2. Koloid Hidrofob ;
- tidak campur dengan air, tidak dapat diencerkan
- kurang stabil.
Contoh : Kebanyakan koloid dari senyawa anorganik, misalnya sol belerang (S), Fe(OH)3 .
Gerak Brown kali pertama diamati pada 1827 oleh Robert Brown (1773-1858),
seorang ahli Biologi berkebangsaan Inggris pada saat mengamati serbuk sari. Fenomena ini
dijelaskan oleh Albert Einstein (1879-1955) pada 1905. Menurut Einstein, suatu partikel
mikroskopis (hanya dapat diamati dengan mikroskop) yang melayang dalam suatu medium
pendispersi akan menunjukkan suatu gerak acak atau gerak zig-zag. Gerakan ini disebabkan
oleh medium pendispersi yang menabrak partikel terdispersi dari berbagai sisi dalam jumlah
yang tidak sama untuk setiap sisi.
Arah gerak partikel koloid bergantung pada jumlah partikel medium pendispersi yang
menabrak. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari arah bawah banyak, partikel
koloid akan bergerak ke atas. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari kiri bawah
banyak, partikel koloid bergerak ke kanan atas. Setiap gerak disertai getaran karena di sisi
lain ada tabrakan dari medium pendispersi, tetapi jumlah molekul medium pendispersi ini
sedikit. Gerak zig-zag akibat tabrakan dari partikel pendispersi menyebabkan sistem koloid
tetap stabil, tetap homogen, dan tidak mengendap.
Apakah gerak Brown juga terjadi pada sistem larutan atau suspensi? Pada larutan,
partikel terdispersi memiliki ukuran yang sangat kecil dan hampir sama dengan ukuran
molekul pendispersi. Gerakan partikel pendispersi bukan terjadi karena ditabrak oleh partikel
pendipersi, melainkan disebabkan oleh gerakan oleh molekul sendiri. Pada suspensi, ukuran
partikel terdispersi sangat besar. Adanya partikel pendispersi yang menabrak tidak
menyebabkan partikel terdispersi bergerak dan tidak menimbulkan getaran. Pada suspensi,
partikel terdispersi banyak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi sehingga partikel terdispersi
lebih banyak bergerak ke bawah dan membentuk endapan.
Di dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat dilihat pada gejala-gejala berikut.
1) Jika sinar matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar terlihat debu-debu
beterbangan (daerah ini terlihat lebih terang). Pada daerah yang tidak terlewati sinar matahari
tidak akan terlihat adanya debu. Begitu juga jika sinar matahari melewati daun pepohonan di
daerah yang berkabut, sinar matahari tersebut terlihat lebih jelas.
2) Jika Anda menonton film di gedung bioskop, kemudian ada asap rokok yang mengepul ke
atas cahaya proyektor terlihat lebih terang dan gambar pada layar menjadi buram.
3) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut terlihat lebih jelas. Begitu juga pada jalan
yang berdebu, sorot lampu terlihat lebih jelas, kecuali sehabis hujan yang cukup deras
(sehingga jalanan tidak berdebu dan tidak ada asap). Itulah sebabnya sorot lampu mobil
seakan tidak tampak (tidak terlihat), tetapi jalan terlihat jelas.
2.3.3 Adsorpsi
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya.
Jika partikel koloid menyerap ion bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel pada
permukaannya, partikel tersebut menjadi bermuatan.
Elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan dari suatu partikel
koloid.
2.3.4 Koagulasi
Telur direbus hingga membeku, penggumpalan susu yang basi, dan pembentukan
delta pada muara sungai merupakan contoh-contoh proses koagulasi. Koagulasi adalah
penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau
karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel
yang lebih besar. Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan,
penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena
elektroforesis. Koloid Fe(OH)3 yang bermuatan positif jika dicampur dengan koloid As 2 S3
yang bermuatan negatif akan mengalami koagulasi. Koagulasi terjadi karena setiap partikel
koloid yang memiliki muatna yang berlawanan saling menetralkan dengan gaya elektrostatik
hingga membentuk partikel besar dan menggumpal.
Elektroforesis dapat menyebabkan koagulasi karena endapan pada salah satu
elektrode semakin lama semakin pekat, dan akhirnya membentuk gumpalan. Berikut
beberapa proses koagulasi yang sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Perebusan Telur
Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein.
Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal.
b. Pembuatan Yoghurt
Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan
terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.
c. Pembuatan Tahu
Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga keedelai
berbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu
CaSO 4 .2H2 O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk
tahu.
d. Pembuatan Lateks
Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan lateks, getah
kerat digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format.
e. Penjernihan Air Sungai
Air sungai mengandung padatan lumpur yang terdispersi di dalam air (sol). Sol tanah
liat dalam air sungai memiliki muatan negatif sehingga dapat diendapkan dengan
penambahan tawas atau PAC. Di dalam air sungai tawas atau PAC membentuk koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif. Pengendapan terjadi karena koagulasi koloid yang
bermuatan negatif dengan koloid yang bemuatan positif.
f. Pembentukan Delta
Delta terbentuk dari hasil pencampuran air sungai yang mengandung koloid tanah liat
dan elektrolit yang berasal dari air laut. Pencampuran tersebut menyebabkan terjadinya
koagulasi sehingga terbentuk delta.
g. Pengolahan Asap Atau Debu
Asap dan debu yang dihasilkan dari suatu proses industri dapat mencemari udara di
sekitarnya. Asap dan debu merupakan sistem koloid zat padat dalam medium pendispersi gas
(udara). Padatan dalam asap atau debu dapat diendapkan menggunakan alat Cotrell.
Asap dan debu dilewatkan melalui cerobong yang di dalamnya terdapat ujung-ujung
elektrode bermuatan dengan bertegangan antara 20.000 V hingga 75.000 V. Elektrode
mengakibatkan asap dan debu tersebut menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel asap dan
debu akan tertarik pada elektrode yang lainnya dan mengendap. Endapan yang terbentuk
dipisahkan secara berkala sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong sudah terbebas dari
partikel padatan yang berbahaya.
2.3.7 Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi
sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang
tidak diinginkan.
Pada proses dialisis, koloid yang mengandung ion-ion dimasukkan ke dalam kantung
penyaring, kemudian dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air). Ion-ion dapat keluar
melewati penyaring sehingga partikel koloid terbebas dari ion-ion. Kantung penyaring
merupakan selaput semipermeabel yang hanya dapat dilewati ion dan air, tetapi tidak dapat
dilewati partikel koloid.
Proses dialisis juga terjadi dalam metabolisme tubuh. Ginjal berfungsi sebagai
penyaring semipermeabel. Cairan hasil metabolisme di dalam darah mengandung butir-butir
darah, air, dan urea. Urea merupakan racun bagi tubuh sehingga harus dikeluarkan melalui air
seni. Jika ginjal mengalami gangguan (gagal ginjal), ginjal tidak dapat menyaring darah dan
mengeluarkan urea yang bersifat racun. Oleh karena itu, penderita gagal memerlukan proses
“cuci darah”, yaitu proses dialisis yang berfungsi menghilangkan urea dari darah. Oleh
karena itu, sudah sepatutnyalah kita mensyukuri kesehatan ginjal kita.
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan pereaksi air.
Misalnya, pembuatan sol Al(OH)3 dan sol Fe(OH)3 .
1) Pembuatan sol Al(OH)3 dari larutan AlCl3 , Al2 (SO 4 )3 , PAC atau tawas.
AlCl3(aq) + 3H2 O (l) → Al(OH)3(s) + 3HCl(aq)
2) Pembuatan sol Fe(OH)3 dari larutan FeCl3 dengan air panas.
FeCl3(aq) + 3H2 O (l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
c. Reaksi Penggaraman
Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi pembentukan
garam. Untuk menghindari pengendapan biasanya digunakan suatu zat pemecah.
AgNO 3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) +NaNO 3(aq)
Na2 SO4(aq) + Ba(NO 3 )2(aq) → BaSO 4(s) + 2NaNO 3(aq)
d. Penjenuhan Larutan
Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara
penjenuhan larutan ke dalam larutan jenuh kalsium asetat dalam air. Penjenuhan dilakukan
dengan cara menambahkan pelarut alkohol sehingga akan menghasilkan koloid berupa gel.
Kalsium asetat bersifat mudah larut dalam air, namun sukar larut dalam alkohol.
e. Reaksi dekomposisi rangkap
Sol As2 S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2 S perlahan melalui larutan As2 O 3 dingin sampai
terbentuk sol As2 S3 yang berwarna kuning terang
As2 O3 + 3 H2 S → As2 S3 (koloid) + 3H2 O
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO 3 dan larutan HCl encer.
AgNO 3 + HCl → AgCl (koloid) + HNO 3
2.6.1 Dialisis
Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput semipermeabel (yang tidak
dapat dilalui partikel koloid) disebut diasis. Percobaannya dengan menaruh sistem koloid
pada selaput semipermeabel, lalu menaruhnya di air. Zat yang terlarut di dalam air kemudian
akan keluar dari selaput itu, sedangkan system koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga
mengambil zat-zat yang terlarut.
2.6.2 Elektrodialisis
Elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik. Listrik
tegangan tinggi dialirkan melalui 2 layar logam yang menyokong selaput semipermeabel.
Kemudian, partikel-partikel zat terlarut dalam system koloid berupa ion-ion akan bergerak
menuju electrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik pempercepat
proses pemurnian.