Anda di halaman 1dari 54

M.

Perhitungan Dosis,
Tetesan Infus,
HPP, HNA, HJA,
Pengendalian Persediaan
apt. Tia Anggraini, S.Farm.
01
Perhitungan Dosis
Dosis
Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang
diberikan kepada pasien dalam satuan berat, isi
(volume) atau unit.
“Setiap bahan kimia adalah racun, termasuk obat. Oleh karena itu,
dosis harus dihitung untuk memastikan bahwa obat yang diberikan
dapat memberikan efek terapi yang diinginkan.”

—Tujuan Perhitungan Dosis Obat


Beberapa Istilah dalam Dosis
● Single dose: dosis sekali pemakaian, contoh dosis sekali pakai mebendazole 100 mg.
● Daily dose: dosis pemakaian satu hari, contoh dosis pemakaian digitoksin 100 µg/hari.
● Dosis regimen: jadwal waktu pemberian setiap dosis obat, misal dosis doxepin 75 mg sehari.
Jumlah tersebut dibagi dalam beberapa kali pemberian sehingga total pemberian dalam sehari 75
mg.
● Dosis lazim/terapeutik : dosis untuk tercapainya efek terapi pada orang dewasa.
● Dosis inisial/loading dose : dosis permulaan atau dosis awal pengobatan untuk mempercepat
tercapainya kadar efektif minimal. Setelah pemberian loading dose dilanjutkan dengan
maintenance dose (dosis pemeliharaan).
Beberapa Istilah dalam Dosis
● Dosis maksimum: dosis tertinggi yang aman bagi penderita dewasa (tidak boleh terlampaui).
● Dosis toksik: dosis yang melebihi dosis maksimal yang dapat menimbulkan keracunan.
● Dosis letal: dosis yang melebihi dosis maksimal yang dapat menimbulkan kematian.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosis
● Karakteristik fisikokimia obat meliputi kelarutan, koefisien
partisi, pH, asam, basa, garam.
● Rute pemakaian obat.
● Faktor penderita : umur, BB, jenis kelamin, obesitas dan kondisi
patofisiologi tertentu.
Perhitungan Dosis pada Bayi dan Anak
Untuk pemilihan obat pada anak perlu diperhatikan dalam:
 Hindari pemberian anak, obat-obatan yang diperuntukkan bagi orang
dewasa meskipun dengan dosis kecil.
 Hindari pemberian obat dari resep dokter yang diberikan pada orang lain
dan bukan atas nama anak.
 Memberikan obat khusus yang ditujukan hanya untuk anak dengan kondisi
yang khusus pula.
 Untuk pemberian antibiotik pada anak harus tepat dosis dan durasinya.
Orang tua diberi penjelasan pentingnya melanjutkan pengobatan sesuai
dengan waktu yang ditentukan dalam resep meskipun anak tampak
sembuh.
Lanjutan…

 Dalam pemberian obat pada anak, sediaan obat yang banyak disediakan
untuk anak dibuat dalam bentuk eliksir atau suspensi.
 Jika obat yang tersedia untuk anak dalam bentuk tablet sebaiknya
dihaluskan atau digerus terlebih dahulu karena tablet yang dikunyah akan
membuat anak tersedak.
Faktor penyebab perbedaan respon obat anak dan dewasa

 Perbedaan absorpsi karena perbedaan relatif kepadatan sel.


 Perbedaan distribusi karena persentase cairan ekstrasel dan cairan tubuh total relatif lebih
tinggi pada anak dibanding dewasa.
 Perbedaan metabolisme karena proses enzimatis belum sempurna.
 Perbedaan ekskresi karena glomerulus dan tubuli ginjal belum sempurna.
Perhitungan Dosis Individual untuk Bayi dan
Anak jika hanya Dosis Dewasa yang Diketahui
● 
● 
3. Berdasarkan Nomogram West
 Ukur tinggi badan (TB) dalam cm
 Ukur berat badan (BB) dalam kg
 Tarik garis lurus yang menghubungkan
TB (cm) dan BB (kg), titik potong garis
yang ditarik dari titik tinggi badan sampai
berat badan dengan garis PT (satuan m2)
pada Nomogram West menunjukkan luas
permukaan tubuhnya.
 

DA = dosis DD = dosis
anak dewasa

n = umur m = umur
dalam tahun dalam bulan
Perhitungan Dosis Individual untuk Bayi dan Anak
berdasarkan Dosis Setiap Kg BB yang Sudah Diketahui

● Jika sudah diketahui dosis setiap kg BB-nya, maka perhitungan


dosis pada pasien tinggal mengalikan nilai dosis/kg BB dengan
BB-nya.
● Misalnya, dosis parasetamol 5-10 mg/kg BB , maka dosis untuk
anak dengan BB 10 kg adalah 50-100 mg.
Satuan Dosis yang Sering Digunakan dalam
Farmakologi
● mg; g
● IU atau UI (internasional unit, unit international) merupakan satuan dosis untuk obat yang sukar
dimurnikan atau sukar ditentukan bobotnya, seperti pada hormone, vaksin dan produk biologi
lainnya.
● Persen (%), ada beberapa macam yaitu :
a) Persen b/b (bobot per bobot), berarti jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan
b) Persen b/v (bobot per volume), berarti jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan
c) Persen v/v (volume per volume), berarti jumlah ml zat terlarut dalam 100 ml larutan
d) Persen v/b (volume per bobot), berarti jumlah ml zat terlarut dalam 100 gramlarutan
Menghitung Dosis Obat
● Kebanyakan intruksi dan label obat ditulis dalam sistem pengukuran metrik.
● Jika jumlah obat spesifik yang dibutuhkan sama dengan jumlah obat yang tertera dalam  label
obat, tidak diperlukan perhitungan dosis obat, dan obat dapat disiapkan dengan cara yang
sederhana.

Contoh: jika kebutuhan dosis “ibuprofen 400 mg” dan di kemasan obat tertulis “ibuprofen 400 mg
pertablet” ini jelas berarti 1 tablet yang akan diberi.

● Tetapi bagaimana jika obat yang dibutuhkan dengan dosis 400 mg dan obat yang tersedia tablet
dengan dosis 200 mg ?

Contoh : “berapa banyak 200 mg tablet yang diberikan untuk memenuhi dosis 400 mg? Pada kasus ini
dapat dihitung mudah yaitu 2 tablet.
Perhitungan Pemberian Obat

● 
Contoh SOAL
TABLET ATAU KAPSUL

 Dosis amoksisilin untuk pasien A adalah 1000 mg. Sediaan yang ada kapsul amoksisilin 500 mg.
Berapa banyak sediaan kapsul amoksisilin yang harus diberikan?

D = 1000 mg; T = 500 mg


Sehingga jumlah obat yang harus diberikan (X) adalah,
=2
Jadi, 2 kapsul yang harus diberikan kepada pasien A.
Contoh SOAL
LARUTAN ATAU SIRUP

 Berapa ml sirup yang harus diberikan, jika pasien membutuhkan 375 mg amoksisilin untuk
sediaan yang ada berupa sirup 250 mg/5 ml?

D = 375 mg; T = 250 mg/5 ml


Sehingga jumlah obat yang harus diberikan (X) adalah,
= × 5 ml = 7,5 ml = 1,5 sendok teh.
Contoh SOAL
INJEKSI IV, IM DLL

 Berapa ml heparin yang harus diberikan, jika pasien membutuhkan heparin 5000 unit untuk
sediaan heparin 10000 unit/ml?

D = 5000 mg; T = 10000 unit/ml


Sehingga jumlah obat yang harus diberikan (X) adalah,
= = 0,5 ml
PERHITUNGAN DOSIS

Contoh soal:

Seorang ibu membawa resep untuk anak perempuan umur 6 tahun, sakit
dikulitnya sudah 3 hari, setelah berobat ke dokter spesialis kulit mendapat
resep sbb:
R/ Ungt Neomycin 20 g
adde
Prednisolon 2%
m.d.s 2 dd ue

Pertanyaan:
Berapa gram jumlah prednisolon yang ditimbang untuk resep tersebut?
a. 2 gb. 0,4 g c. 0,2 g d. 0,04 g e. 0,02 g
PERHITUNGAN DOSIS
Jawaban:

R/ Ungt Neomycin 20 g
adde
Prednisolon 2%
m.d.s 2 dd ue

Þ 2% x 20 g
Þ 0,02 x 20 g = 0,4 g (B)
PERHITUNGAN DOSIS
Seorang ibu membawa resep untuk anak perempuan umur 5 tahun sakit
panas disertai batuk pilek sudah 3 hari, setelah berobat ke dokter spesialis
anak mendapat resep sbb:
Iter 3x
R/ Ibuprofen 100 mg
CTM 2 mg
mf pulv dtd no X

Pertanyaan:
Keluarga tersebut hendak berlibur ke luar negeri, jadi obatnya hendak
dibeli seluruhnya. Berapa tablet CTM yang diambil, bila sediaan lazim
CTM 4 mg/tablet?
a. 5 tablet b. 10 tablet c. 15 tablet d. 20 tablet c. 25 tablet
PERHITUNGAN DOSIS
Jawaban:

Dosis CTM pada resep x jumlah pulv yang akan dibuat


2 mg x 10 = 20 mg
Selanjutnya, = 5 tablet

5 tablet x iter (3x) = 5 tablet x 4 = 20 tablet (D)


PERHITUNGAN DOSIS
Seorang anak dengan berat badan 30 kg dengan gejala demam diberikan
acetaminofen 10mg/ml. Jika sediaan obat yang tersedia 150mg/ml,
berapakah dosis yang diberikan?

JAWABAN:

10mg/ml x 30 kg = 300

Selanjutnya dibagi dengan sediaan obat,

= 2 ml
02
Tetesan Infus
Pemberian Melalui Infus
Untuk menghitung dosis atau kecepatan infus yang tepat saat memberikan obat melalui
infus, paramedic harus mengetahui informasi sebagai berikut yaitu:
● Jumlah atau volume obat yang harus diberikan
● Lama pemberian obat yang diinginkan
● Kecepatan infus yang diinginkan
● Faktor alat (jumlah tetes untuk tiap ml) dari infus set yang digunakan
Menghitung atau menentukan kecepatan infus dengan
volume tertentu menggunakan persamaan:
Jumlah tetesan per menit : Volume yang harus diberikan x tetes/ml infus set
Waktu (menit)

CONTOH:
Berapa kecepatan infus (tetes/menit) yang harus diberikan ketika memberikan 250 ml NaCl
fisiologis dalam 90 menit menggunakan Infus set dengan faktor tetes 10 tetes/menit?

Kecepatan infus = 250 ml x 10 tetes/ml = 2500 tetes = 27,7 tetes/menit (28 tetes/menit)
90 menit 90 menit
Menghitung atau menentukan kecepatan infus sesuai
dosis yang diinginkan
Beberapa obat emergensi diberikan melalui infus atau injeksi IV drip yang kadang-kadang
diencerkan terlebih dahulu dengan NaCl 0.9% atau larutan dekstrosa. Untuk itu, perlu
diketahui dosis, konsentrasi obat setelah diencerkan dan faktor alat (tetes/ml) infus set.
Cara perhitungan adalah mengikuti:

Tetes/mata : Dosis obat yang harus diberikan x tetes/ml infus set


Konsentrasi obat (Kandungan/ml)

CONTOH:
Dibutuhkan prokainamid melalui infus dengan dosis 3 mg/menit. Obat yang ada adalah 1 g
(1000 mg) yang dilarutkan dalam 250 ml glukosa 5%. Faktor infus 60 tetes/ml, berapa
kecepatan infus (tetes/menit) yang harus diberikan?

Kecepatan infus = 3 mg/menit x60 tetes/ml infus set = 180/4 tetes/menit = 45 tetes/menit
1000 mg/250 ml
Menghitung Tetesan Cairan Infus
INFUS SET MAKRO

Contoh soal:
Pasien dengan kebutuhan cairan 500 cc/24 jam, berapa tetes per menit?

= 5 tetes/menit
Menghitung Tetesan Cairan Infus
INFUS SET MIKRO

Contoh soal:
Pasien dengan kebutuhan cairan 500 cc/24 jam, berapa tetes per menit?

= 20,8 tetes/menit dibulatkan 20 tetes/menit.


03
HNA, HJA, HPP
HNA (HARGA NETTO APOTEK)

Harga Netto Apotek yang selanjutnya disingkat HNA adalah harga


jual termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) dari Pedagang Besar
Farmasi (PBF) kepada apotek, toko obat dan instalasi farmasi rumah
sakit/klinik.
HJA (HARGA JUAL APOTEK)

HJA adalah harga jual obat yang akan ditawarkan


dari apotek kepada konsumen. Ketika menjual obat kepada
konsumen, Anda bisa menggunakan HJA ini.
HPP (HARGA POKOK PENJUALAN)
Harga pokok penjualan (HPP) merupakan harga atau nilai barang yang
dijual. 

MARK UP (MARGIN)

% keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,25) dan ada yang


menetapkan 30% (1,3)

PPN
Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan untuk setiap pertambahan
nilai dari proses transaksi dari produsen sampai ke konsumen
PERHITUNGAN HJA
RUMUS:
HNA x PPN 10% x mark up

Contoh soal:
Piroxicam 50 kapsul (Rp 7.600)

1 kapsul = 7.600/50 = 152 rupiah (HNA)

HJA = HNA x PPN 10% x mark up


= 152 x 1,1 x 1,25
= 209
CONTOH SOAL
Seorang apoteker di apotek ingin melakukan pengadaan na. diclofenak 50
mg dari PBF dengan HNA Rp 14.834 dan PPN 10%, kemasan 5 strip
@10 tablet. Apoteker menetapkan margin yang diinginkan sebesar 20%.
Berapa harga jual obat per tablet?

JAWABAN:

Diketahui:
HNA = 14.834
PPN = 10% = 1,1 HJA = HNA x PPN 10% x mark up
Margin = 20% = 1,2 = 296,68 x 1,1 x 1,2
Kemasan = 50 tablet = 391

=> 14.834/50 = 296,68/tablet


HPP
RUMUS:
HPP = HNA + PPN
= 1000 + 10%
= (1000 x 10/100 = 100) => 1000 + 100 = 1100

HPP (faktor harga jual)


= 100% - (100% x )

Indeks penjualan/faktor jual = 100% + (%untung)

% untung =
CONTOH SOAL
Penetapan Harga Jual oleh Industri Farmasi
Industri farmasi Y ingin membuat sirup paracetamol dengan dosis 250mg/5ml.
Setiap kali produksi membutuhkan biaya total Rp 10.000.000 untuk 2000
botol. Berapakah harga satu botol sirup paracemol dosis 250mg/5ml?

Jawaban:
Pada kasus di atas, dalam menentukan harga per botol dapat ditentukan
sebagai berikut:
Harga per botol =

Harga per botol = )

Harga per botol = Rp 5.000 + Rp 500 = Rp 5.500


CONTOH SOAL
Penetapan Harga Jual oleh Apotek

Pada penjualan obat di apotek, umumnya menggunakan HJA dengan


rumus:

HJA = Harga jual + (%kenaikan x harga jual)

Berapakah harga allopurinol 100 mg apabila satu tablet berharga Rp


500 dan persen kenaikan allopurinol 100 mg adalah 25%?

Jawab:
HJA = Rp 500 + (0,25 x Rp 500) = 1,25 + Rp 500 = Rp 625
CONTOH SOAL
Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Perhitungan nilai HPP dapat menggunakan 2 cara, yakni:
Dengan faktor harga jual
HPP = 100% - )

Dengan nilai stok barang

HPP =

Nilai stok barang suatu apotek pada awal tahun 2016 adalah Rp 153 juta dan nilai pembelian
pada selama tahun 2016 tercatat Rp 98,2 juta. Nilai stok barang pada akhir tahun 2016 setelah
dihitung adalah Rp 102 juta dengan omset rata-rata selama satu tahun mencapai angka Rp
211 juta (faktor harga jual = 1,25). Berapa HPP apotek tersebut di tahun 2016?

Jawab:

HPP = = 70,7%
04
Pengendalian
Persediaan
OBAT FAST MOVING DAN SLOW MOVING
Obat fast moving adalah obat yang perputaran/pergerakannya cepat, dalam
arti lain adalah obat yang sering keluar

Obat slow moving yaitu obat yang pergerakannya lambat dimana hanya


mengalami pengeluaran dua atau tiga kali dalam kurun waktu 3 bulan
PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Pengendalian Persediaan dengan Analisis ABC Menurut Dirjen Bina kefarmasian dan
Alat Kesehatan (2010) klasifikasi persediaan berdasarkan pemakaian dan infestasi
dibagi atas 3 bagian, yaitu:
a. Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasinya tinggi dengan persen (%)
kumulatifnya 0-70% yang disebut fast moving dengan bobot = 3, yaitu kategori
kelompok A.
b. Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasinya sedang dengan persen (%)
kumulatifnya 71-90% yang disebut moderate dengan bobot = 2, yaitu kategori
kelompok B.
c. Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasinya rendah dengan persen (%)
kumulatifnya 91-100% yang disebut slow moving dengan bobot = 1, yaitu kategori
kelompok C.

Perbekalan farmasi kategori A menyerap anggaran 70%, kelompok B menyerap


anggaran 20% dan kategori C menyerap anggaran 10%
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Pengendalian Persediaan dengan Analisis Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Heizer dan Render (2010), model EOQ adalah salah satu teknik
kontrol persediaan tertua dan paling dikenal.

Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan asumsi, yaitu:


a. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
b. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan
kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok
pada suatu waktu.
c. Tidak tersedia diskon kuantitas
d. Biaya variabel hanya biaya untuk penyetelan atau pemesanan dan biaya
penyimpanan persediaan dalam waktu tertentu.
e. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Rumus untuk menentukan jumlah pemesanan optimum menurut Heizer dan
Render (2010), yaitu:

Q=

Keterangan:
Q : Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan
S : Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H : Biaya penyimpanan per unit
ROP (Re-Order Point)
Kondisi dimana bahan baku harus dipesan
kembali sebelum persediaan habis.
Perhitungannya dengan menggunakan jumlah
minimal angka tertentu sebagai batas untuk
segera melakukan pemesanan kembali
PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Pengendalian Persediaan dengan Analisis Reorder Point (ROP)


Menurut John dan Harding (2001), pengendalian obat dengan Reorder Point
(ROP), keputusan mengenai kapan mengajukan pemesanan kembali terletak
pada dua faktor, yaitu:

Yang pertama pertimbangan tingkat pemesanan kembali secara langsung


berdasarkan pada pemakaian normal dan yang kedua pertimbangan sediaan
pengaman berdasarkan derajat ketidakpastian dan tingkat pelayanan yang
diminta.
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Perhitungan titik pemesanan kembali menurut Heizer dan Render (2010),
adalah:

ROP = (d.L) + SS

Keterangan:
ROP : Reorder point
D : Permintaan harian
L : Lead time (waktu tunggu)
SS : Safety stock/buffer stock
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Menurut Assauri (2004) jika buffer stock/safety stock dengan tingkat pelayanan
(service level) dan standar masa tengang (lead time) diketahui dan bersifat
konstan, maka perhitungannya adalah:

SS = Z . D . L

Keterangan:
SS : Safety stock/buffer stock
Z : Service level
D : Rata-rata pemakaian
L : Lead time
CONTOH SOAL ROP

Pak Obi mempunyai perusahaan dengan jumlah kebutuhan stock per tahun sebesar
73.000 unit. Bila lamanya proses kirim bahan adalah 30 hari, sedangkan pak Obi tidak
mempunyai kebijakan safety stock, maka hitunglah besarnya ROP perusahaan Pak Obi!

JAWABAN:

LT = 30 hari
d = = 200 unit
SS =-

Maka,

ROP = (LT × d) + SS = (30 × 200) + 0 = 6000 unit


Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai