Anda di halaman 1dari 6

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan

suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat
larutan atau suspensi
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Nasi sebagai contoh dari koloid

1. Mengapa bahan tersebut termasuk koloid ?


Komponen nasi adalah beras dan air. Sebelum dicampur, beras merupakan fase padat dan
air fase cair. Setelah dicampur melalui proses memasak, diperoleh nasi yang merupakan koloid
dan fasenya padat. Dari pengertian fasek continue dan discontinue tersebut, maka fase padat
merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase discontinue.
2. Koloid jenis apa ?
Koloid jenis emulsi padat. Karena zat terdispersinya adalah cair (air) dan medium pendispersinya
yaitu padat (beras). Sehingga wujud koloid nya emulsi padat.
3. Bagaimana cara pembuatannya?
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel
suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi
koloid.
1. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan
butiran besar atau dengan cara diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: beras yang merupakan padatan dicampurkan dengan air. Kemudian diaduk dan
dipanaskan (memasak nasi). Dan kemudian jadilah koloid.

Apabila kita campurkan gula dengan air, ternyata gula


larut dan diperolehlarutan gula. Di dalam larutan, zat
terlarut tersebar dalam bentuk partikel yang sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan lagi dari mediumnya
walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat
kontinu dan merupakan sistem sistem satu fase
(homogen). Di lain pihak, jika kita mencampurkan tepung

terigu dengan air, ternyata tepung terigu tidak larut.


Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun tepung terigu
akan memisah (mengalami sedimentasi). Campuran
seperti ini kita sebut suspensi. Selanjutnya, jika kita
campurkan susu instan dengan air, ternyata susu "larut"
tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika
didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak
dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan
tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak
homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra
ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak
susu yang tersebar di dalam air. Campuran ini
disebut Koloid. Perbandingan sifat antara antara larutan,
koloid, dan suspensi disimpulkan dalam tabel berikut ini.

3.

Jenis-Jenis Koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase
pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut:

a. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang
terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat, jika
zat yang terdispesi berupa zat cair, disebut aerosol cair,
disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu
Contoh aerosol cair : kabut dan awan

Dewasa ini, banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol,


sehingga lebih praktis digunakan. contohnya, hair spray,
parfum, cat semprot, obat nyamuk semprot, dan lain-lain.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan
pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong
yang banyak digunakan adalah
senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida.
b. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi
dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
industri.
Contoh sol : air sungai (sol dari lempung dalam air),
sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan cat.

cat dan tinta cair


c. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam
zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini
adalah bahwa kedua jenis zat cair itu tidak saling

melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua


bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) atau emulsi
air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan
sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
Contoh emulsi M/A : santan, susu, dan lateks.
Contoh emulsi A/M : mayonaise, minyak bumi, dan
minyak ikan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu
pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang
dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran
minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu
campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan
tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau
detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita
sebut emulsi.

mayonaise
d. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat
cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk
menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalkan
sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan

mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang


mengandung pembuih.
Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya,
pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam
kebakaran, kosmetik dan lain-lain. Adakalanya buih tidak
dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecahkan/mencegah
buih antara lain eter dan isoamil alkohol. Zat pemecah
buih disebut agen antibuih (de-foaming agent).
e. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair)
disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya
sehingga terjadi koloid yang agak padat.
Contoh gel : agar-agar, lem, kanji, selai, gelatin, gel
sabun, dan gel silika.

agar-agar

Anda mungkin juga menyukai