarjana secara merata di kecamata-kecamatan. Dengan sendirinya
harapan dari seluruh masyarakat kecamatan adalah untuk mendapat manfaat dari
keahliannya dalam bidang kesehatan masyarakat maupun pandangan dan cara berpikir
yang luas dan kreatif dari seorang sarjana. Maka peranan dokter Puskesmas di
kecamatan disamping sebagai pemimpin Puskesmas, juga merupakan tenaga ahli dan
pendamping Camat.

Perencanaan Di Tingkat Puskesmas (Microplanning)


I.

Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup


a) Pengertian
Perencanaan mikro tingkat Puskesmas atau microplanning adalah penyusunan
rencana di tingkat Puskesmas untuk 5 (lima) tahun, termasuk rincian tahapan
tiap tahunnya.
b) Tujuan
Umum:
Meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas sesuai dengan
masalah yang dihadapi Puskesmas, sehingga dapat meningkatkan
fungsi Puskesmas.
Khusus:
- Tersusunnya rencana kerja Puskesmas untuk jangka waktu 5 tahun
-

secara tertulis.
Tersusunnya rencana kerja tahunan Puskesmas, sebagai jabaran

rencana kerja 5 tahunan tersebut secara tertulis.


c) Ruang Lingkup
Rencana yang disusun tersebut seyogyanya meliputi seluruh kegiatan pokok
Puskesmas, akan tetapi dapat dibatasi sesuai dengan masalah yang dihadapi;

dengan memperhatikan prioritas, kebijaksanaan dan strategi yang telah


II.

ditetapkan oleh Pusat, Dati I dan Dati II-nya.


Langkah-langkah Penyusunan Rencana
Dalam melaksanakan kegiatan penyusunan rencana tingkat Puskesmas, ada 4 langkah
pokok yang perlu dilaksanakan yaitu:
Identifikasi keadaan dan masalah
Penyusunan rencana
Penyusunan POA tahun pertama
Penulisan naskah rencana

Identifikasi keadaan dan masalah


Langkah ini akan menghasilkan satu rumusan tentang keadaan dan perioritas maslah yang
dihadapi Puskesmas serta alternative pemecahannya.
Kegiatan-kegiatan ini mencakup:
1) Mengetahui kebijaksanaan yang telah ditetapkan:
a. PUSAT, misalnya SKN, RP3JPK, Repelita V dan kebijaksanaan sector lain
yang terkait;
b. DATI-I, misalnya Repelita Propensi, target, strategi pelaksanaan program
propinsi dan sector lain yang terkait yang dikeluarkan Dati-I;
c. DATI-II, misalnya target, strategi pelaksanaan program dan kebijaksanaan
sector lain terkait yang dikeluarkan Dati-II
2) Pengumpulan data
1. Data Umum
Data yang dihimpun oleh keadaan umum wilayah kerja Puskesmas, misalnya
pembagian administratif, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.
2. Data Wilayah
Data yang dihimpun meliputi peta, luas wilayah, jumlah desa, jumlah RK/RW,
jarak desa ke Puskesmas, sarana komunikasi, dan lain sebagainya.
3. Data Penduduk
Data yang dihimpun meliputi jumlah seluruh penduduk, distribusi per desa
dan per RK/RW; menurut jenis kelamin dan golongan umur dengan penekanan
pada distribusi yang disesuaikan dengan sasaran program.
4. Data Sumber Daya
Puskesmas:
- Sarana Fisik
Meliputi seluruh bangunan fasilitas kesehatan (Puskesmas,
Puskesmas Pembantu), Puskesmas Keliling, kebdaraan, peralatan
-

medis & nonmedis.


Tenaga

Meliputi seluruh macam tenaga, status kepegawaiannya, jumlah


-

dan latar belakang pendidikan.


Dana
Meliputi semua dana yang diterima Puskesmas yaitu yang berasal
dari APBN, APBD I dan II termasuk dari BKKBN, PHB dan sector
lain yang terkait, serta kemungkinan sumbangan-sumbangan yang
bias didapatkan.

Masyarakat:
-

Sarana Fisik
Meliputi Posyandu, Pos KB dan Pos lainnya serta peralatan yang
dimiliki seperti dacin, set alat masak, dukun kit dan lain

sebagainya.
Tenaga
Meliputi kader PKK, kader Dasawisma, kader Posyandu dan kader
lainnya, serta dukun bersalin atau tenaga kesehatan tradisonal

lainnya.
Dana
Meliputi Dana Sehat, Dana Koperasi Simpan Pinjam dan dana

lainnya yang dapat dipergunakan untuk kegiatan kesehatan.


5. Data Status Kesehatan
Dihimpun dari data indicator derajat kesehatan yaitu IMR (Infant Mortality
Rate), CMR (Children Mortality Rate), MMR (Maternal Mortality Rate), CDR
(Crude Death Rate), Incidence/Prevalence Rate dan CFR (Case Fatality Rate)
penyakit tertentu, CBR (Crude Birth Rate), FR (Fertality Rate), LE (Level of
Edukation) dan lain sebagainya.
6. Data Cakupan Program
Meliputi data cakupan untuk masing-masing program sesuai dengan indicator
dan variabelnya.
3) Analisa data
Analisa keadaan dan masalah dalam perencanaan meliputi:
Analisa Derajat Kesehatan
Analisa Aspek kependudukan
Analisa Upaya Pelayanan Kesehatan
Analisa Perilaku
Analisa Lingkungan
4) Perumusan Masalah
Permasalahan tersebut harus dirumuskan dengan baik secara epidemiologis, sehingga
tergambarkan masalahnya, dimana, kapan dan seberapa besar. Dengan perkataan lain,
besarnya masalah diusahakan dapat tergambarkan secara kwantitatif.

5) Penentuan peringkat masalah


Untuk menentukan peringkat masalah, dapat dipergunakan cara Delbecg atau cara
Hanlon.
Kriteria yang dipakai untuk masing-masing masalah adalah:
Besarnya masalah
Penentuan score untuk besarnya masalah dilaksanakan dengan memberi nilai
(0-10) pada faktor-faktornya yaitu:
- Persentase penduduk yang terkena
- Biaya yang dikeluarkan per orang per bulan karena masalah
tersebut
- Kerugian yang dialami penduduk
Tingkat kegawatan masalah
Penentuan score untuk kegawatan masalah dilaksanakan dengan memberi nilai
(0-10) pada faktor-faktornya yaitu:
- Tingkat keganasannya
- Tingkat urgensinya
- Kecendrungannya
Kemudahan penanggulangan masalah
Penentuan kemudahan untuk penanggulangan masalah dilaksanakan dengan
memberi nilai (0,5-1,5).
PEARL factor yaitu menentukan dapat atau tidaknya program tersebut
dilaksanakan.
Penentuan scorenya untuk masing-masing factor dilaksanakan melalui voting
(1 = ya, 0 = tidak)
P = Appropriantness (tepat guna)
E = Economic feasibility (secara ekonomi murah)
A = Acceptability (dapat diterima)
R = Resource Availability (tersedianya sumber)
L = Legality (legalitas terjamin)

Penyusunan rencana
Setelah Puskesmas menentukan peringkat masalah di wilayah kerjanya, kemudian disusun
rencana dengan sistematika (urutan) sebagi berikut:
1. Perumusan tujuan dan sasaran
Merupakan langkah awal yang sangat menentukan, terutama untuk menentukan
tujuan dan sasaran. Tujuan pada dasarnya merupakan gambaran suatu keadaan di
masa yang akan datang, yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan yang akan
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan masalah yang dihadapi. Sadangkan
sasaran lebih menggambarkan keadaan kuantitatif yang akan dicapai di masa datang.
2. Perumusan kebijaksanaan dan langkah-langkah

3. Perumusan kegiatan
4. Perumusan sumber daya

h. Pembimbingan/Supervisi
Adalah suatu upaya pengarahan antara lain dengan mendengarkan alas an dan keluhan
tentang masalah pelaksana dan pemberian petunjuk serta saran dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi pelaksana.
Bertujuan agar :
a.
b.
c.
d.

Terselenggaranya program upaya kesehatan yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan


Kekeliruan dan penyimpangan dalam pelaksanaan dapat diluruskan kembali
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Meningkatkan hasil pencapaian pelayanan kesehatan

Ruang lingkup pembimbingan puskesmas oleh kepala puskesmas kepada para


pelaksana kegiatan di wilayah kerjanya. Mencakup pembimbingan dalam bidang persediaan
obat, peralatan, perlengkapan administrasi, ketenagaan, dan anggaran.
Pembimbingan dilakukan dalam bentuk
a. Pertemuan di dalam puskesmas
b. Kunjungan lapangan (petugas kesehatan, bidan desa, kader keseatan, dan sarana
pelayanan)
Pembimbingan dilakukan oleh dokter kepala puskesmas kepada staf puskesmas baik
secara berkelompok maupun perorangan, dilakukan minimal satu bulan sekali atau bila
sewaktu-waktu ada masalah yang timbul. Khusus untuk posyandu dilakukan pembimbingan
minimal tiga bulan sekali. Dalam melakukan pembimbingan perlu dibuat laporan tertulis oleh
pelaksana. Laporan dibuat paling lambat satu minggu setelah kegiatan, dan kemudian laporan
itu akan digunakan didalam rapat staf. Format bimbingan digunakan pedoman yang sudah
ada yaitu Pedoman Pembimbingingan Keterpaduan KB-Kesehatan yang diterbitkan
Departemen Kesehatan tahun 1987.

i.

Stratifikasi Puskesmas
Adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas dengan
mengelompokannya kedalam 3 strata, yaitu :
a. Strata I ( Strata puskesmas dengan prestasi kerja baik)
b. Strata II (Strata puskesmas dengan prestasi kerja cukup)

c. Strata III (Strata puskesmas dengan prestasi kerja kurang)


Pengelompokan ketiga strata tersebut digunakan dalam rangka penilaian terhadap
tingkat perkembangan fungsi puskesmas sehingga dengan demikian dapat
menimbulkan gairah kerja, rasa tanggung jawab, dan kreatifitas kerja yang
dinamis melalui pengembangan falsafah mawas diri.
Tujuan Khusus dilakukannya stratifikasi puskesmas :
-

Mendapatkan gambaran menyeleruruh perkembangan fungsi puskesmas


secara berkala dalam rangka pembinaan dan pengembangannya
Mendapatkan masukan untuk perencanaan puskesmas di masa mendatang
Mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan
puskesmas sebagai masukan untuk pembinaannya

Ruang lingkup stratifikasi di puskesmas dikelompokan dalam 3 aspek :


a. Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing masing
kegiatan
b. Hasil dan cara pelaksanaan manajemen puskesmas
c. Sumber daya yang tersedia di puskesmas
d. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi pencapaian hasil kegiatan
puskesmas
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa terdapat 3 area yang perlu dibina :
a. Puskesmas sebagai wadah pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Pembinaan ini diarahkan kepada fasilitas fisik, pelaksanaan
manajemen dan kemampuan tenaga kerja.
b. Pelaksanaan program program sektor kesehatan maupun program lintas
sektoral yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi tanggung
jawab puskesmas dalam pelaksanaannya maupun sarana penunjangnya
c. Peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk
hidup seat dan produktif.
Melalui pembinaan komponen-komponen tersebut diatas, diharapkan puskesmas
dapat meningkatkan fungsinya yang pada waktunya nanti dapat menunjang turunnya
angka kematian bayi. Angka kematian bai dan angka kelahiran adalah indikator yang
peka untuk status kesehatan.
Kegiatan stratifikasi mencakup kegiatan :
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Analisa masalah dan penentuan langkah penanggulangannya

Kegiatan tersebut dilakukan mulai dari tingkat puskesmas, kabupaten, propinsi,


sampai tingkat pusat.
Stratifikasi dilakukan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di semua
puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai ke pusat.
1. Di tingkat Puskesmas
Dilaksanakan sendiri oleh masing-masing puskesmas , dan merupakan kegiatan
mengukur kemampuan penampilan puskesmas dalam rangka mawas diri. Dengan
tujuan agar kepala puskesmas mengetahui kelemahan dan masalah yang dihadapi
untuk berusaha memperbaikinya.
2. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati II/Kandep
Menghimpun laporan hasil stratifikasi puskesmas untuk diolah dan dianalisa
sehingga mendapatkan gambaran keadaan fungsi masing-masing puskesmas
dalam wilayahnya dalam rangka pembinaan dan rencana pengembangannya.
3. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati I/Kanwil dan Pusat
Menghimpun laporan hasil stratifikasi dari masing-masing Dinas Kesehatan Dati
II untuk diolah dan dianalisa sehingga mendapatkan gambaran tingkat
perkembangan fungsi puskesmas di dalam wilayah masing-masing
kabupaten/Kodya dan propinsi dalam rangka pembinaan dan pengembangannya di
tahun yang akan datang.
Pelaksanaan stratifikasi di tingkat puskesmas :
a. Tahap I :
Puskesmas mengumpulkan data sesuai dengan pedoman , kemudian dilakukan
penghitungan scoring untuk menentukan strata puskesmas.
b. Tahap II :
Diadakan analisa untuk melihat nilai scoring yang rendah pada hasil kegiatan dan
manajemen, dicari sebab-sebabnya mengapa hasil cakupan rendah. Misal :
Tenaga :
-

Kurang jumlah

Kurang terampil

Kurang bimbingan

Kurang produktif

Dll

Sarana :
-

Jarak jauh tidak ada sarana transport

Sarana teknis pelayanan kurang memadai

Dana :
-

Kurang memadai

c. Tahap III :
Upaya untuk mengatasi masalah masalah tersebut diatas dan kiranya ada hal-hal yang
memerlukan bantuan tingkat kabupaten/DinKes Dati II. Kemudian menyusun rencana
penanggulangan masalah dikirim ke Dati II untuk dipelajari oleh Dokabu/Kandep.

Pemanfaatan stratifikasi puskesmas di berbagai tingkat administrasi :


a. Bagi Puskesmas :
Mendapatkan gam tingkat perkembangan prestasi kerja secara menyeluruh sehingga
dapat diambil berbagai upaya untuk memperbaikinya dalam rangka mawas diri.
b. Bagi Dati II (Kabupaten/Kotamadya)
-

Mendapatkan gambaran prestasi kerja puskesmas dalam wilayah Dati II yang


bersangkutan tiap tahun.

Mengetahui masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan puskesmas baik


yang disebabkan oleh sumber daya maupun oleh karena pengaruh lingkungan.

Menentukan langkah serta bantuan yang diperlukan dalam mengatasi masalah


yang dihadapi puskesmas melalui penyusunan rencana tahunan.

Mendapatkan gambaran mengenai kemampuan manajemen setiap puskesmas


di wilayah Dati II.

c. Bagi Dinkes Dati I/Kanwil propinsi


Mendapatkan gambaran mengenai masalah serta hambatan yang dihadapi oleh Dinkes
Dati I selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan Puskesmas di wilayah
kerja yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh Dinkes Dati I/Kanwil
propinsi antara lain melalui penyusunan rencana tahunan.

d. Bagi Pusat :
Mendapatkan gambaran mengenai masalah serta hambatan ang dihadapi oleh Dinkes
Dati I/Kanwil selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas
diwilaya kerjanya. Yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh pusat antara
lain melalui penyusunan rencana tahunan. Di samping itu dapat juga digunakan untu
mendapatkan informasi untuk kebutuhan studi, survai, dll.

Sumber Data yang dikumpulkan sebagian besar dari sistem pencatatan dan pelaporan yang
ada di puskesmas dan sebagian lagi dari sumber lain atau informasi dinas lain atau
kecamatan. Sumber tersebut antara lain :
1. SP2TP yang dikumpulkan dari kalender tahun lalu
2. Pengamatan puskesmas dalam tahun kalender yang lalu
3. Catatan pelaksanaan manajemen dalam tahun yang lalu
4. Catatan tentang sumber daya yang tersedia di puskesmas
5. Informasi dari kecuali/dinas lain tentang data lingkungan

Pengisian format pengumpulan data dimasukan dalam format sebagai berikut :


a. Kesejahteraan Ibu, anak, dan imunisasi
b. Keluarga Berencana
c. Perbaikan Gizi
d. Kesehatan Lingkungan
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
f. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
g. Pengobatan
h. Kesehatan Sekolah
i. Perawatan Kesahatan Masyarakat
j. Kesehatan Gigi dan Mulut
k. Kesehatan Jiwa

l. Laboratorium

Dalam rangka memberi nilai dan menghitung nilai pada data yang terkumpul, maka data
disusun dalam kelompok variabel, sub variabel, dan sub sub-variabel sebagai berikut :
-

Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan bagi masing-masing kegiatan


pokok puskesmas (Hs)

Hasil dan cara pelaksanaan manajemen puskesmas (P)

Sumber daya yang tersedia di puskesmas (S)

Keadaan lingkungan yang mempengaruhi pencapaian hasil kegiatan


puskesmas (L)

Kelompok variabel hasil kegiatan puskesmas di bagi dalam 12 variabel (H1, H2, H3<.... H12)
H1 = Kesejahteraan Ibu dan Anak
H2 = keluarga Berencana
H3 = Perbaikan Gizi
.
.
.
H12 = Laboratorium Sederhana

Tujuan Umum Pembinaan Stratifikasi Puskesmas di tingkat Pusat adalah untuk mendapatkan
gambaran tingkat perkembangan fungsi puskesmas di seluruh propinsi Indonesia dalam
rangka pembinaan dan pengembangannya.
Tujuan khusus :
-

Mendapatkan kecenderungan perkembangan prestasi kerja puskesmas di


masing-masing propinsi

Memberikan arah dan prioritas wilayah yang perlu dibina dan dikembangkan

Memberikan masukan bagi perencanaan puskesmas jangka menengah

j. Adminitrasi Keuangan dan barang


1. Landasan hukum dalam pengelolaan keuangan negara adalah UUD 1945 pasal 23
ayat (1)
Administrasi keuangan di puskesmas adalah sistem pengelolaan keuangan baik yang
berasal dari APBN, APBD tk.I dan tk.II dan retribusi/penerimaan.
Tujuan Umum :
Terselenggaranya administrasi keuangan di puskesmas dengan baik dan benar,
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Tujuan Khusus :
-

Adanya catatan tertib dan benar atas semua uang yang diterima oleh
puskesmas

Adanya catatan secara tertib dan benar atas semua pengeluaran/penggunaan


uang untuk menunjang pelaksanaan kegiatan puskesmas.

Adanya file-file bukti penerimaan dan pengeluaran uang puskesmas secara


lengkap dan benar

Adanya pelaporan secara tertib dan benar tentang pengeloaan keuangan


puskesmas secara periodik

Sumber dana puskesmas :


1. Sumber dari tingkat pusat : Anggaran pembangunan sektoral, Anggran bantuan
pembangunan saranan kesehatan, Anggaran bantuan luar negeri OECF(overseas
economic cooperation fund) dari Jepang.

2. Sumber dari Dati I dan Dati II APBD I & II (operasional yg belum didapat dr pusat )

3. Sumber dana dari Puskesmas : 25% retribusi utk kebutuhan puskesmas.

C. Pengelola Keuangan

1. Bendaharawan / PUMK (pemegang uang muka kerja) yg merangkap sebagai


B/PKPNT (bendaharawan atau pemegang kas pendapatan non tax)
2. Kepala Puskesmas.

Tugas dan tanggung jawab bendaharawan puskesmas.


Tugas:

Melaksanakan pengelolaan/ penatausahaan dgn tertib sesuai perundangan yg berlaku.

Mengurus penerimaan, menyimpan , membukukan , mengeluarkan uang yang berada


dalam pengelolaannya, serta menyusun laporan.

Tanggung Jawab:

Atas ketekoran yg mungkin terjadi.

Atas tugasnya kepada atasan langsung.

Tugas dan tanggung jawab Penerima pendapatan non tax.


Tugas :

Mengadakan pengelolaan/pengurusan/penatausahaan dengan tertib dana hasil


pendapatan puskesmas & menyetorkan secara berkala ke kantor Kas Daerah sesuai
peraturan perundangan.

Tanggung Jawab:

Menyimpan dana pendapatan non Tax dengan tertib sehingga terhidar dari ketekoran
dan kecurian

Tugas dan tanggung jawab PUMK puskesmas

Tugas:

Mengadakan pengelolaan/pengurusan (menerima,menyimpan dan mengeluarkan


dengan tertib mengenai uang yg berada dalam pengelolaannya)

Tanggung Jawab:

Mengadakan pengamanan uang tersebut dengan baik terhindar dari kehilangan atau
kecurian

Tugas dan tanggung jawab kepala Puskesmas atasan Bendaharawan/PUMK

Menguji, membebankan dan memerintahkan Bendaharawan/PUMK untuk membayar


setiap tagihan yg diajukan kepadanya.

Menyusun juklak setiap kegiatan sehingga tidak terjadi kegiatan yang tumpang tindih

Membuat laporan pertanggungjawaban keuangan kepada instansi yg berwenang.

Mengadakan pemeriksaan kas Intern secara berkala terhadap Bendaharawan/PUMK


selambat-lambatnya sekali tiga bulan

Mengawasi pelaksanaan kegiatan baik terhadap segi administratif maupun segi teknis
operasional

Tugas dan tanggung jawab kepala puskesmas atasan Bendaharawan


penerima/PKPNT .

Memantau & memeriksa pemungutan dan penyetoran dana pendapatan non Tax.

Melaporkan jumlah penerimaan dan penyetoran pendapatan non Tax secara berkala
kepada instansi yg berwenang

Tata cara pengelolaan Keuangan

Surat keputusan menkeu RI No.332/M/9/1968 tanggal 26 September 1968 pasal 1


ayat (2) :

Setiap Bendaharawan atau pemegang kas yg mengurus uang negara harus


mempunyai buku kas umum & mencatat penerimaan dan pengeluaran.

Pemegang uang negara wajib:


1. mengadakan Pembukuan
2. membuat Laporan pertanggungjawaban keuangan
3. membuat Laporan keadaan kas yg dikelolanya

Pembukuan

Yang dimaksud pembukuan adalah Pencatatan semua penerimaan serta pengeluaran yg


dilakukan seseorang dalam rangka ketertiban administrasi keuangan.

Terdiri dari:

a. Buku kas umum


b. Buku bank
c. Buku kas pembantu
d. Buku persekot kerja
e. Buku surat pertanggung jawaban
keuangan (SPJ)

a. Buku kas umum


Merupakan Buku kas yg digunakan untuk mencatat/membukukan semua penerimaan dan
pengeluaran baik dari kas tunai maupun ke/dari bank/giro pos yang menjadi tanggung
jawab Bendaharawan/PUMK.

Buku Kas Umum merupakan Alat monitoring utama dlm pengurusan uang negara.

2 jenis : -bentuk scontro ( paling sering digunakan)

-bentuk tabelaris (u/ jumlah kegiatan yg banyak)


b. Buku bank / buku kas tunai.
Yang dimaksud Buku bank adalah buku dimana Pencatatan/pembukuan semua
penyetoran/pengambilan uang melalui rekening Bendaharawan dan berfungsi sebagai
pembantu Buku Kas Umum.

Uang tunai dibatasi ( Rp 5 juta).

Uang harus disimpan di bank.

c. Buku kas pembantu


Buku kas pembantu merupakan salah satu pembantu buku kas umum

Buku kas pembantu merupakan buku kas dimana semua penerimaan/pengeluaran per
mata anggaran/tolak ukur/ satu kegiatan dicatat.

d. Buku Persekot Kerja.


Buku yang memuat Pencatatan/pembukuan semua pengeluaran sementara (uang muka
kerja) dan penyelesaian pertanggung-jawaban pengeluaran sementara tersebut.

Buku persekot kerja merupakan Pengontrol jumlah,waktu/usia uang muka kerja


tersebut.

Buku persekot kerja juga merupakan Pembantu buku kas umum.

e. Buku surat pertanggung jawaban (SPJ).

Yang dimaksud buku Surat pertanggungjawaban adalah buku dimana


Pencatatan/pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran definitif (pasti/rampung).

Buku surat pertanggung jawaban termasuk sebagai Pembantu buku kas umum. Buku ini
hampir sama cara pengerjaannya/pembukuannya dengan buku persekot kerja, hanya
bedanya dalam buku SPJ memuat catatan-catatan penerimaan/pengeluaran yang telah
definitive (pasti/rampung).

Dokumen yang harus ada dalam pengelolaan barang di Puskesmas.

1. Buku-buku , kartu , serta formulir :


a. Buku induk barang inventaris(BIBI).
b. Kartu inventaris ruangan (KIR)
c. Kartu penerimaan/persediaan barang (KPPB)
d. Surat bukti barang masuk (SBBM)
e. Surat bukti barang keluar (SBBK)
f. Surat permintaan mengeluarkan barang (SPMB)

2. Daftar Inventaris barang milik negara.


digunakan kepala puskesmas untuk pelaporan barang inventaris per jenis barang/alat 1 thn
sekali dilaporkan/diserahkan ke kepala Dinas Dati II & kanwil propinsi serta Kepala
direktorat bina upaya kesehatan puskesmas

K. Surat Menyurat

Setiap unit organisasi selalu melakukan hubungan surat-menyurat, baik ke dalam antar subunitnya maupun ke luar dengan unit organisasi atau instansi lain. Surat-surat tersebut ada
yang bersifat sekali pakai lalu tak berguna lagi, tapi ada yang perlu disimpan karena masih
selalu diperlukan. Surat-surat yang demikian itu perlu ditata dengan baik, agar mudah dicari
kembali saat dibutuhkan. Biasanya orang lebih mengenal sebagai arsip. Penatalaksanaan
surat-menyurat pada dasarnya adalah pengurusan arsip.
1. Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup
a. Pengertian
ARSIP adalah naskah-naskah/surat-surat yang dibuat dan diterima oleh
Puskesmas dalam corak apapun, yang digunakan untuk kelancaran kegiatan
Puskesmas dan harus ditata usahakan dengan baik, sehingga bila sewaktu-waktu
diperlukan dapat ditemukan dengan cepat.
Arsip dapat digolong-golongkan sebagai berikut:
1. Arsip dinamis : arsip yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan,
pelaksanaan kegiatan Puskesmas dan pengawasan dalam lingkungan Unit
Kerja Puskesmas.
2. Arsip aktif
: arsip dinamis yang secara langsung dan terus-menerus
diperlukan dan dipergunakan dalam penyelenggaraan administrasi dan
kegiatan Puskesmas.
3. Arsip inaktif : arsip dinamis yang skala penggunaannya untuk
penyelenggaraan administrasi dan kegiatan Puskesmas sudah menurun
volumenya.
4. Arsip statis

: arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk

perencanaan, pelaksanaan kegiatan Puskesmas sehari-hari.


b. Tujuan
1. Umum:
Terciptanya tata-kearsipan yang sinkron, terkoordinasi, berdaya guna dan
berhasil guna dalam lingkungan unit kerja Puskesmas.
2. Khusus:
a. Terselenggaranya surat-menyurat dengan baik dan tertib
b. Adanya system catatan dan kearsipan surat-menyurat dengan tertib dan
c.

lengkap serta mudah ditemukan kembali bila diperlukan.


Ruang lingkup
Penatausahaan surat-menyurat Puskesmas meliputi:
- Pengurusan surat-surat yang masuk
- Pengurusan surat-surat yang keluar
- Penyusunan berkas-berkas arsip

2. Pelaksanaan Penatausahaan Surat-Menyurat


a. Azas penatausahaan surat-menyurat

b. Tugas tata usaha


c. Pengurusan surat-menyurat
- Pengurusan surat masuk
- Pengurusan surat keluar
3. Penyimpanan surat (pengarsipan)
Penyimpanan surat-surat (baik petinggal surat keluar atau surat masuk) sangat
penting. Penyimpanan tersebut harus dilakukan dengan teliti, cermat, tidak rusak,
sistematis dan efisien. Dengan melakukan pengarsipan yang baik, maka surat akan
mudah dicari kembali bila diperlukan, dan selalu dapat ditelusuri perkembangan
Puskesmas dengan baik.

Perencanaan dan Pengelolaan Obat di Puskesmas


1. Pendahuluan
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang lebih merata dan sedekat
mungkin kepada masyarakat terutama penduduk pedesaan dan daerah perkotaan
terutama untuk penduduk berpenghasilan rendah, maka sejak tahun 1974 pemerintah
memberikan Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan untuk seluruh Daerah Tingkat
II di Indonesia.

Tanda-tanda ketidaktepatan perhitungan perkiraan kebutuhan obat tersebut dapat


dilihat dari:
a) Kekurangan obat-obatan yang sering dipakai walaupun dana obat cukup tersedia.
b) Kelebihan obat yang biasa dipakai, disebabkan karena:
Pemilihan jenis dan jumlah yang tidak tepat.
Oat yang dipilih tidak sesuai dengan pola penyakit, atau
Bentuk dan dosis yang tersedia tidak disukai oleh dokter atau pasien.
c) Kelebihan obat di beberapa unit-unit pelayanan sedangkan unit yang lain mengalami
kekurangan obat. Keadaan ini dapat disebabkan karena suplai obat yang tidak merata
di antara unit-unit pelayanan kesehatan. Misalnya Rumah Sakit dan unit pelayanan
kesehatan di perkotaan mendapat suplai obat lebih baik dari pada unit pelayanan di
pedesaan, atau daerah-daerah pinggiran. Apabila kesenjangan ini sering terjadi, maka
pasien biasanya akan langsung berobat ke unit-unit pelayanan dimana tersedia obat
yang lebih memadai.

d) Efektifitas penggunaan dana yang tidak memadai karena kecenderungan penggunaan


obat-obatan yang lebih mahal daripada penggunaan obta-obatan yang lebih murah
dengan efektifitas yang sama dengan obat-obatan yang mahal.
e) Penyesuaian yang tidak rasional terhadap kendala anggaran dapat menuju kepada
jumlah pesanan yang tidak rasional.
f) Preskripsi yang tidak rasional dan tidak efektif dapat juga disebabkan karena
perhitungan perkiraan obat yang tidak tepat, sehingga dapat terjadi:
Jangka waktu pengobatan yang diperpendek agar obat yang tersedia

mencukupi kebutuhan untuk jangka waktu tertentu.


Substitusi obat-obatan tertentu dengan obat alternatif yang dipakai secara tidak
tepat.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu diambil langkah-langkah perbaikan


antara lain dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat, agar obat-obatan yang
disediakan sesuai dengan kebutuhan di lapangan dan tujuan serta sasaran
pembangunan di bidang kesehatan. Agar perhitungan rencana kebutuhan obat di tiap
unit pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah oleh petugas di
lapangan maka dirasa perlu disusun Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat di
Puskesmas dimana aspek perencanaan diuraikan secara lebih rinci dibandingkan
aspek-aspek pengelolaan obat-obat lainnya.
Sasaran dari buku pedoman ini adalah:
- Tenaga pengelola obat di Puskesmas
- Dokter Puskesmas
2. Tujuan
a. Umum:
Memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis
melalui penyediaan obat-obatan yang tepat baik jenis maupun jumlahnya di
Puskesmas.
b. Khusus:
i. Mengetahui urutan kegiatan dalam seluruh rangkaian kegiatan
pengelolaan obat.
ii. Mengetahui maksud dan tujuan serta kegiatan masing-masing
komponen pengelolaan obat.
iii. Mengenal proses dan kriteria pemilihan jenis obat esensial.
iv. Mengenal langkah-langkah penyusunan standar pengobatan untuk
perencanaan.
v. Mengenal upaya-upaya peningkatan efisiensi penggunaan dana.

vi. Mengetahui manfaat pencatatan dan pelaporan obat.


vii. Mampu memperkirakan jumlah kebutuhan obat di berbagai tingkat unit
pelayanan kesehatan menggunakan metode konsumsi dan atau metode
epidemiologi.
Secara spesifik kemampuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mampu menilai perlunya perhitungan yang lebih sistematis dan
mampu menyusun tujuan praktis dari perkiraan kebutuhan obat.
2. Mampu memilih metode perhitugan yang paling tepat.
3. Mampu menetapkan masalah-masalah kesehatan yang akan
ditangani pada berbagai unit pelayanan.
4. Mampu mengumpulkan dan mengolah data morbiditas yang
tepat dan data penggunaan obat dari sumber-sumber rutin.
5. Mampu menghitung jumlah dan biaya obat.
6. Mampu merencanakan biaya dan mencocokkan jumlah
perkiraan agar sesuai dengan biaya yang tersedia.
7. Mampu menggunakan perkiraan kebutuhan obat yntuk
melakukan pesanan obat dan pengiriman kepada unit-unti
pelayanan kesehatan lainnya.
8. Mampu mengevaluasi efektifitas

perhitungan

perkiraan

kebutuhan obat.
9. Mampu memperbaiki perkiraan kebutuhan obat.

Tujuan-tujuan tersebut diatas secara tidak langsung juga akan memperbaiki


kesadaran atas:
-

Biaya dan akibat daripada kebiasaan preskripsi yang sedang berlangsung


Pentingnya memilih dan menggunakan pengobatan yang lebih rasional dan

efektif biaya
Pentingnya mengumpulkan data yang lebih tepat dan akurat atas pola
penyakit dan penggunaan obat.

3. Pengelolaan obat
a. Pengertian
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut empat
fungsi pokok yaitu PERENCANAAN, PENGADAAN, PENDISTRIBUSIAN dan
PENGGUNAAN OBAT dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia,
mencakup pola/tata laksana dan perangkat lunak lainnya, tenaga, sarana dan dana
dalam rangka pencapaian tujuan.
b. Tujuan

Memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di


unit-unit pelayanan kesehatan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat
jumlah dan tepat waktu dan tempat.
c. Kegiatan
Kegiatan utama pengelolaan obat meliputi:
Perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan penggunaan obat. Untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tersebut antara lain diperlukan sumber-sumber tertentu yang
meliputi sistem informasi dan pembiayaan.
Uraian atas pengelolaan obat ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
(1) Informasi
(2) Pembiayaan
(3) Perencanaan
(4) Pengadaan
(5) Pendistribusian
(6) Penggunaan obat
1. Informasi
a. Pengumpulan data
i. Pengertian.
Data adalah bahan baku yang dapat berupa kejadian, keterangan atau
angka yang bila diproses dapat menghasilkan suatu informasi.
Pengolahan data adalah suatu kegiatan merubah atau membuat sekian
banyak data menjadi suatu bentuk, sehingga dapat dianalisa dan ditarik
kesimpulan.
Cara pengolahan data dapat dengan menggunakan tangan (manual)
maupun secara elektronik dengan komputer. Pengolahan data baik
dengan tangan maupun elektronik, akan menghasilkan keluaran yang
dapat berbentuk tabel, grafik, atau ringkasan seperti jumlah, angka
rata-rata, persentase dan sebagainya.
Informasi adalah hasil dari proses pengolahan data setelah mengalami
validasi, pengecekan, pemilihan, perhitungan dan pembandingan
dengan data lain yang berkaitan, yang dapat digunakan/dapat
mempengaruhi tindakan/putusan berdasarkan permasalahan yang
sedang dihadapi.
Dari berbagai bentuk catatan dan laporan mengenai pengelolaan obat
dapat diperoleh berbagai informasi untuk perencanaan kebutuhan obat.
Tanpa informasi yang baik akan sering terjadi kehabisan persediaan
(stockout) atau mungkin terjadi persediaan berlebih (overstock),
kerusakan atau obat kadaluwarsa.

ii.
iii.

Tujuan.
Mendapatkan informasi yang lengkap dan dapat dipercaya.
Sumber data:

Buku penerimaan dan pengeluaran obat (buku agenda dokumen obat)


Kartu stok obat
Catatan harian penggunaan obat di Puskesmas
LB4
LB1
Buku register
Catatan pasien (patient record).

b. Pengolahan data
Jumlah pemakaian tiap jenis obat
-

Penerimaan dan pengeluaran obat selama 1 tahun


JUMLAH PEMAKAIAN 1 TAHUN =
STOK AWAL + OBAT YANG DITERIMA STOK AKHIR
Contoh: Etambutol tablet 250 mg.

Obat rusak, daluwarsa, hilang dan lain-lain


JUMLAH PEMAKAIAN 1 TAHUN =
STOK AWAL + OBAT YANG DITERIMA JUMLAH OBAT
YANG RUSAK - STOK AKHIR

Kekosongan obat
JUMLAH PEMAKAIAN 1 TAHUN =
JUMLAH PEMAKAIAN YANG TERCATAT x
JANGKA WAKTU PERHITUNGAN (1TH) : JANGKA
WAKTU PERSEDIAAN

Stok pengaman
Yang dimaksudkan dengan stok pengaman adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan obat (stockout). Kemungkinan terjadinya stockout dapat
disebabkan karena penggunaan obat lebih besar dari perkiraan semula, atau
keterlambatan dalam penerimaan obat yang dipesan (leadtime).
JUMLAH PERKIRAAN
PEMAKAIAN 1 TAHUN

Leadtime

JMLH PEMAKAIAN
RATA-RATA
+ STOK PENGAMAN

Adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan obat-obatan


sampai dengan kedatangan obat-obatan yang dipesan tersebut diterima di
gudang persediaan.
-

Pemakaian rata-rata
Pemakaian rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah pemakaian dengan
waktu tersedianya obat.

Episode pengobatan
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan (pemakaian obat) dengan metoda
epidemiologi digunakan rumusan sebagai berikut:
JUMLAH KEBUTUHAN OBAT =
JMLH OBAT BERDASARKAN PENGOBATAN STANDAR x JMLH
EPISODE PENGOBATAN

Kesimpulan
Informasi yang lengkap dan dapat dipercaya atas pengadaan, pendistribusian
dan penggunaan obat sangat diperlukan dalam pengelolaan supali obat yang
efisien. Tanpa informasi yang baik akan sering terjadi kehabisan persediaan
(stockout), kerusakan, hilang atau kadaluwarsa obat.

2. Pembiayaan
a. Pada umumnya obat-obatan untuk Puskesmas berasal dari berbagai
sumber dana, seperti:
i. Dana bantuan INPRES
ii. Perum Husada Bhakti
iii. APBD Tk. I dan Tk. II
iv. Sumber-sumber dana lainnya
b. Untuk penyusunan rencana kebutuhan obat di setiap Puskesmas maka
jumlah alokasi dana tahun lalu dapat dipakai sebagai dasar perkiraan
alokasi dana tahun berikutnya (khususnya dana bantuan Inpres, dimana
jumlah dana bantuan didasarkan kepada jumlah penduduk).
3. Perencanaan
a. Pengertian
Perencanaan kebutuhan obat merupakan suatu proses memilih jenis dan
menetapkan jumlah perkiraan kebutuhan obat di suatu unit pelayanan
kesehatan/unit kerja/wilayah. Untuk dapat memilih jenis dan menetapkan
jumlah obat secara tepat, diperlukan persiapan-persiapan yang menyangkut
berbagai kegiatan berikut:
- Menetapkan tujuan dan sasaran serta metode/prosedur pencapaian

- Mengumpulkan dan analisis data


- Evaluasi proses perencanaan.
Semua kegiatan tersebut perlu diprogramkan dan disusun dalam bentuk
RENCANA KEGIATAN seperti contoh terlampir.
b. Tujuan
Maksud dan

tujuan

perencanaan

kebutuhan

obat

adalah

untuk

mendapatkan:
Jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan.
Menghindari terjadinya kekosongan obat.
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis.
c. Kegiatan
Dari berbagai kegiatan yang tertera pada Rencana Kegiatan di atas, di
bawah ini akan diuraikan kegiatan pokok dalam perencanaan perkiraan
kebutuhan obat yang meliputi:
Pemilihan jenis obat.
Perhitungan jumlah kebutuhan obat.
Peningkatan efisiensi dana.
-

Pemilihan Jenis Obat


Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 125/MENKES/S/II/1988 tentang
Daftar Obat Esensial Nasioan 1987 dan Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri No. 394/MENKES/SK/VII/1981 dan No. 196 Tahun 1981
tentang Pengadaan obat untuk unit pelayanan kesehatan Pusat dan Daerah, maka
pengadaan dan penggunaan obat-oatan di Rumah Sakit Kelas A, B, C, D, E,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru dan Pos Obat
Desa baik milik Pusat maupun milik swasta hanya meliputi obat yang terdapat dalam
Daftar Obat Esensial Nasional edisi 1987.
Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 085/menkes/PER/I/1989
maka Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II diwajibkan menyediakan
obat Esensial dengan nama generik untuk kebutuhan Rumah Sakit, Puskesmas dan
Unit Pelaksana Teknis lain di wilayahnya. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut
maka disusun daftar jenis obat untuk unit pelayanan kesehatan. (misalnya Daftar Obat
Inpres lampiran 2).

Perhitungan jumlah kebutuhan obat

Metoda konsumsi didasarkan kepada analisa data penggunaan obat tahuntahun sebelumnya, sedangkan metoda epidemiologi didasarkan kepada
frekuensi penyakit atau jumlah penduduk yang akan dilayani dan pengobatan
yang digunakan.
Kedua metoda ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, namun keduaduanya dapat dipakai bersamaan agar hasilnya dapat diperbandingkan dan
disesuaikan dengan jumlah alokasi dana yang tersedia.
Kelebihan dan kekurangan kedua metoda tersebut adalah sebagai berikut:
KELEBIHAN
Pola Konsumsi
Tidak dibutuhkan data morbiditas atau
standar pengobatan
Perhitungan kebutuhan obat lebih
sederhana.
Bermanfaat untuk Rumah Sakit dimana
masalah kesehatan amat banyak dan
kompleks.
Dapat diandalkan, jika data konsumsi
dicatat dengan baik, pola preskripsi
tidak berubah dan suplai tidak jauh

KEKURANGAN
Data konsumsi, data obat, dan data
jumlah kontak pasien yang dapat
diandalkan mungkin sulit diperoleh.
Tidak dapat dijadikan dasar dalam
mengkaji penggunaan obat dan
perbaikan pada pola preskripsi.
Tidak dapat diandalkan jika terjadi
kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan,
obat yang berlebih atau adanya
kehilangan.
Pencatatan data morbiditas yang baik
tidak dianjurkan/didorong.

berbeda dengan sebelumnya.


Masalah pengelolaan stok dapat
diidentifikasi sehingga perbaikan
pengelolaan dapat ditingkatkan.
Pola-Epidemiologi
Data konsumsi obat tidak dibutuhkan.
Didasarkan pada preskripsi yang

Perlu waktu yang banyak dari tenaga


yang terampil.
Data penyakit sulit diperoleh secara

rasional sehingga dapat dijadikan dasar

pasti dan kemungkinan terdapat

untuk mengkaji pola penggunaan pola

penyakit yang tidak termasuk dalam

preskripsi.
Mendorong terlaksananya pencatatan
data morbiditas yang dapat diandalkan.

daftar/tidak terlampir.
Memerlukan sistem pencatatan dan
pelaporan.
Pola penyakit dan pola preskripsi tidak

selalu sama.
Dapat terjadi kekurangan obat karena
ada wabah atau kebutuhan insidentil
tidak terpenuhi.
Variasi obat terlalu luas.

d. Metode perhitungan rencana kebutuhan obat


- Metode konsumsi
Pelaksanaan perhitungan rencana kebutuhan obat menurut pola konsumsi
di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten)

dilaksanakan sebagai berikut:


Analisis data dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat
Penyesuaian jumlah permintaan obat dengan alokasi dana
Penyampaian rencana permintaan obat
Pengumpulan dan analisis data serta perhitungan perkiraan kebutuhan
obat
Penyesuaian jumlah permintaan obat dengan alokasi dana
Penyampaian rencana permintaan obat
- Perhitungan perkiraan kebutuhan obat menurut metode
epidemiologi/standar pengobatan

Kesimpulan:
Standar pengobatan untuk perencanaan dimaksudkan untuk membantu
petugas pengelola obat dalam menyusun perkiraan kebutuhan obat. Standar
ini harus mengacu pada standar pengobatan klinis yang digunakan. Dalam
penerapannya standar ini perlu disertai dengan pedoman pelaksanaannya.
- Peningkatan efisiensi dana
Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana dalam pengadaan obat dapat
ditempuh berbagai cara seperti:
Pemilihan obat yang dibutuhkan dengan teliti
Cara pengadaan yang efisien
Penggunaan obat yang rasional
Pengelolaan obat yang mantap
Disamping cara-cara tersebut di atas, peningkatan efisiensi dana dapat pula
dilakukan melalui:

Analisa Pareto atau nilai ABC

Sistem VEN

ANALISIS PARETO ATAU NILAI ABC


Dari pengamatan terhadap pengadaan obat Inpres dalam beberapa tahun terakhir ini
dijumpai bahwa sebagian besar dana obat Inpres ( 70%) digunakan untuk pengadaan
10 jenis obat, sedangkan sisanya yaitu sekitar 180 jenis obat hanya menggunakan

dana sekitar 30%.


Analisis Pareto dilaksanan dengan cara mengelompokkan jumlah alokasi dana untuk
setiap jenis obat dalam tiga kelompok.
Kelompok A: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi paling besar (sekitar
80% dari total dana).
Kelompok B: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi dana sekitar 20% dari
total dana.
Kelompok C: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi dana sekitar 10% dari
total dana.
Data yang diperlukan untuk melakukan analisis Pareto adalah:
- Harga patokan tiap jenis obat.
- Jumlah perkiraan kebutuhan obat dalam 1 tahun.
Hasil analisis Pareto ini dapat menunjukkan beberapa jenis obat yang menyerap
sebagian besar dari alokasi dana (contoh perhitungan terlampir).
Informasi yang dihasilkan dapat digunakan dalam upaya menghemat biaya dan
meningkatkan efisiensi misalnya dalam:
o Perencanaan pola pengadaan.
o Pengelolaan stok.
o Penetapan harga satuan obat.
o Penetapan jadwal pengiriman.
o Pengawssan stok dan lain-lain.
o Monitoring umur pakai obat.

SISTEM VEN
Peningkatan efisiensi penggunaan dana obat yang terbatas dapat pula dilakukan
dengan penyusunan daftar kebutuhan obat didasarkan kepada dampak tiap jenis obat
kepada kesehatan.
Semua jenis obat yang terdapat dalam daftar obat dikelompokkan ke dalam 3
kelompok berikut:

Kelompok V
Adalah kelompok obat-obatan yang sangat esensial, seperti:
Obat penyelamat jiwa
Obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok.
Kelompok E:
Adalah obat-obatan esensial lainnya
Kelompok N:
Adalah obat-obatan esensial untuk penyakit-penyakit ringan atau obat-obat
kuasi.

4. Pengadaan/permintaan
a. Pengertian:
Suatu proses untuk memperoleh obat yang dibutuhkan di puskesmas.
b. Maksud dan tujuan:
- Memperoleh obat dengan jenis dan jumlah yang tepat
- Mendapatkan obat dengan mutu yang tinggi
- Menjamin penyampaian yang cepat dan tepat waktu
- Optimasi pengelolaan persediaan obat melalui prosedur

pengadaan/permintaan yang baik.


c. Kegiatan
Berupa:
Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan
Pengajuan permintaan kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan Dati II/Gudang Obat

dengan menggunakan formulir Daftar Permintaan/Penyerahan Obat


Penerimaan dan pengecekan jenis dan jumlah obat.

5. Distribusi
Merupakan Serangkaian kegiatan yang menyangkut aspek-aspek penerimaan dan
pengecekan, pengendalian persediaan, penyimpanan, penyerahan, termasuk
penyerahan kepada pasien.
-

Kegiatannya sebagai berikut:


Penerimaan dan pemeriksaan
Merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam menerima obat-obat baik dari pemasok
maupun dari Gudang obat Dati II atau dari suatu unit pelayanan kesehatan kepada unit
pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka memenuhi pesanan/permintaan obat dari

unit yang bersangkutan.


Penyimpanan
Adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obatan yang

diterima pada tempat yang dinilai aman.


Penyerahan dan pengiriman
Adalah suatu rangkaian kegiatan dalam pengeluaran obat-obatan untuk memenuhi

pesanan/permintaan dari kamar obat dan sub unit pelayanan kesehatan.


Pengendalian persediaan

Merupakan rangkaian kegiatan dalam menjaga keseimbangan antara keuntungan dan


-

kerugian dalam penyediaan obat-obatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Penghapusan
Adalah merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka pembebasan barang/obatobatan milik kekayaan Negara dari pertanggungjawaban berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

6. Penggunaan
Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah yang serius dalam
pelayanan kesehatan di banyak negara berkembang.
-

Langkah-langkah penting dalam penggunaan obat:


Diagnosa yang tepat
Peresepan yang rasional, efektif, aman, ekonomis
Peresepan rasional adalah apabila diagnosa yang ditegakkan tepat, memilih obat yang
paling baik dari berbagai alternatif obat yang ada dengan dosis yang cukup dan lama
pengobatan yang cukup.
Peresepan irasional seperti:
Peresepan boros
Peresepan berlebihan
Peresepan keliru
Polifarmasi
Peresepan kurang

Pelayanan yang baik


Pelayanan obat yang baik terdiri dari 5 kategori:
Memahami isi resep
Mencari dan mengumpulkan obat
Formulasi (menghitung, mencampur dan menuang obat)
Memberi etiket
Penyerahan obat

Kemasan dan etiket yang baik dan sesuai

Penggunaan obat oleh pasien cukup dengan informasi yang jelas.

# Peningkatan kepatuhan pasien


Kepatuhan pasien dapat dipengaruhi oleh factor-faktor berikut ini:
Keadaan penyakit
Keadaan pasien
Petugas kesehatan
Pengobatan

Struktur pelayanan
Budaya

Strategi meningkatkan kepatuhan pasien:


1. Penulis resep dan petugas kamar obat harus ikut berperan dalam mengedukasi pasien
menyangkut:
a. Sifat dan keadaan penyakit
b. Khasiat dan keamanan obat
2. Kemasan diusahakan bersih dan menarik, etiket jelas
3. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat melalui pertemuan dan melalui sekolahsekolah.

N. Perlengkapan dan Alat-alat untuk Puskesmas


Perlengkapan dan alat tersebut dibawah ini terutama terdiri dari barang-barang yang
tidak habis dipakai dan yang diberikan kepada Puskesmas, termasuk perlengkapan
laboratorium. Apabila puskesmas mempunyai laboratorium denggan petugas teknis
laboratorium, maka perlengkapan tadi diserahkan kepadanya. Apabila Puskesmas tidak
mempunyai petugas teknis laboratorium, maka perlengkapan itu dapat digunakan oleh
anggota staf Puskesmas yang mampu melakukan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium
tertentu.
1. Kelompok: Peralatan Medis untuk Puskesmas
I.

BASIC EQUIPMENT
a. Umum
Refrigerator, kerosene
Weighing scale (adult, infant)
Sterilizer, stove, kerosene
b. KIA set
Weighing scale (adult, infant)
Single solution basin stand
Sterilizer, instrument, kerosene
Basin, kidney, wash, shallow
Cup, solution, glycerine spuit, jar, dressing

II.

III.

IV.

V.

VI.

Apron, utility,plastic
Catheter, urethral, soft rubber, hand gloves, pump, breast
Syringe, rectal, infant, dropper medicine, pipette
Thermometer (oral, rectal)
Brush, hand , surgeon, tape, vinyl, depressor, tongue, hammer, reflex testing
Sphygmomanometer, stethoscope, forceps, needle, scissors, syrings, HB set
Sahli, pengukur panggul
c. Poliklinik set
Single solution basin stand, solution basin
Basin, kidney, wash, shallow
Cup, solution, irrigator, jar dressing
Apron, utility, catheter, connector, hand gloves, pump, breast, syringe, tube
Dropper, thermometer (oral, rectal), brush, suture (silk), tape
Torniquet, depressor, hammer reflex, sphygmomanometer, stethoscope
Forceps, holder needle, needle, scissors, syringe, clamp, stretcher lipat tanpa
roda, manset anak.
PUBLIC HEALTH NURSING & MIDWIFERY KIT
a. Sterilizer, basin kidney, bowl, glycerine syringe, nelaton catheter urethral,
catheter mucous
b. Thermometer, brush hand, syringe, needle, surgical suture, needle
c. Lamp, spiritus, tongue depressor, forceps
d. Stethoscope, sphygmomanometer, scissors, scale spring baby size, surgeon
gloves, tape measure, towel, apron plastic, pouch plastic, sheeting plastic,
urinary test set, cotton absorbent,
e. Gauze, soap, bottle, bag canvas, safety pin medium, oralit spoon, object glass,
scalpel, HB set Sahli, flash light, umbilical cord clips, tensimeter
DIAGNOSTIC AND SURGICAL EQUIPMENT
a. Snellen chart, head mirror, forceps, complete diagnostic set
b. Forceps obstetrical, holder needle,knife handle, knife blade, probe, scalpel,
cissors, speculum, suture clip
PHYSICIANS KIT
a. Thermometer, depressor tongue, pocket lamp, tensimeter, stetoskop, forsep,
needle
b. Scissors, syringe, hammer reflex
c. Leather bag, paratus for syringe
HEALTH EDUCATION EQUIPMENT
a. Flanelets, green darkcolor
b. Green board, double sided
c. Wax, crayon
d. Standard untuk flipchart
e. Radio kaset
f. Slide projector
g. Model untuk penyuluhan (gizi, gigi, KB)
LABORATORY EQUIPMENT
a. Centrifuge
b. Burner, kerosene
c. Microscope, monooculair
d. Sterilizer, steam
e. Albuminometer, Esbach

VII.

VIII.

IX.

X.

f. Blood sendimentation apparatus, Westergreen


g. Hemocytometer set
h. Hemameters, Sahli
i. Lamp, spiritus, litmus, paper lens
j. Syringe, stove, kerosene
k. Timer, interval, spring wound, stopwatch
l. Urinometer, tensimeter, loop, paper, filter
m. Beaker, bottle, ccontainer (specimen, sputum)
n. Cover glass, cylinder, flask erlemeyer
o. Funnel, petridish, pipet, slide microscope, vdrl
p. Tube, centrifuge, test, brush (jar, cylinder)
q. Gauze wire, holder tube
r. Tongs pickup, forceps, pencil, rack, tripod, basket, wash basin
s. Staining plate, slide box, map sediaan dari karton
ALAT-ALAT RESUSITASI DASAR
a. S tube, ETT, Laringoskop
b. Endomecheal tube infant size
c. Resuscitation equipment for adult, infant
d. NGT
e. Guedel
f. Suction catheter
g. Magil forceps
h. Cricothyrotomy, xylocain sprayer
i. Oxygen delivery set
ALAT-ALAT KESEHATAN MATA
a. Optotypen (snellen chart), reading chart
b. Trial lens set, trial frame, tonometer, oftalmoskop, loupe
c. Eye speculum, eye lid retractor, silk black braided
d. Silet, knife golf club, currete
e. Forceps, scissors, needle holder, eye suture needle, pinset
f. Phantoum eye, gambar anatomi mata
DAFTARALAT IMUNISASI (UNICEF)
a. Spuit 1cc, barrel 1cc, spuit 10cc, spare O ring
b. Jarum, ring rubber, sterilisator, metal box/shield
c. Pinset, lampu spiritus, termos es 1,5 L
d. Kotak kapas, sahrpping stone, botol plastik, spuit 2cc
e. Tas imunisasi, Sumbu L es, semprong, Burner, elemen strika, elemen listrik
f. Thermometer lemari es, vaccine carier, cholera cat
SCREENING KIT BAGI UKS UNTUK DI PUSKESMAS
a. Timbangan, micro toir, snellen chart
b. Tensimeter, stetoskop, objek glass, depressor lidah
c. Buku ishihara
d. Thermometer
e. Tourniquet, ear speculum
f. Head minor, nasal speculum, percussion hammer
g. Pinset gigi, cermin gigi, dan sonde
h. Alat deteksi dan rehabilitasi ALB
i. Kartu berobat anak.

2. Kelompok: Peralatan Medsi untuk Puskesmas Pembantu

I.
II.

PENGOBATAN JALAN
PUBLIC HEALTH NURSING & MIDWIFERY KIT

3. Kelompok: Peralatan Medis untuk Puskesmas Keliling


I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.

PUBLIC HEALTH NURSING KIT


PHYSICIANS KIT
POLICLINICS KIT
MCH B KIT
I.U.D set (FOR FAMILY PLANING)
ALAT-ALAT PENYULUHAN
PERANGKAT PERALATAN GIGI A dan B
PERLENGKAPAN LABORATORY EQUIPMENT
VAKSINASI KIT

4. Alat kesehatan esensial untuk ruang perawatan di Puskesmas dengan 10 tempat tidur
I. 10 beds with accessories (bed, mattres, pillow, bedsheet, pillowcase, blanket, sheeting
plastic, chair, bedside cabinet)
II. Nursing equipment
mobile bedscreen, patient trolley, infusion stand,
one basin stand, two basin stand, instrument dressing table,
basin kidney, bowel solution, bowl sponge
bedpan, urinal breaker, tray instrument with cover, dressing jar with cover, stetoskop
..
III.

IV.
V.
VI.

Minor surgery set


Metzenbaum scissors, tissue forceps, thumb dressing forceps, adson tissue
forceps
Rocherster pean forceps, Kelly forceps, allis tissue forceps
Halstead mosquito, backhaus towel clamps, probe with eye,needle holder,
operating knife
Surgical suture needle, woundclip, simple operating table, simple surgical
lamp
Pathological delivery set
Ginekologi examining table, forceps neagle, vaginal speculum, portio clamp
Sime uterine scissors, vena section set complete
Curretage set
Sime uterine curettage, uterine sonde, Kelly placenta forceps
Hegar metallic dilatator set
Additional equipment
Narcose set, vacuum extractor, tracheotomy set, sterilisator, giving set, kogel
tang, trocar hospital linen

5. Kelompok Alat Kesehatan untuk Membantu Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan


Kesehatan
I. DUKUN KIT TYPE I (bantuan UNICEF)
II. SCHOOL KIT untuk SD
III. SCHOOL KIT untuk SMP dan SMA
IV. PROKESA KIT SET
V. POS KESEHATAN KIT
VI. OFFICE MACHINARY PRIMARY HEALTH CARE-BASIC COMMUNICATION
KIT
7. Alat Kesehatan Gigi
Bangunan Fisik Puskesmas

1. Fasilitas

a. Puskesmas
1. Luas lantai gedung puskesmas :135 m2
2. Daerah dengan penduduk padat dan kunjungan tinggi dapat dibangun dengan luas
lantai : 250 m2
3. Khusus DKI Jakarta luas lantai gedung Puskesmas Kecamatan : 420 m2/435 m2
4. Ruangan tambahan untuk tempat perawatan bagi Puskesmas Perawatan :350 m2
b. Puskesmas Pembantu:
1. Luas lantai puskesmas pembantu : 80m2 terdiri dari : ruang pelayanan kesehatan 30 m2 dan
tempat tinggal paramedis 50 m2
2.

Khusus DKI jakarta luar gedung Puskesmas Kelurahan

c. Rumah dokter : 70 m2
d. Rumah paramedis : 50 m2

Daftar obat-obat Esensial untuk Puskesmas

1. Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat terbanyak meliputi diagnosa, profilaksis, terapi, dan rehabilitasi.
2. Tujuan penerapan adalah untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan
obat yang sekaligus meniningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

Kriteria Obat Esensial

1. Rasio khasiat-keamanan yang paling menguntungkan penderita


2. Mutu terjamin, stabilitas dan bioavabilitas
3. Praktis penyimpanan dan pengangkutan
4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
5. Menguntungkan dalam kepatuhan dan penerimaan penderita
7. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan pada:
- obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.
- obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan.
- obat yang stabilitasnya lebih baik.
- mudah diperoleh
8. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria :
1. Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam kombinasi tetap
2. Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi dari pada
masing-masing komponen
3. Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap, merupakan perbandingan yang tepat
4. harus mencegah atau mengurangi resistensi
5. Meningkatkan rasio manfaat biaya

Daftar Obat-Obat Esensial

Obat Susunan Saraf

1. Analgetik antipiretik : asetosal, eukinin, antalgin, parasetamol


2. NSAID : asetosal, fenilbutazon
3. Analgesik-Narkotik :Petidin
4. Anestik : Lidokain, Tiopental, Ketamin
5. Antiepilepsi-antikonvulsi : diazepam, fenitoin, fenobarbital
6. Antiparkinson : atropin sulfat
7. Psikofarmaka : antiansietas (dzp), antidepresan (amitriptilin hcl), antipsikotik (cpz), hipnotik
sedatif (dzp, fenobarbital).
8. Antiemetik (dimenhidrinat, cpz)
9. Antimmigren (ergotamin tartrat)

Obat Kardiovaskular

1. Anti angina (isososirbit dinitrat, propanolol hcl)


2. Antiaritmia (propanolol hcl)
3. Antihipertensi ( hidroklorotiazid, reserpin)
4. Glikoside Jantung ( Digitalis, digoksin)
5. Syok (Deksametason, Epinefrin Hcl)
3. Saluran Pernapasan
1. Antitusif (Dekstrometorfan, Doveri, Kodein HCl)
2. Ekspektoran ( Obat batuk hitam, obat batuk putih)
3. Antiasma ( Aminofilin, Deksametason, Efedrin, Epinefrin)
4. Obat Saluran Cerna
1. Antasid (Magnesium Hidrochlorida)
2. Obat diare (Karbo adsorben)
3. Laksan ( bisakodil, Diosiantrokinon, Gliserol)
4. Antispasmodik (Atrofin Sulfat, Ekstrak Beladona, papaverin)
5. Obat Ginjal dan Saluran Kemih
1. Diuretik ( Hidroklortiazid)
2. Antiseptik saluran kemih (nitrofurantoin, Sulfisoksazol)
6. AntiAlergi
1. Antihistamin (Difenhidramin Hcl, Klorfenamin Maleat)
7. Cairan Untuk Keseimbangan Air Elektrolit, Dialisa dan Nutrisi
1. Larutan Nutrisi (Glucosa)
2. Larutan keseimbangan cairan elektrolit asam lindi (Natrium bikarbonat, Natrium Chlorida),
RL, kombinasi
8. Hormon
1. Estrogen ( Dietilstilbestrol)
2. Kontrasepsi
3. Kortikosteroid (Deksametason, Prednison)
4.Tiroid dan Antagonis (Etil ester, Kalium Iodida, Propiltiourasil)

9. Antidiabetik
Antidiabetik oral (Glibenklamid)
10. Vitamin dan Mineral
1. Asam Askorbat (Vit C)
2. Kalsium
3. Piridoksin hidroklorida (B6)
4. Retinol (Vitamin A)
5. Tiamin HCl (B1)
6. Vitamin B Kompleks
11. Antiinfeksi
1. Antibakteri Sistemik ( Ampisilin, Benzantin Benzipenisilin, Eritromisin, Kloramfenikol,
Oksitetrasiklin, Penisilin, Prokain Penisilin G, Tetrasiklin, Trisulfa, Kombinasi
Sulfametoksazol)
2. Antifungi (Griseofulvin)
3. Antilepra (Dapson, Klofazimin)
4. Antituberkulosis ( Etambutol, Isoniazid, Rifampisin, Streptomisin)

8.

Anda mungkin juga menyukai