BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit,
pemulihan kesehatan dan pencegahan terhadap suatu penyakit.
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan antara manfaat dan risiko.
Fokus pelayanan kefarmasianbergeser dari kepedulian terhadap obat (drug oriented) menuju
pelayanan optimal setiap individu pasien tentang penggunaan obat (patient oriented).Untuk
mewujudkan pharmaceutical care dengan risiko yang minimal pada pasien dan petugas
kesehatan perlu penerapan manajemen risiko.
Manajemen risiko adalah bagian yang mendasar dari tanggung jawab pemberian pengobatan.
Pesatnya perkembangan teknologi farmasi yang menghasilkan obat-obat baru juga
membutuhkan perhatian akan kemungkinan terjadinya risiko pada pasien.
Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit dalam memberikan
farmakoterapi kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin dan terkoordinir dari
para staf rumah sakit sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan
peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan
(transcribe), pendistribusian, persiapan (preparing), penyaluran (dispensing), pemberian,
pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Peran para pemberi pelayanan kesehatan
dalam manajemen obat sangat bervariasi antara satu negara ke negara lain, namun proses
manajemen obat yang baik bagi keselamatan pasien bersifat universal.
Medication Error ( ME ) atau kesalahan pelayanan obat menurut NCC MERP yaitu setiap
kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang
tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam pengawasan tenaga
kesehatan atau pasien.
Medication Error adalah jenis Medical Error yang paling umum terjadi di berbagai rumah sakit.
Diperkirakan 7000 orang meninggal pertahun(The Business Case for Medication Safety,
February 2003). Medication Error terjadi dengan regularitas yangsukar dipercaya. Studi di 36
rumah sakit (dipublikasi 2002) ditemukan pada setiap kemungkinan terjadi 2 ME setiap hari.
Kesalahan pengobatan fatal bukan hal yang baru. Hasil studi yang dipublikasi pada tahun 1983,
melaporkan bahwa kesalahan label (labeling error)telah terjadi karena tertukarnya label antara
vincristine dan methotrexate sehingga terjadi kesalahan rute pemberian vincristine diberi
secara intratekal yang berakibat fatal.
Pada artikel lain (dipublikasi 1970-an dan 1980an) terjadi kematian ganda akibat kesalahan satu
medikasi atau lebih.Awal tahun 1966 University Arkansas menerbitkan hasil penelitiannnya
66.1% dari 654 terjadi kesalahan pengobatan serius (tidak termasuk wrong time errors).
Kesalahan serius obat berbahaya terjadi akibat misused sebagai keputusan dua panel farmasis.
Di AS kesalahan pemberian obat di 2 rumah sakit adalah 56% dan 34% (BATES, 1995), sedangkan
di Indonesia menurut Iwan Dwiprahasto MMedSc, PhD di Jogja, yaitu medication error di ICU
mencapai 96% (tak sesuai indikasi, tak sesuai dosis, polifarmaka tak logis, dll ) dan medication
error di puskesmas adalah sekitar 80 %.
Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat kepada pasien mulai
dari produksi dalam peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan dan monitoring
pasien. Di dalam setiap mata rantai ada beberapa tindakan, sebab tindakan mempunyai potensi
sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga kesehatan dalam mata rantai ini dapat memberikan
kontribusi terhadap kesalahan ( Cohen, 1999).
Laporan di atas telah menggerakkan sistem kesehatan dunia untuk merubah paradigma
pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien (patient safety). Gerakan ini berdampak juga
terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia melalui pembentukan KKPRS (Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit) pada tahun 2004.
Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Konggres PERSI Sep 2007).
kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10 besar insiden
yang dilaporkan. Jika disimak lebih lanjut, dalam proses penggunaan obat yang meliputi
prescribing, transcribing, dispensing dan administering, dispensing menduduki peringkat
pertama.
Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kesalahan obat.
Identifikasi medication error dapat menggunakan rekam kesehatan pasien selama dirawat.
Disadari bahwa rekam kesehatan mempunyai peran yang penting dalam telusur medication
error. Telusur ini dapat dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Selanjutnya proses
termasuk mendefinisikan suatu kesalahan obat, menggunakan format pelaporan yang
distandarisasi dan mengedukasi staf tentang proses dan pentingnya pelaporan. Proses
pelaporan adalah bagian dari program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit. Program
memusatkan pada pencegahan kesalahan obat melalui pemahaman jenis kesalahan yang
terjadi di rumah sakit maupun di rumah sakit lain dan mengapa MEterjadi. Perbaikan dalam
manajemen pengobatan secara terpadu digunakan untuk mencegah kesalahan di kemudian
hari.
Di Indonesia pencegahan medication error terus dilakukan guna memberikan pelayanan
pengobatan yang aman bagi pasien. Untuk mengoptimalkan aplikasi management of
medication error, maka Indonesia dapat mempergunakan berbagai konsep baik dari
manajemen risiko, patient safety, analisis rekam kesehatan dan konsep NCC MERP ( national
coordinating council medication Error reporting and prevention ) yaitu Dewan Koordinasi
2
Nasional untuk Pencatatan dan Pencegahan Kesalahan Obat yang sudah diaplikasikan di luar
negeri.
2. Tujuan
Pengelolaanmedication error sangat penting dilakukan dimanapun medikasi diberikan, adapun
tujuannya adalah sebagai berikut :
- Menurunkan Insiden Keselamatan Pasien dalam medication error
- Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
- Meminimalkan potensi terjadinya kerugian
- Menanggapi pihak yang mengalami cedera dengan segera dan selayaknya
- Mengantisipasi dan merencanakan pertanggungjawaban jika terjadi kerugian.
- Membantu praktisi kesehatan dan lembaga terkait untuk dapat menelusuri kesalahan obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien, dorong staf anda untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien, gunakan informasi yang
ada tentang kejadian/ masalah untuk melakukan perubahan pada sistem.
Penerapan patient safety adalah bersifat menyeluruh di seluruh bagian di rumah sakit. Unitunit atau Bagian-bagian di rumah sakit dengan banyak prosedur atau tindakan di dalamnya
mengandung konsekuensi risiko terjadinya kesalahan juga lebih banyak. Pelayanan
kesehatan yang melibatkan aspek kolaborasi antar banyak tenaga kesehatan juga
mempunyai dampak terhadap peningkatan potensi terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan.
Manajemen obat merupakan komponen yang penting dalam pengobatan paliatif,
simptomatik, preventif dan kuratif terhadap penyakit dan berbagai kondisi. Manajemen obat
mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit sakit dalam memberikan
farmakoterapi kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin dan terkoordinir
dari para staf rumah sakit sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif,
implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan,
pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe), pendistribusian, persiapan (preparing),
penyaluran (dispensing), pemberian, pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Peran
para pemberi pelayanan kesehatan dalam manajemen obat sangat bervariasi antara satu
negara ke negara lain, namun proses manajemen obat yang baik bagi keselamatan pasien
bersifat universal.
Keselamatan pasien dalam pelayanan melibatkan kegiatan sebagai berikut:
-
Beberapa istilah terkait dengan patient safety dan medikasi adalah sebagai berikut :
Efek buruk obat (adverse drug event): cidera akibat kesalahan dalam proses penggunaan
obat.
Ceroboh (near miss): kesalahan penggunaan obat yang tak timbulkan cidera.
Salah comot (slip): salah emban tak sengaja. Misalnya, maksud mau suntikan heparin,
tetapi yang terambil adalah insulin
Lupa (lapse): salah/tak emban tugas karena lupa.
Keliru (mistake) salah terap karena kurang pengetahuan. Misal : tak berikan Amikasin
intravena dosis tunggal, melainkan dalam dosis terbagi atau infus berlanjut.
Lalai (error of omission) : tak emban tugas, sesuai rencana/permintaan.
Berlebihan (error of comission) : penggunaan obat lebih banyak dari yang diperlukan.
Misal : Ciprofloxacin oral diberikan 4 kali sehari, yang seharusnya cukup 2 kali sehari
Harm : gangguan sementara atau permanen dari fisik, fungsi emosional, atau psikologis
atau struktur tubuh dan / atau nyeri yang ditimbulkannya yang membutuhkan intervensi
Monitoring : adalah untuk mengamati atau merekam tanda tanda fisiologis dan
psikologis yang relevan
Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah sangat penting dan seringkali merupakan penyebab dominan medication
error sehingga harus menjadi perhatian. Berbagai tehnik komunikasi efekf tdiupayakan
untuk mencegah medication error.
Petugas melakukan read back terhadap instruksi pengobatan yang diterima secara lisan
maupun melalui telepon atau melaporkan hasil pemeriksaan penting yang membutuhkan
verifikasi oleh orang yang menerima informasi. Upaya meningkatkan komunikasi efektif ini
meliputi:
-
Petugas serah terima memeriksa ulang catatan serah terima dan menambahkan apabila
ada pesan-pesan tambahan yang belum tercatat.
Teach back (ajarkan ulang)
Ajarkan ulang bila diperlukan. Bila perlu didemonstrasikan, demonstrasikanlah agar
komunikasi benar-benar menjadi efektif.
Oral
Sublingual
Inhalasi
Rektal
Pervaginam
Perenteral
Topikal/lokal
2. E. Hasil Studi :
Berbagai studi terkait dengan medication error telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai
berikut :
Penyebab Kesalahan Pemberian Obat
Leape, et.al ( 1995) mengidentifikasi penyebab kesalahan pemberian obat antara lain :
1. Kurangnya diseminasi pengetahuan, terutama para dokter yang merupakan 22%
penyebab kesalahan
2. Tidak cukupnya informasi mengenai pasien seperti halnya data uji laboratorium
3. Sebanyak 10% kesalahan dosis yang kemungkinan disebabkan tidak diikutinya SOP
pengobatan
4. 9% lupa
5. 9% kesalahan dalam membaca resep seperti tulisan tidak terbaca, interpretasi perintah
dalam resep dan singkatan dalam resep
6. Salah mengerti perintah lisan
7. Pelabelan dan kemasan nomenklatur yang membingungkan
8. Blok dari penyimpanan obat yang tidak baik
9. Masalah dengan standar dan distribusi
10. Asesmen alat penyampai obat yang tidak baik saat membeli dan penggunaan misalnya
pada alat infus obat anti kanker
11. Gangguan ketegangan dan lingkungan kerja
12. Ketidaktahuan pasien
Penelitian Bates (JAMA, 1995, 274; 29-34) menunjukkan bahwa peringkat paling tinggi
kesalahan pengobatan pada: tahap ordering (49%), diikuti tahap administration management
(26%),pharmacy management (14%), transcribing (11%)
ME terjadi pada salah satu dari kondisi di bawah ini:
- Omission error : Gagal menyerahkan dosis sesuai dosis yang diperintahkan
- wrong dose error : Jumlah medikasi yang diberikan berbeda dengan yang diminta lebih dari
17% (10% untuk injeksi)
- unordered drug error : medikasi tidak pernah diperintahkan untuk diberikan kepada pasien
- wrong form error : dosis yang diberikan berbeda dengan bentuk atau sediaan yang
diperintahkan
- wrong time error : Dosis obat diberikan 30 menit lebih awal dari waktu yang perintahkan
atau lewat 30 menit dari waktu yang diperintahkan
- wrong route error : Obat diberikan tidak sesuai rute yang diperintahkan;
deteriorated drug error : Obat telah kadaluarsaatau integritas obat secara kimia atau fisika
telah berubah
- wrong rate of administration error : Infus atau cairan intravena diberikan dengan laju yang
tidak sesuai dengan yang diresepkan;
- wrong administration technique error : contoh, mengoleskan alkohol pada tapak suntikan
pada hal obat yang akan disuntikkan belum dipersiapkan
- wrong dose preparation error : contoh, memberikan suspensi oral tanpa mengocok lebih
dulu
Survey Institue for safety medication practices (Ismp) dan pediatric pharmacy group
(ppag)menyatakan sebagai berikut :
- Mayoritas (80%) obat yang diresepkan untuk pasien pediatrik tidak disetujui FDA, perlu obat
baru dengan label informasi tetang keamanan penggunaan bagi mereka (hanya 30% yang
disetujui)
- Populasi pediatrik unik (umur: dari detik 18 tahun; berat mulai dari 500 gram ->100 kg) sulit
memprediksi farmakokinetik dan farmakodinamik (terutama neonatus yang lahir prematur)
Rumah Sakit di USA menyatakan perlunya perlindungan dari kejadian medication erroruntuk
pasien pediatrik baik kritis dan nonkritis dari kesalahan dispensing(salah penyediaan/preparasi,
8
Tujuan
-
Strategi
1. Pencatatan Kesalahan Obat
- Meningkatkan kesadaran sistem yang tersedia untuk pelaporan atau dalam organisasi
perawatan kesehatan
- Merangsang dan mendorong pelaporan dan berbagai kesalahan pengobatan baik secara
nasional maupun lokal
- Mengembangkan standarisasi sistem klasifikasi untuk pengumpulan laporan kesalahan
pengobatan sehingga database akan mencerminkan laporan dan sistem kategorisasi
- Mendorong sistem dan memberikan umpan balik yang ditargetkan sehingga strategi
pencegahan yang tepat dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam fasilitas
2. Memahami Kesalahan Obat
- Menilai pengetahuan kesalahan pengobatan melalui upaya berkelanjutan (misalnya,
pencarian literatur) untuk mengumpulkan data yang terkait dengan ruang lingkup
masalah, jenis kesalahan, penyebab dan sumber kesalahan, dan dampak klinis dan
keuangan pada pasien dan sistem rujukan perawatan kesehatan
- Mengidentifikasi kesenjangan dalam penelitian yang menghambat pemahaman
kesalahan pengobatan
- Mempromosikan penelitian untuk memperluas pengetahuan tentang kesalahan
pengobatan, menyebabkan mereka, dan efektivitas intervensi
3. Pencegahan Kesalahan Obat
- Mendorong standarisasi proses untuk mencegah aspek rawan kesalahan pengadaan
obat, resep, pengeluaran, administrasi, pembuangan
10
Topik Khusus
-
Melakukan tinjauan literatur dan penilaian lingkungan yang berkaitan dengan topiktopik khusus yang telah diidentifikasi sebagai berpotensi terkait dengan penggunaan
obat yang aman
Mengadakan pertemuan khusus untuk meninjau topik khusus dan mengusulkan
tindakan terkait
Menyiapkan dan menyebarkan dokumen (yaitu, kertas putih) menggambarkan topik
khusus dan mengusulkan solusi untuk meningkatkan penggunaan obat
Di dalam indeks kategori ini terdapat 9 kategori dengan syarat definisi yaitu :
1. Kategori A : Keadaanatau kejadianyang memilikikapasitas untukmenyebabkan kesalahan,
BIRU
Orange
Kuning
Hijau
Gambar 1 :
inklusif, namun dapat diperluas sebagai isu baru muncul. Tujuan dari taksonomi ini adalah
untuk menyediakan bahasa standar dan struktur data kesalahan yang berhubungan dengan
obat untuk digunakan dalam mengembangkan database menganalisis laporan kesalahan
pengobatan.
Bimbingan disediakan untuk membantu dalam penerapan instrumen ini. Harap dicatat bahwa
taksonomi tidak dirancang sebagai bentuk pelaporan, tetapi lebih merupakan alat untuk
mengkategorikan dan menganalisis laporan kesalahan pengobatan.
Disarankan bahwa organisasi perawatan kesehatan mengembangkan sistem dan prosedur
untukmengumpulkan informasi yang memadai yang diperlukan untuk menganalisis dan
melaporkan kesalahan pengobatan pada saat kesalahan itu terjadi. Dalam kebanyakan kasus,
seharusnya tidak perlu melakukan retrospektif audit untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam rangka untuk menerapkan taksonomi ini.
Efektivitas taksonomi, dan analisis yang dihasilkan dari kesalahan laporan pengobatan,
tergantung pada jumlah dan kualitas dari data yang dikumpulkan melalui laporan kesalahan
pengobatan. Untuk aplikasi optimum taksonomi, termasuk sebanyak mungkin informasi dalam
instrumen. Namun, jika semua informasi yang diuraikan dalam taksonomi tersebut tidak
dikumpulkan, informasi yang tersedia harus dikategorikan sebagai ditunjukkan dalam
taksonomi. (contoh terlampir )
2. I. Analisis Rekam Kesehatan
Rekam medis memegang peranan penting dalam telusur suatu kejadian asuhan pasien di
tatanan pelayanan kesehatan, begitu juga bila ada medication error. Penting sekali bagi
petugas kesehatan untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan asuhan pasien secara
benar dan lengkap dalam rekam medis pasien. Tidak ada catatan identik dengan tidak ada
kegiatan asuhan pasien. Catat kegiatan yang dilakukan dan lakukan kegiatan yang sudah
dicatat.
Medication error dengan sembilan kategori kesalahan obat dapat dianalisis dengan
melakukan kegiatan analisis rekam kesehatan.
Analisis rekam kesehatan adalah ...., yang terdiri dari dua macam analisis yaitu :
1. Analisis Kuantitatif
Dengan semakin kuatnya tuntutan akan kualitas pelayanan kesehatan yang prima, Hatta ( 2002
) mengembangkan jenis analisis rekam kesehatan ( Analisis Kuantitatif ) menjadi tiga unsur yaitu
:
- Hukum
- Admistrasi
- Standar Pelayanan Kesehatan Terintegrasi
Kegiatan analisis kuantitatif dimaksud untuk menilai kelengkapan dan keakuratan rekam
kesehatan rawat inap dan rawat jalan yang dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan. Untuk
13
melakukannya dibutuhkan standar waktu analisis yang ditetapkan oleh organisasi profesi
ataupun rumah sakit.
Analisis Kuantitatif RK rawat inap dapat dilaksanakan saat pasien masih di sarana pelayanan
kesehatan RS ( concurrent review ) atau sesudah pasien pulang ( retrospective review ) dan
Analisis Kuantitatif RK rawat jalan juga dilakukan sesudah pasien menyelesaikan kunjungannya
ke unit rawat jalan.
Dalam metode Analisis Kuantitatif dititikberatkan pada 4 kriteria yaitu :
Menelaah kelengkapan data sosial pasien ( demografi ) : meliputi informasi tentang identitas
pasien :
- Nama lengkap yang terdiri dari nama sendiri dan nama ayah/suami/marga
- Nomor pasien
- Alamat lengkap
- Usia
- Orang yang dapat dihubungi
- Tanda tangan persetujuan
Menelaah kelengkapan bukti rekaman yang ada.
Menelaah tanda bukti keabsahan rekaman dari tenaga kesehatan maupun tenaga lain yang
terlibat dalam pelayanan kepada pasien sehingga informasi secara hukum dapat
dipertanggungjawabkan. Menelaah tata cara mencatat ( admistratif ) yang meliputi adanya
tanggal, keterangan waktu, menulis pada baris yang tetap serta menerapkan cara koreksi yang
benar.
2. Analisis Kualitatif
Seperti pada analisis kuantitatif, peran rekam medis juga penting dalam telusur medication
error dengan penggunaan analisis kualitatif. Dengan semakin tinggi tuntutan terhadap kualitas
kelengkapan rekaman dan pelayanan medis maka, Hatta ( 2002 ) juga mengembangkan Analisis
Kualitatif dalam dua kriteria yaitu Administratatif dan Medis.
Analisis Kualitatif Admistratif menelaah kelengkapan 6 informasi unsur administratatif
perawatan :
- Kejelasan masalah dan kondisi/diagnosis
- Masukan konsisten
- Alasan pelayanan
- Persetujuan tindakan kedokteran ( informed consent )
- Telaah rekaman : mutakhir, tulisan, terbaca, singkatan baku,menghindar sindiran, pengisian
tidak senjang, tinta, cacatan jelas dan informasi ganti rugi.
- Biaya perawatan pasien khususnya bila ada informasi medis yang memerlukan biaya
penggantian pembayaran.
Analisis Kualitatif Medis adalah kegiatan analisis RK yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
apa kualitas pelayanan medis yang diberikan kepada pasien berdasarkan pemanfaatan
kelengkapan informasi medis. Cara analisis ini mewujudkan sistem 3 E yaitu : early warning,
early detection, early treatment atau peringatan dini, deteksi dini, pengobatan dini. Caranya
14
- Ketaksesuaian itu meliputi meliputi: penghentian obat lama, pemberian obat baru yang
alergenik, pemberian obat yang sama tetapi beda dosis/frekuensi/cara pemberian, dll.
- Untuk hindari kesalahan ini, perlu dilakukan medication reconciliation yang prosesnya
meliputi: pengungkapan obat dahulu dan sekarang, pengenalan potensi cidera yang
berasal dari perbedaan obat dahulu dan sekarang, dan koreksi thd bahaya yang
mengancam.
- Bagi penderita yang pulang rawat, proses ini meliputi tinjauan terhadap obat
sebelum/selama perawatan, dan penetapan obat untuk rawat jalan selanjutnya.
- Survai menemukan ketaksesuaian penggunaan obat yang berpotensi cidera ini pada 60%
penderita, sewaktu masuk atau keluar dari rumah sakit.
3. Eliminasi Faktor Risiko
- Cegah kelelahan dan kebosanan
- Cegah kebisingan dan kerumitan
- Pelatihan untuk tingkatkan pengetahuan dan keterampilan.
4. Oversight dan Error Interception
- Teamwork/team approach dalam pelaporan pasif dan aktif: klinisi, patologis,
farmakologis, farmasis, perawat.
- Information Technology.
- Licensing, certification/recertification.
- Accreditation.
5. Pencegahan yang dapat dilakukan pasien antara lain :
-
Bertanya kepada tenaga kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan
yang sedang dijalaninya misalnya untuk apa obat tersebut digunakan, bagaimana aturan
pakainya, sampai kapan obat dipakai.
Bisa juga dengan melihat informasi obat atau penyakitnya melalui internet sehingga
pengetahuan pasien pun tentang penyakit dan obatnya dapat bertambah.
16
BAB III
KESIMPULAN
Indonesia telah menerapkan konsep manajemen risiko dan patient safety dalam pemberian
obat namun disadari belum optimal. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pemberian
obat dapat dilakukan secara nasional dengan strategi Manajemen risiko, patient safety dan
analisis rekam kesehatan baik secara kuantitatif dan kualitatif serta strategi NCC MERP yang
terdiri dari pencatatan, pemahaman dan pencegahan kesalahan obat dan sudah diaplikasikan
di luar negeri.
Selain itu NCC MERP juga sudah membuat taksonomi, algoritma dan formulir Program
Pelaporan Kesalahan Pengobatan secara detail. Strategi NCC MERP dan contoh penerapannya
seperti kategori, taksonomi dan formulir ini dapat dipergunakan di Indonesia dengan contoh
asli atau dengan sedikit adaftasi sesuai dengan karakteristik medication error di Indonesia.
17
Daftar Pustaka
Hatta, ed. 2013. Pedoman manajemen informasi kesehatan di sarana pelayanan Kesehatan,
edisi revisi 2. Universitas indonesia
Lynas, Kathie. 2010. A Step Forward for Medication Safety:Stakehol ders Agree to a Common
Standard for Barcoding Pharmaceutica ls. CPJ/RPC, March/ April 2010:Vol 143 (2). Proquest
Database.
Payton,J. Ledder,W., & Hord,E. 2007. Bar Code Medication Administration Improves
Patient Safety. Arkansas Foundation for Medical Care. Journal (Proquest)
Database
18