Anda di halaman 1dari 20

1 KOLOID

[Year]

Nama : Isyanti
Nama : Isyanti
Nim : 1816150018
Nim : 1816150018
KOLOID KELAS XI

KATA PENGANTAR

Sulitnya memperoleh buku pengantar koloid, pedoman yang penulis pergunakan dalam
menyusun buku ini adalah kurikulum inti pendidikan kimia, sebagai manifestasi kerja sama
menteri pendidikan. Materi ini di sajikan pada buku 1 Bab yang mencantumkan kata pengantar,
daftar isi, Bab, Contoh Soal, Latihan Soal, dan LKS membicarakan (a). Sistem Dispersi,
(b). Pengelompokkan Sistem Koloid, (c). Sifat dan Penerapan Sistem Koloid.
Daftar pustaka sebagai acuan dalam penyusun buku ini tertera pada akhir setiap Bab.
Buku-buku yang penulis pakai sebagai acuan ini.
Penulis menyadari, meskipun sudah berusaha sekuat kemampuan, buku ini masih jauh memadai,
apalagi sempurna. Buku ini mungkin masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi
Bahasa, pengolahan materi, maupun penyusunnya. Para siswa yang mempelajari buku ini masih
memerlukan perbandingan dengan buku referensi yang lain. Saran, kritik, dan koreksi yang
membangun dari para pembaca, penulis sangat mengharapkan demi penyempurnaan buku buku
ini pada penerbitan berikutnya.

1
KOLOID KELAS XI

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB 1. KOLOID.................................................................................................................iii
A. Sistem Dispersi........................................................................................................1
B. Pengelompokan Sistem Koloid...............................................................................2
C. Sifat Penerapan dan Sistem Koloid.........................................................................3
Daftar Referensi...................................................................................................................iv
KOLOID KELAS XI

BAB 1
KOLOID
A. Sistem Dispersi

Pernahkah anda mencampurkan gula, pasir, dan susu bubuk dalam air? Ketiga
campuran tersebut (gula-air, pasir-air, susu, bubuk-air,)akan membentuk suatu
disperse, yaitu penyebaran merata dua fase. Kedua fase tersebut terdiri atas fase
zat yand didespersikan dikenal juga dengan istilah fase terdispersi atau fase
dalam. Adapun fase pendispersi dikenal dengan istilah medium pendispersi atau
fase luar. Pada umumnya, fase terdispersi memiliki jumlah molekul yang lebih
kecil dibandingkan fase pendispersi. Terdapat tiga macam campuran, yaitu
campuran sejati atau campuran, suspense, dan koloid. Termasuk dalam kelompok
campuran manakah campuran-campuran tersebut?
1. Larutan
Larutan merupakan campuaran yang bersifat homogen. Ukuran partikel
zatterlarut didalam suatu larutan lebih kecil dari 10-3cm (< 1 nm) sehingga sangat
sulit untuk diamati. Walaupun menggunakan dengan mikroskop. Jadi, campuran
antara gula dan air termasuk larutan karena pencampuaran kedua zat tersebut
menghasilkan dua fase yang homogen. Beberapa contoh larutan lainnya, adalah
larutan garam dapur, larutan urea, dan larutan cuka. Jika larutan ini disaring
dengan menggunakan kertas saring, tidak ada zat yang tersaring.
2. Suspensi
Suspensi adalah disperse zat padat di dalam air. Zat terdispersi pada
suspensi merupakan zat pedat berukuran cukup besar. Padatan ini merupaka
gabungan dari molekul-molekul zat terdispersi. Oleh karena zat terdispersi
memiliki ukuran yang cukup besar, medium pendispersi (air) tidak mampu
menahannya sehingga padatan tersebut dapat mengendap. Ukuran partikel zat
terdispersi di dalam suspensi lebih besar dari 10-3cm (> 100 nm) sehingga masih
dapat di amati dengan mudah. Suspense dapat disaring dengan menggunakan
kertas saring biasa. Berdasarkan penjelasan ini, berarti campuran antara pasir dan
air di tuangkan di dalam gelas menggunakan penyaring, pasir dan air pasti akan
terpisah.

1
KOLOID KELAS XI

B. Pengelompokan Sistem Koloid

Sistem koloid adalah campuran yang heterogen, telah diketahui bahwa terdapat
tiga fase zat, yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fase zat ini dapat dibuat
Sembilan kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem
koloid hanya delapan. Kombinasi campuran fase gas dan fase gas selalu
menghasilkan homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem
koloid.
1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Sistem koloid fase padat-cair di sebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi
berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut
gel. Berikut contoh-contoh sistem koloid fase padat-cair.
a. agar-agar
padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan
sistem koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan
dingin sol ini akan tetap berwujud cair. Sebaliknya, jika konsentrasi agar-agar
tinggi pada keadaan dingin sol menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini
disebut gel.
b. Pektin
pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel, dan
kulit jeruk. Jika pektin didispersikan didalam air, terbentu suatu sol yang
memadat sehingga membentuk gel, pectin biasa digunakan untuk pembuatan
selai.
c. Gelatin
Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari perebusan kulit atau kaki
binatang, misalnya sapi. Jika gelatin didispersikan didalam air, terbentuk suatu sol
yang kemudian memadat dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk
pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar pektin juga digunakan untuk pembuatan
makanan, seperti jelly atau permen yang kenyal (gummy candies).
d. Cairan Kanji
KOLOID KELAS XI

Tepung kanji yang dilarutkan didalam air dingin akan membentuk suatu
suspensi. Jika suspensi dipanaskan terbentuk sol terbentuk sol, dan jika
konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sel tersebut akan memadat sehingga
membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase terdispersi menyerap medium
pendispersi sehingga fase terdispersi mengembang, memadat dan menjadi kaku.
2. Sistem Koloid Cair-Cair (Emulsi)
Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispusi berupa zat cair
dan medium pendispersi yang juga berupa cairan. Campuaran yang terbentuk
bukan berupa larutan, melainkan bersifat heterogen. Misalnya, campuran antara
minyak dan air. Air yang bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak
yang bersifat nonpolar. Untuk dapat “mendamaikan” air dan minyak, harus ada
zat “penghubung” antara keduanya. Zat penhubung ini harus memiliki gugus
polar (gugus yang dapat larut didalam air) dan juga harus memiliki gugus
nonpolar (gugus yang dapat larut di dalam minyak) sehingga zat penghubung
tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan minyak.

Polar Polar Nonpolar nonpolar


Air zat penghubung minyak

Sistem koloid cair-cair disebut emulasi. Zat penghubung yang


menyebabkan (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada emulsi tanpa emulgator, yaitu
sabun, atau deterjen, dan lesitin. Minyak dan air dapat bercampur jika
ditambahkan emulgator berupa sabun atau deterjen. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan minyak yang menempel pada tangan atau pakaian digunakan
sabun atau deterjen, yang kemudian dibilas dengan air.
Susu, air santan, krim, dan lotion merupakan beberapa emulsi yang anda
kenal dalam kehidupan sehari-hari. Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan
contoh bentuk emulsi alami karena di dalam susu murni telah terdapat emulgator
alami, yaitu kasein. Di dalam industri makanan, biasanya susu murni diolah
menjadi susu bubuk, susu bubuk yang terbentuk menjadi sukar larut dalam air,
kecuali dengan menggunakan air panas. Oleh karena itu, digunakan zat emulgator

1
KOLOID KELAS XI

yang berupa lesitin sehingga susu bubuk tersebut dapat mudah larut dalam air,
sekalipun hanya menggunakan air dingin. Susu bubuk yang dicampur dengan zat
emulgator dikenal dengan istilah susu bubuk instant. Contoh lain emulsi adalah
Krim (Emulsi yang terbentuk pasta), dan lotion (Emulsi yang terbentuk cairan
kental atau krim yang encer). Dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu
disebuut busa cair. Didalam kehidupan sehari-hari, anda dapat menemui busa
padat yang dikenal dengan istilah karet busa dan batu apung. Pada kedua contoh
busa padat ini terdapat rongga atau pori-pori yang dapat diisi oleh udara.
Secara garis besar, kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukan
pada Tabel 9.2 berikut ini.

Tabel 9.2 jenis sistem koloid dan contoh-contohnya.

No Fase Medium Nama Contoh


. terdispersi Pendispersi Koloid
1 Padat Cair Sol Sol emas, agar-agar,
tinta, air sungai
2 Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu padat
3 Padat Padat Sol padat Paduan logam, kaca
berwarna
4 Cair Gas aerosol Kabut, awan
5 Cair Cair emulsi Santan, susu, es
krim, krim lotion,
mayonaise
6 Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega,
mutiara
7 Gas Cair Buih, busa Busa sabun
8 Gas Padat Busa padat Karet busa, batu
apung

Uji Pemahaman Konsep 9.2


Kerjakan pada buku latihan anda.
1. Sebutkan fase terdispersi dan medium pendispersi koloid-koloid berikut ini:
a. Sol
b. Aerosol
c. Busa
2. Sebutkan nama dan contoh sistem koloid yang termasuk dari:
a. Zat padat yang terdispersi dalam gas
KOLOID KELAS XI

b. Zat gas yang terdispersi dalam padatan


c. Zat cair yang terdispersi dalam padatan

3. Sebutkan fase terdispersi, medium pendispersi, dan nama sisitem koloid berikut ini:
a. Es krim
b. Mutiara
c. Buih sabun

C. Sifat dan Penerapan Sistem Koloid


Secara fisik sistem koloid terlihat homogen seperti larutan, jika anda amati
dengan mikroskop, terlihat adanya perbedaan antara koloid dan larutan karena sistem
koloid sebetulnya bersifat heterogen. Untuk lebih memperjelas perbedaan antara
larutan dan koloid, anda harus mempelajari sifat-sifat yang dimiliki sistem koloid
tersebut.

1. Gerak Brown
Gerak brown adalah gerak tidak beraturan, gerak acak atau gerak zig-zag partikel
koloid. Gerak brown terjadi karena beraturan tidak teratur partikel koloid dan medium
pendispersi. Benturan tersebut mengakibatkan partikel koloid bergetar dengan arah
yang tidak beraturan dan jarak yang pendek.
Gerak brown kali pertama diamati pada 1827 oleh Robert Brown (1773-1858).
Seorang ahli biologi berkebangsaan inggris pada saat mengamati serbuk sari.
Fenomena ini dijelaskan oleh Albert Eistein (1879-1955) pada 1905. Menurut
Eistein, suatu partikel mikroskopis (hanya dapat diamati dengan mikroskop) yang
melayang dalam suatu medium pendispersi akan menunjukkan suatu gerak acak atau
gerak zig-zag. Gerak ini disebabkan oleh medium pendispersi yang menabrak partikel
terdispersi dari berbagai sisi dalam jumlah yang tidak sama untuk setiap sisi.
Berdasarkan gambar 9.4 terlihat bahwa arah gerak partikel koloid bergantung
pada jumlah partikel medium pecndispersi yang menabrak. Jika jumlah partikel
pendispersi yang menabrak dari arah bawah banyak, partikel koloid akan bergerak ke
atas (dari A ke B). jika jumlah partikel, pendispersi yang menabrak dari kiri bawah
banyak, partikel koloid bergerak ke kanan atas (dari B ke C). setiap gerak disertai

1
KOLOID KELAS XI

getaran karena dari sisi lain ada tabrakkan dari medium pendispersi, tetapi jumlah
molekum medium pendispersi ini sedikit. Gerak zig-zag akibat tabrakan dari partikel
pendispersi menyebabkan sistem koloid tetap stabil, tetap homogen, dan tidak
mengendap.
Apakah gerak brown juga terjadi pada sistem larutan atau suspensi? Pada larutan,
partikel terdispersi memiliki ukuran yang sangat kecil dan hampir sama ukuran
molekul pendispersi. Gerakan partikel terdispersi bukan terjadi karena ditabrak oleh
partikel pendispersi, melainkan disebabkan oleh gerakkan molekul itu sendiri. Pada
suspensi, partikel terdispersi banyak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi sehingga
partikel terdispersi lebih banyak bergerak ke bawah dan membentuk endapan.

2. Efek Tyndall
Jika cahaya dilewatkan ke dalam sistem koloid, cahaya yang melewati sistem
koloid tersebut terlihat lebih terang. Cahaya yang terlihat lebih terang ini disebabkan
oleh terjadinya efek Tyndall. Efek Tyndall adala efek penghamburan cahaya oleh
partikel koloid. Partikel koloid akan memantulkan cahaya dan menghamburkan
cahaya yang mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih terang. Jika kemudian
cahaya ini ditangkap layar, cahaya pada layar tersebut tampak buram.
Di dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat dilihat pada gejala-gejala
berikut.
1). Jika sinar matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar tersebut
terlihat debu-debu beterbangan (daerah ini terlihat lebih terang). Pada daerah yang
tidak terlewati sinar matahari tidak akan terlihat adanya debu. Begitu juga jika sinar
matahari melewati daun pepohonan di daerah yang berkabut, sinar matahari tersebut
terlihat lebih jelas.
2). Jika anda menonton film di gedung bioskop, kemudian ada asap rokok yang
mengepul ke atas, cahaya proyektor terlihat lebih terang dan gambar pada layar
menjadi buram.
3). Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut terlihat lebih jelas, tetapi jalan tidak
terlihat jelas, begitu juga pada jalan yang berdebu, sorot lampu terlihat lebih jelas,
kecuali sehabis hujan yang cukup deras (sehingga jalan tidak berdebu dan tidak
KOLOID KELAS XI

berasap). Itulah sebabnya sorot lampu mobil seakan tidak tampak (tidak terlihat),
tetapi jalan terlihat lebih jelas.

3. Adsorpsi
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya,
jika partikel koloid menyerap ion bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel
pada permukaannya, partikel koloid tersebut menjadi bermuatan.
a. Proses Menghilangkan Bau Badan
pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang akan mengadsorpsi)
berupa Al-Streat, jika deodorant digosok pada anggota badan, Al-Streat mengadsorpsi
keringat yang menyebabkan bau badan.
b. Penggunaan Arang Aktif
Arang aktif merupakan contoh adsorben yang dibuat dengan cara memanaskan
arang dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan untuk menjerap berbagai
zat. Obat norit (obat sakit perut) mengandung zat arang aktif yang berfungsi menjerap
berbagai zat dan racun dalam usus, arang aktif ini juga digunakan pada topeng gas,
lemari es, (untuk menghilangkan bau), dan rokok filter (untuk mengikat asam nikotin
dan tar).
Adanya muatan listrik pada koloid menyebabkan koloid dapat dipisahkan dengan
cara elektroforesis, elektroforesis adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan
laju perpindahan molekul dalam medan listrik. Pada elektroforesis partikel koloid
yang bermuatan akan mengalami pergerakan, partikel koloid yang bermuatan negatif
akan bergerak ke electrode (kutub) positif. Adapun koloid yang bermuatan positif
bergerak ke electrode (Kutub) yang bermuatan negatif.
Elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan jenis muatan dari
suatu partikel koloid.

4. Koagulasi
Telur direbus hingga membeku, penggumpalan susu yang basi dan pembentukkan
delta pada muara sungai merupakan contoh-contoh koagulasi, koagulasi adalah

1
KOLOID KELAS XI

pengumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid
atau karena penggabungan partikel yang lebih besar, koagulasi dapat terjadi karena
pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan,
pencampuran koloid yeng berbeda muatan, atau karena elektroforesis. Koloid
Fe(OH)3 yang bermuatan positif jika dicampur dengan koloid As2S3 yang bermuatan
negatif akan mengalami kogulasi. Koagulasi terjadi karena setiap partikel koloid yang
memiliki muatan yang berlawanan saling menetralkan dengan gaya elektrostatik
hingga membentuk partikel yang besar dan menggumpal.

Elektroforesis dapat menyebabkan koagulasi karena endapan pada salah satu


electrode semakin lama semakin pekat, dan akhirnya membentuk gumpalan. Berikut
beberapa proses koagulasi yang sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Perebusan Telur
telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa
protein. Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut
menggumpal.
b. Pembuatan Yoghurt
susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui permentasi. Pada permentasi susu
akan terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.
c. Pembuatan Tahu
pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga
terbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit
yaitu CaSO42H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan
membentuk tahu.
d. Pembuatan Lateks
Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan lateks,
getah karet digumpalkan dengan penambahan asam asetat dan asam format.
e. Penjernihan Air Sungai
Air sungai mengandung padatan lumpur yang terdispersi di dalam air (sol). Sol
tanah liat dalam air sungai memiliki muatan negatif sehingga dapat diendapkan
dengan penambahan tawas atau PAC. Didalam air sungai, tawas atau PAC
KOLOID KELAS XI

membentuk koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif. Pengendapan terjadi karena


koagulasi koloid yang bermuatan negatif dengan koloid dengan bermuatan fositif.
f. Pembentukan Delta
Delta terbentuk dari hasil pencampuran air sungai yang mengandung koloid tanah
liat dan elektrolit yang berasal dari air laut. Percampuran tersebut menyebabkan
terjadinya koagulasi sehingga terbentuk delta.
g. Pengolahan Asap Atau Debu
Asap dan debu yang dihasilkan dari suatu proses industry dapat mencemari udara
disekitar. Asap dan debu merupakan sistem koloid zat padat dalam medium
pendispersi gas (udara). Padatan dalam asap dan debu dapat diendap dengan
menggunakan alat cottrel.
Asap dan debut dilewatkan melalui cerobong yang didalamnya terdapat ujung-
ujung electrode bermuatan dengan bertegangan antara 20.000 V hingga 75.000 V.
Elektrode mengakibatkan asap dan debu tersebut menjadi bermuatan. Selanjutnya,
partikel asam dan debu akan tertarik pada electrode yang lainnya dan mengendap.
Endapan yang terbentuk dipisahkan secara berkala sehingga gas-gas yang keluar dari
cerebong sudah terbebas dari partikel padatan yang berbahaya.

5. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Sistem koloid sol (zat padat dalam medium pendispersi cair) dapat bersifat liofil
(dari Bahasa yunani lyo=cairan, philia = suka) dan ada juga bersifat liofob (yunani =
phobia = tidak suka, takut). Pada sol yang bersifat liofil, zat terdispersi dapat menarik
atau mengikat medium pendispersi. Pada sol yang bersifat liofob, zat terdispersi tidak
dapat mengikat medium pendispersinya (air).
6. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan pertikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi
sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion
yang tidak diinginkan.
Pada proses dialysis, koloid yang mengandung ion-ion dimasukkan ke dalam
kantung penyaring, kemudian dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air). Ion-ion
dapat keluar melewati penyaring sehingga partikel koloid terbebas dari ion-ion.
Kantung penyaring merupakan selaput semipermeabel yang hanya dapat dilewati ion
dan air, tetapi tidak dapat terlewati partikel koloid.

1
KOLOID KELAS XI

Proses dialysis juga terjadi dalam metabolisme tubuh. Ginjal berfungsi sebagai
penyaring semipermiabel. Cairan hasil metabolisme di dalam darah mengandung
butir-butir darah, air, dan urea. Urea merupakan racun bagi tubuh sehingga harus
dikeluarkan melalui air seni. Jika ginjal mengalami mengalami gangguan (gagal
ginjal), ginjal tidak dapat menyaring darah dan mengeluarkan urea yang bersifat
racun. Oleh karena itu, penderita gagal memerlukan proses “cuci darah”, yaitu proses
dialysis yang berfungsi menghilangkan urea dari darah. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya kita mensyukuri kesehatan ginjal kita.

7. Sistem Koloid dalam Pengolahan Air


Air sungai merupakan koloid yang terbentuk dari tanah liat yang terdispersi di
dalam air. Pengolahan air sungai menjadi air bersih dapat dilakukan melalui tahap-
tahap penggumpalan pengotor (koagulasi), penyaringan pengotor, penyerapan baud
an zat kimia (adsorpsi), dan pembasmian kuman (desinfeksi).
a. Penggumpalan
Proses penggumpalan (koagulasi) dilakukan dengan menggunakan tawas
(KAl(SO4)2), PAC (Poly Aluminium Chloride), dan Al2(SO4)3.
Senyawa-senyawa tersebut dapat menghasilkan koloid Al(OH)3 yang akan
mengadsorpsi pengotor tanah dan menggumpalkannya sehingga terbentuk endapan.
b. Proses Penyaringan
Setelah terjadi penggumpalan, kemudian dilakukan proses penyaringan
menggunakan penyaring. Penyaring terdiri atas lapisan pasir, kerikil, dan ijuk.
c. Proses Adsorpsi
Adsorpsi atau penyerapan kotoran menggunakan koloid Al(OH) 3 terjadi pada
tahap awal. Jika terdapat ion Fe2+ ion tersebut terlebih dahulu dioksidasi menjadi ion
Fe3+ menggunakan kaporit. Setelah itu baru proses adsorpsi dapat dilakukan
menggunakan Al(OH)3. Mengapa demikian? Proses adsorpsi juga dilakukan dengan
menggunakan karbon aktif yang dapat menjerap bau dan zat-zat kimia, seperti besi
dan sisa kaporit yang berlebih.
d. Proses Desinfeksi
Penambahan kaporit bertujuan membunuh kuman-kuman. Kaporit juga berperan
sebagai oksidator, dapat ditambahkan sebelum penggumpalan. Kaporit ini
KOLOID KELAS XI

menimbulkan bau unsur klorin yang kurang sedap sehingga digunakan karbon aktif
untuk menjerap klorin tersebut.
2AuCl3(aq) + 3HCOH(aq) + 3H2(l) ⟶ 2Au(s) + 6HCl(aq) + 3HCOOH(aq) a atau AuCl3(aq) +
3FeSO4(aq) ⟶ Au(s) + Fe2(SO4)(aq) + FeCl3(aq).

e. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan
pereaksi air. Misalnya, pembuatan sol Al(OH)3 dan sol Fe(OH)3.
1). Pembuatan sol Al(OH)3 dari larutan AlCl3, Al2(SO4)3 PAC , atau tawas.
2). Pembuatan sol Fe(OH)3 dari larutan FeCl3 dengan air panas.
FeCl3(aq) + 3H2O(l) ⟶ Fe(OH)3(s) +3HCl(aq).
f. Reaksi penggaraman
Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi
pembentukan garam. Untuk menghindari pengendapan biasanya digunakan suatu zat
pemecah.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) ⟶ AgCl(s) + NaNO3(aq)
Na2SO4(aq) + Ba(NO3)2(aq) ⟶ BaSO4(s) + 2NaNO3(aq).
g. Penjenuhan Larutan
Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara
penjenuhan larutan ke dalam larutan jenuh kalsium asetat dalam air. Penjenuhan
dilakukan dengan cara menambahkan pelarut alkohol sehingga akan menghasilkan
koloid yang berupa gel. Kalsium asetat bersifat mudah larut dalam air, namun sukar
larut dalam alcohol.

2. Cara Dispersi
pembuatan koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan cara menggubah
partikel kasar (besar) menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan melalui
cara mekanik (penggerusan). Cara busur Bredig, dan cara peptisasi (pemecahan).

a. Cara Mekanik
cara mekanik merupakan cara fisik mengubah partikel kasar menjadi partikel
halus. Partikel kasar digiling dengan alat colloid mill sehingga diperoleh ukuran
partikel yang diinginkan. Selanjutnya, partikel halus ini didispersikan ke dalam suatu

1
KOLOID KELAS XI

medium pendispersi. Proses penggilingan dapa juga dilakukan didalam medium


pendispersi.

b. Cara Busur Bredig


proses pembuatan koloid dengan cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol
logam. Pada proses ini, logam yang akan sol digunakan sebagai electrode yang
dicelupkan ke dalam medium pepdispersi. Kemudian, kedua ujung elektrode
dihubungkan dengan arus listrik. Uap logam yang terjadi akan terdispersi kedalam
medium pepdispersi sehingga membentuk koloid.

c. Cara Peptisasi
pada cara peptisasi, partikel kasar berupa endapan diubah menjadi partikel koloid
dengan menggunakan elektrolit yang mengandung ion sejenis zat pemecah. Berikut
ini contoh-contoh peptisasi.

1). Endapan Al(OH)3 dipeptisasi dengan AlCl3,


2). Endapan NiS dipeptisasi dengan H2S
3). Agar-agar dipeptisasi dengan air, dan
4). Serat selulosa asetat dipeptisasi dengan aseton.

d. Cara Homogenisasi
cara ini mirip dengan cara mekanik dan biasanya digunakan untuk membuat
emulsi, dengan cara ini, partikel lemak dihaluskan, kemudian didispersikan ke dalam
medium air dengan penambahan emulgator. Selanjutnya, emulsi yang terbentuk
dimasukkan ke dalam alat homogenizer. Caranya dengan melewatkan emulsi pada
pori-pori dengan ukuran tertentu sehingga diperoleh emulsi yang homogen.

Soal dan Pembahasan

1. UMPTN
Sistem Koloid dibawah ini yang termasuk golongan aerosol adalah…
a. Susu d. gel
b. Kabut e. tinta
c. Buih
KOLOID KELAS XI

Pembahasan: Jawab:B
Aerosol: Sistem Koloid dengan fase pendispersi gas
Kabut: Aerosol cair dalam gas
2. UMPTN
Di antara zat berikut, yang bukan merupakan koloid jenis sol adalah…
a. Cat d. Minyak ikan
b. Tinta e. Larutan Fe(OH)3
c. Agar-agar
Pembahasan: Jawab:C
Sol adalah sistem koloid dengan zat padat sebagai fase terdispersi.
Minyak ikan termasuk emulsi (cair dalam cair)
3. UMPTN
As2S3 adalah koloid hidrofob yang bermuatan negatif. Larutan yang paling
baik untuk mengkoagulasikan koloif ini adalah…
a. Kalium Fosfat
b. Magnesium sulfat
c. Barium nitrat
d. Besi(III) klorida
e. Besi(II) sulfat
Pembahasan: Jawab:D
As2S3 (bermuatan negatif) akan lebih mudah mengalami koagulasi jika
ditambah elektrolit bermuatan positif yang paling besar.
4. UMPTN
Berikut adalah peristiwa-peristiwa koagulasi pada partikel koloid, kecuali…
a. Penggumpalan lateks
b. Pengobatan sakit perut
c. Pengendapan debu pada cerebong asap
d. Penjernihan lumpur dari air sungai
e. Pembentukan delta pada muara sungai
Pembahasan: Jawab:B
Koagulasi : penggumpalan koloid karena penambahan elektrolit pengobatan
sakit perut termasuk adsorpsi koloid karena obat sakit perut diserap oleh
mikroorganisme penyebab sakit perut.

5. UMPTN
Salah satu sifat penting dari dispersi koloid yang banyak dimanfaatkan dalam
bidang industry dan analisis biokimia adalah…
a. Prinsip elektroforesis
b. Efek Tyndall
c. Gerak Brown
d. Homogenisasi
e. Peptisasi
Pembahasan: Jawab:A
Elektroforesis : perpisahan partikel koloid yang bermuatan positif menuju
electrode negatif sedangkan yang bermuatan negatif menuju elektrode positif

1
KOLOID KELAS XI

prinsip ini digunakan untuk membersihkan asap dan kotoran dari cerebong
pabrik.
KOLOID KELAS XI

LEMBAR KERJA SISWA (UMPTN)


1. Sistem koloid yang fase terdispersinya padat dan medium pendispersi gas
adalah… UNPTN
1999
a. Asap
b. Kabut
c. Buih sabun
d. Buih sabun
e. Batu apung
2. Perhatikan tabel di bawah ini!
N Fase Medium Nama Koloid Contoh
O Terdispersi Pendispersi
1 Gas Padat Busa Padat Karet busa
Cair Padat Emulsi Padat Batu apung
Padat Padat Sol Padat Gelas
berwarna
Contoh koloid di atas adalah tepat, kecuali…
a. 1 b. 2 c. 3 d. 1 dan 2 e. 2 dan 3
3. Sistem koloid di bawah ini yang medium pendispersinya padat adalah…
a. Asap
b. Kabut
c. Batu apung
d. Susu
e. Lem kanji
4. Buih merupakan sistem disperse dari…
a. Zat padat terdispersi dalam cair
b. Zat cair terdispersi dalam gas
c. Gas terdispersi dalam zat padat
d. Gas terdispersi dalam zat cair
e. Zat cair terdispersi dalam zat cair
5. Jika udara digelembungkan ke dalam larutan sabun, maka akan timbul
buih. Fase dispersi dan fase pendispersi pada buih adalah…
a. Cair dan gas
b. Cair dan cair
c. Gas dan cair
d. Gas dan padat
e. Cair dan padat
6. Zat-zat yang tergolong koloid liofil adalah…
a. Kanji, agar-agar, dan protein
b. Batu apung, awan, dan sabun
c. Susu, kaca, dan mutiara
d. Minyak tanah, asap, dan debu
e. Lem karet, lem kanji, dan busa sabun

1
KOLOID KELAS XI

7. Berikut ini merupakan sifat koloid…


a. Dapat mengadsorpsi ion
b. Menghamburkan cahaya
c. Partikel terus bergerak
d. Dapat bermuatan listrik
e. Terdispersi zat-zat
8. Gejala atau proses yang tidak ada hubungannya dengan sistem koloid
adalah…
a. Efek Tyndall
b. Dialisis
c. Koagulasi
d. Emulsi
e. Elektrolisis
9. Untuk memisahkan ion-ion yang menggangu kestabilan sistem koloid
dilakukan…
a. Koagulasi
b. Adsorpsi
c. Dialisa
d. Elektrolisa
e. Elektroforesa
10. Diketahui beberapa pembuatan koloid:
1. satu sendok the gula dan susu sendok the belerang digerus kemudian
dilarutkan dalam air.
2. pembuatan susu dengan sistem homogenesi.
3. air dipanaskan kemudian ditetesi larutan FeCl3 jenuh.
4. larutan As2O3 dialiri gas H2S
Yang termasuk pembuatan koloid cara kondensasi adalah…
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 3 dan 4

DAFTAR PUSTAKA
Whitten, K. W., et al, 2000. General Chemistry, with Qualitative Analysis. Edisi Keenam. Saunders
College Publishing
Tim Redaksi World Book International. 1995. The World Book Encyclopedia of Science. Chicago:
World Book
KOLOID KELAS XI

Anda mungkin juga menyukai