Anda di halaman 1dari 13

BAB 15.

SORGUM
Pengenalan Tanaman
Sorgum merupakan tanaman asli dari wilayah-wilayah tropis dan subtropis
di bagian Pasifik tenggara dan Australasia, wilayah yang meliputi Australia,
Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan
marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies-spesies
tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor
(japonicum). Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama
Cantel ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung,
hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi,
tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga
sering disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan).
Sorgum memiliki tinggi rata-rata 2,6 sampai 4 meter. Pohon dan daun
sorgum sangat mirip dengan jagung. Pohon sorgum tidak memiliki kambium.
Jenis sorgum manis memiliki kandungan yang tinggi pada batang gabusnya
sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan baku gula
sebagaimana halnya tebu. Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum
berbentuk bulat dengan ujung mengerucut, berukuran diameter + 2 mm. Satu
pohon sorgum mempunyai satu tangkai buah yang memiliki beberapa cabang
buah. Sorgum dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

1.a. Tangkai Sorgum


Gambar

1.

1.b. Biji Sorgum

Tanaman Sorgum (www.australianinsects.com


purcellmountainfarms. com)

dan

www.

Teknik budidaya yang diperlukan dalam penanaman tanaman sorgum tidak jauh
berbeda dengan tanaman serealia lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah persiapan lahan, pengairan, pola tanam dan pemanenan.
a) Lahan
Lahan

sebaiknya

telah

diolah/dipacul/dibajak/digaru

sebelum

dilakukan

penanaman. Pemberian pupuk kandang (5-10 ton/ha) pada lahan yang siap tanam
sangat dianjurkan. Ajir dipasang untuk meluruskan barisan dalam penugalan
lubang tanam. Benih sorgum ditanam dalam lubang secara berbaris dengan jarak
tanam 70 cm (antar baris) dan 10 cm (dalam baris). Setelah benih ditaruh dalam
lubang sebaiknya ditutup dengan abu.
b) Curah hujan / Pengairan
Ditanam pada awal musim hujan, penentuan waktu tanam yang tepat
agarmemperhitungkan masa masaknya biji jatuh pada musim kemarau. Hal ini
untuk menghindari kerusakan pada saat pembungaan dan menghindari serangan
cendawan.
Setelah benih ditanam maka perlu dilalukan pengairan untuk menjaga kelembaban
tanah. Benih hanya akan dapat tumbuh bila tanah cukup lembab dan kandungan
air cukup untuk proses perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman muda.
Kelembaban tanah perlu terus dijaga sampai tanaman berumur 4 minggu (1 bulan)
setelah tanam. Dari segi kebutuhan terhadap air, sorgum memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan tanaman sejenis. Sorgum termasuk tanaman
yang tahan terhadap kekeringan. Sebagai perbandingan, 1 kg bahan kering sorgum
hanya memerlukan sekitar 332 kg air selama pembudidayaan, sedangkan pada
jumlah bahan kering yang sama, jagung membutuhkan 368 kg, barley 434 kg dan
gandum 514 kg air.
c) Pola Tanam
Sorgum dapat ditanam secara monokultur (hanya tanaman sorgum yang ditanam
di suatu lahan) ataupun dengan cara tumpang sari (menanam tanaman sorgum
bersama-sama dengan tanaman lain. Untuk tanaman monokultur diperlukan benih
10-15 kg/ha,sedangkan dengan cara tumpangsari, kebutuhan benih tergantung
kepada jarak tanam dan metode tumpangsari yang digunakan.

1) Jarak tanam untuk monokultur: 75 x 40 cm dengan 4 tanaman/lubang dan 75 x


20 cm: 2 tanaman/lubang.
2) Jarak tanam untuk tumpangsari: Stripcropping (1 baris): 200 x 25 cm dan
Stripcropping (> 2 baris): 75 x 25 x 400 cm.
3) Benih ditanam cara tugal sedalam 4-5 cm (5-12 biji/lubang).
Pupuk yang diperlukan adalah urea dengan dosis 100 kg/ha, TSP dan KCl
dengan dosis masing-masing 60 kg /ha. Masing-masing pupuk diberikan 3 kali
yaitu 1/3 pada waktu tanam, 1/3 pada saat tanaman berumur 3 minggu, dan 1/3
pada saat tanaman berumur 7 minggu. Pupuk diberikan dalam larikan diantara
baris tanaman, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pupuk majemuk (pupuk
compound) juga baik untuk tanaman sorgum dan untuk dosis pemakaian dapat
mengikuti

anjuran

seperti

tertera

pada

kemasan

pupuk

yang

bersangkutan.Pemeliharaan tanaman adalah berupa pengendalian Organisme


Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat berupa gulma, hama dan penyakit
tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
herbisida. Beberapa hama yang sering ditemui dalam budidaya tanaman sorgum
adalah penggerek batang dan ulat malai. Pengendalian hama yang berasal dari
tanah mungkin dapat dilakukan dengan penaburan insektisida seperti Furadan 3G.
Sedangkan pengendalian penyakit pada batang atau daun dapat dilakukan dengan
fungisida seperti Deicis, Basudin dsb. Hama lain yang banyak menyerang
tanaman sorgum adalah tikus dan burung. Merujuk pada pengalaman di India,
untuk perkebunan sorgum yang luas, pengusiran hama burung dapat dilakukan
dengan pengaturan sistem amplitudo suara. Adapun metode lain yang dapat
dilakukan adalah penyungkupan, yaitu pembungkusan tangkai biji sorgum agar
serangga dan burung tidak dapat menyerang.
Hendaknya tanaman dipanen pada saat biji telah mencapai masak fisiologis,
yaitu ditandai dengan hilangnya cairan dan berganti tepung saat biji dihancurkan
dengan jari. Setelah itu beberapa malai diikat jadi satu dan digantung terbalik
untuk proses pengeringan. Setelah kering biji dirontok dan dikeringkan lebih
lanjut sampai kadar air biji mencapai 14 % untuk disimpan lama.

Potensi
Di

Indonesia

saat

ini

terdapat

beberapa

varietas

sorgum

yang

dikembangkan. Total terdapat 9 jenis varietas yang dijadikan varietas sorgum


unggulan Indonesia yaitu : UPCA, Keris, Mandau, Higari, Badik, Gadam,
Sangkur, Numbu dan Kawali. Beberapa daerah telah menjadi sentra produksi
sorgum di Indonesia. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan daerah-daerah penghasil
sorgum berdasarkan data yang terdapat di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Departemen Pertanian (2007).
Tabel 1. Persebaran Daerah Penghasil Sorgum di Indonesia
Propinsi
Jawa Barat

Daerah Penghasil
Indramayu, Cirebon,
Kuningan, Ciamis, Garut,
Cianjur dan Sukabumi

Jawa Tengah

Tegal, Kebumen, Kendal,


Demak, Grobogan,
Boyolali, Sukoharjo dan
Wonogiri

DI.

Kulon Progo, Sleman,

Yogyakarta

Bantul dan Gunung


Kidul

Jawa Timur

Pacitan, Bojonegoro,
Tuban, Lamongan,
Bangkalan, Pamekasan,
Sampang, Sumenep,
Pasuruan, Probolinggo,
Malang dan Lumajang

Peta Persebaran

NTB

Lombok Tengah,
Sumbawa, Dompu dan
Bima

NTT

Sumba Barat, Sumba


Timur, Manggarai,
Ngada, Ende, Sikka,
Flores Timur, Lembata,
Alor, Timor Tengah
Utara, Kupang, Belu,
Timor Tengah Selatan

dan Rote Ndao


Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian (2007).
Produktivitas sorgum di Indonesia sangat berfluktuatif. Hal ini
dikarenakan budidaya tanaman sorgum masih sangat dipengaruhi oleh isu dan tren
di masyarakat. Selain itu, tingkat penanaman sorgum belum mencapai jumlah
yang stabil karena belum adanya pemanfaatan sorgum untuk keperluan tertentu.
Pada saat isu dan tren bahan bakar alternatif (biofuel) sedang hangat dibicarakan
oleh seluruh pihak, para petani sangat bersemangat dalam menanam sorgum.
Namun ketika harga minyak dunia kembali turun dan bioenergi kurang menjadi
topik pembahasan, para petani kebingungan dalam menjual hasil budidaya
sorgumnya. Mereka pun kemudian enggan untuk kembali menanam sorgum pada
musim tanam berikutnya.
Mulai tahun 2007 Perhutani Jawa Tengah telah memulai penanaman 4.000
ha sorgum sebagai bagian dari program alokasi 78.000 ha lahan untuk tanaman
penghasil bioenergi (www.inaplas.org). Pada bulan Juni 2008, Tim pengembangan
Bahan Bakar Nabati (BBN) melaporkan telah dilakukannya pengembangan 20
hektar lahan budidaya sorgum sebagai langkah awal dari program budidaya
tanaman bioenergi (www.detikfinance.com). Sementara itu, situs bioenergi
www.indobiofuel.com melaporkan bahwa Departemen Pertanian menargetkan
pengembangan sorgum dari tahun ke tahun yaitu tahun 2007 sebanyak 57.000 ton
dengan luas lahan tanam 19.000 hektare dan akan ditingkatkan pada tahun 2009
dengan menargetkan produksi 75.000 ton. Rata-rata produktivitas sorgum di

daerah-daerah penghasil sorgum cukup bervariasi. Data produktivitas daerahdaerah penghasil sorgum yang teridentifikasi pada tahun 2003 diperlihatkan pada
Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Produktivitas Sorgum di Indonesia
Tempat
Luas tanam (ha) Produksi (t) Produktivitas (ha/t)
Jawa Tengah
15.309
17.350
1,13
Jawa Timur
5.963
10.522
1,76
DI Yogyakarta
1.813
670
0,37
Nusa Tenggara Barat
30
54
1,80
Nusa Tenggara Timur
26
39
1,50
Sumber : Sirappa, 2003
Sorgum merupakan tanaman yang mempunyai banyak kegunaan. Hampir
seluruh bagian dari tanaman sorgum seperti biji, tangkai biji, daun, batang dan
akar dapat dimanfaatkan. Produk-produk turunan seperti gula, bioetanol, kerajinan
tangan, pati, biomas dan lain-lain merupakan beberapa produk yang dapat
dihasilkan dari tanaman sorgum. Dari beberapa produk tersebut, produk utama
tanaman sorgum adalah biji dan batangnya. Biji sorgum merupakan bagian dari
kelompok serealia sebagaimana halnya gandum dan jagung. Biji sorgum memiliki
kandungan tepung dan pati yang sangat potensial. Adapun batang sorgum
terutama jenis sorgum manis memiliki kandungan nira sebagaimana halnya
tanaman tebu. Nira sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula
dan bioetanol.
Produk lain yang dapat dikembangkan dari keseluruhan bagian tanaman
sorgum adalah biomass. Batang, daun, akar, merupakan bagian yang potensial
untuk dikembangkan sebagai biomass. Di bawah ini adalah gambar pohon industri
dari tanaman sorgum.

Gambar 15.2. Pohon Industri Tanaman Sorgum


Pemanfaatan Saat Ini
Kandungan protein pada biji sorgum juga sangat tinggi, dibandingkan
sumber pangan lain seperti beras, singkong dan jagung, sorgum mempunyai kadar
protein yang paling tinggi. Dibandingkan beras, sorgum juga unggul dari segi
kandungan mineral seperti Ca, Fe, P dan kandungan vitamin B1-nya. Kandungan
nutrisi sorgum dibandingkan dengan produk serealia yang lain ditunjukkan oleh
Tabel 3. berikut ini.
Tabel 3. Kandungan nutrisi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan pangan
lainnya.
Bahan

Kalori

Protein

Pangan

(kal)

Sorgum
Beras
Jagung
Kentang
Ubi
kayu

332
360
361
83
157

Lemak

Karbohidra

(g)

(g)

t (%)

11
7
9
2
1,20

3,30
0,70
4,50
0,10
0,30

73
79
72
19
35

Air

Serat

Ca

Fe

(%)

(mg)

(mg)

(mg)

(mg)

11,20
9,80
13,50
63

2,30
1
2,70

28
6
9
11
33

287
147
380
56
40

4,40
0,80
4,60
0,70
0,70

Ubi jalar
Terigu

123
365

1,80
8,90

0,70
1,30

28
77

30
16

49
106

0,70
1,20

Sumber: Beti et al. (1990).


Kandungan nutrisi sorgum yang begitu tinggi tersebut saat ini belum dapat
dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan pengembangan sorgum sendiri
belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Para petani masih
setengah hati untuk menanam sorgum karena nilai jual sorgum belum tinggi
sebagaimana halnya produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan
kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala
dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan
peralatan pengolahan pasca panen lainnya.
Saat ini sorgum masih dimanfaatkan hanya sebatas potensi utamanya saja
yaitu dari bijinya. Adapun potensi lainnya seperti akar, daun dan tangkai biji
hanya dimanfaatkan seadanya saja seperti untuk pakan ternak dan kompos. Nira
sorgum merupakan produk yang memiliki keunggulan bahkan apabila
dibandingkan

dengan

nira

tebu.

Keunggulannya

terletak

pada

tingkat

produktivitas dan ketahanan tanaman sorgum. Sebagaimana diketahui bahwa


tanaman tebu merupakan tanaman yang memiliki tuntutan perawatan yang cukup
tinggi, atau dengan kata lain, tanaman tebu lebih manja perawatan dibandingkan
dengan tanaman sorgum. Berikut di bawah ini adalah beberapa keunggulan
tanaman sorgum dibandingkan dengan tebu, sedangkan komposisi nira sorgum
dibandingkan dengan nira tebu dapat dilihat pada Tabel 3. Produksi biji dan
biomass lebih besar dibandingkan dengan tebu. Tanaman tebu tidak menghasilkan
biji sebagaimana halnya sorgum sehingga produk utama tanaman tebu hanya
berupa nira dari batang. Perbandingan karakteristik budidaya sorgum dengan tebu
dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Perbandingan Karakteristik Budidaya Sorgum dengan Tebu
Karakteristik
Produktivitas
Lahan Tanam
Kebutuhan air

Sorgum
Tebu
Biji dan biomass
Biomass
Marginal
Subur
332 kg / kg bahan 3 kali sorgum

Laju Fotosintesis
Kebutuhan benih
Umur Produksi

kering
Tinggi dan cepat
4,5-5 kg / ha
3-4 bulan

Lebih rendah
4.500-6.000 kg stek / ha
> 10 bulan

Perbanyakan

Benih baru dan dari Benih baru

Benih
tunas
Sumber : Setyaningsih (2009)
Keunggulan sorgum dibandingkan dengan tebu juga dapat dilihat pada
karakteristik nira yang dihasilkan. Sorgum dapat menghasilkan nira yang
memiliki kadar gula yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu.
Walaupun demikian, terdapat beberapa kekurangan nira sorgum dibandingkan
dengan nira tebu, yaitu dalam kadar pati serta abunyayang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan nira tebu. Perbedaan karakteristik nira sorgum dengan nira
tebu dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Komposisi Nira Sorgum dan Nira Tebu
Komposisi

Nira sorgum

Nira tebu

Brix (%)

13.6 18.40

12 - 19

Sukrosa

10.0 -14.40

9 -17

Gula reduksi (%)

0,75 1,35

0,48 1,52

Abu (%)

1,28 1,57

0,40 0,70

Amilum (ppm)

209 1764

1,50 - 95

Asam akonitat

0,56

0,25

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (1996)


Dari Tabel 4 diatas, terlihat bahwa kadar gula (dalam derajat Brix) nira
sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Nira sorgum memiliki
kelemahan dalam kadar abu, amilum dan asam akonitat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nira tebu. Dalam pengembangan bahan bakar nabati yang
memanfaatkan beberapa komoditas tanaman pangan seperti tebu, singkong,
kedelai, jagung, dan lain-lain, terdapat kekhawatiran pengembangan tersebut akan
menyebabkan kenaikkan harga komoditi tersebut secara global. Sebenarnya bagi
Indonesia

sebagai

negara

agraris

merupakan

suatu

peluang

untuk

mengembangkan komoditi-komoditi tersebut di seluruh wilayah Indonesia yang


masih luas. Apalagi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk
mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM dan Instruksi
Presiden No 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain.
Salah satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama dikembangkan untuk
menggantikan BBM adalah bioetanol (etil alkohol) yang dibuat dari biomassa
(tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Ada berbagai jenis
tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku bioetanol, salah satu
diantaranya yang paling potensial dikembangkan di Indonesia adalah tanaman
sorgum manis (Sorgum bicolor L. Moench). Tanaman sorgum memiliki
keunggulan tahan terhadap kekeringan dibanding jenis tanaman serealia lainnya.
Tanaman ini mampu beradaptasi pada daerah yang luas mulai 45 oLU sampai
dengan 40 oLS, mulai dari daerah dengan iklim tropis-kering (semi arid) sampai
daerah beriklim basah. Tanaman sorgum masih dapat menghasilkan pada lahan
marginal. Budidayanya mudah dengan biaya yang relatif murah, dapat ditanam
monokultur maupun tumpangsari, produktifitas sangat tinggi dan dapat diratun
(dapat dipanen lebih dari 1x dalam sekali tanam dengan hasil yang tidak jauh
berbeda, tergantung pemeliharaan tanamannya). Selain itu tanaman sorgum lebih
resisten terhadap serangan hama dan penyakit sehingga resiko gagal relatif kecil.
Tanaman sorgum berfungsi sebagai bahan baku industri yang ragam kegunaannya
besar dan merupakan komoditas ekspor dunia.

Tanaman sorgum termasuk tanaman pangan (biji-bijian), tetapi lebih banyak


dimanfaatkan sebagai pakan ternak (livestock fodder). Tanaman sorgum manis
sering disebut sebagai bahan baku industri bersih (clean industry) karena hampir
semua komponen biomasa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri.
Pemanfaatan sorgum manis secara umum diperoleh dari hasil-hasil utama (batang
dan biji) serta limbah (daun) dan hasil ikutannya (ampas/bagasse).
Bioetanol dibuat dari nira batang sorgum manis, bijinya diproses menjadi
tepung untuk menggantikan tepung beras atau terigu sebagai bahan pangan. Biji
sorgum juga bisa menggantikan jagung yang banyak digunakan sebagai bahan
baku dalam industi pakan ternak. Daun sorgum dapat dimanfaatkan sebagai
hijauan pakan ternak. Selain itu ternyata ampas batang sorgum (bagasse) yang
telah diambil niranya dapat dimanfaatkan seratnya sebagai bahan baku pulp dalam
industri kertas. Dalam hal ini pengembangan tanaman sorgum justru mendukung
program pemerintah dalam rangka ketahanan pangan (program swasembada
pangan) dan energi (program desa mandiri energi), selain itu juga mendukung
pengembangan industri lainnya yaitu penggemukan sapi (swasembada daging)
dan industri pulp (kertas).

DAFTAR PUSTAKA

Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai
Penelitian Tanaman Pangan, Malang
BPTP NTT. 2005. Budidaya Sorgum.
Fanindi, Achmad., Siti Yuhaeni Dan Wahyu H. 2005. Pertumbuhan Dan
Produktivitas Tanaman Sorgum (Sorghum Bicolor (L) Moench Dan
Sorghum Sudanense (Piper) Stafp) Yang Mendapatkan Kombinasi
Pemupukan N, P, K Dan Ca. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2005. Balai Penelitian Ternak. Bogor
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi harapan di
propinsi kawasan timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman
Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 1718 Januari 1995. Edisi
Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
No.4-1996: 6 12.
Kebun Penghasil Bensin. www.trubusonline.com
Setyowati, Mamik., Hadiatmi dan Sutoro. 2005. Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil
Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman
Induk dan Ratoon. Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian, Bogor
Setyaningsih, Dwi. 2009. Kuliah Teknologi Bioenergi. TIP-IPB. Bogor.
Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai
Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang
Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
Makassar.
Supriyanto dan Bambang Purnomo. Pengembangan Agroindustri Bioetanol
Berbasis Sorgum Secara Terpadu Dan Berkelanjutan.
www.australianinsects.com
www.detikfinance.com
www.inaplas.org
www.ristek.go.id

www.purcellmountainfarms.com
Y.A., Rahmi, Syuryawati, Zubachtirodin. 2007. Teknologi Budidaya Gandum.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Anda mungkin juga menyukai